Analisis Komparasi Pendapatan Petani Dari Sumber Benih Padi yang Bersertifikat dan Non Sertifikat (Studi Kasus: Desa Naga Kisar, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

6

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Ilmu usaha tani merupakan proses menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor
produksi pertanian untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan yang maksimal (Suratiyah,
2006).
Di dalam proses produksi usahatani untuk menghasilkan suatu produk dapat dipengaruhi oleh
satu atau beberapa faktor. Adapun faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti modal, tanah,
tenaga kerja, bibit, dan pupuk. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan
petani (Prawirokusumo, 1990).
Faktor produksi modal sangat diperlukan. Tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan,
paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Dengan kata lain,
keberadaan modal sangat menentukan tingkat atau macam teknologi yang diterapkan.
Kekurangan modal menyebabkankurang masukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko
kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima (Daniel, 2002).
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang tahan lama dan dapat dipakai dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Luas lahan yang diusahakan petani akan mempengaruhi pendapatan,
dimana semakin luas lahan yang diusahakan maka hasil produksi akan semakin besar. Tingkat
hasil produksi yang diperoleh adalah salah satu faktor dari pendapatan (Tjakrawiralaksana dan

Soeriaatmadja, 1993).
Curahan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja manusia yang digunakan dalam setiap tahap
kegiatan usahatani yang dihitung dalam satuan HKP (Hari Kerja Pria) baik yang berasal dari
dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja untuk mengolah usahatani
tidak konstan tetapi tergantung pada berbagai faktor seperti jenis tanah, cara pengairan dan jenis
tanaman (Rahim dan Hastuti, 2007).

6
Universitas Sumatera Utara

7
Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani umumnya diukur dengan jumlah “hari”. Mengenai
lamanya bekerja dalam satu hari tersebut terdapat variasi antara daerah satu dengan yang lainnya,
kerena adanya perbedaan kebiasaan dan kondisi setempat. Walaupun dalam kenyataan kita
mempunyai tiga jenis tenaga kerja namun dalam analisa usahatani berbagai jenis kerja tersebut
biasanya dinyatakan dalam satu jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja pria. Konversi tenaga kerja
yang sering dipakai adalah satu tenaga wanita dewasa setara dengan 0,8 tenaga kerja pria dewasa,
dan satu tenaga kerja anak-anak setara dengan 0,5 tenaga pria dewasa (Tjakrawiralaksana dan
Soeriaatmadja, 1993).
Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, dan

peternak) untuk memperoleh faktor-faktor produksi, yang akan digunakan dalam mengelolah
usahanya dalam mendapatkan hasil maksimal (Rahim dan Hastuti, 2007).
Biaya diklasifikasikan kedalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis
yang dikerjakan, yaitu: (a) Biaya tetap; (b) Biaya tidak tetap. Biaya tetap umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang
diperoleh. Sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1995).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga
produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang
dikeluarkan dalam sekali periode (Suratiyah, 2006).
Menurut Suratiyah (2006) pendapatan dan biaya usahatani ini dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor eksternal terdiri dari umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Faktor eksternal berupa harga dan
ketersedian sarana produksi. Ketersedian sarana produksi dan harga tidak dapat dikuasai oleh
petani sebagai individu meskipun dana tersedia. Bila salah satu sarana produksi tidak tersedia

Universitas Sumatera Utara

8

maka petani akan mengurangi penggunaan faktor produksi tersebut, demikian juga dengan harga
sarana produksi misalnya harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau akan mempengaruhi
biaya dan pendapatan.

2.2 Landasan Teori
2.2.1. Benih
Benih adalah bagian tanaman yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman yang berfungsi
sebagai unit penyebaran tanaman secara alamiah yang dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa
campur tangan manusia, misalnya terbawa angin atau tersebar dengan perantara binatang.
Dalam budidaya tanaman padi, pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang harus
diperhatikan, karena faktor tersebut sangat menentukan besarnya produksi. Benih padi adalah
gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk di semaikan menjadi
pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan
kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih
sampai fase pertumbuhan dipersemaian (AAK, 2006).
Sumber benih yang digunakan hendaknya dari kelas yang lebih tinggi.Kebutuhan benih
sumber perhektar diperkirakansebanyak 10 kg benih penjenis untukmenghasilkan benih
dasar,25 kg benih dasar untuk menghasilkan benih pokokdan 25 kg benih pokok untuk
menghasilkan benih sebar sebanyak 50 kg
(Wirawan dan Wahyuni, 2002).

Benihyang

bersertifikatatauberlabeldapatdiperoleh

tokopertanianmaupunpenyalurbenih.Benih

tersebut

pada

kios-kios
merupakan

atau
benih

sebaryangdihasilkandandisebarkanolehparapenangkar benih atau kebun-kebunbenih.Selain
itu,masihadabenihpokokyang dihasilkandandisebarkan oleh balai-balai benih serta benih
dasar / foundation seed (Prasetyo, 2003 ).


Universitas Sumatera Utara

9
Penangkaran benih non sertifikat merupakan suatu usaha dari petani yang menyadari tentang
pentingnya untuk memenuhi kebutuhan benih padi sawah untuk usahatani para petani. Usaha
tersebut timbul dikarenakan kurangnya benih bersertifikat yang diberikan pemerintah untuk
memenuhi usahatani petani dan juga harga yang tergolong mahal untuk petani yang berada
pada kalangan kelas bawah. Dengan adanya penangkaran swadaya milik masyarakat, petani
tidak repot mencari benih untuk usahatani padi sawah mereka.
Alasan yang dominan kenapa kita harus mendapatkan benih unggul bermutu dan bersertifikat
diantaranya sebagai berikut :















Penggunaan benih yang bermutu menjamin keberhasilan usaha tani.
Keturunan benih diketahui, mutu benih terjamin dan kemurnian genetik diketahui.
Pertumbuhan benih seragam.
Menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.
Ketika ditanam pindah, tumbuh lebih cepat dan tegar.
Masak dan panen serempak.
Produktivitas tinggi, sehingga meningkatkan pendapatan petani. Kelasbenih yang
ditanam penangkar atau produsen benih



Penangkar benih harus menanam benih satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang
akan diproduksi.

2.2.2. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi, yang dapat dinyatakan dalam satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik
yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi.
Biaya dapat dibagi menjadi biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang besar kecilnya tidak
tergantung pada besar kecil produksi dan biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang

Universitas Sumatera Utara

10
berhubungan langsung dengan besar kecilnya produksi. Seperti pada fungsi produksi, pada
biaya ini dikenal konsep biaya marjinal (marjinal cost) yaitu perubahan biaya kesatuan
perubahan produksi, dan biaya rata-rat (average cost) yaitu biaya per satuan

produksi

(Suratiyah, 2011).
2.2.3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah suatu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung
musim. Setiap usahatani yang dilakukan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu,
dalam analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh

besarnya curahan tega kerja. Curahan tenaga kerja yang dicapai adalah besarnya tenaga kerja
efektif yang dipakai (Soekarwati, 1989).
Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 14 sampai 60 tahun, sedangkan orang
yang berumur di bawah 14 tahun atau diatas 60 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga
kerja. Tiap – tiap negara memeberikan batasan umur yang berbeda terhadap tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja

(Simanjuntak, 1990).

Di Indonesia, dipilih batasan umur minimum 10 tahun tanpa ada batasan umur maksimum.
Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksud sebagai penduduk yang berumur 10
tahun atau lebih. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur minimum berdasarkan kenyataan
bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk berumur muda terutama di desa – desa
yang sudah bekerja atau mencari pekerjaan (Simanjuntak,1990).
Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita dan anak – anak. Untuk
jumlah hari kerja di hitung dengan satuan hari kerja pria (HKP). Untuk laki-laki dewasa
dihitung 1 HKP, untuk perempuan dewasa dihitung 0,75 HKP dan untuk anak-anak dihitung
0,5 HKP

Universitas Sumatera Utara


11
2.2.4. Luas Lahan
Luas lahan adalah keseluruhan areal atau daerah yang ditanami untuk kebutuhan usahatani
petani, di pandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin
tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya (Suratiyah, 2011).
Menurut buku yang di tulis oleh Suratiyah (2011), pengukuran luas usahatani dapat diukur
dengan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
a) Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani termasuk sawah,
tegal, pekarangan, jalan saluran dan sebagainya
b) Luas lahan pertanaman adalah seluruh tanah yang dapat ditanami atau diusahakan
c) Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat.
Di dalam luas lahan terdapat luas panen, luas panen adalah luas lahan tanam yang dipungut
hasilnya setelah tanaman pada lahan tersebut cukup umur. Dalam panen berhasil luas panen
termasuk juga luas lahan tanam yang hasilnya sebagian saja yang dapat dipungut (paling
sedikit sampai dengan 11%) yang mungkin disebabkan karena mendapatkan serangan hama
atau bencana alam. Mencabut bibit tidak termasuk sebagai memungut hasil (BPS, 2014).
2.2.5. Pendapatan
Pendapatan adalah penerimaan bersih petani setelah dikurangi oleh pengeluaran petani
selama kegiatan usatani. Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan

kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh
petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau
pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga persatuan berat pada
saat pemungutan hasil. Sedangkan pendapatan bersih adalah seluruh pendapatan yang
diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi (Hernanto, 1989).

Universitas Sumatera Utara

12
Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha,
pertanaman dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani,
petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari – hari
dapat terpenuhi. Harga dan produktifitas merupakan sumber dari ketidak pastian, sehingga
bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah
(Soekartawi dkk, 1993).
2.2.6. Produksi
Produksi berkaitan erat dengan bagai mana sumber daya (masukan) diperguankan untuk
menghasilkan produk (keluaran). Produksi adalah hasil akhir dari kegiatan atau aktifitas
dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Lebih lannujt Suratiyah (2011)

mengatakan produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang.
Produksi juga suatu kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat suatu penciptaan
faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah
bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari beberapa faedah tersebut. Dengan
demikian produksi tidak terbatan pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi
(Hernanto,1989).
2.3 Kerangka Pemikiran
Luasnya area lahan padi sawah khususnya di Desa Naga Kisar Kecamatan Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai yang luas mengakibatkan kebutuhan benih untuk lahan pertanian
yang luas sangatlah tinggi. Namun, kebutuhan benih yang sangat tinggi tidak terlepas dari
kualitas benih yang baik dan dapat menghasilkan produktifitas yang tinggi pula sehingga
petani harus pintar dalam memilih benih yang berkualitas baik. Persaingan penangkaran penangkaran benih semakin tinggi sehingga membuat petani bingung dalam memilih benih

Universitas Sumatera Utara

13
yang baik untuk usahatani padi sawah mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan studi tentang
perbandingan antara produksi dari benih yang di usulkan pemerintah yang berasal dari benih
padi yang bersertifikat dengan benih padi non bersertifikat milik masyarakat Desa Naga Kisar
sendiri. Secara singkat dapat dibuat skema kerangka pemikiran yang terdapat pada Gambar 1.
Petani Padi Sawah

Kebutuhan Benih

Benih Non
B

Benih Bersertifikat

tifik t

Produksi

Produksi

Penerimaan

Penerimaan

Biaya
Pendapatan Usahatani

Pendapatan Usahatani
Padi Sawah

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Komparasi Pendapatan Usahatani Padi Sawah
Pengguna Benih Bersertifikat Dengan Benih Non Bersertifikat
Keterangan :
: Adanya Hubungan Langsung
: Adanya Pengaruh

Universitas Sumatera Utara

14
2.3. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah
dikemukakan, hipotesis penelitian ini adalah :
1. Produksi usahatani padi sawah yang menggunakan benih padi bersertifikatlebih tinggi
daripada yang menggunakan benih padi non bersertifikat.
2. Pendapatan, penerimaan, biaya usahatani padi sawah yang menggunakan benih padi
bersertifikatlebih besar daripada yang menggunakan benih padi non bersertifikat.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kepiting (Scilla Serrata) Studi Kasus : Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin. Kabupaten Serdang Bedagai

5 75 79

Analisis Komparisi Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Pengguna Benih Sang Hyang Sri dengan Benih Penangkaran Swadaya (Kasus : Desa Naga Kisar Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai)

3 79 94

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Sistem Distribusi Benih Padi (Studi Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

8 69 89

Analisis Pendapatan Petani Miskin Dan Implikasi Kebijakan Pengentasannya Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

2 39 92

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Dari Sumber Benih Padi yang Bersertifikat dan Non Sertifikat (Studi Kasus: Desa Naga Kisar, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Dari Sumber Benih Padi yang Bersertifikat dan Non Sertifikat (Studi Kasus: Desa Naga Kisar, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Dari Sumber Benih Padi yang Bersertifikat dan Non Sertifikat (Studi Kasus: Desa Naga Kisar, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 5

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Dari Sumber Benih Padi yang Bersertifikat dan Non Sertifikat (Studi Kasus: Desa Naga Kisar, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 2

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Dari Sumber Benih Padi yang Bersertifikat dan Non Sertifikat (Studi Kasus: Desa Naga Kisar, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 3 63