Pengaruh Kebutuhan Modal Kerja Terhadap

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

2015

Pengaruh Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Likuiditas Perusahaan Asuransi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Henny Yulsiaty, S.E., M.Ak.
Wayu Aulia
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh signifikan antara kebutuhan
modal kerja terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia sebagai sampel. Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 30
perusahaan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuangan
perusahaan asuransi tahun 2010, 2011, dan 2012. Data yang diperoleh dari situs Bursa
Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id. Kemudian data tersebut diolah peneliti yang
selanjutnya akan dianalisis dengan analisis statistik yaitu analisis regresi linear
sederhana. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan modal kerja pada perusahaan
asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara kebutuhan modal kerja dan likuiditas (current ratio).

Kata Kunci : Kebutuhan Modal Kerja, Likuiditas perusahaan, Current Ratio, Laporan
Keuangan, Perusahaan Asuransi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan didirikan perusahaan adalah
untuk memperoleh laba yang optimal agar
kegiatan usaha atau kelangsungan hidup
perusahaan berjalan dengan baik dan
kesejahteraan
bagi
karyawan
dan
perkembangan usahanya. Seiring dengan
pesatnya laju pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, banyak berdiri berbagai bentuk
perusahaan baik dibidang perdagangan,
industri maupun jasa.
Didasari oleh pentingnya peranan
dunia usaha dalam mewujudkan keinginan
masyarakat maka setiap badan usaha

(perseorangan, firma, cv, pt) harus memiliki
posisi keuangan dan kinerja yang baik yang
akan menjadi dasar bagi perusahaan untuk
mempertahankan
dan
menjamin
kelangsungan usahanya dimasa yang akan
datang.
Likuiditas
berhubungan
dengan
masalah kemampuan suatu badan usaha

untuk memenuhi kebutuhan finansialnya
yang harus dipenuhi. Tingkat likuiditas dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya perlu
diperhatikan oleh pihak intern perusahaan
sebagai dasar untuk menentukan kebijakan
bagi perkembangan suatu badan usaha dari
tahun ke tahun. Tingkat likuiditas bagi

perusahaan yaitu untuk mengetahui apakah
perusahaan yang bersangkutan memerlukan
uang yang cukup di pergunakan secara
lancar dalam menjalankan usahanya.
Pada dasarnya dalam mengukur
tingkat likuiditas perusahaan dapat diukur
dengan posisi modal kerja perusahaan yang
berjalan dari laba yang didapatkan dalam
periode tertentu dimana modal tersebut
dapat menunjukan tingkat keamanan
(margin of safety) kreditur jangka pendek,
atau kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutang tersebut dengan
membandingkan aktiva lancar dengan
hutang perusahaan tersebut.

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

Karena keterbatasan modal yang
diperoleh dari pihak intern perusahaan

sedangkan untuk memenuhi keinginan
konsumen dan kelangsungan perusahaan
dimasa yang akan datang agar tetap dapat
bersaing dengan perusahaan lainnya, maka
perlu mencari tambahan modal dari pihak
ekstern perusahaan antara lain investor,
kreditur, lembaga keuangan pemerintah dan
lain-lain. Modal dapat diartikan sebagai
nilai
daya
beli
atau
kekuasaan
memakai/menggunakan yang terkandung
dalam barang-barang modal.
Di Indonesia banyak perusahaan
asuransi yang bermodal minim, skala
ekonomi industri jual beli risiko ini juga
kecil. Hal itu bisa dilihat dari total
perolehan premi yang hanya berada di

kisaran 1,25%sampai 1,66% dari produk
domestik bruto (PDB) dalam kurun 5 tahun
belakangan
ini.
Sumber
(http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?
id=1845)
Pada tahun 2002, total premi yang
diperoleh hanya sebesar Rp 11,3 triliun atau
tumbuh 9,7% dibandingkan tahun 2001.
Bukti besarnya potensi, salah satunya bisa
dilihat dari defisit premi yang terjadi. Pada
tahun 2001, defisit premi mencapai Rp 1,3
triliun. Dari nilai itu, sekitar Rp 900 miliar
disumbangkan asuransi minyak dan gas
(migas). Di sejumlah negara, industri
asuransi sama besarnya dengan industri
perbankan. Namun, di Indonesia aset
asuransi hanya 6% dibandingkan aset
perbankan. Presiden Direktur PT Asuransi

Bintang
Tbk
Ariyanti
Suliyanto
mengatakan, karena modal tak memadai,
perusahaannya
hanya
menargetkan
pertumbuhan premi sekitar 16% tahun
2003.Padahal,
potensi
pertumbuhan
sebenarnya bisa mencapai 30% sampai
40%. PT Reindo lebih parah lagi, lantaran
tingkat solvabilitasnya hanya 81,5%,
perusahaan reasuransi ini terpaksa tidak
tumbuh sama sekali pada tahun 2003.
Ketua Dewan Asuransi Indonesia
(DAI) Hotbonar Sinaga mengatakan,


2015

fenomena ini cukup berbahaya. Sebab,
dengan pertumbuhan yang rendah, industri
asuransi lokal akan semakin sulit
mengantisipasi persaingan di era global.
Dari sekitar 145 perusahaan asuransi yang
membuat laporan keuangan tahun 2002,
sekitar 55 perusahaan atau 38%, terdiri dari
30 asuransi umum dan 25 asuransi jiwa
diperkirakan sulit memenuhi tingkat
solvabilitas yang dianggap memadai untuk
kondisi saat ini, yakni 120%. Lebih parah
lagi, 42 perusahaan diperkirakan kesulitan
memenuhi tingkat solvabilitas 100% yang
wajib dipenuhi di penghujung tahun 2003.
Dari 60 perusahaan asuransi jiwa, lima
perusahaan
menguasai
65%

total
pendapatan
premi.
Sementara
90%
pendapatan premi hanya dikuasai 16
perusahaan.
Pada tahun 2013, bisnis premi
asuransi di Indonesia akan terdorong oleh
semakin berkembangnya pasar domestik,
dan semakin menguatnya regulasi. Selain
itu perkembangan sektor perlindungan jiwa,
properti, kesehatan ini akan ditopang oleh
meningkatnya kemakmuran di Indonesia
dan kesadaran bencana alam.
Presentase asuransi di Indonesia saat
ini sebesar 1,7%; masih tergolong rendah
bila dibandingkan dengan presentase serupa
di AS yang menembus 8,1%, 11,8% di
Inggris dan 4% di negara-negara tetangga

seperti Singapura dan Malaysia. Premi
sektor asuransi di Indonesia tumbuh 15,5%
mencapai Rp 68,9 triliun pada semester
pertama 2012. Lembaga pemeringkat itu
memperkirakan, meningkatnya persyaratan
regulasi, termasuk persyaratan modal
minimum ke Rp70 miliar pada tahun 2012
dan Rp100 miliar pada tahun 2014, akan
mendorong konsolidasi pasar yang lebih
ketat.Jumlah perusahaan asuransi akan
menyusut, dimana sebagian asuransi yang
lebih kecil akan bergabung dengan
perusahaan
lain
untuk
memenuhi
persyaratan
modal.
Sayangnya,
diperkirakan, prospek pertumbuhan industri

asuransi di Indonesia masih akan terhambat

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

oleh tingkat transparansi kelembagaan,
manajemen risiko yang terbatas.
Modal mempunyai peranan yang
sangat penting dalam perusahaan. Dengan
modal perusahaan dapat melaksanakan
kegiatan operasionalnya. Perusahaan harus
mempunyai Modal primer yaitu standar
modal yang wajib dimiliki oleh perusahaan
agar
perusahaan
tersebut
mampu
melaksanakan kegiatan operasionalnya.
Modal harus dihitung dengan sangat teliti
terhadap kebutuhannya baik itu per hari
atau per bulan agar perusahaan tidak

mengalami kekurangan atau kelebihan
uang. Modal perusahaan dapat tercermin
dalam neraca sebelah aktiva, seberapa besar
tingkat
likuiditas
perusahaan
dapat
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya modal
yang dimiliki perusahaan.
Marlenem (2005), meneliti mengenai
analisis likuiditas dan perencanaan modal
kerja
pada
PT
Subaludah
Tbk,
menyumpulkan bahwa kebijakan modal
kerja berpengaruh
terhadap tingkat
likuiditas. Aldiyanti (2006) meneliti
mengenai faktor-faktor penentu likuiditas
perusahaan manufaktur di BEJ 2000-2004,
menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan,
kesempatan bertumbuh dan return spred
berpengaruh secara signifikan terhadap
likuiditas. Rasio hutang tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap likuiditas.
Penelitian ini merupakan replika dari
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Farhan (2005) yang melakukan penelitian
pada perusahaan telekomunikasi yang
terdaftar di BEJ. Penulis tertarik melakukan
penelitian serupa dengan sampel yang
berbeda yaitu pada perusahaan asuransi
yang terdaftar di BEI tahun 2009, 2010 dan
2011. Penulis tertarik melakukan penelitian
serupa dengan sampel perusahaan asuransi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2009, 2010 dan 2011 dikarenakan di
Indonesia banyak perusahaan asuransi yang
bermodal minim, skala ekonomi industri
jual beli risiko ini juga kecil. Hal itu bisa
dilihat dari total perolehan premi yang

2015

hanya berada di kisaran 1,25 persen sampai
1,66 persen dari produk domestik bruto
(PDB) dalam kurun waktu 5 tahun.
Berdasarkan
uraian
dan
hasil
penelitian sebelumnya serta teori-teori yang
mendasari maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul yaitu “Pengaruh
Kebutuhan Modal Kerja Terhadap
Likuiditas Perusahaan Asuransi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(Bei)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraiakan diatas, untuk lebih
memudahkan penelitian, maka penulis
melakukan pembatasan masalah yaitu,
“Apakah terdapat pengaruh signifikan
antara kebutuhan modal kerja terhadap
tingkat likuiditas pada perusahaan asuransi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2010, 2011 dan 2012?”.
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Peneliti membatasi penelitian hanya
terdapat 10 perusahaan asuransiyang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
yang mempublikasikan laporan keuangan
untuk tahun 2010, 2011 dan 2012 dengan
variabel yang diteliti Kebutuhan Modal
Kerja yaitu Kecepatan Perputaran Modal
Kerja Keseluruhan dan tingkat Likuiditas
perusahaan yaitu Current Ratio.
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah,Untuk mengetahui
pengaruh antara kebutuhan modal kerja
terhadap tingkat lukuiditas pada perusahaan
asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2010, 2011 dan 2012
1.4.2 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai saran bagi manajemen untuk
menggunakan
kebutuhan
modal
kerjanya dengan baik agar tercapai

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

2.

tingkat pengembalian atas pendapatan
yang cukup tinggi.
Sebgai pertimbangan bagi manajemen
mengenai pengaruh antara kebutuhan
modal kerja dan current ratio ini dalam
pengambilan keputusan.

2. LANDASAN TEORI
2.1 Asuransi

Asuransi diatur dalam KUHD (Pasal
246 s/d 308). Asuransi atau pertanggungan
menurut Pasal 246 KUHD adalah suatu
perjanjian,
dengan
mana
seorang
penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung, dengan menerima
suatu
premi,
untuk
memberikan
penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan
yang diharapkan,
yang
mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tak tentu. Selain KUHD,
asuransi juga diatur dalam UU No 2 Tahun
1992 tentang Usaha Perasuransian. Menurut
Pasal 1 UU No 2 Tahun 1992, asuransi
(pertanggungan) adalah perjanjian dua
pihak, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan
penggantian
kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan
atau
kehilangan
keuntungan
yang
diharapkan atau tanggung jawab hukum
pada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
pembayaran
yang
didasarkan
atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
2.2 Pengertian Modal Kerja
Pada dunia usaha, peningkatan
kegiatan usaha selalu menghadapi masalahmasalah pelik. Salah satu masalah utama
yang dihadapi oleh pimpinan atau pemilik
perusahaan ialah menyediakan modal kerja
yang diperlukan untuk kegiatan-kegiatan
perusahaan.
Menurut
Munawir
(2010:114)
terdapat tiga konsep dalam menggunakan
modal kerja yaitu:

2015

1. Konsep kuantitatif
Konsep ini menitik beratkan kepada
kwantum yan diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan perusahaan
dalam membiayai operasinya yang
bersifat rutin, atau menunjukkan
jumlah dana yang tersedian untuk
tujuan operasi jangka pendek. Dalam
konsep ini menganggap bahwa modal
kerja adalah jumlah aktiva lancar
(gross working capital).
2. Konsep kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada
kwalitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian
modal
kerja
adalah
kelebihan aktiva lancar terhadap hutang
jangka pendek (net working capital),
yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal
dari pinjaman jangka panjang maupun
dari pemilik perusahaan.
3. Konsep fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari
dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan (laba) dari
usaha pokok perusahaan.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut
Modal Kerja merupakan hal yang
terpenting di dalam membelanjai operasi
perusahaan sehari-hari. Dari konsep-konsep
modal kerja di atas dapat mencakup baik
untuk usaha mendapatkan, menyediakan
dana yangdibutuhkan perusahaan maupun
usaha untuk menggunakan dana tersebut.
Secara efisien dan tetap mempertahankan
arus pendapatan guna kelangsungan
pendapatan perusahaan dalam membiayai
kegiatan operasionalnya.
Modal kerja yang digunakan dalam
peneletian ini adalah modal kerja bersih/
kualitatif karena merupakan selisih dari
jumlah aktiva lancar dengan kewajiban
lancar sehingga likuiditas perusahaan dapat
terjaga. Likuiditas sangat diperlukan oleh
sebuah perusahaan sebagai jaminan
pemenuhan seluruh kewajiban jangka
pendek.

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

2.2.1Jenis-jenis Modal kerja
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
dalam
standar
akuntansi
keuangan
(2009:1,2), laporan keuangan yang lengkap
terdiri atas komponen-kompenen berikut:
1. Neraca
2. Laporan laba-rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan
Adapun Jenis Modal Kerja menurut
Riyanto (2008:61) digolongkan menjadi :
a. Modal Kerja Permanen yaitu modal
kerja yang harus tetap ada pada
perusahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya, atau dengan kata lain modal
kerja secara terus-menerus diperlukan
untuk kelancaran usaha. Modal Kerja
Permanen dapat dibagi menjadi:
1) Modal Kerja Primer adalah jumlah
modal kerja minimum yang harus
ada
pada
perusahaan
untuk
menjamin kontinuitas usaha.
2) Modal Kerja Normal adalah Jumlah
Modal Kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi
yang normal dalam artian yang
dinamis.
3) Modal Kerja Variabel adalah modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah
sesuai dengan perubahan keadaan.
Modal Kerja ini dibagi menjadi:
4) Modal Kerja Musiman adalah modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah
karena fluktuasi musim.
5) Modal Kerja Siklis adalah modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan
karena
fluktuasi
konjungtur.
6) Modal Kerja Darurat adalah modal
kerja yang besarnya berubah-ubah
karena keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya.
Dari jenis-jenis modal kerja terdapat
dua jenis modal kerja yaitu modal kerja
permanen yang terdiri dari modal kerja
primer dan modal kerja normal. Modal
kerja variabel yang terdiri dari modal kerja

2015

musiman, modal kerja siklis dan modal
kerja darurat.
2.2.2Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja yang cukup memang
sangat penting bagi kehidupan perusahaan,
tetapi berapakah modal kerja yang dianggap
cukup tersebut? Tersedianya modal kerja
yang segera dapat digunakan dalam operasi
perusahaan tergantung pada tipe atau sifat
dari aktiva lancar yang dimiliki seperti kas,
surat berharga yang diperdagangkan,
piutang atau persediaan.
Menurut Munawir (2010:116-117),
“Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya
dalam arti harus mampu membiayai
pengeluaran-pengeluaran
atau
operasi
perusahaan sehari-hari, karena dengan
modal
kerja
yang
cukup
akan
menguntungkan
bagi
perusahaan,
disamping memungkinkan bagi perusahaan
untuk beroperasi secara ekonomis atau
efisien dan perusahaan tidak mengalami
kesulitan keuangan, juga akan memberikan
beberapa keuntungan lain, antara lain :
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis
modal kerja karena turunnya nilai dari
aktiva lancar.
2. Memungkinkan untuk dapat membayar
semua kewajiban-kewajiban tepat pada
waktunya.
3. Menjamin dimilikinya kredit standing
perusahaan
semakin
besar
dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk
dapat menghadapi bahaya-bahaya atau
kesulitan keuangan yang mungkin
terjadi.
4. Memungkinkan
untuk
memiliki
persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumennya.
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk
memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan
kepada
para
langganannya.
6. Memungkinkan perusahaan untuk
dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena
tidak
kesulitan
untuk

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

memperoleh barang ataupun jasa yang
dibutuhkan”.
2.2.3 Manfaat Modal Kerja
Jumlah modal kerja yang dimiliki
perusahaan harus cukup dalam arti tidak
berlebihan atau kekurangan sehingga
mampu membiayaipengeluaran atau operasi
perusahaan sehari-hari, karena dengan
modal
kerja
yang
cukup
akan
menguntungkan perusahaan, disamping
memungkinkan bagi perusahaan untuk
mengefektifkan dan mengefesiensikan
keuangan perusahaan.
Menurut Prastowo (2008:98) manfaat
modal kerjayaitu: Manfaat utama modal
kerja adalah menjaga tingkat likuiditas
suatu perusahaan. Dengan modal kerja yang
memadai, suatu perusahaan akan mampu
membayar seluruh kewajiban jangka
panjangnya,memiliki cadangan yang cukup
untuk menghindari kekurangan persediaan
dan memberikan piutang kepada pelanggan
sehingga hubungan dengan pelanggan dapat
terus dipertahankan.
Berdasarkan manfaat modal kerja di
atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan
harus
menjaga
tingkat
likiuditas
perusahaan. Agar modal kerja dalam
perusahaan cukup untuk membiayai
kegiatan operasionalnya sehari-hari yang
akan membuat keuangan dalam perusahaan
menjadi efektif dan efesien.
2.3 Likuiditas Perusahaan
Salah satu alat untuk mengukur
kondisi keuangan dan prestasi perusahaan
adalah teknik analisa rasio. Rasio dalam
analisis laporan keuangan adalah angka
yang menunjukkan hubungan suatu unsur
dengan unsur yang lainnya. Rasio
merupakan alat analisa yang dapat
memberikan jalan keluar dan gambaran
gejala-gejala yang tampak pada suatu
keadaan.
Hubungannya dengan keputusan
yang diambil perusahaan, analisi rasio ini
bertujuan
untuk
menilai
efektifitas
keputusan yang telah diambil oleh

2015

perusahaan dalam rangka menjalankan
aktivitas usahanya. Untuk dapat menilai
efektivitas keputusan yang diambil oleh
perusahaan
yang
akhirnya
akan
memperolah informasi mengenai kekuatan
dan kelebihan perusahaan, maka analisis
laporan keuangan perlu diarahkan dengan
baik.
Menurut Munawir (2010:31) rasio
likuiditas adalah: Rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya pada saat ditagih.
Menyatakan bahwa “likuiditas adalah
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya
yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat ditagih”.
Rasio likuiditas memberikan jawaban bagi
manajemen perusahaan karena rasio
likuiditas ini memberikan gambaran
mengenai
efektifitas
pengelolaan
perusahaan.
Likuiditas sering digunakan untuk
mengukur efisiensi penggunaan kas dalam
suatu
perusahaan
dengan
memperbandingkan antara laba dengan
modal yang digunakan dalam operasi.
Likuiditas perusahaan dapat diukur
dengan menghubungkan antara aktiva
lancar dengan hutang lancar dari
perusahaan tersebut. Tingkat pengembalian
hutang lancar dapat diukur dengan tingkat
aktiva yang ada (current ratio). Adapun
rumus untuk menghitung current ratio
adalah sebagai berikut:
Current ratio =

2.4 Pengaruh Modal kerja Terhadap
Likuiditas
Menurut Riyanto (2011) menjelaskan
kebutuhan modal kerja “kecepatan modal
kerja keseluruhan yang digunakan terhadap
jumlah pendapatan yang diperoleh selama

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

periode tersebut”. Adapun rumus untuk
menghitung kebutuhan modal kerja yang
tersedia yaitu:
Kebutuhan Modal Kerja
=

2015

2. Current Ratio
Merupakan rasio untuk menghubungkan
antara aktiva lancar dengan hutang
lancar dari perusahaan tersebut.
3.2

Hubungan antara kebutuhan modal
kerja dan Current Ratio dapat dihubungkan
dengan
analisa
statistik
dengan
menggunakan regresi linear sederhana
dimana kebutuhan Modal kerja sebagai X
dan Current Ratio sebagai Y.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Identifikasi dan Definisi Operasional
Variabel
3.1.1 Identifikasi Variabel
Pada
penelitian
ini,
penulis
menggunakan dua macam variabel, yaitu
variabel independen dan variabel dependen.
Untuk variabel independen adalah Current
Ratio.Sedangkan variabel dependen yang
digunakan adalah kebutuhan modal kerja
3.1.2 Definisi Operasional variabel
1. Kebutuhan Modal kerja
Kebutuhan Modal Kerja terhadap jumlah
pendapatan yang diperoleh selama
periode tersebut.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian asosiatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini mempunyai tingkatan yang
tertinggi
bila dibandingkan dengan
penelitian deskriptif dan komperatif.
Dengan penelitian ini maka akan dibangun
suatu teori yang dapat berfungsi untuk
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol
suatu gejala. (Sugiyono 2010:13)
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Adapun populasi dalam penulisan
penelitian ini adalah semua perusahaan
asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
dengan
periode
laporan
keuangannya adalah tahun 2009, 2010, dan
2010. Berikut ini daftar populasi yang
digunakan.

Tabel 3.1
Daftar Populasi Penelitian
No

Kode
Perusahaan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

ABDA
AHAP
ASBI
ASDM
ASJT
ASRM
AMAG
LPGI
MREI
PNIN

Sumber: www.idx.co.id

Nama Perusahaan

PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk.
PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.
PT Asuransi Bintang Tbk.
PT Asuransi Dayin Mitra Tbk.
PT Asuransi Jasa Tania Tbk.
PT Asuransi Ramayana Tbk.
PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk.
PT Lippo General Insurance Tbk.
PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk.
PT Panin Insurance Tbk.
Total Polulasi

Jumlah
Tahun

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

Penulis melakukan penelitian pada 10
perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, karena hanya ada 10
perusahaan yang mempublikasikan laporan
keuangannya secara lengkap yaitu tahun
2010, 2011, dan 2012.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi
(Sugiyono,2010:116).
Pada
umumnya terdapat dua teknik dalam

2015

pengambilan sampel, yaitu Probability
Sampling dan Nonprobability Sampling.
Pada penelitian ini teknik sampling yang
digunakan adalah Nonprobability Sampling
dengan teknik Sampling Jenuh.
Menurut
Sugiyono
(2010:78)
“Sampling Jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel.” Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30.

Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No

Kode
Perusahaan

Nama Perusahaan

Jumlah
Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

ABDA
AHAP
ASBI
ASDM
ASJT
ASRM
AMAG
LPGI
MREI
PNIN

PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk.
PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.
PT Asuransi Bintang Tbk.
PT Asuransi Dayin Mitra Tbk.
PT Asuransi Jasa Tania Tbk.
PT Asuransi Ramayana Tbk.
PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk.
PT Lippo General Insurance Tbk.
PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk.
PT Panin Insurance Tbk.
Total sampel

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30

Sumber: www.idx.co.id

3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber,
dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber
data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dan sumber
sekunder merupakan pengumpulan data
dimana sumber tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau dokumen. Selanjutnya
bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan
data,
maka
teknik
pengumpulan data dapat dilakukan secara
interview (wawancara), kuesioner (angket),

observasi (pengamatan), dan gabungan
ketiganya. (Sugiyono,2010:129).
Pada
penelitian
ini,
teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah
berdasarkan sumbernya, yakni sumber
sekunder. Penulis mengumpulkan data
berupa laporan keuangan perusahaan
Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010, 2011, dan 2012
melalui media online yang merupakan situs
web resmi BEI, yaitu www.idx.co.id.
3.4.2 Jenis dan Sumber Data
Data adalah sesuatu yang belum
mempunyai arti bagi penerimanya dan
masih
memerlukan
adanya
suatu
pengolahan. Data bisa berwujud suatu
keadaan, gambar, suara, huruf, angka,

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

matematika, bahasa ataupun simbol-simbol
lainnya yang bisa kita gunakan sebagai
bahan untuk melihat lingkungan, obyek,
kejadian ataupun suatu konsep.
Data didapatkan dengan mengukur
nilai satu atau lebih variabel dalam sampel
(atau populasi). Semua data yang ada pada
hakikatnya merupakan cerminan suatu
variabel
yang
diukur
menurut

2015

klasifikasinya. Dengan demikian, data dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
berbagai
kriteria, misalnya berdasarkan jenisnya,
sumbernya, cara memperolehnya dan waktu
pengumpulannya. Jenis penelitian ini
merupakan data sekunder berupa laporan
keuangan perusahaan Asuransi yang
didapat dari www.idx.co.id.

3.5 Kerangka Penelitian dan Hipotesis
3.5.1 Kerangka Penelitian

(X)

(Y)

KEBUTUHAN
MODAL
KERJA

CURRENT
RATIO

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

3.5.2 Hipotesis
Hipotesis
merupakan
jawaban
sementara atas rumusan masalah. Dalam
penelitian ini, hipotesis yang dirumuskan
adalah sebagai berikut:
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan
antara kebutuhan modal kerja dengan
likuiditas perusahaan.
Ho: Tidak
terdapat pengaruh yang
signifikan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan
SPSS didapatkan hasila sebagai berikut:
4.1.1 Uji Regresi
Uji regresi digunakan untuk
mengetahui bagaimana variabel dependen
dapat diprediksikan melalui variabel
independen secara bersama-sama. Dampak
dari penggunaan analisis regresi dapat
digunakan untuk memutuskan apakah naik
atau menurunnya variabel dependen dapat
dilakukan
melalui
menaikkan
atau
menurunkan keadaan variabel independen.
Tabel 4.4 di bawah ini merupakan hasil
analisis regresi yang dilakukan.

Tabel 4.4
a

Model

1

(Constant)

Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
,529

X
,041
a. Dependent Variable: lnY

t

Sig.

,122

4,347 ,000

,036

,211 1,144 ,262

Sumber : Hasil perhitungan data SPSS versi 20, 2013

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

2015

Tabel 4.4 menunjukkan konstanta
untuk persamaan regresinya bernilai 0,529
dan nilai untuk koefisian regresinya adalah
0,041 untuk X yaitu kebutuhan modal kerja.
Sehingga bentuk persamaan regresi
linearnya adalah sebagai berikut:

2. Koefisien regresi Kebutuhan Modal
Kerjabernilai 0,041 menyatakan bahwa
setiap penambahan 1 Kebutuhan Modal
Kerja maka Current Ratio akan
bertambah sebesar 0,041

Y = 0,529 + 0,041 + ei

4.1.2 Uji Hipotesis
4.1.2.1 Uji Parameter Individual (Uji-t)
Uji
parsial
bertujuan
untuk
mengetahui apakah variabel independen
secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Dari hasil
pengelohan data dengan SPSS pada tabel di
bawah ini dapat diketahui hasil Uji-t (Uji
Parsial) sebagai berikut.

Dari persamaan diatas dapat di
artikan bahwa:
1. Nilai konstanta (a) sebesar 0,529 artinya
apabila
nilai
Kebutuhan
Modal
Kerjaadalah nol, maka nilai Current
Ratio adalah sebesar 0,529.

Tabel 4.9 Uji-t
a

Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta

Model

1

(Constant)

,529

X
,041
a. Dependent Variable: lnY

t

Sig.

,122

4,347 ,000

,036

,211 1,144 ,262

Sumber : Hasil perhitungan data SPSS versi 20, 2013

Penelitian ini menggunakan sampel
(n)=30 dan jumlah variabel independen dan
dependen (k)=2. Maka di peroleh df = 28
yang menunjukkan nilai ttabelsebesar 1,701
dengan probabilitas satu arah (one-tailed)
5%. Berdasarkan tabel di atas diketahui
bahwa nilai thitungKebutuhan Modal Kerja
sebesar 1,144 yang artinya thitung<
ttabel(1,144 < 1,701). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa Kebutuhan Modal

Kerja tidak berpengaruh terhadap Current
Ratio.
4.1.2.2 Uji Koefisien determinasi
Uji Koefisien Determinasi (RSquare) digunakan untuk mengetahui
besaran nilai korelasi antara variabel X
(Kebutuhan Modal Kerja terhadap) variabel
Y (Current Ratio). Berikut ini output untuk
uji R-Square yang diolah dengan program
SPSS
20.0.

Tabel 4.10

b

Model Summary
Model
R

R Square
a

1
,211
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: lnY

,045

Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,011
,37582

Sumber : Hasil perhitungan data SPSS versi 20, 2013.

Berdasarkan hasil pada tabel 4.6
diketahui bahwa koefisien determinasi (R-

Square) adalah sebesar 0,45 atau 4,5%.
Artinya
variabel
independen
yaitu

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

Kebutuhan
Modal
Kerja
mampu
menjelaskan variabel dependen (Current
Ratio) sebesar 4,5%, sisanya sebesar 95,5%
(100%-4,5%) dijelaskan oleh variabel lain
di luar penelitian.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Kebutuhan Modal Kerja
terhadap Current Ratio
Variabel (X) yang merupakan
Kebutuhan Modal Kerja, setelah dilakukan
pengujian dengan SPSS 20.0, menunjukkan
hasil bahwa Kebutuhan Modal Kerja tidak
berpengaruh terhadap Current Ratio. Hal
ini dikarenakan Kebutuhan Modal Kerja
memiliki thitung yang lebih kecil dari pada
ttabel (1,144 < 1,701). Hal ini berarti Ho
dapat diterima.
Berdasarkan hasil uji tersebut, thitung
Kebutuhan Modal Kerja bernilai positif
yang berarti adanya hubungan positif antara
Kebutuhan Modal Kerja terhadap Current
Ratio. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
penelitian ini sesuai dengan teori, dimana
jika nilai Kebutuhan Modal Kerja naik,
maka nilai Current Ratio akan turun. Dan
sebaliknya, jika nilai Kebutuhan Modal
Kerja turun, maka nilai Current Ratio akan
naik.Pada dasarnya dalam mengukur
tingkat likuiditas perusahaan dapat diukur
dengan posisi modal kerja perusahaan yang
berjalan dari laba yang didapatkan dalam
periode tertentu dimana modal tersebut
dapat menunjukan tingkat keamanan
(margin of safety) kreditur jangka pendek,
atau kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutang tersebut juga
dapat dengan membandingkan aktiva lancar
yang ada dengan hutang yang sudah
diambil oleh perusahaan tersebut.
Tidak berpengaruhnya kebutuhan
modal kerja terhadap likuiditas perusahaan
disebabkan belum terpenuhnya kewajibankewajiban perusahaan oleh modal kerja
yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga
kewajiban perusahaan belum dapat ditutupi
oleh modal kerja perusahaan. Modal kerja
yang
dimiliki
setiap
perusahaan

2015

mempunyai hubungan yang saling terkait
dengan likuiditas, karena dengan adanya
modal kerja maka perusahaan dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya dimana modal kerja ini
digunakan untuk menjalankan operasioperasi
perusahaan
setiap
harinya.
Sedangkan
likuiditas
menunjukkan
kemampuan dari perusahaan dalam
memenuhi kewajiban yang harus segera
dipenuhi.
Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian
Farhan
(2005)
yang
menyimpulkan bahwa Modal Kerja tidak
berpengaruh
terhadap
Likuiditas.
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan yang telah dilakukan Farhan,
perusahaan harus menggunakan modal
kerja secara produktif agar tidak terdapat
modal kerja yang menganggur dan menjaga
tingkat likuiditasnya agar dapat memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan
menjaga nilai aktiva lancar lebih besar
daripada
hutang
lancar.Serta
tidak
mendukung penelitian Marlenem (2005),
yang menyimpulkan bahwa Kebijakan
Modal Kerja berpengaruh terhadap
Likuiditas perusahaan.
Dilihat dari beberapa sub sampel
perusahaan yang dijadikan objek penelitian,
dapat dilihat kekurangan modal kerja
terhadap current ratio yang terjadi pada
tahun 2012.
5. KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan uji SPSS diperoleh
persamaan regresi linear sederhana yaitu
Current Ratio = 0,529 + 0,041 Kebutuhan
Modal Kerja, menyatakan bahwa jika
Kebutuhan Modal Kerjaadalah nol, maka
nilai Current Ratio adalah sebesar 0,529%.
Dan setiap penambahan 1 Kebutuhan
Modal Kerja maka Current Ratio akan
bertambah sebesar 0,041%. Sedangkan
berdasarkan pengujian hipotesis yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Kebutuhan Modal Kerja tidak berpengaruh

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 1, Januari- Juni

secara signifikan pada tingkat 5% terhadap
Likuiditas
perusahaan.
Hasil
uji-t
menunjukkan thitung 1,144< ttabel 1,701 yang
artinya tidak berpengaruh, dimana Ho dapat
diterima.
5.2

Saran
Adapun saran dari penelitian ini
adalah:
1. Perusahaan harus tetap memperhatikan
kestabilan
modal
kerja
terhadap
likuiditas agar setiap tahunnya seimbang
dengan peningkatan kebutuhan modal
kerjanya.
2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat
menggunakan sampel perusahaan yang
mewakili keseluruhan sektor industri
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan melakukan pengamatan pada
periode laporan keuangan lebih lama.
3. Disarankan untuk peneliti lanjutan agar
dapat
menambahkan
variabel
independen untuk peneliti lainnya,
karena masih ada kemungkinan bahwa
terdapat variabel lainnya yang tidak
dimasukkan dalam penenlitian ini
berpengaruh
terhadap
likuiditas
perusahaan.

2015

DAFTAR PUSTAKA
Aldiyanti, 2006. Faktor-faktor penentu
likuiditas perusahaan manufaktur di
BEJ 2000-2004Farhan, Akhmad
Fanny. 2005. Pengaruh Perputaran
Modal Kerja Terhadap tingkat
likuiditas Perusahaan. Unpublished
Skripsi S1, Universitas Widyatama,
Surabaya.
Marlenem, 2005. Analisis likuiditas dan
perencanaan modal kerja pada PT
Subaludah Tbk. Jurnal
Munawir
(2010,
Analisis
Laporan
keuangan, Liberty Yogyakarta.
Sugiyono 2010, Metodologi penelitian
Bisnis, Alfabeta Indonesia
Seftianne.
(2011).
Faktor-faktor
YangMempengaruhi Struktur Modal
Pada Perusahaan Publik Sektor
Manufaktur. Jurnal Bisnis dan
AkuntansiVol. 13, 39-56
Republik Indonesia, Kitab Undang-undang
Hukum Dagang Pasal 246 s/d 308
tentang Auransi
http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?i
d=1845, Modal Perusahaan Asuransi,
2013.