TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN AKAD WADIAH
TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN AKAD WADIAH PADA PERBANKAN SYARIAH
MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menempuh
Sidang Ujian Sarjana dan meraih gelar Sarjana Hukum
Oleh:
Euis Mardia
110110080256
Program Kekhususan: Hukum Ekonomi
Pembimbing:
Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H.
Djanuardi, S.H., M.H.
ABSTRAK
Akad wadiah merupakan salah satu akad yang digunakan dalam kegiatan
penghimpunan dana pada perbankan syariah. Wadiah merupakan jasa penitipan
dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu, dimana
bank tidak berkewajiban namun diperbolehkan memberikan bonus kepada
nasabah. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan
akad wadiah dalam praktik disesuaikan dengan prinsip-prinsip perbankan
syariah, serta menentukan status dan kedudukan akad wadiah menurut hukum
Islam dan Peraturan Perundang-Undangan.
Penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif dengan meneliti data sekunder yang terdiri dari literatur, bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier serta data primer yang
diperoleh dari hasil wawancara, data dianalisis secara yuridis kualitatif.
Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu menggambarkan hukum
dan praktik pelaksanaan akad wadiah pada perbankan syariah.
Berdasarkan hasil penelitian, perbankan syariah menerapkan akad wadiah yad
dhamanah dalam produk penghimpunan dana, seperti dalam produk giro dan
sebagian jenis tabungan. Konsep wadiah yang dipraktikkan dalam perbankan
syariah bertentangan dengan konteks wadiah yang dikenal dalam syariat. Dalam
akad wadiah yad dhamanah tersebut terdapat dua akad yang sifatnya
bertentangan namun dipaksakan untuk digabungkan; yaitu wadiah dan qardh.
Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai dewan yang bertugas memberikan
nasihat dan saran agar kegiatan bank berjalan sesuai dengan Prinsip Syariah.
ABSTRACT
Akad wadiah is one of contract used in fund-raising activities on Islamic banking.
Wadiah a fund custody services where the depositor can withdraw funds at any
time, where the bank is not obliged but allowed to give bonuses to customers.
The purpose of research to get an overview of the implementation of the
contract wadiah in practice adapted to the principles of Islamic banking, as well
as determining the status and position wadiah contract under Islamic law and
Regulation Legislation.
Research in writing this thesis using normative juridical approach by examining
secondary data consisting of literature, primary legal materials, legal materials
and secondary and tertiary legal materials and primary data obtained from
interviews, data were analyzed qualitatively legally. Specifications are descriptive
analytical study, which describes the legal and practical implementation of the
agreement wadiah on Islamic banking.
Based on this research, Islamic banking covenants apply wadiah yad dhamanah
in fund raising products, such as the products and some types of savings
accounts. Wadiah concept practiced in Islamic banking against the context
wadiah known in Shari’a. In agreement wadiah yad dhamanah the nature of the
contract, there are two conflicting but forced to be combined; wadiah and qardh.
Dewan Pengawas Syariah (DPS) as the board charged with providing advice and
suggestions for activities of a bank run in accordance with Sharia.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perbankan Islam memiliki sejarah dan karakteristik tersendiri sehingga berbeda
dengan perbankan konvensional, sehingga acuan perbankan Islam bukanlah dari
perbankan konvensional, akan tetapi dari Baitutamwil. Baitulmal merupakan
lembaga keuangan pertama yang ada pada zaman Rasulullah. Lembaga
baitulmal pertama kali hanya berfungsi untuk menyimpan harta kekayaan
negara dari zakat, infak, sedekah, pajak, dan harta rampasan perang. Pada
zaman pemerintahan para sahabat Nabi berkembang lembaga lain yang disebut
Baitutamwil, yang merupakan lembaga keuangan Islam yang menampung danadana masyarakat untuk diinvestasikan ke proyek-proyek atau pembiayaan
perdagangan yang menguntungkan.
B.
Identifikasi Masalah
Pokok permasalahan dalam usulan penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah penerapan akad wadiah pada perbankan syariah dikaitkan
dengan prinsip-prinsip perbankan syariah?
2.
Bagaimanakah status dan kedudukan akad wadiah menurut Hukum Islam
dan Peraturan Perundang-Undangan?
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Pelaksanaan Akad Wadiah pada Perbankan Syariah menurut Hukum Islam
dan Peraturan Perundang-Undangan
Akad wadiah merupakan bentuk titipan murni yang setiap saat dapat diambil
apabila pemiliknya menghendaki. Akad wadiah merupakan akad penitipan harta
benda dari seseorang kepada pihak lainnya berdasarkan kepercayaan. Apabila
terjadi kerusakan pada harta titipan, padahal harta itu sudah dijaga
sebagaimana lazimnya, maka penerima titipan tidak wajib menggantikannya.
Jika kerusakan disebabkan karena faktor kelalaian, maka yang diberi amanah
wajib menggantinya.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan wadiah terbagi dalam dua bentuk, yaitu
wadiah yad amanah dan wadiah yad dhamanah. Wadiah yad amanah merupakan
titipan murni dimana mustawda’ (orang yang menerima titipan) wajib menjaga
barang yang dititipi kepadanya oleh yang menitipkan (muwaddi’). Sedangkan
dalam wadiah yad dhmananah, mustawda’ dapat memanfaatkan barang titipan
dari muwaddi, sehingga mustawda’ harus menanggung kerusakan yang terjadi
terhadap barang yang dititipi kepadanya.
B.
Pelaksanaan Akad Wadiah dalam Praktik menurut Prinsip-Prinsip
Perbankan Syariah
Konsep wadiah yang dipraktikkan dalam perbankan syariah bertentangan
dengan transaksi wadiah yang dikenal dalam syariat. Diantaranya dapat dilihat
dari penggunaan uang oleh pihak yang disimpan pada tabungan tersebut untuk
kemaslahatannya. Dari hal tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa prinsip
dasar wadiah tidak dapat diterapkan terhadap produk Giro, Tabungan serta
bentuk lain yang dipersamakan dengan menggunakan akad wadiah dalam
perbankan
Jika dilihat dari tuntunan wadiah dalam syariat Islam maka konsep wadiah yang
diterapkan dalam perbankan syariah telah keluar dari perwakilan atau istinaabah
dalam menjaga harta. Akad wadiah dalam perbankan syariah memberikan
kesempatan kepada bank selaku pihak yang dititipi untuk menggunakan dan
memanfaatkan titipan, maka akad wadiah berubah menjadi ‘ariyah (pinjam
meminjam) dan bila yang dititipkan tersebut adalah uang yang akan habis bila
digunakan maka ‘ariyah berubah menjadi qardh (hutang). Oleh karena itu
banyak ulama menetapkan uang yang ada dalam tabungan wadiah pada
perbankan adalah hutang. Penabung adalah kreditor dan bank adalah debitor.
Inilah pendapat kebanyakan fuqaha pada zaman ini dan menjadi keputusan
Mujamma’ al-Fiqh al-Islami.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1.
Akad wadiah menurut hukum Islam merupakan bentuk titipan murni yang
setiap saat dapat diambil apabila pemiliknya menghendaki. Akad wadiah
merupakan akad penitipan harta benda dari seseorang kepada pihak lainnya
berdasarkan kepercayaan.
2.
Dalam akad wadiah yad dhamanah tersebut terdapat dua akad yang
sifatnya bertentangan namun dipaksakan untuk digabungkan, yaitu wadiah dan
qardh. Hanya saja dalam penamaannya pihak bank menggunakan istilah akad
wadiah yad dhamanah dengan tanpa memasukkan nama qardh di dalam nama
transaksinya. Hal tersebut menimbulkan tumpang tindih karena ada dua jenis
akad, yaitu wadiah dan qard. Kedua akad tersebut mempunyai maksud yang
bertolak belakang.
B.
Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran,
yaitu:
1.
Memaksimalkan fungsi Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai dewan
yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi
kegiatan bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
2.
Akad wadiah tidak tepat digunakan dalam penerapan produk Giro,
Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Karena prinsip
dari wadiah itu sendiri adalah titipan yang tidak boleh digunakan oleh yang
dititipi. Produk Giro, Tabungan Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu lebih tepat menggunakan akad mudharabah karena pada
penerapannya terjadi kerjasama antara bank dan nasabah dalam mengelola
uang dengan pembagian keuntungan sesuai dengan nisbah.
DAFTAR PUSTAKA
MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menempuh
Sidang Ujian Sarjana dan meraih gelar Sarjana Hukum
Oleh:
Euis Mardia
110110080256
Program Kekhususan: Hukum Ekonomi
Pembimbing:
Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H.
Djanuardi, S.H., M.H.
ABSTRAK
Akad wadiah merupakan salah satu akad yang digunakan dalam kegiatan
penghimpunan dana pada perbankan syariah. Wadiah merupakan jasa penitipan
dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu, dimana
bank tidak berkewajiban namun diperbolehkan memberikan bonus kepada
nasabah. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan
akad wadiah dalam praktik disesuaikan dengan prinsip-prinsip perbankan
syariah, serta menentukan status dan kedudukan akad wadiah menurut hukum
Islam dan Peraturan Perundang-Undangan.
Penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif dengan meneliti data sekunder yang terdiri dari literatur, bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier serta data primer yang
diperoleh dari hasil wawancara, data dianalisis secara yuridis kualitatif.
Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu menggambarkan hukum
dan praktik pelaksanaan akad wadiah pada perbankan syariah.
Berdasarkan hasil penelitian, perbankan syariah menerapkan akad wadiah yad
dhamanah dalam produk penghimpunan dana, seperti dalam produk giro dan
sebagian jenis tabungan. Konsep wadiah yang dipraktikkan dalam perbankan
syariah bertentangan dengan konteks wadiah yang dikenal dalam syariat. Dalam
akad wadiah yad dhamanah tersebut terdapat dua akad yang sifatnya
bertentangan namun dipaksakan untuk digabungkan; yaitu wadiah dan qardh.
Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai dewan yang bertugas memberikan
nasihat dan saran agar kegiatan bank berjalan sesuai dengan Prinsip Syariah.
ABSTRACT
Akad wadiah is one of contract used in fund-raising activities on Islamic banking.
Wadiah a fund custody services where the depositor can withdraw funds at any
time, where the bank is not obliged but allowed to give bonuses to customers.
The purpose of research to get an overview of the implementation of the
contract wadiah in practice adapted to the principles of Islamic banking, as well
as determining the status and position wadiah contract under Islamic law and
Regulation Legislation.
Research in writing this thesis using normative juridical approach by examining
secondary data consisting of literature, primary legal materials, legal materials
and secondary and tertiary legal materials and primary data obtained from
interviews, data were analyzed qualitatively legally. Specifications are descriptive
analytical study, which describes the legal and practical implementation of the
agreement wadiah on Islamic banking.
Based on this research, Islamic banking covenants apply wadiah yad dhamanah
in fund raising products, such as the products and some types of savings
accounts. Wadiah concept practiced in Islamic banking against the context
wadiah known in Shari’a. In agreement wadiah yad dhamanah the nature of the
contract, there are two conflicting but forced to be combined; wadiah and qardh.
Dewan Pengawas Syariah (DPS) as the board charged with providing advice and
suggestions for activities of a bank run in accordance with Sharia.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perbankan Islam memiliki sejarah dan karakteristik tersendiri sehingga berbeda
dengan perbankan konvensional, sehingga acuan perbankan Islam bukanlah dari
perbankan konvensional, akan tetapi dari Baitutamwil. Baitulmal merupakan
lembaga keuangan pertama yang ada pada zaman Rasulullah. Lembaga
baitulmal pertama kali hanya berfungsi untuk menyimpan harta kekayaan
negara dari zakat, infak, sedekah, pajak, dan harta rampasan perang. Pada
zaman pemerintahan para sahabat Nabi berkembang lembaga lain yang disebut
Baitutamwil, yang merupakan lembaga keuangan Islam yang menampung danadana masyarakat untuk diinvestasikan ke proyek-proyek atau pembiayaan
perdagangan yang menguntungkan.
B.
Identifikasi Masalah
Pokok permasalahan dalam usulan penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah penerapan akad wadiah pada perbankan syariah dikaitkan
dengan prinsip-prinsip perbankan syariah?
2.
Bagaimanakah status dan kedudukan akad wadiah menurut Hukum Islam
dan Peraturan Perundang-Undangan?
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Pelaksanaan Akad Wadiah pada Perbankan Syariah menurut Hukum Islam
dan Peraturan Perundang-Undangan
Akad wadiah merupakan bentuk titipan murni yang setiap saat dapat diambil
apabila pemiliknya menghendaki. Akad wadiah merupakan akad penitipan harta
benda dari seseorang kepada pihak lainnya berdasarkan kepercayaan. Apabila
terjadi kerusakan pada harta titipan, padahal harta itu sudah dijaga
sebagaimana lazimnya, maka penerima titipan tidak wajib menggantikannya.
Jika kerusakan disebabkan karena faktor kelalaian, maka yang diberi amanah
wajib menggantinya.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan wadiah terbagi dalam dua bentuk, yaitu
wadiah yad amanah dan wadiah yad dhamanah. Wadiah yad amanah merupakan
titipan murni dimana mustawda’ (orang yang menerima titipan) wajib menjaga
barang yang dititipi kepadanya oleh yang menitipkan (muwaddi’). Sedangkan
dalam wadiah yad dhmananah, mustawda’ dapat memanfaatkan barang titipan
dari muwaddi, sehingga mustawda’ harus menanggung kerusakan yang terjadi
terhadap barang yang dititipi kepadanya.
B.
Pelaksanaan Akad Wadiah dalam Praktik menurut Prinsip-Prinsip
Perbankan Syariah
Konsep wadiah yang dipraktikkan dalam perbankan syariah bertentangan
dengan transaksi wadiah yang dikenal dalam syariat. Diantaranya dapat dilihat
dari penggunaan uang oleh pihak yang disimpan pada tabungan tersebut untuk
kemaslahatannya. Dari hal tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa prinsip
dasar wadiah tidak dapat diterapkan terhadap produk Giro, Tabungan serta
bentuk lain yang dipersamakan dengan menggunakan akad wadiah dalam
perbankan
Jika dilihat dari tuntunan wadiah dalam syariat Islam maka konsep wadiah yang
diterapkan dalam perbankan syariah telah keluar dari perwakilan atau istinaabah
dalam menjaga harta. Akad wadiah dalam perbankan syariah memberikan
kesempatan kepada bank selaku pihak yang dititipi untuk menggunakan dan
memanfaatkan titipan, maka akad wadiah berubah menjadi ‘ariyah (pinjam
meminjam) dan bila yang dititipkan tersebut adalah uang yang akan habis bila
digunakan maka ‘ariyah berubah menjadi qardh (hutang). Oleh karena itu
banyak ulama menetapkan uang yang ada dalam tabungan wadiah pada
perbankan adalah hutang. Penabung adalah kreditor dan bank adalah debitor.
Inilah pendapat kebanyakan fuqaha pada zaman ini dan menjadi keputusan
Mujamma’ al-Fiqh al-Islami.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1.
Akad wadiah menurut hukum Islam merupakan bentuk titipan murni yang
setiap saat dapat diambil apabila pemiliknya menghendaki. Akad wadiah
merupakan akad penitipan harta benda dari seseorang kepada pihak lainnya
berdasarkan kepercayaan.
2.
Dalam akad wadiah yad dhamanah tersebut terdapat dua akad yang
sifatnya bertentangan namun dipaksakan untuk digabungkan, yaitu wadiah dan
qardh. Hanya saja dalam penamaannya pihak bank menggunakan istilah akad
wadiah yad dhamanah dengan tanpa memasukkan nama qardh di dalam nama
transaksinya. Hal tersebut menimbulkan tumpang tindih karena ada dua jenis
akad, yaitu wadiah dan qard. Kedua akad tersebut mempunyai maksud yang
bertolak belakang.
B.
Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran,
yaitu:
1.
Memaksimalkan fungsi Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai dewan
yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi
kegiatan bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
2.
Akad wadiah tidak tepat digunakan dalam penerapan produk Giro,
Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Karena prinsip
dari wadiah itu sendiri adalah titipan yang tidak boleh digunakan oleh yang
dititipi. Produk Giro, Tabungan Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu lebih tepat menggunakan akad mudharabah karena pada
penerapannya terjadi kerjasama antara bank dan nasabah dalam mengelola
uang dengan pembagian keuntungan sesuai dengan nisbah.
DAFTAR PUSTAKA