Analisis Dampak Moderenisme dan Tradisio

Analisis Dampak Moderenisme dan Tradisionalisme Terhadap
Pembangunan Pertanian
Oleh : Muhammad Malik Muqtadi (131510601172)
A. Pendahuluan
Manusia sebagai mahluk sosial, sejak lahirnya sudah memiliki dua naluri
(keinginan) yang sangat mendasar, yakni naluri untuk menyatu dengan orangorang yang ada di sekitarnya serta naluri untuk menyatu dengan lingkungannya.
Selanjutnya manusia dapat dipetakan ke dalam dua kelompok atau wilayah
tempat tinggal, yaitu satu kelompok yang bertempat tinggal pada wilayah
perdesaan (masyarakat tradisional) dan kelompok yang lainnya bertempat tinggal
pada wilayah perkotaan (masyarakat modern). Pada masyarakat tradisional
individu tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya, mereka berhubungan dengan
alam secara langsung, bahkan hidupnya sangat bergantug pada alam (Nawir, M.
2013).
Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses
perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan
status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk
mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial,
politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement),
pertumbuhan (growth) dan perubahan (change)
Berdasarkan pernyataan diatas di perlukan adanya analisis terkait dampak
positife atau negatife dari tradisionalisme dan moderenisme yang dianggap

mempunyai pengaruh terhadap pembanguan pertanian, sehinga dampak/pengaruh
dari perubahan social tersebut bisa di pelajari.
B. Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional pada umumnya sosial budaya lebih dikuasai oleh
adat/tradisi serta kepercayaan bukan dikuasai oleh hukum dan perundangundangan. Tingkat pendidikan yang sangat rendah atau sama sekali tidak ada
membuat mobilitas sosial yang terjadi sangat sedikit (itupun kalau ada).
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang masih kental dengan adat
istiadat setempat yang dianut secara turun temurun. Masyarakat tradisional selalu
diidentikkan dengan dengan masyarakt desa, meskipun tidak semua masyarakat
desa bersifat tradisional. Dalam masyarakat tradisional individu tidak bias
dipisahkan dari lingkungannya. Mereka berhubungan dengan alam secara

langsung dan terbuka. Irama alam merupakan irama hidup masyarakat. Individu,
masyarakat terikat akrab dengan alam semesta dan kekuatannya.
Dalam
masyarakat tradisional pada umumnya social budaya dikuasai tradisi, adat dan
kepercayaan, bukan dikuasai hokum dan perundang-undangan. Lapisan yang ada
dalam masyarakat akan tetap untuk selamanya, anak cucu seseorang pada suatu
lapisan masyarakat, akan mengikuti status orang tua dan nenek moyangnya. Anak
cucu bangsawan tetap jadi lapisan atas, anak cucu pimpinan menengah (priyayi,

menak, demang bekel) akan menggantikan kedudukan ayah dan neneknya.
Golongan rendah statusnya tetap mengikuti yang menurunkannya
Para petani tradisional mengolah sawahnya dengan menggunakan
peralatan yang sangat sederhana dengan dibantu oleh tenaga hewan yang mereka
pelihara. Luas areal persawahanpun sangat terbatas oleh karena terbatasnya tenaga
serta lahan sehingga berdampak pula pada produktivitas yang hanya cukup untuk
dikonsumsi dengan anggota keluarga sampai pada musim panen berikutnya
(itupun kalau cukup). Tentu dengan kondisi ekonomi yang seperti ini, tidak ada
harapan untuk dapat menyekolahkan anaknya demikian pula untuk memperoleh
pelayanan kesehatan bila salah satu anggota keluarga yang jatuh sakit. Namun
demikian, solidaritas di antara para petani masih sangat kuat. Terbukti ketika
musim bercocok tanam tiba, mereka mengerjakan sawahnya secara gotong royong
dan bergilir (bugis = makkaleleng) baik pada musim tanam maupun pada musim
panen. Kerja sama seperti ini tentu saja jauh dari sistem upah/sewa melainkan
hanya dilakukan secara bergiliran. Kehidupan sosial yang seperti ini membuat
mereka semakin betah tinggal di desa meskipun hidupnya yang serba pas-pasan.
C. Masyarakat Modern
Masyarakat modern pada umumnya mereka selalu berusaha agar anggota
masyarakat mempunyai pendidikan yang cukup tinggi membuat mereka lebih
rasional dalam menyikapi hidupnya. Mobilitas sosial yang ada sangat tinggi

sehingga sistem pelapisan sosial yang terjadi makin kompleks pula. Hal ini dapat
dilihat dari diferensiasi pekerjaan yang lebih menekankan pada aspek keahlian
atau spesialisasi.
Sejarah menyatakan sejak diperkenalkannya modernisasi pertanian atau
yang lebih dikenal dengan revolusi hijau di Indonesia pada tahun 1968, banyak
perubahan yang terjadi dalam masyarakat tani di pedesaan, yang kemudian
berdampak pada perubahan produksi pertanian, perubahan sosial, maupun
perubahan dalam bidang ekonomi.

Peningkatan produksi pertanian tersebut merupakan awal timbulnya
perubahan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat tani pedesaan seperti
berkembangnya sistem sewa menyewa, dan sistem upah di pedesaan. Melihat
respon petani di pedesaan tersebut, sebagian berasumsi bahwa petani seolah-olah
pasrah menerima apa adanya tanpa usaha yang bersifat ekonomis karena mereka
selalu bersikap apatis dan statis. Alam kehidupan pedesaan yang komersial
merupakan mimpi buruk yang berkepanjangan. Pertanian sebagai tulang
punggung ekonomi petani telah mengalami perubahan. Pada waktu tertentu sektor
pertanian tidak ada pekerjaan dan buruh tani mencari pekerjaan sampingan,
pekerjaan sampingan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jika dibandingkan dengan memburuh di sawah pendapatan yang dihasilkan

sangatlah jauh berbeda. Para petani masih bisa mencukupi kebutuhannya seharihari, dari hasil memburuh di sawah
D. Kesimpulan
Moderenisme dan Tradisionalisme masing-masing mempunyai dampak
tersendiri baik itu positive atau negative terhadap pembangunan pertanian. Dalam
masyarakat moderen yang diunggulkan adalah tingkat pengetahuan dan kompitis
masyaraktatnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan masyarakat
tradisional mereka lebih mementingkan kebersamaan, gotong royong, dan lainlain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Daftar Pustaka
Dharmawan A.H. 2012. Pendekatan-Pendekatan Pembangunan Pedesaan dan
Pertanian: Klasik dan Kontemporer. Masyarakat Pedesaan 3(2) : 1-18.
Munthe H.M. 2009. Modernisasi Dan Perubahan Sosial Masyarakat Dalam
Pembangunan Pertanian: Suatu Tinjauan Sosiologis. Harmoni Sosial
2(1) : 1-6.
Nawir, M. 2013. Perubahan Sosial Masyarakat dari Tradisional ke Modern (Studi
Kasus Masyarakat di Desa Tosora Kabupaten wajo). Equilibrium 1(1) :
74-86
Waluya, J. 2011. Pendidikan Dalam Masyarakat Tradisional Dan Masyarakat
Modern. Harmoni Sosial 2(4) : 75-80


Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65