Makalah Pendidikan Kewarganegaraan UNHAS (1)

REVIEW MAKALAH
WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM

OLEH :
KHAERAN NUR MIFTAHUL JANNA
B11115565

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

REVIEW KELOMPOK 1
Pada tugas kelompok kali ini kelompok 1 mendapat materi makalah yaitu “Kondisi
Lingkungan dan Potensi Sumberdaya Laut” yang dimana dengan adanya makalah dapat
membantu kita untuk mengetahui lebih lanjaut tentang masalah gamabaran umum
kemaritiman dan potensi maritim yang ada di Indonesia khusunya Sulawesi. Dalam
makalah ini penulis mengungkap bahwa wilayah Indonesia terdiri dari 17.508 pulau dari
jumlah tersebut baru 6.000 pulau yang mempunyai nama. Dari hal ini menjeaskan bahwa
kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap kondisi lingkungan Indonesia yang mungkin
saja pulau-pulau yang belum tersentuh oleh perhatian pemerintah ini memiliki potensi yang

besar. Disini juga telah memberikan penjelasan tentang mengapa pulau Sipadan dan Ligitan
pada saat itu dapat terlepas dari tangan Indonesia dan diambil alih Malaysia karena
pemerintah hanya mengklaim dua pulau tersebut sebagai miliknya tanpa mau mengelolah
pulau tersebut yang sebagaimana dilakukan oleh Malaysia.
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia sebagai salah satu sumber daya alamnya yang
telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama.
Kekayaan hidrokarbon dan mineral lainnya yang terdapat di wilayah ini juga telah
dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional. Dari pernyataan
kelompok 1 tersebut nampaknya belum terlaksana dengan baik. Dilihat saja dari
pemanfatan potensi laut yang belum begitu maksimal dimana masih banya negagara-negara
asing yang msih melakukan fishing-ilegal yang dimana pemerintah sudah menanggapi
masaalh ini dengan peledakan kapal yang apabila ditemukan tengah melakukan
penangkapan fishing-ilegal ini.
Dan pernyataan tentang sumber daya laut yang telah dimanfaatkan oleh bangsa
Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama. Namun sesuai realitas
dibeberpa daerah kurang akan memiliki potensi sumberdaya lautnya yang membuat mereka
jarang untuk mengkonsumsi makanan dari laut ini yang sangat baik untuk pertumbuhan
otak anak. Bahkan di kota-kota besar Indonesia mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi
makanan yang di dirikan oleh perusahaan asing atau bahkan makanan yang diimpor dari
luar negeri. Jadi pemerintah benar-benar harus mencanangkan program makanan laut

sebagai sumber makanan utama dengan baik.

Sulawesi Selatan jika ditinjau dari konteks pesisir maka luas sumber daya alami
yang dimanfaatkan berupa kegiatan penangkapan ikan dan wisata. Yang diamana telah
diketahui bahwa masyarakat Sulawesi Selatan khusunya masyarakat Bugis dikenal sebagai
masyarakat pelaut yang telah mengarungi berbagai lautan dan sudah pasti memanfaatkan
sumber daya laut dengan baik.
Berdasarakan potensi daya perikanan laut yang dikemukakan penulis namun
berbeda dengan pengetahuan dan pandangan/wawasan nelayan sebagai pelaku dan
pengguna lansung sumberdaya perikanan yang bervariasi dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Banyak nelayan akhir-akhir ini berpendapat bahwa dimana-mana terutama daerah
perairan pesisir kawasan gerumbu karang, kondisi populasi ikan dan spesis-spesis biota
bernilai ekonomi lainnya telah mengalami penurunan dratis. Berbagai hasil penelitian
ilmuwan sosial (antorpologi, sosiologi, ekonomi dan lain-lain) yang banyak menggunakan
keterangan dar responden dan informan (nelayan) adalah sesuai dengan pendapat nelayan
tersebut terakhir.
Pada makalah ini kelompok 1 membedaka

potensi pembangunan ekonomi


kemaritiman berdasarkan jenis sumberdaya alam menjadi dua yaitu dapat di pulihkan dan
tidak dapat di pulihkan. Sumberdaya alam yang dapat dipuliha seperti terumbu karang yang
telah dipaparkan penulis dalam makalah peran dari terumbu karang. Namun menurut saya
alangkah baiknya penulis memberikan beberapa cara untuk memperbaharui dari terumbu
karang ini.
Dan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti bahan tambang dan mineral
yang diaman untuk mengahasilkan sumberdaya harus membutuhkan waktu yang sangat
panjang. Dalam makalah ini alangkah baiknya penulis memberiakan penjelasan yang lebih
lengkap dan cara-cara untuk lebih irit dalam menggunakan sumberdaya yang tak dapat
dipulihkan ini. Upaya-upaya ke arah pemulihan kondisi sumberdaya dan lingkungan laut
pemanfaatan yang tepat, misalnyab pengelolaan berbasis masyrakat, ko-menejemen,
menajemen terpadu, dan sebagainya. Sebagaimana yang telah penulis berikan penjelasan
OTEC yang merupakan salah satu bentuk pengalihan energy yang tersimpan dari sifat fisik
laut menjadi energy listrik dimana energi dari gelombang laut dan energi pasang surut.

REVIEW KELOMPOK 2
Pada makalah 2 kelompk ini membahas materi mengenai pemahaman wawasan
budaya maritim dalam konteks penjelasan aktivitas pelayaran secara empirik dan
pengalaman sejarah pengembaraan pelayaran di Nusantara. Deangan adanya makalah ini
kita dapat mengetahui bahwa karakteristik sosial-demografi dan sosial- ekonomi

ditunjukkan dengan desa-desa pantai yang memenuhi bagian terbesar gugusan pulau-pulau
besar dan kecil dari Sabang sampai Merauke yang jumlah penduduknya tidak kurang dari
60.000.000 jiwa.
Adapun sub-sub pembahasan pada makalah ini yaitu yang pertama mengenai
“ Pengertian Penduduk dan Demografi Bahari”. Dalam sub pembahsan ini kita dapat
mengetahui bahwa konsep penduduk bahari dalam konteks sosial budaya bahari mengacu
pada orang-orang yang penghidupan sosial ekonominya bersumber secara langsung atau
tidak langsung dari pemanfaatan sumber daya laut dan jasa-jasa laut, baik komunitas pesisir
dan pulau-pulau, maupun mereka yang berasal dari kawasan pemukiman perkotaan maupun
pedalaman.
Sub pembahasan yang kedua mengenai “Kondisi Populasi dan Sosial Ekonomi
Penduduk Bahari (Maritim)”. Dalam pembahasan kali ini penulis mengemukakan bahwa
penduduk bahari terutama masyarakat desa-desa nelayan pesisir dan pulau-pulau di negaranegara sedang berkembang, termasuk Indonesia sebagian terbesar dalam kondisi miskin
dalam artian ekonomi, kesehatan, pendidikan dan keterampulan, teknologi, yang jelas
mempengaruhi rendahnya kualitas dan harkat hidup mereka pada umumnya. Tak dapat
dipungkuri kemiskinan memang masalah sosial yang selalu dihadapi oleh mayarkar bahari
atau maritim.
Sub pembahasan yang ketiga yaitu “Sektor Ekonomi dan Kategori Penduduk Bahari
(Maritim)”. Dalam pembahasan yang ketiga ini memabagikan dari beberapa kategori yaitu
sektor ekonomi kebahrian yang dimana pembahasan ini menggambarkan keadaaan kelautan

pada saat sekarang dimana negara Indonesia memang masih baru sedikit memanfaatkan dar
banyanyak sektor ekonomi kebaharian yang berkembang di negara-negara maju. Ini juga
terjadi sub sektor pertambangan berupa pengambilan batu-batu karang dari pasir laut,

antara lain di lakukan di NTT, NTB, dan Sumatera Utara. Disini kita dapat mengetahui
bahwa pemerintah masik kurang memperhatikan dan memanfaatkan sektor-sektor yang ada
di daerah-daerah tertetu yanng sebenarnya memiliki potensi

yang baik yang jika

dimanfaartkan dengan sebaik-baiknya. Kemudian kategori yang kedua adalah kategori
penduduk bahari. Dengan adanya pembahasan ketegori penduduk bahari yaang meliputi
penduduk nelayan, pelayar pengusaha transportasi laut, dan pengguna sumber daya dan
jasa-jasa laut yang lain yang akam memudahkan kita untuk mempermudah pemahaman
sektor-sektor atau subsector-subsektor mata pencaharian terkait kelautan yang digelutinya.
Dan sub pembahasan yang terakhir adalah “Mobilitas Geografi Penduduk Pesisir
dan Pulau-Pulau”. Ciri mobilitas geografi penduduk nelayan yang tinggi terkondisikan
dengan lingkungan laut yang luas yang pada umumnya dicirikan dengan pemanfaatan
secara terbuka. sifat pemanfaatan secara terbuka memungkinkan nelayan selalu berpindah
dari lokasi-lokasi yang berkurang stok sumber daya perianannya ke lokasi-lokasi yang

berlimpah stoknya, terutama lokasi-lokasi yang mengandung spesies-spesies yang laris di
pasar ekspor. Pada pemaparan penulis diatas memang sesuai dengan kelompok-kelompok
nelayan paling berani mengarungi lautan selama berbulan-bulan seperti nelayan Bugis dan
Bajo (Pulau Sembilan, Teluk Bone, Nelayan Makassar (Barrannglompo, Kodingarng)
mencari teripang dan kerang-kerang ke seluruh prerairan Nusantara.
Berbeda

dengan

kelompok

nelayan,

kelompok-kelompok

pelayar

dengan

armadanya justru menjadikan pelabuhan kota-kota pantai dimana-mana sebagai tujuan

untuk bongkar muat barang dan penumpang. kegiatan para pelayar pada intinya mengenai
tiga komponen utama, yakni jual beli barang, bongkar muat barang, dan pelayaran.
Pemberdaan ini dikarenakan teknologi yang lebih maju pada daerah kota dibandingkan
pesisir. Bagi masyarakat kota, lautan hanya merupakan prasarana/rute-rute transportasi
antar kota-kota pantai, antar pulau, antar negara, dan bahkan antar benua.
Setelah saya membaca makalah ini pastinya memiliki kekurangan karena yang
menulis makalah ini hanyalah manusia biasa. Kekurangan tersebut yaitu tidak adanya saran
pada bab penutup. Menurut saya saran itu juga penting karena dengan adanya saran para
pembaca dapat memberikan pengarahan ke arah yang lebih baaik kepada para pembaca
setelah membaca makalah ini tentunya.

REVIEW KELOMPOK 3
Sebelum membahas mengenai masyarakat maritim tentuya terlebih dahulu
kita harus mengetahui bagaimana fakta sejarahnya. Kelompok 3 pun mendapat kesempatan
untuk membuat makalah mengenai “Fakta Sejarah Kemaritiman Indonesia”. Sejarah
menunjukkan kepada kita tentang fakta kehidupan kebaharian kini sebagai kontinyuiti dan
peerkembangan dari kehidupan kemaritiman masa lalu. Sejak abad ke-9 Masehi, bangsa
Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Mereka ke Utara mengarungi lautan,
ke Barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar, ke Timur hingga Pulau Paskah
namun pada makalah ini penulis mengungkapan bahwa sejarah mencatat bahwa kehidupan

maritim bangsa Indonesia sudah lahir jauh sebelumnya, hal ini dibuktikan dengan adanya
temuan-temuan situs prasejarah maupun sejarah. Berdasarkan hal tersebut kita dapat
mengetahui bahwa pada zaman dahulu mereka lebih pada kreasi dam otonomi lokal,
struktur, kekuatan, dan strategi politik lama dimana ciri kemaritiman boleh dikatakan lebih
maji daripada yang sekarang yang eksitensinya sangat ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
eksternal. Terlepas dari itu semua dengan adanya sejarah kita dapat mengetahui bahwa
Bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut.
Para pelaut Indonesia telah mamapu berlayar ke utara, lalu ke barat memotong
lautan Hindia hingga Madagaskar dan berlanjut ke timur hingga Pulau Paskah. Disilah
mengapa Indonesia disebut sebagai bangsa pelaut walaupun kita tahu pasti saat itu mereka
menggunakn alat yang tidak secanggih seperti sekarang ini.
Keraja-kerjaan yang pada saat itu juga tak terlepas dari fakta sejarah kemaritiman
Indonesia seperti Singasari di bawah pemerintahan Kertanegara pada abad ke-13. Dengan
kekuatan armada laut yang tidak ada tandingannya, pada tahun 1275 Kertanegara
mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan Melayu dan Campa untuk menjalin
persahabatan agar bersama-sama dapat menghambat gerak maju Kerajaan Mongol ke Asia
Tenggara. Tahun 1284, ia menaklukkan Bali dalam ekspedisi laut ke timur.
Dalam makalah ini penulis memamaparkan bebarapa kerajaayn yang mencapai
kejayaan melalui kemaritiman Indonesia. Yang pertama yaitu kerjaan Sriwijaya
berhubungan dengan jalur perdagangan internasional dari dari Asia Timur ke Asia Barat

dan Eropa yang sejak paling sedikit lima belas abad lamanya, mempunyai arti penting

dalam sejarah. Sriwijaya memang merupakan pusat perdagangan penting yang pertama
pada jalan ini, kemudian diganti oleh kota Batavia dan Singapura. Yang kedua adalah
kerajaan Samudra dimana penulis megungkapkan bahwa setelah merosotnya kerajaan
Sriwijaya, di Sumatra Utara muncul beberapa kerajaan maritime kecil. Tak terkecuali
kerajaan Samudra mengalami kemajuan setelah bekerja sama dengan kerjaan Majapahit.
Begitu pun dengan beberpa kerjaan seperti kerjan Majapahit dan kerjaan Malaka. Dalam
makalah ini juga menuliskan tentang “Sejarah Kemaritimin Kerajaan Bugis Makassar”
yang dimana kita telah ketahui bahwa kerajaan maritimin Gowa yang berpusat di kota
pelabuhan Somba Opu tersebut kurang lebih semasa dan menjalin hubungan dagang
dengan kota-kota daagang lainnya di Asia Tenggara hal ini sesuai dengan pernyataan
penulis yang menyatakan dengan perahu –perahu mereka mengarungi lautan, melakukan
pembajakan sampai teluk Pegu (Philipina), ke Maluku, ke Bandan, dan Semua pulau
disekitar pulau Jawa.
Namun selain kerajaan Gowa yang dipaparkan kelompok 3 dalam makalah ini
sebelum itu telah tumbuh di Sulawesi Selatan kerajaan maritim yang berpusat di Siang,
bahkan jauh sebelum Makasssar muncul kemudian di bagian timur Nusantara juga tumbuh
Kesultanan Buton dan Kesultanan Ternate yang mungkin sezaman dengan kerajaan
maritimin Gowa. Hal ini menujukkan bahwa Indonesia pada saat dahulu memiliki

kekuatuan kerajaan di bidang kemaritimin walau kerajaan itu kerap kali tak di ketahui oleh
masyarakat luas pada saat ini.
Penulis juga mengungkapkan masyarakat kota pusat kerajaan maritim lebih
menitikberatkan kehidupannya pada perdagangan yaitu ciri yang erat dan berhubungan
dengan kenyataan bahwa para pedagang lebih sesuai hidup dalam masyarakat bercorak
maritim.Kekuatan militer kota pusat kerajaan maritime dititikberatkan pada angkatan laut,
suatu ciri penting dan erat berhubungan dengan suasan politik serta perluasannya. Apabila
kita kembali melihat sejarah penangkapan ikan di Nusantara dan pengumpulannya biota
laut adalah aktivitas yang terdahulu sebelum adanya perdagangan antar pulau.
Perkembangan berbagai bentuk aktivitas/usaha perikanan masyarakat maritimim tersebut
tentu sangat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan eksternal, terutama situasi pasar dan
konsumen dalam dan luar negeri.

Review Kelompok 4
Menurut saya makalah kelompok 4 ini cukup menarik untuk bahas karena mengenai
“Masyarakat Maritim”. Disini kita akan lebih banyak mengetahui bagaimana konsep,
karateristik, dan dinamika pada masyarakat maritim itu sendiri. Namun sebelum itu marilah
kita memahami makana dari pembahasan kali ini. Masyarakat maritim merupakan
kesatuan-kesatuan hidup manusia berupa kelompok-kelompok kerja, kampung desa, suku
bangsa, komuniti-komuniti, kesatuan-kasatuan administratif berupa kecamatan, provinsi,

bahkan bisa merupakan negara/kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya
menggantungkan kehidupan ekonominya secara langsung atau tidak langsung pada
pemanfaatan sumberdaya hayati atau non hayati laut seta jasa-jasa laut, yang dipedomani
oleh dan dicrikan bersama dengan kebudayaan baharinya.
Masalah yanng menjadi rumusan yang menjadi pembahasan pada makalah ini yaitu
pertama “Konsep Masyarakat Maritim”. Pada paragrag pertama telah dipaparkan dari
konsep masyarakat maritim itu sendiri. Pada pembahasan kali ini saya melihat yang
menarik terdapat pada pembahasan ini yaitu bahwa masyarakat maritim yang mendiami
pulau-pulau kecil dan pantai-pantai terpencil hampir tidak dikenal oleh sebagian besar oleh
orang di nusantara ini, hal tersebut telah menyebabkan mereka termarjinalkan dari berbagai
bidang pembangunan kebangsaan, karena itu perlu ada upaya mengenali kebudayaannya.
Disini kita dapat mengetahui bahwa budaya kembali menjadi hal yang peting dalam
mengadaptasikan diri.
Pembahasan kedua mengenai “Karakteristik Sosial Masyarakat Maritim”. Setiap
kehidupan masyarakat masyrakat pastu memiliki karateristik tidak terkecuali mayrakat
maritim. Masyara maritim atau sering dikenal sebagai masyarakat pesisir, dimana
masyarakat pesisir itu sendiri tidak hanya nelayan, melainkan juga pembudidaya ikan,
pengolah ikan bahkan pedagang ikan. Pasti setiap kategori masyarakat pesisir ini memiliki
karateristik yang berbeda-beda. Seperti masyarakat nelayan yang memiliki kategori sosial
yang sekali menjadi nelayan akan sulit meninggalkan lingkungan laut dan pekerjaanya
untuk bergeser ke sektor-sektor ekonomi yang lainnya didarat.
Pembahasan yang ketiga yaitu “Makassar sebagai Kota Martim” . Penulis
mengungkapkan bahwa Makassar adalah kota yang mempunyai etnis maritim diamana

tidak terpisahkan dari usaha kerajaan Gowa . Disini kita dapat mengetahui bahwa kerajaan
Gowa menyebarakan jaringan perdangannya sampai di luar sulawesi jadi tentu saja
kerajaan Gowa itu sendiri di juluki kerajaan maritim utama di Indonesia Timur. Begitu
banyak perubaha yang diberikan pada kerajaan Gowa terhadap maritim di Indonesia Timur.
Dan menurut saya itu merupakan salah satu penyebab kota Makassar menjadi kota besar
dan pergerakan ekonomi yang cepat pada daerah Indonesi Timur.
Dan pembahasan yang terakhir mengenai “Dinamika Struktural Masyarakat
Maritim”. Kita pasti mengetahui bahwa Sulawesi Selatan terkenal dengan para leluhur
yang suka berlayar terkhusus di daerah Bugis, Bajo, dan Makassar. Dari makalah ini kita
dapat mengetahui bahwa komunitas-komunitas tersebut melakukan bentuk kerjasama
nelayan yang dikenal dengan istilah Po(u)nggawa-Sawi(P-Sawi). Dengan adanya perjanjian
ini memperlihatkan mulai terdapat perubahan/dinamika struktural dalam masyrakat
maritim. Para P.Laut memiliki pengetahuan kelautan, pengetahuan dan keterampilan
manajerial, sementara para sawi hanya memiliki pengetahuan kelautan dan keterampilan
kerja/prodiksi semata. Pola hubungan (struktur sosial) yang menandai hubungan dalam
kelompok P.Sawi baik dalam bentuknya yang elementer (P.Laut/Juragan-Sawi) maupun
bentuk lebih kompleks (P.Darat/P.Lompo-P.Laut/Juragan-Sawi) ialah hubungan patronclient. Hubungan patron-client memolakan dari atas bersifat memberi servis ekonomi,
perlindungan, pendidikan informal, sedangkan dibawah mengandung muatan moral dan
sikap ketaatan dan kepatuhan, kerja keras, disiplin, kejujuran, loyalitas, tanggung jawab,
pengakuan, dan lain-lain (dapat dipahami sebagai modal sosial.)
Menurut saya penulisan makalah ini terlalu padat sehingga mengurangi minta para
pembaca, walaupun materi yang dibahas dalam makalah ini sangat-lah bagus.

REVIEW KELOMPOK 5
Pada tugas kelompok kali ini kelompok 5 mendapat materi yaitu “Kebudayann
Maritim” dengan adanya kajian ini mengetahui arah pengembangan yang di tempuh oleh
setiap bidang ilmu yang dimaksudkan untuk pedalaman pemahaman pada fenomena yang
dikaji serta penajaman pendekatan teoritis yang diterapkan dan dikembangkan. Perlunya
konsep-konsep budaya maritim atau budaya perikanan serta unsur-unsur yang untuk dikaji
lebih dalam lagi. Dari latar belakang yang dikemukan penulis maka lahirlah rumusan
masalah yang ingin dicapai yaitu pertama penulis mengambil suatu kebijakan dalam hal
bagaimankah konsep kebudayaan maritim itu? kedua Apa saja unsur-unsur kebudayaan
maritim?
Dalam pembahasan makalah ini penulis lebih dulu mengemukankan pengertian dari
kebudayaan itu sendiri. Dimana budaya atau kebudayaan adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Mengacu kepada realitanya, kebudayaan ialah kehidupan masyarakat
manusia itu sendiri, yang berbeda dengan dunia kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Pembahasan selanjutnya yaitu “Wujud Kebudayaan”. Dalam proses kehidupan
masyarakat manusia sehari-hari, sistem budaya selalu atau seharusnya menjadi pedoman
pembuatan keputusan atau bertindak, sistem budaya bersama sistem sosial mempedomani
dan mewadahi praktik berkarya dengan rekayasa dan penggunaan teknik-teknik tertentu.
Sebaliknya, budaya material menjadi prasyarat/menentukan diintesifkannya sistem sosial,
yang selanjutnya menyumbang kepada pengokohan sistem budaya.
Pembahasan ketiga yaitu mengenai “Unsur-unsur Kebudayaan”. Dalam makalah ini
memeparkan beberapa unsur dari kebudayaan itu sendiri. Seperti Unsur sistem pengetahuan
mengenai gagasan, pemaknaan, klasifikasi pengetahuan, pandangan dunia, ideologi,
keyakinan, nilai, norma, dan moral. Selain di atas masih ada unsur bahasa merupakan unsur
kebudayaan yang berfungsi vital bagi berlangsunya komunikasi dalam rangka pergaulan
dan kehidupan bersama manusia. Dalam mengkaji mengkaji dan membangun salah satu
unsur harus dipahami dan dilihat dalam konteks keseluruhannya karena , setiap unsur
kebudayaan saling keterkaitan membentuk satu kesatuan kebudayaan yang menyeluruh.

Pembahasan berikutnya mengenai “Konsep Kebudayan Maritim”. Konsep budaya
maritim tersebut mengenai semua bidang aktivitas pelayaran, perikanan, pertambangan,
industri priwisata, pemukiman, pengawasan, dan pengamanan wilayah, pendidikan dan
penelitian, seni dan olah raga, dan sebagainya. Pada pembahasan kali ini penulis
memaparkan bahwa masyaraka maritim mengalami proses dinamika dan perubahan karena
budaya maritim itu sendiri juga dicirikan dengan sifat-sifat kreatif inovatif, terbuka,
dinamis, berubah dan berkembang, bertahan, homogen dan berbeda, interkonektif dan
holistik.
Dan pembahasan yang terakhir adalah “Unsur-unsur Kebudayaan Maritim”.
Kebudayaan bahari terdiri dari bagian unsur-unsur yang saling terkait membentuk salah
satu kesatuan menyeluruh (holistic). Unsur-unsur tersebut berupa sistem-sistem
ideasional/kognitif/mental (gagagsan, pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma, moral,
emosi, dan perasaan kolektif, refleksi/intropeksi diri, intuisi), bahasa, kelompok/organisasi
sosial, ekonomi teknologi, seni dan religi berkaitan pengololaan dan pemanfaatan
sumberdaya dan jasa-jasa laut. Setiap unsur kebudayaan maritim tersebut mengandung dan
dapat di analisis dalam tiga wujud kebudayaan, yakni sistem budaya, sistem sosial, dan
budaya material.
Setelah saya membaca makalah ini pastinya memiliki kekurangan karena yang
menulis makalah ini hanyalah manusia biasa. Kekurangan tersebut yaitu penyusunan
makalah yang terlalu rapat mengurangi minat untuk membaca makalah ini. Pada daftar
isinya juga meperlihatkan kesalahan. Makalah ini tak memperlihatkan nomor disetiap
halaman tetapi justru didaftar isi memberikan informasi akan nomor halaman tersebut.

REVIEW MAKALAH KELOMPOK 6
Pada tugas kelompok kali ini kelompok 6 mendapat materi yaitu “Perubahan Sosial
Ekonomi Pada Masyarakat Maritim” dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui
bahwa setiap sisi kehidupan pasti akan mengalami perubahan tak terkecuali masyarakat
maritim yang khususnya pada masyarakat nelayan. Tumbuhnya sektor-sektor ekonomi baru
dan berkembangnya sektor-sektor ekonomi kemaritiman lama, terutama perikanan dan
pelayaran, tampak dalamperkembangan dan perubahan-perubahan teknologi.
Dari latar belakang yang dikemukan penulis maka lahirlah rumusan masalah yang
ingin dicapai yaitu bagaimanakah dinamika sosial-ekonomi masyarakat pesisir dengan
ingin dicapainya tujuan agar lebih mengetahui perubahan sosial ekonomi masyarakat
maritim. Ada beberapa masalah yang berkaitan dengan sosial dan ekonomi yang diberikan
penulis dalam makalah yang pertama yaitu “Eksploitasi Sumber Daya Laut Kelangkaan”.
Pada sub bahasan ini penulis memaparkan sampai saat ini tak dapat dipungkiri bahwa
sumber daya laut di Indonesia dieksploitasi secara penuh dan berlebihan yang dimana ini
tidak hanya menunjukkan sumberdaya ikan semakin terbatas dalam mendukung ekonomi
nelayan, tetapi juga menjadikan perikanan sebagai pelabuhan terakhir masyarakat yang
tidak memiliki akses terhadap lapangan kerja lainnya.
Pembahasan yang kedua yaitu “Kemiskinan”. Kemisikinan merupakan masalah
sosial yang selalu tergambar pada masyarakat nelayan, karena kurangnya kemajuan yang
dibandingkan masyarakat yang lain. Pengrusakan wilayah pesisir tak lepas masalah
kemiskinan ini karena pendapatan mereka dari kegiatan pengeboman dan penangkapan ikan
karang dengan cyanide masih jauh lebih besar dari pendapatan mereka sebagai nelayan.
Namun pada akhirnya merekalah yang akan kena dan bertanggung jawab akan kerusakan
wilayah ini.
Pembahasan yang ketiga yaitu “Faktor Penyebab”. Kemiskinan yang terjadi pada
masyarakat nelayan karena belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber
daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah.
Kekurangan ini disebabkan oleh kurangnya aktivitas penyuluhan atau teknologi dan
rendahnya lembaga penyedia teknologi.

Dan pembahasan yang terkahir mengenai “Solusi Alternatif ; Pemberdayaan
Alternatif”. Dalam makalah ini penulis memaparkan bahwa banyak program pemberdayaan
yang menklaim sebagai program yang berdasar kepada keinginan dan kebutuhan
masyarakat (bottom up), tapi ironisnya masyarakat tetap saja tidak merasa memiliki akan
program-program tersebut sehingga tidak aneh banyak program yang hanya seumur masa
proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan masyarakat. Jadi perlunya
pemberdaya masyarakat pesisir yang berarti menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir
untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang
akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.
Setelah saya membaca makalah ini pastinya memiliki kekurangan karena yang
menulis makalah ini hanyalah manusia biasa. Kekurangan tersebut yaitu penyusunan
makalah yang kurang rapi mengurangi minat untuk membaca makalah ini seperti daftar isi
yang tidak rapi serta judul kata pengantar yang menggunakan titik dua ( : ) ini tidak sesuia
dari makah yang formal. Materi yang ditulis dalam makalah menurut saya masih banyak
memilki kekurangan karena dari beberapa buku dan informasi dari internet yang ada
tentang materi ini kelompok 6 justru tidak memasukkannya.
Dan materi yang diberikan pada makalah ini memberikan informasi yang cukup
tentang kehidupan nelayan yang masih belum tergambarkan pada perubahan ke arah lebih
baik. Karena dalam makalah ini penulis lebih banyak memaparkan masalah bukannya
perubahan.