KONSEP ANALISIS EKOLOGI ADMINISTRASI NEG

KONSEP ANALISIS EKOLOGI ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI
PERENCANAAN DALAM ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi antara
pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Ilmu
yang mempelajari interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup disebut ekologi
pembangunan. Manusia, baik sebagai subyek maupun obyek pembanguna, merupakan bagian
ekosistem. Pandangan holistis inilah yang dipakai dalam ekologi pembangunan.
Pembangunan bertujuan bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan
rakyat. Dapat pula dikatakan pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup rakyat.
Karena mutu hidup dapat diartikan sebagai derajat dipenuhinya kebutuhan dasar,
pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat dengan
lebih baik. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang esensial untuk kehidupan kita. Ia
terdiri atas tiga bagian, yaitu kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati, kebutuhan
dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi dan derajat kebebasan untuk memilih.
Banyak penelitian menunjukan, banyak jenis kebutuhan dasar untuk banyak anggota
masyarakat kita masih belum terpenuhi dengan baik. Misalnya pangan, air bersih,
pendidikan, pekerjaan, dan rumah masih belum dapat tersedia dengan cukup, walaupun sudah

banyak perbaikan sejak pembangunan dilancarkan lebih dari 30 tahun yang lalu. Dengan
masih belum terpenuhinya kebutuhan dasar itu, mutu lingkungan hidup banyak rakyat masih
belum baik. Karena itu pembangunan masih harus diteruskan.
Dalam usaha memperbaiki mutu hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi rusak. Sebab kalau
kerusakan terjadi, bukannya perbaikan mutu hidup yang akan dicapai, melainkan justru
kemerosotan. Bahkan bila kerusakan terlalu parah, dapatlah terjadi kepunahan kehidupan kita
sendiri, atau paling sedikit ekosistem tempat kita hidup dapat mengalami keambrukan yang
akan mengakibatkan banyak kesulitan. Pembangunan demikian bersifat tidak berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Pembangunan?
2. Apa Perbedaan Pembangunan dan pertumbuhan?
3. Bagaimana Ekologi Pembangunan?
4. Apa Manfaat dan risiko lingkungan dalam pembangunan?
5. Bagaimana Pembangunan Berkelanjutan?
6. Apa saja Teori Pembangunan?
1. Apa pengertian Administrasi Pembangunan?
2.
Bagaimana Konsep Analisis Ekologi Administrasi Negara dalam Administrasi

Pembangunan?
3. Bagaimana Perencanaan dalam Administrasi Pembangunan?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan tujuan penulisannya adalah
sebagai berikut :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.

Untuk Mengetahui Pengertian Pembangunan?
Untuk Mengetahui Perbedaan Pembangunan dan pertumbuhan?
Untuk Mengetahui Ekologi Pembangunan?
Untuk Mengetahui Manfaat dan risiko lingkungan dalam pembangunan?

Untuk Mengetahui Pembangunan Berkelanjutan?
Untuk Mengetahui Teori Pembangunan?
Untuk mengetahui apa itu administrasi pembangunan
Untuk mengetahui bagaimana konsep analisis ekologi administarsi negara dalam administrasi

pembangunan.
3. Untuk mengetahui perencanaan dalam administrasi pembangunan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembangunan
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha
atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994)
memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berbicara mengenai
pembangunan artinya kita berbicara mengenai perubahan, kemajuan masyarakat, kemajuan
teknologi, perluasan wawasan dan pola pikir masyarakat, perilaku dan gaya hidup

masyarakat. Dan semua itu tidak lepas dari yang namanya proses perluasan, proses
peningkatan, baik itu untuk kepentingan masyarakat maupun diri sendiri (hal ini seperti yang
dikatakan oleh Rogers).1[1]
2.2 Perbedaan Pertumbuhan dengan Pembangunan
Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat
irreversible(tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel
akibat adanya proses pembelahan sel. Pertumbuhan dapat dinyatakan secara kuantitatif
karena pertumbuhan dapat diketahui dengan cara melihat perubahan yang terjadi pada
makhluk hidup yang bersangkutan. Contohnya adalah pertumbuhan pada tumbuhan dapat di
lihat dengan adanya perubahan tinggi babatang, menghitung jumlah daun, jumlah bunga, dll.
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system
sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Pembangunan artinya kita berbicara mengenai
perubahan, kemajuan masyarakat, kemajuan teknologi, perluasan wawasan dan pola pikir
masyarakat, perilaku dan gaya hidup masyarakat.
2.3 Ekologi Pembangunan
Salah satu cabang ekologi yang mempelajari tentang lingkungan hidup sebagai objek
kajian dalam hubungannya dengan pembangunan adalah ekologi pembangunan. Studi ini
1


sangat pesat pembangunannya berhubungan dengan banyaknya kasus kerusakan lingkungan
sebagai akibat dari proses pembangunan. Pembangunan adalah upaya-upaya yang di arahkan
untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Upaya-upaya untuk memperoleh
kesehjateraan atau taraf hidup yang lebih baik merupakan hak semua orang dimanapu berada.
Khusunya di negara-negara berkembang, pembangunan merupakan pilihan penting dilakukan
guna mencapai kesehjateraan penduduknya.
Upaya di bidang pertanian dilakukan secara ekstensifikasi dan intensifikasi. Lahan di
perluas dan pupuk di tingkatkan jumlah maupun mutunya melalu sistem teknologi. Saransaran insfrastruktur ditingkatkan seperti jalan, pembangunan irigasi, waduk dan transportasi.
Sektor industri dibuka, bukan saja sebagai sarana pendukung bagi pembangunan pertanian,
tetapi juga untuk mendapatkan produk manufaktur yang dibutuhkan. Industri selain
meningkatkan pendapatan, juga berperan untuk menyerap tenaga kerja. Dengan demikian
pembangunan merupakan sarana bagi pencapaian taraf kesejahtraan manusia. Namun
demikian, setiap pembangunan tidak terlepas dari adanya dampak yang merugikan, terutama
kepada lingkungan. Lingkungan menjadi semakin rusak berupa pencemaran, dan kerusakan
sumber-sumber hayati seperti penipisan cadangan hutan (deforestization), punahnya
bermacam-macam biota , baik spesies binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Disamping itu
terjadi pula berbagai penyakit sebagai akibat dari pencemaran industri.2[2]
Di jepang timbul berbagai penyakit-penyakit aneh pada waktu mulai berkembangnya
industri di negri itu. Penyakit itu di kenal dengan mini mata diase berupa terganggunya fungsi
otak. Ada pula penyait itai-itai yang merusak sum-sum tulang, ginjal, dan menimbulkan

kematian. Di identifikasi, penyakit tersebut berasal dari buangan pabrik ke sungan dan teluk,
dimana korban pada umumnya adalah para nelayan. Contoh jepang yang di sebutkan,
mewakili begitu banyak kasus pencemaran yang terjadi dengan berbagai fariannya,
merupakan studi menarik bagi ekologi pembangunan. Khsususnya yang di alami oleh negaranegara sedang berkembang, kasusnya pencemaran dan keruskan alam, tampaknya seakan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan yang di jalankan lingkungan dan
sumber-sumber alami menjadi obyek utama dalam semua program pembangunan. Hutan,
barang-barang tambang, atau pola ekspolitasi atas semua aset-aset lingkungan seperti pasir,
binatang-binatang liar, tumbuh-tumbuhan bahkan barang-barang antik, dan alat-alat budaya
tradisional dijadikan sebagai obyek untuk mencukupi kebutuhan negara dan rakyatnya.
Industri dan perdagangan diarahkan sebagai alat akselerasi pembangunan, tetapi sebagian
pula menjadi alat pelipatan gandaan kerusakan alam dan lingkungan. Karena pembangunan
yang digiatkan semuanya berbaris lingkungan dan sumber-sumber alam.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang, tidak ada pilihan kecuali meneruskan
pembangunan dengan tingkat risiko maha hebat bagi lingkungan dan kekayaan alamnya.
Namun pembangunan, risiko yang terjadi akan lebih besar pula di banding dengan keadaan
membangun. Maka bagi negara-negara berkembang, pembangunan menjadi suatu yang
bersifat simalakama. Membangun mempunyai risiko besar, tanpa membangun tetap pula
mempunya risiko besar. Atas dasar itulah adanya teori zero growt, yakni kebijakan yang di
terapkan seluruh dunia untuk menekan pertumbuhan ekonomi dan kependudukan, sangat
tidak populer bagi negara-negara berkembang.

Dari sudut pandang ekologi pembangunan, teori diatas dipandang tidak tepat. Karena
konsep disiplin ini tidak pernah menawarkan suatu kebijakan tanpa pertumbuhan.
Pembangunan dan pertumbuhan adalah pilihan yang tidak perlu ditiadakan, tetapi harus dicari
sebagai solusi yang signifikasi : bagaimana menekan berbagai dampak yang terjadi akibat
dari pembangunan dan bagaimana supaya lingkungan dan sumber-sumber alam tidak menjadi
rusak dan habis dalam program mencapai tingkat pertumbuhan.
2

Berdasarkan deskripsi diatas, timbul pertanyaan apa saja yang menjadi obyek kajian
dari ekologi pembangunan. Namun sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu kiranya
dipahami dulu apa yang dimaksud dengan ekologi pembangunan. Ekologi pembangunan
terdiri dari paduan kata ekologi dan pembangunan. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari anatara organisme dan lingkungan. Pembangunan (development) adalah the
application of human, financial, and physical resources to satisfy human needs and improve
the quality of life. Pembangunan merupakan tuntunan tentang sumber daya manusia,
keuangan dan sumber-sumber alam untuk memuaskan kebutuhan manusia dan meningkatkan
kualitas hidup. Ada pakar yang menyoroti dampak dari kebijakan pembangunan terhadap
sistem ekologi. Ada sebagian mengatakan bagaimana hubungan antara pola pembangunan
dengan faktor-faktor konservasi alam dan lingkungan. Otto Soemarwoto dalam hubungannya
dengan studi amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) mengatakan bahwa ilmu ekologi

pembangunan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik atau interaksi antara
pembangunan dan lingkungan.
Apabila disimak bagaimana manusia mengupayakan tingkat kesejahteraanya dalam
hubungan dengan lingkungan dapatlah dikatakan bahwa ekologi pembangunan adalah ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan segala prilakunya guna
mengupayakan tingkat kesehjateraan yang maksimal dengan lingkungan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari eksistensinya. Berdasarkan pengertian diatas dapat diuraikan bahwa
ekologi pembangunan mengkaji beberapa aspek sebagai berikut :
1. Manusia sebagai bagian dari ekosistem lingkungan
2. Manusia dan kebudayaannya serta
pertumbuhan dan kesejahteraan berupa :

perilaku-perilakunya

dalam

mencapai

a) Pandangan hidup
b) Kebijakan-kebijakan penguasa (pengambilan keputusan) mencapai kesehjateraan.

c) Iptek dengan prosesnya, hasilnya dan dampaknya pada kehidupan.
3. Interaksi manusia dengan lingkungannya berupa :
a) Sistem pemenuhan kebutuhan dari sumber-sumber alam
b) Prilakunya mengelola lingkungan
c) Kebijakan menekan resiko lingkungan
4. Kebijakan kebijakan mencapai keharmonisan (harmonization) antara pembangunan
dengan lingkungan
5. Kebijakan mencapai keberlangsungan (sustainability) antara lingkungan dengan
pembangunan.
Melihat banyaknya permasalahan lingkungan dewasa ini, muncul pandangan yang
menyatakan bahwa ekologi pembangunan seharusnya mengarahkan kritiknya kepada makna
dan terminologi pembangunan yang bisa kepada tingkat pertumbuhan. Paradigma yang
dianut selama ini ialah pembangunan selalu dikaitkan dengan petumbuhan (ekonomi),
sebagaimana menjadi idaman para delevelomentalism. Paradigma ini masih tetap menjadi
acuan, bukan saja ketika berlangsunya konferensi lingkungan di stockholm 1972, tetapi juga
sebagian bagian dari sikap kompromi para developmentaslim dengan enviromentalism pada
konferensi tingkat tinggi bumi di Rio de Janiearo. Jika paham pembangunan masih menganut

paradigma pertumbuhan dan masih merupakan unggulan utama, maka tidak banyak yang bisa
dicapai dalam pengelolaan lingkungan. Artinya pengurasan atau ekspolitasi sumber sumber

alam masih tetap terjadi, atau kerusakan alam dan pencemaran masih saja menjadi bagian
pokok dari nasib lingkungan.
Prinsip-prinsip yang dicapai selama ini ialah penekanan arti dan peranan yang
memberikan tempat lebih prioritas kepada pembangunan. Pembangunan selalu dimaknai
dengan pertumbuhan fisik, yang berti pula apapun yang diupayakan dalam pembangunan
lebih divaluasikan kepada nilai ekonomi, pertumbuhan atau angka-angka. Dimanapun dan
dari dasar apapun pembangunan berangkat, maka prioritasnya selalu pembangunan. Ketika
pembangunan disadari justru berangkat dari faktor sumber daya alam dan lingkungan, maka
tidak tampak upaya supaya faktor lingkungan juga menjadi elemen penting dari makna
pembangunan. Artinya faktor alam dan lingkungan hanya berperan sebagai faktor pendukung
pembangunan.
Melihat dampak-dampak negatif demikian dicari alternatif supaya pembangunan tidak
selamannya menjadi anti lingkungan. Pandangan demikian melahirkan terminologi yang
selalu menempatkan ecodepelopment, yakni bila di indonesia kan menjadi pembangunan
berasan lingkungan. Istilah ini dilahirkan secara resmi dari UUPLH 1982, undang-undang
nasional yang pertama tentang pengaturan lingkungan secara komprehensif, yang banyak
mengakomodasikan prinsip-prinsip deklarasi stockholm pada konferensi lingkungan hidup
1972. Kritik-kritik atas dominasi pembangunan terhadap lingkungan tetap berkembang
hingga kemudian melahirkan pergantian baru agar tidak terdapat pandangan (kesan) bahwa
lingkungan selalu menjadi korban dalam pembangunan.

Para environmentalist tampaknya belum puas karena jika membicarakan pembangunan,
selalu tidak bisa dilepaskan dari suatu titik pandang khususnya bagi negara berkembang, di
mana lingkungan (aspek-aspek kekayaan sumberdaya alam) berperan sebagai obyek yang
harus dikorbankan.Konsepnya ialah bagaimana mengubah sumberdaya-sumberdaya alam
supaya bernilai ekonimis riel bagi kesejahteraan bangsa.
Ekologi pembangunan kiranya memfokuskan kajian supaya paradigma pembangunan
dicakupkan sebagai aspek lingkungan. Apabila paradigma pembangunan diintegralkan
kepada aspek lingkungan maka tidak tampak prinsip keutamaan (priority) pembangunan.
Artinya pembangunan tidak dipandang sebagai segala-galanya dan berhadapan dengan
lingkungan tidak terdapat alasan untuk mengorbankan atau menelentarkan lingkungan demi
pembangunan.
Guna mengubah orientasi dari penekanan (priority) pembangunan (pertumbuhan
ekonomi), maka dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
terdapat penekanan yang sama terhadap aspek pembangunan ekonomi dan aspek lingkungan.
Lebih dari itu, karena tujuan pembangunan berkelanjutan adalah kesejahteraan masyarakat,
diintegralkanlah aspek sosial budaya, sehingga pembangunan berkelanjutan mengandung
tigas spek: ekonomi, lingkungan , dan sosial budaya.
Konsep pemikiran dalam hubungan hubungan dalam hubungan antara pembangunan
dengan lingkungan, muncul pula secara lebih jauh dengan konsep berkelanjutan ekologi.
Pecentus konsep berkelanjutan ekologi, ini adalah A.sonny keraf, seorang ahli etika yang
kemudian menjadi Menteri Negara lingkungan Hidup (1999-2001). Dikatakannya bahwa
berkelanjutan ekologi mengandung ekologi mengandung perhatian penting kepada aspekaspek lingkungan tetapi dengan tatap menjamin kualitas kehidupan ekonomi dan sosial
budaya. konsep ini berbeda dengan konsep pembangunan berkelanjutan, yakni paradigma
yang dianut adalah perhatian pada pembangunan ekonomi sambil menekankan kepentingan
proporsional atas aspek lingkungan dan aspek sosial budaya. 3[3]
3

2.4 Manfaat dan risiko lingkungan dalam pembangunan
Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat, melainkan juga membawa risiko. Kita
dapat melihatnya disekitar kita. Sungai kita bending, dengan bendungan itu kita dapatkan
manfaat listrik, bertambahnya air pengairan dan terkendalinya banjir. Risikonya ialah
tergenangnya kampong dan sawah, tergusurkan penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan
dan hewan. Kayu dalam hutan kita tebang. Devisa dalam jumlah besar kita dapatkan dari
ekspor kayu. Sebaliknya kita menghadapi risiko kepunahan hewan dan tumbuhan,
bertambahnya erosi, rusaknya tata air dan terjadinya padang alang-alang. Batubara kita
manfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik. Dengan itu kita mendapatkan risiko
pencemaran udara oleh debu, jelaga dan gas SO 2. Transfor kita tambah, hubungan dari satu
tempat ketempat lain menjadi mudah. Tetapi risikonya ialah pencemaran udara dan
kebisingan, serta kecelakaan lalu lintas.4[4]
Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan selalu bersifat dilemma. Pandangan kita
terhadap dilema ini suka berlainan. Pada umumnya para pelaksana proyek pembangunan
lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan risikonya, karena mereka terdesak oleh urgensi
sasaran dan tekanan factor politik. Sebaliknya media media massa dan para cendikiawan
sering dapat melihat risiko yang tidak terlihat oleh orang awam dan pelaksana pembangunan.
Mereka bersifat lebih berhati-hati, karena tidak merasakan adanya urgensi sasaran dan
desakan factor politik. Betapapun, baik manfaat maupun risiko harus kita perhitungkan secara
berimbang. Risiko kita terima sebagai biaya manfaat yang kita ambil. Hanya memperhatikan
manfaatnya saja dapat membahayakan lingkungan. Sebaliknya hanya memperhatikan
risikonya atau membesar-besarkan risikonya akan membuat kita menjadi takut untuk berbuat.
Baik memperhatikan manfaat saja atau sebaliknya memperhatikan risiko saja akan
menimbulkan pertentangan. Tetapi dengan tidak berbuat sesuatu pun aka nada orang yang
setuju dan tidak setuju. Dan apabila kita berbuat sesuatu , jadi menghentikan pembangunan,
kita akan terlanda oleh risiko lingkungan, sehingga mutu hidup kita akan terus merosot.
Karena itu, keputusan untuk membangun atau tidak membangun, melainkan bagaimana
membangun agar sekaligus mutu lingkungan dan dengan demikian muto hidup dapat terus
ditingkatkan. Pembangunan itu berwawasan lingkungan. Analisis manfaat dan risiko
lingkungan merupakan alat untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan.
2.5

Pembangunan Berkelanjutan

a.
b.
c.

Faktor lingkungan yang diperlukan untuk
berkelanjutan ialah :
Terpeliharanya proses ekologi yang esensial
Tersedianya sumberdaya yang cukup
Lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang sesuai

mendukung

pembangunan

yang

Ketiga factor itu tidak saja mengalami dampak dari pembangunan, melainkan juga
mempunyai dampak terhadap pembangunan. Karena itu untuk terlanjutkannya pembangunan
tidak cukup untuk melakukan analisis. Dampak lingkungan yang hanya berlaku untuk
perencanaan proyek pembangunan. Pengelolaan lingkungan untuk pembangunan harus
didsarkan pada konsepsi yang lebih luas. Konsepsi itu harus mencakup dampak lingkungan
terhadap proyek, pengelolaan lingkungan proyek yang sudah operasional dan perencanaan
dini pengelolaan lingkungan untuk daerah yang mempunyai potensi besar untuk
pembangunan, tetapi belum mempunyai rencana pembangunan.5[5]
4
5

a.

a)
b)
c)
d)
e)
f)
b.

Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh Komisi Sedunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Laporan komisi itu diumumkan pada tahun 1987 dan berjudul Hari Depan Kita Bersama (our
Common Future). Komisi diketuai oleh Gro Brundtland, perdana menteri Norwegia. Definisi
itu mempunyai wawasan jangka panjang antar generasi. Syarat untuk dapat tercapainya
pembangunan berkelanjutan tidak hanya fisik saja, yaitu tidak terjadinya kerusakan pada
ekosistem tempat kita hidup, melainkan juga harus adanya pemerataan hasil dan biaya
pembangunan yang adil antar Negara dan antar kelompok di dalam sebuah Negara. Ini berarti
bahwa kesenjangan sosial ekonomi sekarang ada antara Negara maju dan Negara sedang
berkembang serta kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dan masyarakat miskin
dimasing-masing Negara harus dikurangi. Pemerataan itu tidak hanya terjadi didalam satu
generasi melainkan juga antar generasi. Dalam Konperensi PBB tentang lingkungan dan
pembangunan (UNCED) di Rio de Janeiro, Brasil, dalam tahun 1992 pembangunan
berkelanjutan menjadi tema pokok. Konperensi tersebut menghasilkan program kerja PBB
untuk pembangunan berkelanjutan yang diberi nama agenda 21.
Proses Ekologi
Didalam alam terdapat proses ekologi yang menjadi penopang kehidupan kita. Rusaknya
proses ekologi itu akan membahayakan kehidupan dibumi kita. Energi untuk proses ekologi
didapatkan dari matahari. Dibawah ada beberapa proses ekologi :
Efek rumah kaca
Fostosintesis
Penambatan nitrogen
Pengendalian populasi
PenyerbukanKemampuan memperbaharui diri
Fungsi Hidro-ologi6[6]
Tersedianya sumber daya yang cukup
Pembangunan adalah usaha untuk dapat menaikan manfaat yang kita dapatkan dari
sumberdaya. Kenaikan manfaat itu dapat kita capai dengan menggunakan lebih banyak
sumberdaya. Kenaikan manfaat dapat juga dicapai dengan menaikan efesiensi pengguna
sumberdaya, tanpa menaikan jumlah sumberdaya yang kita pakai. Dengan usaha kita
mendapatkan hasil yang lebih besar dengan sejumlah sumberdaya yang sama. Ke dalam
usaha menaikan efesiensi penggunaan sumberdaya termasuk pula daur ulang. Usaha
menaikan efesiensi terutama penting dengan makin langkahnya persediaan sumberdaya
relatif terhadap kebutuhan. Kenaikan kebutuhan itu disebabkan baik oleh kenaikan jumlah
penduduk, maupun karena kenaikan permintaan per-orang. Usaha menaikan efesiensi
pengguna sumberdaya tidak saja penting untuk sumberdaya yang tak terperbarui, melainkan
juga untuk yang terpebarui. Usaha itu penting dari dua segi.
Pertama, untuk sumberdaya yang terpebarui kenaikan intensitas eksploatasi
mempertinggi resiko kerusakan sumberdaya. Kerusakan itu dapat membuat sumberdaya itu
menjadi tak terpebarui, kecuali dengan biaya yang tinggi seperti yang telah diuraikan di
muka. Kedua, penggunaan sumberdaya dalam jumlah yang makin besar pada umumnya akan
memperbesar masalah pencemaran. Pencemaran itu secara umum akan mengurangi
kemampuan lingkungan untuk mendukung pemangunan berkelanjutan. Cara yang ketiga
untuk dapat menjamin persediaan sumberdaya selama mungkin ialah mencari sumberdaya
alternatif. Misalnya untuk suatu keperluan kita menggunakan sumberdaya yang telah langka.
Mencari sumberdaya alternatif hanyalah mungkin apa bila ada keanekan sumberdaya,
merupakan usaha yang esensial dalam pembangunan.Berkurangnya keanekaan sumberdaya,
6

c.

a.

berarti berkurangnya pilihan. Dan ini berarti menurunnya mutu lingkungan hidup. Arti
penting usaha itu tidak saja untuk hari kini, melainkan juga untuk hari ke depan. Harus dijaga
agar pembangunan tidak menutup secara dini pilihan kita di hari depan. Sebab “kebutuhan
kita tidak saja terus bertambah, melainkan juga berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Sumberdaya yang paling utana ialah manusia. Pada akhirnya manusialah yang
menentukan berhasil atau gagalnya pembangunan. Kuantitas sumberdaya manusia kita besar,
tetapi mutunya masih rendah. Seyogyanya pembangunan mempunyai tujuan utama menaikan
mutu sumberdaya manusia. Dengan mutu sumberdaya alam dapat diatasi. Misalnya, jepang,
singapura dan nederland tidak banyak mempunyai sumberdaya alam. Tetapi mutu
sumberdaya manusianya tinggi.7[7]
Lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang sesuai
Lingkungan sosial budaya dan ekonomi sangatlah penting bagi kesinambungan
pembangunan berkelanjutan. Sebab pembangunan dilakukan oleh dan untuk manusia yang
hidup di dalam kondisi sosial-budaya dan ekonomi tertentu. Dalam pembangunan faktor
ekonomi faktor mendapat perhatian yang seperlunya, karena semua orang sadar bahwa
pembangunan tak akan dapat berkelanjutan, apabila ekonomi tidak mendukungnya. Beberapa
hal yang dianggap penting diuraikan di bawah :
Pemerataan Pembangunan
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah mensyaratkan, bahwa pemerataan adalah
unsur penting dalam pembangunan. Walaupun usaha telah dilakukan untuk mencapai tujuan
ini, namun hasilnya belumlah menggembirakan. Di dalam ekologi terdapat hukum yang
menyatakan, apabila dua ekosistem yang berbeda tingkat perkembangannya berhubungan
satu sama lain, terjadilah tukar-menukar materi, energi dan informasi antara keduanya. Tetapi
arus tukar-menukar materi, energi dan informasi antara keduanya. Tetapi arus tukar-menukar
materi, energi dan informasi itu asimetris, yaitu arus dari ekosistem yang lebih berkembang
ke yang kurang berkembang lebih kecil dari yang sebaliknya. Jadi, yang lebih berkembang
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari hubungan itu dibanding dengan ekosistem
yang kurang berkembang. Dalam ekologi dikatakan ekosistem yang kurang berkembang
dieksploitasi oleh yang lebih berkembang. Tingkat perkembangan ekosistem itu dapat diukur
dari tingkat organisasi dan keanekaan, dan dalam ekosistem manusia juga dari tingkat
pendidikan dan keterampilan.

b.

Persaingan
Persaingan terjadi apabila sumberdaya yang digunakan oleh sekelompok individu
menjadi langka relatif terhadap kebutuhan masing-masing individu. Di dalam dunia hewan
persaingan antara individu suatu jenis akan menyebabkan terdesaknya individu yang lemah
ke daerah yang marjinal. Cara hidup individu itu sendiri tidak berubah. Secara ekologis hal
ini disebut melebarnya relung jenis tersebut. Bila persaingan itu terjadi antara jenis, masingmasing jenis itu akan berusaha untuk hidup dengan lebih efisien. Maka terjadilah spesialisasi.
Dengan spesialisasi itu cara hidup telah berubah. Relung jenis berubah menjadi sempit.
Didalam masyarakat manusia persaingan juga sering terjadi. Didalam masyarakat
agraris, lahan merupakan sumber daya yang sering diperebutkan. Persaingan makin intenstif
dengan makin menurunnya nilai nisbah lahan terhadap petani. Persaingan antara petani dapat
dianalogikan dengan persaingan antara individu dalam satu jenis. Dalam hal ini jenis itu
adalah jenis petani. Individu petani yang terdesak pindah kedaerah yang marjinal. Mereka
tetap menjadi petani dan membuka lahan di daerah yang tidak subur dengan lereng curam.

7

Apabila terjadi pembangunan yang membutuhkan lahan yang luas, misalnya waduk,
wilayah industry, dan pemukiman, luas lahan pertanian berkurang. Jika petani yang tergusur
oleh proyek itu tidak dapat mendapatkan pekerjaan proyek itu, nilai nisbah lahan terhadap
petani akan menurun. Dengan demikian tekanan penduduk meningkat dan daerah yang
marjinal di desa dan di kota akan diduduki oleh petani itu. Akibatnya ialah kerusakan
lingkungan, jadi pembangunan yang menggunakan lahan luas dan tidak memperhatikan
penduduk local, akan mengakibatkan kerusakan lingkungan karena naiknya tekanan
penduduk.
c.

Masyarakat terasing
Yang dimaksud dengan masyarakat terasing ialah masyarakat yang hidup terpisah dari
masyarakat umum dan mempunyai gaya hidup dan nilai kebudayaan yang berbeda dari
masyarakat umum. Di Indonesia terdapat dua jenis masyarakat terasing yang menduduki dua
ujung ekstrem dalam kemasyarakatan kita. Yang pertama ialah masyarakat terasing yang
primitif yang hidup di daerah yang terpencil, misalnya di pedaleman Sumatra, Kalimantan
dan Irian Jaya. Yang kedua ialah masyarakat terasing yang modern yang hidup di lokasi
proyek pembangunan yang besar yang menggunakan teknologi yang modern. 8[8]

2.6
a.

Teori Pembangunan
Teori Modernisasi
Perspektif teori Modernisasi Klasik menyoroti bahwa negara Dunia Ketiga merupakan
negara terbelakang dengan masyarakat tradisionalnya. Sementara negara-negara Barat dilihat
sebagai negara modern. aliran modernisasi memiliki ciri-ciri dasar antara lain: ”Sumber
perubahan adalah dari dalam atau dari budaya masyarakat itu sendiri (internal resources)
bukan ditentukan unsur luar”. Modernisasi diartikan sebagai proses transformasi. Dalam
rangka mencapai status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total diganti dengan
seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Modernisasi merupakan proses sistematik.
Modernisasi melibatkan perubahan pada hampir segala aspek tingkah laku sosial, termasuk di
dalamnya industrialisasi, diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi dsb. Ciri-ciri pokok teori
modernisasi:
1. Modernisasi merupakan proses bertahap.
2.

3.

6.

Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi.

Modernisasi terkadang mewujud dalam bentuk lahirnya, sebagai proses
Amerikanisasi, atau modernisasi sama dengan Barat.
4.

Modernisasi juga dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.

5.

Modernisasi merupakan perubahan progresif

Eropanisasi dan

Modernisasi memerlukan waktu panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses evolusioner, dan
bukan perubahan revolusioner.

Tokoh-tokoh teori modernisasi:
a. Harrod-Domar
Bependapat bahwa masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah
menambahkan investasi modal. Prinsip dasar : kekurangan modal, tabungan dan investasi
menjadi masalah utama pembangunan.
b. Walt .W. Rostow
8

1.

Teori Pertumbuhan Tahapan Linear ( linear-stages-of growth- models) proses
pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurusyakni masyarakat yang terbelakang ke
masyarakat yang maju dengan tahap2 sebagai berikut:
Masyarakat Tradisional dan masyarakat pertanian. Ilmu pengetahuan masih belum banyak
dikuasai.

2.

Prakondisi untuk Lepas Landas dan masyarakat tradisional terus bergerak walaupun sangat
lambat dan pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas landas.. contoh
adanya campur tangan untuk meningkatkan tabungan masyarakat terjadi, dimana tabungan
tersebut dimanfaatkan untuk sektor2 produktif yang menguntungkan. Misal Pendidikan

3.

Lepas Landas ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses
pertumbuhan ekonomi. Tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5%-10 %.
4.

5.

Bergerak ke Kedewasaan teknologi diadopsi secara meluas.

Jaman konsumsi masal yang tinggi pada tahap ini pembangunan sudah berkesinambungan.

c.

David McClelland
Teori: need for Achievement (n-Ach). kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana
mendorong proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang
tinggi. Cara pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang masih kanakkanak di lingkungan keluarga.
d. Max Weber
Hasil analisis: salah satu penyebab utamanya adalah “Etika Protestan”. Etika Protestan:
a) Lahir melalui agama Protestan yg dikembangkan oleg Calvin
b)

Keberhasilan kerja di dunia akan menentukan seseorang masuk surga/neraka.

c)

Berdasarkan kepercayaan tsb kemudian mereka bekerja keras u/ menghilangkan kecemasan.
Sikap inilah yg diberi nama “etika protestan”.

e.

f.
a)
b)
c)
d)

Bert F. Hoselitz
Membahas faktor-faktor non ekonomi yg ditinggalkan Rostow yang disebut faktor
“kondisi lingkungan”. Kondisi lingkungan maksudnya adalah perubahan-perubahan
pengaturan kelembagaan yg terjadi dalam bidang hukum, pendidikan, keluarga, dan motivasi.
Alex Inkeles & David H. Smith
Ciri-ciri manusia modern:
Keterbukaan thd pengalaman dan ide baru
Berorientasi ke masa sekarang dan masa depan
Punya kesanggupan merencanakan
Percaya bahwa manusia bisa menguasai alam
Bila dalam teori Modernisasi Klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan,
dalam teori Modernisasi Baru, tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan. Teori
Modernisasi, klasik maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dari
sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya.

b.

Teori Dependensi
Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan
pembangunan negara Dunia Ketiga. Munculnya teori dependensi lebih merupakan kritik
terhadap arus pemikiran utama persoalan pembangunan yang didominasi oleh teori
modernisasi. Teori ini mencermati hubungan dan keterkaitan negara Dunia Ketiga dengan
negara sentral di Barat sebagai hubungan yang tak berimbang dan karenanya hanya
menghasilkan akibat yang akan merugikan Dunia Ketiga. Negara sentral di Barat selalu dan

1.
2.

akan menindas negara Dunia Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran surplus ekonomi
dari negara pinggiran ke negara sentral.
Teori ini berpangkal pada filsafat materialisme yang dikembangkan Karl Marx. Salah
satu kelompok teori yang tergolong teori struktiral ini adalah teori ketergantungan yang lahir
dari 2 induk, yakni seorang ahli pemikiran liberal Raul Prebiesch dan seorang pemikir marxis
yang merevisi pandangan marxis tentang cara produksi Asia yaitu, Paul Baran.
Raul Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang harus
melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor.
Paul Baran: sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di
negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara
pinggiran, system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang tetap
kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari
tokoh-tokoh di atas, yakni:

1.

Andre Guner Frank : pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan hanya
dapat diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.

2.

Theotonia De Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni:

a.

Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk setempat bersifat
eksploitatif.
b. Ketergantungan Finansial- Industri: pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi
dalam bentuk kekuasaan financial-industri.
c. Ketergantungan Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus industri dilakukan
melalui monopoli teknologi industri.
c.

Teori Sistem Dunia
Teori sistem dunia yang dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein. Hal ini dikarenakan
bahwa dalam suatu sistem sosial perlu dilihat bagian-bagian secara menyeluruh dan
keberadaan negara-negara dalam dunia internasional tidak boleh dikaji secara tersendiri
karena ia bukan satu sistem yang tertutup. Teori ini berkeyakinan bahwa tak ada negara yang
dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. Wallerstein menyatakan sistem
dunia modern adalah sistem ekonomi kapitalis.
Menurut Wallerstein, sistem dunia kapitalis dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu

1.

negara core atau pusat, mengambil keuntungan yang paling banyak, karena kelompok ini
dapat memanipulasikan sistem dunia sampai batas-batas tertentu

2.

semi-periferi atau setengah pinggiran è mengambil keuntungan dari negara-negara pinggiran
yang merupakan pihak yang paling dieksploitir
3.

negara periferi atau pinggiran.

Menurut Wallerstein negara-negara dapat “naik atau turun kelas,” misalanya dari
negara pusat menjadi negara setengah pinggiran dan kemudian menjadi negara pinggiran, dan
sebaliknya. Naik dan turun kelasnya negara ini ditentukan oleh dinamika sistem dunia.
Pernah suatu saat Inggeris, Belanda, dan Perancis adalah negara pusat yang berperan
dominan dalam sistem dunia, namun kemudian Amerika Serikat muncul menjadi negara
terkuat (pusat) seiring hancurnya negara-negara Eropa dalam Perang Dunia II.
Wallerstein merumuskan tiga strategi bagi terjadinya proses kenaikan kelas, yaitu:
1.

Kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang datang. Sebagai misal negara
pinggiran tidak lagi dapat mengimpor barang-barang industri oleh karena mahal sedangkan

komiditi primer mereka murah sekali, maka negara pinggiran mengambil tindakan yang
berani untuk melakukan industrialisasi substitusi impor. Dengan ini ada kemungkinan negara
dapat naik kelas dari negara pinggiran menjadi negara setengah pinggiran.
2.

Kenaikan kelas terjadi melalui undangan. Hal ini terjadi karena perusahaan-perusahaan
industri raksasa di negara-negara pusat perlu melakukan ekspansi ke luar dan kemudian lahir
apa yang disebut dengan MNC. Akibat dari perkembangan ini, maka muncullah industriindustri di negara-negara pinggiran yang diundang oleh oleh perusahaan-perusahaan MNC
untuk bekerjasama. Melalui proses ini maka posisi negara pinggiran dapat meningkat menjadi
setengah pinggiran.

3.

Kenaikan kelas terjadi karena negara menjalankan kebijakan untuk memandirikan negaranya.
Sebagai misal saat ini dilakukan oleh Peru dan Chile yang dengan berani melepaskan dirinya
dari eksploitasi negara-negara yang lebih maju dengan cara menasionalisasikan perusahaanperusahaan asing. Namun demikian, semuanya ini tergantung pada kondisi sistem dunia yang
ada, apakah pada saat negara tersebut mencoba memandirikan dirinya, peluang dari sistem
dunia memang ada. Jika tidak, mungkin dapat saja gagal.9[9]

2.7. Pengertian Administrasi Pembangunan
Definisi Administrasi pembangunan banyak jumlah dan variasinya. Berikut ini
definisi Administrasi pembangunan menurut beberapa ahli :
1. Sondang P. Siagian memberikan definisi Administrasi pembangunan sebagai seluruh usaha
yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata kehidupan bangsa tersebut
2.

dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (1982:4)
Bintoro Tjokrohamidjojo : Administrasi Pembangunan mempunyai dua fungsi yaitu :
pertama, penyusunan kebijakan penyempurnaan Administrasi negara (the development of
administration), meliputi bidang organisasi, kelembagaan, kepegawaian, ketata laksanaan,
dan sarana-sarana administrasi, dan kedua, penyempurnaan administrasi untuk mendukung
(a) perumusan kebijakan dan program-program pembangunan, serta (b) pelaksanaannya
secara efektif. Aspek kedua ini dinamakan the administration of development proses atau

administrasi proses pembangunan ( 1976:14).
3. Mustopadidjaja merumuskan administrasi pembangunan adalah “ilmu dan seni” tentang
bagaimana pembangunan suatu system administrasi Negara dilakukan sehingga system
administrasi tersebut mampu menyelenggarakan berbagai fungsi umum pemerintahan dan
pembangunan secara efisien dan efektif.
2.8. Konsep Analisis Ekologi Administrasi Negara dalam Administrasi Pembangunan
Proses penyelenggaraan pemerintahan, dengan perhitungan matang akan membawa
perubahan ke arah lebih baik, sesuai dengan tujuan. Konsep-konsep unggulan yang
dibutuhkan untuk penyelenggaraan pemerintahan di masa yang akan datang diperlukan
konsepsi dan strategi di bidang :
9

1. Sikap dan perilaku aparat pemerintahan yang membaur dengan masyarakat, sehingga getaran
hati rakyat dirasakan oleh aparatur pemerintahan.
2. Memberikan fasilitas dan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan lingkungan
masyarakat yang senantiasa selalu berubah.
3. Mekanisme perencanaan yang selalu datangnya dari bawah, dan dapat menampung aspirasi
4.

arus bawah.
Memanfaatkan anggaran belanja secara dinamis, sesuai dengan kebutuhan dan

memperhitungkan hasil bagi negara.
5. Memberikan modal usaha kepada wirausaha, termasuk fasilitas.
6. Menganalisis atas situasi dan kondisi baik situasi dari dalam maupun situasi dari luar.
7. Pengembangan strategi untuk mewujudkan wawasan atau visi dan tujuan organisasi
pemerintah.
8. Pengembangan strategi yang disepakati oleh yang terkait.
9. Analisis penelitian dan evaluasi hasil kerja, sebagai bahan strategi masa yang akan datang.
Hasil analisis selalu akan membawa perubahan manakala diterapkan dengan strategi
pembangunan. Perubahan yang baik adalah perubahan yang diharapkan menurut ukuran
manusia. Misalnya di satu daerah kekurangan bahan makanan, dan sarana pendidikan yang
kurang, dalam hal seperti itu pada daerah tingkat kualitas hidup manusianya rendah dan
dengan demikian organisme maksudnya manusia dan kualitas lingkungan di daerah tersebut
adalah rendah. Proses penyelenggaraan pemerintahan dengan berbagai strateginya
mengarahkan pada pembangunan untuk mengubah kondisi daerah tersebut menjadi cukup
makanan, sarana pendidikan yang memadai.
Adanya kualitas hidup yang rendah, menunjukkan di daerah tersebut terdapat
keseimbangan tertentu antara kekurangan bahan makanan, kurang sarana pendidikan. Usaha
untuk mengubahnya adalah menganalisa untuk mengetahui penyebab selanjutnya, upaya
memberikan sarana untuk memperoleh makanan dan memberikan fasilitas sarana pendidikan,
dan memusnahkan penyakit yang menimbulkan rendahnya kualitas hidup.
Usaha lain adalah menaikan tingkat produktivitas pangan. Hal ini dapat dilakukan
dengan satu atau kombinasi berbagai macam cara misalnya pengairan, pemupukan,
pengendalian hama, penanaman varietas unggul. Upaya ini harus digerakkan oleh aparatur
pemerintahan yang didukung oleh masyarakat/partisipasi masyarakat.
Kualitas hidup dalam menganalisa ekologi pemerintahan dapat diukur dengan tiga
kriteria :
1. Dipenuhinya derajat kehidupan yaitu kebutuhan untuk hidup sebagai makhluk organisme.
Kebutuhan sifatnya mutlak diperlukan oleh seluruh organisme termasuk manusia, yaitu
didorong oleh keinginan untuk menjaga kelangsungan hidup hayati. Kelangsungan hidup
hayati tidak hanya untuk kepentingan dirinya, melainkan juga masyarakatnya dan terutama
kelangsungan hidup sebagai jenis melalui keturunannya. Kebutuhan ini terdiri atas udara dan

air yang bersih, pangan, kesempatan untuk mendapatkan keturunan serta perlindungan
terhadap serangan penyakit dan sesama manusia. Kebutuhan manusia merupakan paling
mendasar dan dalam keadaan memaksa mengalahkan kebutuhan hidup yang lain, demikian
pula dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan sangat dipengaruhi oleh faktor manusia
sebagai perencana, pelaksana dan pengawas serta evaluasi terhadap program pemerintah,
namun dibalik itu setiap individu mempunyai kebutuhan yang mendasar dan perlu dianalisa
hubungan organisme tersebut dengan lingkungan pemerintahan.
2. Dipenuhinya kebutuhan hidup secara manusiawi, kebutuhan ini bersifat relatif, walaupun ada
hubungannya dengan kebutuhan hidup sebagaimana butir 1). Dalam kehidupan seperti iklim
Indonesia, rumah dan pakaian, misalnya bukanlah kebutuhan yang mutlak untuk
kelangsungan hidup hayati, melainkan untuk kebutuhan hidup manusiawi. Di Indonesia yang
kaya akan suku dan bahasa, contohnya di daerah Irian Jaya orang tanpa berpakaian terutama
di pedalaman tidak merasa turun martabatnya karena memang hidup sehari-harinya tanpa
pakaian kecuali koteka untuk menutupi kemaluannya bagi pria. Tanpa berpakaian orang tidak
akan mati dalam iklim tropis. Namun kehidupan manusia di bumi Indonesia tanpa
pakaian/bugil dan tanpa mempunyai rumah tinggal, hidup tidaklah manusiawi. Pekerjaan
dalam organisasi pemerintahan misalnya bukanlah sekedar untuk mendapatkan kebutuhan
semata untuk hidup hayati, melainkan juga penting menjaga martabat dan status sosial
seseorang. Oleh karena itu pekerjaan juga merupakan kebutuhan untuk hidup manusiawi.
Pendidikan dan pelatihan mempergunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan hayati,
misalnya pangan, sebenarnya bukanlah khas manusiawi, karena hewan pun mengajar
teknologi kepada anaknya, antara lain untuk digunakan mencari dan menangkap mangsanya.
Kelompok pendidikan yang khas manusiawi adalah filsafat, seni, agama, dan kebudayaan.
Peranserta untuk mengambil keputusan tentang hal-hal yang menentukan nasib dirinya,
keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara adalah juga merupakan kebutuhan hidup yang
3.

bersifat manusiawi bagi kehidupannya.
Adanya kebebasan untuk memilih dalam kehidupan bermasyarakat tidak ada hidup tanpa
aturan, dalam masyarakat yang tertib, aturan merupakan faktor yang menentukan, demikian
juga dalam kehidupan penyelenggaraan pemerintahan, mekanisme kerja dan aturan-aturan
merupakan rambu-rambu yang harus dipenuhi dan ditaati oleh aparatur dan masyarakat.
Derajat kebebasan dibatasi oleh aturan-aturan, baik yang bersifat tertulis maupun yang tidak
tertulis.
Dengan demikian konsep analisis ekologi administrasi negara mempunyai manfaat
antara lain sebagai bahan untuk perencanaan dan strategi yang baik, yaitu membuka pilihan
yang seluas-luasnya dengan memperhitungkan secara matang dan melibatkan berbagai aspek

kehidupan untuk waktu yang selama-lamanya. Dengan mengkorelasikan kualitas lingkungan
dengan kualitas hidup dalam penyelenggaraan pemerintahan dan ekologi pemerintahan.
Analisis ekologi pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat khususnya aparatur
pemerintahan memegang peranan yang menentukan dalam keberhasilan proses pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembagunan, karena itu perumusan tugas pokok dari setiap
instansi pemerintahan harus jelas, dapat dilaksanakan dengan baik dan diterima oleh
masyarakat, baik tugas pokok yang dilaksanakan oleh pemerintah di seluruh wilayah negara
walaupun oleh seluruh tugas pokok lembaga dalam lingkungan pemerintahan daerah untuk
daerahnya masing-masing, baik provinsi, kabupatan/kotamadya, kecamatan, desa dan
kelurahan, dan seberapa jauh kontribusinya terhadap pemerintah pusat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi analisis ekologi administrasi negara dapat berupa
potensi fisik dan dapat pula potensi bukan fisik.
Faktor potensi fisik (Ermaya 1995 : 35) mencakup :
1. Tanah, dalam arti sumber tambang, mineral dan tanaman yang merupakan sumber mata
pencaharian dan penghidupan.
2. Air, dalam sumber air terkandung keadaan atau kualitas dan airnya untuk irigasi, pertanian
dan keperluan hidup lainnya.
3. Iklim, yang merupakan peranan penting bagi desa agraris.
4. Ternak, dalam arti fungsi ternak di desa sebagai sumber tenaga, bagian makanan dan sumber
keuangan.
5. Manusia dalam arti tenaga kerja sebagai pengelola tanah dan produsen. Tenaga kerja di desa
merupakan suatu unsur penting.
Faktor-faktor bukan fisik, yaitu mencakup :
1. Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong dapat merupakan kekuatan
berproduksi dan membangun berdasarkan kerja sama dan saling pengertian.
2. Lembaga sosial, pendidikan dan organisasi sosial desa yang dapat memberikan bantuan
sosial serta bimbingan positif.
3. Aparatur atau pamong, yaitu kreatif dan disiplin, produktif dan efisien, sumber kelancaran
dan tertibnya pemerintahan.
4. Sikap dan perbuatan lahiriah selaku manusia yang hidup bermasyarakat.
5. Ucapan dan tindakan serta jiwa hati nuraninya dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Faktor fisik dan non fisik tersebut dapat mempengaruhi, misalnya menambah sarana
pendidikan juga mengubah keseimbangan lingkungan, khususnya lingkungah sosial. Secara
fisik pembangunan fisik yang dilakukan sekarang ini berpengaruh terhadap lingkungan fisik
sekitarnya juga berpengaruh terhadap kehidupan lingkungan sosial.
Manusia sebagai aparatur pemerintah merupakan bagian dari lingkungan hidupnya,
secara ekologi manusia terbentuk oleh lingkungan hidupnya dan sebaliknya manusia
membentuk lingkungan hidupnya. Kelangsungan hidupnya hanya mungkin dalam batas

kemampuan manusia dalam menyesuaian dirinya terhadap perubahan dalam lingkungan
hidup baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan penyelenggaraan pemerintah.
Menganalisa ekologi administrasi negara, berarti memandang organisme dan
lingkungan pemerintahan sebagai sumberdaya yang harus dimanfaatkan dan dikendalikan
keseimbangan sehingga terjadi keserasian dan keselarasan antara organisme, lingkungan dan
praktek penyelenggaraan pemerintahan.
Praktek penyelenggaraan pemerintahan ditinjau dari ekologi administrasi negara pada
hakekatnya adalah “interaksi” terhadap keseimbangan organisme dan lingkungan
pemerintahan, yaitu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengubah
keseimbangan lingkungan pemerintahan dari tingkat kualitas yang dianggap kurang
keseimbangan baru pada tingkat yang lebih baik. usaha yang harus dilakukan adalah
keseimbangan agar lingkungan pemerintahan tetap mampu untuk mendukung tingkat hidup
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. pemerintahan dijalankan harus berwawasan
pembangunan berkelanjutan.
Kenyataan saat ini yang terjadi pada negara yang sedang berkembang adalah
kecenderungan kenaikan kualitas hidup disertai kenaikan konsumsi sumberdaya dan
pencemaran serta naiknya ketegangan sosial baik dalam pemerintahan maupun kehidupan
masyarakat.
Konsep Analisis Ekologi Administrasi Negara, dimaksudkan untuk memperoleh hasil
agar seseorang bisa memprakirakan apakah tindakan yang akan dilakukan, yang akan
difikirkan dan tindak lanjut apa yang diperlukan untuk memperkecil, memperbesar ataupun
menghilangkan sesuatu dari hasil analisis tersebut.
Konsep dasarnya adalah untuk merencanakan tindakan preventif terhadap pengaruh
lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu aktivitas pembangunan yang sedang
direncanakan yang kemungkinannya positif dan kemungkinannya negatif dalam praktek
penyelanggaraan pemerintahan.
Di indonesia terbatas pada analisis mengenai dampak lingkungan diatur dalam
Undang-Undang No.4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan
lingkungan hidup dan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintahan Republik
Indonesia No.29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Mulai berlaku
pada tanggal 5 Juni 1998 (pasal 40 PP tahun 1986).
Analisis dampak lingkungan diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
pelaksanaan rencana kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkupan hidup.
Akibat pembangunan yang menjadi masalah adalah karena perubahan yang
disebabkan oleh pembangunan yang selalu lebih luas dari pada sasaran pembangunan yang

direncanakan. Misalnya pembangunan sarana jalan transportasi menyebabkan efek samping
terjadinya pencemaran udara oleh limbah gas dari kendaraan yang mengganggu kesehatan.
Untuk menganalisis ekologi pemerintahan yang berdampak atau adanya perubahan
yang telah terjadi karena rencana pemerintahan, kita harus melihat sebagai pembanding yaitu
acuan keadaan sebelum terjadi perubahan. Dampak pembangunan yang dilakukan pemerintah
tersebut melihat perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan dengan
yang diperkirakan akan ada setelah ada pembangunan.
Analisis ekologi pemerintahan bertujuan untuk terlaksananya pembangunan
berwawasan lingkungan dan ter