Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pulau Sumatera (Periode 2011- 2013)

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA

DAERAH PADA PEMERINTAH KOTA DI PULAU SUMATERA (PERIODE 2011-2013)

OLEH

HASHIFAH ANISAH 110503086

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pajak

Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kota di Pulau Sumatera (Periode 2011-2013)” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 6 Juli 2015

Yang Membuat Pernyataan,

Hashifah Anisah NIM. 110503086


(3)

ABSTRAK

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah pada

Pemerintah Kota Di Pulau Sumatera (Periode 2011-2013)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Kota di Pulau Sumatera. Desain penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan desain asosiatif kausal, dengan jumlah sampel sebanyak 16 kota setiap tahunnya dari 34 kota yang ada di Pulau Sumatera. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tahun 2011, 2012, dan 2013. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t, uji F, dan koefisien determinasi. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa Pajak Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Daerah, sedangkan Retribusi Daerah dan Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah. Secara simultan menunjukkan bahwa Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah

Kata Kunci: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khsusus, Belanja Daerah


(4)

ABSTRACT

Effect of Local Tax, Local Retribution, General Aloocation Fund, and Special Allocation Fund on Local Expenditure Alloxation

Studies in City of Sumatera Island (Period 2011-2013)

The purpose of this research is to find out whether there is influence of Local Tax, Local Retribution, The General Allocation Fund And Special Allocation Fund against Local Goverment Expenditure. The population in this study is the Goverment town in Sumatera Island. Design research in this research is using causal associative design, with total sample of 16 cities each year from 34 cities in Sumatera Island. This resarch used data secondary of Goverment Budgets- realization 2011, 2013, and 2013. Hypothesis testing in this study using multiple linear regression with t - test and F – test, and the coeffisient of determination. The result of this research show that partially, Local Taxes and DAU influence to local goverment expenditure. While Local Retributions and DAK do not affect to local goverment expenditure. Simultaneously that Local Taxes, Local Retributions, DAU, dan DAK influence to local goverment expenditure

Keyword: Local Tax, Local Retribution, General Allocation Fund, Special


(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pulau Sumatera (Periode 2011- 2013)”, sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara

Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tersayang yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Teruntuk Ibunda Dr.Julia Maulina, M.Si dan Ayahanda Drs.Zuhri, M.Si yang telah memberikan kasih sayang penuh kepada penulis, kepada adik tercinta Anni Kholilah dan M. Fathur Rahman yang tak pernah berhenti memberikan semangat kepada penulis, Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA dan Bapak Drs.

Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi


(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM,Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Zainal Bahri Torong, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Bapak Drs.Firman Syarif, MM, Ak selaku Dosen Penguji I dan Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis melalui kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak dan Ibu Dosen Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara stambuk 2011. Seluruh pihak yang tiada henti memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya Aya Marissa Desianti, Sanita Diaz, Shahira Nadira Arsya, Beatrix Pardede, Ketrin Aprila, serta kepada pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih kepada semuanya.

Tak ada yang sempurna, demikian juga dalam penulisan skripsi ini, hal ini semata karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis, saran dan


(7)

kritik tentu akan sangat membantu. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi penulis maupun pihak lain.

Medan, 6 Juli 2015 Penulis,

Hashifah Anisah NIM. 110503086


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN .... ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 7

1.2.1 Perumusan Masalah ... 7

1.2.2 Batasan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian . ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka .... ... 9

2.1.1 Belanja Daerah .... ... 9

2.1.2 Pajak Daerah ... ... 12

2.1.3 Retribusi Daerah ... 18

2.1.4 Dana Alokasi Umum ... ... 22

2.1.5 Dana Alokas Khusus ... 23

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 28

2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 28

2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 32

3.2 Populasi dan Sampel . ... 32

3.3 Jenis dan Sumber data .. ... 35

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... ... 36

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.6 Metode Analisis Data ... 37

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Data Penelitian ... 45


(9)

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 46

4.3 Pembahasan Hasil Analisis ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 66

5.3 Saran ... ... 67

DAFTAR PUSTA ... 68


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual... 34

4.1 Uji Normalitas Plot Sebelum Transformasi ... 53

4.2 Uji Normalitas Setelah Transformasi ... 54


(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 31

3.1 Daftar Populasi ... 36

3.2 Daftar Sampel ... 38

3.3 Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran ... 40

4.1 Desctiptive Statistics ... 49

4.2 Uji Normlitas Sebelum Transformasi ... 51

4.3 Uji Normalitas Setelah Transformasi ... 52

4.4 Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi ... 55

4.5 Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi ... 56

4.6 Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi ... 58

4.7 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi ... 59

4.8 Hasil Analisis Regresi ... 60

4.9 Hasil Uji Parsial ... 62

4.10 Hasil Uji Simultan ... 64


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Jadwal Penelitian... 72 Lampiran 2 Daftar Sampel ... 73 Lampiran 3 Realisasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah,

Dana Alokas Umum, dan Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Daerah pada Pemerintah Kota

di Pulau Sumatera Tahun 2011 – 2013 ... 75 Lampiran 4 Hasil Penelitian ... 78


(13)

ABSTRAK

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah pada

Pemerintah Kota Di Pulau Sumatera (Periode 2011-2013)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Kota di Pulau Sumatera. Desain penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan desain asosiatif kausal, dengan jumlah sampel sebanyak 16 kota setiap tahunnya dari 34 kota yang ada di Pulau Sumatera. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tahun 2011, 2012, dan 2013. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t, uji F, dan koefisien determinasi. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa Pajak Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Daerah, sedangkan Retribusi Daerah dan Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah. Secara simultan menunjukkan bahwa Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah

Kata Kunci: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khsusus, Belanja Daerah


(14)

ABSTRACT

Effect of Local Tax, Local Retribution, General Aloocation Fund, and Special Allocation Fund on Local Expenditure Alloxation

Studies in City of Sumatera Island (Period 2011-2013)

The purpose of this research is to find out whether there is influence of Local Tax, Local Retribution, The General Allocation Fund And Special Allocation Fund against Local Goverment Expenditure. The population in this study is the Goverment town in Sumatera Island. Design research in this research is using causal associative design, with total sample of 16 cities each year from 34 cities in Sumatera Island. This resarch used data secondary of Goverment Budgets- realization 2011, 2013, and 2013. Hypothesis testing in this study using multiple linear regression with t - test and F – test, and the coeffisient of determination. The result of this research show that partially, Local Taxes and DAU influence to local goverment expenditure. While Local Retributions and DAK do not affect to local goverment expenditure. Simultaneously that Local Taxes, Local Retributions, DAU, dan DAK influence to local goverment expenditure

Keyword: Local Tax, Local Retribution, General Allocation Fund, Special


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah (pemerintah daerah), di samping pos pendapatan pemerintah daerah. Semakin besar belanja daerah diharapkan akan makin meningkatkan kegiatan perekonomian daerah (terjadi ekspansi perekonomian).

Di sisi lain, semakin besar pendapatan yang dihasilkan dari pajak-pajak dan retribusi atau penerimaan penerimaan yang bersumber dari masyarakat, maka akan mengakibatkan menurunnya kegiatan perekonomian (terjadi kontraksi perekonomian). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 menegaskan, belanja daerah merupakan semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

Belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah (propinsi ataupun kabupaten/kota) yang meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun


(16)

2006 juga telah menentukan, struktur belanja terdiri dari belanja tidak langsung, dan belanja langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi: belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

Sedangkan belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Selain itu belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 155 ayat (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan belanja daerah (APBD), dan ayat (2) menyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah.


(17)

Anggaran dalam Pemerintah Daerah biasa disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Seluruh penerimaan dan pengeluaran Pemerintahan Daerah baik dalam bentuk uang, barang dan/jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus dianggarkan dalam APBD (Kawedar 2008). APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah (Darise, 2008).

Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam organisasi sektor publik adalah mengenai pengalokasian anggaran. Pengalokasian anggaran merupakan jumlah alokasi dana untuk masing-masing program. Dengan sumber daya yang terbatas, Pemerintah Daerah harus dapat mengalokasikan penerimaan yang diperoleh untuk belanja daerah yang bersifat produktif. Belanja daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum (Kawedar, 2008).

Dalam mengelola keuangannya, Pemerintah Daerah harus dapat menerapkan asas kemandirian daerah dengan mengoptimalkan penerimaan dari sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan Pemerintah Daerah yang berasal dari daerah itu sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah (Kawedar, 2008).


(18)

Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan 2 sumber PAD yang terbesar. Setiap daerah mempunyai dasar pengenaan pajak yang berbeda-beda tergantung dari kebijakan Pemerintah Daerah setempat.Untuk daerah dengan kondisi perekonomian yang memadai, akan dapat diperoleh pajak yang cukup besar. Tetapi untuk daerah tertinggal, Pemerintah Daerah hanya dapat memungut pajak dalam jumlah yang terbatas.

Demikian halnya dengan retribusi daerah yang berbeda-beda untuk tiap daerah. Kemampuan daerah untuk menyediakan pendanaan yang berasal dari daerah sangat tergantung pada kemampuan merealisasikan potensi ekonomi tersebut menjadi bentuk- bentuk kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan

perguliran dana untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan ( Darwanto, 2007) Pendelegasian wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah disertai dengan pengalihan dana, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia. Pengalihan dana dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah diwujudkan dalam bentuk dana perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang disalurkan ke Pemerintah Daerah untuk mengatasi kesenjangan keuangan antardaerah. Fungsi DAU sebagai pemerataan kapasitas fiskal (Darise, 2008).

DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar


(19)

masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah (Darise, 2008). Dana dari Pemerintah Pusat digunakan oleh Pemerintah Daerah secara efektif dan efisien untuk meningkatkan pelayanan kepada publik. Pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya dapat dilihat dari seberapa besar daerah akan memperoleh dana perimbangan, tetapi hal tersebut harus diimbangi dengan sejauh mana instrumen atau sistem pengelolaan keuangan daerah mampu memberikan nuansa manajemen keuangan yang lebih adil, rasional, transparan, partisipatif, dan bertanggung jawab (Darise, 2008). Pelaksanaan pemerintahan yang bertanggung jawab dan transparansi akan mewujudkan terciptanya good governance.

Hasil penerimaan pajak dan retribusi dalam membiayai belanja daerah diakui belum optimal dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya bagi daerah kabupaten dan kota. Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat yaitu dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). Oleh karena itu, setiap daerah harus berusaha lebih keras lagi untuk dapat meningkatkan sumber penerimaan dengan memanfaatkan potensi daerah yang dimilikinya sehingga tujuan otonomi daerah dapat tercapai.

Terkait dengan hal ini Laksono (2014) melakukan penelitian yang bertujuan apakah pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus berpengaruh terhadap belanja daerah pada pemerintah kota/ kabupaten di Jawa Tengah dan DIY. Hasil penelitian ini adalah secara parsial pajak daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus berpengaruh terhadap belanja daerah, sedangkan


(20)

secara parsial retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah. Secara simultan pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus berpengaruh terhadap belanja daerah.

Menurut Laksono retribusi daerah tidak memiliki pengaruh terhadap belanja daerah dikarenakan kurang optimalnya penggalian, pengelolaan sumber daya yang dimiliki masing- masing daerah untuk dapat meningkatkan pendapatan asli daerahnya. Sedangkan menurut Sarwono yang melakukan penelitian tentang pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan lainnya yang sah, dan dana alokasi umum terhadap belanja daerah pada pemerintah kabupaten/ kota di Indonesia tahun anggaran 2010-2011. Hasil penelitian ini adalah secara parsial pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan lainnya yang sah dan dana alokasi umum berpengaruh terhadap belanja daerah.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi terhadap belanja daerah dengan mengambil sampel kota di Pulau Sumatera. Penelitian ini merupakan replikasi dari peneliti sebelumnya yaitu Laksono (2014) karena tidak konsistennya hasil temuan beberapa peneliti sebelumnya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang direplika adalah menggunakan variabel independen yang sama yaitu pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus, dan menggunakan variabel dependen yang sama yaitu belanja daerah. Perbedaan penelitian ini adalah pada penggunaan sampel dan laporan tahun realisasi APBD. Penelitian sebelumnya menggunakan sampel


(21)

Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah dan DIY dan menggunakan laporan realisasi APBD pada tahun 2011 dan 2012. Sedangkan penelitian ini menggunakan sampel Kota di Pulau Sumatera dengan laporan realisasi APBD pada tahun 2011, 2012, dan 2013.

Maka judul yang akan diteliti adalah “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU) , dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Daerah pada Kota di Pulau Sumatera(periode 2011- 2013)”.

1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan 1.2.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : “Apakah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh baik secara parsial maupun

simultan erhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kota di Pulau Sumatera?” 1.2.2. Batasan Permasalahan

1. Batasan aspek penelitian ini adalah terhadap akutansi keuangan daerah, berkaitan dengan nilai realisasi pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus dibandingkan dengan realisasi belanja daerah. 2. Batasan waktu penelitian meliputi tahun 2011-2013.


(22)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meneliti Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus baik secara parsial maupun simultan terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kota di Pulau Sumatera.

1.3.2. Manfaat Peneltian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, untuk menambah dan mengembangkan wawasan khususnya mengenai pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus terhadap belanja daerah pada pemerintah kota di Pulau Sumatera. 2. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah, untuk memberikan sumbangan informasi

tentang pengelolaan keuangan daerah sehingga dapat mengoptimalkan potensi daerah.

3. Bagi calon peneliti, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja modal sehingga hasilnya dapat lebih baik lagi.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Pustaka

2.1.1 Belanja Daerah

Menurut PSAP No.2, “Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas

Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh

pemerintah”.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana yang telah diubah dengan Permendagri No 59 tahun 2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011, Belanja Daerah didefenisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan untuk tujuan pelaporan keuangan dikelompokkan menjadi:

1. Belanja operasi

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek.

Belanja operasi meliputi: a. Belanja pegawai b. Belanja barang


(24)

c. Bunga d. Subsidi e. Hibah

f. Bantuan sosial

2. Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.Nilai asset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli/ bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan asset sampai asset tersebut siap digunakan.Belanja modal terdiri dari:

a. Belanja modal tanah

b. Belanja modal peralatan dan mesin c. Belanja modal gedung dan bangunan d. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan e. Belanja modal asset tetap lainnya

f. Belanja asset lainnya (asset tak berwujud)

3. Belanja lain-lain/belanja tak terduga

Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.


(25)

4. Belanja transfer

Belanja transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan dana bagi hasil oleh pemerintah provinsi kekabupaten/kota serta dana bagi hasildari kabupaten/kota ke desa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua, belanja dikelompokkan menjadi:

1. Belanja langsung

Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari belanja:

a. Belanja pegawai

b. Belanja barang dan jasa c. Belanja modal

2. Belanja tidak langsung

Belanja tidak langsung merpakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

a. Belanja pegawai b. Belanja bunga c. Belanja subsidi


(26)

d. Belanja hibah

e. Belanja bantuan sosial

f. Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa.

2.1.2. Pajak Daerah

Siahaan (2005):

Pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Prakosa (2003):

Pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena undang-undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (misal: Provinsi, Kabupaten, Kotamadya) yang diatur berdasarkan masing-masing Peraturan Daerah dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya.

Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan Undang - Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi atas pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.


(27)

Jenis pajak berdasarkan undang– undang tersebut terdiri dari 16 jenis pajak, yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota.

Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Berdasarkan terminologi yang digunakan dalam pajak daerah, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah. Sementara


(28)

itu,wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah:

1. Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.

2. Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran. Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran.

3. Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati Hiburan. Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan.

4. Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan Reklame. Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame.

5. Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan tenaga listrik. Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik. 6. Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan


(29)

Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan.

7. Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat Parkir.

8. Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.

9. Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet. Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.

10. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan. Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan. 11. Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi


(30)

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Objek pajak kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah:

1. Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

2. Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran.

3. Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran.

4. Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame. Objek Pajak sebagaimana dimaksud meliputi:

a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya; b. Reklame kain;

c. Reklame melekat, stiker; d. Reklame selebaran;

e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan; f. Reklame udara;

g. Reklame apung; h. Reklame suara;


(31)

j. Reklame peragaan.

5. Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain.

6. Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan

7. Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 8. Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. 9. Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau pengusahaan

Sarang Burung Walet.

10. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

11. Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Tarif pajak kabupaten/kota menurut UU No. 28 Tahun 2009 ditetapkan paling tinggi masing-masing sebesar:

a. Tarif Pajak Hotel 10% b. Tarif Pajak Restoran 10% c. Tarif Pajak Hiburan 35%


(32)

d. Tarif Pajak Reklame 25%

e. Tarif Pajak Penerangan Jalan 10%

f. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 25% g. Tarif Pajak Parkir 30%

h. Tarif Pajak Air Tanah 20%

i. Tarif Pajak Sarang Burung Walet 10%

j. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 0,3% k. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5%

2.1.3 Retribusi Daerah

Siahaan (2005), ”Retribusi Daerah adalah Pembayaran wajib dari penduduk

kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi

penduduknya secara perorangan”.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

Jenis-jenis retribusi daerah dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah:


(33)

a. Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikanoleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Jenis Retribusi Jasa Umum adalah retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil, retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta, retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah cair, retribusi pelayanan tera/tera ulang, retribusi pelayanan pendidikan dan retribusi pengendalian menara telekomunikasi.

b. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta,meliputi pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi rumah potong hewan, retribusi pelayanan kepelabuhanan, retribusi tempat


(34)

rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di air dan retribusi penjualan produksi usaha daerah.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian,dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, retribusi izin gangguan, retribusi izin trayek dan retribusi izin usaha perikanan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, subjek retribusi daerah dan wajib retribusi daerah adalah:

a. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum.

b. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan


(35)

perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Usaha.

c. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah. Wajib Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Perizinan Tertentu.

Ada tiga objek retribusi daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009,yaitu:

1. Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

2. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi: a. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang

belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau

b. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

3. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Besarnya Retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung berdasarkan perkalian antara tarif retribusi dengan tingkat penggunaan jasa.

Siahaan (2005), “tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan sebagai kuantitas


(36)

penyelenggaraan jasa yang bersangkutan,misalna berapa kali masuk tempat rekreasi, berapa kali/berapa jam parkir kendaraan, dan sebagainya.

Siahaan (2005),”Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang diterapkan untuk menghitung besarnya retribusi daerah yang terutang”.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi ditentukan sebagai berikut:

a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

b. Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

c. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

2.1.4 Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umun (DAU) dialokasikan berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN. Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2005 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Dana Alokasi Umum merupakan salah satu komponen di dalam Dana Perimbangan di APBN yang pengalokasiannya didasarkan atas formula dengan konsep kesenjangan fiskal (fiscal gap). DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal suatu darah, yang merupakan selisih anatara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity).


(37)

DAU merupakan transfer yang bersifat umum (block grant) yang diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk mengisi kesenjangan antara kapasitas dan kebutuhan fiskalnya dan didistribusikan dengan formula berdasarkan prinsip-pinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang harus menerima lebih banyak dari pada daerah kaya. Dana Alokasi Umum bersifat unconditional atau tidak memiliki syarat dalam penggunaannya sehingga bisa dialokasikan sesuai dengan kebutuhan daerah.

DAU untuk suatu daerah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang formula dan perhitungan DAU-nya ditetapkan sesuai Undang-Undang (pasal 161). Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara impilisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.

2.1.5 Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus (DAK) atau specific grant merupakan dana transfer yang bersifat kondisional. Sesuai dengan sifatnya, DAK dialokasikan untuk mendanai kegiatan khusus sesuai prioritas nasional pada daerah tertentu. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk


(38)

membantu membiayai kebutuhan tertentu dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi untuk:

a. Mendanai kegiatan khusus yang ditentukan pemerintah atas dasar prioritas nasional

b. Mendanai kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu

Sesuai dengan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004, yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah : (i) kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya: kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi, prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer dan saluran drainase primer, dan (ii) kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK diusulkan oleh Menteri teknis dan baru ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan Renja Pemerintah. Ketetapan tentang kegiatan khusus tersebut, disampaikan kepada Menteri Keuangan. DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas.

Menurut Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 92/ PMK.07/2015, ada beberapa kewajiban yang melekat pada daerah penerima DAK, yaitu:


(39)

a. Daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan DAK nya di dalam APBD.

b. Kecuali untuk daerah dengan kemampuan keuangan tertentu, daerah penerima DAK wajib menganggarkan Dana Pendamping dalam APBD sekurang-kurangnya 10% dari besaran alokasi DAK yang diterimanya. Dana Pendamping tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan yang bersifat kegiatan fisik.

c. Kepala daerah penerima DAK harus menyampaikan laporan triwulan yang memuat laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada Menteri Keuangan, Menteri Teknis, dan Menteri Dalam Negeri. Penyampaian laporan dilakukan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini diantaranya dilakukan oleh Rolan Pakpahan (2009) tentang pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja daerah dengan mengambil sampel penelitian di Pemerintah Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara. Secara Parsial dapat diambil kesimpulan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki pengaruh secara parsial maupun simultan terhadap belanja daerah.

Bagus Bowo Laksono (2014) melakukan penelitian tentang Pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus terhadap belanja daerah pada kabupaten/ kota di provinsi Jawa Tengan dan D.I Yogyakarta. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa PAD, DAU, dan DAK berpengaruh terhadap belanja daerah. Sedangakan Retribusi Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah

Edy Sarwono melakukan penelitian tentang Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan Lainnya yang Sah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja


(40)

Daerah pada Kabupaten/ Kota SeIndonesia Tahun Anggaran 2010-2011. Hasil Penelitiannya Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan Lainnya yang Sah, Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/ Kota di Indonesia.

Gomgom Arthur Simamora melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Daerah pada Provinsi Sumatera Selatan periode 2009- 2011. Hasil dari penelitian tersebut adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/ Kota di Sumatera Selatan

Nugraeni (2014) melakukan penelitian tentang Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/ Kota Madya di Indonesia. Hasil Analisis ini menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap belanja daerah

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil

1. Rolan Pakpahan (2009) Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Independen: 1.Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah Dependen: 1. Belanja Daerah

1. Secara parsial dapat diambil kesimpulan, bahwa Pajak Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Daerah, sementara Retribusi Daerah mempunyai pengaruh


(41)

yang positif tetapi tidak signifikan terhadap Belanja Daerah.

2. Secara simultan dapat diambil kesimpulan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki pengaruh terhadap Belanja Daerah. 2. Bagus bowo laksono (2014) Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, DAU Dan DAK Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintah Kabupaten/ Kota Di Jawa Tengah Dan Diy Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Dana Alokasi Umum 4. Dana Alokasi Khusus Dependen: 1. Belanja Daerah

1. Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Berpengaruh Positif Terhadap Belanja Daerah.

2. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah 3. Edy Sarwono Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan Lainnya yang Sah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/ Kota Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Pendapatan Lainnya yang Sah 4. Dana Alokasi Umum Dependen: 1. Belanja

1. Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan Lainnya yang Sah, Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/ Kota di Indonesia


(42)

SeIndonesia Tahun Anggaran 2010-2011

Daerah

4. Nugraeni (2011) Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Prediksi Belanja Daerah pada Kabupaten/ Kota di Indonesia (2007- 2009) Indepnden : 1. Dana Alokasi Umum 2. Dana Alokasi Khusus 3. Pendapatan Asli Daerah Dependen: 1. Belanja Daerah

1. Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pendapatan Asli Daerah Berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada kabupaten/ kota di Pulau Sumatera

Sumber: Review dari beberapa Artikel

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus serta satu variabel dependen yaitu belanja daerah.


(43)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Prakoso (2004) menyatakan bahwa kenaikan dalam Pajak Daerah (X1) akan meningkatkan belanja daerah, fakta ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pakpahan (2009) dan Sarwono bahwa pajak daerah berpegaruh terhadap belanja daerah

Retribusi Daerah (X2) merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai tingkat

Pajak Daerah (X1)

Pajak Daerah

(X1)

(X1)

Retribusi Daerah

(X2)

Dana Alokasi Umum (X3)

Dana Alokasi Khusus (X4)

BELANJA

DAERAH (Y)

Pajak Daerah

(X1)


(44)

kemadirian suatu daerah. Jika Retribusi meningkat maka pengalokasian dana belanja daerah untuk meningkatkan pelayanan masyarakat juga akan meningkat

Dana Alokasi Umum (X3) merupakan dana transfer yang penting, transfer dana dari pemerintah pusat ini merupakan transfer dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran daerah, dimana belanja daerah termasuk kedalam beberapa pengeluaran daerah guna melaksanakan desentralisasi.

Dana Alokasi Khusus (X4) merupakan dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus yang merupakan urusan daerah dan prioritas nasional. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gomgom Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap alokasi belanja daerah. Hal ini disebabkan DAK telah ditentukan oleh pemerintah pusat diutamakan untuk proses pembangunan, sehingga daerah tidak dapat membelanjakannya untuk kebutuhan lain.

Maka pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus saling berkaitan sebagai penerimaan daerah yang berpengaruh terhadap belanja daerah. Pemerintah daerah yang memiliki pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus yang tinggi akan mengakibatkan belanja daerah yang tinggi pula.


(45)

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Erlina (2011) “Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud

untuk diuji secara empiris.” Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang

dapat dipercaya,disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kota di Pulau Sumatera


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. Menurut Sangadji (2010),

“penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antaradua variabel atau lebih”. Menurut Umar (2003) “desain kausal berguna untuk

mengukur hubungan – hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis

bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Jadi penelitian asosiatif

kausal adalah penelitian yang menjelaskan hubungan sebab dan akibat dua variabel atau lebih untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

3.2 Populasi dan Sampel

Menurut Sangadji (2010), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: subyek atau obyek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi pada penelitian ini adalah Laporan realisasi APBD pada pemerintah kota di Pulau Sumatera pada tahun 2011-2013. Pada Pulau Sumatera terdapat 34 kota.


(47)

Tabel 3.1

Daftar Populasi Pemerintah Kota di Pulau Sumatera

No Kota

1. Kota Banda Aceh

2. Kota Sabang

3. Kota Lhokseumawe

4. Kota Langsa

5. Kota Subulussalam

6. Kota Binjai

7. Kota Medan

8. Kota Pematang Siantar

9. Kota Sibolga

10. Kota Tanjung Balai 11. Kota Tebing Tinggi 12. Kota Padang Sidempuan

13. Kota Gunungsitoli

14. Kota Padang

15. Kota Padang Panjang

16. Kota Payakumbuh

17. Kota Sawahlunto

18. Kota Solok

19. Kota Pariaman

20. Kota Bukit Tinggi

21. Kota Dumai

22. Kota Pekanbaru

23. Kota Batam

24. Kota Tanjung Pinang

25. Kota Jambi

26. Kota Sungai Penuh

27. Kota Palembang

28. Kota Prabumulih

29. Kota Lubuklinggau

30. Kota Pagar Alam

31. Kota Bengkulu

32. Kota Bandar Lampung

33. Kota Metro

34. Kota Pangkal Pinang

Menurut Sangadji (2010), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan


(48)

non probability sampling dengan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Adapun pertimbangan yang ditentukan sebagai kriteria sampel adalah:

1. Kota di Pulau Sumatera yang telah melaporkan Laporan Realisasi APBD pada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan R epublik Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id).

2. Kota di Pulau Sumatera yang laporan APBDnya telah memakai format Standar Akuntansi Pemerintahan

3. Kota yang mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari tahun 2011- 2013 Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Daftar Sampel Pemerintah Kota di Pulau Sumatera

No Kota Populasi Kriteria Sampel

1. Kota Banda Aceh √ √ Sampel 1

2. Kota Sabang √ ×

3. Kota Lhokseumawe √ √ Sampel 2

4. Kota Langsa √ ×

5. Kota Subulussalam √ √ Sampel 3

6. Kota Binjai √ × Sampel 4

7. Kota Medan √ ×

8.

Kota Pematang Siantar

√ √ Sampel 5

9. Kota Sibolga √ √ Sampel 6

10. Kota Tanjung Balai √ √ Sampel 7

11. Kota Tebing Tinggi √ ×

12.

Kota Padang Sidempuan

√ √ Sampel 8

13. Kota Gunungsitoli √ ×

14. Kota Padang √ √ Sampel 9


(49)

16. Kota Payakumbuh √ × Sampel 10

17. Kota Sawahlunto √ √ Sampel 11

18. Kota Solok √ ×

19. Kota Pariaman √ ×

20. Kota Bukit Tinggi √ ×

21. Kota Dumai √ ×

22. Kota Pekanbaru √ √ Sampel 12

23. Kota Batam √ ×

24. Kota Tanjung Pinang √ ×

25. Kota Jambi √ √ Sampel 13

26. Kota Sungai Penuh √ √ Sampel 14

27. Kota Palembang √ ×

28. Kota Prabumulih √ ×

29. Kota Lubuklinggau √ ×

30. Kota Pagar Alam √ ×

31. Kota Bengkulu √ ×

32.

Kota Bandar Lampung

√ √ Sampel 15

33. Kota Metro √ √ Sampel 16

34. Kota Pangkal Pinang √ ×

Jumlah amatan adalah 48 (16 kota x 3 tahun).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu catatan, ataupun laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

Sumber data peneliti adalah dari dokumen laporan realisasi APBD yang diperoleh dari situs Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id). Dari laporan realisasi APBD tahun 2011-2013 dapat diperoleh data mengenai jumlah Pajak


(50)

Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus dan Belanja Daerah.

3.4 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dan defenisinya akan dijelaskan melalui tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Nama

Variabel

Defenisi Parameter Skala

Pajak Daerah

Total Pajak (pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak

penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang

burung walet, pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan) yang diterima setiap kota sesuai dengan tahun penelitian

Ralisasi Pajak Daerah tahun 2011- 2013

Rasio

Retribusi Daerah

Total pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin yang diterima setiap kota sesuai dengan tahun penelitian

Ralisasi Retribusi Daerah tahun 2011- 2013 Rasio Dana Alokasi Umum

Dana transfer umum dialokasikan dari APBN untuk mengisi kesenjangan antara kapasitas dan

kebutuhan fiskal

didistribusikan berdasarkan prinsip- prinsip tertentu yang diterima setiap kota sesuai dengan tahun penelitian

Ralisasi Dana Alokasi Umum tahun 2011- 2013

Rasio


(51)

Alokasi Khusus

kondisional dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional yang diterima setiap kota sesuai dengan tahun penelitian

Alokasi

Khusus tahun 2011- 2013

Belanja Daerah

Total pengeluaran

pemerintah daerah (belanja operasi, belanja modal, belanja lain- lain, belanja transfer, dan belanja tidak langsung) yang dilakukan oleh pemerintah kota sesuai dengan tahun penelitian

Ralisasi Belanja

Daerah tahun 2011- 2013

Rasio

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan teknik dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan data sekunder, mencatat, dan mengolah data yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan cara mendownload laporan realisasi APBD tahun 2011-2013 yang diperoleh dari situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan Republik Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id)

3.6. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis.


(52)

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata- rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).

2. Uji Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS. Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut adalah harus terdistribusi secara normal, artinya bebas dari adanya gejala multikolonieritas, gejala autokorelasi, dan gejala heterokedastisitas. Untuk itu sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan peneliti meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Menurut Erlina (2011),”tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah

dalam model regresi variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak

dipenuhi maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. “

Ada beberapa cara untuk menguji normalitas distribusi data dengan menggunakan alat bantu SPSS yaitu:


(53)

a. Analisisi Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

b. Uji statistic nonparametric- Kolmogorov-Smirnov

Distribusi data dapat dilihat dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika angka signifikan > taraf signifikan (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan normal.

2) Jika angka signifikan < taraf signifikan (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan

tidak normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variable independen. Model regresi yang baik seharusnya tidk terjadi korelasi di antara variable independen.

Menurut Ghozali (2013), untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dijelaskan berikut ini.


(54)

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (a) nilai tolerance dan lawannya (b) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

c. Uji Heteroskedasititas

Salah satu asumsi yang penting dari modelregresi linear adalah varian residual bersifat homokedastisitas atau bersifat konstan.Umumnya hetereokedastisitas sering terjadi pada model yang menggunakan data cross section (silang waktu) daripada data time series.

Uji heterokedasititas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual atau homokedastisitas.


(55)

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat grafik scattter plot antara variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar analisisnya:

1) Jika ada pola-pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas,

2) Jika tidak ada pola yang jelas atau titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Auto korelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan dengan lainnya.

Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Panduan mengenai angka D-W untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-W, yang bisa dilihat pada buku statistik yang relevan. Namun demikian secara umum bisa diambil patokan:

1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif.


(56)

3. Pengujian Hipotesis a. Analisis Regresi

Model regresi linier berganda adalah model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Pada penelitian ini terdapat dua variabel independen, yakni pajak daerah dan retribusi daerah. Model regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memiliki asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik baik multikolinieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas.

Persamaan regresi linier berganda yaitu : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3+ β4X4+ ε

Keterangan :

Y = Indeks Pengungkapan, X1 = Pajak Daerah,

X2 = Retribusi Daerah, X3 = Dana Alokasi Umum X4 = Dana Alokasi Khusus

α = Konstanta, ε = error,

β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel dependen berdasarkan pada variabel independen.


(57)

b. Uji Parsial (t-test)

Uji parsial (t-test) bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Untuk pengujian secara parsial ini digunakan uji-t. Hipotesis statistik yang diajukan adalah :

H1 : bi ≠ 0 : ada pengaruh

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah: 1) H1 diterima apabila nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05, 2) H1 ditolak apabila nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.

c. Uji Simultan (F-test)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikasi yang digunakan yaitu 0,05.

Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

H1 : b0 = b1 = b2 ≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh secara bersama -sama.

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah : 1) H1 diterima apabila pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant

sebesar 0,05,

2) H1 ditolak apabila pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05


(58)

d. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisian korelasi dikatakan kuat apabila niali R lebih besar dari 0,5 atau mendekati 1. Koefisian determinasi (R Square) menunjukkan seberapa besar variabel dependen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah 0 sampai 1. Apabila R square mendekati satu maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk mendeteksi variasi variabel dependennya. Sebaliknya semakin kecil R square maka kemampuan variabel independennya untuk menjelaskan variabel dependen semakin terbatas.


(59)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 DATA PENELITIAN

Pulau Sumatera adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia, dengan luas 443.065,8 km2. Penduduk pulau ini sekitar 52.210.926 (sensus 2010). Pulau sumatera terletak di bagian barat gugusan kepulauan Nusantara. Disebelah utara berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudra Hindia

Secara umum Pulau Sumatera didiami oleh bangsa Melayu, yang terbagi kedalam beberapa suku. Suku – suku besar ialah aceh, batak, melayu, minangkabau, besemah, suku rejang, ogan, komering, dan lampung. Penduduk Sumatera mayoritas beragama Islam dan sebagian kecil merupakan penganut ajaran Kristen Protestan terutama di wilayah Tapanuli dan Toba- Samosir, Sumatera Utara.

Pulau Sumatera terdiri dari 10 Provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung dan Lampung. Pulau Sumatera terdiri dari 120 kabupaten dan 34 kota. Objek penelitian ini adalah kota di Pulau Sumatera yang melaporkan realisasi laporan APBD di www.djpk.kemenkeu.go.id. Pemilihan Sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling maka diperoleh sebanyak 16 kota.

Periode penelitian dimulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan


(60)

mengumpulkan serta mengolah data yang diperlukan dengan menggunakan Microsoft Excel. Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 17.0

4.2 ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standard deviasi data yang digunakan dalam penelitian. Berikut ini merupakan output SPSS yang merupakan keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.1 Descriptive Statistics Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

BELANJA DAERAH 48 292903 1938889 729845.79 61187.956 423922.591

PAJAK DAERAH 48 1968 245974 45830.85 9796.685 67873.426

RETRIBUSI DAERAH

48 724 75435 17268.33 2655.927 18400.801

DANA ALOKASI UMUM

48 181919 1003116 431007.71 26961.029 186791.485

DANA ALOKASI KHUSUS

48 17432 81842 31882.42 1948.040 13496.414

Valid N (listwise) 48

Berdasarkan tabel descriptive statistic di atas, dapat dijelaskan bahwa:

1) Variabel Pajak Daerah (X1) memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 45955,85 dengan standar deviasi Rp 68137,254, nilai Pajak Daerah trtinggi adalah Rp 245974, dan


(61)

nilai Pajak Daerah terendah adalah Rp 1968. Jumlah Sampel adalah 16 dan Jumlah Amatan adalah 48

2) Variabel Retribusi Daerah (X2) memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 17143,33, dengan standar deviasiRp 18282,730, Nilai Retribusi Daerah tertinggi adalahRp 75435, dan nilai Retribusi Daerah terendah adalah Rp 724. Jumlah sampel adalah 16 dan jumlah amatan adalah 48.

3) Variabel Dana Alokasi Umum (X3) memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 432325,83 , dengan standar deviasi Rp 186996,668, Nilai Dana Alokasi Umum tertinggi adalah Rp1003116, dan nilai Dana Alokasi Umum terendah adalah Rp181919. Jumlah sampel adalah 16 dan jumlah amatan adalah 48.

4) Variabel Dana Alokasi Khusus (X4) memiliki nilai rata-rata sebesar Rp31881,58 , dengan standar deviasi Rp13496748, Nilai Dana Alokasi Khusus tertinggi adalah81842, dan nilai Dana Alokasi Khusus terendah adalah Rp 17432. Jumlah sampel adalah 16 dan jumlah amatan adalah 48.

5) Variabel Belanja daerah (Y) memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 729851,00 dengan standar deviasi Rp 423918,269, Nilai Belanja Daerah tertinggi adalah Rp. 1938889 dan nilai Belanja Daerah terendah adalah Rp 292903 Jumlah sampel adalah 16 dan jumlah amatan adalah 48.


(62)

2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi , variabel pengganggu atau variabel residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini dilakukan untuk melakukan uji T dan uji F yang mengasumsikan bahwa nilai residual berdistribusi normal. Pada pengujian ini, peneliti menggunakan uji statistic non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (KS). Uji KS dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Jika signifikansi hitung > 0,05 (alpa) berarti distribusi data normal atau H0 diterima, sebaliknya bila nilai signifikansi < 0,05 (alpa) berarti distribusi data tidak normal atau Ha diterima. Hasil uji normalitas dengan uji statistic non-parametrik Kolmogrov-Smirnov ditunjukkan sebagai berikut:


(63)

Tabel 4.2 Uji Normalitas

Uji Statistik Non- Parametrik Kolmogorov-Smirnov Test Sebelum Transformasi dengan Logaritma Natural

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

BELANJA DAERAH PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS

N 48 48 48 48 48

Normal Parameter sa,,b

Mean 729845.79 45830.85 17268.33 431007.71 31882.42

Std. Deviation

423922.591 67873.426 18400.801 186791.485 13496.414

Most Extreme Differenc es

Absolute .220 .280 .199 .186 .213

Positive .220 .280 .199 .186 .213

Negative -.151 -.259 -.184 -.114 -.142

Kolmogorov-Smirnov Z

1.527 1.941 1.380 1.287 1.479

Asymp. Sig. (2-tailed) .019 .001 .044 .073 .025

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Dari hasil di atas,dapat dilihat nilai Asymp.Sig. (2-tailed) < 0,05 artinya H0 ditolak (data residual tidak berdistribusi normal). Oleh karenanya dilakukan tindakan perbaikan yaitu dengan menggunakan transformasi seluruh variabel penelitian ke dalam fungsi logaritma natural (Ln).


(64)

Tabel 4.3

Uji Statistik Non- Parametrik Kolmogorov-Smirnov Test Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Ln_PD Ln_BD Ln_RD Ln_DAU Ln_DAK

N 48 48 48 48 48

Normal Parametersa,,b Mean 9.7056 13.3650 9.2105 12.8945 10.3009 Std.

Deviation

1.45178 .50400 1.11895 .39208 .35676

Most Extreme Differences

Absolute .181 .136 .067 .104 .142

Positive .181 .136 .064 .104 .142

Negative -.090 -.087 -.067 -.060 -.067

Kolmogorov-Smirnov Z 1.254 .945 .463 .722 .983

Asymp. Sig. (2-tailed) .086 .334 .983 .675 .289

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Dari hasil di atas,dapat dilihat nilai Asymp.Sig. (2-tailed) setelah dilakukan transformasi > 0,05 artinya H0 diterima (data residual berdistribusi normal). Selain mengggunakan uji statistic non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (KS), uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis normal probability plot dan histogram.


(65)

Gambar 4.1

Uji Normalitas Probability Plot Setelah Transformasi

Setelah dilakukan transformasi, grafik normal probability plot di atas dapat di lihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Tidak ada titik yang jaraknya sangat jauh dari garis diagonal dan pola yang dibentuk oleh sebaran data tersebut ada disekitar garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan data dalam model regresi terdistribusi secara normal.


(66)

Gambar 4.2.

Uji Normalitas Grafik Histogram Setelah transformasi dengan Logaritma Natural

Hasil uji normalitas setelah dilakukan transformasi data di atas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram di atas distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng kiri maupun menceng kanan atau bisa disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.


(67)

Ada tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF lebih besar dari sepuluh dan nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 maka ada multikolinearitas. Jika nilai VIF lebih kecil dari sepuluh dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1,maka tidak ada multikolinearitas.

Tabel 4.4

Uji Multikolinearitas sebelum Transformasi

Sebelum dilakukan transformasi nilai Varience Inflaction Factors (VIF) variabel Pajak Daerah adalah 12,081. Maka terjadi multikolinearitas pada variabel pajak daerah, karena nilai VIF dari pajak daerah lebih besar dari sepuluh dan nilai tolerance lebih kecil dari 0.1.

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 172804.401 35386.368 4.883 .000

PAJAK DAERAH

3.072 .476 .492 6.450 .000 .083 12.081

RETRIBUSI DAERAH

3.759 1.534 .163 2.450 .018 .109 9.215

DANA ALOKASI UMUM

.928 .135 .409 6.866 .000 .136 7.367

DANA ALOKASI KHUSUS

-1.526 1.157 -.049 -1.319 .194 .355 2.816


(1)

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS SEBELUM TRANSFORMASI


(2)

HASIL UJI AUTOKORELASI DW SEBELUM TRANSFORMASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .990a .979 .977 63768.323 2.031

a. Predictors: (Constant), DANA ALOKASI KHUSUS, RETRIBUSI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, PAJAK DAERAH

b. Dependent Variable: BELANJA DAERAH

HASIL UJI AUTOKORELASI DW SETELAH TRANSFORMASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .982a .965 .961 .09905 1.838

a. Predictors: (Constant), LN_DAK, LN_RD, LN_PD, LN_DAU b. Dependent Variable: LN_BD


(3)

HASIL REGRESI SEBELUM TRANSFORMASI

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 172804.401 35386.368 4.883 .000

PAJAK DAERAH 3.072 .476 .492 6.450 .000

RETRIBUSI DAERAH 3.759 1.534 .163 2.450 .018

DANA ALOKASI UMUM .928 .135 .409 6.866 .000

DANA ALOKASI KHUSUS

-1.526 1.157 -.049 -1.319 .194

a. Dependent Variable: BELANJA DAERAH

HASIL REGRESI SETELAH TRANSFORMASI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5.349 .984 5.433 .000

Ln_PD .223 .028 .643 8.028 .000

Ln_RD .003 .027 .006 .104 .917

Ln_DAU .459 .114 .357 4.038 .000

Ln_DAK -.009 .056 -.007 -.169 .867


(4)

HASIL UJI PARSIAL SEBELUM TRANSFORMASI

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 172804.401 35386.368 4.883 .000

PAJAK DAERAH 3.072 .476 .492 6.450 .000

RETRIBUSI DAERAH 3.759 1.534 .163 2.450 .018

DANA ALOKASI UMUM .928 .135 .409 6.866 .000

DANA ALOKASI KHUSUS

-1.526 1.157 -.049 -1.319 .194

a. Dependent Variable: BELANJA DAERAH

HASIL UJI PARSIAL SETELAH TRANSFORMASI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5.349 .984 5.433 .000

Ln_PD .223 .028 .643 8.028 .000

Ln_RD .003 .027 .006 .104 .917

Ln_DAU .459 .114 .357 4.038 .000

Ln_DAK -.009 .056 -.007 -.169 .867


(5)

HASIL UJI SIMULTAN SEBELUM TRANSFORMASI

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 8.272E12 4 2.068E12 508.529 .000a

Residual 1.749E11 43 4.066E9

Total 8.446E12 47

a. Predictors: (Constant), DANA ALOKASI KHUSUS, RETRIBUSI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, PAJAK DAERAH

b. Dependent Variable: BELANJA DAERAH

HASIL UJI SIMULTAN SETELAH TRANSFORMASI

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 11.517 4 2.879 293.445 .000a

Residual .422 43 .010

Total 11.939 47

a. Predictors: (Constant), Ln_DAK, Ln_RD, Ln_PD, Ln_DAU b. Dependent Variable: Ln_BD


(6)

HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R

2

) SEBELUM TRANSFORMASI

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .990a .979 .977 63768.323

a. Predictors: (Constant), DANA ALOKASI KHUSUS, RETRIBUSI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, PAJAK DAERAH

HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R

2

) SETELAH TRANSFORMASI

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .982a .965 .961 .09905


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat 2011-2013

2 9 81

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pulau Sumatera (Periode 2011- 2013)

0 0 12

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pulau Sumatera (Periode 2011- 2013)

0 0 2

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pulau Sumatera (Periode 2011- 2013)

0 0 8

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pulau Sumatera (Periode 2011- 2013)

0 0 23

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pulau Sumatera (Periode 2011- 2013)

0 0 2

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pulau Sumatera (Periode 2011- 2013)

0 0 15

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten Kota di Sumatera Barat 2011-2013

0 4 10

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten Kota di Sumatera Barat 2011-2013

0 0 2

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten Kota di Sumatera Barat 2011-2013

0 0 8