Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten Kota di Sumatera Barat 2011-2013

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori
2.1.1

Produk Domestik Regional Bruto

Produk domestik regional bruto adalah total nilai tambah barang dan jasa
yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian diseluruh daerah dalam
periode tertentu. Angka- angka PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi
makro yang banyak digunakan dalam perencanaan pembangunan regional, hal ini
terkait dengan berlakukannya undang-undang nomor 23 Tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah, dimana daerah dituntut untuk lebih
profesional dan mandiri dalam mengelola potensi sumber daya alam, sumber daya
buatan, maupun sumber daya manusia dalam usaha meningkatkan taraf hidup
masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan
masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan

pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
Data PDRB mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. PDRBatasdasarhargaberlaku(nominal)menunjukkankemampuansumberdayaek
onomiyangdihasilkanolehsuatudaerah.NilaiPDRByangbesarmenunjukkan
kemampuan sumberdaya ekonomiyangbesar,begitujugasebaliknya.
b. PRBhargaberlakumenunjukkanpendapatanyangmemungkinkanuntukdinikmatio
lehsuatudaerah.

19
Universitas Sumatera Utara

c. PDRBhargakonstan(riil)dapatdigunakanuntukmenunjukkanlajupertumbuhan
ekonomi secarakeseluruhan atausetiapsektordaritahun ketahun.
d. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektormenunjukkan struktur
perekonomiansetiapsectorekonomidalamsuatudaerah.Sektorsektorekonomiyangmempunyaiperanbesarmenunjukkanbasis

perekonomian

suatudaerah.
e. PDRBhargaberlakumenurutpenggunaanmenunjukkanprodukbarangdanjasa

digunakanuntuktujuankonsumsi,investasidandiperdagangkandenganpihak
luarnegeri.
f. DistribusiPDRBmenurutpenggunaanmenunjukkanperanankelembagaandalamm
enggunakanbarangdanjasayangdihasilkanolehberbagaisectorekonomi.
g. PDRBpenggunaanatasdasarhargakonstanbermanfaatuntukmengukurlaju
pertumbuhankonsumsi,investasidanperdaganganluarnegeri.
h. PDRBdanPRBperkapitaatasdasarhargaberlakumenunjukkannilaiPDRB
danPRB perkepalaataupersatuorangpenduduk.
i. PDRBdanPRBperkapitaatasdasarhargakonstanbergunauntukmengetahuipertum
buhannyataekonomiperkapitapenduduksuatudaerah.
2.1.1.1 Metode Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
PDRB dapat dihitung atas harga berlaku dan atas harga konstan.PDRB atas
harga berlaku digunakan untuk melihat struktur perekonomian atau peranan setiap
sektor perekonomian pada tahun berjalan.PDRB atas harga konstan digunakan
untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah baik secara keseluruhan
maupun sektoral.

20
Universitas Sumatera Utara


2.1.1.2 Metode Perhitungan PDRB Atas Harga Berlaku
Perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui dua
metode, yaitu metode lansung dan metode tidak langsung. Metode tidak langsung
adalah perhitungan dengan cara alokasi dengan memakai berbagai macam
indikator produksi atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator. Alokator
yang digunakan dapat didasarkan atas : (i) Nilai produksi bruto atau neto, (ii)
Jumlah produksi fisik, (iii) Tenaga kerja, (iv) Penduduk,dan (v) Alokator lainnya
yang dianggap cocok untuk daerah. Metode langsung yang dimaksud adalah
metode perhitungan dengan menggunakan data yang berasal dari data awal tiaptiap daerah. Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan 3 macam
pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan Produksi ( Production Approach )
Dalam pendekatan ini PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu ( 1 tahun ). Unit produksi dalam penyajiannya dikelompokkan dalam 8
sektor yaitu:
a. Pertanian.
b. Pertambangan dan Penggalian.
c. Industri Pengolahan.
d. Listrik, Gas, dan Air Bersih.
e. Bangunan.

f. Perdagangan, Hotel, dan Restoran.
g. Pengangkutan dan Komunikasi.

21
Universitas Sumatera Utara

h. Jasa Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.
2. Pendekatan Pendapatan ( Income Approach )
Dalam pendekatan pendapatan,PDRB merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor
produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan.
3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach )
Dalam pendekatan pengeluaran, bertitik tolak pada penggunaan akhir dari
barang dan jasa didalam suatu wilayah, seperti :
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung.
b. Konsumsi pemerintah.
c. Pembentukan modal tetap domestik bruto.

d. Perubahan stok.
e. Ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
2.1.1.3 Metode Perhitungan PDRB Atas Harga Konstan
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku
dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya
perubahan volume produksi. Produk domestik menurut lapangan usaha atas harga
konstan apabila dikaitkan dengan data mengenai tenaga kerja dan barang modal
yang dipakai dalam proses produksi dapat memberikan gambaran tentang tingkat
produktifitas dan kapasitas produksi dari masing-masing lapangan usaha. Secara

22
Universitas Sumatera Utara

konsep nilai atas harga konstan dapat juga mencerminkan kuantum produksi pada
tahun

dasar.Darisegimetodestatistik,suatunilaiatasdasarharga

konstandapat


diperoleh dengan cara:
1. Revaluasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengalikan kuantum pada tahun berjalan
dengan harga pada tahun dasar.
2. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas harga konstan diperoleh dengan cara
mengalikan nilain tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks
produksi sebagai ektrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing
produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti
tenaga kerja, jumlah perusahaan yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang
diestimasi. Ekstapolasi dilakukan terhadap perhitungan output atas harga konstan
dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap nilai output dan diperoleh
perkiraan nilai tambah atas harga konstan.
3. Deflasi
Nilai tambah atas harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai
tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga.
Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga
perdagangan besar, indeks harga konsumen, dll.
4. Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda ini yang dideflasi adalah output dan biaya

antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya

23
Universitas Sumatera Utara

antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga uang digunakan sebagai deflator
merupakan indeks harga konsumen dan indeks harga perdagangan besar sesuai
dengan cakupan komoditinya, sedangkan deflator untuk biaya antara adalah
indeks harga dari komponen input terbesar.
2.1.2

Dana Alokasi Umum (DAU)

Berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Dana Alokasi
Umum (DAU) daerah provinsi dan kabupaten/kota,Dana Alokasi Umum adalah
“dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi”.
Jumlah keseluruhan DAU yang ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari

Pendapatan Dalam Negeri Neto.
b. Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari
perbandingan

antara

bobot

urusan

pemerintahan

yang

menjadi

kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
c. Jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif,
proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan
imbangan 10% dan 90%.

DAU merupakan salah satu komponen pendapatan pada APBD.Tujuan
DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

24
Universitas Sumatera Utara

DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas
celah fiskal dan alokasi dasar.Celah fiskal adalah selisih antara kebutuhan fiskal
dan kapasitas fiskal, sedangkan alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji
Pegawai Negeri Sipil Daerah.Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan
pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum (antara lain
kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan pengentasan kemiskinan). Setiap
kebutuhan pendanaan tersebut diukur secara berturut-turut menggunakan variabel
jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, PDRB, dan IPM,
sedangkan kapasitas fiskal daerah dihitung berdasarkan Pendapatan Asli Daerah
dan Dana Bagi Hasil.
Prinsip dasar alokasi Dana Alokasi umum, yaitu :
1. Kecukupan (adequacy).
2. Netralitas dan efisiensi (neutrality and efficiency).

3. Akuntabilitas (accountability).
4. Relevansi dengan tujuan (relevance).
5. Keadilan (equity).
6. Objektivitas dan transparansi.
7. Kesederhanaan (simplicity).

2.1.3

Pendapatan Asli Daerah

“Pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan yang diperoleh
daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

25
Universitas Sumatera Utara

peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”
(Halim, 2004:96).Peningkatan Pendapatan Asli Daerah mutlak harus dilakukan
oleh pemerintah daerah agar mampu untuk membiayai kebutuhan sendiri,
sehingga ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat semakin

berkurang. Sumber-sumber pendapatan asli daerah antara lain :
1. Pajak Daerah
“Pajak merupakan iuranyang dapat dipaksakan kepada wajib pajak oleh
pemerintah dengan balas jasa yang tidak langsung dapat ditunjuk.Pada pokoknya
pajak memiliki dua peranan utama yaitu sebagai sumber penerimaan Negara
(fungsi

budget)

dan

sebagai

alat

untuk

mengatur

(fungsiregulator)”

(Suparmoko,2002:135).
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pajak daerah terdiri dari:
1) Pajak provinsi,yang terdiri dari :
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2) Pajak kabupaten/kota,yang terdiri dari :
a. Pajak hotel
b. Pajak restoran
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak mineral bukan logam dan batuan
g. Pajak parkir
h. Pajak air tanah
i. Pajak sarang burung walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan pedesaan dan perkotaan
k. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

26
Universitas Sumatera Utara

2. Retribusi Daerah
“Retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat
karena seseorang atau badan hukum menggunakan jasa dan barang pemerintah
yang langsung dapat ditunjuk” (Sutrisno,1984:202). Peraturan pemerintah No.97
Tahun 2002 tentang retribusi pengendalian lalu lintas dan retribusi perpanjangan
izin mempekerjakan tenaga kerja asing pasal satu menyebutkan bahwa “ retribusi
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu
yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan ”.
Pada dasarnya retribusi adalah pajak, tetapi merupakan jenis pajak khusus,
karena ciri– ciri dan atau syarat – syarat tertentu masih dapat dipenuhi.Syaratsyarat tertentu tersebut antara lain: berdasarkan undang - undang atau peraturan
yang sederajat harus disetor ke kas negara atau daerah dan tidak dapat
dipaksakan. Batasan pengertian retribusi ini sendiri merupakan pungutan yang
dilakukan pemerintah karena seseorang dan atau badan hukum menggunakan
barang dan jasa pemerintah yang langsung dapat ditunjuk. Dari definisi diatas
terlihat bahwa ciri-ciri mendasar dari retribusi daerah adalah :
a. Retribusi dipungut oleh daerah.
b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang
langsung dapat ditunjuk.
c. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan barang atau jasa
yang disediakan oleh negara.
3. Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

27
Universitas Sumatera Utara

dipisahkan.
Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari
keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan
bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan
daerah yang dipisahkan,sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat
perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah
pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan
memperkembangkan perekonomian daerah.
4. Lain-lain PAD yang disahkan
“Penerimaan lain - lain, dilain pihak adalah penerimaan pemerintah daerah
diluar penerimaan – penerimaan dinas, pajak, retribusi dan bagian laba
perusahaan daerah. Penerimaan ini antara lain berasal dari sewa rumah dinas
milik daerah, hasil penjualan barang – barang (bekas) milik daerah, penerimaan
sewa kios milik daerah dan penerimaan uang langganan majalah daerah
(Hirawan, 1987: 204)”.
Penerimaan lain – lain membuka kemungkinan bagi pemerintah daerah
untuk melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan baik yang berupa materi
dalam hal kegiatan bersifat bisnis, maupun non materi dalam hal kegiatan
tersebut untuk menyediakan, melapangkan atau memantapkan suatu kebijakan
pemerintah daerah dalam suatu bidang tertentu.
2.1.4

Belanja Modal

Belanja modal adalah belanja yang digunakan dalam rangka pengadaan aset
tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan

28
Universitas Sumatera Utara

untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Dalam Erlina, dan Rasdianto
(2013), nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli/bangun aset
ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset
sampai aset tersebut siap digunakan.
Syaiful (2006) menjelaskan bahwa belanja modal dapat dikategorikan
menjadi 5 (lima) kategori utama, yaitu:
a. Belanja tanah
Belanja tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk
pengadaan/pembeliaan/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,
pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan
pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai
tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b. Belanja peralatan dan mesin
Belanja peralatan dan mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan
dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
c. Belanja gedung dan bangunan
Belanja gedung dan bangunan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan
untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan
yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi
siap pakai.
d. Belanja jalan, irigasi, dan jaringan
Belanja jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan
serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan
pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan
irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

e. Belanja fisik lainnya
Belanja Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untukpengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan
serta perawatan terhadap Fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam
kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan
jalan irigasi dan jaringan.

29
Universitas Sumatera Utara

2.2

Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Terdahulu

Peneliti
Arief Eka
Atmaja

Maimunah
(2006)

Steven
Yansen
(2013)

Judul Penelitian
Pengaruh Dana
Alokasi Umum
terhadap Pendapatan
Asli Daerah dengan
Belanja Modal
sebagai variabel
intervening pada
Kabupaten/Kota sejawa 2006-2008

Variabel yang
Digunakan
Independen:
Dana Alokasi
Umum
Dependen:
Pendapatan
Asli Daerah
Intervening:
Belanja Modal

Fly papper effect
pada Dana Alokasi
Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
terhadap belanja
daerah pada
Kabupaten /Kota di
Pulau Sumatera

Independen:
1. DAU
2. PAD

Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah dan
Dana Alokasi Umum
terhadap Belanja
Daerah pada
Pemerintah
Kabupaten/Kota di
Wilayah Sumsel

Independen:
1. PAD
2. DAU

Dependen:
Belanja
Daerah

Dependen:
Belanja
Daerah

Hasil Penelitian
Variabel
pengeluaran
daerah, jumlah
penduduk dan
PDRB
berpengaruh
lurus (positif)
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah.

Dana Alokasi
Umum
berpengaruh
signifikan dan
positif terhadap
belanja daerah,
sedangkan
Pendapatan Asli
Daerah tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap belanja
daerah.
PAD dan DAU
secara parsial
berpengaruh
secara signifikan
terhadap Belanja
Daerah. Namun,
PAD dan DAU
secara simultan

30
Universitas Sumatera Utara

tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap Belanja
Daerah.
Mayzestika
Maharani

Dewina
Putri Br.
Ginting
(2014)

Bati (2009)

Pertumbuhan
ekonomi (PDRB),
Pendapatan Asli
Daerah (PAD),dan
Dana Alokasi Umum
(DAU) terhadap
Belanja Modal

Independen:
1. DAU
2. PAD
3. PDRB

Pengaruh Pajak
Daerah dan Retribusi
Daerah terhadap
Pengalokasian
Belanja Modal pada
Pemkab/Pemkot di
Provinsi Sumatera
Utara

Independen:
1. Pajak
Daerah
2. Retribusi
Daerah

Pengaruh Belanja
Modal dan PAD
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi (Studi Pada
Kabupaten dan Kota
di Sumatera Utara)

Independen :
1.Belanja
modal
2.PAD

Dependen:
Belanja Modal

Dependen:
Belanja Modal

Dependen :
Pertumbuhan
ekonomi

PDRB tidak
berpengaruh
terhadap Belanja
Modal, PAD
berpengaruh
terhadap
BelanjaModal,
DAU
berpengaruh
terhadap Belanja
Modal.
Secara parsial
baik Pajak
Daerah maupun
Retribusi Daerah
mempunyai
pengaruh
signifikan positif
terhadap tingkat
Belanja Modal.
Secara simultan
Pajak Daerah
dan Retribusi
Daerah
mempunyai
pengaruh
signifikan positif
terhadap Belanja
Modal.
Belanja modal
dan PAD
berpengaruh
secara simultan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
PAD secara
parsial

31
Universitas Sumatera Utara

berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
Belanja modal
secara parsial
tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
Agave
Sianturi
(2010)

Rendy
Yulian
Bayu
Prakoso

Pengaruh Pajak
Daerah dan Retribusi
Daerah terhadap
Pengalokasian
Belanja Modal pada
Pemerintah
Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara

Independen:
1. Pajak
Daerah
2. Retribusi
Daerah

Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah, Dana
Alokasi umum,
Produk Domestik
Regional Bruto
terhadap Belanja

Independen:
1.PAD
2.DAU
3.PDRB

Dependen:
Belanja Modal

Dependen:

Secara simultan
pajak daerah dan
retribusi daerah
berpengaruh
terhadap belanja
modal pada
kabupaten/kota
di
Sumatera Utara.
Secara parsial
pajak daerah
berpengaruh
signifikan
terhadap
belanja modal
pada
kabupaten/kota
di Sumatera
Utara.
Sedangkan
retribusi daerah
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap belanja
modal.
Terdapat
pengaruh positif
dan signifikan
antara PAD
terhadap belanja
daerah,terdapat

32
Universitas Sumatera Utara

Dwi
Handayani,
Elva
Nuraina
(2012)

Daerah

Belanja
Daerah

pengaruh positif
antara DAU
dengan
pengalokasian
belanja daerah,
terdapat
pengaruh positif
antara PDRB
terhadap
pengalokasian
belanja daerah.

Pengaruh Pajak
Daerah dan Dana
Alokasi Khusus
terhadap Belanja
Daerah Kabupaten
Madiun

Independen:
1. Pajak
Daerah
2. DAK

Pajak daerah
berpengaruh
secara positif
dan signifikan
terhadap alokasi
belanja daerah.
Dana Alokasi
Khusus tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap alokasi
belanja daerah.
Pajak daerah dan
dana alokasi
khusus secara
simultan
berpengaruh
secara positif
dan signifikan
terhadap alokasi
belanja daerah.

Dependen:
Belanja
Daerah

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu:

33
Universitas Sumatera Utara

1. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan seluruh unsur Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebagai variabel independen, sedangkan penelitian ini hanya
menggunakan produk domestik regional bruto sebagai variabel independen.
2. Penelitian ini menambahkan variabel independen baru yaitu Dana Alokasi
Umum (DAU) untuk melihat pengaruhnya terhadap Pendapatan Asli
Daerah.
3. Penelitian ini juga menambahkan variabel moderating yaitu Belanja Modal
untuk melihat pemoderasian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Dana Alokasi Umum (DAU), dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2.3

Kerangka Konseptual
Pada umumnya pembangunan Nasional di negara-negara berkembang

difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam upaya pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan
jasa, yang antara lain diukur dengan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) pada
tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah, baik
tingkat I maupun tingkat II. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi regioal
tercermin pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Kebijakan utama yang perlu dilakukan daerah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerahnya adalah mengusahakan semaksimal mungkin
potensi yang dimiliki oleh provinsi atau Kabupaten/Kota yang bersangkutan,
mengingat potensi masing-masing daerah bervariasi maka sebaiknya masingmasing daerah menentukan kegiatan sektor dominan/unggul. Desentralisasi fiskal
merupakan bagian penting dalam implementasi otonomi daerah yaitu suatu proses

34
Universitas Sumatera Utara

distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada
pemerintahan yang lebih rendah untuk melaksanakan fungsi atau tugas
pemerintah secara efektif dan mendapat kebebasan pengambilan keputusan dalam
penyediaan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya bidang pemerintahan yang
dilimpahkan.
Pembangunan ekonomi suatu daerah menjadi penting karena menjadi
indikator bagi kemajuan perekonomian daerah yang bersangkutan. Kemajuan
perekonomian bisa juga dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat diartikan sebagai pendapatan yang
bersumber dari pugutan-pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan
peraturan-peraturan yang berlaku yang dapat dikenakan kepada setiap orang atau
badan usaha baik milik pemerintahan maupun swasta karena perolehan jasa yang
diberikan pemerintah daerah tersebut. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak
daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan daerah yang dipisahkan, dan PAD lainlain yang sah.
Pajak daerah merupakan PAD yang tarif pemungutannya telah diatur dalam
undang-udang yang berlaku. Dari pajak daerah ini, pemerintah daerah dapat
mengalokasikan pendapatannya kedalam belanja modal.Dana Alokasi Umum
adalah dana yang berasal dari APBN yang merupakan instrumen yang digunakan
pemerintah untuk melakukan pemerataan kemampuan daerah sehingga semua
daerah mempunyai kemampuan yang relatif sama untuk memenuhi kebutuhannya.
Pendapatan Asli Daerah merupakan andalan utama daerah untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintah dan pembiayaan pembangunan. Tetapi

35
Universitas Sumatera Utara

pemerintah daerah dari unsur PAS saja belum mampu memenuhi kebutuhan
daerah, jelas akan membutuhkan dana tambahan lagi bagi daerah sehingga daerah
masih membutuhkan bantuan dana yang berasal dari pusat yang disebut Dana
Alokasi Umum (DAU).
Dana Alokasi umum tersebut akan digunakan sebagai alat untuk
membangun sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah sehingga dengan
bertambahnya infrastruktur dapat memacu pertumbuhan ekonomi di daerahnya.
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, dan Dana
Alokasi Umum terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
(X1)

DANA ALOKASI UMUM
(X2)

H1
PENDAPATAN ASLI
DAERAH
(Y)

H2

H3
H4

BELANJA MODAL
(Z)

36
Universitas Sumatera Utara

2.4

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,tinjauan

penelitian terdahulu kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini
sebagai berikut :
H1.Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap Pendapatan Asli
Daerah secara parsial.
H2.Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah secara
parsial.
H3.Produk Domestik Regional Bruto, Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah secara simultan.
H4.Belanja modal sebagai pemoderasi Produk Domestik Regional Bruto, Dana
Alokasi Umum dengan Pendapatan Asli Daerah.

37
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

7 91 72

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pulau Sumatera (Periode 2011- 2013)

1 62 98

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat 2011-2013

2 9 81

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten Kota di Sumatera Barat 2011-2013

0 4 10

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten Kota di Sumatera Barat 2011-2013

0 0 2

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten Kota di Sumatera Barat 2011-2013

0 0 8

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten Kota di Sumatera Barat 2011-2013

0 0 2

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten Kota di Sumatera Barat 2011-2013

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

0 2 11

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

0 1 12