Partisipasi Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Mangrove di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Mangrove
Istilah “mangrove” digunakan sebagai pengganti istilah hutan bakau untuk
menghindari kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang melulu terdiri atas
pohon bakau Rhizophora spp. Hutan mangrove sering dianggap sebagai suatu
ekosistem yang sangat lain. Hutan mangrove mempunyai berbagai peran
lingkungan yang penting terhadap lahan, satwa liar dan perikanan serta telah
diolah manusia untuk memperoleh hasil-hasil alam (Damanik dkk, 1987).
Mangrove adalah sekumpulan tumbuhan-tumbuhan Dicotyledoneae atau
Monocotyledoneae terdiri atas jenis tumbuhan mempunyai hubungan taksonomi
sampai dengan taksa kelas (unrelated families) yang mempunyai persamaan
adaptasi morfologi terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut.
Ekosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat suprapasut dari pantai berlumpur dan teluk, goba dan estuari yang didomonasi oleh
halofita (Halophyta), yakni tumbuh-tumbuhan yang hidup di air asin berpokok
dan beradaptasi tinggi, yang berkaitan dengan anak sungai, rawa dan banjiran,
bersamaan dengan populasi tumbuh-tumbuhan dan hewan (Febriawan dkk, 2015).
Ekosistem hutan payau (ekosistem hutan mangrove) adalah tipe ekosistem
yang terdapat di daerah pantai dan secara teratur digenangi air laut atau
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, daerah pantai dengan kondisi tanah
berlumpur, pasir atau lumpur berpasir dan memiliki gelombang laut yang tenang.

Ekosistem hutan itu disebut ekosistem hutan payau karena terdapat didaerah
payau (estuarin) yaitu daerah perairan dengan kadar garam antara 0,5o/oo dan

Universitas Sumatera Utara

30o/oo, disebut juga ekosistem hutan pasang surut karena terdapat didaerah yang di
pengaruhi oleh pasang surut air laut (Indriyanto, 2008)
Menurut Mac Nae (1968) diacu Hutapea (2009) pada mulanya hutan
mangrove hanya dikenal secara terbatas oleh kawasan ahli lingkungan, terutama
lingkungan laut. Mula-mula kawasan hutan mangrove dikenal dengan istilah
vloedbosschen (hutan payau) karena sifat habitatnya yang payau. Berdasarkan
dominasi jenis pohonnya, yaitu bakau, maka kawasan mangrove juga disebut
hutan bakau. Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue (bahasa
portugis) yang berarti tumbuhan dan grove (bahasa inggris) yang berarti belukar
atau hutan kecil. Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk
komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun
untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut.
Sedangkan dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan
individu spesies tumbuhan, dan kata mangal untuk menyatakan komunitas
tumbuhan tersebut.

Hutan mangrove adalah suatu ekosistem habitat daerah pantai yang harus
dipertahankan keberadaannya sebagai penyedia sumber daya alam dan sebagai
sistem penyangga kehidupan. Pengkajian terhadap ekosistem hutan mangrove
memberikan pelajaran bahwa ekosistem ini mutlak diperlukan dan harus dapat
dijamin kelangsungan hidupnya. Potensi sumberdaya mangrove di Indonesia
mencapai 3,64 juta hektar di dalam kawasan hutan dan sekitar 5,46 juta hektar di
luar kawasan hutan. Tetapi kondisi hutan mangrove saat ini mengalami kerusakan
(terdegradasi) dan penyusutan luas yang cukup tinggi. Kerusakan sumberdaya

Universitas Sumatera Utara

mangrove saat ini diperhitungkan mencapai 70%, tidak terkecuali akibat bencana
tsunami tahun 2004 lalu di pesisir Aceh (Fitri dan Iswahyudi, 2010).
Mangrove memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan
vegetasi hutan lainnya. Perbedaan hutan mangrove dengan vegetasi hutan lainnya
berupa memiliki jenis pohon yang relatif sedikit, akar yang tidak beraturan
(pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada
bakau (Rhizophora spp.) serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada
pidada (Sonneratia spp.) dan pada api-api (Avicennia spp.), memiliki biji
(propagul) bersifat vivipar atau dapat berkecambah dipohonnya, khususnya pada

Rhizophora spp. dan banyak lentisel pada bagian kulit pohon (Sarmila, 2012).

Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove
Menurut Gunarto (2004) diacu Hutapea (2009) Mangrove mempunyai
berbagai fungsi. Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga kondisi pantai agar tetap
stabil, melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi
dan intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Fungsi biologis
mangrove adalah sebagai habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup dan
mencari makan, sebagai sumber keanekaragaman biota akuatik dan nonakuatik
seperti burung, ular, kera, kelelawar, dan tanaman anggrek, serta sumber plasma
nutfah. Fungsi ekonomis mangrove yaitu sebagai sumber bahan bakar (kayu,
arang), bahan bangunan (balok, papan), serta bahan tekstil, makanan, dan obatobatan.
Ekosistem hutan mangrove sangat rapuh dan mudah rusak. Kerusakan bisa
saja disebabkan oleh tindakan mekanis secara langsung, seperti memotong,

Universitas Sumatera Utara

membongkar dan sebagainya. Juga sebagai akibat yang tidak langsung seperti
perubahan salinitas air, pencemaran air, karena adanya erosi, pencemaran minyak
dan sebagainya. Oleh karena itu, hutan mangrove yang bertindak sebagai tempat

berlangsungnya proses-proses ekologis dan pendukung kehidupan hendaknya
dapat terhindar dari unsur-unsur yang merusak tersebut (Tambunan, dkk., 2005).
Berdasarkan Pribadiningtyas dkk (2013), ada beberapa manfaat dari adanya hutan
mangrove yaitu :
a. Manfaat langsung, yaitu manfaat yang langsung diambil dari sumber
daya. Manfaat langsung tersebut berupa manfaat usaha tambak, manfaat
dari hasil kayu, manfaat penangkapan hasil perikanan.
b. Manfaat tidak langsung, yaitu nilai yang secara tidak langsung dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat, dapat berupa fisik misal hal yang mendukung
nilai guna langsung misalnya hutan mangrove sebagai penahan abrasi
pantai. Selain manfaat tidak langsung berupa fisik, hutan mangrove juga
memiliki

manfaat

biologi

sebagai nursery

ground


yaitu

tempat

berkembang biaknya ikan yang tentunya akan menambah produktivitas
hasil tangkapan nelayan.

Fungsi Fisik Mangrove
Secara fisik ekosistem mangrove dapat berfungsi sebagai hutan lindung
yang mempengaruhi pengaliran massa air di dalam tanah. Sistem perakaran yang
khas pada tumbuhan mangrove dapat menghambat arus air dan ombak, sehingga
menjaga garis pantai tetap stabil dan terhindar dari pengikisan (abrasi). Keadaan

Universitas Sumatera Utara

ekosistem rnangrove yang relatif lebih tenang dan terlindung dan sangat subur
juga aman bagi biota laut pada umumnya (Huda, 2008).
Lahan basah merupakan habitat penting bagi burung air sebagai tempat
berbiak,


bersarang dan

membesarkan anaknya,

tempat

mencari

makan,

sumber air minum, tempat berlindung dan melakukan interaksi sosial.
Keberadaan burung air pada lahan basah dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya ketersediaan, ketinggian dan kualitas air, ketersediaan makanan,
tempat berlindung dan bersarang dan predator (Ernijumilawaty dkk, 2011).
Menurut Davis dkk (1995) diacu Iman (2014), hutan mangrove memiliki
fungsi dan manfaat sebagai berikut :
1. Habitat Satwa Langka.
Hutan mangrove menjadi habitat satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup
disini, dan daratan lumpur yang berbatasan dengan hutan mangrove merupakan

tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran, termasuk

jenis

burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus)
2. Pelindung Terhadap Bencana Alam.
Vegetasi hutan mangrove dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian
atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan
garam melalui proses filtrasi.
3. Pengendapan Lumpur.
Sifat fisik tanaman pada hutan mangrove membantu proses pengendapan
lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun
dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada

Universitas Sumatera Utara

partikel lumpur. Dengan hutan mangrove, kualitas air laut terjaga dari
endapan lumpur erosi.
4. Penambahan Unsur Hara.
Sifat fisik hutan mangrove cenderung memperlambat aliran air dan terjadi

pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara
yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
5. Penambat Racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat
pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel
tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan mangrove bahkan
membantu proses penambatan racun secara aktif.
6. Sumber Alam dan Kawasan (In-Situ) dan Luar Kawasan (Ex- Situ) Hasil alam
in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang
dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber
alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan
terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat
di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau
menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan
pasir dan lumpur.
7. Sumber Plasma Nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi
perbaikan satwa komersial maupun memelihara populasi kehidupan liar.

Universitas Sumatera Utara


Fungsi Sosial Ekonomi Mangrove
Menurut Anwar dan Hendra (2007) Fungsi sosial ekonomi mangrove baik
secara langsung maupun tidak langsung antara lain: Arang dan kayu bakar, Jenis
Rhizophoraceae seperti R. apiculata, R. mucronata, dan B. gymnorrhiza
merupakan kayu bakar berkualitas baik karena menghasilkan panas yang tinggi
dan awet.
1. Bahan Bangunan, Kayu mangrove seperti R. apiculata, R. mucronata, dan B.
gymnorrhiza sangat cocok digunakan untuk tiang atau kaso dalam konstruksi
rumah karena batangnya lurus dan dapat bertahan sampai 50 tahun.
2. Tanin, merupakan ekstrak kulit dari jenis-jenis R. apiculata, R. mucronata,
dan Xylocarpus granatum digunakan untuk menyamak kulit pada industri
sepatu, tas, dan lain-lain. Tanin juga dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan lem untuk kayu lapis.
3. Nypah (Nypa fruticans) memiliki arti ekonomi yang sangat penting bagi
masyarakat sekitar hutan mangrove. Daun nipah dianyam menjadi atap rumah
yang dapat bertahan sampai 5 tahun.
4. Obat-obatan, beberapa jenis mangrove dapat digunakan sebagai obat
tradisional. Air rebusan


R. apiculata dapat digunakan sebagai astrigent.

Kulit R. mucronata dapat digunakan untuk menghentikan pendarahan. Air
rebusan Ceriops tagal dapat digunakan sebagai antiseptik luka, sedangkan air
rebusan Acanthus illicifolius dapat digunakan untuk obat diabetes.
5. Perikanan dan rehabilitasi mangrove dapat dikelola dengan model silvofishery
(wanamina) dikaitkan dengan program rehabilitasi pantai dan pesisisr.

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan silvofishery berupa empang parit pada kawasan hutan mangrove,
terutama di areal Perum Perhutani telah dimulai sejak tahun 1978.
6. Pertanian, keberadaan hutan mangrove penting bagi pertanian di sepanjang
pantai terutama sebagai pelindung dari hempasan angin, air pasang, dan
badai. Budidaya lebah madu juga dapat dikembangkan di hutan mangrove,
bunga dari Sonneratia sp. dapat menghasilkan madu dengan kualitas baik.
Tempat di areal hutan mangrove yang masih terkena pasang surut dapat
dijadikan pembuatan garam. Pembuatan garam dapat dilakukan dengan
perebusan air laut dengan kayu bakar dari kayu-kayu mangrove yang mati.
Pariwisata, kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung

bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu
menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan,
menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.
Dampak sosial ekonomi pencemaran yang dirasakan masyarakat meliputi
dampak terhadap mata pencaharian, pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga
kerja dan kesehatan masyarakat. Hal tersebut juga telah menyebabkan terjadinya
berbagai perubahan sosial di masyarakat. Dampak terhadap mata pencaharian
yakni terganggunya aktivitas usaha masyarakat di danau yang selanjutnya
mendorong masyarakat untuk melakukan berbagai perubahan dalam mata
pencahariannya tersebut. Perubahan pada mata pencaharian terjadi dalam
beberapa bentuk meliputi masyarakat yang bertahan pada mata pencaharian
semula, kembali menggeluti usaha pertanian, menggeluti lapangan usaha baru dan
merantau (Jaya, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Partisipasi
Menurut Karianga (2011) diacu Septiany (2012) Secara etimologis,
partisipasi berasal dari bahasa latin pars yang artinya bagian dan cepere, yang
artinya mengambil, sehingga diartikan “mengambil bagian”. Dalam bahasa
Inggris, participate atau participation berarti mengambil bagian atau mengambil
peranan. Partisipasi mengambil bagian atau mengambil peranan dalam aktivitas
atau kegiatan politik suatu negara. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat
dalam upaya pembangunan lingkungan dan diri mereka sendiri. Selain itu,
partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang
ditentukan sendiri oleh masyarakat.
Menurut Suciati (2006), membuat klasifikasi tipe partisipasi yaitu:
1. Penggolongan berdasarkan derajad kesukarelaan, terdiri atas partisipasi bebas
dan partisipasi terpaksa.
2. Penggolongan berdasarkan pada cara keterlibatan, terdiri dari partisipasi
langsung dan partisipasi tidak langsung.
3. Penggolongan berdasarkan pada keterlibatan di dalam berbagai tahap dalam
proses pembangunan terencana, terdiri dari partisipasi lengkap dan partisipasi
sebagian.
4. Penggolongan berdasarkan pada tingkatan organisasi, terdiri dari partisipasi
yang terorganisasi dan partisipasi yang tidak terorganisasi.
5. Penggolongan berdasarkan pada intensitas dan frekuensi kegiatan, terdiri dari
partisipasi intensif dan partisipasi ekstensif.
6. Penggolongan berdasarkan pada lingkup liputan kegiatan, terdiri dari
partisipasi tak terbatas dan partisipasi terbatas.

Universitas Sumatera Utara

7. Penggolongan berdasarkan pada efektivitas, terdiri atas partisipasi efektif dan
partisipasi tidak efektif.
8. Penggolongan berdasarkan pada siapa yang terlibat, Orang-orang yang dapat
berpartisipasi dibedakan sebagai berikut:
a. Anggota masyarakat setempat
- Penduduk setempat dan Pemimpin setempat
b. Pegawai pemerintah
- Penduduk dalam masyarakat dan bukan penduduk
c. Orang-orang luar
- Penduduk dalam masyarakat dan bukan penduduk
d. Wakil-wakil masyarakat yang terpilih
9. Penggolongan berdasarkan gaya partisipasi, dibedakan menjadi tiga model
praktek organisasi masyarakat yaitu:
a. Pembangunan lokalitas
b. Perencanaan sosial
c. Aksi sosial
Masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika partisipasi itu dilakukan
melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada di tengah-tengah
masyarakat, partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat
yang bersangkutan, manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat
memenuhi kepentingan masyarakat setempat serta dalam proses partisipasi itu
terjamin adanya kontrol yang dilakukan masyarakat (Pribadiningtyas, dkk., 2013).
Secara ideal keterlibatan masyarakat baru dikatakan berpartisipasi secara
penuh apabila partisipasi berada pada tahapan delapan, yaitu pengawasan

Universitas Sumatera Utara

masyarakat atau paling tidak pada tahapan kemitraan dan pendelegasian
wewenang. Tiga tangga teratas tersebut masuk kedalam tingkat "kekuasaan
masyarakat" (citizen power). Masyarakat dalam tingkatan ini memiliki pengaruh
dalam proses

pengambilan

keputusan. Pada tingkat ketujuh dan kedelapan,

masyarakat (non elite) memiliki mayoritas suara dalam proses pengambilan
keputusan keputusan bahkan sangat mungkin memiliki kewenangan penuh
mengelola suatu obyek kebijaksanaan tertentu (Gumilar, 2012).
Partisipasi melibatkan mental dan emosi lebih banyak dari pada fisik
seseorang. Partisipasi yang didorong oleh mental dan emosi disebut partisipasi
otonom, sedangkan partisipasi didorong dengan paksaan disebut dengan
mobilisasi. Partisipasi mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk
menyumbang atau mendukung kegiatan bersama, berdasarkan kesukarelaan
sehingga tumbuh rasa tanggung jawab bersama terhadap kepentingan kelompok
atau organisasi (Rizqina, 2010).

Partisipasi Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Mangrove
Partisipasi merupakan instrumen untuk mencapai tujuan tertentu, dimana
tujuan dimaksud adalah dikaitkan dengan keputusan atau tindakan yang lebih baik
dalam menentukan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini partisipasi datang
dari pola pan,dang masyarakat yang berada di desa penelitian, dengan tujuan
pelestarian hutan mangrove. Bila dilihat secara umum kata partisipasi dapat
diartikan sebagai keikutsertaan mengambil peran tertentu dalam kegiatan
pelestarian kawasan mangrove. Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

adalah kelompok penduduk yang dapat dikategorikan menjadi masyarakat lokal,
masyarakat swasta, dan masyarakat umum yang ada di desa (Hutapea, 2009).
Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah perubahan fisik biotik
maupun abiotik didalam ekosistem hutan mangrove menjadi tidak utuh lagi atau
rusak yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Pada umumnya
kerusakan ekosistem hutan mangrove disebabkan oleh aktivitas manusia dalam
pendayagunaan
kelestarian,

sumberdaya

seperti:

alam

penebangan

wilayah
untuk

pantai

tidak

keperluan

kayu

memperhatikan
bakar

yang

berlebihan, tambak, permukiman, industri dan pertambangan (Jabir, 2014).
Menurut Sudirman (2005) diacu Hutapea (2009) Asas partisipasi
masyarakat yang dipakai adalah kebebasan berpendapat mengeluarkan pikiran
secara lisan dan tulisan secara rasional, efisien, tepat guna dan tepat sasaran.
Sedangkan tujuan dari partisipasi itu adalah meningkatkan kualitas dan
keefektifan kebijakan yang dirumuskan dan ditetapkan dalam membangun
pemerintahan

yang demokratis dan partisipatif. Tujuan lainnya adalah

meningkatkan kesadaran masyarakat akan makna penting peran dan tanggung
jawab

bersama

dalam

menentukan masa depan kehidupannya

khususnya

pelestarian hutan mangrove, sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal maupun
kebijakan nasional.
Menurut Suciati (2006) ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat
mempunyai sifat sangat penting:
1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

Universitas Sumatera Utara

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena
mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan
mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.
3. Timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat
dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan
bahwa merekapun mempunyai hak untuk turut memberikan saran dalam
menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan.
Masyarakat

di

sekitar

kawasan

hutan mangrove

mempunyai

ketergantungan sangat besar terhadap ekosistem mangrove , karena mereka
dapat berperan sebagai perusak ataupun penjaga hutan mangrove, untuk itu
diperlukan

upaya-upaya

yang

dapat memperbaiki

dan

meningkatkan

partisipasi masyarakat dan pengelolaan yang baik agar fungsi ganda dari
hutan mangrove dapat berjalan dengan baik dan dapat dimanfaatkan secara
optimal. Strategi pelestarian yang melibatkan masyarakat lokal dipandang
lebih efektif dibandingkan dengan pelestarian satu arah yang hanya melibatkan
pemerintah. Dengan meningkatkan

kesadaran

masyarakat

akan pentingnya

fungsi pelestarian dalam suatu kawasan, akan dapat memelihara fungsi
keseimbangan

ekosistem

dan

masyarakat

setempat, sehingga

lingkungan

tersebut

fungsi
dengan

diharapkan tercapai

ekonomi kawasan
adanya

tersebut

bagi

keseimbangan ekosistem

optimalisasi

dan

keberlanjutan

pengelolaan wilayah tersebut (Erwiantono, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Karateristik Masyarakat Pesisir
Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir atau sering disebut masyarakat
pesisir menjadi bagian penting dalam ekosistem pesisir. Komponen terbesar
dari masyarakat pesisir adalah nelayan yang memiliki ketergantungan yang
besar terhadap keberlanjutan sumberdaya alam pesisir. Nelayan adalah orang
yang melakukan penagkapan (budidaya) di laut dan di tempat yang masih
dipengaruhi pasang surut (Wasak, 2012).
Adapun definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah
wilayah pertemuan antara darat dan laut, kearah darat wilayah pesisir meliputi
bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifatsifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan
kearah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di daratan seperti sedimentasi dan aliran air
tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran (Huda, 2008).
Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai sekelompok orang yang tinggal
di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara
langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Masyarakat pesisir
sendiri sebenarnya masih berupa entitas majemuk karena terdiri dari nelayan
pemilik, nelayan buruh, pembudidaya ikan, pengolah ikan, pedagang hasil
perikanan, pelaku usaha industri dan jasa maritim serta masyarakat lainnya yang
memanfaatkan sumberdaya laut dan pesisir untuk menyokong kehidupannya
(Ariansyach, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Masyarakat pesisir dan pedalaman yang masih berpola tradisional
(subsisten) harus bersaing dengan kelompok-kelompok pendatang yang memiliki
kemampuan modal dan teknologi lebih baik menyebabkan adanya penguasaan
sumberdaya alam yang tersedia. Seiring dengan perkembangan jumlah manusia
yang disertai peningkatan kebutuhan hidup bergerak menuruk deret ukur,
sedangkan sumberdaya tersedia bergerak menurut deret hitung menyebabkan
terjadinya kelangkaan. Sehingga untuk memperolehnya diperlukan kompetisi dan
seleksi alam (Utomo dan Thomas, 2014).
Menurut Satria (2002) diacu Ariansyach (2009), karakteristik utama dari
masyarakat pesisir adalah sebagai berikut :
1. Sistem pengetahuan, Pengetahuan tentang teknik penangkapan ikan yang
pada umumnya didapat dari warisan atau pendahulu mereka berdasarkan
pengalaman empiris. Kuatnya pengetahuan lokal tersebutlah yang selanjutnya
menjadi salah satu faktor penyebab terjaminnya kelangsungan hidup mereka
selaku nelayan.
2. Sistem Kepercayaan; Secara teologis, nelayan masih memiliki kepercayaan
yang kuat bahwa laut memiliki kekuatan magis sehingga perlu perlakuanperlakuan khusus dalam melakukan aktivitas penangkapan agar keselamatan
dan hasil tangkapan semakin terjamin.
3. Peran Wanita; Aktivitas ekonomi wanita merupakan gejala yang sudah umum
bagi kalangan masyarakat strata bawah, tidak terkecuali wanita yang berstatus
sebagai istri nelayan. Selain banyak bergelut dalam urusan domestik rumah
tangga, istri nelayan kerap menjalankan fungsi ekonomi dalam melakukan

Universitas Sumatera Utara

penangkapan ikan diperairan dangkal, pengolahan ikan maupun kegiatan jasa
dan perdagangan.
4. Posisi sosial nelayan; Posisi sosial nelayan masih dianggap rendah dalam
masyarakat karena disebabkan oleh keterasingan nelayan. Hal tersebut
diakibatkan karena kurangnya kesempatan masyarakat nelayan dalam
melakukan interaksi dengan masyarakat lain karena banyaknya alokasi waktu
dalam melakukan penangkapan ikan dilaut daripada melakukan sosialisasi
dengan masyarakat lain yang secara geografis relatif jauh dari pantai.

Analisis Korelasi
Korelasi merupakan ukuran numeris yang dapat diinterpretasikan sebagai
derajat keeratan hubungan linear, dengan tujuan untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih, bagaimana arah hubungan dan
berapa besar korelasi koefesien hubungannya. Ukuran korelasi dapat dihitung dari
data ordinal, interval, maupun data rasio. Koefesien korelasi yang dibahas adalah
koefesien korelasi pearson dan spearman. Koefesien korelasi pearson product
moment yang digunakan untuk mengukur hubungan linear antara dua variabel
dengan data berskala interval atau ratio (parametric) (Rochaety, dkk., 2009) .
Korelasi Spearman adalah metode korelasi jenjang yang dikemukan oleh
Carl Spearaman pada tahun 1904. Metode ini diperlukan untuk mengukur
keeratan hubungan antara dua variabel dimana dua variabel itu tidak mempunyai
joint normal distribution dan conditional variance tidak diketahui sama. Korelasi
rank dipergunakan apabila pengukuran kuantatif secara eksak tidak mungkin/sulit

Universitas Sumatera Utara

dilakukan. Misalnya : mengukur tingkat moral, tingkat kesenangan, tingkat
motivasi (Djarwanto, 2014).
Korelasi spearman dapat menghasilkan angka positif (+) dan negatif (-).
Jika korelasi menghasilkan angka positif maka hubungan kedua variabel bersifat
searah. Artinya jika variabel bebas besar maka variabel terikat (independent
variable) juga besar. Jika korelasi menghasilkan angka negatif maka hubungan
kedua variabel bersifat tidak searah. Artinya jika variabel bebas besar maka
variabel terikatnya kecil. Angka korelasi berkisar antara -1 dengan 1. Jika angka
mendekati 1 maka hubungan kedua variabel semakin kuat. Jika korelasi
mendekati -1 hubungan kedua variabel semakin lemah. Hubungan linear postif
sempurna akan mempunyai koefesien korelasi 1, sedangkan hubungan linear
negatif sempurna akan mempunyai koefesien korelasi -1. Nilai koefesien korelasi
sama dengan nol berarti tidak ada hubungan (Rochaety, dkk., 2009).

Universitas Sumatera Utara