Laporan Akhir: Survey Komposisi Dan Kandungan Bahan Kering Sampah Di Sumatera Utara (TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kwala Bingai-Stabat)

THE PILOT PROJECT IN NORTH SUMATRA IN 2011 OF
PROJECT FOR CAPACITY DEVELOPMENT FOR
DEVELOPING NATIONAL GREEN HOUSE GAS INVENTORIES
(SUB PROJECT 3)
OF PROJECT OF CAPACITY DEVELOPMENT FOR
CLIMATE CHANGE STRATEGIES IN INDONESIA

LAPORAN AKHIR
SURVEY KOMPOSISI DAN KANDUNGAN BAHAN
KERING SAMPAH DI SUMATERA UTARA
(TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kwala Bingai-Stabat)

Jaya Arjuna
(Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara)

JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY (JICA)
(Mitsubishi UFJ Research and Consulting Co., Ltd.
and Suuri Keikaku Co., Ltd.)

MEDAN 2012


1

THE PILOT PROJECT IN NORTH SUMATRA IN 2011 OF
PROJECT FOR CAPACITY DEVELOPMENT FOR
DEVELOPING NATIONAL GREEN HOUSE GAS INVENTORIES
(SUB PROJECT 3)
OF PROJECT OF CAPACITY DEVELOPMENT FOR
CLIMATE CHANGE STRATEGIES IN INDONESIA

LAPORAN AKHIR
SURVEY KOMPOSISI DAN KANDUNGAN BAHAN KERING SAMPAH
DI SUMATERA UTARA
(TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kwala Bingai-Stabat)

Jaya Arjuna
(Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara)

JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY (JICA)
(Mitsubishi UFJ Research and Consulting Co., Ltd.
and Suuri Keikaku Co., Ltd.)


MEDAN 2012

2

KATA PENGANTAR
Berbagai bencana alam seperti tanah longsor, banjir, kekeringan, badai tropis,
kenaikan muka laut dan gelombang laut dipercaya erat kaitannya dengan terjadinya
perubahan iklim. Kajian para ahli menyatakan perubahan iklim terjadi karena
peningkatan gas CO2 dan CH4 yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia telah
makin tebal menyelimuti atmosfer bumi. Gas CH4 merupakan insulator yang efektif
menangkap energi yang dilepas dan kembali memantulkannya kepermukaan bumi
dalam bentuk radiasi inframerah sehingga suhu permukaan bumi semakin naik
Penguraian sampah yang sebagian merupakan bahan organik oleh bakteri pembusuk
dinyatakan punya kontribusi sebagai penghasil gas CH 4, sehingga perlu dikelola
dengan tepat untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca.
Buku ini merupakan laporan hasil survey terhadap sampah dari Kota Medan
yang dikirim ke TPA Namo Bintang dan dari Kota Stabat ke TPA Kuala Bingai
Stabat. Survey telah dilakukan pada bulan Oktober dan Desember untuk meneliti
komposisi dan kandungan kadar kering sampah yang dipaparkan pada kedua lahan

TPA. Survey sampah di TPA merupakan bagian dari Pilot Project For Capacity
Development For Developing National Green House Gas Inventories (Sub Project 3)
of Capacity Development for Climate Change Strategies in Indonesia.
Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan JICA kepada kami untuk
menangani project ini. Penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada
DR. Kosuke Kawai dari National Institute for Environmental Studies Japan yang
telah bersedia datang dan terlibat langsung dalam kegiatan survey. Penghargaan dan
terima kasih kepada Hiroyuki Ueda, Jun Marukawa dan Takeshi Enoki dan Hiroshi
Itoh dari MUFJR and Suuri Keikaku Co. Ltd., yang sedari awal selalu mendukung
dan tetap berada di lapangan selama kegiatan survey berlangsung. Terima kasih dan
penghargaan kepada DR Ucok Siagian dan Rias serta Risalto dari ITB yang
mengarahkan dan memandu pelaksanaan survey. Terima kasih atas dukungan dari
DR. Hj. Wan Hidayati, M.Si. selaku ketua BLH Provinsi Sumatera Utara dan Henny
Nainggolan selaku Kepala UPT Laboratorium BLH Prov.SU. Demikian juga kami
sampaikan tucapan terima kasih kepada DR. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU serta seluruh staff pengajar yang
mendukung kegiatan survey serta memfasilitasi pelaksaan seminar di Fakultas
Teknik USU. Terima kasih tak terhingga kami haturkan kepada Dinas Kebersihan
Kota Medan serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Langkat yang telah
memberi kemudahan dan dukungan untuk terselenggaranya kegiatan survey ini.

Penmghargaan kami sampaikan kepada Syamsul Iman yang membantu di
Laboratorium dan Doisuta Tarigan yang membantu pelaksanaan survey serta
penyiapan bahan untuk penyusunan laporan ini.
Medan, 5 Februari 2012
Jaya Arjuna

3

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar............................................................................................
i
Daftar Isi....................................................................................................

ii

Daftar Tabel............................ ...................................................................

iv


Daftar Gambar ...................... ...................................................................

vi

Daftar Grafik ......................... ..................................................................

viii

BAB
I

PENDAHULUAN.......................................................................

1

1. Latar Belakang .......................................................................

1

2. Tujuan Survey ........................................................................

3. Kepentingan Survey ...............................................................

3
3

4. Cakupan Pelaksanaan Survey .................................................

3

5. Bagan Alir Pelaksanaan Survey .............................................

5

II

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................

6

III


METODOLOGI .........................................................................

10

Lokasi Survey .............................................................................

10

1. Lokasi Survey ........................................................................

10

- Namo Bintang Medan .......................................................

10

- Kuala Bingai – Stabat .......................................................

11


Sumber Sampah yang Dikelola di Areal Survey ...................

11

- Namo Bintang Medan .......................................................

11

- Kuala Bingai – Stabat .......................................................

12

Sistem Pengangkutan ............................................................

13

- Kota Medan .......................................................................

13


- Kota Stabat ........................................................................

15

Pengelolaan Sampah di Areal Survey Medan dan Stabat ......

15

2. Peralatan yang Digunakan dalam Pelaksanaan Survey ..........

18

- Survey Komposisi Sampah ................................................

18

- Survey Kandungan Kadar Kering Sampah ........................

21


4

3. Prosedur Pengambilan Sampel dan Pengujian .......................

IV

-

Sampel dan Pengujian Komposisi Jenis Sampah ............

-

Sampel dan Pengujian Kandungan Kering sampah ........

Halaman
24
24
29


4. Pengolahan dan Analisis Data ................................................

32

HASIL DAN ANALISIS .....................................................

33

1. Jadwal Pelaksanaan Survey ..................................................

33

2. Lokasi Survey Komposisi Sampah ........................................

35

3. Kondisi Pengelolaan Sampah Medan ....................................

37

4. Survey Komposisi Sampah ....................................................

40

-

Sumber Sampah dan Volume Sampel .............................

40

-

Prosedur Pengambilan Sampel Komposisi Sampah ........

43

-

Hasil Survey Komposisi Sampah di TPA Namo Bintang

48

-

Hasil Survey Komposisi Sampah di TPA Kuala Bingai
Stabat ...............................................................................

52

5. Faktor Koreksi untuk Komposisi Sampah .............................

54

6. Analisis Hasil Komposisi Sampah .........................................

57

7. Survey Kandungan Bahan kering Sampah ............................

62

-

Smpel untuk Pengujian Kandungan Bahan Kering
sampah ............................................................................

62

-

Perlakuan pada Pengujian Kandungan bahan Kering ......

62

-

Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah di
TPA Namo Bintang dan TPA Kwala Bingai untuk
Survey Oktober 2011.....................................................

-

65

Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah di
TPA Namo Bintang dan TPA Kwala Bingai untuk
Survey Desember 2011...................................................

69

8. Analisis Hasil Pengujian kandungan Bahan Kering
Sampah....................................................................................

78

-

Pengeringan dalam Oven pada temperatur 105 0C...........

90

-

Pengeringan dalam Oven pada temperatur 85 0C...........

91

-

Pengeringan pada Temperatur Ruangan selama dua

5

Puluh Hari.......................................................................
V.

-

92

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..............................

94

-

Kesimpulan......................................................................

94

-

Rekomendasi

95

DAFTAR ACUAN

97

6

DAFTAR TABEL
Tabel

halaman

1 : Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Namo Bintang................

12

2 : Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Kuala Bingat Stabat.......

13

3 : Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke TPA Namo
Bintang .........................................................................................

14

4 : Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke Kuala
Bingai ...........................................................................................

15

5 : Jadwal Pelaksanaan Survey Komposisi serta Kandungan Bahan
Kering Sampah .............................................................................

33

6 : Kondisi Kerja TPA Terjun Marelan 2011....................................

38

7 : Volume sampel dari kendaraan pengangkut sampah ke TPA
Namo Bintang –Medan yang mewakili wilayah sumbernya.........

41

8 : Volume sampel dari kendaraan pengangkut sampah ke TPA
Kuala Bingai-Stabat yang mewakili wilayah sumbernya...............

42

9 : Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil di
TPA Namo Bintang –Medan tanggal 19 Oktober 2011.................

49

10 : Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil di
TPA Namo Bintang –Medan tanggal 13 Desember 2011..............

50

11 : Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil di
TPA Namo Bintang –Medan tanggal 13 Desember 2011 (Khusus
Sampah Pasar)................................................................................. 51
12 : Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil di
TPA Kuala Bingai-Stabat tanggal 20 Oktober 2011.....................

52

13 : Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil di
TPA Kuala Bingai pada kegiatan survey tanggal 12 Desember
2011................................................................................................

53

14 : Rekapitulasi Hasil Survey Komposisi Sampah di Namo Bintang
Medan dan Kuala Bingai Stabat Bulan Oktober dan Desember
2011............................................................................................

57

15 : Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah TPA Namo
Bintang pada Pemanasan 105 0C (Hasil survey 19 Oktober
2011)...........................................................................................

66

16 : Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah TPA Kwala
Bingai pada Pemanasan 105 0C (Hasil survey 20 Oktober 2011)..

67

17 : Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah pada
Temperatur 850C di TPA Namo Bintang (Hasil Survey 13
Desember 2011) .........................................................................

70

7

Tabel

halaman

18 : Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah pada
Temperatur 850C di TPA Kwala Bingai (Hasil Survey 12
Desember 2011) .........................................................................

71

19 : Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah pada
Temperatur Ruangan (Hasil Survey di TPA Namo Bintang 13
Desember 2011) .........................................................................

72

20 : Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah pada
Temperatur Ruangan (Hasil Survey di TPA Kwala Bingai 13
Desember 2011) ...........................................................................

75

21 : Perbandingan Kandungan Bahan kering Sampah untuk MasingMasing Metode Pengeringan.........................................................

78

8

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1 : Bagan alir pelaksanaan survey .....................................................

5

2 : Sampah diantar langsung maupun menggunakan beca atau kereta
sorong, dikumpul di TPS baik untuk dipindahkan ke atas truk dan
kemudian diangkut ke TPA.............................................

16

3 : Kereta Sorong pengangkut sampah menunggu untuk dipindahkan ke
atas truk................................................................

17

4 : Kereta Sorong untuk pengumpul sampah dari sumbernya. Pemerintah
Kota Medan sedang melakukan penggantian dengan model beca
sampah sehingga lebih efektif dan manusiawi..........

18

5 : Kotak pengukur volume untuk sampel sampah dengan ukuran 250
liter (kotak kayu) dan 1 m3 (box besi). Di bahagian belakang terlihat
tenda kerja dengan ukuran 6 x 8 meter...............................

19

6 : Timbangan untuk mengukur berat sampah dalam plastik yang telah
diberi label sesuai dengan jenis sampahnya...........................

19

7 : Sampah yang diambil dari truk terlebih dahulu diaduk dengan sekop
untuk proses harmonisasi dan kemudian dilakukan quartering untuk
mendapatkan hasil yang lebih representatif sebagai sampel...............
20
8 : Pelaksana pemilah sampah yang telah memakai pakaian kerja
(sepatu, baju kaos, jas hujan, topi, sarung tangan dan masker)
mendengarkan prosedur kerja dari instruktur. ....................................

21

9 : Oven Pengering merek Shibata, 20 ampere, 220 volt.........................

21

10 : Timbangan yang digunakan untuk analisis kandungan bahan kering
dari sampah. Sebelah kanan adalah timbangan digital analitis. ......

22

11 : Wadah pengering (cawan) dari keramik sedang ditimbang dengan
menggunakan timbangan digital analitis.. .............................................

23

12 : Wadah pengering dari aluminium........................................................

23

13 : Desikator untuk menyimpan bahan agar bahan yang sedang diuji itu
tetap dalam keadaan kering................................................................

24

14 : Prinsip perlakuan quartering untuk mendapatkan sampel sebesar 5 kg
yang akan diuji di laboratorium.........................................................

30

15 : Kondisi TPA Namo Bintang sebagai lokasi pembuangan akhir Kota
Medan yang menggunakan metode open dumping..........................

35

16 : Lahan TPA Kuala Bingai yang terletak di tengah lahan perkebunan
kelapa sawit. .....................................................................................

37

17 : Truk pengangkut sampah sedang di timbang di TPA Terjun................

40

9

Gambar

Halaman

18 : Mengukur volume sampel dari sampah yang telah diaduk dalam
kotak pengukur sehingga relatif homogen. Lokasi foto, TPA Kuala
Bingai.................................................................................................

43

19 : Memasukkan sampah ke dalam box dengan ukuran 1000 liter yang
telah diukur volumenya pada kotak pengukur ukuran 250
liter.........................................................................................................

44

20 : Pemilahan sampah berdasarkan jenisnya..............................................

45

21 : Pengukuran berat masing-masing jenis sampah. ................................

46

22 : Proses quartering di lokasi TPA untuk mempersiapkan sampel
kandungan bahan kering sampah.........................................................

47

23 : Pelaksana survey komposisi jenis sampah di TPA Namo Bintang
tanggal 19 Oktober 2011......................................................................

49

24 : Pelaksana survey komposisi jenis sampah di TPA Namo Bintang
tanggal 13 Desember 2011 yang juga dihadiri oleh Dr Kosuke
Kawai dari NIES Japan. ......................................................................

50

25 : Pelaksana survey komposisi jenis sampah khusus pasar di TPA Namo
Bintang tanggal 13 Desember 2011 selesai memilah dan menunggu
proses penimbangan berat. .................................................................

51

26 : Pengurangan dimensi sampah sebelum dilakukan quartering untuk
mempersiapkan sampel kandungan kadar kering di TPA Kuala
Bingai tanggal 20 Oktober 2011............................................................

53

27 : karung plastik yang terlihat pada beca pengangkut sampah
merupakan barang yang telah dipisahkan oleh petugas pengutip
sampah. Selain dikutip oleh petugas, masyarakat juga mengantar
langsung sampah ke TPS menggunakan mobil ....................................

55

28 : Kenek truk menurunkan sampah dalam karung plastik yang sudah
dipilahnya dari gerobak sebelum sampah lainnya dipindahkan ke truk
untuk diangkut ke TPA. Pemindahan ini berlangsung di Depo
Transfer.............................................................................................

55

29 : Proses transaksi sampah dengan pengepul (junk buyers). Tiap goni
yang berisi plastik memiliki berat 30 kg dan satu kilogram plastik
dibeli dengan harga Rp. 300,-. ............................................................

56

30 : Pengumpul makanan sisa untuk dijual sebagai pakan ternak..............

56

31 : Sampah pasar yang sebagian besar terdiri dari jenis makanan yang
masih punya nilai manfaat bagi pakan ternak. Sampah jenis ini juga
potensial untuk diuraikan oleh bakteri pembusuk sehingga
mnenghasilkan gas methane...............................................................

59

32 : Pemulung memisahkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomis
yang sekaligus merupakan upaya mengurangi volume sampah yang
akan dibuang ke TPA............................................

59

10

DAFTAR GRAFIK
Grafik

Halaman

1 : Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Survey serta Hasil Pengukuran
Berat Sampah..................................................................................

58

2 : Perbandingan berat masing-masing komponen sampah dari hasil
empat kali survey............................................................................

61

3 : Kandungan bahan kering semua jenis sampah dengan
pengeringan pada temperatur 105 0C………………………

68

4 : Perbandingan Kandungan Bahan Kering semua jenis sampah
dengan pengeringan pada temperatur 105 0C untuk TPA Namo
Bintang dan TPA Kwala Bingai serta perbandingan komposisi
sampahnya………………….......................................................

68

5 : Perbandingan kandungan bahan kering dari dua TPA yang
dihasilkan dengan pengeringan dalam oven pada temperatur
85oC dan temperatur ruangan…...............................................

79

6 : Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan
dalam oven pada temperatur 85 0C selama tiga hari……………

80

7 : Penurunan berat sampel sampah jenis kertas dan karton
dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C selama tiga hari…

80

8 : Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari…………….........

80

9 : Penurunan berat sampel sampah jenis kayu dan sampah taman
dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C selama tiga hari…

80

10 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil
dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C selama tiga hari…

80

11 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik
dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C selama tiga hari…

80

12 : Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit dikeringkan
dalam oven pada temperatur 85 0C selama tiga hari……………

81

13 : Penurunan berat sampel sampah jenis plastik dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari……………...........

81

14 : Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari……………...........

81

15 : Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari…………….........

81

16 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain anorganik
dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C selama tiga hari…

81

17 : Perbandingan penurunan berat enam jeni8s sampel sampah
organik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama
tiga hari……………

81

11

Grafik

Halaman

18 : Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari.................................…

82

19 : Penurunan berat sampel sampah jenis kertas dan karton
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.......

82

20 : Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari.................................…

82

21 : Penurunan berat sampel sampah jenis kayu dan sampah taman
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari........

82

22 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil
makanan dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari.................................…..............................................

82

23 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari........

82

24 : Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.......

83

25 : Penurunan berat sampel sampah jenis plastik dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari.................................…

83

26 : Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari...........................

83

27 : Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari.................................…

83

28 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain anorganik
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.......

83

29 : Perbandingan penurunan berat sampel enam jenis sampah
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.......

83

30 : Kandungan bahan kering sampah TPA Namo Bintang hasil
survey tanggal 13 Desember 2011 dengan pengeringan dalam
oven pada temperatur 850C.................................…...............

84

31 : Kandungan bahan kering sampah TPA Namo Bintang hasil
survey tanggal 13 Desember 2011 dengan pengeringan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari .................…...............

84

32 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
makanan dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C selama
tiga hari. .....................................................................................

85

33 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kertas
dan karton dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari.................................….............................................

85

12

Grafik

Halaman

34 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
nappies dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari.................................…........................................................

85

35 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kayu
dan sampah taman dikeringkan dalam oven pada temperatur
850C selama tiga hari……………...........................................

85

36 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kain
dan produk tekstil dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C
selama tiga hari……………...........................................

85

37 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis lain
lain organik dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C
selama tiga hari...................................................................

85

38 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis karet
dan kulit dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C selama
tiga hari. ...................................................................................

86

39 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis plastik
dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C selama tiga hari. .

86

40 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis gelas
dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C selama tiga hari...

86

41 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis logam
dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C selama tiga hari. ..

86

42 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai lain-lain
anorganik dikeringkan dalam oven pada temperatur 85 0C selama
tiga hari. ...................................................................................

86

43 : Perbandingan penurunan berat sampel enam jenis sampah
organik TPA Kwala Bingai jenis yang dikeringkan dalam oven
pada temperatur 850C selama tiga hari. ......................................

86

44 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
makanan yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari. ...................................................................................
45 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kertas
dan karton yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama
dua puluh hari. ..............................................................................
46 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
nappies yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari. ...................................................................................
47 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kayu
dan sampah taman yang dikeringkan pada temperatur ruangan
selama dua puluh hari. ..................................................................

87

87

87

87

13

Grafik

Halaman

48 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kain
dan produk tekstil yang dikeringkan pada temperatur ruangan
selama dua puluh hari. ..................................................................
49

50

51

52

53

54

55

56

57

Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis lainlain organik yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama
dua puluh hari. .........................................................................
Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis karet
dan kulit yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari. ............................................................................
Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis plastik
yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari. ...................................................................................
Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis logam
yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari. ...................................................................................
Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis gelas
yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari. ...................................................................................
Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis lainlain anorganik yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama
dua puluh hari. ..............................................................................
Perbandingn penurunan berat enam jenis sampel sampah organik
TPA Kwala Bingai jenis makanan yang dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari. .................................
Kandungan bahan kering sampah dari TPA Kwala Bingai hasil
survey tanggal 12 Desember 2011 dengan pengeringan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari. ..............................
Kandungan bahan kering sampah dari TPA Kwala Bingai hasil
survey tanggal 12 Desember 2011 dengan pengeringan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari ..................................

87

87

88

88

88

88

88

88

89

89

14

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tantangan yang paling berat bagi pengambil kebijakan dalam pembangunan di
semua negara saat ini adalah jika dampak pembangunannya terkait dengan
perubahan iklim. Berbagai dampak perubahan iklim seperti pergeseran musim dan
perubahan pola hujan,

cuaca ekstrim dengan fluktuasi curah hujan yang tinggi

sehingga mengakibatkan terjadinya tanah longsor, banjir, kekeringan, badai tropis,
kenaikan muka laut, terkait dengan anggaran yang harus dikeluarkan dan juga
kerugian harta benda serta nyawa. Manusia makin menyadari bahwa perubahan
iklim terjadi akibat ulah perbuatan manusia yang menyebabkan pemanasan suhu
bumi. Penggunaan bahan bakar serta berbagai aktivitas manusia terkait dengan
hutan, limbah dan sampah telah menyebabkan terjadinya gas sepertti CO 2 dan CH4
serta gas lainnya yang dinyatakan sebagai gas rumah kaca. Gas-gas rumah kaca
menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang
bersifat panas, sehingga panas yang diemisikan dari permukaan bumi, akan kembali
memanaskan permukaan bumi.
Seriusnya ancaman pemanasan bumi akibat gas rumah kaca telah
menyebabkan manusia secara bersama bersepakat membangun persetujuan yang
mengikat secara hukum untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Kesepakatan
bersama pengurangan gas rumah kaca secara global ini dikenal dengan Protokol
Kyoto, terkait dengan perlindungan lingkungan hidup terhadap ancaman perubahan
iklim. Setiap negara diminta untuk menginventarisir dan menghitung volume gas
rumah kaca yang dilepas ke atmosfer, atau yang bisa dikurangi pada jangka waktu
yang ditentukan. Upaya pengurangan emisi gas rumah kaca ini harus dilengkapi

15

dengan informasi tentang kegiatan spesifik yang dapat mengurangi atau meniadakan
bentukan gas rumah kaca. Berbagai upaya penyelamatan lingkungan dilakukan
terkait dengan keseriusan mengurangi dampak gas rumah kaca seperti membangun
methode yang baik dalam memperkirakan atau menghitung emisi gas rumah kaca
dari suatu kegiatan atau pada suatu areal kegiatan. Berbagai kebijakan dan strategi
pembangunan dirancang dengan memperhitungkan faktor dampak gas rumah kaca
yang dilepas ke atmosfer dan konsekwensi nilai ekonomisnya.
Salah satu kegiatan manusia yang terkait dengan timbulan gas rumah kaca
adalah pengelolaan sampah yang tidak efektif. Hampir seluruh daerah perkotaan
mulai dari kota kecil, kota sedang hingga kota metropolitan saat ini mengelola
sampah di TPA dengan sistem open dumping. Pemaparan sampah secara terbuka,
khususnya yang bersifat organik memiliki peluang untuk mengalami penguraian oleh
bakteri yang pada prosesnya menghasilkan gas methane sebagai pembentuk gas
rumah kaca potensial. Berdasarkan kondisi ini, maka pengelolaan sampai di TPA,
jenis dan volume sampah yang dibuang ke TPA merupakan bahagian dari sumber
bangkitan gas rumah kaca. JICA dan USU telah membangun kesepakatan kerjasama
untuk melakukan survey terkait dengan invetarisasi komposisi sampah dan
kandungan kadar kering dari sampah yang dibuang ke TPA. TPA Namo Bintang di
Medan dan TPA Kuala Bingai di Stabat telah ditetapkan sebagai pilot proyek untuk
inventarisasi komposisi sampah dan kandungan

kering sampah. Hal terpenting

adalah memberi masukkan bagi penyusunan manual perkiraan komposisi sampah
yang akan dipergunakan untuk penentuan komposisi dan kandungan kadar kering
sampah di seluruh daerah, khususnya di Sumatera Utara.

16

2. Tujuan Survey
a. Mendapatkan data yang berlualitas baik dari kegiatan pengelolaan sampah dan
komposisi sampah di TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kuala BingaiStabat.
b. Mendapatkan data kandungan bahan kering dari jenis sampah di TPA Namo
Bintang-Medan dan TPA Kuala Bingai-Stabat.
c. Membangun pedoman survey untuk mengetahui komposisi sampah serta
survey kandungan bahan kering sampah sebagai dasar bagi perkiraan emisi gas
rumah kaca di Provinsi Sumatera Utara.
3. Kepentingan Survey
a. Mendapatkan besaran nilai sumber emisi gas rumah kaca sebagai acuan untuk
melakukan estimasi emisi gas dari timbunan sampah yang ditampung di TPA.
b. Mendapatkan komposisi sampah yang dibuang ke TPA sebagai dasar bagi
perencanaan pengurangan sampah dan sistem penanganan sampah oleh
pemerintah Kota/Kabupaten selaku pengelola timbulan sampah padat
perkotaan.
c. Membangun data kegiatan dan faktor sumber emisi gas rumah kaca spesifik
khususnya di daerah Sumatera Utara untuk menentukan status terkini besarnya
emisi gas rumah kaca dari sektor limbah.
4. Cakupan Pelaksanaan Survey
a. Pengumpulan data sekunder yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
survey komposisi sampah serta kandungan kadar kering sampah yang

17

sampelnya diambil dari TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kuala BingaiStabat .
b. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan
survey komposisi sampah di TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kuala
Bingai-Stabat serta survey kandungan bahan kering sampah di laboratorium
BLH Provinsi Sumatera Utara.
c. Persiapan tenaga pelaksana survey yang membantu pelaksanaan survey.
d. Persiapan tempat pelaksanaan survey.
e. Pelaksanaan survey komposisi sampah serta kandungan kadar kering sampah.
f. Pembuatan laporan awal dan laporan akhir.
g. Presentasi hasil survey dan memberi masukan untuk pembuatan manual survey
komposisi

sampah

serta

kandungan

kadar

kering

sampah

untuk

Kabupaten/Kota di Indonesia dan diskusi untuk penyempurnaan manual .

18

5. Bagan Alir Pelaksanaan Survey
DATA SEKUNDER

PEDOMAN IPCC

MATERI TRAINING JICA

RECANA SURVEY

REKRUTMEN TENAGA
LAPANGAN

PERSIAPAN ALAT

PERSIAPAN LOKASI
SURVEY

SURVEY KOMPOSISI
DAN JENIS SAMPAH

SAMPAH ORGANIK

SAMPAH AN-ORGANIK

SURVEY KANDUNGAN
BAHAN KERING SAMPAH

MANUAL PENELITIAN
SAMPAH

PENYUSUNAN LAPORAN

ESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA
DARI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA

KEBIJAKAN PENANGANAN
SAMPAH ORGANIK

PENGURANGAN EMISI
GAS RUMAH KACA

KEBIJAKAN PENGELOLAAN
SAMPAH KOTA

RANCANGAN TEKNIS:
 Pengurangan Sampah
 Penanganan Sampah

ADVOKASI DAN EDUKASI PERUBAHAN IKLIM
AKIBAT PEMANASAN GLOBAL
Gambar 1: Bagan alir pelaksanaan survey
19

II. TINJAUAN PUSTAKA
Sumber daya alam dalam berbagai bentuk yang dipergunakan manusia untuk
memenuhi

kebutuhan

kehidupannya

ternyata

tidak

mampu

dimanfaatkan

penggunaannya secara maksimal oleh manusia, sehingga harus dikembalikan ke
alam sebagai limbah atau sampah. Berdasarkan karakteristiknya, sampah tidak bisa
dikembalikan fungsi dan manfaatnya hanya melalui proses biologi dengan bantuan
bakteri dan mikroba. Karena sudah mengalami proses teknologi, maka proses
pengolahan sampah akan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Komposisi
sampah merupakan cerminan dari pola konsumsi, kebiasaan makan, struktur sosial
serta tingkat pendapatan dari masyarakat penghasilnya. Masyarakat dengan tingkat
pendapatan rendah cenderung untuk memakan makanan yang lebih mudah terurai
secara biologis. Ludwig et.al., (2003) menyatakan bahwa jumlah sampah yang biodegradable ini cenderung makin sedikit pada masyarakat perkotaan yang sudah
tinggi tingkat pembangunannya
Tingginya tingkat konsumsi masyarakat sekaligus menyebabkan produksi
sampah juga meningkat. Saat ini penanganan sampah sudah menjadi masalah paling
utama bagi kota-kota besar. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk
mengurangi volume sampah. Komposting merupakan salah satu elemen dari strategi
pengelolaan sampah terpadu yang dapat diterapkan untuk sampah perkotaan.
Menurut Diaz et.al (2002) pengkomposan adalah proses penguraian secara biologis
terhadap bahan yang dapat lapuk oleh bakteri pembusuk. Organisme pengurai dalam
proses pengomposan dapat dibagi atas (i) bakteri, (ii) actinomycetes, (iii) jamur (iv)
protozoa, (v) cacing dan (vi) larva. Sharma (2002) juga menyatakan bahwa
komposting merupakan bagian untuk mengurangi sampah dari sumbernya. Kegiatan
lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi timbulan sampah adalah dengan
20

mengubah

kemasan,

mengubah

kebiasaan

berbelanja,

meningkatkan

nilai

penggunaan kembali suatu produk, mengubah teknik pengolahan pada industri dan
mengubah pola penggunaan atau konsumsi produk.
Menurut Ludwig et.al., (2003) sampah perkotaan biasanya sebagian terdiri dari
bahan organik yang dapat dicerna oleh mikroorganisme. Proses penguraian bahan
organik oleh jamur dan bakteri akan menghasilkan senyawa organik sederhana.
Produk akhir dari proses degradasi bahan organik akan menghasilkan gas CO 2 dan
juga CH4 , sehingga tumpukan sampah pada TPA merupakan sumber dari
pembentukan gas rumah kaca. Gas Karbon Dioksida dan Methane yang terbentuk
masing-masing dengan perbandingan komposisi berkisar 40 s/d 60%. Besaran dari
komposisi ini tergantung pada keberadaan oksigen selama proses degradasi
berlangsung. Senyawa gas yang dihasilkan oleh proses pembusukan bahan organik
di TPA berpotensi jadi penyebab perubahan iklim global, bersifat mudah terbakar,
sumber bau busuk, penyebab karat, jadi racun bagi tubuh manusia dan juga pemicu
kanker. Methane yang konsentrasinya meningkat sebesar 0,9% setiap tahunnya
dinyatakan Strevett, et.al, (2002) bertanggungjawab sebesar 20% atas terjadinya
dampak rumah kaca global. Di sisi lain, dengan pengutipan dan pengelolaan yang
baik, methane adalah sumber daya pembangkit energi.
Selain menimbulkan gas, penimbunan sampah pada lahan TPA juga akan
menghasilkan cairan yang disebut dengan leachate. Leachate merupakan hasil proses
penguraian bahan organik, campuran kandungan air hujan, maupun akibat adanya
mata air pada lahan TPA. Cairan ini berpotensi sebagai sumber pencemar terhadap
tanah, aliran air permukaan dan juga air tanah dangkal. Kandungan bahan pencemar
pada leachate dapat diklasifikasikan atas bahan organik terlarut yang dikenali
melalui parameter COD dan BOD, termasuk gas methane dan fatty acid yang mudah
21

menguap, senyawa makro anorganik seperti Calsium, Magnesium, Sodium,
Potassium, Ammonium, Iron, Manganese Chlorida, Sulfate dan Carbonate. Dalam
leachate juga terdapat kandungan logam berat seperti Cadmium, Copper,
Chrommium, Lead, Nickel dan Zinc serta Xenbiotic senyawa organik dalam bentuk
Karbon Aromatik, Phenols dan Hallogenated Aliphatics. (Ludwig et.al., 2003)
Undang Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan bahwa TPA di definisikan sebagai Tempat Pemrosesan Akhir yaitu
tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan. Berdasarkan amanah Undang Undang ini, maka
pengelolaan TPA harus memperhatikan masalah gas yang dibangkitkan pada proses
penguraian sampah karena dapat menurunkan kualitas lingkungan. Secara khusus,
pasal 20 ayat (2) a dan (2) d Undang Undang No. 18 tahun 2008 juga telah
menegaskan bahwa untuk melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca perlu
dilakukan penelitian tentang komposisi sampah serta kandungan bahan kering dari
sampah. Kandungan bahan kering komponen organik sampah dapat terurai pada
proses pembususkan oleh bakteri. Proses pembusukan tersebut akan membentuk gas
CH4 sebagai komponen gas rumah kaca yang potensial menimbulkan dampak negatif
atas terjadinya perubahan iklim global. Kegiatan survey yang bertujuan untuk
melakukan

pemilahan sampah dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan

sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,

juga merupakan

penerapan dari ketentuan yang digariskan dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah.
Pada Pasal 20 ayat (1)

dinyatakan bahwa pengurangan sampah meliputi

kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan/atau
pemanfaatan kembali sampah. Sebagai kelanjutan dari upaya pengurangan sampah,
22

maka Pemerintah Daerah harus dapat menetapkan target pengurangan sampah secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu, serta dapat menetapkan teknologi yang ramah
lingkungan baik untuk pemanfaatan sampah maupun kegiatan mengguna ulang dan
mendaur ulang sampah. Data hasil kegiatan survey terkait komposisi sampah dan
kandungan kadar kering sampah merupakan komponen penting bagi Pemerintah
daerah Kota/Kabupaten dalam membangun sistem penanganan sampah sesuai
dengan Pasal 22 ayat (1) UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.

23

III. METHODOLOGI
1. Lokasi Survey
a.

Lokasi Survey
Survey untuk mengetahui komposisi sampah dan kandungan bahan kering di
Sumatera Utara dilakukan di Kota Medan dan Kota Stabat. Kota Medan
dengan luas 265,1 Km2 dan penduduk menurut data Medan Dalam Angka
tahun 2010 adalah 2.121.053 jiwa, dianggap mewakili kota Metropolitan.
Kota Stabat merupakan Ibu Kota Kabupaten Langkat memiliki luas 108,85
Km2 dan penduduk berjumlah 84.440 jiwa dijadikan sebagai lokasi yang
mewakili kota kecil. Kedua kota yang dijadikan lokasi survey ini termasuk
sebagai kota dalam penilaian Adipura. Medan terakhir meraih Adipura tahun
2006 dan Stabat pada tahun 2010.

Berdasarkan kriteria penilaian dari

Kementerian Lingkungan Hidup, kota yang pernah meraih Adipura
merupakan kota yang telah memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik
serta didukung oleh keberadaan TPA yang juga sudah dikelola dengan baik.
(1) Namo Bintang-Medan
Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara mengelola dua
lokasi TPA yaitu di Namo Bintang (176.392 m2) dan Terjun-Marelan
(137.563 m2). Pelaksanaan survey telah ditetapkan untuk dilakukan di
TPA Namo Bintang. TPA Namo Bintang terletak ± 15 Km sebelah
Selatan kota Medan dan termasuk wilayah administrasi Kabupaten Deli
Serdang dengan luas 176,396 Ha. TPA Namo Bintang mulai beroperasi
bulan Juli 1987.

24

(2) Kuala Bingai-Stabat
Lokasi survey di Kota Stabat dilakukan pada TPA Kota Stabat yang
terletak di tengah lahan perkebunan kelapa sawit yang disebut juga
sebagai TPA Kuala Bingai dengan luas 2,5 Ha. TPA Kuala Bingai
Stabat mulai beroperasi pada tahun 2005. TPA Kuala Bingai bukan
hanya menerima sampah dari Kota Stabat, melainkan juga dari kota
Pangkalan Berandan yang merupakan kota terdekat dengan kota Stabat
dalam wilayah Kabupaten Langkat. Sampah dari Kota Berandan yang
dikirim ke TPA Kuala Bingai hanyalah sampah yang berasal dari Pasar
Kota Berandan.
(3) Terjun-Marelan
TPA Terjun Marelan dijadikan lokasi survey untuk melengkapi data
sistem pengelolaan sampah di Kota Medan. TPA Terjun Marelan
memiliki fasilitas jembatan timbang, sehingga volume sampah yang
diterima TPA diukur berdasarkan berat sampah yang diangkut oleh
kendaraan

pengangkut.

TPA

Terjun-Marelan

beroperasi

secara

bersamaan dengan TPA Namo Bintang, namun adakalanya harus
menampung seluruh sampah Kota Medan, bila TPA Namo Bintang tidak
dapat dioperasikan.
b.

Sumber Sampah yang Dikelola di Areal Survey
(1) Namo Bintang-Medan
Walaupun berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang, TPA Namo
Bintang merupakan milik dan dikelola oleh Pemerintah Kota Medan.
TPA Namo Bintang menerima kiriman sampah 15 dari 21 Kecamatan

25

yang ada di Medan. Luas wilayah yang dilayani TPA Namo Bintang
serta populasi penduduknya adalah seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1: Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Namo Bintang
No. Kecamatan

Luas (Km2)

Jumlah KK

Penduduk (Jiwa)

1.

Medan Johor

14,58

27.918

116.220

2.

Medan Amplas

14,58

26. 503

115 156

3.

Medan Denai

9,05

32.511

139.939

4.

Medan Area

5,52

24.190

109.253

5.

Medan Kota

5,27

19.526

84.292

6.

Medan Tuntungan

20,68

20.249

70.073

7.

Medan Maimun

2,98

10.576

57.859

8.

Medan Polonia

9,01

10.977

53.427

9.

Medan Selayang

12,81

21.122

85.678

10.

Medan Sunggal

15,44

25.205

110.667

11.

Medan Helvetia

13,16

30.824

145.376

12.

Medan Petisah

6,82

15.326

68.120

13.

Medan Baru

5,84

10.041

44.216

14.

Medan Timur

7,76

28.803

113.874

Sumber: Medan Dalam Angka 2010

26

(2) Kuala Bingai-Stabat
Sampah yang ditampung oleh TPA berasal dari Pasar Pangkalan Brandan
yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Babalan dan wilayah
Kecamatan Stabat dengan sumber sampah dari pasar, perumahan, serta
perkantoran dalam kota Stabat (Tabel 2)
Tabel 2: Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Kuala Bingat Stabat
No. Kecamatan

1.

Stabat

2.

Babalan

Luas (Km2)

Jumlah KK

Penduduk (Jiwa)

108,85

20.195

84.440

76,41

64.764

64.764

Sumber: Kabupaten Langkat Dalam Angka 2010

c.

Sistem Pengangkutan

(1) Kota Medan
Pengangkutan sampah kota Medan dilakukan dengan menggunakan
kendaraan jenis Arm Roll, Typper dan Container. Pemerintah Daerah
Kota Medan melalui Dinas Kebersihan telah mendistribusikan kendaraan
pengangkut sampah dari sumbernya yang menurut data tahun 2011 untuk
pengiriman sampah ke TPA Namo Bintang menggunakan jenis
kendaraan Typper, Arm Roll dan Container dengan wilayah distribusi
serta jumlah dan jenis kendaraan yang didistribusikan sebagai terlihat
pada Tabel 3 berikut:

27

Tabel 3: Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke TPA Namo Bintang

No.

Kecamatan

Jenis

Jumlah

Volume Angkut (M3)

Kendaraan
1.

2.

Medan Johor

Medan Amplas

Typper

6

36

Arm Roll

1

7

Typper

5

3

Arm Roll

1

6

3.

Medan Denai

Typper

8

6

4.

Medan Area

Typper

13

6

1

10

16

96

Container

3

30

Container
5.

Medan Kota

Typper

6.

Medan Tuntungan

Typper

4

24

7.

Medan Maimun

Typper

5

30

8.

Medan Polonia

Typper

5

30

9.

Medan Selayang

Typper

5

30

10.

Medan Sunggal

Typper

7

42

11.

Medan Helvetia

Typper

8

48

Container

1

10

12.

Medan Petisah

Typper

8

48

13.

Medan Baru

Typper

6

48

14.

Medan Barat

Typper

4

32

15.

Medan Timur

Typper

1

6

16.

Cadangan Untuk Pasar

Container

4

40

Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan 2011

28

(2) Kota Stabat
Pengangkutan sampah di kota Stabat dilayani oleh truck sebanyak 13
unit yang terdiri dari jenis Arm Roll, Dump Truk dan Pick Up. Jenis
kendaraan dan wilayah pelayanan untuk Kota Stabat seperti terlihat pada
Tabel 4. berikut ini:
Tabel 4: Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke Kuala Bingai
Jenis
No.

Kelurahan/ Kecamatan

Volume
Jumlah

Kendaraan

Angkut (M3)

1.

Stabat Baru-Stabat

Arm Roll

1

6

2.

Kwala Bingai-Stabat

Pick Up

1

3

3.

Babalan-Brandan Timur

Arm Roll

1

6

4.

Perdamaian-Stabat

Arm Roll

1

6

5.

Kwala Bingai-Stabat

Arm Roll

1

6

6.

Perdamaian-Stabat

Dump Truck

1

8

7.

Kwala Bingai/Sidomulyo

Dump Truck

1

8

8.

Cadangan/Tidak Beroperasi

Dump Truck

6

-

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Langkat
d.

Pengelolaan Sampah di Areal Survey Medan dan Stabat
Pengelolaan sampah di areal survey tergantung kepada luas areal pelayanan
pengumpulan dan sumber beban timbulan sampah. Kota Stabat yang
penduduk dan aktivitasnya sedikit, dilayani oleh 13 unit kendaraan untuk
areal pemukiman, perkantoran dan pasar. TPA Kuala Bingai menggunakan

29

methode Open Dumping, sehingga tidak ditemukan adanya instalasi
pengumpul gas methane yang terbentuk dari proses penguraian sampah.
Berdasarkan sumbernya, sampah kota Medan dapat dibagi atas sampah
pemukiman dan rumah tangga, pertokoan, perkantoran, pasar tradisional dan
pasar modern, hotel, rumah sakit, jalan arteri dan jalan protokol serta industri.
Tanggung jawab pengelolaan sampah Kota Medan disesuaikan dengan lokasi
sumber sampah. Dinas Kebersihan mengelola sampah domestik, pemukiman,
perkantoran, dan daerah komersial. Dinas Pasar mengelola sampah pasar
tradisional. Dinas Pekerjaan Umum mengelola sampah di saluran drainase,
termasuk gulma dan sedimen. Aparat pemerintahan setingkat Camat dan
Lurah mengelola sampah dalam areal pemukiman di luar jalan protokol, serta
pihak swasta bertanggungajawab mengelola sampah dari pemukiman (Real
Estate) yang dikelolanya.

Gambar 2 : Sampah diantar langsung maupun menggunakan beca atau kereta sorong,
dikumpul di TPS baik untuk dipindahkan ke atas truk dan kemudian
diangkut ke TPA.

30

Pengumpulan sampah dari areal permukiman, pertokoan dan perkantoran
ada yang dikutip langsung oleh truk sampah dan langsung diangkut ke TPA.
Sistem lain adalah mengumpulkan sampah menggunakan kereta sorong atau
beca sampah ke TPS dan kemudian dipindah ke container atau ke dalam truk
pengangkut. Sampah dari pasar modern, hotel dan sampah domestik rumah
sakit yang dikumpulkan oleh pengelolanya pada tempat pengumpulan
sampah sementara (TPS), dipindahkan ke dalam truk untuk diangkut ke TPA.
Sampah dari jalan umum dikumpulkan oleh pengutip sampah dengan
mengunakan kereta sorong, kemudian dipindahkan ke dalam truk untuk
diangkut ke TPA.

Gambar 3 : Kereta Sorong pengangkut sampah menunggu untuk dipindahkan ke atas
truk.

Sampah dari pasar tradisional dikumpulkan dengan menggunakan beca
sampah

ke container atau truk sampah, kemudian dibawa ke TPA.

Pemerintah Kota Medan juga menyediakan layanan angkut sampah
menggunakan mobil pick-up yang disebut dengan “Ambulan Sampah” untuk

31

mengangkut sampah yang belum terangkut oleh kereta sorong, gerobak
maupun beca sampah.

Gambar 4 : Kereta Sorong untuk pengumpul sampah dari sumbernya. Pemerintah Kota
Medan akan melakukan penggantian dengan model beca sampah, sehingga
lebih efektif dan manusiawi.

2. Peralatan yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Survey
Pelaksanaan survey dilakukan untuk menentukan komposisi sampah di TPA
Namo Bintang Medan dan Kuala Bingai Stabat,

kemudian dilanjutkan dengan

penentuan kandungan bahan kering sampah di Laboratorium Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Utara. Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan
tujuan survey yaitu:
a.

Survey Komposisi Jenis Sampah
Peralatan yang digunakan untuk survey komposisi sampah terdiri atas:
(1) Kotak Pengukur Volume Sampah ukuran volume 250 liter
(2) Box Pengukur Volume sampah ukuran 1 m3
(3) Timbangan kapasitas maksimum 100 Kg.

32

Gambar 5 : Kotak pengukur volume sampel sampah dengan ukuran 250 liter (kotak kayu)
dan 1 m3 (box besi). Di bahagian belakang terlihat tenda kerja dengan ukuran
6 x 8 meter.

Gambar 6 : Timbangan untuk mengukur berat sampah dalam plastik yang telah diberi
label sesuai dengan jenis sampahnya.

33

Gambar 7 : Sampah yang diambil dari truk terlebih dahulu diaduk dengan sekop untuk
proses homogenisasi sampel dan kemudian dilakukan quartering untuk
mendapatkan hasil yang lebih representatif sebagai samp