Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat
SKRIPSI
PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DANA
ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS
TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL
PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI
SUMATERA BARAT
OLEH
MHD. TRI PRAYOGO
110503127
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(2)
i
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2015 Yang membuat pernyataan
Mhd. Tri Prayogo NIM. 110503127
(3)
ii
ABSTRAK
Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah pajak daerah, retribusi derah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap alokasi belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data sekunder yang diperoleh situs Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah yaitu berupa laporan APBD priode 2011 – 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 17 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus secara parsial berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal, sedangkan pajak daerah dan retribusi daerah secra parsial tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Secara simultan dapat disimpulkan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal.
Kata kunci : Pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, belanja modal
(4)
iii
ABSTRACT
The Effect of Regional Tax, Regional Retribution, General Allocation Fund, and Specific Allocation Fund toward Capital Expenditure
in Regency/Municipality at Sumatera Barat Province
The aim of this research is to analyze whether regional tax, regional retribution, General Allocation Fund, and Specific Allocation Fund influence capital expenditure in Regency/Municipality at Sumatera Barat Province.
This research uses quantitative data taken from website of Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah which are issued for regional budgeting report period 2011 – 2013 with 17 Regency/Munacipality at Sumatera Barat Province as samples. Model which used in this research is multiple regression. Samples are chosen using purposive sampling method.
The result of this research shows that General Allocation Fund and Specific Allocation Fund partially have significant influence toward capital expenditure, while regional tax and regional retribution don’t. Simultaneously, it concludes that regional tax, regional retribution, General Allocation Fund, and Specific Allocation Fund have significant influence toward capital expenditure.
Keyword: Regional tax, regional retribution, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund, capital expenditure
(5)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selama penulisan skripsi ini, peneliti tidak terlepas dari berbagai bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orangtua peneliti, Bapak H. Prayitno, SH, MMA dan Ibu Hj. Yanti Nasution yang telah memberikan banyak doa, kasih sayang, dan dukungan kepada peneliti. Peneliti juga tidak lupa berterima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi.
(6)
v 3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi.
4. Bapak Rasdianto, SE, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak waktu dan perhatiannya dalam membimbing peneliti menyelesaikan skripsinya sampai selesai.
5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak., selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs. H. Arifin Lubis, M.M, Ak., selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran, masukan, serta waktu demi kesempurnaan skripsi. 6. Pradita dan M. Reza Prayudi selaku saudara kandung, Juanda Rosihan dan
Nadia Arinda selaku saudara ipar, Naura Qisti Azzahra dan Schatzi Alsafa Rosihan selaku keponakan, teman-teman S-1 Akuntansi angkatan 2011 yang telah berbagi tawa dan canda selama mengecap dunia perkuliahan, rekan-rekan Pegiat Kelas Inspirasi Medan yang selalu memberi semangat mental kepada peneliti melalui canda dan tawa di media sosial.
(7)
vi Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu peneliti mengharapkan masukan dan saran dari berbagai pihak demi kebaikan penelitian. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.
Medan, April 2015 Penulis,
Mhd. Tri Prayogo NIM. 110503127
(8)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Landasan Teori 5
2.1.1 Pajak Daerah 5
2.1.2 Retribusi Daerah 6
2.1.3 Dana Alokasi Umum (DAU) 7 2.1.4Dana Alokasi Khusus (DAK) 8
2.1.5 Belanja Modal 9
2.2 Penelitian Terdahulu 11
2.3 Kerangka Konseptual 13
2.4 Hipotesis Penelitian 15
BAB III METODE PENELITIAN 16
3.1 Jenis Penelitian 16
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 16
3.3 Jenis dan Sumber Data 17
3.4 Metode Pengumpulan Data 18
3.5 Definisi Operasional 18
3.6 Skala Pengukuran Variabel 19
3.7 Metode Analisis Data 20
3.7.1 Pengujian Asumsi Klasik 20
3.7.1.1 Uji Normalitas 21
3.7.1.2 Uji Multikolinearitas 22
3.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas 22
3.7.1.4 Uji Autokorelasi 23
3.7.2 Uji Hipotesis 24
3.7.2.1 Uji-t 24
(9)
viii
3.7.2.3 Koefisien Determinan 26
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Data Penelitian 27
4.2 Analisis Hasil Penelitian 29
4.2.1 Statistik Deskriptif 29
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 31
4.2.2.1 Uji Normalitas 31
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas 33 4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas 35
4.2.2.4 Uji Autokorelasi 36
4.2.3 Analisis Regresi 37
4.2.4 Uji Hipotesis 39
4.2.4.1 Uji-t 39
4.2.4.2 Uji-F 40
4.2.4.3 Koefisien Determinan 41
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44
(10)
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Daftar Penelitian Terdahulu 11
3.3 Skala Pengukuran Variabel 19
4.1 Tabel Statistik Deskriptif Variabel Penelitian 29
4.2 Hasil Uji Statistik dengan Kolmogorov-Smirnov 33
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas 34
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas 35
4.5 Hasil Uji Autokorelasi 36
4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Linier 37
4.7 Hasil Uji-t 39
4.8 Hasil Uji-F 41
(11)
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1
Kerangka Konseptual Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi BelanjaModal 15
4.1 Hasil Uji Analisis Grafik dengan Grafik Histogram 31 4.2 Hasil Uji Analisis Grafik dengan
(12)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
i Daftar Kabupaten/Kota di Sumatera Barat 48 ii Proses Seleksi Sampel Berdasarkan
Kriteria 49
iii Daftar Pajak Daerah Priode 2011 - 2013
(dalam jutaan Rupiah) 50 iv Daftar Retribusi Daerah Priode 2011 - 2013
(dalam jutaan Rupiah) 51 v Daftar Dana Alokasi Umum Priode 2011 - 2013
(dalam jutaan Rupiah) 52 vi Daftar Dana Alokasi Khusus Priode 2011 - 2013
(dalam jutaan Rupiah) 53 vii Daftar Belanja Modal Priode 2011 - 2013
(dalam jutaan Rupiah) 54 viii Tabel Statistik Deskriptif Variabel Penelitian 55 ix Hasil Uji Analisis Grafik dengan Grafik
Histogram 55 x Hasil Uji Analisis dengan Normal Probability
Plot 56
xi Hasil Uji Analisis Statistik dengan
Kolmogorov-Smirnov 56
xii Hasil Uji Multikolinearitas 57 xiii Hasil Uji Heteroskedastisitas 57
xiv Hasil Uji Autokorelasi 58
xv Hasil Uji Analisis Regresi Linier 58
xvi Hasil Uji-t 59
xvii Hasil Uji-F 59
(13)
ii
ABSTRAK
Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah pajak daerah, retribusi derah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap alokasi belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data sekunder yang diperoleh situs Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah yaitu berupa laporan APBD priode 2011 – 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 17 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus secara parsial berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal, sedangkan pajak daerah dan retribusi daerah secra parsial tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Secara simultan dapat disimpulkan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal.
Kata kunci : Pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, belanja modal
(14)
iii
ABSTRACT
The Effect of Regional Tax, Regional Retribution, General Allocation Fund, and Specific Allocation Fund toward Capital Expenditure
in Regency/Municipality at Sumatera Barat Province
The aim of this research is to analyze whether regional tax, regional retribution, General Allocation Fund, and Specific Allocation Fund influence capital expenditure in Regency/Municipality at Sumatera Barat Province.
This research uses quantitative data taken from website of Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah which are issued for regional budgeting report period 2011 – 2013 with 17 Regency/Munacipality at Sumatera Barat Province as samples. Model which used in this research is multiple regression. Samples are chosen using purposive sampling method.
The result of this research shows that General Allocation Fund and Specific Allocation Fund partially have significant influence toward capital expenditure, while regional tax and regional retribution don’t. Simultaneously, it concludes that regional tax, regional retribution, General Allocation Fund, and Specific Allocation Fund have significant influence toward capital expenditure.
Keyword: Regional tax, regional retribution, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund, capital expenditure
(15)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak berakhirnya era Orde Baru yang ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto pada tahun 1998, pemerintah Indonesia mulai melakukan reformasi di berbagai bidang, terutama di bidang Pemerintah Daerah dan Pengelolaan Keuangan. Reformasi ini bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Transaparansi dan akuntabilitas merupakan hal utama dalam terbentuknya good governance. Dengan adanya transparansi, masyarakat dapat melihat informasi keuangan secara terbuka dan jujur agar dapat diminta pertanggungjawabannya kepada pemerintah dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Akuntabilitas diperlukan agar pengelola keuangan dapat memberikan laporan dan pertanggungjawabannya atas kinerjanya kepada mereka yang memiliki hak dan wewenang untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Dalam mengelola keuangan daerah, pemerintah daerah perlu menyusun anggaran sebagai pedoman dalam menjalankan segala aktivitasnya. Anggaran dalam pemerintah daerah disebut Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). APBD menggambarkan tentang pendapatan daerah yang digunakan untuk belanja daerah dan juga pembiayaan daerah.
Dalam pengelolaan keuangan daerah, pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah akan digunakan untuk memenuhi sarana dan prasarana publik
(16)
2 yang nantinya dapat dinikmati masyarakat. Sarana dan prasarana tersebut berasal dari anggaran belanja modal. Selain memenuhi sarana dan prasarana publik, belanja modal juga berperan penting dalam peningkatan pendapatan daerah. Terciptanya sarana dan prasarana publik dapat menarik minat investor untuk berinvestasi. Meningkatnya investasi diharapkan dapat meningkatkan potensi pendapatan daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan pemerintahan yang dipisahkan, dan PAD lain-lain yang sah.
Terkait dengan hal ini, Martini, dkk. (2014) yang melakukan penelitian untuk menguji apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap belanja modal pada Kabupaten Buleleng tahun 2006 – 2012. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kabupaten Buleleng.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya diwakili oleh pajak daerah dan retribusi daerah saja, dan data yang akan diteliti adalah laporan realisasi APBD dari tahun 2011 hingga 2013 dari Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
Selain itu, dalam penelitian ini, peneliti menambah variabel baru dan menjabarkan variabel yang pada penelitian sebelumnya kurang terperinci yaitu pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus sebagai variabel dependen. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sianturi (2010) untuk mengetahui apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap
(17)
3 pengalokasian anggaran belanja modal. Data yang dipakai untuk penelitian adalah laporan hasil realisasi APBD tahun 2005 hingga 2008 dari Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap belanja modal, sementara retribusi daerah mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap belanja modal. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Alokasi Belanja Modal Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Barat”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah apakah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Alokasi Belanja Modal pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh pajak daerah terhadap alokasi belanja modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
2. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh retribusi daerah terhadap alokasi belanja modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
(18)
4 3. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap
alokasi belanja modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
4. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap alokasi belanja modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan akan pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap alokasi belanja modal Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Barat.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini bisa menjadi masukan baik bagi pemerintah daerah dalam hal mengelola keuangan daerah, agar kedepannya pemerintah daerah mampu memanfaatkan pendapatan daerah secara optimal.
3. Bagi calon peneliti, penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut khususnya mahasiswa yang ingin melakukan penelitian sejenis agar hasilnya lebih baik lagi.
(19)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untu membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah terdiri dari:
1) Pajak provinsi, yang terdiri dari: a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2) Pajak kabupaten/kota, yang terdiri dari: a. Pajak hotel
b. Pajak restoran c. Pajak hiburan d. Pajak reklame
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak mineral bukan logam dan dan batuan g. Pajak parkir
h. Pajak air tanah
i. Pajak sarang burung walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan pedesaan dan perkotaan k. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
(20)
6 2.1.2 Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan”.
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, objek retribusi daerah meliputi:
1. Jasa umum, yaitu retribusi atas pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh rang pribadi atau Badan. Retribusi jasa umum terdiri dari:
a. Retribusi pelayanan kesehatan
b. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
c. Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
d. Retribusi pemakaman dan pengabuan mayat e. Retribusi penepian parkir di jalan umum f. Retribusi pelayanan pasar
g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor
h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran i. Retribusi penggantian biaya cetak peta
j. Retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus k. Retribusi pengolahan limbah cair
l. Retribusi pelayanan tera/tera ulang m. Retribusi pelayanan pendidikan
n. Retribusi pengendalian menara telekomunikasi
2. Jasa usaha, yaitu retribusi pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
a. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
b. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadaioleh pihak swasta.
Retribusi jasa usaha terdiri dari:
a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah b. Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan c. Retribusi tempat pelelangan
d. Retribusi terminal
e. Retribusi tempat khusus parkir
(21)
7 g. Retribusi rumah potong hewan
h. Retribusi pelayanan kepelabuhan i. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga j. Retribusi penyebrangan di air
k. Retribusi penjualan produksi daerah
3. Perizinan tertentu, yaitu retribusi atas pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Retribusi perizinan tertentu meliputi:
a. Retribusi izin mendirikan bangunan
b. Retribusi izin penjualan minuman beralkohol c. Retribusi izin gangguan
d. Retribusi izin trayek
e. Retribusi izin usaha perikanan
2.1.3 Dana Alokasi Umum (DAU)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Dana Alokasi Umum (DAU) adalah “dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi”.
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan ditetapkan dalam APBN, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto.
(22)
8 b. Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari
perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
c. Jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan imbangan 10% dan 90%.
DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal adalah selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal, sedangkan alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum (antara lain kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan pengentasan kemiskinan). Setiap kebutuhan pendanaan tersebut diukur secara berturut-turut menggunakan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, PDRB, dan IPM, sedangkan kapasitas fiskal daerah dihitung berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil.
2.1.4 Dana Alokasi Khusus (DAK)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah “dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
(23)
9 dengan prioritas nasional”. Dalam Nordiawan, dkk. (2008), daerah tertentu adalah “daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis."
Kriteria umum adalah perumusan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Krtiteria khusus dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah serta berdasarkan indeks kewilayahan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan masukan dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan menteri/pimpinan lembaga terkait.
Kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang didanai dari DAK.
2.1.5 Belanja Modal
Belanja modal adalah belanja yang digunakan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Dalam Erlina, dan Rasdianto (2013), nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan.
(24)
10 Syaiful (2006) menjelaskan bahwa belanja modal dapat dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori utama, yaitu:
a. Belanja tanah
Belanja tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembeliaan/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b. Belanja peralatan dan mesin
Belanja peralatan dan mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
c. Belanja gedung dan bangunan
Belanja gedung dan bangunan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
d. Belanja jalan, irigasi, dan jaringan
Belanja jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
e. Belanja fisik lainnya
Belanja Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta perawatan terhadap Fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan.
(25)
11 2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Penelitian Variabel
yang Digunakan Hasil Penelitian Ni Luh Dina Selvia Martini, Wayan Cipta, I Wayan Suwendra (2014) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal pada Kabupaten Buleleng tahun 2006 -2012 Independen: 1. PAD 2. DAU 3. DAK Dependen: Belanja Modal Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal Steven Yansen (2013) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Sumsel Independen: 1. PAD 2. DAU Dependen: Belanja Daerah
PAD dan DAU secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Daerah. Namun, PAD dan DAU secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Daerah Askam Tuasikal (2008) Pengaruh DAU, DAK, PAD, dan PDRB terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia Independen: 1. DAU 2. DAK 3. PAD 4. PDRB Dependen: Belanja Modal Secara simultan, DAU dan DAK, PAD dan PDRB berpengaruh terhadap belanja modal pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia.
Secara parsial, DAU, DAK, dan PAD berpengaruh postif terhadap alokasi belanja modal daerah kabupaten/kota di Indonesia. Sementara PDRB tidak
(26)
12 Dewina Putri Br. Ginting (2014) Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemkab/Pemkot di Provinsi Sumatera Utara Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah Dependen: Belanja Modal
Secara parsial baik Pajak Daerah maupun Retribusi Daerah mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap tingkat Belanja Modal. Secara simultan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal. Agave Sianturi (2010) Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah Dependen: Belanja Modal Secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Dwi Handayani, Elva Nuraina (2012) Pengaruh Pajak Daerah dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah Kabupaten Madiun Independen: 1. Pajak Daerah 2. DAK Dependen: Belanja Daerah Pajak daerah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap alokasi belanja daerah. Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
(27)
13 alokasi belanja
daerah. Pajak daerah dan dana alokasi khusus secara simultan berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap alokasi belanja daerah.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu:
1. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan seluruh unsur Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai variabel independen, sedangkan penelitian ini hanya menggunakan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variabel independen.
2. Penelitian ini menambahkan variabel independen baru yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk melihat pengaruhnya terhadap Belanja Modal, sedangkan penelitian terdahulu hanya menggunakan pajak daerah dan retribusi daerah.
2.3 Kerangka Konseptual
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan untuk menghasilkan pendapatannya secara mandiri agar dapat membangun sarana prasarana publik yang biayanya berasal dari anggaran belanja modal. Sumber pendapatan tersebut berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
(28)
14 yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan daerah yang dipisahkan, dan PAD lain-lain yang sah.
Pajak daerah merupakan PAD yang tarif pemungutannya telah diatur dalam undang-undang yang berlaku. Dari pajak daerah ini, pemerintah daerah dapat megalokasikan pendapatannya ke dalam belanja modal.
Meskipun pajak daerah berperan penting dalam pembangunan daerah, pemerintah perlu meningkatkan lagi pendapatannya untuk memenuhi pelayanan kebutuhan publik, yaitu dari hasil pemungutan atas pemberian izin atas jasa tertentu berbentuk retribusi daerah. Pengalokasian belanja modal dapat meningkat seiring dengan meningkatnya retribusi daerah.
Sumber pendapatan pemerintah daerah yang turut membantu pembangunan selain PAD adalah dana perimbangan, terutama dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana perimbangan merupakan dana yang ditransfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah untuk melakukan pembangunan. Namun pada kenyataannya, pemerintah daerah masih memiliki ketergantungan yang besar terhadap pemerintah pusat, sehingga DAU dan DAK memiliki peran penting dalam pembangunan daerah.
(29)
15 Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal
Pajak Daerah (X1)
Retribusi Daerah (X2)
Belanja Modal (Y) Dana Alokasi Umum (X3)
Dana Alokasi Khusus (X4)
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Alokasi Belanja Modal.
(30)
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah desain kausal. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Sulistyowati (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada data yang berupa Laporan Realisasi Anggaran pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat untuk priode 2011 – 2013.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Ridwan & Kuncoro (dalam Erlina 2011:81) menyatakan bahwa populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudin ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota.
Sampel menurut Erlina (2011:82) adalah “bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu.
(31)
17 Adapun pertimbangan yang dilakukan peneliti dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat yang mempublikasikan data Laporan Realisasi APBD di situs Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan secara rutin selama tahun 2011 – 2013.
2. Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat yang bukan merupakan daerah pemekaran selama tahun 2011 – 2013.
Berdasarkan kriteria diatas, maka Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 17 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 11 kabupaten dan 6 kota.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Erlina (2011:31), “data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya”.
Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat selama tahun 2011 – 2013 yang diakses dari situs Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Modal.
(32)
18 3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, dimana data yang diambil secara tidak langsung melalui media perantara yaitu internet.
3.5 Definisi Operasional
Sudarmanto (2013:11) menjelaskan bahwa variabel terdiri dari:
1. Variabel independen. Variabel sering disebut dengan variabel bebas yaitu variabel yang akan menjadi penyebab perubahan pada variabel dependen.
2. Variabel dependen. Variabel ini sering disebut dengan variabel terikat tidak bebas atau variabel berikat atau variabel bergantung yaitu yang akan berubah akibat perubahan pada variabel independen.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
1. Pajak daerah, yaitu kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Retribusi daerah, yaitu pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. 3. Dana Alokasi Umum, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN
(33)
19 daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
4. Dana Alokasi Khusus, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah belanja modal, yaitu belanja yang digunakan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
3.6 Skala Pengukuran Variabel
Adapun skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Skala Pengukuran Variabel Variabel yang
Diukur
Definisi Operasional Ukuran Skala
Pajak Daerah (X1) Kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
Laporan Realisasi Pajak Daerah Tahun 2011 -
2013
Rasio
Retribusi Daerah (X2)
Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
Laporan Realisasi Retribusi Daerah Tahun
2011 - 2013
Rasio
Dana Alokasi Umum (X3)
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
Laporan
(34)
20 dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi
Dana Alokasi Umum Tahun 2011 - 2013
Dana Alokasi Khusus (X4)
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
Laporan Realisasi Dana Alokasi Khusus Tahun
2011 - 2013
Rasio
Belanja Modal (Y) Belanja yang digunakan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan
Laporan Realisasi
Belanja Modal Tahun
2011 - 2013
Rasio
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
Software SPSS for Windows 18.0. Untuk melakukan penelitian, peneliti menggunakan uji asumsi klasik sebelum melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan apabila data yang akan diteliti telah lolos dari uji asumsi klasik.
3.7.1 Pengujian Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan pengujian regresi linier berganda. Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan apabila data yang diteliti dapat terdistribusi secara normal, tidak terdapat multikolinearitas, heterokedasitas, dan autokorelasi.
(35)
21 3.7.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam Erlina (2011), ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu:
1. Analisis grafik
Untuk melakukan pengujian normalitas dengan analisis grafik dapat dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot.
2. Analisis statistik
Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)
3.7.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel independen satu dengan variabel independen lainnya. Frisch (dalam Sudarmanto 2013:224) menjelaskan bahwa “istilah multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.
Ada tidaknya hubungan atau korelasi antarvariabel independen dapat diketahui dengan melihat nilai Tolerance. Jika nilai Tolerance lebih besar daripada 0,10, maka diindikasikan tidak terjadi gejala multikolineartitas, namun jika nilai Tolerance lebih kecil daripada atau sama dengan 0,10, maka diindikasikan terjadi gejala multikolinearitas.
(36)
22 Selain itu, gejala multikolinearitas juga dapat diketahui dengan memanfaatkan statistik korelasi Varian Inflation Factor (VIF). Kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah ada gejala ada tidaknya multikolinearitas adalah harga koefisien VIF untuk masing-masing variabel independen lebih besar daripada 10 atau tidak. Apabila harga koefisien VIF untuk masing-masing variabel independen lebih besar daripada 10, maka variabel tersebut diindikasikan memiliki gejala multikolinearitas.
3.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Erlina, 2011). Gujarati (dalam Sudarmanto 2013:240) menjelaskan bahwa “apabila asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas ini tidak terpenuhi, maka penaksir menjadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar.”
Pendeteksian ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji
Glejser. Uji Glejser pada dasarnya dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel independen terhadap nilai absolut residualnya.
Kriteria yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi gejala heteroskedastisitas ada dua alternatif. Kedua alternatif tersebut yaitu harga koefisien t hitung dan koefisien signifikansi. Heteroskedastisitas tidak terjadi jika nilai thitung < ttabel, dan nilai signifikansi lebih besar daripada 0,05.
(37)
23 Heteroskedastisitas terjadi jika thitung > ttabel, dan nilai signifikansi lebih kecil
daripada 0,05.
3.7.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Hal ini sering terjadi pada data runtut waktu atau time series karena gangguan pada “seorang individu/kelompok” cenderung mempengaruhi “gangguan pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Erlina, 2011).
Dalam mendeteksi masalah autokorelasi, biasanya digunakan Uji Durbin-Watson. Ghazali (dalam Erlina 2011:107) menjelaskan bahwa ada beberapa kriteria dalam pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, yaitu:
1. Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atau Upper Bound (DU) dan 4 – DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, artinya tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound (DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-DL), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (DU) dan batas bawah (DL) atau DW terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
(38)
24 3.7.2 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda. Hipotesis pertama (H1), hipotesis kedua
(H2), hipotesis ketiga (H3), dan hipotesis keempat (H4) dianalisis dengan model
regresi sederhana untuk melihat pengaruh masing-masing variabel secara terpisah, sedangkan hipotesis kelima (H5) dianalisis dengan model regresi
berganda untuk melihat pengaruh selurh variabel secara serentak. Hipotesis ini dapat juga dianalisis dengan melakukan uji-t dan uji-F.
3.7.2.1 Uji-t
Uji parameter signifikansi individual atau uji-t dilakukan untuk menunjukkan seberapah jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian hipotesis pertama (H1)
dianalisis dengan regresi sederhana untuk melihat pengaruh variabel pajak daerah terhadap belanja modal secara parsial yang dapat digambarkan dengan persamaan:
Y = α + β1X1 + e
Pengujian hipotesis kedua (H2) dianalisis dengan regresi sederhana untuk
melihat pengaruh variabel retribusi daerah terhadap belanja modal secara parsial yang dapat digambarkan dengan persamaan:
(39)
25 Pengujian hipotesis ketiga (H3) dianalisis dengan regresi sederhana untuk
melihat pengaruh variabel Dana Alokasi Umum terhadap belanja modal secara parsial yang dapat digambarkan dengan persamaan:
Y = α + β3X3 + e
Pengujian hipotesis keempat (H4) dianalisis dengan regresi sederhana
untuk melihat pengaruh variabel Dana Alokasi Khusus terhadap belanja modal secara parsial yang dapat digambarkan dengan persamaan:
Y = α + β4X4 + e
3.7.2.2 Uji-F
Uji signifikansi simultan atau uji-F dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh semua variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis kelima (H5) dengan menggunakan regresi
berganda untuk melihat pengaruh variabel pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan terhadap belanja modal, yang dapat digambarkan dengan persamaan :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan :
Y = Variabel Dependen (Belanja Modal)
α = Konstanta
(40)
26 X2 = Retribusi Daerah
X3 = Dana Alokasi Umum
X4 = Dana Alokasi Khusus β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi variabel
e = Error
3.7.2.3 Koefisien Determinan
Koefisien determinan atau (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Pada umumnya nilai koefisien determinan berada di antara angka 0 dan 1 (0 < R2 < 1). Bila nilai koefisien determinasi sama dengan nol, artinya variabel independen tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Sementara bila nilai koefisien determinan yang mendekati angka satu, artinya variabel indepen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
(41)
27
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Data Penelitian
Sumatera Barat adalah salah sat pulau wilayah provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah dan sejumla geografis, Provinsi Sumatera Barat terletak pada garis 00 54’ Lintang Utara sampai dengan 30 30’ Lintang Selatan serta 980 36’ sampai dengan 1010 53’ Bujur Timur dengan total luas wilayah sekitar 42.297,30 Km2 atau 4.229.730 Ha termasuk ± 391 pulau besar dan kecil di sekitarnya.
Secara administratif, Wilayah Provinsi Sumatera Barat berbatasan langsung dengan:
1. Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Utara. 2. Sebelah Selatan dengan Provinsi Bengkulu. 3. Sebelah Timur dengan Provinsi Riau dan Jambi. 4. Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.
Sumatera Barat berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa dengan mayoritas beretnis 12
(42)
28 dinamakan sebagai
Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk ole yang setara dengan 2,17% luas merupakan kawasan yang masih ditutupi seluruhnya bersentuhan denga luas perairan laut 186.580 km Hindia termasuk dalam provinsi ini.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari 12 Kabupaten dan 7 Kota. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan kriteria yang telah ditetapkan, sampel dalam penelitian ini berjumlah 11 Kabupaten dan 6 Kota.
(43)
29 4.2 Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai minimun, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Sumber: Diolah dari SPSS 18.0
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa (dalam jutaan Rupiah):
1. Nilai rata-rata pajak daerah adalah 14869.18 dengan standar deviasi sebesar 30622.908 dan data berjumlah 51. Nilai terendah pajak daerah (X1) sebesar 2320 dan nilai tertinggi sebesar 165461
2. Nilai rata-rata retribusi daerah adalah 10638.43 dengan standar deviasi sebesar 7445.548 dan data berjumlah 51. Nilai terendah retribusi daerah (X2) sebesar 2296 dan nilai tertinggi sebesar 39410.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pajak Daerah 51 2320 165461 14869.18 30622.908 Retribusi Daerah 51 2296 39410 10638.43 7445.548 DAU 51 225120 1211386 466772.25 195634.541 DAK 51 13411 97024 46668.14 20534.222 Belanja Modal 51 45509 289610 118492.57 51186.016 Valid N (listwise) 51
(44)
30 3. Nilai rata-rata Dana Alokasi Umum adalah 466772.25 dengan standar
deviasi sebesar 195634.541 dan data berjumlah 51. Nilai terendah Dana Alokasi Umum (X3) sebesar 225120 dan nilai tertinggi sebesar 1211386.
4. Nilai rata-rata Dana Alokasi Khusus adalah 46668.14 dengan standar deviasi sebesar 20534.222 dan data berjumlah 51. Nilai terendah Dana Alokasi Khusus (X4) sebesar 13411 dan nilai tertinggi sebesar 97024.
5. Nilai rata-rata belanja modal adalah 118492.57 dengan standar deviasi sebesar 51186.016 dan data berjumlah 51. Nilai terendah belanja modal (Y) sebesar 45509 dan nilai tertinggi sebesar 289610.
(45)
31 4.2.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan melalui analisis grafik dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot.
Hasil uji analisis grafik dengan grafik histogram adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1
Hasil Uji Analisis Grafik dengan Grafik Histogram
Sumber: Diolah dari SPSS 18.0
Hasil uji normalitas di atas menjelaskan bahwa pada grafik histogram memberikan pola distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak
(46)
32 menceng ke kiri maupun ke kanan. Dapat dipastikan bahwa data terdistribusi normal.
Hasil uji analisis grafik dengan normal probability plot adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2
Hasil Uji Analisis dengan Normal Probability Plot
Sumber: Diolah dari SPSS 18.0
Hasil uji normalitas di atas menjelaskan bahwa pada gambar normal probability plot, titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
Selain analisis grafik, uji normalitas juga dilakukan melalui uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Dalam uji ini, data terdistribusi secara normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, data tida terdistribusi secara normal jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
(47)
33 Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik dengan Kolmogorov-Smirnov
Dari hasil penelitian di atas, nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,739 dan signifikansi sebesar 0,646. Dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal dimana nilai sig. lebih besar dari 0,05 (0,646 > 0,05).
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel independen satu dengan variabel independen lainnya. Ada tidaknya hubungan atau korelasi antarvariabel independen dapat diketahui dengan melihat nilai Tolerance dan VIF (Varian Inflation Factor). Suatu data dikatakan tidak terjadi multikolinearitas jika nilai Tolerance lebih besar daripada 0,10 dan nilai VIF lebih kecil daripada 10.
Hasil uji multikolinearitas adalah sebagai berikut: One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 51
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation 2.80501883E4 Most Extreme Differences Absolute .103
Positive .103
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z .739
Asymp. Sig. (2-tailed) .646
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(48)
34 Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: Diolah dari SPSS 18.0
Berdasarkan hasil penelitian di atas, nilai Tolerance dari tiap variabel lebih besar daripada 0,10, dan nilai VIF dari tiap variabel lebih kecil daripada 10. Dapat disimpulkan bahwa antara variabel independen dengan variabel independen lainnya tidak memiliki hubungan yang linear, dengan kata lain tidak terjadi multikolinearitas.
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 16597.564 12556.410 1.322 .193
Pajak Daerah .141 .218 .084 .644 .523 .384 2.607
Retribusi Daerah
.958 .906 .139 1.058 .296 .376 2.661
DAU .125 .041 .478 3.073 .004 .270 3.704
DAK .670 .320 .269 2.094 .042 .396 2.523
(49)
35 4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Erlina, 2011). Pendeteksian ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejser. Heteroskedastisitas tidak terjadi jika nilai thitung < ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05, dan nilai
signifikansi lebih besar daripada 0,05. Heteroskedastisitas terjadi jika thitung > ttabel,
dan nilai signifikansi lebih kecil daripada 0,05.
Hasil uji heteroskedastisitas dengan melakukan uji Glejser adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil penelitian di atas, nilai thitung tiap variabel lebih kecil
dari nilai ttabel yang telah ditetapkan yaitu sebesar 2.00758, dan signifikansinya
lebih besar daripada 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 18550.564 7357.495 2.521 .015
Pajak Daerah -.101 .128 -.183 -.793 .432
Retribusi Daerah .910 .531 .399 1.713 .093
DAU -.015 .024 -.176 -.642 .524
DAK .054 .187 .066 .290 .773
a. Dependent Variable: RES_2
(50)
36 4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji autokorelasi dapat dilakukan melalui uji Watson. Autokorelasi tidak terjadi jika nilai Durbin-Watson berada di antara nilai DU dan (4-DU).
Hasil uji autokorelasi dengan melakukan uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .836a .700 .674 29244.343 2.352
a. Predictors: (Constant), DAK, Retribusi Daerah, Pajak Daerah, DAU
b. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber: Diolah dari SPSS 18.0
Berdasarkan hasil penelitian, nilai Durbin-Watson sebesar 2,352. Jika melihat tabel Durbin-Watson dimana tingkat signifikansi 5%, dengan jumlah data sebanyak 51 data dan 4 variabel independen, maka didapat nilai DU sebesar 1,7128. Nilai Durbin-Watson berada di antara nilai 1,7128 dan (4-1,7128), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linear tidak terjadi autokorelasi.
(51)
37 4.2.3 Analisis Regresi
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil analisis regresi berganda adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi Linier
Sumber: Diolah dari SPSS 18.0
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 16597.564 12556.410 1.322 .193
Pajak Daerah .141 .218 .084 .644 .523
Retribusi Daerah .958 .906 .139 1.058 .296
DAU .125 .041 .478 3.073 .004
DAK .670 .320 .269 2.094 .042
(52)
38 Berdasarkan tabel, maka dapat diperoleh persamaan berikut:
Y = 16597,564 + 0,141X1 + 0,958X2 + 0,125X3 + 0,670X4 + e
Keterangan:
1. Konstanta sebesar 16597,564 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (Pajak Daerah, Retribusi Daerah, DAU, DAK = 0), maka tingkat penganggaran belanja modal sebesar 16597,564.
2. Koefisien regresi pajak daerah (X1) sebesar 0,141 menunjukkan bahwa
setiap ada penambahan pajak daerah sebesar 1%, dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan tingkat pengalokasian belanja modal sebesar 14,1%.
3. Koefisien regresi retribusi daerah (X2) sebesar 0,958 menunjukkan bahwa
setiap ada penambahan retribusi daerah sebesar 1%, dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan tingkat pengalokasian belanja modal sebesar 95,8%.
4. Koefisien regresi DAU (X3) sebesar 0,125 menunjukkan bahwa setiap ada
penambahan DAU sebesar 1%, dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan tingkat pengalokasian belanja modal sebesar 12,5%.
5. Koefisien regresi DAK (X4) sebesar 0,670 menunjukkan bahwa setiap ada
penambahan pajak daerah sebesar 1%, dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan tingkat pengalokasian belanja modal sebesar 67%.
(53)
39 4.2.4 Uji Hipotesis
4.2.4.1 Uji-t
Uji-t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus secara parsial terhadap alokasi belanja modal.
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji-t
Sumber: Diolah dari SPSS 18.0
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 16597.564 12556.410 1.322 .193
Pajak Daerah .141 .218 .084 .644 .523
Retribusi Daerah .958 .906 .139 1.058 .296
DAU .125 .041 .478 3.073 .004
DAK .670 .320 .269 2.094 .042
(54)
40 Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan berikut:
1. Nilai thitung untuk variabel pajak daerah sebesar 0,644 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,523. Nilai ttabel sebesar 2,00578, dan nilai
signifikansi lebih besar daripada 0,05. Dapat disimpulkan bahwa pajak daerah secara parsial tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. 2. Nilai thitung untuk variabel retribusi daerah sebesar 1,058 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,296. Nilai ttabel sebesar 2,00578, dan nilai
signifikansi lebih besar daripada 0,05. Dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah secara parsial tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. 3. Nilai thitung untuk variabel Dana Alokasi Umum sebesar 3,073 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,04. Nilai ttabel sebesar 2,00578, dan nilai signifikansi
lebih kecil daripada 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum secara parsial berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal. 4. Nilai thitung untuk variabel Dana Alokasi Khusus sebesar 2,094 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,042. Nilai ttabel sebesar 2,00578, dan nilai
signifikansi lebih kecil daripada 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Khusus secara parsial berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal.
4.2.4.2 Uji-F
Uji-F dilakukan untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus secara simultan terhadap alokasi belanja modal.
(55)
41 Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-F adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Uji-F
Sumber: Diolah dari SPSS 18.0
Berdasarkan hasil penelitian di atas, diketahui nilai Fhitung sebesar 26,794
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai Ftabel sebesar 2,56, dan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus secara simultan berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal.
4.2.4.3 Koefisien Determinan
Koefisien determinan atau (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Pada umumnya nilai koefisien determinan berada di antara angka 0 dan 1 (0 < R2 < 1).
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9.166E10 4 2.291E10 26.794 .000a Residual 3.934E10 46 8.552E8
Total 1.310E11 50
a. Predictors: (Constant), DAK, Retribusi Daerah, Pajak Daerah, DAU b. Dependent Variable: Belanja Modal
(56)
42 Hasil pengujian koefisien determinan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Koefisien Determinan
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), DAK, Retribusi Daerah, Pajak Daerah, DAU
b. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber: Diolah dari SPSS 18.0
Berdasarkan hasil penelitian di atas, nilai R sebesar 0,836 menunjukkan bahwa hubungan antara belanja modal dengan pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus sangat erat, yaitu sebesar 83,6%. Angka adjusted R Square sebesar 0,700 menunjukkan bahwa 70% faktor-faktor pengalokasian anggaran belanja modal dapat dijelaskan oleh pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus, sedangkan selebihnya 30% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah tidak berpengaruh secara parsial terhadap alokasi belanja modal. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sulistyowati (2011) yang menyatakan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh secara parsial terhadap alokasi belanja modal, tetapi sesuai dengan
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
(57)
43 penelitian yang dilakukan Sianturi (2010) yang menyatakan bahwa retribusi daerah tidak berpengaruh secara parsial terhadap alokasi belanja modal. Hal ini menggambarkan bahwa tidak semua wilayah di Indonesia mampu mengoptimalkan pendapatan daerahnya terutama dari pajak daerah dan retribusi daerah untuk membangun sarana dan prasarana publik yang berasal dari belanja modal yang sudah dianggarkan pemerintah daerah.
Hasil uji parsial yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan secara parsial terhadap alokasi belanja modal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Martini, dkk. (2014) dan Tuasikal (2008) yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara parsial terhadap alokasi belanja modal, namun bertentangan dengan Handayani dan Nuraina (2012) yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh secara parsial terhadap alokasi belanja modal. Hal ini menggambarkan bahwa untuk membangun sarana dan prasarana publik, pemerintah daerah masih bergantung kepada dana perimbangan yang ditransfer dari pemerintah pusat.
Hasil uji simultan yang dilakukan menyimpulkan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan secara simultan terhadap alokasi belanja modal. Hal ini menggambarkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki peranan penting dalam membangun sarana dan prasarana publik suatu daerah. Pemerintah daerah juga mengandalkan Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus untuk menutup defisit anggaran dalam pengalokasian belanja modal.
(58)
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:
1. Pajak daerah dan retribusi daerah tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap alokasi belanja modal, namun Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap alokasi belanja modal.
2. Pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap alokasi belanja modal.
3. Pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus memiliki pengaruh sebesar 70% dalam pengalokasian belanja modal, sedangkan 30% pengaruh berasal dari faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberi beberapa saran, diantaranya:
1. Penelitian selanjutnya agar menambah kabupaten/kota yang akan diuji, sehingga akan memperoleh data dan hasil yang akurat.
(59)
45 2. Peneliti menyarankan untuk mengambil jangka waktu yang lebih lama
lagi.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar menambah variabel independen yang akan diuji.
4. Bagi pemerintah daerah agar lebih mengoptimalkan pendapatan asli daerahnya, terutama dari pajak daerah dan retribusi daerah, sehingga ketergantungan kepada pemerintah pusat bisa berkurang.
(60)
46
DAFTAR PUSTAKA
Erlina, 2011. Metode Penelitian, USU Press, Medan.
Erlina dan Rasdianto, 2013. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Brama Ardian, Medan.
Ginting, Dewina Putri Br., 2014. Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemkab/Pemkot di Provinsi Sumatera Utara, Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Handayani, Dwi dan Eva Nuraina, 2012. “Pengaruh Pajak Daerah dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah Kabupaten Madiun”,
ASSETS: Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2012.
Martini, Ni Luh Dina Selvia, et al., 2014. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal pada Kabupaten Buleleng tahun 2006 -2012”, e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen, Volume 2 Tahun 2014.
Nordiawan, Deddi, et al., 2008. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
_______, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahDaerah
_______, Undang-Undang Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Renyowijoyo, Muindro, 2008. Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non Laba, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Sianturi, Agave, 2010. Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Sudarmanto, Gunawan R., 2013. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program IBM SPSS Statistics 19, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Syaiful. 2006. Pengertian dan Perlakuan Akuntansi Belanja Barang dan Belanja Modal dalam Kaidah Akuntansi Pemerintahan.
Sulistyowati, Diah, 2011. Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal, Skripsi, Universitas Diponegoro.
Tuasikal, Askam, 2008. “Pengaruh DAU, DAK, PAD, dan PDRB terhadap Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia”, Jurnal Telaah &
(61)
47
RisetAkuntansi, Hal.142-155.
Yansen, Steven, 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Sumsel, Skripsi, Universitas Tridinanti.
(62)
48
LAMPIRAN
Lampiran i
Daftar Kabupaten/Kota di Sumatera Barat
No Kabupaten No Kota
1 Kab. Agam 13 Kota Bukittinggi 2 Kab. Dharmasraya 14 Kota Padang
3 Kab. Kep. Mentawai 15 Kota Padangpanjang 4 Kab. Lima Puluh Kota 16 Kota Pariaman 5 Kab. Padang Pariaman 17 Kota Payakumbuh 6 Kab. Pasaman 18 Kota Sawahlunto 7 Kab. Pasaman Barat 19 Kota Solok 8 Kab. Pesisir Selatan
9 Kab. Sijunjung 10 Kab. Solok
11 Kab. Solok Selatan 12 Kab. Tanah Datar
(63)
49 Lampiran ii
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kabupaten/Kota Kriteria Sampel
1 2
1 Kab. Agam √ √ Sampel 1
2 Kab. Dharmasraya √ √ Sampel 2
3 Kab. Kep. Mentawai - √ -
4 Kab. Lima Puluh Kota √ √ Sampel 3 5 Kab. Padang Pariaman √ √ Sampel 4
6 Kab. Pasaman √ √ Sampel 5
7 Kab. Pasaman Barat √ √ Sampel 6 8 Kab. Pesisir Selatan √ √ Sampel 7
9 Kab. Sijunjung √ √ Sampel 8
10 Kab. Solok √ √ Sampel 9
11 Kab. Solok Selatan √ √ Sampel 10
12 Kab. Tanah Datar √ √ Sampel 11
13 Kota Bukittinggi √ √ Sampel 12
14 Kota Padang √ √ Sampel 13
15 Kota Padangpanjang √ √ Sampel 14
16 Kota Pariaman - √ -
17 Kota Payakumbuh √ √ Sampel 15
18 Kota Sawahlunto √ √ Sampel 16
(64)
50 Lampiran iii
Daftar Pajak Daerah
Priode 2011 - 2013 (dalam jutaan Rupiah)
Sampel Pajak Daerah
2011 2012 2013
1 9,300 12,236 14,794
2 5,810 6,352 6,847
3 5,142 9,683 8,310
4 10,025 13,267 13,718
5 3,651 4,838 5,188
6 6,685 7,705 8,974
7 6,629 7,027 12,418
8 4,606 4,972 5,702
9 5,374 6,233 6,930
10 4,334 2,339 3,338
11 5,438 7,294 8,175
12 17,462 19,848 22,561
13 102,412 128,595 165,461
14 3,001 3,514 16,244
15 4,570 5,721 7,111
16 2,320 2,970 3,186
(65)
51 Lampiran iv
Daftar Retribusi Daerah
Priode 2011 - 2013 (dalam jutaan Rupiah)
Sampel Retribusi Daerah
2011 2012 2013
1 11,961 15,424 17,296 2 10,961 11,438 12,229 3 7,652 3,358 10,656 4 3,604 3,513 12,987 5 7,587 11,155 18,749 6 7,072 8,888 12,497 7 4,731 6,483 20,920 8 4,326 5,294 12,964 9 4,994 5,911 9,442 10 5,071 5,268 9,197 11 3,298 4,978 6,894 12 14,020 14,749 16,593 13 23,457 30,326 39,410 14 18,347 19,308 21,422 15 8,394 128,595 8,417 16 3,822 2,296 3,044 17 4,501 4,747 5,313
(66)
52 Lampiran v
Daftar Dana Alokasi Umum
Priode 2011 - 2013 (dalam jutaan Rupiah)
Sampel Dana Alokasi Umum
2011 2012 2013
1 490,177 595,713 676,516 2 297,588 351,296 400,374 3 466,796 550,760 632,931 4 464,407 558,235 633,453 5 361,795 426,265 481,180 6 437,993 457,695 523,535 7 514,114 609,139 689,380 8 331,391 389,426 448,681 9 481,015 521,759 588,040 10 264,086 315,024 351,506 11 432,459 520,092 587,104 12 272,854 326,224 368,311 13 711,416 871,876 1,003,116 14 239,695 269,610 1,211,386 15 260,149 19,308 369,116 16 225,120 268,962 396,397 17 237,102 280,496 318,607
(67)
53 Lampiran vi
Daftar Dana Alokasi Khusus Priode 2011 - 2013 (dalam jutaan Rupiah)
Sampel Dana Alokasi Khusus
2011 2012 2013
1 48,974 74,203 66,038 2 37,714 36,555 54,562 3 46,685 44,415 51,503 4 66,653 63,917 97,024 5 40,507 43,939 41,292 6 43,921 52,908 66,902 7 77,467 70,443 86,922 8 42,057 42,992 68,769 9 52,014 54,763 71,510 10 28,256 34,031 46,475 11 47,825 47,980 53,772 12 17,490 15,433 22,361 13 53,431 64,123 81,842 14 13,411 18,630 68,198 15 21,192 326,224 34,951 16 26,094 20,237 30,307 17 14,494 23,909 25,424
(68)
54 Lampiran vii
Daftar Belanja Modal
Priode 2011 - 2013 (dalam jutaan Rupiah)
Sampel Belanja Modal
2011 2012 2013
1 85,774 87,372 162,504 2 112,971 145,502 157,124 3 103,063 112,621 163,995 4 117,812 132,396 153,471 5 95,942 109,267 148,872 6 88,860 150,888 153,643 7 130,157 129,354 167,902 8 123,591 102,257 159,054 9 87,150 134,972 144,290 10 112,347 145,808 165,590 11 77,789 86,485 128,063 12 50,457 50,735 76,293 13 140,574 219,991 289,610 14 66,418 47,112 272,863 15 45,509 47,980 77,988 16 70,671 67,757 68,693 17 61,946 104,394 88,838
(69)
55 Lampiran viii
Tabel Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Lampiran ix
Hasil Uji Analisis Grafik dengan Histogram Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pajak Daerah 51 2320 165461 14869.18 30622.908 Retribusi Daerah 51 2296 39410 10638.43 7445.548 DAU 51 225120 1211386 466772.25 195634.541 DAK 51 13411 97024 46668.14 20534.222 Belanja Modal 51 45509 289610 118492.57 51186.016 Valid N (listwise) 51
(70)
56 Lampiran x
Hasil Uji Analisis dengan Normal Probability Plot
Lampiran xi
Hasil Uji Statistik dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 51
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation 2.80501883E4 Most Extreme Differences Absolute .103
Positive .103
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z .739
Asymp. Sig. (2-tailed) .646
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(71)
57 Lampiran xii
Hasil Uji Multikolinearitas
Lampiran xiii
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 16597.564 12556.410 1.322 .193
Pajak Daerah .141 .218 .084 .644 .523 .384 2.607
Retribusi Daerah
.958 .906 .139 1.058 .296 .376 2.661
DAU .125 .041 .478 3.073 .004 .270 3.704
DAK .670 .320 .269 2.094 .042 .396 2.523
a. Dependent Variable: Belanja Modal
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 18550.564 7357.495 2.521 .015
Pajak Daerah -.101 .128 -.183 -.793 .432
Retribusi Daerah .910 .531 .399 1.713 .093
DAU -.015 .024 -.176 -.642 .524
DAK .054 .187 .066 .290 .773
(72)
58 Lampiran xiv
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .836a .700 .674 29244.343 2.352
a. Predictors: (Constant), DAK, Retribusi Daerah, Pajak Daerah, DAU
b. Dependent Variable: Belanja Modal
Lampiran xv
Hasil Analisis Regresi Linier
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 16597.564 12556.410 1.322 .193
Pajak Daerah .141 .218 .084 .644 .523
Retribusi Daerah .958 .906 .139 1.058 .296
DAU .125 .041 .478 3.073 .004
DAK .670 .320 .269 2.094 .042
(1)
53
Lampiran vi
Daftar Dana Alokasi Khusus
Priode 2011 - 2013 (dalam jutaan Rupiah)
Sampel
Dana Alokasi Khusus
2011
2012
2013
1
48,97474,203
66,038
2
37,71436,555
54,562
3
46,68544,415
51,503
4
66,65363,917
97,024
5
40,50743,939
41,292
6
43,92152,908
66,902
7
77,46770,443
86,922
8
42,05742,992
68,769
9
52,01454,763
71,510
10
28,25634,031
46,475
11
47,82547,980
53,772
12
17,49015,433
22,361
13
53,43164,123
81,842
14
13,41118,630
68,198
15
21,192326,224
34,951
16
26,09420,237
30,307
(2)
54
Lampiran vii
Daftar Belanja Modal
Priode 2011 - 2013 (dalam jutaan Rupiah)
Sampel
Belanja Modal
2011
2012
2013
1
85,77487,372
162,504
2
112,971145,502
157,124
3
103,063112,621
163,995
4
117,812132,396
153,471
5
95,942109,267
148,872
6
88,860150,888
153,643
7
130,157129,354
167,902
8
123,591102,257
159,054
9
87,150134,972
144,290
10
112,347145,808
165,590
11
77,78986,485
128,063
12
50,45750,735
76,293
13
140,574219,991
289,610
14
66,41847,112
272,863
15
45,50947,980
77,988
16
70,67167,757
68,693
(3)
55
Lampiran viii
Tabel Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Lampiran ix
Hasil Uji Analisis Grafik dengan Histogram
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pajak Daerah 51 2320 165461 14869.18 30622.908
Retribusi Daerah 51 2296 39410 10638.43 7445.548
DAU 51 225120 1211386 466772.25 195634.541
DAK 51 13411 97024 46668.14 20534.222
Belanja Modal 51 45509 289610 118492.57 51186.016 Valid N (listwise) 51
(4)
56
Lampiran x
Hasil Uji Analisis dengan
Normal Probability Plot
Lampiran xi
Hasil Uji Statistik dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 51
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.80501883E4
Most Extreme Differences Absolute .103
Positive .103
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z .739
Asymp. Sig. (2-tailed) .646
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(5)
57
Lampiran xii
Hasil Uji Multikolinearitas
Lampiran xiii
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 16597.564 12556.410 1.322 .193
Pajak Daerah .141 .218 .084 .644 .523 .384 2.607
Retribusi Daerah
.958 .906 .139 1.058 .296 .376 2.661
DAU .125 .041 .478 3.073 .004 .270 3.704
DAK .670 .320 .269 2.094 .042 .396 2.523
a. Dependent Variable: Belanja Modal
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 18550.564 7357.495 2.521 .015
Pajak Daerah -.101 .128 -.183 -.793 .432
Retribusi Daerah .910 .531 .399 1.713 .093
DAU -.015 .024 -.176 -.642 .524
DAK .054 .187 .066 .290 .773
(6)
58
Lampiran xiv
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .836a .700 .674 29244.343 2.352
a. Predictors: (Constant), DAK, Retribusi Daerah, Pajak Daerah, DAU b. Dependent Variable: Belanja Modal
Lampiran xv
Hasil Analisis Regresi Linier
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 16597.564 12556.410 1.322 .193
Pajak Daerah .141 .218 .084 .644 .523
Retribusi Daerah .958 .906 .139 1.058 .296
DAU .125 .041 .478 3.073 .004
DAK .670 .320 .269 2.094 .042