GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA KUBULIKU JAYA KECAMATAN BATU TULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

(1)

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA KUBULIKU JAYA KECAMATAN BATU TULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT

DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

Oleh

Sri Wahyuni

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

LEADERSHIP STYLE HEAD KUBULIKU JAYA VILLAGE BATU KETULIS DISTRICT DISTRICT GOVERNMENT

WEST LAMPUNG By

SRI WAHYUNI

The problem in this study is one source of the incompatibility of the village head in a village government is the leadership style that does not fit with the expectations of society at large.

The research objective was to determine the leadership style village chief Kubuliku Batu Jaya District in West Lampung regency Write Implementation of Village Government. This study uses a type of qualitative research, qualitative research in this study is intended to get an overview and descriptions are clear and factual about the leadership style of the village chief Kubuliku Jaya district of West Lampung regency administration in the implementation of the village.

The results showed that the Principal Leadership Styles Pekon Kubuliku Jaya Jaya district of West Lampung regency Slate in the Implementation of Government Chief Kubiliku Pekon Jaya included in the category of democratic leadership style, but in practice not all leadership styles Pekon Head Kubuliku Jaya and likely to lead to a democratic style authoritarian leadership aspects of space especially subordinate participation. The most democratic aspects of the leadership style of Chief Pekon Kubuliki Jaya is on the policy aspects, work patterns and patterns of communication, while aspects that are less or non-democratic aspects of the space is the subordinate participation and leadership


(3)

positioning. In the process of development, especially road construction in Pekon Kubuliku Jaya closely linked to democratic leadership style head pekon, where each plan to evaluate the activity development Pekon Kubuliku Jaya done by way of discussion between the Chief Pekon with subordinates and the public pekon

Keyword: Leadership Style, District Government


(4)

ABSTRAK

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA KUBULIKU JAYA KECAMATAN BATU TULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT

DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA Oleh

SRI WAHYUNI

Permasalahan dalam penelitian ini adalah salah satu sumber tidak sesuainya kepemimpinan kepala desa dalam suatu pemerintahan desa adalah gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif, penelitian kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan secara jelas dan faktual tentang gaya kepemimpinan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam pelaksanaan pemerintahan desa.

Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa Gaya Kepemimpinan Kepala Pekon Kubiliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam Pelaksanaan Pemerintahan Kepala Pekon Kubiliku Jaya termasuk dalam kategori gaya kepemimpinan demokratis, Namun dalam pelaksanaannya tidak semua gaya kepemimpinan Kepala Pekon Kubuliku Jaya demokratis dan cenderung mengarah ke gaya kepemimpinan otoriter terutama aspek ruang partisipasi bawahan. Aspek yang paling demokratis pada gaya kepemimpinan Kepala Pekon Kubuliki Jaya


(5)

adalah pada aspek kebijakan, pola kerja dan pola komunikasi, sedangkan aspek yang kurang atau tidak demokratis adalah pada aspek ruang partisipasi bawahan dan positioning pimpinan. Dalam proses pembangunan khususnya pembangunan jalan di Pekon Kubuliku Jaya berhubungan erat dengan gaya kepemimpinan demokratis kepala pekon, dimana setiap rencana hingga evaluasi kegiatan pembangunan jalan Pekon Kubuliku Jaya dilakukan dengan jalan musyawarah antara Kepala Pekon dengan bawahan serta masyarakat pekon,

Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Pemerintahan Desa


(6)

(7)

(8)

(9)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Gaya Kepempimpinan ... 8

1. Pengertian Gaya Kepempimpinan... 8

2. Macam-Macam Gaya Kepempimpinan ... 10

B. Konsep Pemerintahan Desa... 27

1. Pengertian Pemerintahan Desa ... 28

2. Pengertian Pemerintah Desa ... 32

C. Kerangka Pikir ... 39

III. METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian ... 41

B. Pendekatan penelitian ... 42

C. Jenis Data ... 42

D. Fokus Penelitian ... 43

E. Informan ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Teknik pengolahan Data ... 45

H. Teknik analisis Data ... 46

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Sejarah Singkat Pekon Kubuliku Jaya ... 48

B. Organisasi Pemerintahan Pekon Kubuliku Jaya ... 49

1. Struktur Organisasi ... 49


(10)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Kebijakan ... 60

2. Pola kerja ... 57

3. Pola komunikasi ... 68

4. Ruang partisipasi bawahan ... 70

5. Positioning pemimpin ... 78

B. Pembahasan ... 82

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kepemimpinan dalam sebuah organisasi merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Artinya seorang pemimpin organisasi memegang peranan yang penting terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Pemimpin dalam setiap organisasi harus mampu menghimpun dan memberdayakan seluruh sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi tersebut dengan mengoptimalisasi kinerja yang meliputi potensi, keahlian dan profesionalisme yang dimiliki sumber daya manusia tersebut.

Kondisi semacam ini mencerminkan adanya perwujudan dari prinsip dan strategi manajemen dalam suatu organisasi agar tetap dapat terus berkiprah dan eksis mencapai tujuannya. Berkaitan dengan hal ini maka kepemimpinan suatu organisasi harus mengolah berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkannya. Salah satunya, organisasi memiliki pegawai sebagai sumber daya manusia yang menjadi penggerak berbagai program atau operasionalisasi organisasi yang bersangkutan.


(12)

2

Kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dan menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok kerja, selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan, memelihara hubungan, dukungan dan kerjasama dan orang-orang diluar kelompok organisasi. Esensi kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi tatalaku orang lain baik sebagai bawahan, rekan kerja atau atasan, adanya pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, anjuran, bujukan atau sugesti atau dalam bentuk lainnya dan adanya tujuan yang hendak dicapai Handoko (2005: 31).

Hudges (1992) dalam Handoko (2005: 45) mengatakan bahwa government organization are created by the public, for the public, and need to be accountable to it, yang berarti bahwa organisasi publik dibuat oleh publik, untuk publik, dan karenanya harus bertanggung jawab kepada publik. Bertumpu pada pendapat ini, pemimpin organisasi publik diwajibkan berakuntabilitas atas kinerja yang dicapai organisasinya. Tujuan utama organisasi publik adalah memberikan pelayanan dan mencapai tingkat kepuasan masyarakat seoptimal mungkin. Sehubungan dengan hal tersebut maka seorang Kepala Desa selaku pemimpin organisasi desa harus memiliki gaya kepemimpinan yang baik dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan desa. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang


(13)

3

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Bintarto, 2007: 17).

Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya saling mengenal, hidup bergotong-royong, adat istiadat yang sama, dan mempunyai tata cara sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya (Kharuddin, 2004: 5). Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 200 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa dalam sistem pemerintahan daerah, desa merupakan desentralisasi dari sistem pemerintahan. Pemerintah desa dalam menjalankan pemerintahannya merupakan subsistem penyelenggaraan pemerintah daerah, yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan perkembangan pemerintahan.

Pemerintah desa menyelenggarakan pemerintahan dan mengelola segala urusan sesuai dengan aspirasi dan keinginan masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan bahwa proses demokratisasi telah bergulir sampai pada tingkat Pemerintahan Desa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada hakikatnya desa merupakan suatu organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala desa, sehingga kepala desa melaksanakan pemerintahan dengan menggunakan kepemimpinan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Kharuddin, 2004: 7).

Upaya untuk memperbaiki pemerintahan desa dilakukan dalam bentuk penetapan peraturan perundang-undangan. Upaya itu dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam


(14)

4

undang-undang tersebut pengaturan mengenai desa dibahas secara mendetail dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 (dibuat oleh Pemerintah Pusat) dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah (disusun oleh DPRD dan Pemerintah Daerah). Demokratisasi mulai terlihat bergerak dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah desa, dengan menyerahkan segala urusannya sesuai dengan aspirasi dan keinginan masyarakat setempat. Pemerintah desa diharapkan pula telah melakukan upaya untuk menciptakan suasana demokratis dalam pemerintahan terhadap masyarakatnya.

Wijaya (2000: 21-22) menyatakan bahwa tujuan penyelenggaraan pemerintahan sesa dapat dirumuskan dari berbagai segi, yaitu:

a. Dari segi politis bertujuan untuk menjaga tetap tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang dikonstruksikan dalam sistem pemerintahan yang memberi peluang turut sertanya rakyat dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

b. Dari segi formal dan konstitusional yang bertujuan untuk melaksanakan ketentuan dan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Perundangan yang mengatur mengenai desa.

c. Dari segi operasional yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan di desa, terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat.

d. Dari segi administrasi pemerintahan, yang bertujuan untuk lebih memperlancar dan menertibkan tata pemerintahan agar dapat terselenggara secara efektif, efisien dan produktif dengan menerapkan prinsip-prinsip rule of law dan demokrasi.

Sistem demokrasi yang dijalankan di desa secara baik dapat mendorong pelayanan publik yang lebih baik, transparan, tidak dipersulit, akuntabel dan lain sebagainya yang dapat menguntungkan masyarakat, karena adanya kontrol secara efektif dari masyarakat terhadap pemerintah desa. Untuk


(15)

5

membangun demokrasi di desa, maka penyelenggaraan pemerintahan desa harus disertai pola-pola kepemimpinan yang baik pula.

Terkait penyelenggaraan pemerintahan desa secara praktis masih dihadapkan pada berbagai persoalan, salah satunya adalah kepemimpinan kepala desa yang tidak sesuai dengan semangat demokrasi, fenomena umum tersebut juga terjadi di Desa Kubuliku Jaya. Desa Kubuliku Jaya merupakan salah satu desa yang ada di wilayah Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat. Berdasarkan hasil prariset dengan melakukan wawancara kepada Bapak Sumardi selaku tokoh masyarakat maka diketahui bahwa:

”Selama ini kepada desa dalam melaksanakan pemerintahan desa masih bersifat tertutup dan kurang transparan, khususnya dalam penggunaan anggaran pembangunan desa. Padahal seharusnya sebagai seorang pemimpin, kepala desa mampu mengembangkan gaya kepemimpinan yang baik serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan bersifat transparan dalam penggunaan keuangan desa, karena pada dasarnya keuangan desa adalah dana milik rakyat yang harus dikelola dan dialokasikan demi kepentingan masyarakat. Namun setelah kepemipinan dipegang oleh Romlan, kondisi kepemimpinan berubah ke arah yang lebih baik, dimana Bapak Romlan selaku kepala pekon mendengarkan semua aspirasi dari masyarakat serta adanya transparansi soal pembangunan dan dana yang digunakan dalam proses pembangunan tersebut. Perubahan inilah yang diharapkan oleh masyarakat pekon secara umum”

Pelaksanaan pembangunan khususnya pembangunan jalan desa di Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat selama ini dilaksanakan oleh kepala desa dibantu oleh perangkat desa serta dilaksanakan dengan program PNPM Mandiri dengan rencana pembangunan jalan sepanjang 1000 meter dan lebar 2 meter dengan anggaran sebesar Rp 243.000, namun demikian Kepala Desa kurang melibatkan peran serta Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Hal ini dijelaskan oleh Bapak Kasdi selaku


(16)

6

anggota BPD yang menyatakan bahwa Kepala Desa jarang mengundang BPD pada saat akan melaksanakan suatu program kerja. Hal ini mengalami perubahan setelah kepemimpinan di pegang oleh Bapak Romlan dimana sistem keterbukaan dalam proses pembangunan yang berlangsung (Sumber: Hasil prariset di Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat Sabtu 09 Februari 2013).

Salah satu sumber tidak sesuainya kepemimpinan kepala desa dalam suatu pemerintahan desa adalah gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan serangkaian perilaku yang ditampilkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk berperilaku atau berbuat sesuatu sebagaimana diarahkan oleh pimpinan tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Gaya apakah yang digunakan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa?”


(17)

7

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa.

D. Kegunaan penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangan disiplin Ilmu Pemerintahan, khususnya berkaitan dengan gaya kepemimpinan kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dalam kerangka otonomi desa dan otonomi daerah.

2. Kegunaan praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Kepala Desa Kubuliku Jaya dalam mengembangkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam pemerintahan desa.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Gaya Kepempimpinan

1. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Menurut Tampubolon (2008; 15), gaya kepemimpinan adalah ciri seorang pemimpin melakukan kegiatannya dalam mengarahkan, mempengaruhi, menggerakan perilaku para pengikutnya atau bawahannya kepada suatu tujuan tertentu. Perbedaan gaya kepemimpinan dalam organisasi akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula pada partisipasi indivivu dan perilaku kelompok.

Menurut Hasibuan (2004: 76), gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Dengan kata lain pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.

Menurut Hersey dan Blanchard (1992) dalam Handoko (2005: 45), berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan


(19)

9

perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.

Pengertian tersebut mengandung makna bahwa pimpinan adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.

Situasi merupakan suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu


(20)

10

pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka konsep gaya kepemimpinan Kepala Pekon Kubuliku Jaya adalah suatu cara yang dikembangan oleh seorang pemimpin desa Kubuliku Jaya dalam rangka menggerakkan para bawahan atau orang-orang yang dipimpinnya untuk melaksanakan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

2. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan

Menurut Siagian (1997: 43-47), macam-macam gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut:

a. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Seorang pemimpin yang otoriter ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan penggerakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.


(21)

11

b. Gaya Kepemimpinan Militeristis

Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut: Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; Sukar menerima kritikan dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

c. Gaya KepemimpinanPaternalistis

Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut: menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.


(22)

12

d. Gaya KepemimpinanKarismatik

Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma.

e. Gaya KepemimpinanDemokratis

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena gaya kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut: dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk


(23)

13

berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.

Pendapat lain dikemukakan oleh Nawawi (1999: 67-68), bahwa macam-macam gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut:

a. Kepemimpinan direktif

Dalam gaya kepemimpinan ini, bawahan tidak diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi.

b. Kepemimpinan yang mendukung

Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, dan mudah didekati serta mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap bawahannya.

c. Kepemimpinan partisipasif

Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta dan menggunakan saran-saran dari bawahan, tapi pengambilan keputusan masih berada padanya.


(24)

14

d. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi

Dalam gaya kepemimpinan ini, ditetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahan untuk berprestasi. Pemimpin memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik.

Setiap gaya kepemimpinan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut Nawawi (1999: 69-71), kelebihan dan kekurangan gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut:

a. Kepemimpinan direktif

Kelebihan gaya kepemimpinan direktif terdapat pada pencapaian prestasi kerjanya. Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan ini relatif lebih cepat mencapai tujuan atau hasil pekerjaan, sebab tidak ada interupsi, masukan, saran atau bantahan bawahan. Artinya ketika pemimpin memutuskan suatu tujuan, maka hal itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil.

Kelamahan gaya kepemimpinan ini adalah tidak ada komunikasi dan interaksi dialogis dengan bawahan, hubungan yang tercipta terkesan dingin dan kaku. Pemimpin dengan gaya ini cenderung mementingkan pencapaian tujuan dan kurang atau tiadak memperdulikan proses untuk mencapai tujuan tersebut.

b. Kepemimpinan yang mendukung

Kelebihan gaya kepemimpinan yang mendukung adalah mampu menarik orang lain atau bawahannya untuk melakukan pekerjaan


(25)

15

secara efektif dan penuh tanggungjawab sebab pemimpin senantiasa memberikan dukungan di belakang mereka.

Kelemahan gaya kepemimpinan yang mendukung adalah kurangnya ruang bagi bawahan untuk mengembangkan diri dan kemampuan kerja mereka, sebab dengan terus menerusnya dukungan atau dorongan dari pemimpin maka bawahan merasa dibatasi untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam diri mereka.

c. Kepemimpinan partisipasif

Kelebihan gaya kepemimpinan partisipasif adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan, sebab pimpinan selalu memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan masukan, gagasan atau saran kepada pimpinan dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Kelemahan gaya kepemimpinan partisipasif adalah pelaksanaan pekerjaaan organisasi yang terkadang kurang sesuai dengan perencanaan, karena banyaknya pertimbangan pemimpin dalam mengambil langkah-langkah atau tindakan. Pemimpin membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan berbagai masukan dan saran dari bawahan, sehingga berdampak pada kurang sesuainya waktu pelaksanaan pekerjaan dengan rencana sebelumnya.


(26)

16

d. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi

Kelebihan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi adalah pemimpin senantiasa mewujudkan kebersamaan dengan para bawahannya dalam suatu ikatan kekeluargaan untuk mencapai prestasi atau hasil pekerjaan secara bersama-sama. Prestasi perseorangan dalam organisasi merupakan prestasi organisasi itu sendiri.

Kekurangan gaya kepemimpinan ini adalah kurang terakomodasinya keinginan dan kepentingan tiap-tiap personil dalam organisasi, karena prestasi perseorangan menjadi prestasi organisasi. Artinya seorang pegawai yang memiliki kinerja yang baik kurang dapat mengembangkan dirinya, karena meskipun pegawai tersebut memiliki prestasi kerja yang melebihi rekan-rekannya, namun kurang mendapatkan perhatian yang lebih karena dianggap prestasi bersama.

Seorang pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan yang baik, sehingga diharapkan seorang pemimpin tersebut akan dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya dalam organisasi yang dipimpinnya. Sifat-sifat pemimpin tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman. Dengan adanya gaya kepemimpinan sebagaimana disebutkan di atas maka diharapkan pemimpin akan dapat menjadi teladan dan contoh yang baik kepada para bawahan dalam bekerja sehingga produktivitas kerja mereka akan meningkat dan pada tahap selanjutnya akan dapat mencapai tujuan organisasi.


(27)

17

Selain itu menurut Setyawan (2007: 19), beberapa gaya kepemimpinan lainnya adalah sebagai berikut:

a. Gaya kepemimpinan Kooperatif

Gaya kepemimpinan kooperatif adalah kepemimpinan yang mengembangkan adanya kerjasama antara subsistem atau komponen yang ada di dalam organisasi. Ciri-ciri gaya kepemimpinan kooperatif adalah:

(1) Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, baik secara perseorangan maupun kelompok sebagai usaha mengumpulkan data/bahan dari anggota kelompok dalam menetapkan keputusan yang mampu memenuhi aspirasi dalam kelompoknya.

(2) Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat/buah pikiran dengan sikap harga menghargai

(3) Mengembangkan suasana kerja sama yang efektif dengan memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang dipimpin sehingga timbul kepercayaan pada dirinya sendiri dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuannya.

(4) Membantu menyelesaikan masalah-masalah baik yang dihadapi perseorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk dalam mengatasinya sehingga berkembang kesediaan memecahkannya dengan kemampuan sendiri.


(28)

18

b. Gaya kepemimpinan Komunikatif

Gaya kepemimpinan komunikatif adalah kepemimpinan yang mengembangkan adanya komunikasi atau interaksi yang harmonis antara berbagai subsistem atau komponen yang ada di dalam organisasi. Ciri-ciri gaya kepemimpinan komunikatif adalah:

(1) Semua kebijaksanaan dikomunikasikan sehingga terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin

(2) Kegiatan-kegiatan dikomunikasikan dan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.

(3) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.

c. Gaya kepemimpinan Low Profile

Gaya kepemimpinan low profile adalah kepemimpinan yang mengembangkan sifat yang menyejajarkan antara kedudukan pimpinan dan bawahan. Pimpinan tidak menganggap dirinya sebagai atasan yang harus ditakuti dan disegani oleh bawahan, tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar. Ciri-ciri gaya kepemimpinan low profile adalah:

(1) Pemimpin tidak memosisikan diri sebagai atasan yang harus disegani atau ditakuti

(2) Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dan memanajemen tugas dan pekerjaannya


(29)

19

(3) Pemimpin menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum dalam organisasi

(4) Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.

Keunggulan dan kekurangan gaya kepemimpinan menurut Setyawan (2007: 19), adalah sebagai berikut:

a. Gaya kepemimpinan Kooperatif

Keunggulan gaya kepemimpinan kooperatif adalah pekerjaan merupakan tanggungjawab bersama dan adanya kerjasama yang baik antara subsistem yang ada di dalam organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan Kelemahan gaya kepemimpinan kooperatif adalah tidak semua pegawai mampu menjalin kerjasama, baik dengan sesama rekan kerja maupun dengan atasannya. Dalam kaitannya dengan ini terkadang terjadi kesenjangan antara bawahan dengan sesama bawahan maupun antara bawahan dengan atasan.

b. Gaya kepemimpinan Komunikatif

Kelebihan gaya kepemimpinan komunikatif adalah terjalinnya komunikasi yang efektif di dalam organisasi seshingga semua kebijaksanaan dan pekerjaan dapat dikomunikasikan dan diputuskan secara bersama. Kekurangan gaya kepemimpinan ini adalah dalam pelaksanaannya terkadang bawahan merasa memiliki hak dan otoritas dalam menentukan kebijakan di dalam organisasi, sehingga tidak ada batasan yang jelas dalam relasi bawahan dengan atasan.


(30)

20

c. Gaya kepemimpinan Low Profile

Kelebihan gaya kepemimpinan low profile terbentuknya hubungan kerja yang baik, sehingga antara atasan dan bawahan mampu melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik, tanpa hubungan yang kaku. Kekurangan gaya kepemimpinan low profile adalah bawahan terkadang salah menafisirkan sifat pimpinan yang menginginkan adanya kemitraan secara sejajar dengan bawahan, sehingga kartawan tersebut terkadang bertindak sesuka hatinya dalam melaksanakan bidang pekerjaannya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Handoko (2005: 54) bahwa macam-macam gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut:

a. Gaya kepemimpinan demokratis

Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri gaya. Gaya kepemimpinan ini mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi bawahan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih bawahan.


(31)

21

Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut: 1) Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan

diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin

2) Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.

3) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.

Gaya Kepemimpinan Kepala Pekon Kubiliku Jaya Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam Pelaksanaan Pemerintahan Kepala Pekon Kubiliku Jaya termasuk dalam kategori gaya kepemimpinan demokratis, Namun dalam pelaksanaannya tidak semua gaya kepemimpinan Kepala Pekon Kubuliku Jaya demokratis dan cenderung mengarah ke gaya kepemimpinan otoriter terutama aspek ruang partisipasi bawahan.

b. Gaya kepemimpinan otoriter

Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi. Gaya kepemimpinan ini mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan,


(32)

22

membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi bawahan.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter adalah sebagai berikut: 1) Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan. 2) Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.

3) Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota.

4) Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya

c. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (kendali bebas)

Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan bawahannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut bawahannya paling sesuai.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez-faire adalah sebagai berikut: 1) Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya

sendiri

2) Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum. 3) Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk

mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.

Seorang pemimpin suatu pemerintahan desa khususnya Kepala Pekon Kubuliku Jaya harus memiliki gaya kepemimpinan yang baik, sehingga


(33)

23

diharapkan seorang pemimpin tersebut akan dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya dalam organisasi yang dipimpinnya. Gaya kepemimpinan Kepala Pekon Kubuliku Jaya merupakan gaya kepemimpinan deemokratis dimana dalam kepemimpinannya dikembangan oleh Kepala Pekon Kubuliku Jaya dengan cara menggerakkan para bawahan atau orang-orang yang dipimpinnya untuk melaksanakan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi melalui kerjasama antara pimpinan dan bawahan.

Pola kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard dalam Nursalam (2007), memiliki ciri-ciri yang meliputi : (1) Instruksi ditandai dengan : (a) Tinggi tugas dan rendah hubungan, (b) Komunikasi searah, (c) Pengambilan keputusan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal, dan (d) Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan ketat. (2) Konsultasi ditandai dengan : (a) Tinggi tugas dan tinggi hubungan, (b) Komunikasi dua arah, dan (c) Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk memberi masukan, dan menampung keluhan. (3) Partisipasi dengan ciri : (a) Tinggi hubungan tapi rendah tugas, (b) Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam pengambilan keputusan. (4) Delegasi ditandai dengan : (a) Rendah hubungan dan rendah tugas dan (b) Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan.


(34)

24

Menurut Lippits dan White dalam Nursalam (2007) terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu: (1) Otoriter, (2) Demokratis. adalah kemampuan dalam memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan, dan (3) Liberal dan Laissez Faire adalah kemampuan memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaannya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Dasar model gaya kepemimpinan situasional adalah : (a) Kadar bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh pemimpin (perilaku tugas), (b) Kadar dukungan sosio emosional yang disediakan oleh pemimpin (perilaku hubungan) dan (c) Tingkat kesiapan atau kematangan yang diperlihatkan oleh anggota dalam melaksanakan tugas dan fungsi mereka dalam mencapai tujuan tertentu (Nursalam, 2007).

3. Indikator Gaya Kepemimpinan

Mengacu pada pendapat Hersey dan Blanchard (1995: 178), disusun definisi konseptual Gaya Kepemimpinan dipandang sebagai gaya kepemimpinan situasional yang terbentuk dari dinamika hubungan kerja di antara unsur-unsur pimpinan dan staf yang terungkap dari kadar bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin; Perilaku hubungan diantara pemimpin dan pengikut; dan level kesiapan pengikut dalam melaksanakan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu.


(35)

25

Berdasarkan definisi konseptual tersebut diturunkan menjadi tiga dimensi kajian, yaitu dimensi Kadar bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin; dimensi perilaku hubungan diantara pemimpin dan pengikut; dan dimensi level kesiapan pengikut dalam melaksanakan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu.

1. Dimensi kadar bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin dijabarkan menjadi indikator-indikator : (1) Bimbingan pimpinan terhadap staf dalam perencanaan kebijakan, (2) Bimbingan pimpinan terhadap staf dalam pelaksanaan kebijakan; (3) Bimbingan pimpinan terhadap staf dalam laporan hasil pelaksanaan kebijakan; (4) Arahan pimpinan terhadap staf dalam perencanaan pekerjaan; (5) Arahan pimpinan terhadap staf dalam pelaksanaan pekerjaan; dan (6) Arahan pimpinan terhadap staf dalam laporan hasil pelaksanaan pekerjaan; 2. Dimensi perilaku hubungan di antara pemimpin dan pengikut

dijabarkan menjadi indikator-indikator : (7) Situasi hubungan formal antar pimpinan; (8) Situasi hubungan formal di antara pimpinan dengan staf; (9) Perlakuan pimpinan terhadap bawahan di dalam lingkungan kerja; (10) Situasi hubungan informal antar pimpinan; (11) Situasi hubungan informal di antara pimpinan dan staf; (12) Perlakuan pimpinan terhadap staf di luar lingkungan kerja; (13) Sikap pimpinan terhadap staf di dalam lingkungan kerja; dan (14) Sikap pimpinan terhadap staf di luar lingkungan kerja.

3. Dimensi level kesiapan pengikut dalam melaksanakan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu dijabarkan menjadi indikator-indikator : (15)


(36)

26

Persepsi staf dalam menerima arahan pimpinan; (16) Kemampuan staf untuk melaksanakan tugas; (17) Kematangan staf dalam mengambil resiko pekerjaan; (18) kreativitas staf dalam melaksanakan pekerjaan; (19) Kemampuan staf membaca situasi sesuai gaya kepemimpinan; dan (20) Kemampuan komunikasi staf dengan pimpinan.

Berdasarkan tiga dimensi tersebut, dapat penelitian ini difokuskan pada lima indikator sebagai berikut yaitu:

a. Kebijakan

Merupakan tujuan dari kegiatan serta proses pelaksanaan program kegiatan

b. Pola kerja

Sistem kerja yang dilaksanakan berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pelaksanaan kebijakan

c. Pola komunikasi

Pola hubungan atau interaksi dari bawahan kepada atasan atau sebaliknya

d. Ruang partisipasi bawahan

Merupakan kondisi atau kesempatan untuk memberi masukan, dan menampung keluhan

e. Positioning pimpinan

Kemampuan seseorang dalam memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaannya


(37)

27

B. Konsep Pemerintahan Desa

Desa merupakan suatu daerah yang memiliki sistem kemasyarakatan yang erat dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dibidang agraris (Warpani, 2004: 45). Permukiman manusia yang letaknya diluar kota dan penduduknya agraris (Bintarto, 2007: 41).

Menurut Landis dalam Darsono (2005: 20) memberi batasan-batasan desa sebagai berikut:

1) Berdasarkan statistik, Pedesaan adalah daerah yang mempunyai penduduk lebih dari 2500 orang.

2) Berdasarkan psikologi sosial, Pedesaan adalah daerah dimana pergaulan ditandai dengan keakraban dan keramah-tamahan.

3) Berdasarkan ekonomi, Pedesaan adalah daerah yang pokok kehidupan masyarakatnya berasal dari pertanian

Menurut Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, menyebutkan bahwa salah satu landasan pemikiran pengaturan mengenai desa adalah otonomi asli, yang memiliki makna bahwa kewenangan Pemerintahan Desa dalam mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam perspektif administrasi pemerintahan negara yang mengikuti perkembangan jaman.

Otonomi desa memiliki makna berbeda dengan otonomi daerah, otonomi daerah lebih diartikan sebagai pemberian wewenang oleh pemerintah untuk


(38)

28

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersangkutan. Sedangkan makna otonomi desa lebih bersifat otonomi asli, yaitu pengaturan penyelenggaraan Pemerintahan Desa tetap dikembalikan pada desa sendiri, yaitu disesuaikan dengan adat istiadat serta kebiasaan masyarakat setempat. Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat setempat diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa itu sendiri.

1. Pengertian Pemerintahan Desa

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, desa dapat disebut dengan istilah atau nama yang lain. Dalam penelitian ini desa, selanjutnya ditulis dengan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Kabupaten/Kota. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa melalui pemerintahan desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun


(39)

29

pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Sedangkan desa di luar desa geneologis yaitu desa yang bersifat administratif seperti desa yang dibentuk karena pemekaran desa ataupun karena transmigrasi ataupun karena alasan lain yang warganya pluralistis, majemuk, ataupun heterogen, maka otonomi desa akan diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan desa itu sendiri.

Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik publik maupun perdata, memiliki kekayaan, harta benda, dan bangunan serta dapat dituntut dan menuntut di pengadilan. Kepala Desa dengan persetujuan BPD mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan. Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa, bantuan pemerintah dan pemerintah daerah, pendapatan lain-lain yang sah, sumbangan pihak ketiga dan pinjaman desa.

Penyelenggaraan pemerintahan desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan Kepala Desa. Di desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa.


(40)

30

Kepala Desa pada dasarnya bertanggungjawab kepada rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedur pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati melalui Camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggung jawabannya dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggung jawabannya namun tetap harus memberi peluang kepada masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa untuk menanyakan dan atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pertanggungjawaban tersebut. Desa tidak lagi merupakan level administrasi, tidak lagi menjadi bawahan daerah tetapi menjadi independent community, sehingga setiap warga desa dan masyarakat desanya berhak berbicara atas kepentingannya sendiri dan bukan dari atas ke bawahan seperti selama ini terjadi. Desa dapat dibentuk, dihapus, dan/atau digabungkan dengan memperhatikan asal-usulnya atas prakarsa masyarakat dengan persetujuan pemerintahan kabupaten dan DPRD. Di desa dibentuk pemerintah desa yang terdiri atas Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan perangkat desa. Perangkat Desa terdiri atas sekretaris desa dan perangkat desa lainnya seperti perangkat pembantu Kepala Desa terdiri dari sekretaris desa, pelaksana teknis lapangan seperti kepala urusan dan unsur kewilayahan seperti kepala dusun atau dengan sebutan lain.

Penyelenggaraan pemerintah desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintah sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Pemerintah Desa


(41)

31

dalam menjalankan tugas dan fungsinya menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi. Dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya, kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD dan menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati tembusan Camat.

Kepala Desa dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai penanggungjawab utama dalam bidang pembangunan dapat dibantu lembaga kemasyarakatan yang ada di desa. Sedangkan dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sekretaris desa, kepala seksi, dan kepala dusun berada di bawah serta tanggungjawab kepada Kepala Desa, sedang kepala urusan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada sekretaris desa.

Menurut Pasal 209 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, urusan pemerintah yang menjadi kewenangan desa adalah:

a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa. b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten atau kota

yang diserahkan pengaturannya kepada desa.

c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau pemerintah kabupaten atau kota.

d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.


(42)

32

2. Pengertian Pemerintah Desa

Menurut Pasal 202 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa. Kepala Desa adalah pemimpin pemerintah desa, sedangkan perangkat desa adalah unsur pemerintah desa yang terdiri dari unsur staf, unsur pelaksana teknis, dan unsur wilayah. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.

Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati dengan tembusan Camat. Sedangkan perangkat Desa dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Desa. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa dan perangkat Desa berkewajiaban melaksanakan koordinasi atas segala pemerintahan desa, mengadakan pengawasan, dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas masing-masing secara berjenjang. Apabila terjadi kekosongan perangkat desa, maka Kepala Desa atas persetujuan BPD mengangkat pejabat perangkat desa.

Pemerintah Desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Kepala Desa sebagai pemimpin organisasi Pemerintah Desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Peraturan Daerah yang berpedoman kepada peraturan Pemerintah. Sedangkan dalam


(43)

33

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa didefinisikan, Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

a. Kepala Desa

Kepala Desa menurut Ndraha dalam Djaenuri (2003: 4.11) adalah kepala organisasi Pemerintahan Desa yang berkedudukan strategis dan mempunyai tanggung jawab yang luas. Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Calon Kepala Desa yang memiliki suara terbanyak dalam Pemilihan Kepala Desa ditetapkan sebagai Kepala Desa. Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lambat 30 hari setelah pemilihan, yang kemudian mengucapkan sumpah/janji sebelum memangku jabatannya.

Masa jabatan Kepala Desa adalah enam Tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Namun masa jabatan ini dapat dikecualikan bagi kesatuan masyarakat hukum adat yang keberadaannya masih hidup dan diakui yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Kepala Desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedur pertanggungjawabannya


(44)

34

disampaikan kepada bupati atau walikota melalui camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggungjawabannya dan kepada rakyat memberikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabannya.

Kepala Desa dalam penyelengaraan Pemerintahan Desa memiliki wewenang dan kewajiban. Wewenang Kepala Desa adalah:

1) Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.

2) Mengajukan rancangan Peraturan Desa

3) Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD

4) Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Desa mengenai APBDes untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

5) Membina kehidupan masyarakat desa 6) Membina perekonomian desa

7) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

8) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

9) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(45)

35

Kewajiban Kepala Desa adalah:

1) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahan-kan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3) Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat 4) Melaksanakan kehidupan demokrasi

5) Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.

6) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja Pemerintahan Desa.

7) Mentaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan. 8) Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik 9) Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan

keuangan desa.

10)Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa. 11)Mendamaikan perselisihan masyarakat desa.

12)Mengembangkan pendapatan masyarakat desa.

13)Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat.

14)Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa.

15)Mengembangkan potensi sumberdaya alam dan melestarikan lingkungan hidup.


(46)

36

b. Perangkat Desa

Perangkat Desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 202 Ayat (2) terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Perangkat Desa lain yang dimaksud dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 202 Ayat (2) adalah perangkat pembantu Kepala Desa yang terdiri dari Sekretariat Desa, Pelaksana Teknis Lapangan, seperti Kepala Urusan, dan Unsur Kewilayahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Pasal 12 Ayat (2), menyebutkan bahwa Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya, yang dimaksud Perangkat Desa lainnya pada Pasal 12 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, terdiri atas Sekretaris Desa, Pelaksana Teknis Lapangan dan Unsur Kewilayahan. Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa menyebutkan bahwa Perangkat Desa terdiri dari: (1) Sekretaris Desa

Sekretaris Desa dalam ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 25 Ayat (1) diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan, yaitu:

1) Berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat; 2) Mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan;


(47)

37

3) Mempunyai kemampuan di bidang administrasi perkantoran; 4) Mempunyai pengalaman administrasi keuangan dan bidang

perencanaan;

5) Memahami sosial budaya masyarakat setempat; dan 6) Bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.

(2) Perangkat Desa Lainnya

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 26 Ayat (1), menyebutkan Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa. Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Desa lainnya diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Adapun Perangkat Desa lainnya menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 terdiri dari:

1) Sekretaris Desa

Sekretaris Desa mempunyai tugas membantu Kepala Desa di bidang pembinaan administrasi dan pemberian pelayanan teknis administrasi kepada seluruh perangkat Pemerintah Desa. 2) Pelaksana Teknis Lapangan

Pelaksana teknis lapangan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 202 Ayat (2) itu seperti kepala urusan.

3) Unsur Kewilayahan


(48)

38

bagian desa yang disebut kepala dusun atau dengan sebutan lain. Kepala dusun mempunyai tugas membantu melaksanakan tugas-tugas operasional Kepala Desa di dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas tersebut kepala dusun mempunyai fungsi:

a) Membantu pelaksanaan tugas Kepala Desa.

b) Pelaksana kegiatan pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan serta ketenteraman dan ketertiban di masyarakat.

c) Pelaksana keputusan desa di wilayah kerjanya d) Pelaksana kebijakan Kepala Desa

e) Membina dan meningkatkan swadaya gotong-royong. f) Pelaksana kegiatan penyuluhan program pemerintah.

g) Pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintahan Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya Peraturan-peraturan atau Undang-Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal, hal ini sejalan dengan gaya kepemimpinan kepala desa yang memimpin wilayah tersebut.


(49)

39

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan pendapat dikemukakan oleh Handoko (2005: 54) bahwa macam-macam gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut: Gaya kepemimpinan demokratis, kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri gaya. Gaya kepemimpinan ini mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi bawahan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih bawahan.

Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi. Gaya kepemimpinan ini mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi bawahan. Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan bawahannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut bawahannya paling sesuai.


(50)

40

Kepala Pekon Kubuliku Jaya memiliki gaya kepemimpinan yang baik, sehingga diharapkan seorang pemimpin tersebut akan dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya dalam organisasi yang dipimpinnya. Sifat-sifat pemimpin tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman. Dengan adanya gaya kepemimpinan sebagaimana disebutkan di atas maka diharapkan pemimpin akan dapat menjadi teladan dan contoh yang baik kepada para bawahan dalam bekerja sehingga produktivitas kerja mereka akan meningkat dan pada tahap selanjutnya akan dapat mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan tersebut ditandai dengan ciri-ciri dari masing-masing gaya sebagai indikator untuk menentukan gaya kepemimpinan yang dipakai oleh Kepala Pekon Kubuliku Jaya yaitu: kebijakan, pola kerja, pola komunikasi, ruang partisipasi bawahan dan positioning pimpinan.

Kerangka pikir penelitian mengenai Gaya Kepemimpinan Kepala Pekon Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam Pelaksanaan Pemerintahan Desa adalah sebagai berikut:

Sumber: Handoko (2005: 54)

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Kepemimpinan

Pelaksanaan Fungsi Kepala Desa di Bidang Pemerintahan Desa

Otoriter

Demokratis Laissez-Faire Indikator gaya kepimpinan

a. Kebijakan b. Pola kerja

c. Pola komunikasi, d. Ruang partisipasi

bawahan


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Maleong, 2005: 15).

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dan kawasannya dan dalam peristilahannya.

Penelitian kualitiatif digunakan untuk meneliti objek dengan cara menuturkan, menafsirkan data yang ada, dan pelaksanaannya melalui pengumpulan, penyusunan, analisa dan interpretasi data yang diteliti pada masa sekarang. Tipe penelitian ini dianggap sangat relevan untuk dipakai karena menggambarkan keadaan objek yang ada pada masa sekarang secara kualitatif


(52)

42

berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan secara jelas dan faktual tentang gaya kepemimpinan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam pelaksanaan pemerintahan desa.

B. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian melalui pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian yang telah dilakukan memiliki tujuan untuk menganalisis dan menggambarkan mengenai gaya kepemimpinan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam pelaksanaan pemerintahan desa.

Menurut Bogdan dan Taylor (1998: 27) mendefinisikan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan/lisan dari orang lain/perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.

C. Jenis data

Jenis data penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder, sebagai berikut: 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian


(53)

43

2. Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari sumber yang terkait dengan penelitian, seperi buku, majalah atau literatur lain.

D. Fokus penelitian

Penelitian ini akan memfokuskan pada:

1. Gaya kepemimpinan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat yang terdiri dari:

a. Kebijakan b. Pola kerja

c. Pola komunikasi,

d. Ruang partisipasi bawahan e. Positioning pimpinan

2. Pelaksanaan pemerintahan Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat.

Fokus penelitian didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh oleh Handoko (2005: 54).

E. Informan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara purposive, maka informan yang dilibatkan adalah informan dengan kriteria sebagai berikut: Sebagai subjek penelitian adalah perangkat desa yaitu Ketua BPD dan Ketua RW serta kepala desa itu sendiri yang terlibat langsung dan menyertakan karakteristik dan gaya kepemimpinan kepala desa, yaitu:


(54)

44

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Nama Jabatan Keterangan

1 Romlan Kepala desa -

2 Jimin Ketua BPD -

3 Rusik Sekretaris BPD -

4 Subahan Kaur Umum -

5 Supian Kaur pembangunan - 6 Sukasdi Kaur pemerintahan - F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data melalui:

1. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam rangka pengumpulan data sekunder seperti data tentang gambaran gaya kepemimpinan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam pelaksanaan pemerintahan desa.

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap keterangan dari responden dengan menggunakan wawancara mendalam (indeepth interview). Sebelum wawancara dimulai, peneliti menceritakan terlebih dahulu pokok-pokok penelitian, kemudian subyek penelitian dibiarkan bercerita tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam pelaksanaan pemerintahan desa.


(55)

45

G. Teknik Pengolahan Data

Menurut Hadari (2000: 48), untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka digunakan teknik pengolahan data melalui:

1. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu teknik pengolahan data yang digunakan dalam rangka pengolahan data sekunder seperti data tentang gambaran gaya kepemimpinan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam pelaksanaan pemerintahan desa. Dokumentasi berupa foto-foto dari kegiatan di Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat.

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap keterangan dari responden dengan menggunakan wawancara mendalam (indeepth interview). Sebelum wawancara dimulai, peneliti menceritakan terlebih dahulu pokok-pokok penelitian, kemudian subyek penelitian dibiarkan bercerita tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan Kepala Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam pelaksanaan pemerintahan desa. Wawancara dilakukan peneliti pada masyarakat Desa Kubuliku Jaya dan pegawai di Kantor Desa Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat


(56)

46

H. Teknik analisis data

Penelitian yang akan dilakukan yaitu bersifat kualitatif yaitu menurut Arikunto (2006: 17), bahwa penelitian kualitatif adalah data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Dengan analisis kualitatif ini diharapkan dapat menjawab dan memecahkan masalah dengan melakukan pemahaman dan pendalaman secarah menyeluruh dan utuh dari objek yang akan diteliti guna mendapatkan kesimpulan sesuai sesuai dengan kondisi. 1. Reduksi Data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, mengabstrakan, dan transpormasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dimana setelah penulis memperoleh data maka data yang penulis peroleh itu harus lebih dulu dikaji kelayakannya, dengan memilih data mana yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Display (Penyajian Data)

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini penulis menyajikan data yang dibutuhkan dengan menarik kesimpulan dan tindakan dalam penyajian data.

3. Verifikasi (Menarik Kesimpulan)

Kesimpulan selama penelitian berlangsung makna-makna yang muncul dari data yang diuji kebenaranya, kekokohannya dan kecocokannya yang


(57)

47

jelas kebenaranya dan kegunaannya. Setelah seluruh data yang penulis peroleh, penulis harus benar-benar menguji kebenaranya untuk mendapatkan kesimpulan yang jelas dari data-data itu, sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas kebenarannya dan kegunaannya.


(58)

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Pekon Kubuliku Jaya

Pada tahun 2009 terbentuk Pekon Kubuliku Jaya yang waktu itu masih tergabung dengan Pekon Batu Kebayan dan merupakan pecahan dari Pekon Batu Kebayan yang pada saat ini dipimpin oleh Bapak Murtoyo. Adapun susunan nama-nama yang pernah menjabat Peratin pekon Kubuliku Jaya hingga saat ini adalah sebagai berikut: a) Sukasdi dari tahun 2009-2011, b) Pj. Syofyan hasyim tahun 2011 dan c) Romlan dari tahun 2011 sampai sekarang

Secara geografis Pekon Kubuliku Jaya berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Pekon Bakhu dan Pampangan Kecamatan Baru Ketulis

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Pekon Waspada dan Batu Kebayan Kecamatan Belalau

3. Sebelah timur berbatasan dengan Pekon Bakhu dan Pampangan Kecamatan Sekincau

4. Sebelah utara berbatasan dengan Pekon Pampangan dan Giham Suka Maju Kecamatan Belalu

Sampai dengan saat ini jumlah penduduk Pekon Kubuliku Jaya hingga tahun 2012 adalah sebanyak 49 orang laki-laki dan 34 orang perempuan dengan jumlah total 83 orang, jumlah kepala keluarga sebanyak 461 KK dan


(59)

49

kepadatan penduduk mencapai 270 per km. Sebagian besar mata pekerjaan penduduk adalah petani, buruh tani, buruh migran perempuan dan laki, Pegawai Negeri Sipil, pengerajin, pedagang, pembantu rumah tangga, pengusaha, karyawan perusahaan swasta dan karyawan perusahaan pemerintah. Secara umum kegiatan kemasyarakatan yang ada di penduduk Pekon Kubuliku Jaya adalah kegiatan Karang Taruna, ibu-ibu PKK, pengajian serta kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lainnya yang dilakukan secara bersama-sama dalam lingkungan penduduk Pekon Kubuliku Jaya.

B. Organisasi Pemerintahan Pekon Kubuliku Jaya 1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Pekon Kubuliku Jaya, dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Stuktur Organisasi Pemerintahan Pekon Kubuliku Jaya LHP Romlan Peratin

Juru tulis

K. Pemerintahan K. Umum K. Pembangunan

PMK Bhakti I PMK Bhakti II PMK Bhakti III

Rusik

PMK PWSAN PMK SWA

Sapriandi

PMK I Mulyo Slamet


(60)

50

2. Uraian Tugas dan Fungsi Perangkat Pekon

a. Kepala Pekon (Peratin)

Kepala Pekon mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Kepala Pekon mempunyai fungsi: memimpin penyelenggaraan Pemerintah Pekon berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD, mengajukan rancangan Peraturan Pekon, menetapkan Peraturan Pekon yang telah mendapat persetujuan bersama BPD, menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Pekon mengenai APBDes untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD, membina kehidupan masyarakat Pekon, membina Perekonomian Pekon, mengkoordinasikan pembangunan Pekon secara partisipatif, mewakili Pekonnya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Secara umum gaya kepemimpinan Kepala Pekon Kubuliku Jaya, dititikberatkan kepada gaya kepemimpinana demokratik, dimana selama menjabat kepala pekon cenderung mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan dan mendorong partisipasi bawahan dalam menentukan metode kerja. Namun dalam pelaksanaannya tidak semua gaya kepemimpinan Kepala Pekon Kubuliku Jaya demokratis dan cenderung mengarah ke gaya kepemimpinan otoriter terutama aspek ruang partisipasi bawahan.


(61)

51

b. Sekretaris Pekon (Carik)

Sekretaris Pekon memiliki tugas yakni: membantu kepala Pekon di bidang administrasi umum dan keuangan dalam penyelenggaraan tugas dan wewenang pemerintah Pekon, melaksanakan tugas kepala Pekon dalam hal kepala Pekon berhalangan, melaksanakan tugas kepala Pekon apabila kepala Pekon diberhentikan sementara dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala Pekon. Sedangkan fungsinya adalah perencanaan kegiatan di bidang administrasi umum dan keuangan, pelaksanaan kegiatan di bidang administrasi umum dan keuangan, penkoordinasian kegiatan di bidang administrasi umum dan keuangan serta pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat Pekon lainnya

c. Kaur Umum

Kepala urusan umum mempunyai tugas membantu tugas-tugas sekretaris Pekon di bidang: mengelola administrasi umum pemerintah Pekon, memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang kegiatan surat menyurat, melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan barang-barang inventaris kantor, melaksanakan pengadaan dan pendistribusian alat-alat tulis kantor, mengumpulkan, menyusun dan meyiapkan bahan rapat, melakukan persiapan penyelenggaraan rapat, penerimaan tamu dinas dan kegiatan rumah tangga pemerintah Pekon dan melakukan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris Pekon


(62)

52

d. Kaur Keuangan

Kepala urusan keuangan mempunyai tugas membantu tugas-tugas sekretaris Pekon di bidang: mengelola administrasi keuangan Pekon, menghimpun pendapatan dan kekayaan Pekon, menyiapkan, merencanakan dan mengelola APBD, menyiapkan bahan laporan keuangan Pekon, mengiventarisir sumber pendapatan dan kekayaan Pekon dan melakukan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris Pekon

e. Kaur Pemerintahan

Kaur Pemerintahan mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyiapkan data di bidang pemerintahan Pekon, ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat, mengumpulkan dan menyiapkan bahan dalam rangka pembinaanwilayah termasuk rukun warga dan rukuntetangga serta masyarakat, melaksanakan administrasi pelaksanaan pemilihan umum, pemilihan presiden, pemilihan gubernur, pemilihan bupati, pemilihan kepala Pekon dan kegiatan sosial politik, melaksanakan administrasi kependudukan, catatan sipil dan monografi, melaksanakan tugas di bidang pertanahan, melakukan administrasi peraturan Pekon, peraturan kepalaPekon, dan keputusan kepala Pekon dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Pekon

f. Kaur Ekonomi Pembangunan

Kaur Ekonomi Pembangunan mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyiapkan data di bidang ekonomi dan pembangunan,


(63)

53

mengumpulkan dan menyiapkan bahan dalam rangka pembinaan dan pengembangan serta koordinasi kegiatan di bidang ekonomidan pembangunan, melakukan administrasi dan membantu pelaksanaan pelayanan di bidang permohonan izin usaha, izin bangunan dan lain-lain, menghimpun data potensi diPekonnya serta menganalisadan memelihara untuk dikembangkan Melakukan administrasi hasil swadaya masyarakat dalam pembangunan dan hasil pembangunan lainnya, melakukan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk pembuatan daftar usulan rencana dan proyek, daftar usulan kegiatan, daftar isian proyek maupun daftar isian kegiatan, membantu pelaksanaan kegiatan tknis organisasi dan administrasi lembaga pembrdayaan masyarakat Pekon maupun lembaga-lembaga di bidang pertanian, perindustrian dan pembangunan lainnya dan Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Pekon

g. Kaur Kesejahteraan Rakyat

Kaur Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesejahteraan rakyat, mengumpulkan, mengolah dan menyiapkan data pendidikan, kesehatan, keagamaan, kepemudaan, dan olahraga, membabtu kegiatan administrasi dan perkembangan pemberdayaan kesejahteraan keluarga, mengumpulkan, mengolah dan menyiapkan data keluarga miskin dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Pekon


(64)

54

h. Kepala Dusun

Mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas kepala Pekon dalam wilayah kerjanya, melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong royong masyarakat, melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada masyarakat, membantu kepala Pekon dalam pembinaan dan mengkoordinasikan kegiatan RW dan RT di wilayah kerjanya dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Pekon

Mempunyai fungsi melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah Pekon, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat diwilayah dusun, melakukan tugas di bidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan usaha dalam rangka meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat dan melakukan pembinaan perekonomian, melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan ketrentaman dan ketertiban masyarakat dan melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh kepala Pekon

i. BPD

BPD mempunyai fungsi menetapkan peraturan Pekon bersama kepala Pekon, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. BPD mempunyai tugas membahas rancangan peraturan Pekon bersama kepala Pekon, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Pekon dan peraturan kepala Pekon, mengusulkan,


(1)

h. Kepala Dusun

Mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas kepala Pekon dalam wilayah kerjanya, melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong royong masyarakat, melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada masyarakat, membantu kepala Pekon dalam pembinaan dan mengkoordinasikan kegiatan RW dan RT di wilayah kerjanya dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Pekon

Mempunyai fungsi melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah Pekon, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat diwilayah dusun, melakukan tugas di bidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan usaha dalam rangka meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat dan melakukan pembinaan perekonomian, melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan ketrentaman dan ketertiban masyarakat dan melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh kepala Pekon

i. BPD

BPD mempunyai fungsi menetapkan peraturan Pekon bersama kepala Pekon, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. BPD mempunyai tugas membahas rancangan peraturan Pekon bersama kepala Pekon, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Pekon dan peraturan kepala Pekon, mengusulkan,


(2)

55

pengangkatan dan pemberhentian kepala Pekon, membentuk panitia pemilihan kepala Pekon, menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta menyusun tata tertib BPD. Sedangkan BPD mempunyai hak: meminta keterangan kepada pemerintah Pekon dan menyatakan pendapat. Kewajiban BPD adalah mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 45 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan, melaksanakan kehidupan demokrasi dalam dalam penyelenggaraan pemerintahan Pekon, mempertahankan dan memelihara hukum nasional sera keutuhan NKRI, menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, memproses pemilihan kepala Pekon, mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat serta menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan


(3)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil Simpulan sebagai berikut:

1. Gaya Kepemimpinan Kepala Pekon Kubiliku Jaya Kubuliku Jaya Kecamatan Batu Tulis Kabupaten Lampung Barat dalam Pelaksanaan Pemerintahan Kepala Pekon Kubiliku Jaya termasuk dalam kategori gaya kepemimpinan demokratis, Namun dalam pelaksanaannya tidak semua gaya kepemimpinan Kepala Pekon Kubuliku Jaya demokratis dan cenderung mengarah ke gaya kepemimpinan otoriter terutama aspek ruang partisipasi bawahan.

2. Aspek yang paling demokratis pada gaya kepemimpinan Kepala Pekon Kubuliki Jaya adalah pada aspek kebijakan, pola kerja dan pola komunikasi, sedangkan aspek yang kurang atau tidak demokratis adalah pada aspek ruang partisipasi bawahan dan positioning pimpinan, dalam proses pembangunan khususnya pembangunan jalan di Pekon Kubuliku Jaya berhubungan erat dengan gaya kepemimpinan demokratis kepala pekon, dimana setiap rencana hingga evaluasi kegiatan pembangunan jalan Pekon Kubuliku Jaya dilakukan dengan jalan musyawarah antara Kepala Pekon dengan bawahan serta masyarakat pekon,


(4)

97

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Pekon Kubuliku Jaya

Diharapkan Kepala Pekon Kubiliku Jaya sebagai seorang pemimpin di pemerintahan Kepala Pekon Kubiliku Jaya memiliki fungsi kepemimpinan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat untuk mencapai tujuan, dengan cara memberikan pengertian dan semangat untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Pekon Kubiliku Jaya, dengan cara mempertahankan gaya kepemimpinan demokratis yang selama ini telah diterapkan serta meningkatkan gaya kepemimpinan demokratis di masa yang akan datang.

2. Bagi masyarakat Pekon Kubuliku Jaya

Bagi masyarakat Pekon Kubuliku Jaya diharapkan mampu untuk bekerja sama dengan kepala pekon dalam proses pembangunan yang ada di wilayah serta berpartisipasi dalam proses pembangunan yang sedang berjalan. Terutama dengan gaya kepemimpinan kepala pekon yang demokratis diharapkan akan mampu menjadi penggerak utama dalam pembangunan pekon yang akan dilaksanakan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed Revisi VI. Penerbit PT Rineka Cipta. Jakarta.

Bertocci. 2009. Leadership in Organizations. University Press of America.

Bintarto. 2007. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Ghalia. Indonesia. Jakarta.

Bogdan dan Taylor. 1998. Introducing to Qualitative Methods: Phenomenological. NewYork.

Darsono. 2005. Pedoman Pemerintahan Desa. Obor. Jakarta. Djaenuri. 2003. Manajemen Pelayanan Umum. IIP Press. Jakarta.

Hadari. Nawawi. 2000. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Handoko. HT. 2005. Manajemen. Cetakan Kesembilan.Yogyakarta: BPFE. Hasibuan. Malayu. 2002. Manajemen. BPFE UGM. Yogyakarta.

Hasibuan. Malayu. 2004. Manajemen. Edisi II BPFE UGM. Yogyakarta. Kharuddin. 2004. Pembangunan Masyarakat. Liberty. Yogyakarta Manullang. M. 2001. Manajemen Personalia. BPFE UGM. Yogyakarta. Moekijat. 2003. Konsep Implementasi Manajemen. Rajawali Press. Jakarta.

Moleong. Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Martoyo. Susilo. 2000. Pendidikan dan Kepemimpinan. Rineka Cipta. Jakarta. Nawawi. Hadari. 1999. Pemimpin dan Kepemimpinan Efektif. Gadjah Mada


(6)

Nazir. M. 1998. Metode Rsearch (Penelitian Ilmiah). Ghalia Indonesia. Jakarta Nursalam, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia dan aplikasikasiny, Penerbit

Salemba. Medika, Jakarta

Passolong. Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Alfabeta. Bandung.

Setyawan. Nunu. 2007. Kepemimpinan (Leadership). Universitas Brawijaya Malang.

Siagian. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta. Sihotang. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pradnya Paramita: Jakarta Tampubolon. Charles. 2008. Kepemimpinan dan Organisasi. BPFE UGM.

Yogyakarta.

Tahmid. Khairuddin. 2004. Demokrasi dan Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Seksi Penerbitan Fak. Syari'ah IAIN Raden Intan. Bandar Lampung.

Warpani. 2004. Sistem Perencanaan Dalam Pemerintahan Desa. UNDIP Semarang.

Wasistiono. Sadu dan Tahrir. Irwan. 2006. Prospek Pengembangan Desa. Fokus Media. Bandung.

Wijaya. HAW. 2000. Pemerintah Desa dan Administrasi Desa Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 (Sebuah Tinjauan). Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa


Dokumen yang terkait

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

4 83 107

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

27 139 108

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Pertisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

18 209 128

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN

0 4 12

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN (Studi Gaya Kepemimpinan di Desa Maron Kulon, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo)

0 2 83

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA PEREMPUAN (Studi Kepala Desa Suka Jaya dan Kepala Desa Paya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

2 74 71

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MUSRENBANG DESA (Studi di desa Margo Mulyo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran)

1 23 85

Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan dalam Lembaga Pemerintahan Desa (Studi Kasus di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal)

2 22 167

Kepemimpinan Kepala Desa Perempuan dalam Lembaga Pemerintahan Desa

0 38 169

MODEL KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DESA DALAM PERSPEKTIFKEPALA DESA SEBAGAI TOKOH PANUTAN MASYARAKAT Model Kepemimpinan Pemerintahan Desa Dalam Perspektif Kepala Desa Sebagai Tokoh Panutan Masyarakat (Studi Kasus Masyarakat Desa Kecamatan Baki Kabupaten Suko

0 1 16