Masalah masalah program pembangunan poli

Ujian Akhir Semester
Nama

: Pasulina Sidabutar

NIM

: 1101112287

Jurusan

: Hubungan Internasional

Mata Kulian : Masalah-masalah Pembangunan Politik (A)

1. Gambaran umum pembangunan politik di Indonesia pasca reformasi
Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan pemerintahan Indonesia
yang lama menjadi tatanan yang baru dan pada dasarnya merupakan cara menuju
ke arah yang lebih baik. Gerakan reformasi, pada tahun 1998 merupakan suatu
gerakan untuk mengadakan pembaharuan dan perubahan, terutama perbaikan
dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum. Pada pasca reformasi, Indonesia

mengalami fase demokrasi seutuhnya walaupun secara bentuk procedural. Secara
substansi demokrasi di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan, tapi semua
procedur demokrasi sudah dijalankan oleh Indonesia. Kebebasan yang didapat,
gejala demokrasi yang diidap membuat Indonesia sangat bebas dalam berpendapat,
berekspresi, dan berserikat. Pada masa reformasi ini pun kita cepat dalam
pembenahan negeri dan disadari oleh hampir semua lapisan bangsa, mengoganizir
kembali sebagai bangsa yang besar dan santun, kosmopolit dan tidak kehilangan
akar kultural, bhineka dan integratif, bebas dan produktif, serta responsif dan
emansipatif . Unsur-unsur persamaan, perbedaan dan kapasitas/kemampuan dalam
pembangunan politik disinergikan sebagai semangat reformasi.
Semakin didukungnya kebebasan individu, masyarakat semakin antusias
dalam berpolitik. Munculnya undang-undang politik yang baru memberikan
semangat untuk berkembangnya kehidupan politik di Indonesia. Dengan munculnya
undang-undang politik itu partai-partai politik bermunculan dan bahkan tidak kurang
dari 112 partai politik telah berdiri di Indonesia pada masa itu. Namun dari sekian
banyak jumlahnya, hanya 48 partai politik yang berhasil mengikuti pemilihan umum.
Hal ini disebabkan karena aturan seleksi partai-partai politik diberlakukan dengan

cukup ketat. Selain itu terjadinya penigkatan partisipasi politik masyarakat dalam
pemilihan umum, seperti pada tabel dibawah ini.

Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Umum
Tahun

Penduduk

Pemilih Terdaftar Voter

%Voter

Pemilihan
1955
1971
1977
1982
1987
1992
1997

(juta jiwa)
77,9

114
128
146,5
162,9
177’6
196’3

(juta jiwa)
43,1
58,6
70,4
82,1
94
107
124,7

(juta jiwa)
39,4
58,2
68

78,2
90,4
102,3
117,5

91
99
97
95
96
95
94

1999

109,4

118,2

116,3


98

Secara persentase, partisipasi ini sangatlah terwujud dari rakyat dan hal inilah yang
menandakan bahwa masyarakat menginginkan sebuah revolusi, perbaikan dan halhal yang disebut dengan metode atau teori modernisasi pembangunan politik.
Dari antusias tersebut nampak gejala meningkatnya demokrasi pada
masyarakat. Pengalaman Orde Baru mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa
pelanggaran terhadap demokrasi membawa kehancuran

bagi negara dan

penderitaan rakyat. Oleh karena bangsa indonesia bersepakat untuk sekali lagi
melakukan demokratisasi, yakni proses pendemokratisasian sistem politik Indonesia
sehingga kebebasan rakyat dapat ditegakkaan, dan pengawasan terhadap lembaga
eksekutif dapat dilakukan oleh lembaga wakil rakyat. Di satu sisi demokrasi
menghasilkan

kebaikan

bagi


Indonesia

yakni

dengan

adanya

kebebasan

berpendapat, berekspresi, dan berserikat. Tetapi di sisi lain justru memperburuk
keadaan Indonesia. Bagi pemerintah, demokrasi dianggap sebagai bentuk individual
liberal kapitalis, sehingga kebijakan yang dibuat berdasarkan mekanisme pasar,
tidak memperhatikan gejala yang dialami rakyat yang masih banyak pengangguran,
kemiskinan, keterpurakan dari segala bidang terutama pendidikan. Kebijakan atau
policy yang diambil berdasarkan mekanisme pasar tidak melihat kebutuhan rakyat,
komersialisasi adalah suatu hal yang tidak mengherankan lagi, produk luar
membanjiri pasar domestik tanpa ada filterisasi dan perimbangan dari produk dalam
negeri. Pasar bebas yang menjadi boomerang bagi Indonesia sendiri. Subsidi


banyak

dihapuskan

padahal

rakyat

sangat

membutuhkan

pertolongan,

komersialisasi pendidikan diterapkan. Inilah yang dihasilkan dari konsep demokrasi
yang kebablasan, euporia demokrasi tanpa asih, pemerintah dan rakyat terjebak
dalam demokrasi kapitalis liberal yang sesungguhnya menenggelamkan. Demokrasi
justru menghasilkan budaya kekerasan. Selain itu banyaknya praktek-praktek politik
uang yang menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Kebebasan

berpolitik meyebabkan banyaknya praktek KKN di dalam pemerintahan. Demokrasi
hanya dipandang dari segi memberikan kebebasan saja tanpa memperhatikan
kontrol dan akibat dari kebebasan tersebut. Terkadang masyarakat terlalu
menganggap segala hal adalah haknya. Kesalahan kecil pun sudah dianggap
pelanggaran HAM, hingga pemerintah terkadang tidak berani untuk bertindak. Ada
sisi positif dan ada sisi negatif dari reformasi ini.
Era reformasi melahirkan keterkejutan budaya, bagaikan orang yang
terkurung dalam penjara selama puluhan tahun kemudian melihat tembok penjara
runttuh. Mereka semua keluar mendapati pemandangan yang sangat berbeda,
kebebasan dan keterbukaan yang nyaris tak terbatas. Suasana psikologis eforia itu
membuat masyarakat tidak bisa berfikir jernih, menuntut hak tapi lupa kewajiban,
mengkritik tetapi tidak mampu menawarkan solusi.

2. Masalah-masalah program pembangunan politik
Tumbuhnya peningkatan kesadaran sosial dan politik melalui aspirasi dan
tuntutan secara menyolok akan menimbulkan gejolak-gejolak sosial dan jika
keadaaan ini berlangsung lama akan menimbulkan anomie, hal ini menurut Samuel
P. Huntington sangat berbahaya apabila terjadi pada negara-negara berkembang.
Meningkatnya partisipasi politik masyarakat sebagai akibat langsung dari
pertumbuhan


ekonomi

yang

memudahkan

akses

terhadap

pendidikan,

memunculkan kesadaran politik yang tinggi. Transformasi ini dapat dikatakan
sebagai gejala pembangunan (development syndrome) yang ciri-cirinya berkaitan
dari modernisasi politik. Sindrome ini menurut Lucian Pye dan yang lain agak
berbeda, tapi dapat dikatakan meliputi : 1. Sikap umum arah persamaan (equality)

yang memungkinkan persamaan kesempatan berpartisipasi dalam politik dan
bersaing mendapatkan jabatan pemerintahan, 2. Kapasitas (capacity) sistem politik

merumuskan kebijakan dan pelaksanaannya, 3. Diferensiasi dan spesialisasi
(Differenciation and specialization) fungsi politik tanpa mengorbankan integrasi
secara menyeluruh, 4. Sekulerisasi proses politik, pemisahan politik dari tujuan dan
pengaruh agama. Perubahan-perubahan ini sering menimbulkan masalah-masalah
dalam

pembangunan,

diantaranya

adalah

legitimasi

sebagai

persoalan

pembangunan negara (state building) dan krisis identitas sebagai masalah
pembangunan bangsa (nation building), masalah partisipasi dan distribusi politik

(pembagian manfaat politik), penetrasi (pemerintahan efektif), dan integrasi (fungsi
pemerintah).
Dengan timbulnya masalah-masalah pembangunan sebagai akibat dari
modernisasi politik, pembangunan politik sering dilihat sebagai kapasitas sistem
politik dalam menyelesaikan masalah. Pembangunan politik didefinisikan secara
agak sempit sebagai meningkatnya diferensiasi dan spesialisasi struktur politik dan
meningkatnya sekularisasi budaya politik. Pembangunan politik terjadi jika sistem
politik berhasil mengatasi masalah tantangan pembangunan negara dan bangsa,
distribusi dan lain-lain. Sehingga makna pembangunan adalah meningkatnya
efektifitas dan efisiensi perilaku sistem politik dan kapabilitasnya, akan tetapi sistem
politik tersebut harus memiliki sumber ekstarksi dan pengaturan yang cukup.
Beberapa masalah yang dihadapi dalam pembangunan politik adalah;
demokrasi, globalisasi, konflik, korupsi dan governansi. Demokrasi merupakan
masalah dikarenakan paham demokrasi yang menjunjung kebebasan individu
membuat sedemikian banyaknya perbedaan kepentingan yang harus diintegrasikan
oleh pemerintah sehingga pastinya akan memakan waktu dan perhatian lebih
banyak. Selain demokrasi globalisasi sangat merugikan negara berkembang
khususnya. Globalisasi menjadikan negara berkembang menjadi korban kapitalisme
negara maju sehingga berakibat pada pembagunan politik negara tersebut. Konflik
juga

merupakan

masalah

yang

besar,

ketidakstabilan

pemerintahan

akan

berdampak langsung pada pembangunan politik. Demikian halnya dengan
pemerintahan. Banyak nya praktek KKN, ketidakcakapan para birokrat sangat
berpengaruh bagi pembangunan poltik suatu negara.

Sejauh ini terlihat banyak perkembangan mengenai penanggulangan masalamasalah di atas. Negara-negara yang sudah mulai sadar dengan keadaannya mulai
membenahi kekurangan-kekurangan negaranya. Banyak negara-negara yang sudah
menunjukkan perkembangan baik di bidang politik, ekonomi dan lain sebagainya,
misalnya Indonesia. Lembaga-lembaga baru telah dibentuk untuk menghadapi
berbagai persoalan demi menciptakan kenyamanan bagi negaranya. Seperti KPK di
Indonesia yang dibentuk untuk memberantas praktek korupsi di indoneasia.
Untuk langkah selanjutnya tergantung sikap kita bagaimana menghadapi
situasi tersebut apakah akan tetap jalan di tempat atau akan berusaha mencari cara
terbaik mengatasi maslah-masalah tersebut. Mengubah sistem pemerintahan
mungkin menjadi salah satu solusi yang baik untuk hal ini. Mengganti sistem yang
lama dengan yang baru dengan harapan terjadinya perubahan yang signififkan pada
pembangunan politik.

3. Essay
Visi internasional Indonesia dalam membina hubungan luar negri
Sebagai subsistem dari sistem Internasional, setiap negara memiliki peran
atau kontribusi dalam membangun hubungan yang baik antar negara. Tidak
terkecuali Indonesia, sebagai negara berkembang haruslah mampu mengimbangi
negara lain dalam membina persahabatan demi keuntungan Indonesia sendiri.
Hubungan yang baik dengan negara lain sangatlah penting demi eksistensi sebuah
negara dalam sistem internasional. Tidak ada negara yang mampu berdiri sendiri.
Hubungan suatu Negara dengan Negara lain atau komunitas internasional didasari
oleh national interest(tujuan-tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa) dimana akan
membutuhkan aturan-aturan yang termanifestasi dalam kebijakan luar negeri.
Kebijakan luar negeri yang merupakan refleksi kerangka politik luar negeri
menjelaskan lebih detail tentang pola hubungan yang akan dijalankan. Indonesia
sebagai Negara yang berdaulat juga tidak luput dari kegiatan tersebut.

Indonesia yang negaranya masih berkembang harus lebih bekerja keras agar
bisa bersaing dengan negara maju sehingga diperlukan visi internasional dan juga
kredibilitas dalam membina hubungan luar negri. Banyaknya tujuan negara yang
belum tercapai membuat kita harus lebih menggunakan tenaga ekstra untuk
mencapainya. Meningkatkan hubungan luar negri pastinya akan memiliki pengaruh
yang besar bagi penyelenggaran negara sehingga tercapai tujuan negara.
Untuk mencapai hal tersebut Indonesia harus melakukan beberapa
pelaksanaan hubungan luar negri yang jelas seperti menegaskan arah politik luar
negeri Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada kepentingan nasional,
menitikberatkan pada solidaritas antarnegara berkembang, mendukung perjuangan
kemerdekaan bangsa-bangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk, serta
meningkatkan kemandirian bangsa dan kerja sama internasional bagi kesejahteraan
rakyat. Diperlukan juga musyawarah untuk mufakat seperti dalam melakukan
perjanjian dan kerja sama internasional yang menyangkut kepentingan dan hajat
hidup rakyat banyak harus dengan persetujuan lembaga perwakilan rakyat. Selain
itu meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan
diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia di
dunia internasional, memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap warga
negara dan kepentingan Indonesia, serta memanfaatkan setiap peluang positif bagi
kepentingan

nasional. Meningkatkan kualitas diplomasi

guna mempercepat

pemulihan ekonomi dan pembangunan nasional, melalui kerja sama ekonomi
regional

maupun

internasional

dalam

rangka

stabilitas,

kerja

sama,

dan

pembangunan kawasan. Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang
untuk

menghadapi

perdagangan

bebas,

terutama

dalam

menyongsong

pemberlakuan AFTA, APEC, dan WTO. Memperluas perjanjian ekstradisi dengan
negara-negara sahabat serta memperlancar prosedur diplomatik dalam upaya
melaksanakan ekstradisi bagi penyelesaian perkara pidana. Meningkatkan kerja
sama dalam segala bidang dengan negara tetangga yang berbatasan langsung dan
kerja sama kawasan ASEAN untuk memelihara stabilitas, pembangunan, dan
kesejahteraan.
Dalam

hal

penyelenggara

Negara,

Indonesia

harus

membersihkan

penyelenggara negara dari praktik korupsi, kolusi, nepotisme dengan memberikan
sanksi

seberat-beratnya

sesuai

dengan

ketentuan

hukum

yang

berlaku,

meningkatkan efektivitas pengawasan internal dan fungsional serta pengawasan
masyarakat, dan mengembangkan etika dan moral. Meningkatkan kualitas aparatur
negara

dengan

memperbaiki

kesejahteraan

dan

keprofesionalan

serta

memberlakukan sistem karier berdasarkan prestasi dengan prinsip memberikan
penghargaan dan sanksi. Melakukan pemeriksaan terhadap kekayaan pejabat
negara dan pejabat pemerintah sebelum dan sesudah memangku jabatan dengan
tetap menjunjung tinggi hak hukum dan hak asasi manusia. Meningkatkan fungsi
dan keprofesionalan birokrasi dalam melayani masyarakat dan akuntabilitasnya
dalam mengelola kekayaan negara secara transparan, bersih, dan bebas dari
penyalahgunaan kekuasaan. Meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri dan
Tentara

Nasional

Indonesia/

Kepolisian

Negara

Republik

Indonesia

untuk

menciptakan aparatur yang bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, bertanggung
jawab, profesional, produktif dan efisien. Memantapkan netralitas politik pegawai
negeri dengan menghargai hak-hak politiknya.
Hubungan dan politik luar negeri Indonesia dipengaruhi oleh dinamika yang
terjadi di dalam negeri dan di luar negeri. Kinerja hubungan dan politik luar negeri
akan bergantung pada realitas politik di dalam negeri yang secara langsung dan
tidak langsung dapat mempengaruhi diplomasi sebagai manifestasi politik luar
negeri. Sebaliknya, pelaksanaan politik luar negeri dipengaruhi juga oleh dinamika
perubahan yang mendasar dalam tata hubungan internasional, baik di tingkat
regional maupun internasional. Hubungan luar negeri Indonesia di masa yang akan
datang diharapkan dapat dilaksanakan secara proaktif bagi tercapainya kepentingan
nasional secara optimal dengan mengutamakan prinsip-prinsip perdamaian,
kemerdekaan, dan keadilan sosial di antara bangsa-bangsa di dunia.
Perlunya program penguatan politik luar negeri dan diplomasi untuk
meningkatkan peran dan partisipasi Indonesia di berbagai kerja sama internasional
baik bersifat bilateral, regional, maupun multilateral yang berorientasi pada
kepentingan nasional dalam upaya meningkatkan kemandirian bangsa, memulihkan
citra dan kepercayaan masyarakat internasional terhadap Indonesia, serta
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu maka terwujudlah peningkatan kualitas dan kinerja aparatur
penyelenggara hubungan luar negeri serta sarana dan prasarana penyelenggara

hubungan luar negeri dalam rangka memperkuat peran dan partisipasi Indonesia di
berbagai kerja sama internasional.
Selain program penguatan politik luar negri diperlukan juga Program
Peningkatan Kerja Sama Ekonomi Luar Negeri. Tujuan program ini adalah untuk
mencari peluang dan potensi di luar negeri dan meningkatkan dukungan masyarakat
luar negeri dalam pemulihan ekonomi. Sasaran program ini adalah terwujudnya
peningkatan dukungan dunia internasional kepada Indonesia dalam rangka
pemulihan dan perbaikan perekonomian nasional serta dalam upaya peningkatan
kesejahteraan rakyat. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah (1) meningkatkan kerja
sama internasional dalam rangka penanggulangan krisis ekonomi dan moneter,
termasuk kerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan internasional; (2)
memelihara dan meningkatkan kerja sama perdagangan luar negeri, investasi dan
keuangan, kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi, pariwisata, serta membuka
pasar bagi produk dan jasa Indonesia di luar negeri; (3) meningkatkan upaya-upaya
memperjuangkan kepentingan nasional seperti melalui forum World Trade
Organization (WTO); (4) meningkatkan kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik,
seperti melalui Association of South East Asia Nation (ASEAN), Asia Pacific
Economic Cooperation (APEC), Economic and Social Commision for Asia and
Pacific (ESCAP), serta kerja sama antarkawasan, khususnya Asia-Europe Meeting
(ASEM); (5) meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan dan kerja sama UtaraSelatan dalam kerangka PBB, United Nation Conference on Trade and Development
(UNCTAD) dan forum kerja sama kelompok-77; (6) mengupayakan penghapusan
hambatan serta pembatasan perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara
industri terhadap negara-negara berkembang; (7) meningkatkan pemanfaatan
kesempatan kerja di luar negeri bagi tenaga kerja Indonesia.

Selanjutnya adalah program peningkatan kerja sama bilateral, regional, dan
global/multilateral. Tujuan program ini adalah meningkatkan kerja sama di bidang
politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, baik secara bilateral, regional,
maupun global/multilateral.
Sasaran program ini adalah terwujudnya kerja sama internasional yang saling
menguntungkan di berbagai bidang, serta terciptanya stabilitas politik di kawasan
Asia dan Pasifik serta kawasan internasional lainnya.
Kegiatan pokok yang dilakukan adalah (1) mengembangkan kerja sama
keamanan negara-negara ASEAN, Asia Pasifik, dan kawasan internasional lainnya
dalam rangka memelihara stabilitas keamanan regional yang damai, bebas, netral,
dan bebas senjata nuklir serta memelihara ketertiban dunia; (2) meningkatkan
penggalangan dan pemupukan solidaritas dan kerja sama antarnegara dalam upaya
memperkuat diplomasi yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara
integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; (3) memperjuangkan
konsepsi damai, adil, dan sejahtera dalam mewujudkan situasi hubungan
internasional yang kondusif bagi pembangunan negara-negara berkembang; (4)
meningkatkan partisipasi Indonesia dalam pembahasan isu-isu politik, HAM,
keamanan, ekonomi, hukum, sosial budaya, dan humaniter yang diabdikan pada
kepentingan nasional dan perdamaian dunia; (5) meneruskan pendekatan melalui
dialog multilateral, regional, dan bilateral dalam upaya penyempurnaan organisasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan badan internasional lainnya di mana
Indonesia ikut sebagai anggota seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI),
Organization

of

Petroleum

Exporting

Countries

(OPEC),

International

Telecommunication Union (ITU), World Tourism Organization; (6) meningkatkan kerja
sama internasional di bidang program pengentasan kemiskinan dan mewujudkan
ketahanan pangan (food security).

Referensi
Andijak,

Indonesia

pada

Masa

Reformasi,

dalam

http://sejarahreformasiindonesia.blogspot.com/2009/10/c-perkembanganpolitik-setelah-21-mei_19.html. diakses pada 9 Juni 2013, pukul 23.41.
Bab V, Pembangunan Politik. dalam

http://www.gobookee.net/get_book.php?

u=aHR0cDovL3JlcG9zaXRvcnkuaXBiLmFjLmlkL2JpdHN0cmVhbS9oYW5kb
GUvMTIzNDU2Nzg5LzQyNjU5L0Vrb25vbWklMjBQb2xpdGlrJTIwUGVtYmFu
Z3VuYW4ucGRmP3NlcXVlbmNlPTIKRWtvbm9taSBQb2xpdGlrIGRhbiBQZW
1iYW5ndW5hbg, diakses pada 8 Juni 2013, pukul 10.23 WIB.
MacAndrews,

Colin.

Masalah-masalah

pembangunan

politik,

editor:

Yahya

Muhaimin, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1982.
Mathulessi, Thomas, Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Hubungan Internasional di
Era Globalisasi, dalam http://matulessi.wordpress.com/2010/01/26/politik-luarnegeri-indonesia-dalam-hubungan-internasional-di-era-. diakses pada 9 Juni
2013 pukul 23.32.
S, Didin Damanhuri, 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan (teori, kritik dan
solusi bagi indonesia dan negara sedang berkembang) , Jakarta:IPB PRESS.