Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Menge

LAPORAN PENELITIAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH ERA REFOMASI

MENGENAI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)

OLEH :

Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag NIP. 196111101990011001

Dibiayai Oleh : DANA INDIVIDUAL MANDIRI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) TULUNGAGUNG 2012

IDENTITAS PENELITIAN A PENELITIAN

1. Tema Penelitian : Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT).

2. Jenis Penelitian

: Ilmu Pengetahuan Terapan.

3. Kategori

: Individual mandiri.

B PENELITI

1. Nama

: Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag

2. Jenis Kelamin

4. Pangkat-Ruang : Pembina Utama Muda (IV/c).

5. Jabatan

: Lektor Kepala.

: STAIN Tulungagung.

8. Bidang Penelitian : Pendidikan.

C LOKASI

: Perpustakaan.

D JANGKA WAKTU

: Juli – Desember 2012

E SUMBER DANA

: Dana Individual Mandiri

sebesar Rp. 10.000.000,00 (Sepuluh Juta Rupiah).

Tulungagung, 31 Desember 2012 Peneliti,

Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag NIP. 196111101990011001

ABSTRAK

Ali Rohmad, 2012 M, kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT), Laporan Penelitian, NIP. 196111101990011001, Pangkat : Pembina Utama Muda, Ruang : IV/c, Jabatan : Lektor Kepala dalam mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan, Instansi : STAIN Tulungagung.

Kata Kunci : Kebijakan Pemerintah, Pendidikan Anak Usia Dini, Analisis SWOT.

Permasalahan penelitian : 1. Bagaimana status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi ?, 2 . Bagaimana kondisi dasar yuridis PAUD dalam pemerintahan era reformasi ?, 3. Bagaimana karakteristik perkembangan anak usia dini yang perlu disikapi selama aktualisasi PAUD ?, 4. Ke mana arah kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD ?, 5. Bagaimana jalur penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era reformasi ?, 6. Siapa penaggung-jawab pembinaan PAUD dalam pemerintahan era reformasi ?, 7. Mengapa pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD ?, 8. Bagaimana temuan analisis SWOT terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD ?.

Metode Penelitian : 1. Pola penelitian : penelitian pendidikan, penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, penelitian kepustakaan, penelitian analisis isi; 2. Variabel : yang diposisikan sebagai variabel bebas adalah data (X), dan yang diposisikan sebagai variabel terikat adalah target (Y); 3. Data dan Sumbernya : data teoritis yang bersumber dari dokumen ilmiah, dan situs internet; 4. Metode pengumpulan data : dokumentasi dengan resume cards; 5. Metode analisis data : tipe analisis isi semantik attributions dengan aplikasi metode analisis deduksi, induksi, komparasi, dan SWOT.

Kesimpulan : 1. Status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi semisal Taman Kanak- kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) adalah kurang tegas (tidak konsisten, dalam kerancuan), pada satu sisi diakui sebagai bagian dari jalur pendidikan formal, tetapi pada sisi lain tidak dimasukkan sebagai bagian dari jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar); 2. Kondisi dasar yuridis pendidikan anak usia dini adalah tampak semakin kokoh lagi semakin lengkap; sebagai landasan ideal adalah Pancasila sebagai termaktub dalam pembukaan undang-undang dasar negara 1945; sebagai landasan struktural adalah undang-undang dasar negara 1945; dan sebagai landasan operasional adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (sebagai diubah

dengan Nomor 66 Tahun 2010), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional yang dalam bab I pasal 4c menyebut Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, Informal beserta tugas-tugasnya, dan dalam bab IV pasal 110b menyebut Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini beserta tugas-tugasnya, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan POS PAUD yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini pada 2011, dan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Berbasis Taman Pendidikan Al-Qur’an (PAUD-TPQ) yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini pada 2011; 3. Perkembangan anak usia dini yang perlu disikapi selama aktualisasi PAUD adalah secara individual memiliki karakteristik yang unik sesuai tahapan usia masing-masing, anak lazim mengalami masa keemasan sebagai masa peka menerima sekaligus mereson pelbagai stimulus dari lingkungan sekitar untuk menumbuh-kembangkan secara optimal dan integral serta sinergik berbagai potensi fisik dan psikis karunia Allah swt sehingga anak benar-benar memiliki kemampuan motorik, fungsi fisik, kemampuan kognitif, kemampuan berbahasa, kemampuan beragama, dan lain-lain yang kemudian oleh menteri pendidikan nasional dirumuskan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan yang termaktub dalam Standar Pendidikan Anak Usia Dini yang harus menjadi acuan pelaksanaan PAUD di Indonesia; 4. Kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD pada masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan tatanan kabinet Indonesia Bersatu jilid dua 2009-2014M, adalah diarahkan untuk menjamin pelbagai lapisan masyarakat di seluruh penjuru Republik Indonesia mengakses PAUD yang bermutu dengan empat sasaran utama : a. penataan kelembagaan, b. standarisasi guru dan tutor pendamping, c. pengembangan kurikulum, d. Ketersediaan sarana dan prasarana; 5. Penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era reformasi melalui tiga jalur : a. pendidikan formal, b. pendidikan nonformal, c. pendidikan informal dengan pemberian model-model pembelajaran yang lebih cenderung ke arah bermain untuk belajar; 6. Yang menjadi penanggung jawab pembinaan PAUD dalam pemerintahan era reformasi : apabila dipandang dari sudut struktur pemerintahan, adalah presiden cq menteri pendidikan nasional dalam lingkup teritorial negara sebagai pemerintah pusat, gubernur dalam lingkup teritorial propinsi sebagai pemerintah daerah tingkat I, bupati dan wali kota dalam lingkup teritorial kabupaten dan kota sebagai pemerintah daerah tingkat II; apabila dipandang dari sudut struktur pengelolaan pendidikan, adalah presiden selaku pemerintah yang dibantu oleh menteri pendidikan dan kebudayaan (Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal; Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini), gubernur selaku pemerintah provinsi, bupati/wakil kota selaku pemerintah kabupaten/kota, yayasan yang mendirikan PAUD, kepala satuan PAUD; apabila dipandang dari sudut kultur, adalah terdapat koordinasi kerja melalui pendelegasian dan pelimpahan wewenang lintas kementerian yang terkait lagi paralel, sehingga saat ini PAUD telah menjadi tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah; 7. Yang menjadi penyebab pemerintah era

reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD, adalah peningkatan kesadaran kolektif bangsa Indonesia, bahwa setiap anak usia dini tengah berada pada periode keemasan (golden age) dengan memiliki modal potensi multi-kecerdasan (intelektual, spiritual, emosional, sosial, dan lain-lain) yang harus segera ditumbuh-kembangkan melalui pemberian berbagai rangsangan edukatif dengan menenunjuk pemerintah selaku unsur struktural penentu kebijakan mengenai program kerja juga dengan melibatkan stakeholders di masyarakat selaku unsur kultural untuk menangani PAUD sebagai pondasi penentu kualitas generasi penerus memperjuangkan implementasi tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD-RI 1945; 8. Hasil analisi SWOT terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD bahwa pertama, yang menjadi kekuatan adalah : a. Jauh hari sebelum kebijakan pemerintah tentang PAUD itu hadir sebagai sub-struktur pemerintah, dalam masyarakat telah tumbuh berkembang duluan berbagai bentuk/model PAUD, b. Jumlah anak usia dini di Indonesia relatif masih besar, c. Kehadiran Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal yang disertai Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dalam struktur organisasi kementerian pendidikan dan kebudayaan, d. Pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian dikembangkan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk lembaga-lembaga formal PAUD; kedua, yang menjadi kelemahan adalah : a. Jumlah lembaga formal yang menangani layanan PAUD belum berimbang dengan jumlah anak usia dini, b. Belum tersedia bagian dana yang memadai dari APBN/APBD yang minimal 20% untuk pendidikan, c. Mayoritas para tenaga pendidik dan kependidikan yang menangani lembaga- lembaga formal PAUD bukan berasal dari lulusan LPTK yang secara khusus diprogram untuk mencetak lulusan dengan kualifikasi dan kompetensi di bidang PAUD, d. Kepiawaian dalam merencanakan, melaksanakan, serta menilai program yang sesuai dengan karakretistik perkembangan anak usia dini, dan nilai budaya yang tumbuh di sekitarnya merupakan kelemahan besar yang harus diatasi oleh mayoritas pendidik PAUD ; ketiga, yang menjadi peluang adalah : a. Sosialisasi urgensi PAUD bagi kepentingan peningkatan kualitas generasi penerus di masa mendatang lebih ditingkatkan melalui berbagai media, b. Merealisasikan alokasi anggaran 20% APBN/APBD sebagai diamanatkan oleh UU 20-2003 tentang Sisdiknas pasal 49 untuk pendidikan termasuk bagi kepentingan PAUD, c. Memotivasi masyarakat yang belum memiliki lembaga formal PAUD untuk mendirikan lembaga tersebut, d. Memperbaiki koordinasi kerja internal struktur organisasi kementerian pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal - Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini – Balitbangdiklat – Inspektorat; kemudian segera memperkokoh kerja sama dengan segenap stakeholders, e. Penciptaan Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) terdiri dari program S-1, S-2, S-3 yang mempersiapkan lulusan dengan kualifikasi dan kompetensi sebagai pendidik PAUD; keempat, yang menjadi tantangan adalah : a. Tingkat partisipasi kasar pada PAUD masih relatif rendah, b. Pengalokasian dana APBN/APBD untuk PAUD belum signifikan, c. Koordinasi adminstrasi dalam makna yang luas mengenai penyelenggaraan PAUD masih ralatif lemah, d. Peningkatan jumlah reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD, adalah peningkatan kesadaran kolektif bangsa Indonesia, bahwa setiap anak usia dini tengah berada pada periode keemasan (golden age) dengan memiliki modal potensi multi-kecerdasan (intelektual, spiritual, emosional, sosial, dan lain-lain) yang harus segera ditumbuh-kembangkan melalui pemberian berbagai rangsangan edukatif dengan menenunjuk pemerintah selaku unsur struktural penentu kebijakan mengenai program kerja juga dengan melibatkan stakeholders di masyarakat selaku unsur kultural untuk menangani PAUD sebagai pondasi penentu kualitas generasi penerus memperjuangkan implementasi tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD-RI 1945; 8. Hasil analisi SWOT terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD bahwa pertama, yang menjadi kekuatan adalah : a. Jauh hari sebelum kebijakan pemerintah tentang PAUD itu hadir sebagai sub-struktur pemerintah, dalam masyarakat telah tumbuh berkembang duluan berbagai bentuk/model PAUD, b. Jumlah anak usia dini di Indonesia relatif masih besar, c. Kehadiran Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal yang disertai Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini dalam struktur organisasi kementerian pendidikan dan kebudayaan, d. Pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian dikembangkan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk lembaga-lembaga formal PAUD; kedua, yang menjadi kelemahan adalah : a. Jumlah lembaga formal yang menangani layanan PAUD belum berimbang dengan jumlah anak usia dini, b. Belum tersedia bagian dana yang memadai dari APBN/APBD yang minimal 20% untuk pendidikan, c. Mayoritas para tenaga pendidik dan kependidikan yang menangani lembaga- lembaga formal PAUD bukan berasal dari lulusan LPTK yang secara khusus diprogram untuk mencetak lulusan dengan kualifikasi dan kompetensi di bidang PAUD, d. Kepiawaian dalam merencanakan, melaksanakan, serta menilai program yang sesuai dengan karakretistik perkembangan anak usia dini, dan nilai budaya yang tumbuh di sekitarnya merupakan kelemahan besar yang harus diatasi oleh mayoritas pendidik PAUD ; ketiga, yang menjadi peluang adalah : a. Sosialisasi urgensi PAUD bagi kepentingan peningkatan kualitas generasi penerus di masa mendatang lebih ditingkatkan melalui berbagai media, b. Merealisasikan alokasi anggaran 20% APBN/APBD sebagai diamanatkan oleh UU 20-2003 tentang Sisdiknas pasal 49 untuk pendidikan termasuk bagi kepentingan PAUD, c. Memotivasi masyarakat yang belum memiliki lembaga formal PAUD untuk mendirikan lembaga tersebut, d. Memperbaiki koordinasi kerja internal struktur organisasi kementerian pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal - Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini – Balitbangdiklat – Inspektorat; kemudian segera memperkokoh kerja sama dengan segenap stakeholders, e. Penciptaan Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) terdiri dari program S-1, S-2, S-3 yang mempersiapkan lulusan dengan kualifikasi dan kompetensi sebagai pendidik PAUD; keempat, yang menjadi tantangan adalah : a. Tingkat partisipasi kasar pada PAUD masih relatif rendah, b. Pengalokasian dana APBN/APBD untuk PAUD belum signifikan, c. Koordinasi adminstrasi dalam makna yang luas mengenai penyelenggaraan PAUD masih ralatif lemah, d. Peningkatan jumlah

-0-

KATA PENGANTAR

Hanya berkat limpahan kasih sayang Allah swt semata, pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan penelitian individual mandiri dengan tema ” Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT),” ini dapat peneliti selesaikan.

Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah swt limpahkan kepada nabi Muhammad beserta segenap keluarganya, segenap sahabatnya, dan setiap orang yang mengikuti jejaknya.

Terhadap semua pihak yang telah membantu realisasi penelitian dan penulisan laporan penelitian ini, peneliti sampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku ketua STAIN Tulungagung periode 2010- 2014 M yang secara intensif membina karier peneliti sebagai dosen tetap di sana, terutama melalui berbagai amanat beliau sebagaimana tertuang dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan” yang biasa direvisi dan dicetak ulang setiap awal tahun akademik.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Fu’adi, M.Ag selaku Pembantu Ketua bidang akademik STAIN Tulungagung periode 2010-2014 M yang senantiasa aktif diskusi, dialog, dan debat dengan peneliti terutama mengenai kinerja peneliti sebagai dosen yang berkewajiban melayani kepentingan akademik para mahasiswa.

3. Para dosen sejawat, bapak Prof. Dr. H. Mujamil Qomar, M.Ag; ibu Dra. Hj. Retno Indayati, M.Si; bapak Drs. H. Munardji, M.Ag; bapak Dr. H. Muwahid Shulhan, M.Ag; bapak Drs. Nurhadi, M.HI; bapak Dr. H. A. Hasyim Nawawie, M.Si; bapak Dr. Ngainum Naim; bapak Drs. H. Masduki, M.Ag; bapak Drs. H. Mashudi, M.Pd.I; bapak Kutbudin Aibak, M.HI, dan lain-lain yang telah berkenan mensuport realisasi diskusi informal proposal penelitian dan seminar laporan penelitian ini untuk memperoleh kritik dan saran penyempurnaan sebelum digandakan dan dijilidkan.

4. Bapak Nurul Amin, M.ag selaku pimpinan perpustakaan STAIN Tulungagung beserta staf yang telah dengan suka rela membantu memilihkan bahan-bahan pustaka untuk peneliti.

5. Hj. Nanik Nuroh Rahmawati, isteri peneliti yang senantiasa penuh dengan kesabaran memberikan dorongan moril demi kelancaran realisasi penelitian dan penulisan laporan penelitian ini dan terkadang terlibat dalam penyusunan data mentah (resume cards) serta penyeleksian dan pemberian kode data.

6. Fina Kholij Zukhrufin [kini menjadi istri Afiful Ikhwan ibn Nurhadi] , Ahmad Kanzu Syauqi Firdaus [kini mahasiswa semester lima fakultas Saintek jurusan Fisika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang], Arina Widda Faradis [kini siswi kelas 3 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Serpong], anak-anak peneliti yang senantiasa belajar meningkatkan mutu iman dan taqwa di hadapan Allah swt serta mutu birrul- walidain.

Yang perlu dimaklumi, bahwa atas dasar keterbatasan penguasaan pelbagai disiplin ilmu pengetahuan yang terkait dengan tema penelitian, maka laporan penelitian ini disajikan secara sederhana dan mungkin di sana sini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Itulah sebabnya, dari iskusi ilmiah secara informal dengan dosen sejawat di STAIN Tulungagung, peneliti berusaha memperoleh masukan baik yang berupa tanggapan, kritik, dan saran demi penyempurnaan laporan penelitian ini sebelum digandakan dan dijilidkan.

Akhirnya, hanya kepada Allah swt peneliti berdo’a : semoga semua pihak yang membantu realisasi penelitian dan penulisan laporan penelitian ini senantiasa dibimbing ke jalan yang diridlaiNya, dan semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dan semua pihak yang membacanya. Amin.

Tulungagung, 31 Desember 2012 Peneliti,

DRS. H. ALI ROHMAD, M.Ag

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Lima belasan abad yang silam, syari’at Islam sebagaimana terdapat dalam kitab suci al-Qur’an dan/atau sunnah nabi Muhammad saw telah mencanangkan ajaran mengenai segala aspek kehidupan manusia, semisal ajaran mengenai prinsip-prinsip mendidik anak usia dini bahkan bagi bayi yang benar-benar baru saja dilahirkan. Dengan mendasarkan diri pada beberapa matan hadits nabi saw, Abdullah Nashih Ulwan menyatakan bahwa : “Di antara hukum yang telah disyari’atkan Islam untuk anak yang baru dilahirkan adalah mengumandangkan azan di telinga kanan dan ikamat di telinga kirinya”. 1 Sampai kini, ajaran ini senantiasa dipraktekkan

dengan baik di kalangan umat Islam yang taat, juga senantiasa diupayakan dipahami maksud simboliknya; semisal ada yang memahami agar suara yang pertama kali paling patut diperdengarkan kepada bayi adalah suara azan sebagai seruan mendirikan shalat. Barangkali dalam konteks teknologi informasi dengan analog setiap komputer yang baru diproduksi harus diinstal lebih dulu sebelum pemakaian lebih lanjut, maka dapat saja dikatakan bahwa ajaran azan dan iqamat pada bayi tersebut sesungguhnya adalah menginstal potensi multi-kecerdasan bayi sebelum ditumbuh- kembangkan lebih lanjut melalui pendidikan.

Bagi umat Islam yang hidup sekarang ini, memperhatikan pendidikan anak usia dini sesungguhnya adalah amanat Allah swt yang diajarkan oleh nabi saw dan para nabi sebelum beliau, bukan hal yang baru lagi asing dan hadir dari kaum materialisme beserta cabang-cabangnya selaku perancang sekaligus pencanang renaisance yang menjadi cikal bakal dari era globalisasi. Sikap ini relevan dengan pandangan Imron Arifin, bahwa “Pendidikan anak usia dini, pada dasarnya telah ada sejak

1 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, vol. 1, 2nd ed, Pustaka

Amani, Jakarta, 1999, hal. 64.

adanya manusia, dilakukan keluarga dan lingkungan sosial secara alamiah dan dipengaruhi pola budaya dan agama”. 2

Sementara itu, pertemuan bilateral para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di bawah tema “Education For All” yang diselenggarakan di Dakar Sinegal Afrika tahun 2000 M, menurut laporan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO), sesungguhnya adalah bersifat menegaskan kembali komitmennya terhadap pendidikan dan perawatan

anak usia dini dan menentukan perkembangannya. 3 Sebagai negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang

komit, maka pemerintah Repuplik Indonesia dalam era reformasi 4 memiliki kebijakan tersendiri terhadap Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) apabila dibandingkan dengan dua model era pemerintahan sebelumnya. 5 Secara yuridis, PAUD telah termaktub dalam Undang-

undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab VI bagian ketujuh pasal 28 mulai ayat satu

2 Imron Arifin, Kepemimpinan Himpaudi Studi Kasus di Kota Malang, 1st ed,

Aditya Media Publishing, Yogyakarta, 2011, hal. 11. 3 Vide, UNESCO, “Laporan Review Kebijakan : Pendidikan dan Perawatan

Anak Usia Dini di Indonesia”, Seksi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Inklusif, Divisi

UNESCO, Januari 2005, http://www.unesdoc.unesco.org/ - diakses 27 Maret 2008, hal. 13. 4 Sejak hari kemerdekaan 17 Agustrus 1945, di Indonesia telah dijalani tiga

model era pemerintahan. Pertama, pemerintahan Orde Lama (Orla) 1945-1965 dengan penerapan demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin melalui kendali sistem sentralistik. Kedua, pemerintahan Orde Baru (Orba) 1966-1998 dengan penerapan demokrasi Pancasila dan Pedoman Pengahayatan Pengamalan Pancasila (P4) melalui kendali sistem sentralistik. Ketiga, pemerintahan Era Reformasi 1999-sekarang dengan penerapan demokrasi “agak kebablasan” melalui kendali sistem desentralistik (otonomi daerah). Ketika di Indonesia memasuki pemerintahan Era Reformasi, peradaban dunia telah memasuki Era Globalisasi. Dan pada tahun 2012M, saat laporan penelitian ini ditulis, pemerintahan Era Reformasi di Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan kabinet Indonesia Bersatu jilid dua.

5 Yang dimaksud dengan PAUD --sebagaimana termaktub dalam Undang- Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I

pasal 1 angka 14, dan termaktub dalam Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bab I pasal 1 angka 3 sebagai diubah dengan Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2010-- adalah “suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

sampai dengan ayat enam. Kebijakan mengenai PAUD ini memperlihatkan kesadaran dan komitmen pemerintah terhadap urgensi pendidikan sepanjang hayat bagi dinamika kehidupan telah meningkat. Suatu pandangan yang menyatakan, bahwa “Pendidikan merupakan alat untuk memperbaiki keadaan sekarang, juga untuk mempersiapkan dunia esok

yang lebih baik serta lebih sejahtera”, 6 patut dijadikan kata kunci bagi pembangunan nasional.

Secara realitas, amat jauh hari sebelum kebijakan pemerintah tentang PAUD itu hadir sebagai sub-struktur kepemerintahan, dalam masyarakat telah hadir duluan bentuk/model PAUD --semisal Taman Kanak-Kanak (TK), Raudlatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA)-- sebagai sub-kultur yang memperlihatkan bahwa kesadaran warga negara terhadap urgensi PAUD telah terbentuk. 7 Ini mengisyaratkan, secara ideal,

bahwa kehadiran kebijakan pemerintah tentang PAUD dituntut mampu memperkokoh dinamika PAUD yang memang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Kemudian menjadi amat wajar apabila kehadiran Play Group yang tumbuh subur laksana jamur di musim hijan dalam berbagai wilayah perkotaan dan pedesaan pada pemerintahan era reformasi mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat dengan menjadikan anak- anak mereka sebagai peserta didik di sana.

Secara akademis, pertautan kehadiran kebijakan pemerintah sebagai sub-struktur dengan sub-kultur masyarakat mengenai sasaran yang sama (PAUD) dapat dipandang sebagai kejadian yang unik lagi menarik untuk dikaji lebih lanjut. Keunikan dapat terlihat ketika sub- struktur dan sub-kultur dengan karakteriktik dan asal-usul masing-masing dipertemukan dan dikomunikasikan serta diharmonisasikan tentu dapat menimbulkan fenomena-fenomena yang baru dan atau problema yang baru

6 Kartini Kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional

Beberapa Kritik dan Sugesti, 1 st ed, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1997, hal. 1. 7 Mengenai ringkasan sejarah awal kehadiran PAUD di dunia, dan sejarah awal

kehariran PAUD di Indonesia beserta perkembangannya, vide, Imron Arifin, op.cit, hal. 11- 33.

yang menuntut penyelesaian lebih lanjut. Kemenarikan dapat terlihat dari strategi pentautan dinamika inisiatif pemerintah dengan masyarakat dalam mengerahkan segala potensi sebagai investasi pendidikan untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas prima di masa datang yang memiliki kecenderungan tantangan dan persoalan yang berbeda jauh jika dibandingkan dengan tantangan dan persoalan masa sekarang.

Pemikiran tersebut menarik sekaligus mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan tema : Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT). Analisis SWOT ini bersumber dari analisis akar permasalahan. Sam M. Chan dan Tuti T. Sam menjelaskan, bahwa “Kajian terhadap akar permasalahan tidak pernah lepas dari konteksnya. Konteks tersebut adalah kajian global, namun jika akan mengatasi masalah, pemikiran tersebut memerlukan berbagai opsi (options) yang menuntut

divergent thinking (berpikir lateral) …”. 8 Dengan segala kemampuan dan keterbatasan, penulis berusaha meniru jejak kedua pakar tersebut dengan

pijakan observasi terhadap data tekstual dari beberapa referensi ilmiah dan surat kabar serta web-site untuk memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan terkait dengan kebijakan pemerintah tentang PAUD yang kini sedang berjalan dengan harapan dapat menghasilkan suatu rekomendasi yang lebih komprehensif terkait dengan dinamika realisasi kebijakan tersebut.

B. Identifikasi Masalah Sebagai permasalahan umum, tema penelitian “Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)” apabila dicermati dengan seksama disertai perenungan yang mendalam, maka dapat dikenali dan diidentifikasi sub masalah yang relatif banyak untuk diteliti lebih lanjut seperti di bawah ini.

8 Sam M. Cham dan Tuti T. Sam, Analisis SWOT Kebijakan Pendidikan Era

Otonomi Daerah, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal vi.

1. Pengertian PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

2. Status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi.

3. Dasar yuridis PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

4. Tujuan PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

5. Karakteristik perkembangan anak usia dini yang perlu disikapi selama aktualisasi PAUD.

6. Arah kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD.

7. Jalur penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

8. Penanggung-jawab pembinaan PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

9. Penyebab pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD.

10. Implementasi kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD.

11. Respon masyarakat terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD.

12. Temuan analisis SWOT terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD.

C. Pembatasan Masalah Agar secara akademik terjadi pembahasan yang intensif lagi mendalam selaras dengan kemampuan peneliti juga dengan segala keterbatasan peneliti, maka terhadap sub-sub masalah yang dikenali dan diidentifikasi di atas perlu dipilih dan dibatasi menjadi beberapa sub masalah yang selanjutnya dijadikan sebagai masalah utama yang diteliti lebih lanjut melalui penelusuran data literer pada pelbagai sumber dan penelusuran dunia maya internet. Masalah utama yang diteliti lebih itu telah peneliti cermati dan pilih berdasarkan ketersediaan sumber data literer sehingga menjadi seperti di bawah ini.

1. Status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi.

2. Kondisi dasar yuridis PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

3. Karakteristik perkembangan anak usia dini yang perlu disikapi selama aktualisasi PAUD.

4. Arah kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD.

5. Jalur penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

6. Penanggung-jawab pembinaan PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

7. Penyebab pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD.

8. Temuan analisis SWOT terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD.

D. Rumusan Masalah Dalam rangka memenuhi ketentuan inklusi-eksklusi yang mampu memberikan arahan secara jelas lagi tepat bagi peneliti ketika melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber literer dan ketika membuat resume-cards sebagai data mentah serta ketika melakukan reduksi data mentah untuk kemudian dianalisis dan ditafsirkan yang hasilnya dituangkan ke dalam laporan penelitian sebagai ”pembahasan”, maka berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat disusun rumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut dalam bentuk kalimat interogratif seperti di bawah ini.

1. Bagaimana status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi ? .

2. Bagaimana kondisi dasar yuridis PAUD dalam pemerintahan era reformasi ?.

3. Bagaimana karakteristik perkembangan anak usia dini yang perlu disikapi selama aktualisasi PAUD ?.

4. Ke mana arah kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD ?.

5. Bagaimana jalur penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era reformasi ?.

6. Siapa penaggung-jawab pembinaan PAUD dalam pemerintahan era reformasi ?.

7. Mengapa pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD ?.

8. Bagaimana temuan analisis SWOT terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD ?.

E. Tujuan Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari di berbagai belahan dunia, tujuan lazim dijadikan sebagai tolok ukur bagi proses dan hasil atas suatu perbuatan manusia secara individual ataupun organisasional untuk dinilai sebagai berhasil atau gagal. Berarti, posisi tujuan itu amat penting. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini dapat dikemukakan dengan redaksi yang sederhana tetapi secara metodologis ilmiah dapat diukur melalui aktifitas penelitian sehingga obyektivitasnya dapat diketahui oleh para pembaca, seperti di bawah ini.

1. Untuk memahami dan mendeskripsikan status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi.

2. Untuk memahami dan mendeskripsikan kondisi dasar yuridis PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

3. Untuk memahami dan mendeskripsikan karakteristik perkembangan anak usia dini yang perlu disikapi selama aktualisasi PAUD.

4. Untuk memahami dan mendeskripsikan arah kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD.

5. Untuk memahami dan mendeskripsikan jalur penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

6. Untuk memahami dan mendeskripsikan penanggung-jawab pembinaan PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

7. Untuk memahami dan mendeskripsikan penyebab pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai PAUD.

8. Untuk memahami dan mendeskripsikan temuan analisis SWOT terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD.

F. Kegunaan Hasil Penelitian Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai penambah khazanah ilmiah, terutama yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah era reformasi mengenai pendidikan anak usia dini.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Republik Indonesia era reformasi baik pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan mengenai pembaruan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal, formal, dan nonformal demi lebih memperkokoh manajemen mutu pemberian rangsangan pendidikan yang melejitkan multikecerdasan yang semakin relevan dengan aneka tugas perkembangan pada periode golden-age sekaligus yang semakin relevan dengan kewajiban penegakan nilai-nilai Pancasila dan tuntutan dinamika peradaban era globalisasi; dapat dimanfaatkan oleh para orang tua, tokoh masyarakat, dan ahli pendidikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan model, metode, dan strategi yang lebih tepat guna mendidikkan nilai-nilai Pancasila pada anak-anak usia dini sehingga dapat tumbuh berkembang menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan generasi penerus yang kredibel lagi akontabel dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia sebagai termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 terutama dalam memperkokoh masa depan ketahanan nasional Indonesia dari tekanan nilai-nilai materialisme yang sengaja ditebarkan oleh era globalisasi; dapat dimanfaatkan oleh praktisi pendidikan dan pendidik (seperti guru, dosen, tutor, ustadz) sebagai bahan penambah informasi yang dapat lebih membantu dalam menyikapi secara arif lagi bijaksana akan variasi karakter anak-anak usia dini beserta variasi tantangan yang harus mereka antisipasi lagi respon di era globalisasi sehingga kehidupan di masa mendatang dapat semakin diwarnai cinta kasih lagi damai sejahtera; dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain di masa mendatang sebagai penambah informasi dalam menyusun rancangan penelitian lain atau rancangan Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Republik Indonesia era reformasi baik pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan mengenai pembaruan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal, formal, dan nonformal demi lebih memperkokoh manajemen mutu pemberian rangsangan pendidikan yang melejitkan multikecerdasan yang semakin relevan dengan aneka tugas perkembangan pada periode golden-age sekaligus yang semakin relevan dengan kewajiban penegakan nilai-nilai Pancasila dan tuntutan dinamika peradaban era globalisasi; dapat dimanfaatkan oleh para orang tua, tokoh masyarakat, dan ahli pendidikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan model, metode, dan strategi yang lebih tepat guna mendidikkan nilai-nilai Pancasila pada anak-anak usia dini sehingga dapat tumbuh berkembang menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan generasi penerus yang kredibel lagi akontabel dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia sebagai termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 terutama dalam memperkokoh masa depan ketahanan nasional Indonesia dari tekanan nilai-nilai materialisme yang sengaja ditebarkan oleh era globalisasi; dapat dimanfaatkan oleh praktisi pendidikan dan pendidik (seperti guru, dosen, tutor, ustadz) sebagai bahan penambah informasi yang dapat lebih membantu dalam menyikapi secara arif lagi bijaksana akan variasi karakter anak-anak usia dini beserta variasi tantangan yang harus mereka antisipasi lagi respon di era globalisasi sehingga kehidupan di masa mendatang dapat semakin diwarnai cinta kasih lagi damai sejahtera; dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain di masa mendatang sebagai penambah informasi dalam menyusun rancangan penelitian lain atau rancangan

G. Penegasan Istilah Agar sejak awal para pembaca dapat secara jelas lagi tegas memperoleh kesamaan pemahaman mengenai konsep yang terkandung dalam tema penelitian “Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)” beserta konstruk yang diselidiki, sehingga di antara pembaca tidak ada

yang memberikan asosiasi arti yang berbeda terhadapnya, 9 maka peneliti merasa perlu memaparkan penegasan istilah yang dianggap menjadi kata

kunci dari tema penelitian seperti di bawah ini. Secara konseptual, yang peneliti maksud dengan “Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)”, adalah penelitian literer seputar rangkaian ketentuan peraturan perundangan-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah era reformasi untuk mengatur pendidikan anak usia 0-6 tahun guna menumbuh-kembangkan potensi multi-kecerdasan yang sejalan dengan masa depan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang makin berkeseimbangan dalam menegakkan nilai-nilai

Pancasila sekaligus merespon tantangan era globalisasi. 10 Secara operasional, yang peneliti maksud dengan “Kebijakan

Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)”, adalah penelitian literer seputar rangkaian ketentuan peraturan perundangan-undangan yang ditetapkan

9 Vide, Sevilla, et.al, Pengantar Metode Penelitian, 1 st

ed, terjem. Amiluddin Tuwu, UI-Press, Jakarta, 1993, hal. 18-19. 10 Penegasan istilah secara konseptual tersebut dirumuskan setelah mencermati Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.2, cet 4, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hal. 131; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab I, pasal 1, angka

14 dan pasal 28.

oleh pemerintah era reformasi untuk mengatur pendidikan anak usia 0-6 tahun guna menumbuh-kembangkan potensi multi-kecerdasan yang sejalan dengan masa depan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang makin berkeseimbangan dalam menegakkan nilai-nilai Pancasila sekaligus merespon tantangan era globalisasi dengan data tekstual berupa resume-cards dari hasil membaca dokumen terkait yang dianalisis secara deduktif, komparatif, dan SWOT.

H. Kerangka Pemikiran Secara nasional, bagi bangsa Indonesia selaku bagian dari bangsa yang mendasarkan diri dalam menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara pada landasan ideal Pancasila dengan menempatkan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila ranking pertama; maka posisi seluruh anak usia dini Indonesia masa kini adalah amanat Tuhan yang nyata-nyata diharapkan menjadi generasi penerus masa depan dengan sumber daya manusia yang dapat diandalkan memperjuangkan cita-cita kemerdekaan sebagaimana tersurat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Seluruh anak usia dini Indonesia masa kini jelas merupakan bagian teramat penting lagi teramat mahal bagi karakter bangsa masa depan yang menjadi syarat mutlak bagi efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan nasional guna mengaktualisasikan kekokohan ketahanan nasional dalam pelbagai bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan demi memperjuangkan pencapaian cita-cita kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan di atas dunia. Karena itu, kehadiran seluruh anak usia dini Indonesia masa kini perlu dipersiapkan dalam waktu yang relatif panjang melalui PAUD yang sesuai lagi memadai agar potensi multi-kecerdasan pada mereka dapat tumbuh berkembang secara maksimal sebagai bukti kepemilikan kesiapan sumber daya manusia yang benar-benar siap diabdikan untuk kepentingan masa depan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang semakin sarat persoalan yang menuntut penyelesaian dengan segera (instan).

Secara organisasional, pemerintah selaku pemangku kepentingan eksekutif menurut model Trias-Politika dituntut menetapkan kebijakan yang memuat ketentuan aturan bagi para pihak terkait dengan PAUD agar tercipta koordinasi dan sinkronisasi serta harmonisasi hubungan kerja- sama yang lazim dalam sinergitas kinerja memenuhi berbagai “hak” dan “kewajiban” demi peningkatan efektivitas layanan pemberian rangsangan edukatif bagi seluruh anak usia dini Indonesia sehingga potensi multi- kecerdasan (intelektual, emosional, spiritual, sosial, dan lain-lain) pada mereka benar-benar sesegera mungkin dapat tumbuh berkembang secara maksimal sekaligus sesegera mungkin dapat terjadi internalisasi nilai-nilai Pancasila pada diri mereka sebagai tunas-tunas bangsa yang benar-benar anti segala bentuk penjajahan.

Secara psikis, manusia akan gemar melakukan suatu perbuatan, apabila karakteristik perbuatan itu telah benar-benar dikenal, dipahami, dibutuhkan, dilatihkan, dibiasakan dengan penuh kedisiplinan yang barangkali saja pada tahap awalnya untuk sementara waktu dirasakan sebagai paksanaan. Dengan ini, maka kehadiran kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD adalah amat relevan dan memang tidak dapat ditawar atau ditunda-tunda pengaktualisasiannya.

Secara sosiologis, diakui bahwa peradaban manusia dewasa ini telah memasuki era globalisasi yang ditandai oleh pemanfaatan dunia tanpa batas teritorial untuk mengkomunikasikan segala produk budaya seluruh bangsa sehingga cenderung memunculkan segala fenomena positif dan negatif bagi kelanjutan aspek-aspek pandangan hidup (way of life) masing-masing bangsa. Penganut materialisme dengan pelbagai cabangnya untuk sementara waktu tampak menjadi skenario, sutradara, produser, dan pemain budaya seluruh bangsa. Sementara itu penganut suatu agama semisal umat Islam tampak lebih dominan menjadi penonton, pengekor dan konsumen. Dalam internal umat beragama, semisal umat Islam, dalam era globalisasi telah terdapat fenomena pendangkalan aqidah, ibadah, dan akhlaq karimah. Fenomena negatif dalam internal umat Islam ini tidak Secara sosiologis, diakui bahwa peradaban manusia dewasa ini telah memasuki era globalisasi yang ditandai oleh pemanfaatan dunia tanpa batas teritorial untuk mengkomunikasikan segala produk budaya seluruh bangsa sehingga cenderung memunculkan segala fenomena positif dan negatif bagi kelanjutan aspek-aspek pandangan hidup (way of life) masing-masing bangsa. Penganut materialisme dengan pelbagai cabangnya untuk sementara waktu tampak menjadi skenario, sutradara, produser, dan pemain budaya seluruh bangsa. Sementara itu penganut suatu agama semisal umat Islam tampak lebih dominan menjadi penonton, pengekor dan konsumen. Dalam internal umat beragama, semisal umat Islam, dalam era globalisasi telah terdapat fenomena pendangkalan aqidah, ibadah, dan akhlaq karimah. Fenomena negatif dalam internal umat Islam ini tidak

Secara edukatif, diakui bahwa selaku pendidik pertama lagi utama bagi anak dalam kehidupan rumah tangga sebagai lembaga pendidikan informal, orang tua muslim (ayah dan/atau ibu) dituntut mampu mengemban tugas mendidik anaknya sejak usia dini. Dalam mendidikkan nilai-nilai keimanan, peribadatan, dan akhlaq; Islam telah memberi pedoman yang meyakinkan bagi setiap orang tua. Berkaitan dengan posisi tersebut, realitas tugas yang wajib diemban oleh setiap orang tua adalah memahamkan dan menginternalisasikan serta mendisiplinkan ajaran Islam pada anaknya sebagai pilar utama dalam memperjuangkan perwujudan kesalihan anak. Dalam waktu yang bersamaan, orang tua juga dapat menitipkan pendidikan anaknya, termasuk yang masih dalam usia dini, pada jalur pendidikan formal semisal Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA), juga lembaga pendidikan nonformal semisal Taman Pendidikan Al-Qur’an.

- har -

BAB II METODE PENELITIAN

A. Pola Penelitian Ditinjau dari segi disiplin ilmu, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola penelitian pendidikan, yaitu penelitian berkenaan dengan jenis spesifikasi dan interest peneliti. 1 Bahwa yang menjadi pusat perhatian

penelitian ini adalah bidang ilmu pendidikan. Ini dapat diperhatikan dari tema sentral “Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)”. Tentu saja dilengkapi oleh kehadiran sosiologi, psikologi, manajemen, teknologi dan disiplin ilmu lain yang lazim diposisikan sebagai bagian dari pendukung bidang ilmu pendidikan.

Ditinjau dari segi tujuan, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola penelitian eksploratif. Dalam pandangan Hermawan Wasito, yang dimaksud dengan penelitian eksploratif adalah ”penelitian yang bertujuan

menemukan masalah-masalah baru”. 2 Dalam pengertian, penelitian ini memanfaatkan bahan-bahan pustaka yang relevan dengan pendidikan PAUD

sebagai pijakan pengembangan pemikiran peneliti untuk memunculkan beberapa permasalahan penelitian sekaligus sebagai tumpuan penganalisisan terhadap beberapa permasalahan penelitian itu sejalan dengan realitas tantangan perkembangan masyarakat yang kini secara nasional telah memasuki era reformasi dan secara internasional telah memasuki era globalisasi.

Ditinjau dari sudut cara dan taraf pembahasan masalah, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola deskriptif. Dalam pandangan Hermawan Wasito, yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah ”penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana

1 Vide, Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 8 th ed, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal. 9.

2 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hal. 11.

adanya, sehingga hanya merupakan pengungkapan fakta”. 3 Tujuan penelitian deskriptif menurut Muhammad Nazir, adalah ”untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”. 4

Ditinjau dari sudut tempat aktivitas penyelidikan, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola penelitian kepustakaan, 5 yang kegiatannya

dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang terkait dengan rumusan masalah yang ditetapkan dengan bantuan bermacam-macam literatur di perpustakaan seperti buku bacaan ilmiah; baik literatur yang menjadi milik pribadi peneliti maupun milik perpustakaan STAIN Tulungagung, juga literatur yang diakses melalui internet. Barangkali saja di antara para pembaca menyebutnya dengan penelitian literer atau penelitian tekstual. Ini dalam lingkungan Universitas Negeri Malang dinamai dengan penelitian pustaka, yaitu :

… telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlakukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan atau sebagai dasar pemecahan masalah. 6

Ditinjau dari sudut prosedur pengumpulan, dan penyajian, serta penganalisisan data, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola penelitian ”analisis isi, content analisys, analisis dokumen, penelitian literer”. Analisis isi oleh Klaus Krippendorff didefinisikan sebagai ”suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data