T SEJ 1407328 Chapter3

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian
tindakan kelas (PTK). Peneliti menggunakan metode ini karena ingin menjadikan
pelajaran sejarah tidak hanya mempelajari tentang masa lalu tetapi juga
dihubungkan dengan kehidupan siswa pada masa kini dan dikaitkan dengan
masalah-masalah yang ada di sekitar siswa. Dalam hal ini masalah yang peneliti
pilih adalah kerusakan lingkungan hidup. Peneliti mengharapkan melalui
penggunaan PTK dapat meningkatkan kesadaran sejarah siswa dan meningkatkan
kecerdasan ekologis siswa.
Menurut Wiriaatmadja (2010, hlm. 13) penelitian tindakan kelas adalah
bagaimana

sekelompok

guru

dapat


mengorganisasikan

kondisi

praktik

pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat
mencobakan suatu gagasan perbaikan dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri
kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran, keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka,
serta pemahaman terhadap praktik-praktik mereka dan terhadap situasi tempat
praktik tersebut dilakukan (Carr & Kemmis dalam Madya, 2007, hlm. 9).
Pengaitan istilah tindakan dan penelitian menonjolkan ciri inti metode
penelitian tindakan yaitu mencobakan gagasan-gagasan baru dalam praktik
sebagai alat peningkatan dan sebagai alat menambah pengetahuan mengenai
kurikulum,

pengajaran,


dan

pembelajaran

(Kemmis

&

Taggart

dalam

Madya,2007, hlm. 10). Penggunaan metode tindakan kelas karena ingin mencoba
menerapkan gagasan pembelajaran ekopedagogik dalam pembelajaran sejarah
yang sepengetahuan peneliti belum pernah diterapkan di sekolah ini.
Tujuan dari penelitian tindakan kelas yaitu:
Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


1. meningkatkan praktek pembelajaran.
2. Meningkatkan persepsi atau pemaknaan praktik pengajaran oleh
praktisi.
3. Peningkatan dari situasi problematik yang nyata dengan kolaborasi
(Carr & Kemmis dalam Daneel, 2009, hlm. 7).

3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI.IPS1 SMA Negeri 04
Prabumulih. Pemilihan subjek didasarkan pada pertimbangan jam pelajaran di
kelas IPS lebih banyak dari pada kelas X dan XI.IPA selain itu, karena siswa akan
presentasi sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama. Pertimbangan berikutnya
dikarenakan dari pengalaman peneliti mengajar, di kelas IPS ini tampak lebih
banyak sampahnya dibanding kelas XI.IPA.

1.3 Peran Peneliti dan Guru Mitra
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sebagai perencana, pengambil
tindakan, dan pengamat dalam penelitian tindakan kelas ini. Dalam penelitian ini
peneliti dibantu oleh guru mitra yang berperan sebagai pengamat (observer )
terhadap implementasi RPP yang peneliti rencanakan.


3.4 Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian dilakukan pada semester kedua tahun pelajaran 20152016. Pembagian waktu dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama adalah
tahap orientasi dan tahap kedua adalah tahap tindakan. Tahap orientasi
dilakukan selama dua kali pertemuan. Tahap tindakan dilakukan selama
delapan kali pertemuan.
2. Tempat penelitian di kelas XI.IPS1 dengan jumlah murid sebanyak 20
orang dan di lingkungan SMA Negeri 04 Prabumulih.
Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai human
instrument karena pengolahan data dalam penelitian tindakan kelas dilakukan oleh

peneliti sendiri.
Lincoln & Guba (dalam Wiriaatmadja,2010, hlm. 96-97) merinci karakter
yang harus dimiliki seorang peneliti sebagai human instrument, sebagai berikut.

1. responsif, terhadap berbagai petunjuk baik yang bersifat perorangan
maupun yang bersifat lingkungan.
2. Adaptif, mampu mengumpulkan berbagai informasi mengenai banyak
faktor pada tahap yang berbeda-beda secara simultan.
3. Menekankan aspek holistik, karena manusialah yang mampu dengan
segera menempatkan dan menyimpulkan kejadian yang membingungkan
di atas ke dalam posisinya secara keseluruhan.
4. Pengembangan berbasis pengetahuan, hanya manusia yang dapat sekaligus
berpikir yang tidak diungkapkan (tacit knowledge) dalam menyusun
proposisi, sementara sadar bahwa situasi yang dihadapi memerlukan lebih
dari sekedar pengetahuan dan proposisi.
5. Memproses dengan segera, sang penelitilah yang mampu segera
memproses data di tempat, membuat generalisasi, dan menguji hipotesis di
dalam situasi yang dengan sengaja diciptakan.
6. Klarifikasi dan kesimpulan, ia juga yang memiliki kemampuan unik untuk
membuat kesimpulan di tempat, dan langsung meminta klarifikasi.
7. Kesempatan eksplorasi, terutama terhadap jawaban-jawaban subjek yang
diteliti yang tidak lazim.

1.6 Indikator Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas


Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indikator Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas terhadap penelitian yang
dilakukan ialah:
1. Siswa dapat memahami tentang perubahan lingkungan dari masa Orde
Baru sampai masa Reformasi.
2. Siswa dapat mengambil pelajaran dari pembelajaran ekopedagogik
mengenai industrialisasi di Indonesia mulai dari Orde Baru sampai
Reformasi, baik itu hal yang positif maupun yang negatif.
3. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran siswa tentang pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan tindakan nyata untuk
memelihara lingkungan.
4. Adanya perilaku siswa yang tidak lagi membuang sampah

secara


sembarangan.
5. Siswa dapat memberikan solusi untuk mengurangi sampah plastik dan
mengurangi karbondioksida di udara.

1.7

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam bentuk siklus kegiatan yang

mengacu pada model yang diadopsi dari Kemmis dan Taggart yaitu model spiral.
Alasan menggunakan model ini karena pada tahap awal ingin bertanya kepada
siswa tentang pandangan mereka terhadap pembelajaran sejarah dan wawasan
mereka tentang lingkungan dan apabila tindakan pertama mengalami kegagalan
maka akan kembali lagi ke awal (siklus) dengan merevisi perencanaan.

Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


Bagan 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart

Penjelasan dari Model Spiral dari Kemmis & Taggart sebagai berikut:
Pada kotak tindakan (act), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami dan apa
yang mereka minati (Wiriaatmadja, 2010, hlm. 67).
Diagnosis atau mengidentifikasi masalah dari pengamatan yang pernah
dilakukan. Pada tahap ini memberikan pretes tentang pemahaman dan pandangan
siswa tentang lingkungan hidup dan kesadaran sejarah. Kemudian mengamati
siswa pada saat membuang sampah di lingkungan sekolah. Pretes dan observasi
awal digunakan untuk pembanding sebelum dan sesudah adanya tindakan.
Pada kotak pengamatan (observed), pertanyaan-pertanyaan dan jawabanjawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang terjadi. Pengamat juga
membuat buku catatan dalam buku hariannya (Wiriaatmadja, 2010, hlm. 67).
Pada tahap refleksi (reflect) merenungkan kembali jawaban-jawaban siswa
dan menilai jawaban, sikap, dan perilaku siswa, meminta pendapat/pandangan
guru mitra setelah itu mulai mengambil rencana untuk perbaikan.
Setelah data awal didapat barulah penulis akan membuat perencanaan
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK

MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yaitu:
1. Siklus I
Rencana: perencanaan dilakukan dengan membuat RPP.
Tindakan 1: melaksanakan RPP dilanjutkan dengan mengevaluasi
dengan tes uraian.
Observasi dan refleksi: mengobservasi tindakan 1 yang dilakukan dan
mengamati sikap dan perilaku siswa.
2. Siklus II
Rencana: memperbaiki RPP sebelumnya.
Tindakan 2: melaksanakan RPP yang kedua dan mengevaluasi siswa
dengan tes uraian.
Observasi dan refleksi: mengobservasi tindakan 2 terhadap siswa dan
mengamati sikap dan perilaku siswa.
3. Siklus III
Rencana: memperbaiki RPP sebelumnya.
Tindakan 3: melaksanakan RPP dan mengevaluasi siswa dengan tes
uraian

Observasi dan refleksi: mengobservasi tindakan 3 terhadap siswa dan
mengamati sikap dan perilaku siswa.
1) Rencana
Pada tahap ini membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
membuat lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar pretes
serta instrumen untuk evaluasi.
2) Tindakan
Pada tahap ini mengimplementasikan RPP yang telah disiapkan.
3) Observasi dan refleksi
Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap pelaksanaan dari
perencanaan yang sudah dibuat (RPP), apakah dalam pelaksaannya
sudah sesuai dengan RPP kemudian yang diamati adalah cara
guru/peneliti mengajar dan proses pembelajaran itu sendiri. Berikut
Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang perlu diamati adalah adakah perubahan-perubahan dari siswa
setelah menerima pembelajaran.

Observasi yang digunakan ada dua yaitu pertama, observasi terhadap
guru yang mengajar dalam hal ini dilakukan oleh peneliti sendiri
(observed) sedangkan guru mitra (observer ) yang mengamati peneliti.
Observasi terhadap siswa atau kelas (observed) yang dilakukan oleh
peneliti (observer ). Observasi yang digunakan adalah observasi
terstruktur yaitu pengamat menghitung atau memberikan tanda setiap
kali peristiwa tertentu muncul, seperti setiap kali guru mengajukan
pertanyaan atau memberikan pujian. Hasil yang diperoleh bersifat
faktual daripada judgemental, dan dapat dibuat lebih detail dengan
mendasarkannya pada aide-memoires seperti yang telah dideskripsikan
sebelumnya (Hopkins, 2011, hlm. 160).
Kedua, observasi dilakukan terhadap siswa atau kelas dengan
menggunakan
(

observasi

terstruktur

yaitu

memberi

tanda

sikap dan perilaku siswa dalam proses pembelajaran di

kelas atau di luar kelas.
Pada tahap ini, peneliti akan mengobservasi siswa apakah terjadi
perubahan sikap dan perilaku siswa dalam membuang sampah,
membawa botol minuman sendiri, keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran, kerja sama siswa, sikap ramah ligkungan yang diketahui
melalui lembar pertanyaan yang diberikan.
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan
persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha
memahami proses, masalah, dan kendala nyata dalam tindakan
strategik. Refleksi mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin
ada dalam situasi sosial dan memahami persoalan keadaan tempat
timbulnya persoalan itu (Madya, 2007, hlm. 63).
Pendidik berpikir dengan kritis dan kreatif membahas masalah aspekaspek pengajaran. Selanjutnya mengevaluasi rencana dan tindakan
Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemudian kembali membuat rencana ulang jika masih ada kegagalan
(Carr & Kemmis dalam Daneel, 2009, hlm. 5).
Refleksi dilakukan dengan wawancara kepada siswa dan guru mitra
dan merenungkan kembali tindakan yang sudah dilakukan, apakah
yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari tindakan tersebut.

3.8 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Adalah kegiatan yang menuntut peneliti mengadakan pembicaraan
terencana terhadap siswa atau subjek yang diteliti, dengan pertanyaan lisan yang
telah disiapkan untuk mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2008, hlm.
50).
Wawancara merupakan cara yang sangat penting dalam usaha memberikan
umpan balik mengenai masalah yang diteliti serta saran-saran untuk masa depan.
Wawancara juga merupakan cara validasi yang sangat penting dalam usaha
peneliti mengadakan peningkatan di dalam pengajarannya (Kusumah &
Dwitagama, 2012, hlm. 63).
Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai fakta,
keyakinan, perasaan, niat, dan sebagainya (Kusumah & Dwitagama, 2012, hlm.
77). Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2010, hlm. 117) wawancara adalah
suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut
pandang yang lain.
Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur.
Wawancara ini adalah bentuk wawancara yang sudah dipersiapkan terlebih
dahulu, akan tetapi memberikan keleluasaan untuk menerangkan agak panjang
mungkin tidak langsung ke fokus pertanyaan atau bahasan, atau mungkin
mengajukan topik bahasan sendiri selama wawancara berlangsung (Elliot dalam
Wiriaatmadja, 2010, hlm. 119). Wawancara secara semiterstruktur

dilakukan

Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap siswa-siswi kelas XI.IPS1 yang menerima proses pembelajaran yang
diterapkan oleh peneliti.
2. Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana
peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sangat sesuai
digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi interaksi belajar
mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok (Kusumah & Dwitagama, 2012,
hlm. 66). Peneliti langsung mengamati subjek, terjun langsung dengan melihat,
merasakan, mendengarkan, berpikir tentang subjek yang diteliti, dan mencatat
apa yang diamati (Suparno, 2008, hlm. 45).
Dalam penelitian ini ada dua pengamat yaitu pertama, peneliti bertindak
sebagai pengamat partisipan yang menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
dan mengamati proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik dan
mengamati kegiatan peserta didik apakah sudah sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat. Kedua, guru mitra yang mengamati
peneliti dalam proses pembelajaran apakah sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Metode observasi yang penulis gunakan adalah metode observasi
terstruktur yang mana peneliti dan guru mitra sudah menyetujui kriteria yang
diamati, maka selanjutnya tinggal menghitung (mentally) saja berapa kali
jawaban, tindakan, atau sikap siswa yang sedang diteliti itu ditampilkan
(Wiriaatmadja, 2010, hlm. 114).
3. Studi Dokumentasi
Dokumen yang akan diteliti antara lain laporan tugas siswa siswa (Lembar
Kerja Siswa), esai atau berbagai macam ujian dan tes yang dilakukan siswa,
makalah, dan bagian-bagian buku teks yang digunakan dalam pembelajaran.
4. Catatan Lapangan
Membuat catatan lapangan (field notes) merupakan salah satu cara
melaporkan hasil observasi, refleksi, dan reaksi terhadap masalah-masalah kelas
Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dapat diformat dalam bentuk-bentuk yang berbeda dapat berupa catatan yang
„berorientasi-isu” sejauh observasinya fokus terhadap salah satu aspek pengajaran
atau perilaku ruang kelas dan dilaksanakan secara berkelanjutan. Selain itu dapat
juga berisi kesan-kesan umum tentang ruang kelas, iklimnya, atau peristiwaperistiwa insidentalnya. Catatan lapangan juga dapat digunakan untuk menyajikan
studi kasus tentang siswa tertentu dan seharusnya deskriptif daripada spekulatif,
sehingga informasi yang terdapat didalamnya dapat membangun gambaran besar
yang memungkinkan untuk diinterpretasi (Hopkins, 2011, hlm. 181-182).
Catatan lapangan dibuat oleh peneliti. Beberapa hal yang perlu dicatat
yaitu aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan
interaksi peneliti dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, diskusi, dan refleksi
(Wiriaatmadja, 2007, hlm. 125).

3.9 Alat untuk Mengumpulkan Data Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
antara lain:
1. Alat Perekam
Alat rekaman digunakan pada saat wawancara dengan murid namun harus
mendapat izin terlebih dahulu dari mereka.
2. Kamera Digital
Kamera digital digunakan untuk mengambil dokumentasi berupa gambar
yang menggambarkan kegiatan peneliti dan siswa serta wawancara.
3. Lembar Observasi
Digunakan untuk mengecek kegiatan dan tingkah laku siswa selama proses
pembelajaran.
4. Lembar Penilaian
Lembar penilaian dalam bentuk lembar pertanyaan untuk menilai
perubahan sikap siswa setelah menerima proses pembelajaran. Penilaian
terhadap perubahan kognitif menggunakan tes uraian, presentasi, serta
penilaian terhadap produk yang dihasilkan siswa untuk mengatasi masalah
lingkungan.
Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.10 Analisis Data
Analisis data adalah memberikan makna atau arti terhadap apa yang telah
terjadi di dalam kelas. Memberi makna berarti menentukan apa yang dapat disebut
sebagai makna, menerangkan mengapa tindakan disebut sebagai bermakna sedang
yang lain tidak, dan bagaimana tindakan-tindakan di bidang pendidikan yang
diteliti mendekati kebermaknaan tersebut (Kusumah & Dwitagama, 2012, hlm.
83).
Analisis data yang digunakan adalah menurut Miles dan Huberman.
Analisis ini meliputi tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemisahan, pemusatan perhatian
pada penyederhaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Miles & Huberman, 2014, hlm. 16).
Dalam reduksi data ini, peneliti memasukkan data-data yang sesuai dengan
rumusan masalah dan data yang tidak menjawab rumusan masalah tidak perlu
dimasukkan. Data-data yang perlu yang ditemukan di lapangan dimasukkan di
hasil penelitian.
Penyajian data sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles &
Huberman, 2014, hlm. 17). Penyajian data dalam penelitian dengan menggunakan
kata-kata daripada angka-angka dan hanya sedikit penyajian yang menggunakan
angka. Penyajian data disajikan dalam bentuk teks naratif yang menceritakan apa
yang terjadi di lapangan. Dalam penyajian juga menampilkan gambar sebagai
bentuk bukti dari apa yang diceritakan. Data ditampilkan sesuai dengan tema atau
kategori dan disesuaikan dengan rumusan masalah.
Menarik kesimpulan atau verifikasi adalah upaya-upaya yang luas untuk
menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya
makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya,
Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan kecocokannnya yakni merupakan validitasnya (Miles & Huberman, 2014,
hlm. 19). Penarikan kesimpulan dilakukan setelah penelitian selesai. Penarikan
kesimpulan didapat dari hasil penelitian dan pembahasan yang dihubungkan
dengan rumusan masalah sehingga jumlah kesimpulan disesuaikan dengan jumlah
rumusan masalah.

3.11 Verifikasi Data
Prosedur dan pelaksanaan validasi yang digunakan yaitu versi Hopkins
dan kawan-kawan (Wiriaatmadja, 2010, hlm.168-171). Langkah-langkah yang
harus dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan member check, yakni memeriksa kembali keteranganketerangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi dan
wawancara dari narasumber. Apakah keterangan atau informasi itu tetap
sifatnya atau tidak.
2. Triangulasi, memeriksa kebenaran konstruk, atau analisis yang timbul
dengan membandingkan hasil orang lain, misalnya mitra peneliti yang
hadir dan menyaksikan situasi yang sama. Menurut Elliot (dalam
Wiriaatmadja, 2010, hlm. 169) triangulasi dilakukan berdasarkan tiga
sudut pandang, yakni sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan sudut
pandang yang melakukan pengamatan.
3. Saturasi, dilakukan apabila data sudah jenuh atau tidak ada data lain yang
berhasil dikumpulkan.
4. Eksplanasi saingan atau kasus negatif, peneliti tidak melakukan upaya
untuk menyanggah atau membuktikan kesalahan peneliti saingan,
melainkan mencari data yang akan mendukungnya. Apabila tidak berhasil
menemukannya, maka hal ini mendukung kepercayaan terhadap hipotesis,
konstruk, atau kategori dalam penelitian pada awalnya.
5. Audit trail, memeriksa kesalahan-kesalahan di dalam metode atau prosedur
yang dipakai peneliti dan dalam pengambilan kesimpulan. Kemudian

Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau pengamat mitra
penelitian lainnya.
6. Meminta nasihat kepada pakar (expert opinion).
Pakar dalam hal ini adalah pembimbing tesis dari peneliti. Hasil penelitian
yang telah selesai itu diberikan kepada pembimbing baik itu pembimbing I
maupun pembimbing II kemudian memeriksa hasil tersebut. Setelah itu,
memberikan arahan atau koreksi terhadap hasil penelitian.

Rosmawati Berlin Gultom, 2016
PEMBELAJARAN EKOPEDAGOGIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu