Analisis Potensi Emisi Gas Metana dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah (Studi Kasus di TPA Namo Bintang, Medan, Sumatera Utara) Chapter III V

BAB. III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Mengenai Analisis Potensi Emisi Gas Metana Dari Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah dilakukan belum pernah dilakukan di Sumatera
Utara khususnya di Medan. Maka untuk mengetahui potensi Emisi Gas Metana
Dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Namo Bintang dilakukan pada 2 (dua)
lokasi yaitu di TPA Namo Bintang dan Laboratorium BLH Provinsi Sumatera
Utara. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2011 sampai dengan
bulan Mei 2012.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Sesuai dengan rancangan penelitian diatas, untuk penentuan potensi GRK
dibutuhkan data komposisi sampah dan data kandungan bahan kering sampah.
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian komposisi sampah di lokasi TPA
Namo Bintang dan penentuan kandungan bahan kering di laboratorium seperti
yang disajikan pada tabel dan gambar berikut :
Tabel. 3.1. Peralatan sampling untuk penentuan komposisi sampah

No
Peralatan
1.
Sekop pengaduk dan pengambil sampel
2.

Jumlah
1 pc

3.

Parang untuk memperkecil ukuran sample
yang terlalu besar
Kantung plastik dengan ukuran ± 25 kg

2 pc
5 lbr

4.


Kantung plastik dengan ukuran ± 10 kg

20 lbr

Kegunaan
Agar sampel
homogen
Pencacahan sampel
sampah
Untuk penimbangan
sampel sampah
Tempat sampel
untuk uji
laboratorium

40

Universitas Sumatera Utara

No

Peralatan
5.
Balok kayu ukuran 50 cm x 10 cm x 2
cm
6. Kotak pengukur volume sampah ± 200
liter ( 80 x 50 x 50 cm3) dan ukuran 1.000
liter (1 M3)
7.
Timbangan dengan kapasitas 100 kg
8.
9.

Jumlah
2 btg
Masing
masing
1 pc
1

Segel pengikat karung dan kertas label


1 set

Perlengkapan personal di TPA terdiri atas
helm, baju lengan panjang, jas hujan ,
sepatu boot karet, sarung tangan karet
dan masker

2 set

Kegunaan
Untuk quatering
sampel sampah
Pengukur untuk
pengambilan sampel
(sampah)
Penimbangan sampel
sampah
Menandai jenis
sampah

Alat pelindung diri

Tabel. 3.2. Perlengkapan Labortorium untuk uji kandungan kadar kering sampah
No

Peralatan

Jumlah

1.

Gunting memperkecil ukuran smaple untuk
proses pengeringan

2

2.

Oven mampu mencapai tempratur ± 120 o C


1

3.

Cawan pengering dan box pengering tempat
sampel pada proses pengeringan
Timbangan teknik digital dan timbangan
analitis digital

4.

5.
6.
7.

Kegunaan

1

Menggunting

sampel
Pengeringan
sampel
Wadah tempat
sampel sampah
Penimbangan
sampel sampah

Desicators untuk menyimpan sample setelah
dikeluarkan dari oven

2

Stabilisasi berat

Penjepit/klem

1

Pemegang

cawan

Perlengkapan personal terdiri jas
laboratorium, sarung tangan karet dan
masker

24

2 set

Alat pelindung
diri

41

Universitas Sumatera Utara

Peralatan utama yang dipergunakan dalam

penelitian seperti pada


gambar

berikut :

Pengukur sampel 1 M3

Pengukur sampel 200 ltr

Timbangan Q = 100 kg

Gambar.3.1. Peralatan pengambilan dan penimbangan sampel sampah di TPA

Timbangan Analitik

Oven

Desicator

Gambar.3.2. Peralatan laboratorium untuk pengujian kadar kering sampah


3.3. Rancangan Penelitian
3.2.1. Bentuk Penelitian

Untuk mengetahui kondisi TPA dan beberapa data parameter ,
penelitian langsung dilakukan di lokasi TPA dan Laboratorium.
sedangkan data skunder dikumpulkan dengan melakukan pengumpulan
dan pengambilan data ke dinas terkait yaitu Dinas Kebersihan.

42

Universitas Sumatera Utara

3.2.2. Tahapan Penelitian

Adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut :
1. Studi literatur

dan Pengumpulan data skunder berkaitan dengan


kegiatan TPA seperti jumlah, jenis angkutan/ armada jadwal
angkutan di TPA.
2. Sebagai tahapan

awal, terlebih

dahulu

dilakukan survey

pendahuluan / Observasi lapangan ke lokasi TPA dengan tujuan
untuk :

 Koordinasi dengan penanggung jawab TPA.
 Menentukan lokasi pemilahan pada saat penelitian berlangsung.
 menentukan objek yang akan diteliti.
3. Persiapan peralatan dan bahan penelitian
4. Melihat dan mencatat data yang berhubungan dengan penelitian
seperti volume sampah dan data asal sumber sampah serta armada
angkutan sampah di lokasi TPA dan
5. Pengambilan, pemilahan dan penimbangan sample sampah.
6. Penentuan komposisi sampah dan kandungan bahan kering sampah
7. Analisis data

 Penentuan beberapa parameter yang didapat dari hasil penelitian
lapangan untuk menggantikan data default, antara lain data
karakteristik sampah dan perhitungan komposisi sampah dan
kandungan bahan kering sampah serta generation waste /populasi
sampah.

43

Universitas Sumatera Utara

 Penentuan / perhitungan potensi/tingkat emisi gas metana di TPA
menggunakan IPCC waste model calculation.

Diagram alir tahapan pelaksanaan penelitian seperti diagram berikut :
Mulai

Apakah data
aktivitas persampahan
spesifik daerah
(historis ) tersedia ?

Apakah
pemodelan
spesifik persampahan
daerah atau
parameter kunci
tersedia ?

Yes

Yes

Estimasi emisi menggunakan
metode spesifik daerah/negara
atau metode IPCC FOD dengan
parameter kunci dan data
aktivitas spesifik daerah/negara

No
No

Kumpulkan data
persampahan dan
estimasi data historis
dengan panduan
pada Section 3.2.2
IPCC 2006

Estimasi emisi menggunakan
metode IPCC FOD dengan
parameter default dan data
aktivitas spesifik daerah/
negara

Yes

Apakah
pembuangan sampah
di TPA merupakan kategori
kunci (key category)
sumber emisi GRK

No

Gambar.3.3.

Estimasi emisi menggunakan
metode IPCC FOD dengan
data default

Bagan Langkah Pelaksanaan Penelitian

44

Universitas Sumatera Utara

STUDI LITERATUR






TINJAUA PUSTAKA
HIPOTESIS
METODE
PERATURAN



SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
DI TPA NAMO BITANG
JUMLAH SAMPAH YANG
DIANGKUT
JENIS DAN JADWAL ANGKUTAN
SAMPAH KE TPA




PENGUMPULAN
DATA SKUNDER



HIPOTESA
INVENTARISASI &
PENENTUAN GRK

POTENSI GRK (CH4)
DAPAT DIHITUNG
DENGAN METODE
IPCC GL

PENENTUAN

LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

SARANA PENDUKUNG PENELITIAN

WAKTU PENELITIAN


OBSERVASI
LAPANGAN
OBJEK
PENELITIAN



DENGAN
MENGETAHUI
KOMPOSISI SAMPAH

PELAKSANAAN
PENELITIAN

LOKASI TPA
NAMO
BINTANG

PENGAMBLAN
SAMPLE SAMPAH

LOKASI
LABORATORIU
M

PENENTUAN BAHAN
KERING SAMPAH

ANALISIS
DATA
PENENTUAN &
PERHITUNGAN

KRAKTERISTIK SAMPAH
(Komposisi Berat Kering)

TINGKAT EMISI GRK
(CH4) DI TPA

PEMILAHAN
SAMPLE SAMPAH

KESIMPULAN

PENIMBANGAN
SAMPLE SAMPAH

Gambar.3.4.

PERHITINGAN
KOMPOSISI
SAMPAH




KOMPOSISI SAMPAH DI
TPA NAMO BINTANG
TINGKAT EMISI GRK
(CH4) DI TPA NAMO
BINTANG

Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Penelitian

45

Universitas Sumatera Utara

3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Pengumpulan Data

Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer untuk analisis potensi GRK gas metana dari
sektor sampah seperti volume sampah, komposisi sampah dan berat
sampah diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi TPA.
sedangkan data untuk kandungan bahan kering masing-masing
komponen sampah langsung dilakukan di Laboratorium BLH Provinsi
Sumatera Utara.
Sedangkan data skunder pendukung penelitian meliputi lokasi TPA
antara lain luas lahan, sejarah operasional, pengelola, sistem
pengelolaan, sarana dan prasarana TPA diperoleh dari Dinas
Kebersihan Pemerintah Kota Medan dan dari BLH provinsi Sumatera
Utara berupa bahan – bahan inventarisasi emisi GRK yang diperoleh
dari kegiatan pelatihan dan lokakarya.
3.4.2. Penentuan Sample dan Pengujian Komposisi Sampah

A. Penentuan Sampel

 Penentuan sampel ditentukan berdasarkan jumlah dan jenis
kendaraan pengangkut sampah yang masuk ke TPA serta cakupan
wilayah pengumpulan.

 Pengambilan sampel dilakukan

secara acak (random) dengan

mengambil sampah segar yang baru dibongkar atau diturunkan dari
truk pengangkut sampah di TPA, sample sampah diambil langsung
dibeberapa titik sebelum dilakukan pemilahan.
46

Universitas Sumatera Utara

 Sampah-sampah dimasukkan dalam dua atau tiga kantong plastik
dengan volume yang lebih banyak dari sampel yang dibutuhkan,
kemudian dimasukkan ke dalam kotak pengukur volume dan diaduk
agar sampel homogen.

 Volume sample

sampah untuk penentuan komposisi sampah

dilakukan berdasarkan komposisi sample

sebanyak 1 m3 yang

dianggap mewakili komposisi sampah yang ditimbun di TPA.

 Komposisi sampah ditentukan berdasarkan penimbangan komponen
sampel sampah yang dipilah dengan total volume sampel sampah
yang diambil dalam 1 (satu) kali sampling adalah 1 m3.

 Total sampel ini diperoleh dari beberapa truk yang datang pada hari
pengambilan sampel. Pengambilan sampel menggunakan box
berukuran 200 liter, sampel segera dimasukkan ke box 1 m3 sampai
penuh, untuk memastikan bahwa pada akhir pengambilan sample
total sampel yang diambil adalah 1 m3.

 Volume sampel yang diambil dari satu truk dengan jenis sumber
sampah tertentu berdasarkan frekuensi kedatangan truk tersebut ke
TPA seperti sampah pasar, sampah perumahan dll.

 Frekuensi kedatangan truck sampah diperoleh dari catatan log book
TPA dan Dinas kebersihan Kota Medan.

47

Universitas Sumatera Utara

B. Frekwensi Pengambilan Sample
Frekwensi pengambilan sample yang ideal adalah setiap hari selama 8
hari berturut-turut yaitu mulai hari senin hingga hari senin berikutnya
(Retno GD, 2011). Namun karena keterbatasan waktu dan sumber daya,
pengambilan sample dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu hari senin
dan hari kamis yang diharapkan mewakili kondisi sample pada akhir
pekan dan sample yang mewakili hari kerja yang masuk ke TPA Namo
Bintang.
C. Pemilahan dan Penimbangan Sample Sampah
Sampel sampah sebanyak 1 M 3 dipisahkan/dipilah secara manual
sesuai dengan klasifikasi 9 komponen sampah yaitu :
1. Komponen sampah makanan
2. Komponen sampah kertas, karton dan Nappies
3. Komponen sampah Kayu dan Sampah Taman
4. Komponen sampah Kain dan Produk Tesktil
5. Komponen sampah Karet dan Kulit
6. Komponen sampah Plastik
7. Komponen sampah Logam
8. Komponen sampah Gelas
9. Komponen sampah lain-lain
Sampah yang sudah dipilah dimasukkan dalam kantong plastik dan
diberi label sesuai jenisnya. Pengukuran berat sampah dengan
menggunakan timbangan mekanis secara langsung di lapangan.

48

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran dilakukan dengan cara menimbang kantongan plastik yang
berisi sampah ± 25kg - 50kg, yang bertujuan untuk mendapatkan nilai
berat masing-masing jenis sampah. Data besaran komposisi masingmasing sampah dirangkum dalam bentuk tabel.

3.4.3. Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah

Kandungan bahan kering adalah fraksi (persen) berat kering dari suatu
komponen sampah basah, yang dihitung dari rasio berat kering terhadap
berat basah komponen sampah tersebut. Kandungan bahan kering ini
ditentukan dengan pendekatan gravimetry, yaitu melalui penimbangan
berat sampel. Basis penentuan kandungan bahan kering adalah perjenis
komponen sampah.
Tidak semua komponen sampah memiliki kandungan air, berdasarkan
IPCC 2006 GL dry matter content sampah plastik, gelas, dan logam
adalah 100%. Dengan demikian, penentuan kandungan bahan kering
hanya diterapkan untuk komponen-komponen sampah makanan,
kertas, karton dan nappies, kayu dan sampah taman, kain dan produk
tekstil, karet dan kulit serta sampah lainnya.
Berat sampel untuk penentuan kandungan bahan kering suatu
komponen sampah adalah sekitar

5 kg yang diambil dari sampel.

penentuan komposisi sampah dengan cara pengurangan berat sampel.
Pengurangan berat sampel untuk masing-masing komponen sampah
dilakukan dengan pendekatan 'quartering'.

49

Universitas Sumatera Utara

A. Penentuan Populasi Sample
Kelanjutan dari pengujian komposisi sampah adalah pengujian
kandungan bahan kering sampah, sample yang digunakan dalam
pengujian kandungan bahan kering sampah berasal dari sampel
pengujian

komposisi

sampah

dari

masing-masing

sampel

komponen sampah diambil sebanyak 5(lima) kg.
Untuk sampel yang memiliki berat kurang dari lima kilogram,
dapat langsung dijadikan sampel

untuk pengujian kandungan

kering. Sedangkan sampel yang memiliki berat lebih dari 5 (lima)
kg dikurangi dengan cara quatering. Tujuan perlakuan quatering
adalah untuk mendapatkan sample yang lebih representatif bagi
pengujian kandungan bahan kering. Perlakuan quatering dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
 Sample yang lebih dari 5 (lima) kg diaduk-aduk sehingga
sampel relatif homogen.
 Adukan sampah dibagi menjadi 4 (empat) bagian yang sama,
secara arah diagonal 2 (dua) bagian dipilih dan 2(dua) bagian
lagi disingkirkan. Hal yang sama dilakukan berulang kali sampai
diperoleh berat sampel 5 (lima) kg, kemudian dimasukkan
kedalam kantong plastik yang telah diberi label untuk dibawa ke
laboratorium.
 Di Laboratorium proses quatering sampel dilakukan kembali
untuk mendapatkan sampel sampah 1 (satu) kg. Dengan

50

Universitas Sumatera Utara

menggunakan parang dan gunting ukuran bahagian sampel yang
besar diperkecil terlebih dahulu, kemudian sampel diaduk
hingga

homogen.

Prinsip

perlakuan

quatering

untuk

mendapatkan sampel 5 (lima) kg yang akan dijadikan populasi
sampel untuk pengujian kandungan bahan kering dilaboratorium
seperti yang ditampilkan pada gambar berikut :.

hasil akhir yang dijadikan sampel uji
kandungan kadar kering di laboratorium

Gambar.3.5. Prinsip perlakuan quatering untuk mendapatkan berat sampel 5 kg

B. Metode Pengujian Kandungan Kering Sampah
Pengujian kandungan kering sampah dilakukan dilaboratorium.
Pengujian kandungan kering sampah bertujuan untuk melepaskan
kandungan air dari sampel sampah, adapun tahapan pelaksanaan
seperti berikut :

51

Universitas Sumatera Utara

 Penentuan bahan kering dilaksanakan di laboratorium dengan
menggunakan Dry Oven

yang dapat mencapai temperatur

pengeringan sekitar ± 110 - 120°C.
 Pengeringan dilakukan pada tempratur ± 105 OC – 110

O

C,

selama 2 jam.
 Penentuan kandungan bahan kering suatu komponen sampah
dinyatakan dalam persen berat (% berat), dilakukan
jalan penetuan kandungan air

sampah

dengan

tersebut. Ilustrasi

penimbangan berat basahdan berat kering sampah
Secara umum garis besar tahapan pelaksanaan sampling,
penentuan sample dan pengujian kandungan bahan

kering

sampah seperti yang diilustrasikan pada gambar 3.5 dan gambar
3.6 berikut :

52

Universitas Sumatera Utara

53

Universitas Sumatera Utara

54

Universitas Sumatera Utara

3.5. Metode Pengolahan Data
3.5.1. Metode Analisis data

Pengolahan data penelitian baik data yang bersifat kuantitatif maupun
data kualitatif akan dianalisa secara deskriptif dan komperatif yang
bertujuan memberikan gambaran kondisi subjek penelitian dan
membandingkan dengan data IPCC serta dengan

hasil penelitian-

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
Penentuan potensi emisi GRK gas Metana di TPA mengacu pada
motodologi standar

ditetapkan oleh kementrian lingkungan hidup

yang merujuk pada UNFCCC pada IPCC 2006 GL. Besarnya GRK di
TPA ditentukan berdasarkan estimasi (merujuk IPCC 2006 GL) bukan
pengukuran

langsung

jumlah

gas

metana

yang

dilepaskan.

Berdasarkan IPCC 2006 GL, potensi emisi GRK gas Metana dari TPA
dapat diperkirakan

berdasarkan ketelitiannya. Pada penelitian ini

potensi Emisi GRK Gas Metana diperkirakan dengan mengacu pada
IPCC GL 2006 Tier-2 .

3.5.2. Perhitungan Potensi Emisi GRK gas Metana di TPA

Penelitian ini menggunakan IPCC_Waste_Model.xls (IPCC waste
model calculation) untuk menghitung potensi timbulan gas metana
yang terbentuk di TPA.
Penentuan tingkat emisi GRK gas metana di TPA dilakukan dengan
menggunakan metoda FOD versi Tier 2, bahwa

total emisi gas

Metana pada tahun T adalah total gas CH4 yang ditimbulkan (CH4 -

55

Universitas Sumatera Utara

generated) pada tahun T dikoreksi dengan besarnya gas CH4 yang
dimanfaatkan atau yang dibakar.
Dengan prinsip bangkitan metan yang timbul dari lokasi TPA dihitung
berdasarkan formula - formula berikut :
Emisi CH4 th T (Ggram) = [ Σx CH4 generatedx,T -RT]* (1-OXT) .........(3.1)
Dimana:
Emisi CH4 th T = Emisi metana pada tahun T
CH4 generated = CH4

yang

ditimbulkan

saat

komponen

sampah

terdekomposisi (Gg CH4)
T

= tahun inventarisasi

RT

= CH4 yang di recovery/dimanfaatkan pada tahun T, (Ggram)

x

= komponen sampah yang mengandung DOC (Degradable
Organic Carbon)

OXT

= faktor oksidasi pada tahun T, fraksi ( merupakan koreksi
karena adanya oksidasi gas metana yang tidak direcovery di
bagian atas tumpukan sampah )

Penentuan gas metan yang dihasilkan pada proses dekomposisi sampah
dapat dihitung dengan metoda neraca bahan sbb.:
CH4 generated T = DDOCm decompT . F .

16

/12..............................................(3.2)

DDOCm decompT = (DDOCmaT-1) . (1 – e -k).......................................................(3.3)
DDOC maT = DDOC mdT + (DDOCmaT -1 . e –k)...........................................(3.4)

DDOCm = W . DOC . DOCf . MCF..........................................................................(3.5)

56

Universitas Sumatera Utara

dimana :
DDOCm decompT
DDOC maT
DDOC mdT
DDOCm
MCF
DOC
sampah)
W
F
k
t1/2
16/12
DOCf

: DDOCm yang terdekomposisi di TPA pada tahun T, (Gg)
: DDOCm yang terakumulasi di TPA pada akhir tahun T, (Gg)
: DDOC yang disimpan di TPA pada tahun T, Gg.
: massa DOC tersimpan di TPA yang dapat terdekomposisi (Gg)
: faktor koreksi CH4 (dekomposisi aerobik) di tahun penyimpanan
: DOC pada tahun penyimpanan, fraksi (Ggram C/ Ggram
: massa sampah yang disimpan di TPA (Ggram)
: fraksi gas metan (CH4) yang ditimbulkan di TPA (%-volume)
: konstanta reaksi, dimana k = ln (2) / t1/2(y-1)
: waktu paruh (y)
: perbandingan berat molekul CH4/C (rasio).
: fraksi karbon organik yang terurai (fraksi karbon yang
terdegradasi dan lepas dari TPA)

Dari formula diatas maka parameter yang dibutuhkan untuk perhitungan adalah :


Jumlah penduduk tahun 2007 s/d tahun 2012



Generation rate sampah kg/kap/hari



Sampah yang terangkut ke TPA



Komposisi sampah



Beberapa parameter dari data ‘default’ dari IPCC guideline

Selanjutnya dengan penggunaan IPCC_Waste_Model.xls dalam

beberapa

tahapan dengan menggunakan sheet yang telah diformat, yaitu :
(1)

Tahap -1 : menentukan dan mengisi data-data awal pengganti data ‘default’
dengan data hasil penelitian lapangan pada sheet parameter berikut al. : data
TPA, nilai DOC, k, Ox dan nilai F

 Menginfut data tahun mulai beroperasi TPA dan data komponen
sampah (hasil survey), sampah yang masuk ke TPA dapat diestimasi
berdasarkan populasi dan bangkitan sampah perkapita

57

Universitas Sumatera Utara

 Menurut BPPT (2009) bahwa populasi sampah untuk Asia Tenggara =
0,7 kg/kap/hari dan Indonesia 0,76 kg/kap/hari, Medan = 0,68
kg/kap/hari (BPS dan Dinas Kebersihan Medan,2012)

W = pop * generation/capita

 Nilai default DOCf yang dianjurkan adalah 0,5 (dengan asumsi
lingkungan TPA adalah anaerobik).

 Nilai DOCf tergantung dari banyak faktor antara lain suhu,
kelembaban, pH, komposisi sampah, dan lain-lain. Jumlah DOC yang
hilang bersamaan dengan aliran lindi biasanya tidak besar, hanya
sekitar 1% sehingga dapat diabaikan dalam perhitungan.

Sumber : IPCC_Waste_Model.xls, GL 2006

 Nilai konstanta pembentukan metana (k) pada sheet berikut :

58

Universitas Sumatera Utara

Sumber : IPCC_Waste_Model.xls, GL 2006

Nilai konstanta ini (k) bergantung pada jenis limbah dan iklim,
untuk wilayah Indonesia dipilih iklim: ‘Moist and wet tropical’

 Pengisian nilai – nilai pada “ delay time, F, faktor konversi dan
Ox” . “Delay Time”

yaitu waktu rata-rata yang dibutuhkan

sebelum reaksi penguraian secara anaerobik terjadi, biasanya
diasumsikan 6 bulan

 F : fraksi gas metana dalam gas landfill (default = 0.5)
 Faktor konversi C menjadi CH4 : rasio berat molekul CH4/C =
16/12 = 1.33

 OX : faktor oksidasi di permukaan, default value untuk semua
tipe TPA tanpa ditutup dengan material pengoksidasi = 0 sesuai
tabel 3.2 IPCC GL

59

Universitas Sumatera Utara

Sumber : IPCC_Waste_Model.xls, GL 2006

(2)

Tahap -2 : Memasukkan data ke dalam sheet MCF (Methane Correction
Factor). MCF menunjukkan derajat terjadinya penguraian sampah secara
anaerob. terjadinya penguraian tergantung pada jenis TPA . Berikut adalah
klasifikasi TPA dan faktor koreksi metana (MCF) yang digunakan untuk
menghitung nilai DDOCm.
Tabel. 3.3. Klasifikasi TPA dan faktor koreksi metana (MCF)
Nilai default
Jenis tempat pembuangan
MCF
Managed – anaerobic
1.0
Managed – semi-aerobic
0.5
Unmanaged – deep ( >5 m waste) and /or
0.8
high water table
Unmanaged – shallow (