Pengaruh Profitabilitas, Leverege Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 – 2012 Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih
dengan bentuk hubungan kausal yang merupakan hubungan sebab akibat
antara variable independen dengan dependen ( Sugiyono,2009:57)

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
menggunakan situs www.idx.co.id dan situs www.sahamok.com. Waktu
penelitian dilakukan dari bulan Juni 2013 sampai November 2013.

3.3

Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini yaitu:
a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas,
leverage dan ukuran perusahaan.
b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividen payout
ratio.
c. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang
membagikan dividen selama periode penelitian tahun 2009 sampai
dengan tahun 2012.

38
Universitas Sumatera Utara

3. 4

Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang terdapat dalam
suatu variabel tertentu yang diperlukan untuk mengukur suatu variabel.
Berikut definisi – definisi dari setiap variabel yang akan diteliti yaitu:
1. Deviden Payout Ratio (DPR)
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah rasio antara dividen dan

laba bersih yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
DPR = Dividen per lembar saham x 100%
Laba per lembar saham
2. Return on Assets ( ROA )
Return On Asset (ROA) merupakan atribut dari profitibilitas. ROA
merupakan rasio earning after tax terhadap total asset.
ROA = Laba bersih setelah pajak x 100%
Total aktiva
3. Debt to Equity Ratio (DER)
Hutang diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER),
Yaitu membandingkan total hutang dengan total ekuitas.
Debt to Equity Ratio (DER ) =

Total Utang
Ekuitas

x 100 %

4. Ukuran Perusahaan ( Size )
Ukuran perusahaan diukur melalui jumlah aktiva.

Size = Total Aktiva

39
Universitas Sumatera Utara

3.5

Populasi Penelitian
Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode Purposive
Sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan pertambangan selama
periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Adapun tujuan dari
metode ini untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan. Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh
sampel sebagai berikut :
1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2009 sampai
dengan 2012.
2. Perusahaan

yang


melaporkan

secara

publik

laporan

keuangannya yang berakhir 31 Desember selama tahun 2009
sampai dengan 2012.
3. Perusahaan yang mempunyai data pembayaran dividen selama
periode penelitian yaitu tahun 2009 – 2012.

Sehingga

perusahaan yang tidak membayar dividen pada tahun tertentu
selama periode penelitian akan dikeluarkan dari sampel.
Jumlah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sampai akhir Desember 2012 adalah sebanyak 34 perusahaan.

Selama periode penelitian, perusahaan yang selalu menyajikan laporan
keuangan dan secara kontiniu membagikan deviden pada periode 2009 –
2012

berjumlah 8 perusahaan sehingga jumlah seluruh amatan

(observasi) adalah sebanyak 32.

40
Universitas Sumatera Utara

Adapun sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.1
Daftar Sampel Perusahaan
No
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.

3.6

Nama Perusahaan
Adaro Energy Tbk
Aneka Tambang persero Tbk
Bumi Resources Tbk
Indika Energy Tbk
Indo Tambang Raya Megah Tbk
Resources Alam Indonesia Tbk
Tambang Batu-Bara Bukit Asam Tbk
Timah Persero Tbk

Kode
ADRO
ANTM

BUMI
INDY
ITMG
KKGI
PTBA
TINS

Tanggal IPO
16-07-2008
27-11-1997
30-07-1990
11-06-2008
18-12-2007
01-07-1991
23-12-2002
19-10-1995

Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder
yaitu data tentang perusahaan-perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2012 www.idx.co.id.
Data

tersebut

berasal

dari

laporan

keuangan

perusahaan

pertambangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia tahun 2009
sampai dengan 2012.

3.7


Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
metode dokumentasi. Dokumentasi yang dilakukan adalah dengan
mengumpulkan semua data sekunder yang dipublikasikan oleh IDX
Statistic tentang perusahaan pertambangan yang terdfatar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2012.
41
Universitas Sumatera Utara

3.8

Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yaitu proses yang berkaitan dengan pengujian
data menggunakan teknik statistik tertentu dimana hasil dari pengujian
tersebut digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik
kesimpulan (Erlina, 2011). Teknik analisis dalam penelitian ini
menggunakan analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 18.
Tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis yaitu
uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan terdiri dari uji
normalitas,


uji

multikilinieritas,

uji

heteroskedastisitas

dan

uji

autokorelasi. Untuk pengujian hipotesis, dilakukan analisis uji f dan uji t.

3.9

Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka perlu dilakukan uji asumsi
klasik, yaitu meliputi:

3.9.1 Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk membuktikan data dari sampel yang
dimiliki berasal dari populasi berdistribusi normal atau data dari sampel
yang dimiliki berdistribusi normal. Metode klasik dalam pengujian
normalitas suatu data tidak begitu rumit. Berdasarkan pengalaman empiris
beberapa pakar statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n>30),
maka sudah dapat diasumsikan berdistribusi normal. Bisa dikatakan
sebagai sampel besar.

42
Universitas Sumatera Utara

1. Analisis Grafik
Untuk melakukan pengujian normalitas dengan analisis grafik dapat dengan
menggunakan grafik histogram dan normal probability.
2. Analisis Statistik
Pengujian normalitas ini akan dilakukan dengan uji statistic nonparametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S) (Ghozali, 2005:27). Untuk melihat
apakah suatu data mempunyai distribusi normal, maka kriterian pengujiannya
adalah sebagai berikut:
a. Jika angka signifikan > 0,05 maka data mempunyai distribusi normal
b. Jika angka signifikan < 0,05 maka data tidak mempunyai distribusi
normal.
Data yang tidak terdistribusi secara tidak normal dapat ditransformasi agar
menjadi normal. Jika data tidak normal ada beberapa cara mengubah model
regresi menjadi normal menurut Jogiyanto(2004:172), yaitu :
1. Dengan melakukan transformasi data ke bentuk lain, yaitu: Logaritma
Natural, akar kuadrat, Logaritma lo,
2. Lakukan trimming, yaitu mengubah observasi yang bersifat outlier,
3. Lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai-nilai data outlier menjadi nilinilai minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusinya
menjadi normal.

43
Universitas Sumatera Utara

3.9.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi mempunyai korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel – variabel
independen antara yang satu dengan yang lainnya. Jika terjadi korelasi
sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya
adalah:
1. Koefisien – koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,
2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Ada tidaknya multikolonieritas dapat dideteksi dengan
melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta
dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen.
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah jika nilai Variance Inflation Factor (VIF)
tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka
model dapat dikatakan terbebas dari multikolenearitas.
3.9.3 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan

44
Universitas Sumatera Utara

yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series. Pada
data cross-section, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Uji yang
digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi adalah menggunakan uji Durbin Watson dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Jika nilai D-W dibawah 0 sampai 1,5 berarti ada autokorelasi
positif
2. Jika nilai D-W diantara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada
autokorelasi
3. Jika nilai D-W diantara 2,5 sampai 4 berarti ada autokorelasi
negative

3.9.4 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas diartikan sebagai varian yang tidak konstan
(Asnawi dan Wijaya, 2005). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastistas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi,

dan

sumbu

X

adalah

residual

sesungguhnya). Pengambilan keputusan untuk

(Y

prediksi–Y

ada tidaknya

heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

45
Universitas Sumatera Utara

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola
tertentu

yang

menyempit),

teratur

(bergelombang,

maka

mengindikasikan

melebar
telah

kemudian
terjadi

heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:30).

3.10

Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis
regresi berganda, uji signifikansi t-test serta uji signifikansi f-test. Menurut
Rochaety (2007: 107)” dengan uji hipotesis kita memusatkan perhatian
pada peluang kita membuat keputusan yang salah. Hipotesis diterima atau
ditolak berdasarkan informasi yang terkandung dalam sampel tetapi
menggambarkan keadaan populasi”.

3.10.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Pada penelitian ini penulis menggunakan analisi regresi linear
berganda karena tahap ini dijelaskan hubungan antara variabel dependen
dan beberapa variabel independen, dengan rumus :
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

46
Universitas Sumatera Utara

Dimana:

Y

= Kebijakan Dividen

a

= Konstanta

X1

= Profitabilitas

X2

= Leverage ( Hutang )

X3

= Ukuran Perusahaan

b1,b2,b3

= Koefisien regresi untuk masing
masing variable independen

e

= Error of term

3.10.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji

hipotesis

dengan

uji

F

yaitu

mencari

Fhitung

dan

membandingkan dengan Ftabel, apakah variable independen secara simultan
memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak dengan variable dependen.
Rumusan hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
Ho = Tingkat

profitabilitas,hutang

dan

ukuran

perusahaan

tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Ha = Tingkat profitabilitas,hutang dan ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah:
1. Jika Sig < 0,05 dan Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
2. Jika Sig > 0,05 dan Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

47
Universitas Sumatera Utara

3.10.3 Uji Parsial ( Uji t )
Uji hipotesis dengan uji t yaitu dengan mencari thitung dan
membandingkan ttabel, apakah variable independen secara parsial memiliki
pengaruh yang signifikan atau tidak dengan variabel independen.Pada uji t
tanda pada hasil tidak berpengaruh ( Hartono,2008).
1. Ho : bi = 0, artinya variabel profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan
secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap dividend payout ratio
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Ha : bi ≠ 0, artinya variabel profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis secara
parsial adalah sebagai berikut:
1. Jika Sig < 0,05 dan thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
2. Jika Sig > 0,05 dan thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
3.10.4 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengukur seberapa besar
peranan variable independen secara simultan mempengaruhi perubahan yang
terjadi pada variable dependen.

48
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan penelitian periode 2009 sampai
dengan 2012.

Penelitian ini dilakukan pada 34 sampel perusahaan dengan

kriteria-kriteria yang telah ditentukan, namun hanya ada 8 perusahaan yang
memenuhi kriteria. Adapun alasan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh profitabilitas,leverage dan ukuran perusahaan terhadap dividen payout
ratio. Berikut ini profil sampel perusahaan pada penelitian ini yaitu:
1. PT. Adaro Energy Tbk (ADRO)
PT.Adaro Energy Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
sebagai produsen batu bara terbesar kedua yang ada di Indonesia dan terbesar
keempat di dunia. Perusahaan ini mengoperasikan tambang batu bara tunggal
terbesar di Indonesia dan merupakan pemasok batu bara termal dalam pasar
global. Pada awal berdirinya pada tahun 2004, perusahaan yang masih berbentuk
perseroan terbatas yang bernama PT Padang Karunia. Pada tanggal 18 April 2008
perusahaan ini mengganti nama menjadi PT Adaro Energy Tbk dalam persiapan
untuk "go public". Visi yang ditetapkan bagi perusahaan ini adalah menjadi
perusahaan yang terbesar dan paling efisien dalam hal penambangan batu bara
serta ter-integritas sebagai perusahaan energi di Asia Tenggara. Adaro Energy dan
anak perusahaannya saat ini bergerak dalam bidang pertambangan dan
perdagangan batu bara, infrastruktur dan logistik batu bara serta jasa kontraktor
49
Universitas Sumatera Utara

pertambangan. Setiap anak perusahaan yang beroperasi diposisikan sebagai pusat
laba yang mandiri dan ter-integritas. Hal ini sebagai upaya agar Adaro Energy
memiliki produksi batu bara yang kompetitif yang dapat diandalkan serta
menghasilkan rantai pasokan batu bara dengan nilai optimal bagi pemegang
saham. Selain cadangan batu bara yang besar, Adaro Energy juga memiliki
beberapa aset yang berkualitas tinggi guna mendukung proses operasi, seperti
jalan penghubung dari lokasi tambang ke fasilitas Crushing di Kelanis dan
Terminal Batu bara di Pulau Laut sejauh 75 kilometer. Selain itu, melalui anak
perusahaannya, Adaro Energy memiliki armada penambangan lengkap termasuk
Drilling Machines, Bulldozers, Wheel Dozers, Excavators, Graders, Articulated
Trucks, Dump Trucks, Wheel Loaders, Head Trucks, Vessels, Dollys, Crushers,
dan beberapa alat produksi lainnya. Produksi yang telah dicapai oleh perusahaan
ini sangat besar, terbukti pada tahun 2011 saja telah mampu menghasilkan
tambang dengan total 47,7 ton yang berlokasi di Tabalog dan Balangan,
Kalimantan Selatan. Selain itu, Adaro Energy juga telah berhasil memperoleh
beberapa penghargaan, di antaranya Recognition Award 2011 dari Corporate
Governance Asia, The Most Improve Governance 2011 dari Indonesian Institute
for Corporate Directorship (IICD) dan The Indonesian Most Trusted dari the
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG).

2.

PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM)
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk didirikan pada

tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22

Tahun 1968,

dengan nama “ Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang”, dan diumumkan

50
Universitas Sumatera Utara

dalam tambahan No. 36, Berita Negara No. 56, tanggal 5 Juli 1968. Pada saat
pembentukannya , ANTAM merupakan penggabungan dari Tujuh perusahaan
negara. Pada tanggal 14 Juni 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26
Tahun 1974,

status perusahaan diubah dari perusahaan negara menjadi

perusahaan negara perseroan terbatas (“perusahaan perseroan”) dan sejak itu
dikenal sebagai “Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang”. Dalam
perkembangan selanjutnya, ANTAM memperluas operasinya dengan tambahan
Tiga unit pertambangan lainnya dan Satu unit eksplorasi
Dalam perkembangan selanjutnya, ANTAM memperluas operasinya
dengan tambahan Tiga unit pertambangan lainnya dan Satu unit eksplorasi.
Pertambangan Pasir Besi Cilacap memulai operasinya pada tanggal 10 Juni 1971,
sedangkan pertambangan nikel Gebe dimulai pada tahun 1979. Kegiatan
eksplorasi emas di Pongkor dimulai pada tahun 1988 dan mulai berproduksi pada
tahun 1994. Karena meningkatnya aktivitas eksplorasi, ANTAM memutuskan
untuk membentuk unit Geologi yang didirikan pada tanggal 29 Februari 1980
yang melaksanakan kegiatan eksplorasi. Sejak tahun 1980, aktivitas unit Geologi
telah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia dan menghasilkan data
eksplorasi yang sangat berharga untuk ANTAM.
3.

PT. Bumi Resources Tbk (BUMI)
PT Bumi Resources Minerals Tbk didirikan dengan nama PT Panorama

Timur Abadi tanggal 06 Agustus 2003. PT Panorama Timur Abadi dengan
kegiatan usaha utama di bidang perdagangan dan penyedia pelumas bagi industri
pertambangan. BRMS kemudian diambil alih oleh PT Bumi Resources Tbk

51
Universitas Sumatera Utara

(BUMI) pada pertengahan tahun 2009 dan kemudian merubah nama menjadi PT
Bumi Resources Minerals. Kantor pusat BRMS terletak di Gedung Bakrie Tower
lantai 10, Komplek Rasuna Epicentrum, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta 12940.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BUMI
adalah bergerak dalam bidang eksplorasi dan pengembangan pertambangan atas
sumber daya mineral. BUMI saat ini memiliki cadangan-cadangan mineral
termasuk tembaga, emas, timah hitam, zinc, bijih besi, phosphate dan berlian yang
tersebar di beberapa lokasi di Indonesia dan Afrika Barat.
Pada tanggal 26 Nopember 2010, BUMI memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BUMI
kepada masyarakat sebanyak 3.300.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per
saham saham dengan harga penawaran Rp635,- per saham disertai dengan Waran
Seri I yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif sebanyak 2.200.000.000
dengan pelaksanaan sebesar Rp700,- per saham. Setiap pemegang saham Waran
berhak membeli satu saham perusahaan selama masa pelaksanaan yaitu mulai
tanggal 09 Juni 2011 sampai dengan 07 Desember 2012. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09 Desember 2010.

4.

PT. Indika Energy Tbk ( INDY )
PT Indika Energy Tbk ("Indika Energy") adalah perusahaan energi terpadu

yang terkemuka di Indonesia, menyediakan pelanggan dengan solusi energi
terintegrasi melalui investasi diversifikasi dalam bidang sumber daya energi, jasa
energi dan infrastruktur energi melalui investasi strategis dalam bidang produksi

52
Universitas Sumatera Utara

batubara.Didirikan pada tahun 2000, PT Indika Energy Tbk (‘’Indika Energy'')
sebelumnya dikenal sebagai PT Dipta Diwangkara Indika / PT Inti Energi. Indika
Energy namun telah berakar di sektor energi sejauh 1973 dengan pendirian
Tripatra, pemimpin dalam memberikan rekayasa pengadaan, terpadu dan
konstruksi (EPC) jasa untuk industri minyak dan gas di Indonesia.
Saat ini, Indika Energy adalah publik yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp.11.600.000.000.000 (US $
1,2 miliar) dengan anak perusahaan dan perusahaan asosiasi berkonsentrasi dalam
tiga pilar bisnis sumber daya energi, jasa energi, dan infrastruktur energi. Strategi
utama untuk pertumbuhan telah memperkuat landasan''untuk''rantai nilai yang
lebih besar integrasi. Pada tahun 2009, Indika Energy telah menyelesaikan
akuisisi PT Petrosea Tbk, multi-disiplin rekayasa, konstruksi dan perusahaan
kontrak pertambangan dengan track record prestasi di Indonesia sejak 1972.
Akuisisi ini penting tidak hanya berfungsi untuk memperkuat posisi Grup dan
kepemimpinan dalam pelayanan EPC, tetapi konsolidasi kapasitasnya untuk
memberikan layanan energi total dari hak pertambangan memperoleh dan studi
kelayakan, pada operasi penambangan, pengolahan, produksi dan pengangkutan.

5. PT. Indo Tambang Raya Megah Tbk ( ITMG )
PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITM) merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia batu bara terkemuka di
Indonesia. Batu bara pasokan dari perusahaan ini telah memiliki reputasi yang
baik untuk pasar energi dunia. ITM pertama kali didirikan sejak tahun 1987 yang
lalu. Sejak awal berdirinya perusahaan ini selalu berupaya untuk terus

53
Universitas Sumatera Utara

mengembangkan lini usahanya, salah satunya melalui anak perusahaan yang
kemudian berlabel PT Indominco Mandiri sejak tahun 1995. Anak perusahaan ini
kemudian mulai beroperasi setahun kemudian dengan mengirim muatan curah.
Sejak saat inilah perusahaan terus tumbuh dan berkembang dalam industri
pertambangan internasional. Hal inilah yang juga berhasil membuat salah satu
perusahaan asal Singapura mulai melirik ITM. Alhasil ITM bersama dengan anak
perusahaannya kemudian diakuisisi oleh Banpu Minerals sejak tahun 2001.
Pada tahun 2003, ITM secara resmi mengambil alih saham minoritas yang
ada di PT Indominco Mandiri sejalan dengan proses akuisisi terhadap PT Bharinto
Ekatama setahun kemudian. Salah satu anak perusahaan yang berlabel PT
Trubaindo Coal Mining mulai beroperasi sejak tahun 2005. Selanjutnya pada
tahun 2007, ITM kembali melakukan akuisisi yang kini dilakukan terhadap PT
Jorong Barutama Greston serta mengambil alih saham minoritas yang ada di PT
Trubaindo Coal Mining. Pada tahun yang sama, ITM juga berhasil merubah status
perusahaan menjadi perusahaan terbuka seiring dengan rencana go public.
Puncaknya terjadi saat ITM secara resmi mencatatkan sahamnya untuk pertama
kali di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kemudian memasuki tahun 2010, ITM
berhasil menyelesaikan proyek ekspansi terminal batu bara yang ada di bontang
dengan bernama "The Bontang Coal Terminal Expansion Project". Dengan
mengemban visi "menjadi perusahaan energi terkait batu bara yang terkemuka di
Indonesia dengan pertumbuhan yang berkelanjutan melalui profesionalisme dan
kepedulian terhadap para karyawan, masyarakat dan lingkungan", ITM selalu
menjunjung tinggi dalam tata kelola perusahaan, kepatuhan lingkungan, kesehatan
serta keselamatan kerja dalam upaya menjadi produsen batu bara terpercaya bagi
para pelanggan. Hingga saat ini ITM telah berhasil menaungi beberapa anak
perusahaan yang antara lain PT. Jorong Barutama Greston (Banjarmasin,

54
Universitas Sumatera Utara

Kalimantan Selatan), PT. Kitadin (Embalut-Kutai Kartanegara dan Tandung
Mayang-Kutai Timur, Kalimantan Timur), PT. Bharinto Ekatama (Kabupaten
Kutai Barat, Kalimantan Timur dan Barito Utara, Kalimantan Tengah), PT.
Trubaindo Coal Mining (Kabupaten Muara Lawa, Bentian Besar, Muara Pahu dan
Damai, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur), PT. Indominco Mandiri
(Bontang, Kutai Kartanegara dan Kutai Timur, Kalimantan Timur) serta Bontang
Coal Terminal yang operasionalnya di kawasan PT. Indominco Mandiri.
6. PT. Resources Alam Indonesia Tbk ( KKGI )
PT Resource Alam Indonesia Tbk berdiri pada tahun 1981 di bawah
naungan PT Kurnia Kapuas Utama Glue Industries (KKGI) yang merupakan
produsen perekat kayu. Sepuluh tahun berselang, perusahaan ini mampu
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan mulai membuka penawaran
perdananya.

KKGI

merupakan

produsen

pembuatan

formaldehyde

dan

thermosetting adhesive. Selain itu juga aktif dalam industri high pressure
laminates (HPL), partikel melamin, dan pita perekat. Pada tahun 2003,
perusahaan tersebut merubah namanya menjadi PT Resource Alam indonesia Tbk
dan memulai mengembangkan bisnisnya dalam bisnis pertambangan batu bara.
Dengan ini, perusahaan ini mulai mengoperasikan 3 tambangnya, yakni Simpang
Pasir, Gunung Pinang dan Bayur sejak tahun 2006. Karena lebih memfokuskan
dalam industri batu bara membuat perusahaan ini memutuskan untuk
mengklasifikasikan perusahaan dari kimia menjadi pertambangan batu bara pada
tahun 2008. Seiring dengan keseriusan mereka dalam tambang batu bara,
pembukaan tambang baru di Purwajaya, Tanjung Barokah dan Tegal Anyar

55
Universitas Sumatera Utara

merupakan salah satu bukti nyata akan komitmen perusahaan tersebut. Pada tahun
2010, total produksi dari tambang-tambang yang yang ada ditaksir mencapai 2,2
juta ton. Ditambah lagi, kenaikan angka produksi semakin meningkat tiap
tahunnya. Tercatat pada tahun 2011 perusahaan mengalami peningkatan
signifikan sebesar 91% dengan total angka produksi sebesar 4,2 juta ton. PT
Resource Alam Indonesia juga telah menerima beberapa penghargaan yang diraih
pada tahun 2012, seperti Best of the Best dalam kategori "Companies Under a
Billion" untuk perusahaan Asia Pasifik dan Top 50 Indonesian Companies dari
The Forbes serta Enviromental Mining Award oleh Kementerian Energi dan
Sumber

Daya

Mineral

(ESDM)

"Pratama

Pengelolaan

Lingkungan

Pertambangan".
7.

PT. Tambang Batu-Bara Bukit Asam Tbk ( PTBA )

Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman
kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka
(open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya.
Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah
(underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan
komersial dimulai pada 1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial
Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut
perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950,
Pemerintah RI kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara
Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA).

56
Universitas Sumatera Utara

Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan
Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang
selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan
industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan
Perum Tambang

Batubara

dengan

Perseroan.

Sesuai

dengan

program

pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah menugaskan
Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batubara. Pada 23 Desember 2002,
Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia
dengan kode “PTBA”.

8.

PT. Timah Tbk ( TINS )
PT Timah (Persero) Tbk (TINS) didirikan pada tanggal 02 Agustus 1976.

TINS berdomisili di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung dan kantor pusat
terletak di Jl. Medan Merdeka Timur No.15 Jakarta 10110 serta memiliki wilayah
operasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Riau, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tenggara serta Cilegon, Banten.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TINS
meliputi bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan
jasa. Kegiatan utama TINS adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan
kegiatan operasi penambangan timah dan melakukan jasa pemasaran kepada
kelompok usaha.
Pada tanggal 27 September 1995, TINS memperoleh persetujuan dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TINS
sebanyak 176.155.000 saham Seri B dan Global Depositary Receipts (GDR) milik

57
Universitas Sumatera Utara

Perusahaan. Terhitung mulai tanggal 12 Oktober 2006, Perusahaan melakukan
penghentian pencatatan atas GDR milik Perusahaan di Bursa Saham London.
Penghentian pencatatan tersebut dilakukan mengingat jumlah GDR yang beredar
semakin kecil dan tidak likuid.

4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran dan informasi
mengenai data variabel dalam penelitian ini.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

ROA

32

2.56

46.03

14.7978

11.40034

DER

32

21.45

1428.83

147.9828

261.87263

SIZE

32

272

78.765

20.501,84

24.337,925

DPR

32

4.66

319.82

62.3231

64.44531

Valid N (listwise)

32

Sumber : Hasil Penelitian,2014 (data diolah)
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata ROA pada perusahaan yang
menjadi sampel penelitian di Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian 2009
sampai dengan 2012 adalah sebesar 14.7978 dengan Standard Deviasi sebesar
11.40034 . Nilai ROA minimum adalah sebesar 2,56 yang dimiliki oleh PT.Bumi
Resources Tbk, sedangkan untuk nilai ROA maximum adalah sebesar 46,03 yang
dimiliki oleh PT.Resources Alam Indonesia Tbk.
Rata-rata

DER

sebesar 261.87263. Nilai

adalah sebesar 147.9828

dengan Standard Deviasi

minimum DER adalah sebesar 21.45 dimiliki oleh

58
Universitas Sumatera Utara

PT.Aneka Tambang Tbk dengan nilai maximum adalah sebesar 1428.83 yang
dimiliki oleh PT.Bumi Resources Tbk
Rata-rata Size adalah sebesar 20.501,84 dengan Standart Deviasi sebesar
24.337,925 . Nilai minimum Size adalah sebesar 272 yang dimiliki oleh
PT.Resources Alam Indonesia Tbk, sedangkan untuk nilai maximum Size adalah
sebesar 78.765 yang dimiliki oleh PT.Bumi Resources Tbk.
Rata-rata nilai DPR adalah sebesar 62.3231 dengan Standard Deviasi
sebesar 64.44531 . Nilai minimum DPR adalah sebesar 4.66 yang terdapat pada
PT.Bumi Resources Tbk dan nilai maximum DPR adalah sebesar 319.82 yang
dimiliki oleh PT.Indika Energy Tbk.
4.3.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dilakukan untuk mendukung keabsahan hasil analisis dengan
model regresi. Pengujian ini dilakukan dengan asumsi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
4.3.2.1.Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
telah mengikut i atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data
yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tidak
melenceng kekiiri atau kekanan. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah
data berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

4.3.2.1.1. Uji Normalitas
1. Analisis Grafik
Berdasarkan hasil uji grafik diperoleh gambar sebagai berikut:

59
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data (Grafik Histogram)

Sumber: Hasil Output Regresi

Gambar 4.1 menunjukkan data yang menyebar dibawah garis diagonal dan
tidak mengikuti arah garis diagonal, serta grafik histogram belum menunjukkan
pola distribusi normal. Dalam hal ini berarti model regresi belum layak digunakan
karena belum memenuhi asumsi normalitas. Sehingga perlu dilakukan
transformasi data dengan Logaritma Natural (Ln), sehingga menghasilkan gambar
sebagai berikut:
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Data (Grafik Histogram)

60
Universitas Sumatera Utara

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

Gambar 4.2 menunjukkan data yang menyebar di sekitar garis diagonal
dan mengikuti arah pola garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
pola distribusi normal. Sehingga hal ini dikatakan model regresi dan layak dipakai
karena memenuhi asumsi normalitas.
2.

Analisis Statistik
Pengujian ini dilakukan dengan uji non-parametic kolmogrov-smirnov.

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas (Uji Kolmogorov-Smirnov)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N

32

Normal Parameters

a,b

Mean

.0000000

Std. Deviation
Most Extreme Differences

57.83919825

Absolute

.178

Positive

.178

Negative

-.106

Kolmogorov-Smirnov Z

1.009

Asymp. Sig. (2-tailed)

.260

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Penelitian,2013 (Data Diolah)

61
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 menunjukkan Asymp. Sig (2-tailed) atau angka signifikan, lebih
besar dari 0,05 yaitu 0,260. Hal ini berarti data tersebut mempunyai distribusi
normal

4.3.2.2.Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linier antar
variabel independen menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Cara mendeteksi apakah model regresi
bebas dari permasalah multikolinearitas dapat dilihat dari besaran Variance
Inflation Factor (VIF). Berdasarkan hasil pengujian model regresi diperoleh hasil
untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
4.3.2.2.1. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas ( VIF-Tolerance)
Variabel

Tolerance

VIF

ROA

.776

1.289

DER

.543

1.843

SIZE

.460

2.176

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Variance Inflation Factor (VIF) dari viabel
ROA, DER dan SIZE lebih kecil dari 10, maka artinya tidak terdapat persoalan
multikolinearitas di antara variabel bebas.

4.3.2.3.Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke

62
Universitas Sumatera Utara

pengamatan lainnya. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat. Hasil
grafik scatterplot sebagai berikut:
4.3.2.3.1. Uji Heteroskedatisitas
Gambar 4.3
Hasil Grafik Scatterplot Sebelum Transformasi Data

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 ( Data diolah )

Gambar 4.3 menunjukkan adanya pola tertentu seperti titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit). Hal ini mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Data yang
tidak terdistribusi secara normal dapat ditransformasi ke dalam logaritma natural,
maka dapat dilihat apakah data tersebut sudah terdistribusi secara normal atau
tidak. Berikut ini adalah hasil uji setelah ditransformasikan.

63
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.4
Hasil Grafik Scatterplot Setelah Transformasi Data

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Gambar 4.4 menunjukkan tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan
tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.3.2.4.Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Cara mengetahui adanya autokorelasi dapat
dilakukan dengan uji Durbin Watson. Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
4.3.2.4.1. Uji Autokorelasi
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson)
Model Summaryb
Model
Adjusted R
R
R Square
Square
1
.441a
.195
.108
a. Predictors: (Constant), ROA, DER, SIZE
b. Dependent Variable: DPR

Std. Error of the
Estimate
60.85890

Durbin-Watson
2.072

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

64
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW)
adalah sebesar 2,072. Nilai ini berarti berada diantara 1,5 sampai 2,5 yang berarti
dalam penelitian ini tidak ada terdapat autokorelasi.
4.3.3. Analisis Regresi Linear Berganda
Model regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh ROA(X1),
DER(X2) dan SIZE (X3) terhadap DPR (Y) menggunakan analisis regresi linear
berganda. Hasil dari analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 4.5
berikut ini:
Tabel 4.5
Hasil Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model

1

a.

(Constant)

Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
7.278
1.419

Standardized
Coefficients
Beta

t
5.128

Sig.
.000

Ln ROA

-.647

.217

-.544

-2.977

.006

Ln DER

-.761

.195

-.742

-3.903

.001

Ln SIZE

.146

.111

.239

1.319

.198

Dependent Variable: LnDPR

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

4.3.3.1. Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil tersebut dapat ditulis dalam model persamaan regresi sebagai
berikut: Y = 7,278 - 0,647X1 - 0,761X2 + 0,146X3 + e
Dari persamaan regresi linear berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Konstanta (a) = 7,278 ini mengandung arti bahwa jika koefisien ROA, DER
dan Ukuran Perusahaan sama dengan nol maka Dividend Payout Ratio (Y)
sebesar 7,278.

65
Universitas Sumatera Utara

2. Koefisien X1 (b1) = - 0,647 hal ini berarti bahwa ROA berpengaruh negatif
dan berlawanan arah dengan Dividend Payout Ratio. Setiap kenaikan ROA
satu satuan maka Dividend Payout Ratio akan turun sebesar 0,647 dengan
asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
3. Koefisien X2 (b2) = - 0,761 hal ini berarti DER berpengaruh negatif dan
mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan Dividend Payout Ratio.
Setiap kenaikan DER satu satuan maka Dividend Payout Ratio akan turun
sebesar 0,761 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model
regresi adalah tetap.
4. Koefisien X3 (b3) = 0,146 hal ini berarti Ukuran Perusahaan berpengaruh
positif terhadap Dividend Payout Ratio. Setiap kenaikan Ukuran Perusahaan
satu satuan maka Dividend Payout Ratio akan naik sebesar 0,146 dengan
asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
4.3.4.

Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji secara

simultan (uji F) dan uji parsial (uji t).
4.3.4.1. Uji Hipotesis Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi ROA (X1), DER
(X2) dan Size (X3) secara bersama-sama terhadap DPR. Berikut ini adalah hasil
pengujian dengan taraf signifikansi (α) =0,05 dan derajat

kebebasan

(df) = (k-1) ; (n-k)
Derajat bebas pembilang = k-1 = 4 -1 = 3
Derajat bebas penyebut = n-k = 32 – 3 = 29

66
Universitas Sumatera Utara

Nilai F hitung yang diperoleh dari pengolahan SPSS akan dibandingkan
dengan F tabel pada tingkat α = 5% (3:29) = 2,93.
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6
Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model
1

Sum of Squares

Df

Mean Square

Regression

11.335

3

3.778

Residual

17.487

28

.625

Total
28.821
a. Predictors: (Constant), LnROA, LnDER, LnSize
b. Dependent Variable: LnDPR

F
6.050

Sig.
.003a

31

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Tabel 4.6 menunjukkan nilai signifikansi 0,003 < α 0,05 dan Fhitung adalah
6.050 dimana Fhitung 6.050 > Ftabel 2,93 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara perubahan ROA (X1), DER (X2) dan
Size (X3) terhadap DPR.
4.2.4.2 Uji Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi ROA (X1), DER
(X2) dan Size (X3) secara parsial terhadap DPR. Taraf uji signifikansi (α) = 0,05.
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :

67
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7
Hasil Uji Secara Parsial ( Uji –t )
Coefficientsa
Model

1

Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
7.278
1.419

(Constant)
Ln ROA
Ln DER
Ln SIZE

-.647
-.761
.146

.217
.195
.111

-.544
-.742
.239

t
5.128

Sig.
.000

-2.977
-3.903
1.319

.006
.001
.198

a. Dependent Variable: LnDPR

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Dari Tabel 4.7 terlihat bahwa:
1) Variabel ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,006 < 0,05 atau nilai
thitung 2,977 < ttabel 1,694 .
2) Variabel DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,001 < 0,05 atau nilai
thitung 3,903 < ttabel 1,694.
3) Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap

Dividend Payout Ratio, hal ini terlihat dari nilai signifikan

0,198 > 0,05 dan nilai thitung 1,319 < ttabel 1,694.
4.2.4.3 Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi pada penelitian bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

68
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
1

R
.627a

R Square
.393

Adjusted R Square
.328

Std. Error of the Estimate
.79026

a. Predictors: (Constant), LnROA, LnDER, LnSize
b. Dependent Variable: LnDPR

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah)

Dari Tabel 4.7 diperoleh angka adjusted R square atau koefisien
determinasi adalah 0,328. Hal ini berarti 32,8% variasi variabel DPR dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen ROA, DER dan Ukuran Perusahaan,
sedangkan sisanya sebesar 67,2% dapat dijelaskan oleh faktor – faktor lain yang
tidak diteliti pada penelitian ini.

4.4. Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
Profitabilitas (ROA) berpengaruh negatif

dan signifikan

terhadap

Dividend Payout Ratio (DPR) . Hal ini dapat terlihat dari nilai signifikansinya
0,006 lebih kecil dari 0,05. Dari hasil uji statistik t diperoleh hasil kesimpulan
dimana nilai ttabel 1,694 > thitung -2,977 . Profitabilitas mempunyai pengaruh yang
signifikan

terhadap

kebijakan

deviden

karena

tingkat

profitabilitas

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimiliki

untuk

mendapatkan

laba.Tanda

negatif

pada

hasil

penelitian

menunjukkan bahwa laba yang diperoleh perusahaan tidak dibagikan dalam
bentuk deviden melainkan digunakan untuk pengembangan perusahaan. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Sutrisno (2001), Prihantoro (2003),
Savitri (2006) dan Handayani (2010). Namun hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suharli dan Oktorina (2005).
69
Universitas Sumatera Utara

4.3.2 Pengaruh Leverage (DER) terhadap Devidend Payout Ratio (DPR)
Leverage ( DER ) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR) . Hal ini dapat terlihat dari nilai signifikansinya 0,001 lebih
kecil dari 0,05. Dari hasil uji statistik t diperoleh hasil kesimpulan dimana nilai
ttabel 1,694 > thitung -3,903. Hutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kebijakan dividen. Penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan penurunan
deviden karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan
pelunasan hutang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan hutang yang rendah,
perusahaan mengalokasikan deviden tinggi sehingga sebagian besar keuntungan
digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. Hasil Penelitian ini mendukung
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Suharli dan Oktorina (2005).
Namun penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Lestari (2007).

4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Dividend Payout Ratio
( DPR )
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan
berpengaruh

positif namun tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR) .Hal ini dapat terlihat dari signifikansinya 0,198 lebih besar dari 0,05. Dari
hasil uji statistik t diperoleh hasil kesimpulan dimana nilai ttabel 1,694 > thitung
1,319. Hal ini mungkin dikarenakan perusahaan yang memiliki aktiva besar belum
tentu dapat mengelola aktiva yang dimilikinya secara efektif dan efisien yang
dapat meningkatkan pembayaran devidennya. Hasil penelitian ini mendukung

70
Universitas Sumatera Utara

penelitian yang dilakukan oleh Nuringsih (2005). Namun hasil ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan Widayasa (2007).

71
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana Pengaruh Profitabilitas
(ROA), Leverege (DER) dan Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Divided Payout
Ratio (DPR) pada perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2009 -2012

dengan sampel sebanyak 8 perusahaan yang terdaftar.

Kesimpulan diambil dengan menggunakan regresi berganda. Dari hasil analisis
data yang dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Berdasarkan hasil Uji F bahwa variabel Profitabilitas (ROA), Leverege(DER),
danUkuran Perusahaan (Size) secara simultan berpengaruh terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR) dimana hasil uji Fhitung 6,050 > Ftabel 2,93 dengan tingkat
signifikansi 0,003 < α 0,05.
2.

Berdasarkan hasil Uji t atau secara parsial dapat disimpulkan bahwa hanya
Profitabilitas (ROA) dan Leverege (DER) yang

berpengaruh secara

signifikan terhadap nilai Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Ukuran
Perusahaan (Size) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR).

72
Universitas Sumatera Utara

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian mengenai Dividend Payout Ratio sebaiknya jangan hanya
terbatas dari faktor internal perusahaan berdasarkan laporan keuangan
yang tentu saja akan kurang mendukung dalam penentuan

deviden.

Disarankan akan lebih baik lagi untuk melakukan penelitian yang
mempengaruhi deviden dari faktor eksternal seperti inflasi, suku bunga,
ataupun nilai tukar.
2. Bagi Perusahaan Pertambangan agar menggunakan financial leveragenya
tidak melampaui batas normal karena hal itu akan mempengaruhi dividend
payout ratio karena perusahaan yang menggunakan hutang yang lebih
banyak maka beban tetap untuk menutupi pinjaman akan semakin besar.
3. Seluruh Perusahaan terbuka yang ada di Indonesia yang akan membagikan
deviden kepada para investornya sebaiknya menggunakan teori bird in the
hand yang meyakini bahwa investor akan jauh menghargai atau menyukai
imbal hasil atas investasinya berupa dividen daripada capital gain.
4. Bagi para investor yang mengambil keputusan untuk melakukan investasi
dalam bentuk saham dan mengharapkan deviden yang dibagikan
perusahaan sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor ekternal karena
berdasarkan hasil penelitian hanya 32,8% faktor internal mempengaruhi
dividend payout ratio (DPR) sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktorfaktor eksternal.

73
Universitas Sumatera Utara

5. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian sejenis,
hendaknya memperluas lingkup penelitian dengan memperbanyak jumlah
sampel yang akan diteliti, periode pengamatan, dan variabel independen
yang digunakan.

74
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 56 97

Pengaruh Struktur Modal Dan Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio Perusahaan Jasa Indonesia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013

0 2 64

PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013.

0 4 13

Pengaruh Profitabilitas, Leverege Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 – 2012

0 0 10

Pengaruh Profitabilitas, Leverege Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 – 2012

0 0 2

Pengaruh Profitabilitas, Leverege Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 – 2012

0 0 7

Pengaruh Profitabilitas, Leverege Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 – 2012

0 0 20

Pengaruh Profitabilitas, Leverege Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 – 2012

0 0 2

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Size Dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

0 0 35

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, INVESTASI, DEBT TO EQUITY RATIO DAN CURRENT RATIO TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2013

1 0 12