MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V A

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V-A KONSEP
PESAWAT SEDERHANA DENGAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) DAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DI SDN
KUIN UTARA 4 BANJARMASIN
Annisa Meilida
E-mail: Annisa_meilida@yahoo.com

Abstract: This research aims to describe the implementation and improvement of
teacher activity, students activity and students learning outcomes in science subject on
Pesawat Sederhana model Problem Based Learning (PBL) and Number Head
Together (NHT). Kind of research is Class Act Research (CAR). Subject were

students in grade V-A SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin half of the school year
2014/2015. The result of this research is the application of Problem Based
Learning (PBL) dan Number Head Together (NHT) could increase the activity of
the teacher. Student activities and student learning outcomes in science subject
Pesawat Sederhana materials grader V-A.classroom action research was
conducted in two cycles and each cycle is an improvement based on the result of
reflection from the previous cycle.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan dan peningkatan
aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam tentang pesawat sederhana menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) dan Number Head Together (NHT). Jenis penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas V A SDN
Kuin Utara 4 Banjarmasin tahun pelajaran 2014/2015 semester 2. Hasil penelitian ini
adalah penerapan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL)
dan Number Head Together (NHT), dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas
siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana siswa
kelas VA SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
dalam dua siklus dan setiap siklus merupakan perbaikan yang didasarkan atas hasil
refleksi dari siklus sebelumnya.

Kata kunci: Hasil Belajar, Konsep Pesawat Sederhana, Model Problem Based
Learning (PBL) dan Number Head Together (NHT)
Pendidikan adalah suatu proses
yang bermanfaat bagi kepentingan
pembentukan diri seseorang untuk
hidupnya seseorang sebagai individu dan
mengembangkan potensi yang ada pada
sebagai warga negara.
dirinya melalui proses pembelajaran,

Menurut
Lengeveld,
bimbingan
dan
latihan,
untuk
“Pengertian pendidikan adalah usaha
menyiapkan dirinya dimasa yang akan
mempengaruhi, melindungi serta
datang. Pendidikan memiliki peranan
memberikan bantuan yang tertuju
yang sangat penting dalam menentukan
kepada kedewasaan anak didiknya
kualitas
manusia
di
kehidupan.
atau dengan kata lain, membantu anak
Pendidikan
dapat

membantu
didik agar cukup mampu dalam
perkembangan potensi dan kemampuan
melaksanakan tugas hidupnya sendiri

1

tanpa
bantuan
orang
lain”
(Suriansyah, 2011:1).
Di
dalam
proses
pembelajaran,
guru
seharusnya
mampu dalam menciptakan proses
pembelajaran yang efektif dan

menyenangkan. Selain itu, guru juga
hendaknya
dapat
membuat
pembelajaran menjadi bermakna dan
membuat siswa senang dengan
pembelajaran. Ada berbagai macam
bidang pelajaran, salah satunya
adalah Ilmu Pengetahuna Alam
(IPA).
IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan
kebendaan yang sistematis dan
tersusun secara teratur, berlaku umum
yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen/sistematis
(teratur) artinya pengetahuan itu
tersusun dalam suatu sistem, tidak
berdiri sendiri, satu dengan lainnya
saling berkaitan, saling menjelaskan,

sehingga seluruhnya merupakan satu
kesatuan yang utuh, sedangkan
berlaku umum artinya pengetahuan
itu tidak hanya berlaku atau oleh
seseorang atau beberapa orang
dengan cara eksperimen yang sama
akan memperoleh hasil yang sama
atau
konsisten.
Selanjutnya
Winaputra mengemukakan bahwa
“tidak hanya merupakan kumpulan
pengetahuan tentang benda atau
makhluk hidup, tetapi memerlukan
kerja, cara berpikir, dan cara
memecahkan masalah” (Samatowa,
2011: 3).
Berdasarkan
hasil
wawancara dengan guru kelas V-A

SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin pada
tanggal 25 november 2014 jam 10
pagi, serta berdasarkan hasil nilai
siswa kelas V-A di SDN Kuin Utara 4
Banjarmasin pada tahun pelajaran
2009/2010, 2011/2012, 2013/2014
nilai siswa pada mata pelajaran IPA

masih rendah. Untuk nilai mata
pelajaran IPA masih belum mencapai
KKM (65). Pada tahun pelajaran
2009/2010 dari 42 siswa, hanya 23
(54,7%) siswa yang mencapai KKM,
pada tahun pelajaran 2011/2012 dari
43 siswa, hanya 18 (41,8%) siswa
yang mencapai KKM, sedangkan
pada tahun 2013/2014 dari 40 siswa,
hanya 19 (47,5%) siswa yang
mencapai KKM. Pada Hal ini
menunjukkan bahwa kenyataannya

siswa kelas V-A SDN Kuin Utara 4
Banjarmasin pada pembelajaran IPA
khususnya konsep pesawat sederhana
masih belum menguasai. Karena
masih banyak siswa yang belum
memahami
konsep
pesawat
sederhana.
Berdasarkan hasil observasi,
rendahnya nilai ketuntasan yang
dicapai siswa kelas V-A SDN Kuin
Utara 4 Banjarmasin dikarenakan di
dalam proses belajar mengajar IPA,
anak kurang dilibatkan secara aktif
dalam pembelajaran, karena guru
tidak menggunakan pola kelompok
dan hanya beracuan pada buku serta
pemahaman siswa per-individu saja,
kemudian kurangnya penggunaan

media yang menarik bagi siswa,
karena di dalam proses pembelajaran
IPA
yang
dilakukan,
hanya
menggunakan media buku dan
beberapa gambar saja sehingga
pembelajaran IPA yang seharusnya
kritis dan logis menjadi statis. Selain
itu juga dikarenakan
kurangnya
penggunaan strategi atau model
pembelajaran.
Sehingga
pada
pelaksanaan kegiatan pembelajaran
hanya sebagian siswa saja yang
memperhatikan. Jadi, penyelesaian
dari

masalah-masalah
diatas
tergantung
pada
pengembangan
potensi yang ada pada guru, serta
pemahaman dan kemauan dari siswa
itu sendiri.
2

Duch menyatakan bahwa
“Problem Based Learning (PBL)
adalah model pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta
didik belajar berpikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah
serta memperoleh
pengetahuan”
(Shoimin, 2014:130). Prinsip utama

PBL adalah penggunaan masalah
nyata sebagai sarana bagi peserta
didik
untuk
mengembangkan
pengetahuan
dan
sekaligus
mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan pemecahan
masalah....Pemilihan atau penentuan
masalah nyata ini dapat dilakukan
oleh guru maupun peserta didik yang
disesuaikan kompetensi dasar tertentu
(Kurinasih dan berlin 2014:76).
Sedangkan
model
pembelajaran Number Head Together
(NHT) adalah metode pembelajaran
yang menuntut keseriusan siswa

dalam
belajar.
Pembelajaran
kooperatif tipe NHT merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa
dan
memiliki
tujuan
untuk
meningkatkan
penguasaan
akademik.dengan melibatkan para
siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek
pemahaman
mereka
terhadap isi pelajaran tersebut
(Shoimin, 2014:107).
Berdasarkan uraian di atas,
maka
peneliti
tertarik
untuk
melakukan penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan mengangkat judul
“Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Kelas
V-A
Konsep
Pesawat
Sederhana Dengan Model Problem

Based Learning (PBL) Dan Number
Head Together (NHT) Di SDN Kuin
Utara 4 Banjarmasin
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendakatan jenis ini
dilakukan mengacu dengan tujuan
yang hendak dicapai, yaitu untuk
mengumpulkan
data,
serta
meningkatkan
dan
memperbaiki
kualitas belajar mengajar di kelas.
Penelitian dengan pendekatan
kualitatif
lebih
menekankan
analisisnya pada proses penyimpulan
deduktif dan induktif serta pada
analisis terhadap dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati, dengan
menggunakan
logika
ilmiah….pendekatan kualitatif juga
menggunakan
dukungan
data
kuantitatif pada usaha menjawab
pertanyaan penelitian melalui cara
berpikir formal dan argumentatif
(Daryanto, 2012:4).
Sehubungan dengan hal tersebut,
menurut Rochiati “penelitian tindakan
kelas termasuk penelitian kualitatif
meskipun data yang dikumpulkan bisa
saja bersifat kuantitatif, di mana
uraiannya bersifat deskriptif dalam
bentuk kata-kata, peneliti merupakan
instrumen utama dalam pengumpulan
data, proses sama pentingnya dengan
produk. Perhatian peneliti diarahkan
kepada
pemahaman
bagaimana
berlangsungnya suatu kejadian atau
efek dari suatu tindakan (Kunandar,
2012:46).
Penelitian
tindakan
kelas
merupakan salah satu upaya guru atau
praktisi dalam bentuk berbagai
kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki
keadaan
yang
tidak/kurang memuaskan dan atau
untuk
meningkatkan
mutu
3

pembelajaran di kelas. Penelitian
tindakan kelas merupakan kegiatan
yang langsung berhubungan dengan
tugas guru di lapangan. Singkatnya
penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian praktis yang dilakukan di
kawasan kelas dan bertujuan untuk
memperbaiki praktik pembelajaran
yang ada (Sukarnyana dan Kasbolah,
2012:9).
Tujuan dari Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) menurut Agung yaitu
“memperbaiki dan meningkatkan
kualitas isi, masukan, proses, dan hasil
pembelajaran
atau
pelatihan,
menumbuhkan dan mengembangkan
budaya meneliti oleh guru agar lebih
proaktif mencari solusi terhadap
permasalahan
pembelajaran
atau
pelatihan,
menumbuhkan
dan
meningkatkan produktivitas meneliti
oleh guru, khususnya dalam mencari
solusi masalah-masalah pembelajaran
atau pelatihan,dan
meningkatkan
kolaborasi antara guru dan guru dalam
memecahkan masalah pembelajaran
(Maisyarah, 2014:63-64).
Langkah-langkah
pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK)
bervariasi, tetapi secara pokok adalah
sebagai berikut : a. mengidentifikasi
dan
menganalisis
masalah,
b.
merumuskan masalah, c. merumuskan
hipotesis tindakan, d. membuat
rencana tindakan dan pemantauannya,
e. melaksanakan tindakan dan
mengamatinya, f. mengolah dan
menafsirkan data, g. analisis data, h.
validasi data dan kredibilitas penelitian
tindakan kelas, i. melaporkan hasil
penelitian (Kunandar, 2012:82).
Dalam penelitian ini yang
menjadi subyek penelitian adalah
seluruh siswa kelas V A SDN Kuin
Utara 4 Banjarmasin semester II tahun
ajaran 2014/2015. Dengan jumlah
siswa 33 orang siswa yang terdiri dari

21 orang siswa laki-laki dan 12 orang
siswa perempuan.
Penetapan sekolah di SDN Kuin
Utara 4 Banjarmasin sebagai tempat
penelitian disebabkan karena masih
kurangnya
karena
diketahui
rendahnya hasil belajar siswa yang
berhubungan dengan mata pelajaran
IPA tentang pesawat sederhana.
Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi di kelas V-A SDN Kuin
Utara 4 Banjarmasin dan dari data
nilai tahun-tahun sebelumnya banyak
siswa yang nilainya belum mencapai
KKM yang ditentukan yaitu 65.
Masalah hasil belajar IPA pada materi
pesawat sederhana masih rendah
dkarenakan anak kurang dilibatkan
secara aktif dalam pembelajaran,
kurangnya penggunaan media yang
menarik bagi siswa dan kurangnya
penggunaan strategi atau model
pembelajaran yang digunakan. Hal ini
menjadi
acuanpeneliti
untuk
memperbaiki serta meningkatkan
hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPA khususnya pada materi pesawat
sederhana.
Jenis data yang digunakan dalam
PTK meliputi data kuantitatif dan data
kualitatif. (1) Data Kualitatif adalah data
yang diperoleh dari pengamatan aktivitas
guru dan aktivitas siswa dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran,
(2) Data Kuantitatif adalah data yang
diperoleh dari nilai tes hasil belajar
siswa secara lisan yang diambil dari
daftar nilai tes hasil belajar pada setiap
pembelajaran.
Teknik Analisis Data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa
data kuantitatif yaitu ketuntasan belajar
siswa dan data kualitatif yang terdiri
atas: a) untuk data kuantitatif dilakukan
secara deskriptif dan b) analisis data
hasil penelitian yang tergolong data

4

kualitatif berupa hasil observasi siswa
maupun guru dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, proses
pembelajaran menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dan
Number Head Together (NHT) dalam
memecahkan
permasalahan
pembelajaran pada materi pesawat
sederhana
ternyata
dapat
mengahasilkan proses pembelajaran
yang
berkualitas.
Temuan
ini
didasarkan adanya hasil observasi
selama
proses
pembelajaran
berlangsung.
dalam hal ini suatu pembelajaran
akan berhasil dan tercapainya tujuan
pembelajaran akan dipengaruhi oleh
guru yang profesional serta memiliki
kompetensi. Untuk menunjang proses
pembelajaran di dalam kelas, tidak
hanya guru yang harus memiliki
kompetensi tetapi proses pembelajaran
juga sangat mempengaruhi, dalam hal
ini penliti menggunakan proses
pembelajaran
kooperatif
atau
kelompok. Pembelajaran kooperatif
merupakan
model
pembelajaran
dengan
menggunakan
sistem
pengelompokkan/ tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, rasa tau suku
berbeda (heterogen) (Suriansyah dkk,
2014:256).
Dengan adanya pengelompokkan,
siswa akan lebih aktif dan mudah
dalam melaksanakan pembelajaran,
dari pengelompokkan tersebut siswa
akan termotivasi untuk bekerja sama
dalam memecahkan suatu masalah
pada LKK. Selain itu, dalam
pengelompokkan secara heterogen
siswa akan lebih mudah memahami
materi pelajaran karena adanya rasa
saling mendukung, tenggang rasa dan

secara
akademik
guru
dapat
memanfaatkan
siswa
yang
akademiknya lebih tinggi agar bisa
membantu siswa yang akademiknya
rendah.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I
pada kedua pertemuan sudah berhasil
dan pada siklus II guru meningkatkan
pengelolaan
terhadap
proses
pembelajaran baik halnya dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran,
langkah-langkah
model
serta
pengelolaan kelas.
Dari paparan diatas dapat
diketahui bahwa aktivitas guru dalam
menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe Problem Based Learning (PBL)
dan Number Head Together (NHT) ini
semakin
membaik
dengan
meningkatnya aktivitas siswa di setiap
siklusnya. Aktivitas guru yang
semakin meningkat juga didukung
oleh beberapa penelitian yang relevan,
yaitu hasil penelitian Siti Maisyarah
(2014)
Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe Number Head
Together (NHT).
Berdasarkan
hasil
observasi
aktivitas guru Proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan oleh peneliti
pada siklus 1
pertemuan 1
memperoleh skor 28 dengan kategori
“baik” kemudian pada pertemuan II
meningkat skor meningkat menjadi 31
dengan kategori “baik”. pada siklus II
pertemuan I mencapai skor 32 dengan
kategori “baik”. Sedangkan pada
pertemuan
II
aktivitas
guru
memperoleh skor 35 dengan kategori
“sangat baik”.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I
pada kedua pertemuan sudah berhasil
dan pada siklus II guru meningkatkan
pengelolaan
terhadap
proses
pembelajaran baik halnya dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran,
langkah-langkah
model
serta
pengelolaan kelas.
5

Dari paparan diatas dapat diketahui
bahwa
aktivitas
guru
dalam
menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe Problem Based Learning (PBL)
dan Number Head Together (NHT) ini
semakin
membaik
dengan
meningkatnya aktivitas siswa di setiap
siklusnya. Aktivitas guru yang
semakin meningkat juga didukung
oleh beberapa penelitian yang relevan,
yaitu hasil penelitian Siti Maisyarah
(2014)
Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe Number Head
Together (NHT).
Menurut
teori
Vigotsky
mengatakan bahwa ada dua implikasi
dalam pembelajaran sains, pertama,
dikehendakinya
suasana
kelas
berbentuk pembelajaran kooperatif
antar siswa, sehingga siswa dapat
berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang
sulit dan saling memunculkan strategi
pemecahan masalah yang efektif di
dalam
masing-masing
zone
of
proximal development mereka. Kedua,
dalam pembelajaran menekankan
scaffolding sehingga siswa semakin
bertanggung
jawab
terhadap
pembelajarannya sendiri (Susanto,
2014:97).
Hal tersebut sejalan dengan
pendapat
Trianto
yaitu belajar
kooperatif
akan
meningkatkan
interaksi antar siswa. hal ini terjadi
dalam hal seorang siswa akan
membantu siswa lain untuk sukses
sebagai anggota kelompok. Saling
memberikan
bantuan
ini
akan
berlangsung secara ilmiah karena
kegagalan seseorang dalam kelompok
akan
mempengaruhi
suksesnya
kelompok (Maisyarah, 2014:141).
Lebih lanjut Ngalimun menyatakan
bahwa masalah yang dijadikan sebagai
fokus pembelajaran dapat diselesaikan
siswa
melalui
kerja
kelompok

sehingga dapat memberi pengalamanpengalaman belajar yang beragam
pada siswa, seperti kerja sama dan
interaksi dalam kelompok, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan
dengan pemecahan masalah (Wati,
2014:180).
Melalui pembelajaran kooperatif
PBL dan NHT ini guru telah
membimbing dan mengarahkan siswa
dalam kegiatan belajar, sehingga
aktivitas siswa dalam pembelajaran
dapat mencapai kriteria sangat aktif
baik individual maupun kelompok. Hal
ini sesuai dengan pengertian PBL yaitu
suatu metode pembelajaran yang
menantang peserta didik untuk belajar
bagaimana belajar, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata (Kurinasih
dan Berlin, 2014: 75). Sedangkan dari
segi model NHT yaitu teknik ini
memberikan kesempatan pada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. Selain itu, teknik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat
kerja
sama
mereka
(Suriansyah dkk, 2014:272).
Berdasarkan
hasil
observasi
aktivitas siswa pada siklus I dan siklus
II setelah melaksanakan pembelajaran
menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dan Number hEad
Together (NHT) dapat meningkatkan
aktivitas siswa. Aktivitas siswa pada
siklus I ini masih belum berhasil
karena pada pertemuan I aktitas siswa
masih kurang aktif dengan presentasi
45,45% kemudian meningkat pada
pertemuan II dengan kategori cukup
aktif yaitu dengan presentasi 51,51%.
Aktivitas siswa pada siklus II ini sudah
meningkat dibandingkan dari siklus I.
aktivitas siswa pada pertemuan I
memperoleh
presentasi
75,75%.
Sedangkan pada pertemuan II aktivitas
siswa mengalami peningkatan dengan
6

presentasi 84,84%. Berdasarkan hasil
observasi siswa tersebut baik dari
aktivitas siswa dalam kegaiatan
pembelajaran
secara
keseluruhan
maupuun dalam kelompok mengalami
peningkatan. Hal ini, berarti kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Problem
Based Learning (PBL) dan Number
Head
Together
(NHT)
dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
Nawawi (K.Ibrahim, 2007:39)
yang menyatakan bahwa hasil belajar
dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal
sejumlah materi pelajaran tertentu
(Susanto, 2014: 5).
Menurut Rusman mengungkapkan
bahwa peningkatan hasil belajar terjadi
karena guru pada saat proses
pembelajaran tidak hanya memberikan
materi secara klasikal (ceramah) tetapi
guru menggunakan diskusi kelompok
sebagai sarana membangun informasi
dan pengetahuan melalui tukar
pendapat dan saling mempelajari
sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dan pembimbing (Wati,
2014:180).
Berdasarkan hasil observasi Hasil
belajar siswa pada siklus Hasil belajar
pada siklus I ini masih belum
memenuhi indikator keberhasilan yaitu
≥ 80% siswa mendapatkan nilai 70.
Pada pertemuan I hasil belajar siswa
memperoleh
presentasi
45%.
Sedangkan
pada
pertemuan
II
memperoleh
presentasi
51%.
Sedangkan pada siklus II ini sudah
mengalami peningkatan Ketuntasan
klasikal pada pertemuan I adalah 76%.
Sedangkan pada pertemuan II adalah
88%. Terlihat peningkatan rata-rata

hasil belajar pada siklus I dan siklus II
dapat disimpulkan bahwa mengalami
peningkatan hasil belajar. Peningkatan
hasil belajar tersebut dikarenakan guru
telah menggunakan pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa
sekolah
dasar.
Dimana
dalam
pembelajaran guru menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Problem
Based Learning (PBL) dan Number
Head Togther (NHT).
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan
kelas (PTK) ini dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Kelas
V-A Konsep Pesawat Sederhana
Dengan Model Problem Based Learning
(Pbl) Dan Number Head Together (Nht)
Di Sdn Kuin Utara 4 Banjarmasin”
dinyatakan
berhasil
dan
tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan
tercapai.
Data yang dikemukakan dalam
pembahasan, maka dapat dikatakan dan
diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
IPA materi Pesawat Sederhana dengan
menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dan Number Head
Together (NHT) pada siswa kelas V A
SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin
mengalami
peningkatan.
Dengan
demikian, hipotesis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini berhasil dan dapat
diterima.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dan Number Head
Together (NHT) pada siswa kelas V A
SDN Kuin Utara 4 Banjarmasin dapat
terlaksana dan mencapai keberhasilan
untuk
aktivitas
guru,
dapat
meningkatkan aktivitas siswa dan
meningkatkan hasil belajar siswa mata
pelajaran IPA materi pesawat sederhana.
Adapun untuk (1) aktivitas guru
7

mengalami
perbaikan
pelaksanaan
langkah model dari berkategori baik
menjadi sangat baik, (2) aktivitas siswa
mengalami peningkatan dari berkategori
kurang aktif menjadi sangat aktif, (3)
hasil
belajar
siswa
mengalami
peningkatan pada setiap pertemuannya,
dari rata-rata keseluruhan siswa pada
akhir siklus sangat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,

L.U.
(2013).
Pengelolaan
Pembelajaran IPA Ditinjau Dari
Hakikat Sains Pada SMP Di
Kabupaten Lombok Timur.
Jurnal Pendidikan. (Online).
Volume3.(http://download.portal
garuda.org/article.php?article=25
9412&val=7033&title=pengelola
an%20pembelajaran%20ipa%20
ditinjau%20dari%20hakikat%20
sains%20pada%20smp%20di%2
0kabupaten%20lombok%20timu
rdiakses 23 Februari jam 16.30).

A.M, Sardiman. (2010). Interaksi dan
Motivas Belajar Mengajar . Jakarta : PT
Rajargrafindo.
Anurrahman. (2011). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Arifin,
Zainal.
(2012).
Evaluasi
Pembelajaran. Jakarta : Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Islam
Kementerian Negara RI.
Daryanto. (2012). Panduan Operasional
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Prestasi Pustakarya.
E.S, Kasbolah., I Wayan Sukarnyana.
(2012). Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
Surabaya : Universitas

Negeri Malang (UM Press) d/h Penerbit
IKIP Malang.
Endrayanto, Sunu.,Yustiana Wahyu
Harumurti. (2014). Penilaian
Belajar Siswa di Sekolah .
Yogyakarta : PT Kanisius.
Guru dan Dosen. (2012). Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor
11
Tahun 2011. Bandung : Citra
Umbara.
Hakimi, Muhtar. (2014). Meningkatkan
Hasil Belajar Konsep Sifat-Sifat
Cahaya Menggunakan Model
Pembelajaran Problem Based
Learning (Pbl) Pada Siswa
Kelas V SDN Beringin Barito
Kuala . Banjarmasin : Universitas
Lambung Mangkurat.
Hartiyati. (2014). Model Pembelajaran
Number Head Together (NHT) Dapat
Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas III SDN Penghulu
Kabupaten
Barito. Banjarmasin :
Universitas Lambung Mangkurat.
Haryanto. (2012). Sains Untuk SD/MI
Kelas V. Jakarta : Erlangga
Huda, Miftahul. (2014). Model-Model
Pengajaran
dan
Pembelajaran .
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Islamuddin, Haryu. (2012). Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Kunandar. (2012). Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
8

Kurinasih, Mas., Berlin sani. (2014).
Sukses
Mengimplementasikan
Kurikulum
2013. Yogyakarta : Kata
Pena.
Mahfudz, Asep. (2012). Cara Cerdas
Mendidik
Yang
Menyenangkan.
Bandung :
Simbiosa
Rekatama
Media.

Jurnal Pendidikan. (Online). Vol.
1
No.
1
(http://journal.uny.ac.id/index.ph
p/jk diakses 23 Februari 2014jam
16.15).
Putra, Rizema. (2013). Desain Belajar
Mengajar Kreatif Berbasis Sains .
Yogyakarta : DIVA Press

Maisyarah, Siti. (2014). Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi SifatSifat Cahaya
Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Number
Head Together (NHT) Variasi Dengan
Metode Demonstrasi Di Kelas V SDN
Simpang Empat 3 Kabupaten
Banjar . Banjarmasin : Universitas
Lambung
Mangkurat.

Samatowa,
Usman.
(2011).
Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar .
Jakarta : PT. Indeks.

Mutmainnah, Islamiyah. (2014). Model
Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Dapat Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN
Samuda
Kecamatan
Belawang .
Banjarmasin : Universitas Lambung
Mangkurat.

Shoimin, Aris.
Pembelajaran
Kurikulum 2013.
Ruzz Media.

Muhson, Ali. (2010). Pengembangan
Media
Pembelajaran
Berbasis
Teknologi
Informasi.JurnalPendidikan.
(Online).
Volume
3
No.
1.
(http://download.portalgaruda.or
g/art icle.php?article=52483&val=480
diakses 23 Februari 2014 Jam
16.30).
Mulyasa,
H.E.
(2013).
Praktik
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Oktaria, Dina. (2013). Persepsi Siswa
Tentang Manajemen Peserta Didik Di
SMK Tri Dharma Kosgoro 2 Padang .

Sanjaya,
Wina.
(2013).
Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Bandung : Kencana
Prenadamedia Group.
(2014). 68 Model
Inovatif
Dalam
Yogyakarta : Ar-

Sugiarti,
Dian.
(2014).
Model
Pembelajaran Number Head Together
(NHT) Dapat Meningkatkan
Hasil
Belajar Siswa Kelas V SDN Munggu .
Banjarmasin : Universitas
Lambung
Mangkurat.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung :
Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto., dkk. (2012).
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT
Bumi Aksara.
Suriansyah,
Ahmad.
LandasanPendidikan.
Comdes.

(2011).
Banjarmasin:

9

Suriansyah, Ahmad., dkk. (2014).
Strategi Pembelajaran. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Sunarto, Rachmat. (2007). Sains
Sahabatku Pelajaran IPA untuk SD
Kelas 5.
Jakarta : Ganeca Exact.

Together
Variasi
Dengan
Talking Stick Siswa Kelas Iv Sdn
Semangat Karya Barito Kuala .
Banjarmasin
:
Universitas
Lambung Mangkurat.

Zusnani, Ida. (2013).
Kepribadian
Siswa
Yogyakarta : Platinum.

Pendidikan
SD-SMP .

Susanti,
Lina.
(2013).
Model
Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Dapat Meningkatkan
Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Dengan
Materi Sifat-Sifat Cahaya
Di Kelas V SDN Pekapuran Raya I
Kecamatan
Banjarmasin
Timur .
Banjarmasin : Universitas Lambung
Mangkurat.
Susanto, Ahmad. (2014). Teori Belajar
dan Pembelajaran di Sekolah Dasar .
Jakarta : Kencana Prenadamedia
Group.
Sutitman. (2013). Media dan ModelModel
Pembelajaran
Inovatif.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Trianto. (2012). Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research)
Teori dan Praktik. Jakarta : Prestasi
Pustakarya.
Warniah,
Rezki.
(2014).
Model
Pembelajaran Number Head Together
(NHT) Dapat
Meningkatkan
Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Konsep Sifat Cahaya Pada Siswa
Kelas V SDN Pemurus Baru 1
Banjarmasin. Banjarmasin :
Universitas Lambung Mangkurat.
Zainah. (2014). Meningkatkan Hasil
Belajar
Materi
Globalisasi
Melalui Model Numbered Heads
10