Pengaruh Keandalan Laporan Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Pengendalian Internal terhadap Audit Expectation Gap di Pemerintah Kota Binjai

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Erlina dkk (2015:19) “laporan keuangan adalah produk akhir dari
proses akuntansi yang telah dilakukan”. Laporan keuangan yang dihasilkan harus
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku sehingga laporan keuangan
tersebut bisa dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan entitas yang lain. Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006, dalam ketentuan umumnya mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan keuangan daerah ialah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut. Selanjutnya dalam Pasal 4 disebutkan bahwa,
pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk

masyarakat.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang
terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas pelaporan. Entitas pelaporan dalam pemerintah yaitu unit

8
Universitas Sumatera Utara

pemerintahan yang memiliki satu atau lebih entitas akuntansi dan entitas
pelaporan yang menurut perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun
2010, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat/Daerah terdiri dari:
1)

Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan

penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah

pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran
menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut: (a) PendapatanLRA; (b) belanja; (c) transfer; (d) surplus/defisit-LRA; (e) pembiayaan; (f)
sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (Erlina dan Rasdianto, 2013:23).
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara
komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut: (a) Saldo Anggaran
Lebih awal; (b).Penggunaan Saldo Anggaran Lebih; (c) Sisa Lebih/Kurang
Pembiayaan Anggaran tahun berjalan; (d) Koreksi Kesalahan Pembukuan
tahun Sebelumnya; dan Lain-lain; (e) Saldo Anggaran Lebih Akhir (Erlina
dan Rasdianto, 2013:41).
3) Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Setiap entitas
pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan non lancar serta

9
Universitas Sumatera Utara

mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan
jangka panjang dalam neraca. Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya

pos-pos berikut: (a) kas dan setara kas; (b) investasi jangka pendek; (c)
piutang pajak dan bukan pajak; (d) persediaan; (e) investasi jangka panjang;
(f) aset tetap; (g) kewajiban jangka pendek; (h) kewajiban jangka panjang; (i)
ekuitas (Erlina dan Rasdianto, 2013:42).
4)

Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan

aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan
saldo awal, penerimaan,pengeluaran dan saldo akhir kas pemerintah
pusat/daerah selama periode tertentu (Erlina dan Rasdianto, 2013:70).
5)

Laporan Operasional
Laporan

operasional

menyajikan


pos-pos

sebagai

berikut:

(a)

Pendapatan-LO dari kegiatan operasional; (b) Beban dari kegiatan
operasional; (c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada; (d)
Pos luar biasa, bila ada; (e) Surplus/defisit-LO (Erlina dan Rasdianto,
2013:63).
6)

Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang kurangnya pos-pos:

(a) Ekuitas awal; (b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; (c)
Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara

lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan

10
Universitas Sumatera Utara

kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar. (d) Ekuitas akhir
(Erlina dan Rasdianto, 2013:70).
7)

Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian

dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca,
dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup
informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas
pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk
diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintah serta ungkapanungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan
secara wajar (Erlina dan Rasdianto, 2013:80).


2.1.2 Opini Audit (Opinion Audit)
Menurut Mulyadi (2002:20) Ada5 tipe pokok laporan audit yang diterbitkan
oleh auditor, yaitu sebagai berikut.
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion).
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
(Unqualified Opinion report with explanatory).
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report).
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion report).
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of opinion).
1).

Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi

pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan
mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam

11
Universitas Sumatera Utara


penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsis akuntansi berterima
umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan
audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling
dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan,
maupun oleh auditor. Kata wajar pada opini auditor mempunyai makna bebas
dari keragu-raguan dan ketidakjujuran. Laporan keuangan dianggap menyajikan
secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum, jika memenuhi kondisi berikut ini.
a) Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan
keuangan.
b) Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke
periode telah cukup menjelaskan.
c) Informasi

dalam

catatan-catatan

yang


mendukungnya

telah

digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan,
sesuai prinsip akuntansi berterima umum.
2).

Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language).
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelas, namun laporan

keuangan tetap menyajikan secar wajar posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit bentuk baku ditambah
bahasa penjelas.

12
Universitas Sumatera Utara

3).


Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini, maka auditor akan

memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit.
a)

Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b)

Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak
dapat memperoleh informasi penting Karena kondisi-kondisi yang
berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.

c)

Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.


d)

Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

4).

Pendapat tidak wajar (adverse opinion).
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa

pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan
klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehinngga
tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan saldo laba,
dan arus kas perubahan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia
tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten
yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi
pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien
dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat
dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.


13
Universitas Sumatera Utara

5).

Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion).
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan,

maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report).
Kondisi yang menyebapkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat
adalah sebagai berikut.
a)

Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.

b) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat
tidak wajar (adverse opinion) adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam
keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan klien,
sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion) karena ia
tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan
atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

2.1.3

Kualitas Sumber Daya Manusia
Kualitas sumber daya manusia merupakan kemampuan sumber daya

manusia untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan
bekal pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang cukup memadai. (Widodo,
2001 dalam Kharis, 2010).
Menurut Wiley (2002) dalam Zetra (2009) mendefinisikan bahwa
“Sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak
roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari
organisasi tersebut”. Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen

14
Universitas Sumatera Utara

organisasi yang sangat penting, oleh karena itu harus dipastikan bahwa
pengelolaan sumber daya manusia dilakukan sebaik mungkin agar mampu
memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
Dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik, SKPD harus memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas, yang didukung dengan latar belakang
pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan mempunyai
pengalaman di bidang keuangan. Sehingga untuk menerapkan sistem akuntansi,
sumber daya manusia (SDM) tersebut akan mampu memahami logika akuntansi
dengan baik. Kegagalan sumber daya manusia Pemerintah Daerah dalam
memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan
laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang
ditetapkan pemerintah.
Sumber daya manusia yang berkualitas juga dapat menghemat waktu
pembuatan laporan keuangan, disebabkan karena sumber daya manusia tersebut
telah mengetahui dan memahami apa yang akan dikerjakan dengan baik sehingga
penyajian laporan keuangan bisa tepat waktu. “Semakin cepat waktu penyajian
laporan keuangan maka semakin baik untuk pengambilan keputusan”(
Mardiasmo: 2002 : 146).
2.1.4

Pengendalian Internal

Istilah yang dipakai untuk pengendalian intern adalah sistim pengendalian
intern,sistim pengawasan intern dan struktur pengendalian intern. Mulai tahun
2001 istilah resmi yang digunakan IAI adalah pengendalian intern. Menurut IAI
yang dikutip Sukrisno Agus (2004: 75) mendefinisikan bahwa

15
Universitas Sumatera Utara

Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris,manajemen dan personel lain entitas yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan,(b) efektivitas dan
efesiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
Menurut Mulyadi (2001:163), “sistem pengendalian intern meliputi
struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk
menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajamen”. Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah suatu proses,
yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam
suatu entitas,yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai guna
mencapai tujuan keandalan pelaporan keuangan, menjaga kekayaan dan catatan
organisasi, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, efektivitas dan efesiensi
operasi.Pengendalian

intern

merupakan

suatu

cara

untuk

mengarahkan,

mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi.

2.1.5

Expectation Gap

Istilah expectation gap ditelusuri awal mula penggunaannya di AS pada
tahun 1974 saat America Institute of Certified Public Accountants (AICPA)
membentuk commission on auditor’s responsibilities yang selanjutnya disebut
sebagai cohen commission. Komisi ini dibentuk untuk menanggapi kritik
masyarakat mengenai kualitas kinerja auditor yang pada saat itu terdapat berbagai
kasus yang memperlihatkan bahwa auditor gagal mendeteksi dan mengungkapkan
kegagalan atau tindakan penyimpangan dari perusahaan yang dimiliki publik.

16
Universitas Sumatera Utara

Komisi ini bertugas secara khusus memberikan rekomendasi tentang tanggung
jawab auditor yang tepat (sesuai dengan profesi). Menurut cohen commission,
para pemakai laporan keuangan audit biasanya mempunyai harapan yang masuk
akal tentang kemampuan auditor dan keyakinan yang dapat diberikan auditor.
Hal ini memberikan gambaran bahwa Expectation gap lebih disebabkan karena
kegagalan profesi akuntan publik untuk bereaksi dan berkembang agar tidak
tertinggal oleh perubahaan bisnis dan lingkungan sosial (Yuliati dkk, 2007).
2.1.5.1 Definisi Expectation GAP
“Expectation gap adalah perbedaan antara apa yang masyarakat dan
pengguna laporan keuangan percaya sebagai tanggung jawab akuntan dan auditor
dan apa yang akuntan dan auditor percaya sebagai tanggung jawab” (Adhikara,
2012:27).
Selain itu “expectation gap juga diartikan sebagai kesenjangan (gap) antara
standar kinerja auditor dan berbagai macam ekspektasi publik terhadap kinerja
auditor” (Rusliyawati dan Halim 2008). Berdasarkan beberapa definisi
expectation gap di atas dapat disimpulkan expectation gap adalah perbedaan
persepsi antara auditor dengan para pengguna laporan keuangan auditan.
2.1.5.2 Jenis-Jenis Expectation GAP
Secara umum, expectation gap yaitu sebagai berikut.
a)

Reporting gap, yaitu terdapat perbedaan persepsi antara auditor dengan
publik mengenai apa yang harus dilaporkan auditor.

b) Performance gap, dimana apa yang dilakukan oleh auditor di bawah standar
atau tidak sesuai dengan standar yang berlaku.

17
Universitas Sumatera Utara

c)

Liability gap, dimana terjadi perbedaan persepsi antara auditor dengan publik
mengenai kepada siapa auditor bertanggung jawab (Gamaliel, 2011).
Expectation gap yang terjadi terdiri atas dua komponen utama, yaitu sebagai

berikut.
a)

Reasonableness gap, yaitu perbedaan yang timbul karena pemahaman publik
terhadap apa yang diinginkan oleh publik kepada auditor untuk dilakukan,
dan apa yang seharusnya auditor lakukan.

b) Performance gap, yaitu perbedaan yang timbul akibat persepsi terhadap
auditor dan hasil kinerja auditor, yang terdiri atas:
c)

Deficient standard gap, dimana standar auditing yang ada tidak mencukupi
atau tidak mencakup semua aspek-aspek di dalam audititng.

d) Deficient performance gap, dimana kinerja auditor tidak sesuai dengan
harapan publik (Wedari dan Indarto, 2007).
2.1.5.3 Masalah sehubungan Expectation Gap
Terdapat perbedaan harapan publik dalam hal:
1) Deteksi kecurangan dan tindakan illegal;
2) Perbaikan keefektifan audit;
3) Pengkomunikasian hasil audit yang lebih intensif kepada publik dan komite
audit (Guy and Sullivan dalam Rahmdhani, 2007).
Ada 4 masalah sehubungan dengan expectation gap, yaitu sebagai berikut.
1) Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan;
2) Independensi auditor;
3) Maksud atau arti laporan audit;

18
Universitas Sumatera Utara

4) Pelaporan kepentingan audit (Humphrey et al. dalam Aristania, 2011).
Kesenjangan harapan audit dapat diukur 4 dimensi, yaitu sebagai berikut:
1) Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi,
2) Menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan, terutama
kecurangan (responcibility),
3) Keandalan dari laporan keuangan yang telah diaudit (reability),
1) Kegunaan laporan keuangan yang telah diaudit dalam pengambilan
keputusan (decision usefulness) (Humphrey et al., dalam Djamil, 2007).

2.2

Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Yuliati
(2007)

Aristanta,
Vanni (2011)

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

Expectation
Gap Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
Pemakai
Laporan terdapat expectation gap antara pemakai
Keuangan Pemerintah laporan keuangan pemerintah dan auditor
dan
Auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung
Pemerintah.
jawab auditor pemerintah. Auditor
pemerintah mempunyai persepsi yang
lebih tinggi terhadap peran dan tanggung
jawabnya dibanding pemakai laporan
keuangan pemerintah.
Penginvestasian
Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
terhadap
expectation beberapa perbedaan persepsi antara auditor
gap atas hasil laporan dan pengguna dari laporan pemerintah
audit pada sector publik keuangan.

19
Universitas Sumatera Utara

Ramdhani,
Dudy S
(2012)

Fatriansyah
(2014)

Persepsi
Pemakai
Laporan Keuangan dan
Auditor
Mengenai
Expectation Gap: Studi
Kasus
di
Kota
Semarang
Pengaruh
keandalan
laporan
keuangan
terhadap
audit
expectation gap (Studi
Pemerintah
Daerah
Kab. Enrekang )

Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan
persepsi antara pemakai laporan keuangan
dan auditor terhadap expectation gap
dalam isu auditor dan proses audit, isu
peran auditor, isu kompetensi dan
independensi, isu larangan KAP, dan isu
komunikasi hasil audit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keandalan laporan keuangan berpengaruh
positif terhadap audit expectation gap yang
dapat diartikan bahwa, ketika tingkat
keandalan pelaporan keuangan tinggi maka
kemungkinan terjadinya expectation gap
kecil,sedangkan ketika tingkat keandalan
pelaporan
keuangan
rendah
maka
kemungkinan terjadinya expectation gap
besar.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada lokasi
dan waktu yang berbeda, pada penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2012
dan 2007. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ramdhani (2012)
yaitu populasi penelitian yang terdiri dari staf perbankan, dosen akuntansi,
mahasiswa akuntansi, dan auditor yang berpraktek sebagai akuntan publik di
Semarang, sedangkan dalam penelitian ini populasi penelitian adalah staf pegawai
inspektorat dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah(BPKAD)
Pemerintah Kota Binjai.
Alasan Peneliti melakukan penelitian ini yaitu karena adanya fenomena
yang terjadi di Kota Binjai mengenai opini laporan keuangan Pemerintah Kota
Binjai yang diobservasi dari tahun 2009-2015, dimana hanya pada tahun 2014 saja
berhasil meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sedangkan di tahun
berikutnya 2015 kembali menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

20
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka Peneliti tertarik
untuk melakukan pengujian kembali apakah dengan teori yang sama, tetapi pada
waktu dan tempat yang berbeda akan memberikan hasil yang sama atau berbeda
dengan penelitian sebelumnya. Dengan menganalisa pengaruh keandalan laporan
keuangan terhadap audit expectation gap di Pemerintah Kota Binjai, diharapkan
adanya peningkatan keandalan laporan keuangan Pemerintah Kota Binjai di masa
mendatang.

2.3

Kerangka Konseptual

Keandalan Laporan
Keuangan (X1)

Sumber Daya Manusia
(X2)

Expectation Gap (Y)

Pengendalian Internal
(X3)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dari bentuk kerangka konseptual yang telah gambarkan di atas dapat kita
uraikan bahwa adanya perbedaan harapan/persepsi diantara pengguna laporan
keuangan daerah dapat menunjukkan eksistensi expectation gap. Timbulnya
expectation gap bermula dari adanya pertentangan kepentingan antara pemakai

21
Universitas Sumatera Utara

laporan keuangan, untuk mengatasi pertentangan tersebut maka pemakai laporan
keuangan membutuhkan jasa auditor untuk memberi keyakinan atas keandalan
pelaporan keuangan pemerintah, tapi tidak selamanya apa yang diharapkan
pemakai laporan keuangan sama dengan hasil audit auditor atas laporan keuangan
sehingga situasi tersebut bisa menimbulkan eksistensi expectation gap.
Terdapat beberapa faktor penyebabexpectation gap berdasarkan penelitian
terdahulu, yakni kualitas opini auditor, tangggung jawab auditor, indenpendensi
auditor, kompetensi auditor, kinerja auditor, pelaporan audit, dan pelaksanaan
audit. Agar dapat mencegah timbulnya expectation gap antara pemakai laporan
keuangan dengan auditor, diperlukan nilai informasi keandalan pelaporan
keuangan atas hasil audit laporan keuangan.

2.4

Hipotesis
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
kalimat pertanyaan” (Sugiyono,2012:93).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu : “keandalan laporankeuangan,
sumber daya manusia dan pengendalian internal berpengaruh positif dan
signifikan terhadap audit Expectation Gap di Pemerintah Kota Binjai”.

22
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Keandalan Laporan Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Pengendalian Internal terhadap Audit Expectation Gap di Pemerintah Kota Binjai

2 30 79

PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, PENGENDALIAN INTERNAL Pengaruh Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Pengendalian Internal Terhadap Ketepatwaktuan Dan Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Stud

0 3 17

PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, PENGENDALIAN INTERNAL Pengaruh Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Pengendalian Internal Terhadap Ketepatwaktuan Dan Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Stud

0 3 15

Pengaruh Pengendalian Intern dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Keandalan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah : studi pada OPD Kabupaten Karawang.

0 1 23

EXPECTATION GAP PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DAN KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 1

Pengaruh Keandalan Laporan Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Pengendalian Internal terhadap Audit Expectation Gap di Pemerintah Kota Binjai

1 2 12

Pengaruh Keandalan Laporan Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Pengendalian Internal terhadap Audit Expectation Gap di Pemerintah Kota Binjai

0 0 2

Pengaruh Keandalan Laporan Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Pengendalian Internal terhadap Audit Expectation Gap di Pemerintah Kota Binjai

0 0 7

Pengaruh Keandalan Laporan Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Pengendalian Internal terhadap Audit Expectation Gap di Pemerintah Kota Binjai

4 15 2

Pengaruh Keandalan Laporan Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Pengendalian Internal terhadap Audit Expectation Gap di Pemerintah Kota Binjai

0 0 13