Materi SEJARAH LOKAL

SEJARAH LOKAL
Dalam menentukan skope spasial sering mengalami kasalahan yaitu daerah
administratif atau nama daerah yang mencakup etnis kultural sering di identikan. sebab yang
utama adalah konsep etnis-kultural yang selalu bergerak, sedangkan yang kedua ditentukan
oleh politik administratif. Tiap daerah etnis-kultural bukan saja mengalami kesatuan historis,
tetapi juga mempunyai konsep tentang kelampauan yang khas.
STUDI SEJARAH LOKAL
Corak studi sejarah lokal yang pernah dilakukan tentang Indonesia:
Studi tersebut dapat dibedakan atas empat golongan :
1. Studi yang difokuskan pada suatu peristiwa tertentu yaitu studi peristiwa khusus atau
apa yang disebut evenemental, l’evenement.
2. Studi yang lebik menekankan pada struktur.
3. Studi yang mengambil perkembangan aspek tertentu dalam kurun waktu tertentu atau.
studi tematis,
4. Studi sejarah umum, yang menguraikan perkembangan daerah
tertentu misalnya
propinsi, kota atau kabupaten dan masa ke masa
CONTOH STUDI EVENEMENTAL
Studi yang dikerjakan oleh Sartono Kartodirdjo tentang pemberontakan petani di
Cirebon pada 1888 adalah contoh yang terpenting dari corak studi khususnya yang pernah
dilakukan sesudah evolusi (1950). Berdasarkan suatu ecepted history, Sartono mengadakan

rekonstruksi terperinci dan peristiwa itu dan memperlihatkan sumber dan pola dinamik sosial
yang melatar belakanginya. Peristiwa itu sendiri kemudian menjadi alat dalam menerangkan
masalah sosiologis historis yang mendasar. Begitulah bukan saja untaian peristiwa, sequence,
dan kaitan sebab akibat disampaikan dengan baik, tetapi juga terutama konteks historis yang
memungkinkan peristiwa itu terjadi diuraikan dengan panjang lebar.
Beberapa hal yang dipersoalkannya antara lain sampai dimana pemberontakan itu
adalah suatu letupan ketidakpuasan terhadap kekuasaan, sampai dimana Islam, baik dari
sudut struktural maupun kultural ikut berpengaruh maupun bagaimana berbagai faktor
ekonomis, politis, sosial, meneruskan titik penyatuan (convergence) hingga menimbulkan
tindakan pemberontakan merupakan sebagian dan pertanyaan pokok yang mendasari uraian
dan analisa Sartono.
PENGERTIAN SEJARAH LOKAL
Menurut Finberg, sasaran sejarah lokal ialah asal-usul pertumbuhan , kemunduran,
kejatuhan dari kelompok masyarakat lokal. Tekanannya terletak pada sebuah kelompok
masyarakat dan seleksi peristiwa ditentukan oleh tingkat ‘pentingnya’ dalam perkembangan
daerah yang dibicarakan itu, bukan dari kenyataan yang berada di luarnya.

Jawablah soal berikut ini:
2.1. Sebutkan ciri sastra Indonesia lama maupun sastra Indonesia baru !
2.2. Terangkan tujuan dari penyampaian sastra lisan di daerah Banjar!

2.3. Coba sebutkan bentuk sastra yang hidup dalam masyarakat Banjar!
2.4. Ceritakan peranan historiograf tradisional dalam penulisan Sejarah Indonesia!
2.5. Sebutkan ciri-ciri historiografi tradisional Indonesia.
JAWABAN
pada umumnya orang tua merupakan penutur sastra lisan banjar yang penting, di
samping muda-mudi. Tak semua bentuk sastra lisan bisa disampaikan oleh setiap orang. Ada
jenis sastra lisan yang menjadi milik kalangan khusus saja seperti puisi pengiring permainan
anak- anak, kisah cinta/parno untuk muda-mudi.
Babad yang berisi riwayat raja-raja itu mempunyai fungsi sakral-magis dan akan
memusatkan pada kisah-kisah sekitar istana di mana kebesaran istana raja diuraikan untuk
dikagumi publik dan yang tak boleh diumumkan tak dikemukakan. Tak ada kebutuhan
tentang keadaan sehari-hari atau kehidupan sosia- ekonomi masyarakat luar istana.
Pujangga bertugas antara lain menggubah kakawin atau babad mempunyai fungsi
yang tak lepas dari kekuatan magis dan perkataan : kalimat atau buku dan konsepsi dan
kedudukan raja dalam menyelenggarakan kultus raja.
Dalam kebudayaan Jawa Babad berfungsi mengangkat sakti raja, karena sakti raja
akan menentukan kesuburan tanah, kemakmuran negeri, keamanan dan kesentosaannya
Dengan demikian dalam fungsinya yang sedemikian penting pujangga mempunyai
peran yang boleh dikatakan utama, dimana Ia dituntut untuk mempunyai berbagai. macam
keahlian seperti ahli sastra, adat-istiadat, seni, sejarah dan juga agama. Penulisan sejarah yang

berupa Babad, kronik, dsb. merupakan pekerjaan sakral maka seorang pujangga harus
memperoleh wahyu-kepujanggaan.
2.1. Ciri atau bentuk sastra Indonesia lama dan sastra Indonesia baru:
Sastra Indonesia lama
1) Prosa : dongeng, hikayat, sejarah, riwayat, mite, legenda
2) Puisi : pantun, syair, mantra, bidal, gurindam, talibun
3) Prosa liris.
Sastra Indonesia baru
1) prosa : roman, novel, drama
2) puisi : Sajak bebas, sonata
3) semacam prosa liris, misalnya balade.
2.2. Dari segi tujuan penuturan sastra lisan Banjar bisa dibedakan:

a)
b)
c)
d)

pengajian sebagai hiburan;
sebagai semangat kerja;

tujuan magis;
tujuan didaktis.

Tujuan penyampaian sastra lisan di daerah Banjar:
1) Hajat atau kaul yang merupakan tradisi yang berurat berakar dalam masyarakat
Banjar secara turun temurun sebagai syukur kepada Tuhan karena sesuatu maksud
telah tercapai.
2) Sebagai hiburan, yang sering dihubungkan dengan peristiwa kelahiran, khitanan,
perkawinan; sebagai pengisi waktu begadang bagi hadirin.
3) Pemberi semangat kerja, misalnya pada saat menuai padi.
4) Tujuan magis, yang disampaikan dengan mantra misalnya untuk melemahkan hati
orang, memulai pekerjaan penting.
5) Tujuan didaktis, guna mendidik anak-anak dan muda-mudi.
2.3. Bentuk sastra yang hidup dalam masyarakat Banjar:
Bentuk sastra di masyarakat Banjar dapat diklasifikasikan menurut pembagian
sastra yang umum yaitu prosa puisi dan prosa liris.
a) Bentuk prosa : misalnya kisah kepahlawanan, kisah yang berhubungan dengan
keajaiban (mitos), kisah Datu, kisah hantu dan raksasa, kisah yang berhubungan
dengan nama tempat (legende), kisah dalam kehidupan binatang (fabel), kisah yang
berhubungan dengan benda pusaka, cerita humor,

b) Bentuk puisi: misalnya pantun-pantun bakakasihan, pantun puji pujian; bacaanbacaan untuk kesaktian, untuk melemahkan hati, guna-guna, syair-syair agama,
tasauf, dsb
c) Bentuk prosa liris: yang termasuk prose liris hanya ada dua macam yaitu cerita “Pit
Dandung” dan “Andi - andi “.
Bentuk sastra khusus
yang merupakan campuran antara. prosa dan puisi dalam penyampaiannya seperti
misalnya wayang, lamut, mamanda dan madihin.
Waktu dan tempat: penyampaian yang menjadi kebiasan umum dan penyampaian yang
diatur dalam pertunjukan. Secara umum alat perlengkapan berfungsi sebagai pengiring atau
selingan dalam menyampaikan puisi atau prosa liris.
2.4. Peranan historiografi tradisional dalam penulisan sejarah Indonesia:
Sebenarnya sumber Indonesia dalam penulisan sejarah Indonesia tidak dapat
diabaikan, sebab memberi bahan dan memberi contoh histoniografi dengan visi Javanosentris atau regiosentris. Masalahnya adalah cara menafsirkan historiografi Babad, sehingga
dapat diambil inti historisnya sebagai bahan bangunan sejarah Indonesia.

2.5. Cini-ciri dari keseragaman dalain historiografi Indonesia terdapat dalam:
a.
b.
c.
d.

e.
f.

genealogi yang merupakan permulaan dari semua penulisan sejarah.
asal mula rajakula yang mythis atau legendaris; ini merupakan bagian terpenting.
Mythologi Melayu-Polynesia tentang perkawinan dengan bidadari.
legende pembuangan anak
legende permulaan kerajaan
tendensi menjunjung tinggi rajakulanya