INVENTARISASI ORCHIDALES DI GUNUNG PESAWARAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDURRAHMAN BANDAR LAMPUNG (Sebagai Bahan Pengayaan Materi Keanekaragaman Hayati SMA Kelas X Semester 1)

(1)

INVENTARISASI ORCHIDALES DI GUNUNG PESAWARAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDURRAHMAN BANDAR LAMPUNG

(Sebagai Bahan Pengayaan Materi Keanekaragaman Hayati SMA Kelas X Semester 1)

(Skripsi)

Oleh Sri Mulyanto

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2 0 0 9


(2)

ABSTRAK

INVENTARISASI ORCHIDALES DI GUNUNG PESAWARAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDURRAHMAN BANDAR LAMPUNG

(Sebagai Bahan Pengayaan Materi Keanekaragaman Hayati SMA Kelas X Semester 1)

Oleh SRI MULYANTO

Tanaman anggrek merupakan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis dan banyak digunakan sebagai tanaman hias. Keberadaan tumbuhan yang bernilai ekonomi tinggi merupakan daya tarik tersendiri bagi penggemar tanaman hias untuk berkunjung ke hutan pendidikan Tahura WAR. Sampai saat ini belum ada data yang pasti mengenai jumlah spesies anggrek liar yang terdapat di Lampung terutama di Tahura WAR Oleh karena itu perlu dilakukan inventarisasi untuk mengetahui jenis-jenis angrek tumbuh di Gunung Pesawaran.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui spesies anggota Orchidales yang terdapat di Tahura Wan Abdulrahman Gunung Pesawaran dan dilaksanakan Agustus sampai dengan September 2008 bertempat di Tahura WAR hutan primer Gunung Pesawaran. Metode yang dilakukan adalah metode jelajah, menulusuri rute jalan setapak di Tahura WAR Gunung Pesawaran. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan teknik eksplorasi dan dokumentasi.


(3)

Sri Mulyanto

Berdasar pengamatam yang telah dilakukan didapat 20 spesies anggrek liar yang terbagi dalam 15 genus. Spesies-spesies tersebut yaitu Acriopsis javanica, Agrostophyllum sp1, Agrostophyllum sp2, Apendiculata ramosa Bl.,Bijdr, Angraecum mahavahens, Bulbophyllum vaginatum (Lindl)Rchb,f,

Bulbophyllum sp, Calanthe sp, Coelegyne incrassata Bl Lindl, Dendrobium paniferum J.J.Sm , Eria oblitterata, Eria sp1, Eria sp2, Gastrochilus sororius, Nephelaphyllum tenuiflorum, Oncidium cebolleta, Phalaenopsis sumatrana-alba,

Pholidota carnea (Bl.) Lindl., Pholidola chinensis Lindl, dan Spatoglotis sp.

Kata kunci: Inventarisasi orchidaceae, hutan primer Gunung Pesawaran, pengayaan materi.


(4)

Judul Skripsi :INVENTARISASI ORCHIDALES DI GUNUNG PESAWARAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDURRAHMAN BANDAR LAMPUNG (Sebagai Bahan Pengayaan Materi Keanekaragaman Hayati SMA Kelas X

Semester 1) Nama Mahasiswa : Sri Mulyanto Nomor Pokok Mahasiswa : 0313024037

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dra. Dewi Lengkana, M.Sc, Drs. Arwin Surbakti, M.Si,

NIP 131606524 NIP 131462575

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad, M.Si. NIP 131604525


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra.Dewi Lengkana, M.Sc, ...

Sekretaris : Arwin Surbakti, M.Si, Drs. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Muhaemin AD, M.Pd ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. NIP 130935935


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan menjadi anak terakhir dari empat bersaudara dari pasangan bapak Yoto Mulyono dan ibu Sri Mulyani. Terlahir pada tangggal 18 Maret 1985 di Klaten dan di beri nama Sri Mulyanto.

Pada tahun 1991 penulis masuk sekolah dasar di SDN 1 Ujanmas dan

menyelesaikannya di SDN 1 Banjar Masin, setelah terlebih dahulu transit di SDN 3 Ujanmas. Tahun 1997 penulis masuk SLTPN 1 Baradatu. Pada tahun 2000 penulis meneruskan pendidikan di SMU N 1 Bukit Kemuning. Tahun 2003 penulis meneruskan studi di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Lampung.

Selama pendidikan formal, pernah menjadi anggota tim gerak jalan dan mendapat juara dua dalam lomba gerak jalan tingkat kecamatan Baradatu dalam rangka peringatan 17 Agustus tahun 1997. Menjadi pengurus Bidang Pembantu Umum Rohis SMUN 1 Bukit Kemuning tahun ajaran 2002/2003. Menjadi Anggota Bidang Dana dan Usaha pada Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi (HIMAP BIOLOGI) tahun 2003/2004. Menjadi anggota Bidang Kaderisasi pada Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (HIMASAKTA) tahun 2004/2005. Menjadi anggota Bidang Dana dan Usaha pada Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (UKMF FPPI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tahun 2004/2005. Menjadi anggota Komisi C Dewan Perwakilan


(7)

Mahasiswa Fakultas (DPMF) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) tahun 2005/2006. Menjadi asisten pada mata kuliah Biologi Umum program studi Kimia tahun 2005/2006. Menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Tumbuhan tahun ajaran 2006/2007 dan 2007/2008. Menjadi asisten matakuliah Genetika tahun 2007/2008 dan 2008/2009. Menjadi asisten matakuliah teknik laboratorium tahun ajaran 2006/2007, 2007/2008, dan 2008/2009. Menjadi teknisi Laboratorium Pembelajaran Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dari tahun 2006 sampai 2010. Telah melakukan praktek pengalaman lapangan (PPL) semester ganjil tahun pelajaran 2007/2008 di SMU Perintis 1 Bandar Lampung.

Penulis pernah mengikuti berbagai seminar dan pelatihan diantaranya Seminar Nasional Pendidikan yang di selenggarakan oleh Lembaga Penelitan yang bekerjasama dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Lampung tahun 2008, Pelatihan Manajemen Dakwah Kampus yang

diselenggarakan oleh Lambaga Dakwah Kampus Universitas Lampung tahun 2004, Seminar Nasional Energi Terbarukan yang diselenggarakan oleh mahasiswa Fakulta MIPA Unila tahun 2006, Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Dasar yang diselenggarakan oleh Forum Pembinaan dan Pengkajiian Islam


(8)

Bismillahirahmanirrohim

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT

atas terkabulnya do’a

dan dengan

segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda

bakti, tanggung jawab, rasa sayang dan ungkapan terima kasih yang mendalam

kepada orang-orang yang ku sayang dan menyayangik

u…

Untuk kedua orang tuaku

tercinta…

Ibunda dan Ayahanda yang telah memberiku kasih sayang yang tiada terkira,

yang tak kenal lelah membesarkan, menjaga dan mendidikku, dan tiada pernah

jemu selalu mendo’

akanku disetiap waktu. . .

Untuk Kakak

kakakku terkasih

Untuk Keponakan-keponakanku tersayang


(9)

MOTTO

Seandainya seseorang mencari kayu bakar dan dipikulkan diatas punggungnya, hal itu lebih baik dari pada kalau ia meminta-minta pada seseorang yang kadang-kadang

diberi dan kadang-kadang pula ditolak (H.R. Bukhari dan Muslim)

…atau apakah manusia memperoleh apa yang ia inginkan? Tetapi kepunyaan Allah akhir dan permulaan

(Q.S. 53 An Najm (Bintang) ayat 24-25)

...dan kita pasti kan kembali ke Tuhan kita (Q.S.43 Az Zukhruf (Perhiasan) ayat 14)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Qs Arrahman:77)


(10)

SANWACANA

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan karunia-Nya skripsi dengan judul “Inventarisasi Orchidales Gunung Pesawaran Taman Hutan Raya Wan Abdurrahman Bandar Lampung” akhirnya dapat terselesaikan oleh penulis. Tidak lupa penulis sampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kita jalan yang terang benderang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dra. Dewi Lengkana, M.Sc selaku pembimbing I, Drs. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembimbing II, serta Drs. Muhaimin A D, M.Pd, selaku Pembahas dan Pembimbing Akademik.

Selanjutnya dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang paling dalam kepada:

1. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.

3. Seluruh dosen PMIPA dan staf di jurusan PMIPA FKIP Unila. 4. Bapak dan Ibu beserta keluarga besarku, yang ku sayangi.

5. Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga besar Andreas Kismadi yang telah memberikan semua dukungan selama ini.


(11)

6. Sahabat sekaligus rekan penelitian di Gunung Pesawaran, Alba, Kang Dani, Pepeng, Deni, Tina, Melya atas bantuan, kerjasama dan kekompakannya selama penelitian.

7. Tamong dan Kasri yang telah banyak membantu selama penelitian.

8. Rekan Mahasiswa P. BIO ’03, Alba, Ana, Ari, Arien, Candra, Deni, Dina,

Elya, Gusli, Indri, Joni, Maya, Melya, Hamdani, Miftah, Mudrik, Nikma, Ratna, Redi, Rangga, Ri Gus, Sanu, Silvi, Sukma, Darma, Tio, Tina, Tumijo, Yuni, Yuyun, aku bukan sahabat terbaik kalian tetapi semoga persaudaraan kita abadi.

9. Chichi dan keluarga atas pengorbanan yang diberikan untukku.

10.Kakak tingkat 02, 01, dan semua yang ku kenal, yang telah membimbingku menuju keberhasilan.

11.Adik-adik tingkat 04, 05, 06, dan 07 yang telah membuatku kembali dapat tersenyum dengan hiburan yang diberikan.

12.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan semoga skripsi ini dapat berguna.

Bandar Lampung, 2010 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan ………… ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 4

E.Ruang Lingkup ... 5

F. Kerangka Pikir ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Taman Hutan Raya Wan Abdurrahman ... 7

B.Identifikasi dan Sistem Identifikasi ... 9

1. Identifikasi Tumbuhan yang Belum Dikenal Dunia Ilmu Pengetahuan ... 9

2. Identifikasi Tumbuhan yang Telah Dikenal Oleh Dunia Ilmu Pengetahuan ... 9

C.Klasifikasi Anggrek ... 10

D.Morfologi Tumbuhan Anggrek ... 12

1. Batang ... 12

2. Akar ... 14

3. Daun... 15

4. Bunga ... 18

5. Buah ... 18

6. Biji ... 19

E.Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ... 20

III. METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B.Populasi dan Sampel ... 22

C.Alat dan Bahan Penelitian ... 22

D.Data dan Jenis Data ... 23

E.Pelaksanaan Penelitian ... 23


(13)

2. Bagan Alir Penelitian ... 24

G. Pengolahan Data ... 25

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Pengamatan ... 26

1. Hasil Pengukuran Faktor Abiotik ... 26

2. Jumlah Spesies ... 27

3. Deskripsi Spesies Anggrek ... 28

B.Pembahasan ... 47

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 55

1. Gambar dan Deskripsi Anggrek ... 56

2. Silabus ……… ... 67

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 69

4. Lembar Kerja Siswa ... 71

5. Kunci Identifikasi ... 73

6. Peta Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ... 79

7. Lokasi Penelitian ……. ... 80

8. Pengambilan Data Penelitian……….. ... 81

9. Beberapa Spesies yang Didapat ... 82

10. Alat yang Digunakan ... 83


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 1. Anggota orchidales yang ditemukan di daerah jelajah ... 27


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Berbagai kenampakan pseudobulp (a) dan batang anggrek (b) …… 13

2. Berbagai kenampakan akar, umbi dan rizoma anggrek………. 14

3. Daun anggrek ………...……… 17

4. Morfologi umum bunga anggrek ... 18

5. Berbagai bentuk buah anggrek ... 19

6. Macam-macam bentuk biji anggrek ... 20

7. Bagan alir penelitian ... ... 24

8. Acriopsis javanica foto pengamatan ... 28

9. Agrostophyllum sp1 foto pengamatan (a) dan foto http://images.google.co.id (b) ………. 29

10. Agrostophyllum sp2 foto pengamatan pada habitat (a) dan foto di laboratorium (b)....………... 30

11. Agrostophyllum sp1 foto pengamatan pada habitat (a) dan foto di laboratorium (b) ... 31

12. Angraecum mahavahens foto pengamatan... 32

13. Bulbophyllum vaginatum (Lindl.) Rchb.f foto pengamatan (a) dan foto http://www.orchidsindonesia.com (b) ... 33

14. Bulbophyllum sp foto pengamatan ... .. 34

15. Calanthe sp foto tandan bunga (a) dan foto saat pengambilan sampel (b) ... 35

16. Coelegyne incrassata (Bl).Lindl foto habitus dengan buah (a) dan bunga (b) ... 36


(16)

17. Dendrobium paniflerum J.J.Smfoto pengamatan (a) dan foto

http://www.orchidsindonesia.com (b)... 37

18. Eria oblitterata foto habitus di laboratorium... 38

19. Eria sp1 foto bagian batang (a), habitus (b) dan foto dari Handayani (1997) (c)... 39

20. Eria sp2 foto pengamatan pada habitat (a) dan foto di laboratorium (b) ... 40

21. Gastrochilus sororius Schltr foto pengamatan (a) dan foto http://www.orchidsindonesia.com (b)... 41

22. Nephelaphyllum tenuiflorum Bl. foto pengamatan (a) dan foto dari http://www.orchidsindonesia.com bunga (b) ... 42

23. Oncidium cebolleta foto pengamatan ... 43

24. Phalaenopsis sumatrana Korth. & Rchb.f. foto pengamatan... 44

25. Pholidota carnea (Bl)Lindlfoto habitus dengan buah (a) dan bunga (b)... 45

26. Pholidola chinensis Lindl. foto di laboratorium(a), habitat (b) dan foto dari http://www.orchidsindonesia.com (c) ... 46

27. Spatoglotis sp. foto pengamatan ………... 47

28.Peta Tahura Wan Abdurrahman…… ... 79

29.Gunung Pesawaran ... 80

30. Hutan Primer Gunung Pesawaran ... 80

31. Saat Mengambil Sampel Tumbuhan ... 81

32. Saat Mengukur Faktor Lingkungan ... 81

33. Beberapa Spesies yang didapat ... 82


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di Lampung yaitu Taman Hutan Raya Wan Abdurrahman (Tahura WAR). Tahura WAR ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai Hutan Pendidikan. Posisinya sangat strategis yaitu diantara Kotamadya Bandar Lampung,

Gedongtataan, daerah Pesawaran dan Kecamatan Kedondong Lampung Selatan, Tahura ini berada di pinggiran Teluk Lampung dan Teluk Ratai dengan ketinggian 34 – 1.681 m di atas permukaan laut, Tahura WAR dekat dari pusat kota sehingga mudah untuk dikunjungi. Kondisi ekofisiologinya sangat memungkinkan untuk dijadikan tempat penelitian dan pembelajaran (Hutan Pendidikan) bagi sekolah yang berdekatan dengan lokasi Tahura WAR (Dephut, 2006).

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 dan Undang-Undang tahun 1999, Taman Hutan Raya atau yang disebut dengan Tahura didefinisikan sebagai kawasan hutan yang digunakan sebagai kawasan pelestarian alam untuk mengoleksi tumbuhan dan satwa yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Namun potensi ini kurang dimanfaatkan oleh


(18)

sekolah-sekolah disekitarnya. Potensi Tahura sendiri sampai sekarang belum digali maksimal, karena belum ada data lengkap tentang flora dan fauna yang terdapat di Tahura WAR. Untuk itu diperlukan penggalian potensi tahura secara maksimal sehingga tahura WAR layak untuk dijadikan hutan pendidikan. Salah satu potensi yang belum tergali maksimal yaitu potensi flora khususnya bangsa anggrek (Orchidales) yang merupakan salah satu flora komersil. Saat ini belum ada literatur mengenai anggrek di Tahura WAR khususnya di Gunung Pesawaran. Untuk itu diperlukan inventarisasi tanaman anggrek dihutan tersebut.

Tumbuhan anggrek merupakan tumbuhan yang banyak digunakan sebagai tanaman hias, baik yang berasal dari alam (anggrek alam) maupun yang merupakan hasil penyilangan. Anggrek hasil penyilangan pada umumnya merupakan hasil penyilangan dari jenis anggrek alam yang didapat langsung dari alam atau yang sengaja dikembangbiakkan untuk kepentingan tersebut. Tanaman ini terdiri dari 43.000 spesies yang tersebar diseluruh dunia dan diperkirakan ada sekitar 5000 diantaranya yang tumbuh didalam hutan-hutan tropis di Indonesia (Iswanto,2007 : 1). Dengan makin maraknya perambahan hutan dan penebangan liar tidak menutup kemungkinan kehidupan flora ini akan terancam kepunahan, saat ini telah ada beberapa spesies anggrek yang dilindungi oleh pemerintah, diantaranya angrek hitam yang tumbuh di hutan Kalimantan.

Inventarisasi jenis angrek di Tahura WAR sampai sekarang belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan data-data terkini tentang


(19)

3

jenis anggrek di Tahura WAR. Hal ini perlu dilakukan guna menunjang program persiapan Tahura WAR menjadi kawasan Hutan Pendidikan. Tanaman anggrek di identifikasi untuk selanjutnya di inventarisasi.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengayaan materi pokok keanekaragaman hayati uraian materi pokok keanekaragaman jenis kelas X SMA semester ganjil. Standar kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa adalah memahami manfaat keanekaragaman hayati, dan kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai siswa adalah mendeskripsikan konsep

keanekaragaman gen, jenis, ekosistem. Agar hal tersebut dapat terwujud guru dituntut untuk senantiasa menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan terampil dalam memilih serta mengembangkan metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan konsep pelajaran.

Pada materi pokok keanekaragaman hayati uraian materi pokok

keanekaragaman jenis, banyak hal yang dapat langsung dipelajari di alam, karena siswa dapat mengenali karakteristik berbagai jenis makhluk hidup khususnya tumbuhan pada objek yang nyata. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode karya wisata. Metode karya wisata adalah suatu cara mengajar yang dilakukan dengan jalan mengunjungi suatu tempat untuk

mempelajari hal-hal tertentu dibawah bimbingan guru dan siswa belajar mempelajari objek yang diamati secara langsung di alam dengan berpedoman pada lembar kerja siswa (LKS). Hal ini akan menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan sehingga materi akan diterima secara maksimal dan akan tertanam dalam diri siswa.


(20)

Dalam rangka pemanfaatan tahura sebagai sumber belajar, perlu diketahui data-data tentang flora maupun fauna yang ada. Dalam penelitian ini akan diidentifikasi keragaman jenis dan kemelimpahan flora khususnya bangsa anggrek (Orchidales).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Spesies Orchidales apa saja yang terdapat di tahura WAR Gunung Pesawaran?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : menginventarisasi jenis-jenis tanaman ordo Orchidales yang terdapat di Tahura Wan Abdulrahman Gunung Pesawaran.

mengetahui spesies anggota Orchidales yang terdapat di Tahura Wan Abdulrahman Gunung Pesawaran.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Instansi terkait dengan tersedianya data tentang spesies Anggrek di daerah Tahura WAR Gunung Pesawaran.

2. Guru sumbangan pemikiran dalam pemanfaatan hutan sebagai alternatif sumber belajar.


(21)

5

E. Ruang lingkup

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka diberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada hutan primer di Tahura WAR Gunung Pesawaaran.

2. Metode jelajah merupakan metode koleksi tumbuhan dengan cara

menjelajahi suatu luas area tertentu untuk mengambil pengambilan contoh tumbuhan untuk diidentifikasi lebih lanjut.

3. Jenis tanaman anggrek yang didata adalah semua anggota Orchidales yang ditemukan pada daerah jelajah.

4. Daerah jelajah meliputi Gunung Pasawaran yang merupakan hutan rimer. 5. Identifikasi tanaman Anggrek sampai tingkat spesies.

6. Parameter yang diukur adalah jumlah spesies anggota Orchidales yang ada di Tahura WAR.

7. Inventarisasi meliputi pengumpulan sampel, dan identifikasi.

F. Kerangka Pikir

Tanaman anggrek merupakan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis dan banyak digunakan sebagai tanaman hias. Keberadaan tumbuhan yang bernilai ekonomi tinggi merupakan daya tarik tersendiri bagi penggemar tanaman hias untuk berkunjung ke hutan pendidikan Tahura WAR. Sampai saat ini belum ada data yang pasti mengenai jumlah spesies anggrek liar yang terdapat di Lampung terutama di Tahura WAR. Tidak semua angggrek yang beredar dipasar adalah jenis anggrek liar, malainkan sebagian merupakan hasil


(22)

penyilangan dari anggrek alam yang menghasilkan jenis anggrek yang diinginkan dan dapat di terima pasar.

Anggrek dihutan saat ini semakin terancam punah karena orang mengambil dari alam tanpa membudidayakan. Sedangkan diketahui kemungkinan anggrek untuk dapat berbembang biak di penangkaran hanya berkisar 10%.

Tahura WAR telah dinyatakan sebagai hutan wisata dan pendidikan untuk itu perlu data yang menyajikan jenis flora dan fauna yang terdapat disana. Keberadaan WAR sebagai hutan pendidikan tidak menutup kemungkinan untuk dijadikan sebagai tempat untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan flora dan fauna yang berada disana karena akses yang mudah dan memungkinkan untuk sebuah studi wisata bagi murid sekolah menengah. Untuk kepentingan itulah maka perlu diadakan inventarisasi anggrek yang ada di kawasan tersebut. Inventarisasi ini sangat perlu, mengingat belum tersedia data tentang jenis flora dan fauna yang ada disana dan dalam rangka


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Hutan Raya Wan Abdurrahman

Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam yang ditujukan untuk mengoleksi tumbuhan dan/atau satwa alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi. Indonesia telah menetapkan luas Taman Hutan Raya sebesar 237.373,50 hektar yang tersebar di 11 lokasi, antara lain: Sumatra, Jawa Barat, JawaTimur, Kalsel, Bali, Sulawesi, dan NTT (Arief, 2005 : 75).Hutan Konservasi Gunung Betung atau lebih dikenal dengan nama Taman Hutan Raya Wan Abdurrahman ( Tahura War ) merupakan salah satu kawasan hutan konservasi di Propinsi Lampung. Dijadikannya hutan ini sebagai hutan konservasi ditetapkan melalui

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 408 tahun 1993. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2001, pengelolaan kawasan hutan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Propinsi dengan Surat Keputusan Gubernur No. 3 Tahun 2001. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang ditugaskan mengelola hutan ini adalah UPTD Taman Hutan Raya Wan Abdurahman (Dephut, 2007 : 2).


(24)

Letak kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman terletak disebelah barat Kotamadya Bandar Lampung, secara administrasi pemerintahan terletak di Kecamatan Teluk Betung Barat dan Tanjung Karang Barat (Kotamadya Bandar Lampung), Kecamatan Padang Cermin, Way Lima, Kedondong dan Gedung Tataan, Kabupaten Lampung Selatan (Dephut, 2007 : 2).

Secara geografis Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman terletak pada 050.18 sampai 050.29’ LS dan 1050.02’ sampai 1050.14’ BT. Iklim pada kawasan ini adalah iklim tipe B dengan curah hujan sebesar lebih kurang dari 1.106 mm/tahun (BPP Stasiun Pengamatan Padang Cermin, Lampung

Selatan). Topografi kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ini adalah sebagian kecil datar sampai landai dan sebagian besar bergelombang sampai dengan bergunung-gunung dengan ketinggian 1240 - 1681 m dpl (Dephut,2007 : 2).

Kawasan ini memiliki tipe iklim B menurut klasifikasi iklim Schmitd-Ferguson. Rata-rata jumlah hari hujan berkisar antara 4,7 hari/bulan

(September) sampai 17,8 hari/bulan (Januari), dengan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 20,8 oC – 22,5 oC. Secara hidrologis Tahura WAR berperan sebagai cathcmen area (daerah serapan air) bagi daerah Bandar lampung dan sekitarnya. PDAM Way Rilau memanfaatkan sumber air dari daerah ini. Berdasarkan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), Tahura WAR termasuk kedalam DAS Way Sekampung. Selain itu juga terdapat 64 buah air terjun di kawasan ini, diantaranya air terjun Pantries, Fajar Bulan, Talang Mulya,


(25)

9

Talang Curup, Talang Mesir, Talang Teluk, Talang Rabun, Sinar Tiga, Bidadari, dan Penyarian (Dephut,2007 : 2).

B. Identifikasi dan Sistem Identifikasi

1. Identifikasi Tumbuhan yang Belum Dikenal Dunia Ilmu Pengetahuan

Identifikasi selalu didasarkan atas spesimen yang riil,baik spesimen yang masih hidup maupun yang telah diawetkan. Spesimen tersebut kemudian dibuat candra atau deskripsi yang terperinci melalui studi yang seksama. disamping itu gambar-gambar terperinci mengenai bagian-bagian tumbuhan yang memuat ciri-ciri diasgnostiknya, yang atas dasar hasil studinya kemudian ditetapkan spesimen tersebut merupakan anggota populasi jenis apa, dan berturut-turut ke atas dimasukkan kategori yang mana (marga, suku, bangsa, dan kelas serta divisinya)

(Tjitrosoepomo,1993:71).

2. Identifikasi Tumbuhan yang Telah Dikenal Oleh Dunia Ilmu Pengetahuan

Menurut Tjitrosoepomo (1993:73-75), untuk identifikasi tumbuhan yang belum kita kenal tapi telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, beberapa sarana dapat digunaakan antara lain :

a. menanyakan identifikasi tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seseorang yang kita anggap ahli dan kita perkirakan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan kita


(26)

c. mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku- buku flora atau monografi

d. menggunakan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhan

e. penggunaan lembar identifikasi jenis (”species identification sheet”).

C. Klasifikasi Anggrek

Tumbuhan anggrek masuk dalam bangsa Gynandrae atau lebih dikenal dengan Orchidales. Tanaman anggrek merupakan herba menahun, kerapkali epiphyt, kebanyakan dengan akar rimpang atau batang yang membesar. Daun dengan tepi rata, kerap kali berdaging, hampir selalu berseling, dua baris. Bunga berkelamin 2, zigomorf, kerap kali karena tangkai terpuntir, terputar 180o. Daun tenda bunga kerap kali berwarna serupa daun mahkota. Memiliki 3 daun kelopak, dengan bentuk yang hampir sama. Memiliki 3 daun mahkota,yang dua disamping sama lepas, yang ketiga (bibir) memiliki bentuk yang berbeda. Benang sari bersatu dengan tangkai putik membentuk yang disebut tiang. Kepala sari beruang 2, kerap kali bentuk tudung, tertancap pada ujung tiang sehingga dapat bergerak. Tepung sari terkumpul menjadi gumpalan, terdapat diatas paruh, kerapkali menancap dengan tangkai di atas lempengan pengikat yang rekat. Kepala putik di atas ujung tiang yang menghadap kearah bibir mahkota. Bakal buah tenggelam, beruang 1, kerapkali berbentuk tangkai. Buah kotak, kerapkali membuka menjadi 6 celah, biji banyak, ringan (Steenis,1997:158).

Berdasarkan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua yaitu tipe simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek


(27)

11

yang tidak memiliki batang utama, bunga keluar dari ujung batang, dan akan berbunga kembali pada anakan atau tunas baru. Contoh tanaman anggrek tipe simpodial antara lain Catleya, Oncidium, dan Cymbidium. Pada umumnya anggrek tipe simpodial bersifat epifit. Anggrek tipe monopodial yaitu anggrek yang dicirikan oleh adanya titik tumbuh diujung batang, pertumbuhannya lurus keatas pada satu batang, bunga keluar dari sisi batang diantara dua ketiak daun. Contoh anggrek monopodial antara lain Vanda, Arachnis, Phalaenopsia dan Aranthera(Darmono,2003: 1).

Menurut habitat tempat hidupnya, tanaman anggrek dibedakan menjadi empat kelompok yaitu anggrek epifit, terestrial, saprofit dan anggrek litofit. Anggrek epifit adalah anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa

merugikan tanaman tempat ia tumbuh. Anggrek terestrial adalah anggrek yang tumbuh dipermukaan tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung. Anggrek saprofit adalah anggrek tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering serat membutuhkan sedikit cahaya matahari. Anggrek litofit adalah anggrek yang hidup tumbuh pada batu-batuan serta tahan terhadap cahaya matahari penuh dan hembusan angin kencang (Darmono,2003: 2).

Untuk melakukan klasifikasi anggrek dilakukan dengan mengamati beberapa hal yaitu untuk anggrek jenis silangan dengan mengamati cytologi, kimiawi, morfologi, dan anatomi, sedangkan untuk anggrek alam cukup dengan mengamati ciri-ciri morfologi, dan anatomi (Arditti,1992:75-87).


(28)

Klasifikasi anggrek menurut Gembong Tjitrosoepomo adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Gynandrae (Orchidales) Famili : Apostasiaceae,

Genus : Apostasia, Neuwiedia Famili : Orchidaceae

Genus : Orchis, Cypripedium, Plathanthera, Vanilla, Coelogyne, Cattleya, Dendrobium, Phajus, Calanthe, Bulbophyllum, Cymbidium, Phalaenopsis, Arundina, Aerides, Taeniophyllum, Arachnis, Bromheadia, GrammaPophyllum, Eria, Renanthera,

Rhynchostylis, Spathoglottis, Vanda, Vandopsis, Goodyera, Haemaria, Macodes, Odontoglossum, Catesetum, Oncidium (Tjitrosoeomo, 2002: 450-458).

D. Morfologi Tumbuhan Anggrek

1. Batang

Batang anggrek dapat ditemukan diatas atau dibawah tanah dan sering dengan modifikasi yang tinggi. Dalam beberapa genus, seperti

Taeniophyllum, Microcoelia, Polyradicion, dan Dendrophylax, batang sudah sangat mereduksi, termodifikasi, dan mungkin tidak jelas. Batang Phaleonopsis besar tapi pendek. Batang Dendrobium, Vanda dan seperti batang besar Renanthera atau Grammatophyllum bisa mencapai tinggi 3 m


(29)

13

atau lebih dengan diameter 3 cm. Pada Spathoglotis affinis, batangnya tinggi, ramping dan seperti buluh.

a b

Gambar 1. Berbagai kenampakan pseudobulb (a) dan batang anggrek (b). (A) batang anggrek seperti pada Dendrophylax funalis yang sangat mereduksi. (B) batang Epidendrum cnemidophorum yang seperti tongkat. (C) Epidendrum pigmaeum memiliki batang yang telah berkembang pada perpanjangan pseudobulb yang mendekati bentuk elips di tengahnya. (D) batang Encyclia adenocaula dengan pseudobulb bulat. (E) batang

Grammatophyllumspeciosum padat, seperti tongkat dapat mencapai panjang 3 meter. (F) Epidendrumnanodes memiliki batang berdaging, seperti tongkat. (G) batang Epidendrumstamfordianum merupakan perpanjangan

pseudobulb. (H) Epidendrumredicans memiliki batang seperti buluh (Arditti,1992:281,282).

Batang dan daun dari beberapa anggrek mungkin seperti rumput-rumputan. Batang anggrek dapat berupa batang yang sebenarnya atau hampir dibawah tanah (atau sebagian dibawah permukaan tanah) seperti


(30)

pada Cattleya. Batang seperti ini disebut rizoma. Dalam beberapa spesies, batangnya telah termodifikasi diatas tanah membentuk organ yang disebut pseudobulb, dengan banyak variasi ukuran dan bentuk (Arditti,1992:280-281).

2. Akar

Gambar 2. Berbagai kenampakan akar, umbi dan rizoma anggrek. (A) Rhizoma dan akar serabut dari Cyprepedium. (B) Akar berdaging pada Polyradicionlindenii. (C) Plathantyerabifolia dengan dua cabang rizoma yang menyerupai akar serabut. (D) Orchismaculata memiliki akar serabut dan dua rizoma, tetapi rizomanya bercabang. (E) Umbi dan akar serabut

Himatoglossum. (F) Rizoma dan akar serabut Listeraovata. (G) Akar menyerupai testis pada Ophrysaranifera. (H) Nigritellanigra dengan beberapa perpanjangan umbi dan akar serabut. (I) Akar berdaging, tidak bercabang dari Huntleya meleagris epifit. (J) Akar seperti karang pada Epipogon aphyllum. (K) Akar epifit bercabang dan berdaging pada spesies Cattleya. (L) umbi dan akar berdaging pada spesies Cynisorchis dari madagaskar. (M) Cephalantheraalba. (N) Coeloglossum. (O) Gymnadeniaalbida. (P) Orchissambucina. (Q) Orchispallen (Arditti,1992:3).


(31)

15

Akar dari banyak tumbuhan anggrek tanah panjang, kecil dan berserabut. Akar dari beberapa spesies mungkin bercabang. Rambut akar mungkin terdapat pada beberapa anggrek. Umbi telah berevolusi pada beberapa spesies anggrek tanah. Serat akar dan umbi mungkin selalu terdapat pada beberapa anggrek. Beberapa spesies memiliki organ dibawah tanah yang disebut sinker, yang membuat tunas baru naik ke permukaan tanah. Akar dari banyak anggrek epifit berdaging. Akar anggrek mungkin tumbuh dari dasar pseudobulb, nodus pada spesies monopodial, batang utama, atau rizoma (Arditti,1992:281-282).

3. Daun

Daun anggrek, seperti pada tumbuhan monokotil lainnya, memiliki urat daun yang sejajar. Pengecualian pada Clematepistephium, dengan urat daun jala dan Anoectochilus, dimana pembuluhnya sangat bercabang. Bentuk daun anggrek sangat bervariasi. Banyak spesies memiliki ciri khas dari anggrek atau monokotil. Tetapi bentuk seperti daun rumput, bentuk seperti pensil atau rokok juga sering ditemukan. Daun dari beberapa anggrek memiliki dua belahan dan lipatan disepanjang tengah daun. Daun seperti ini disebut conduplicate. Dalam banyak hal, daun conduplicate berbentuk scrap, tetapi dapat juga berbentuk triangular, atau cilinder seperti pada daun Vanda, Srcanthus, Luisia, Eria, Dendrobium, dan Ceratostylis. Daun dengan banyak lipatan longitudinal disebut plicate dan merupakan karakteristik dari Calanthe, Pleione, Coelegyne, Catasetum,


(32)

Bletia, Sobralia, dan Spatoglotis. Daun plicate umumnya kecil, sangat berdaging dan tebal. Garis tepi daun mungkin menyeluruh, tetapi daun tersebut selalu bergelombang, kering, berlekuk atau dengan karakter lain. Dasar daun mungkin membulat, meruncing, atau bentuk lain.

Hijau, biasanya suatu rentang dai pucat sampai gelap, merupakan warna yang dominan dari daun anggrek. Pada beberapa anggrek daunnya tidak berwarna hijau. Anggrek jewel (Anoectocillus, Dossinia, Goodyera, Haemaria, Kuhlhasseltia, Ludisia, dan Malaxis) memiliki daun hijau-biru, merah coklat, putih dan hijau perak, warna tembaga atau berurat emas. Daun Taeniophyllum, Dendrophilax, Microcoelia, dan Polyradicion yang disebut anggek tak berdaun, daunnya telah mereduksi sampai sangat kecil, tidak menarik dan terkadang hanya sementara, serta tidak berwarna hijau. Ukuran daun anggrek dapat sangat bervariasi, meskipun dalam satu genus. Sebagai contoh Bulbophyllum fletcherianum New Guinea dengan panjang daun satu meter, yang berbeda dngan Bulbophylllum minutissimum

Australia yang daunnya sangat kecil sekali. Daun anggrek tebal, pada beberapa spesies memiliki daun yang berdaging. Daun anggrek dapat tumbuh satu-satu atau berkelompok dua atau lebih dalam variasi posisi pada batang atau pseudobulb. Lembaran tangkai daun bertumpuk dan menutup pseudobulb atau batang pada beberapa spesies. Dasar daun pada umumnya bertumpuk dan dalam dua baris di sisi batang. Banyak angrek memiliki daun bertahan dan berfungsi sampai bertahun-tahun. Dalam beberapa spesies (Catasetum dan Cynocnes), daun bertahan sampai akhir tahun atau sampai tumbuhan mati (Arditti,1992:282-285).


(33)

17

Gambar 3. Daun anggrek. (A) Daun berurat jala Clematepistaphium. (B) Daun tombak, berurat jala pada Pachyplectronarifolium. (C) Daun Catasetum terbelah dengan pangkal sarung. (D) Diagram potongan melintang daun tipis pada tempat yang berbeda. (E) Daun Stanhopea terbelah dan memiliki tangkai yang jelas. (F) Daun Oncidiumtriquetrum yang berdaging (a) dan bentuk V (b). (G) Aeridesodorata memiliki daun spatula. (H) Daun Monophylorchismaculata bagian dorsal (a), plicate (b), dan memiliki tangkai. (I) Acianthusbracteatus dengan lekukan yang dalam (a), dan conduplicate (b). (J) Daun spiral sehingga tumbuhan ini diberi nama Thelymitraspiralis. (K) Dendrobium cucumerinum dengan daun seperti lada atau asinan. (L) Daun Nerviliagammieana berbentuk cordate. (M) Anoectochilus roxburghii adalah salah satu yang disebut anggrek jewel, daun yang sangat decoratirf. (N) Daun Thuniamarshalliana yang lanceolat. (O) Calantheveratrifolia daun bentuk oval. (P) Cypripediumjaponicum dengan daun berbentuk telapak. (Q) Nerviliaaragoana daun cordate dan mungkin menampakkan bulu-bulu. (R) Daun Adaaurantiaca sulate-lancet. (S)

Beberapa anggrek memiliki (a) atau tidak memiliki (b) pelepah daun. Yang lainnya hanya memiliki pelepah daun (c). (T) Salah satu anggrek terkecil, Bulbophyllumminutissimum memiliki daun ramping. (U) Daun Oncidiumcebolleta. (V) Daun Malaxis bentuk oval dan tepi bergelombang


(34)

4. Bunga

Gambar 4. Morfologi umum bunga anggrek (Iswanto,2007 : 5)

Bunga anggrek zygomorf, yang berarti bunganya simetri bilateral (bunganya dapat dilipat atau dipotong dalam dalam garis menjadi dua bagian yang sama) (Arditti,1992:289). Pada umumnya bunga anggrek memiliki 3 kelopak bunga. Daun mahkota pada anggrek ada 2 berseling dengan kelopak. Diantara kedua daun mahkota terdapat labellum. Pada pusat bunga terdapat alat perkembangbiakan yaitu benang sari dan putik (Iswanto,2007 : 5).

5. Buah

Buah anggrek merupakan buah kendaga yang bila masak akan pecah dan mengeluarkan biji-biji yang kecil seperti serbuk. Pada family

Apostasiaceae buahnya berparuh pendek. Pada famili Orchidaceae buahnya buah kendaga, membuka kesamping dengan 3 sampai 6 celah membujur (Tjitrosoeomo, 2002: 452,456).

Bibir

Kelopak Samping Kelopak Atas

Kolumna Mahkota Kepala Putik

Benang Sari

Mahkota

Tulang Lamina


(35)

19

Gambar 5. Berbagai bentuk buah anggrek (Arditti,1992:301).

6. Biji

Biji anggrek sangat kecil; banyak diantaranya dengan lebar 0,2 mm-0,75mm, dan panjang 0,3 mm-5mm. Ukurannya sangat bervariasi, tetapi umumnya dalam lima kategori dasar. Biji anggrek mungkin keras dan dilapisi oleh wax atau salut biji dari subtabsi lemak (Arditti,1992:302-304).


(36)

Gambar 6. Macam-macam bentuk biji anggrek (Arditti,1992:302).

E. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anggrek menurut Iswanto (2007 : 8-12) yaitu:

a. Cahaya matahari, jumlah cahaya matahari yang dibutuhkan oleh family ini yaitu menyangkut lama penyinaran dan intensitas cahaya. Lama


(37)

21

penyinaran yaitu jumlah waktu (lama) tumbuhan ini mendapatkan cahaya matahari. Sedangkan intensitas cahaya yaitu kekuatan cahaya yang diterima oleh tumbuhan.

b. Temperatur/suhu, berdasarkan kebutuhan suhu anggrek dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu anggrek tipe dingin, anggrek tipe sedang dan anggrek tipe hangat. Anggrek tipe dingin membutuhkan suhu siang sekitar 18-21oC dan suhu pada malam hari sekitar 13-18oC. Anggrek tipe sedang membutuhkan suhu pada siang hari sekitar 21-24oC dan suhu malam hari sekitar 18-21oC. Sedangkan untuk anggrek tipe hangat membutuhkan suhu siang hari sekitar 24-29oC dan suhu malam hari sekitar 21-24oC. Jadi secara keseluruhan tumbuhan yang termasuk dalam Orchydales

membutuhkan suhu siang antara 18-29oC dan suhu pada malam hari antara 13-24oC.

c. Kelembaban, tanaman anggrek umumnya membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk pertumbuhan yang normal. Kelembaban udara yang

dibutuhkan anggrek umumnya 60-80%.

Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari dengan

penyinaran berkisar antara 25% sampai 65%, dengan suhu sekitar 21oC pada malam hari dan 27-30oC pada siang hari. Anggrek terrestrial membutuhkan cahaya matahari langsung dengan penyinaran 70-100%, dengan suhu malam sekitar 21oC dan suhu siang antara 19-38oC, sedangkan untuk anggrek saprofit hanya membutuhkan sedikit cahaya matahari (Darmono. 2003.Hal 2)


(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan Agustus sampai dengan September 2008 bertempat di Tahura WAR Gunung Pesawaran pada ketinggian 1600 mdpl.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua tumbuhan yang masuk dalam ordo Orchidaceae yang ada di Tahura WAR Gunung Pesawaran. Sedangkan sampelnya adalah tumbuhan Orchydales yang terdapat di wilayah jelajah hutam primer gunung Pesawaran dengan ketinggian sekitar 1600 m dpl.

C. Alat

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu: kamera digital untuk mengambil gambar, amplop untuk tempat koleksi sampel, cutter untuk memotong bagian bunga anggrek, termometer untuk mengukur suhu udara, higrometer untuk merngukur kelembaban udara, lux meter untuk mengukur intensitas cahaya, kertas label dan alat tulis untuk menandai sampel.


(39)

23

D. Data dan Jenis Data

Data dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu:

a) data kualitatif berupa deskripsi tentang tanaman anggrek.,

b) data kuantitatif berupa intensitas cahaya, kelembaban, suhu udara tempat penelitian.

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Inventarisasi Orchidae

Inventarisasi Orchidae dilakukan untuk mengenali spesies Orchidae yang ada di Tahura WAR Gunung Pesawaran. Metode survei yang dilakukan adalah metode jelajah, menulusuri rute jalan setapak di Tahura WAR Gunung Pesawaran. Beberapa keuntungan dengan menggunakan metode ini yaitu peneliti dapat menghindari jurang dan daerah yang tidak mungkin dijangkau. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan teknik eksplorasi dan dokumentasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh jenis dari tumbuhan Orchidales yang ada di gunung pesawaran. Pengambilan data dilakukan dengan cara jelajah di daerah hutan primer gunung pesawaran. Dengan cara mengambil beberapa spesimen

diusahakan mendapatkan organ vegetatif dan generatif yang digunakan untuk identifikasi. Pengambilan data dilakukan 2 kali dengan cara jelajah untuk memastikan tidak ada jenis tumbuhan yang terlewati dan untuk melengkapi data organ generatif.


(40)

Selanjutnya melakukan dokumentasi, dengan cara melakukan pemotretan sampel dan kondisi lingkungan sekitarnya dengan menggunakan kamera digital, serta melakukan pengukuran kondisi lingkungan yaitu intensitas cahaya, kelembaban udara, dan suhu. Kelembaban udara diukur dengan menggunakan higrometer, suhu diukur menggunakan termometer, dan Intensitas cahaya diukur dengan luxmeter. Pengukuran kondisi lingkungan dilakukan dengan tiga kali pengulangan, sebelum dilakukan pengukuran dilakukan kalibrasi alat.

2. Bagan Alir Penelitian

Penelitian ini dilakukan mengikuti tahapan seperti disajikan pada Gambar 7

Gambar 7. Bagan Alir Penelitian

Pencatatan Deskripsi dan Pemotretan Sampel

Laboratorium

Identifikasi Metode jelajah

Pengolahan data Inventarisasi Orchidae


(41)

25

G. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian diolah dengan metode deskriptif yaitu mencatat deskripsi tumbuhan yang ditemukan.


(42)

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Penelitian ini dilaksanakan di hutan primer Gunung Pesawaran Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Bandar Lampung yang memiliki ketinggian 1200 sampai 1660 mdpl. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan agustus 2008 mendapatkan hasil sebagai berikut

1. Hasil Pengukuran Faktor Abiotik

Dalam penelitian dilakukan pengukuran terhadap kondisi lingkungan, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya. Berdasarkan

pengukuran yang telah dilakukan dilakukan dilapangan didapat hasil sebagai berikut:

a. Suhu rata-rata pada malam hari berkisar antara 15-20oC sedangkan suhu rata-rata pada siang hari berkisar antara 18-29oC.

b.Kelembaban udara berkisar antara 60%-86%.

c. Intensitas cahaya berkisar antara 600 Lux ditempat yang ternaung sampai 1070 Lux pada tempat yang terdedah.


(43)

27

2. Jumlah Spesies

Dari hasil penjelajahan dan pengoleksian sampel di lokasi penelitian pada bulan Agustus 2008 ditemukan beberapa spesies anggrek. Setelah dilakukan identifikasi diperoleh 20 spesies anggrek liar yang terbagi dalam 15 genus. Daftar inventarisasi spesies-spesies anggrek tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1. Anggota orchidales yang ditemukan di daerah jelajah

No Genus Spesies

1 Acriopsis Acriopsis javanica 2 Agrostophyllum Agrostophyllum sp1

3 Agrostophyllum sp2

4 Apendiculata Apendiculata ramosa Bl.,Bijdr 5 Angraecum Angraecum mahavahens

6 Bulbophyllum Bulbophyllum vaginatum (Lindl.) Rchb.f

7 Bulbophyllum sp

8 Calanthe Calanthe sp

9 Coelegine Coelegyne incrassata Bl Lindl 10 Dendrobium Dendrobium paniferum J.J.Sm 11 Eria Eria oblitterata

12 Eria sp1

13 Eria sp2

14 Gastrochilus Gastrochilus sororius

15 Nephelaphyllum Nephelaphyllum tenuiflorum Bl.,Bijdr 16 Oncidium Oncidium cebolleta

17 Phalaenopsis Phalaenopsis sumatrana-alba Korth. & Rchb.f 18 Pholidola Pholidota carnea (Bl.) Lindl.

19 Pholidola chinensis Lindl


(44)

3. Deskripsi Spesies Anggrek

Spesies 1 : Acriopsis javanica Nama daerah : tidak diketahui

Gambar 8. Acriopsis javanica foto pengamatan

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, tidak mempunyai pseudobulp, rimpang pendek, berumpun. Daun tunggal, bangun garis, ujung runcing, tepi rata, panjang 20-30 cm, lebar 2-5 cm, upih daun memeluk rimpang,


(45)

29

SPESIES 2

Spesies : Agrostophyllum sp1 Nama daerah : tidak diketahui

a b

Gambar 9. Agrostophyllum sp1 foto pengamatan (a) dan foto http://images.google.co.id (b)

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang pipih, hijau. Daun tunggal, lancet, ujung tumpul, tepi rata, panjang 5-20 cm, lebar 1-2 cm, pelepah daun memeluk batang, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor.


(46)

SPESIES 3

Spesies : Agrostophylum sp2 Nama daerah : tidak diketahui

a b

Gambar 10. Agrostophyllum sp2 foto pengamatan pada habitat (a) dan foto di laboratorium (b)

Habitus herba, menahun, epifit. Batang bulat, hijau berumpun dengan pertumbuhan simpodial, umbi semu beruas banyak bentuk pipih, tertutup oleh upih daun yang terlihat rapuh tetapi tidak mudah layu atau rontok. Daun Tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, mempunyai upih daun yang memeluk umbi semu, tidak bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor


(47)

31

SPESIES 4

Spesies : Apendiculata ramosa Bl.,Bijdr Nama daerah : tidak diketahui

a

b

Gambar 11. Apendiculata ramosa Bl.,Bijdr foto pengamatan pada habitat (a) dan foto di laboratorium (b)

Habitus herba, tahunan, terestrial. Batang bulat, mencapai 50 cm, hijau, berumpun. Daun tunggal, lancet, pangkal memeluk batang, ujung tumpul, tepi rata, panjang 1,5-2 cm, lebar 0,5-1 cm, duduk berselang seling,


(48)

pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga tunggal terminalis, berwarna putih. Buah berupa buah kotak, bulat, hijau. Akar serabut, putih kotor.

SPESIES 5

Spesies : Angraecum mahavahens Nama daerah : tidak diketahui

Gambar 12. Angraecum mahavahens foto pengamatan

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau, berumpun. Daun tunggal, pangkal daun memiliki upih daun yang memeluk batang, ujung runcing, tepi rata, panjang 2-5 cm, lebar 0,3-0,5 cm,

bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor.


(49)

33

SPESIES 6

Spesies : Bulbophyllum vaginatum (Lindl.) Rchb.f Nama daerah : tidak diketahui

a

b

Gambar 13. Bulbophyllum vaginatum (Lindl.) Rchb.f foto pengamatan (a) dan foto http://www.orchidsindonesia.com (b)

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, rimpang panjang merayap. Daun tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung tumpul, tepi rata, bentuk bulat telur meruncing, tekstur kaku, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai pendek menancap pada pseudobulb,


(50)

pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga tunggal terminalis, menggantung. Buah tidak ditemukan. Akar serabut, putih kotor.

SPESIES 7

Spesies : Bulbophyllum sp Nama daerah : tidak diketahui

Gambar 14. Bulbophyllum sp foto pengamatan

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau, rimpang pendek. Daun tunggal, lancet, menancap pada pseudobulp, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor.


(51)

35

SPESIES 8

Spesies : Calanthe sp Nama daerah : tidak diketahui

a b

Gambar 15. Calanthe sp foto tandan bunga (a) dan foto saat pengambilan sampel (b)

Habitus herba, tahunan, terestrial. Batang bulat, hijau dengan rimpang yang pendek. Daun tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 30-50 cm, lebar 10-15 cm, bertangkai cukup panjang, duduk

berselang seling, pertulangan melengkung, berwarna hijau. Bunga majemuk terminalis, menggantung, panjang tandan 75-100 cm, bunga berwarna kuning cerah. Akar serabut, putih kotor.


(52)

SPESIES 9

Spesies : Coelegyne incrassata (Bl).Lindl Nama daerah : tidak diketahui

a b

Gambar 16. Coelegyne incrassata (Bl).Lindl foto habitus dengan buah (a) dan bunga (b)

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau, berumpun. Daun tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai pendek, duduk berhadapan, menancap pada pseudobulb, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga majemuk terminalis, bentuk bulir, menggantung, panjang tandan 15-25 cm, berwarna kuning pucat. Buah berupa buah kotak, bulat gada dengan 6 sirip, hijau. Akar serabut, putih kotor.


(53)

37

SPESIES 10

Spesies : Dendrobium paniferum J.J.Sm Nama daerah : tidak diketahui

a b

Gambar 17. Dendrobium paniferum J.J.Sm foto pengamatan (a) dan foto http://www.orchidsindonesia.com (b)

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau Daun tunggal, lancet, pangkal memeluk batang, ujung runcing, tepi rata, panjang 0,5-1 cm, lebar 1 cm, bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga tunggal, menggantung. Akar serabut, putih kotor.


(54)

SPESIES 11

Spesies : Eria oblitterata Nama daerah : tidak diketahui

Gambar 18. Eria oblitterata foto habitus di laboratorium

Habitus herba, tahunan, epifit menggantung. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau. Daun tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga majemuk lateralis, bentuk bulir, menggantung, panjang tandan 15-25 cm, berwarna merah muda. Buah berupa buah kotak, bulat, hijau. Biji tidak ditemukan dalam pengamatan. Akar serabut, putih kotor.


(55)

39

SPESIES 12

Spesies : Eria sp1

Nama daerah : tidak diketahui

a b

Gambar 19. Eria sp1 foto batang (a), dan foto dari Handayani (1997) (b)

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, berwarna coklat, berumpun, pertumbuhan simpodial, batang beruas banyak, panjang 81-90 cm, diameter 2-2,5 cm, bulat berwarna cokelat bata. Daun tunggal, lancet, pangkal

meruncing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm,


(56)

batang dan terdapat banyak trikoma yang berwarna merah bata, berwarna hijau tua, panjang 14-15 cm, ]ebar 4,5-5 cm. Akar serabut, putih kotor.

SPESIES 13

Spesies : Eria sp2

Nama daerah : tidak diketahui

a b

Gambar 20. Eria sp2 foto pengamatan pada habitat (a) dan foto di laboratorium (b)

Habitus herba, tahunan, epifit, berumpun. Batang bulat, hijau, mempunyai rimpang yang semu, tumbuh simpodial. Daun tunggal terdapat diujung batang berjumlah 4-6 helai, bentuk pedang, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 10-20 cm, lebar 0,5-1,5 cm, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor.


(57)

41

SPESIES 14

Spesies : Gastrochilus sororius Schltr Nama daerah : tidak diketahui

a

b

Gambar 21. Gastrochilus sororius Schltrfoto pengamatan (a) dan foto http://www.orchidsindonesia.com (b)

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, tidak mempunyai pseudobulp, berwarna hijau. Daun tunggal, bangun garis, pangkal runcing, ujung

runcing, tepi rata, panjang 10-20 cm, lebar 0,5-1 cm, tidak bertangkai, upih daun memeluk batang, duduk berselang seling, pertulangan sejajar,

berwarna hijau. Bunga berupa bunga tandan lateralis, bentuk bulir, menggantung, panjang tandan 15-25 cm, tenda bunga berwarna kuning


(58)

dengan bercak-bercak coklat, diameter bunga1,5 cm. Akar serabut, abu-abu kehijauan.

SPESIES 15

Spesies : Nephelaphyllum tenuiflorum Bl. Nama daerah : tidak diketahui

a b

Gambar 22. Nephelaphyllum tenuiflorum Bl.foto pengamatan (a) dan foto bunga dari http://www.orchidsindonesia.com bunga (b)

Habitus herba, tahunan, terestrial. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, berwarna ungu. Daun tunggal, bentuk tombak, pangkal rata, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar pangkal 4-6 cm, bertangkai, duduk

berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor.


(59)

43

SPESIES 16

Spesies : Oncidium cebolleta Nama daerah : tidak diketahui

Gambar 23. Oncidium cebolleta foto pengamatan

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat pendek. Daun tunggal, tebal berdaging, bangun paku, pangkal daun dengan upih yang memeluk batang, ujung daun tumpul, tepi rata, panjang 5-12 cm, lebar 0,3-0,5 cm, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau keputih-putihan. Akar serabut, putih kotor.


(60)

SPESIES 17

Spesies : Phalaenopsis sumatrana Korth. & Rchb.f Nama daerah : tidak diketahui

Gambar 24. Phalaenopsis sumatrana-alba Korth. & Rchb.f.foto pengamatan

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, sangat pendek, hijau. Daun tunggal, berjumlah 4-6, bulat telur terbalik, tepi rata, panjang 15-25 cm, lebar 5-9 cm, bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga majemuk tandan terminalis, panjang tandan 20 cm, berbunga 3-9 buah, besar sedang, daun kelopak punggung oval memanjang, warna putih, dengan labelum berwarna kuning, daun kelopak dengan bentuk dan warna kurang lebih sama.


(61)

45

SPESIES 18

Spesies : Pholidota carnea (Bl)Lindl Nama daerah : tidak diketahui

a b

Gambar 25. Pholidota carnea (Bl)Lindlfoto habitus dengan buah (a) dan bunga (b)

Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau. Daun tunggal terdapat di ujung pseudobulb berjumlah 2, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 8-20 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai pendek, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga majemuk (tandan) terminalis, menggantung, panjang tandan 15-25 cm, berwarna merah muda. Buah berupa buah kotak, bulat, hijau. Akar serabut, putih kotor, abu-abu.


(62)

SPESIES 19

Spesies : Pholidola chinensis Lindl

Nama daerah : anggrek bongko, Anggrek bongkol

a c Gambar 26. Pholidola chinensis Lindl. foto di laboratorium(a), dan foto dari http:// www.springerlink.com (b)

Habitus terna, epifit, tinggi, tahunan, tinggi 20-40 cm. Batang bulat, alau bulat telur, diameter 2-5 cm, panjang 5-8 cm, berair atau sukulen, licin, hijau. Daun tunggal, tangkai pendek, berseling, helaian daun bentuk lanset atau lonjong, panjang 10-20 cm, lebar 4-8 cm, ujung meruncing, pangkal rimcing, tepi rata, pertulangan sejajar melengkung, permukaan licin, hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, di ketiak daun, kelopak bentuk oval, ujung runcing, panjang 1-2 cm, coklat, kelopak lepas, 5 helai, bentuk tidak sama, putih. Buah kotak, bentuk kapsul, permukaan berusuk, panjang 2-3 cm,


(63)

47

hijau. Biji bulat, kecil, jumlah sangat banyak, halus, coklat. Akar serabut, berwarna coklat kehijauan.

SPESIES 20

Spesies : Spatoglotis sp Nama daerah : tidak diketahui

Gambar 27. Spatoglotis sp. foto pengamatan

Habitus herba, tahunan, terestrial. Batang bulat, rizoma pendek. Daun tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai panjang, duduk berselang seling, pertulangan sejajar melengkung, berwarna hijau tua. Akar serabut, putih kotor.

B. Pembahasan

Sebagaian besar kaki Gunung Pesawaran bahkan sampai lereng gunung telah menjadi kebun kopi atau ladang yang dikelola oleh penduduk, meskipun


(64)

kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan taman hutan raya. Kondisi ini menyebabkan hanya sebagian kecil dari kawasan gunung pesawaran yang masih termasuk dalam hutan primer. Selain perkebunan kopi penduduk, sebagian lagi berupa ladang dan semak semak belukar bekas kebun yang telah ditinggalkan oleh penduduk.

Hutan primer gunung pesawaran hanya pada ketinggian 1200 mdpl sampai 1600 mdpl. Dengan kondisi habitat yang gelap dengan naungan dan pohon-pohon yang ditumbuhi lumut. Dari ketinggian 1200 sampai 1600 mdpl hanya dalam jarak 2 km. Ini menunjukkan bahwa pada hutan ini merupakam daerah yang memiliki rata-rata kemiringan yang cukup tajam. Meskipun memiliki kemiringan yang cukup tajam, namun terdapat banyak pohon-pohon yang besar yang mendominasi dan membentuk naungan yang rapat.

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September. Pada masa ini musim hujan belum tiba, namun musim kemarau hampir berakhir. Sedangkan waktu anggrek berbunga pada umumnya pada awal musim penghujan, hal ini menyebabkan banyak anggrek yang diketemukan belum berbunga atau bunganya belum mekar.

Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan metode jelajah dengan menyusuri jalan setapak di hutan primer gunung pesawaran. Keuntungan metode ini peneliti dapat menghindari daerah yang tidak mudah di jangkau seperti jurang dan tebing. Inventarisasi dilakukan dengan mencatat setiap spesies yang ditemukan kemudian melakukan pengambilan gambar, dan sampel apabila memungkinkan untuk di identifikasi. Identifikasi berdasarkan


(65)

49

gambar dan sampel tumbuhan dilakukan dilaboratorium pembelajaran biologi Universitas Lampung.

Berdasarkan dari hasil pengoleksian dan identifikasi sampel anggrek yang tumbuh di hutan primer Gunung Pesawaran, diperoleh 20 spesies yang terbagi dalam 15 genus yaitu genus Acriopsis, Agrostophyllum, Apendiculata,

Agraecum, Bulbophyllum, Calanthe, Coelegine, Dendrobium, Eria, Gastrochilus, Nephelaphyllum, Oncidium, Phalaenopsis, Pholidota, dan Spatoglotis.

Genus Acriopsis ditemukan hanya satu spesies epifit yaituAcriopsis javanica. Genus Agrostophyllum ditemukan dua spesies, dua epifit yaitu Agrostophyllum sp1,Agrostophyllum sp2. Genus Apendiculata ditemukan satu spesies yaitu Apendiculata ramosa Bl.,Bijdr.Genus Agraecum ditemukan satu spesies epifit yaituAngraecum mahavahens. Genus Bulbophyllum ditemukan dua spesies epifit yaitu Bulbophyllum vaginatum (Lindl.)Rchb.fdan Bulbophyllum sp. Genus Calanthe ditemukan hanya satu spesies terestrial yaitu Calanthe sp. Genus Coelegine ditemukan satu spesies epifit yaitu Coelegyne incrassata Bl Lindl. Genus Dendrobium ditemukan satu spesies yaitu Dendrobium paniferum J.J.Sm. Genus Eria ditemukan tiga spesies yang semuanya epifit yaitu Eria oblitterata, Eria sp1dan Eria sp2. Genus Pholidota ditemukan dua spesies yaitu Pholidola chinensis Lindl, dan Pholidola charnea (Bl.) Lindl. Sedangkan genus Gastrochilus, Nephelaphyllum, Oncidium, Phalaenopsis, dan Spatoglotis hanya ditemukan masing-masing satu spesies yang sebagian besar epifit hanya genus Spatoglotis dan Nephelaphyllum yang merupakan tumbuhan terestrial.


(66)

Spesies yang dimaksud adalah Gastrochilus sororius, Nephelaphyllum

tenuiflorum Bl.,Bijdr, Oncidium cebolleta, Phalaenopsis sumatrana-albaKorth. & Rchb.f., dan Spatoglotis sp.

Spesies anggrek yang ditemukan di hutan primer Gunung Pesawaran sebagian besar merupakan anggrek epifit yaitu 16 spesies dan 4 spesies merupakan anggrek terestrial. Anggrek epifit hidup menumpang pada dahan-dahan atau batang pohon. Anggrek epifit mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan dari air yang menetes/pencucian daun-daun tanaman yang lebih besar atau dari penguraian bahan-bahan mati dengan bantuan organisme lain (Gunawan.2005. Hal: 29). Sedangkan anggrek terestrial mendapatkan nutrisi dari tanah.

Selain itu kondisi lingkungan didaerah ini juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan angrek. Dari hasil pengukuran dilapangan didapat suhu rata-rata pada malam hari berkisar antara 15-20oC sedangkan suhu rata-rata pada siang hari berkisar antara 18-29oC. Menurut Iswanto (2007) kisaran suhu tersebut sesuai dengan kisaran suhu yang dibutuhkan beberapa anggrek seperti Cymbidium, Miltonia, Dendrobium, Cattleya, Oncidium, Vanda, dan Renanthera. Anggrek terestrial umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek epifit. Namun tidak semua anggrek terestrial toleran terhadap suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi sehingga menghambat pertumbuhan.

Kelembaban udara turut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan


(67)

51

anggrek relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhan anggrek. Menurut Iswanto (20007) kelembaban yang dibutuhkan anggrek berkisar antara 60% sampai 80%. Kelembaban tinggi dibutuhkan antara lain untuk menghindari proses penguapan yang berlebihan. Dari hasil pengukuran di hutan primer Gunung Pesawaran didapat bahwa kelembaban udara rata-rata 60%-86%. Pada kisaran kelembaban tersebut tanaman anggrek dapat mempertahankan

kandungan air yang ada untuk pertumbuhan dan berbagai reaksi metabolisme didalamnya.

Pengukuran intensitas cahaya pada hutan primer gunung Pesawaran berkisar antara 600 lux ditempat yang ternaung sampai 1070 lux pada tempat yang terdedah. Dengan banyaknya pohon yang membuat lantai hutan ternaungi maka intensitas cahaya yang sampai pada lantai hutan hanya sedikit. Keadaan ini sesuai untuk pertumbuhan anggrek yang cenderung membutuhkan intensitas cahaya rendah untuk pertumbuhannya.

Tumbuhan anggrek epifit menempel pada pohon yang memiliki struktur kulit lunak, tebal dan tidak mengelupas, seperti meranti, waru, rengas, dan lain-lain. Struktur kulit pohon yang seperti ini memudahkan biji anggrek untuk

menempel dan memperoleh unsur-unsur yang dia perlukan untuk pertumbuhannya, karena anggrek epifit mendapatkan unsur-unsur untuk pertumbuhan dan perkembangannya dari pencucian daun-daun tumbuhan yang lebih tinggi. Struktur kulit pohon yang keras, tipis dan dapat mengelupas seperti pada kulit pohon jambu biji dan bambu tidak dapat ditumbuhi anggrek, karena biji anggrek tidak dapat menempel dan tumbuh pada kulit pohon seperti


(68)

ini. Pada kulit pohon seperti ini biji anggrek yang menempel akan ikut jatuh bersama kulit pohon yang terkelupas sebelum sempat tumbuh.

Dari hasil pengamatan dilapangan, ditemukan anggrek epifit menempel pada pohon-pohon tinggi yang membentuk naungan untuk lantai hutan atau pada pohon yang lebih rendah. Kebanyakan spesies anggrek yang ditemukan tumbuh bersama dengan rumpun lumut yang juga banyak tumbuh pada pohon-pohon di hutan primer Gunung Pesawaran. Pohon-pohon-pohon yang ditumpangi oleh anggrek antara lain pohon meranti (Shorea leprosura), mahoni (Swietenia mahagoni), bungur (Lagerstroma speciosa), dan berangan (Castanopsis argentea). Pohon-pohon ini pada umumnya selain memiliki kulit pohon yang lunak juga ditumbuhi oleh lumut, sehingga lebih mudah bagi biji anggrek untuk tumbuh pada pohon yang sudah ditumbuhi lumut karena lumut menjaga kandungan air untuk pertumbuhn awal biji selain itu juga menyediakan unsur hara lain untuk pertumbuhan awal kecambah anggrek.


(69)

53


(70)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber belajar untuk meningkatkan pemahaman materi pokok fungi pada siswa SMA kelas X semester 1. Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa pada materi pokok fungi (jamur) menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah siswa mampu mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur, serta peranannya dalam

kehidupan.

Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut, seorang guru dalam kegiatan belajar-mengajar harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Jadi, metode adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan (Djamarah dan Zain, 2006).

Selian itu guru juga harus pandai dalam memilih sumber belajar. Karena dalam proses belajar mengajar ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. nilai-nilai itu terambil dari berbagai sumber yang dipakai dalam proses belajar mengajar. Sumber belajar adalah sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Winataputra dan Ardiwinata, 1991: 165 dalam Djamarah dan Zain, 2006). Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan adalah alam

lingkungan (Roestiyah, N.K., 1989: 53 dalam Djamarah dan Zain, 2006). Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran materi Fungi adalah Gunung Betung.


(71)

55

Materi dari hasil penelitian dapat disampaikan dengan metode karya wisata salah satu metode yang melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung, yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda lain. Dengan mengamati secara langsung maka anak akan memperoleh kesan yang sesuai dengan pengamatannya.

Setelah dilakukan perencanaan yang matang, karya wisata dapat dilaksanakan dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Sebelum karya wisata dilakukan siswa terlebih dahulu dibagi dalam kelompok kerja dan diberi penjelasan singkat tentang konsep yang akan dipelajari. Pada saat pelaksanaan siswa secara langsung melakukan penjelajahan dan pangamatan langsung pada objek di Gunung Betung di ketinggian 600 m dpl.

Dilokasi siswa langsung melaksanakan pengamatan dengan menggunakan LKS dan hasil penelitian sebagai penuntun kerja dan penunjang. Menurut Sudjana (1991) penyampaian materi dengan menggunakan LKS menyebabkan siswa menjadi lebih aktif. Dengan demikian hasil belajar siswa diharapkan menjadi lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan media tersebut. Siswa

menginventarisasi jamur, kemudian mangamati bagaimana ciri-ciri jamur yang ditemukan selanjutnya didiskusikan untuk mencari klasifikasi dan peranan jamur tersebut di alam khususnya di Gunung Betung. Setelah mendapatkan hasil, siswa dituntut dapat mengkomunikasikan laporan hasil pengamatannya.

Pada akhir kegiatan belajar mengajar dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetaui tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap materi yang telah


(72)

diberikan. Evaluasi diberikan dalam bentuk soal yang berisi pertanyaan mengenai ciri-ciri Basidiomycotina dan peranannya bagi kehidupan.

Aplikasi hasil penelitian Inventarisasi Basidiomycotina pada ketinggian 600 m dpl di Gunung Betung Tahura Wan Abdul Rachman Bandar Lampung dapat digambarkan dalam strukturisasi hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi SMA kelas X semester 1 pada materi pokok Fungi yang disajikan pada gambar 5.

Basidiomycotina

Inventarisasi

Faktor biotik: 1.Jumlah individu 2.Jumlah tubuh buah

Faktor lingkungan: Suhu, kelembaban, pH, intensitas cahaya.

Sumber belajar


(73)

57

Gambar 5. Strukturisasi Konsep Inventarisasi Basidiomycotina Pada Ketinggian 600 m dpl Di Gunung Betung Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Bandar Lampung.


(74)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber belajar di SMA kelas X semester 2. Kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMA kelas X semester 2 memuat materi Arthropoda sub materi Orthoptera. Salah satu indikator yang dituntut oleh kurikulum adalah siswa mampu mengidentifikasi anggota filum Arthropoda dan mendeskripsikan peranannya dalam kehidupan di alam.

Untuk mencapai indikator tersebut, seorang guru harus dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan juga harus terampil dalam memilih dan menggunakan metode mengajar. Dengan pemilihan metode yang tepat, siswa diharapkan dapat memahami konsep pelajaran dengan mantap yang akhirnya berdampak optimal terhadap hasil belajar siswa.

Metode mengajar merupakan suatu cara dalam mengajar agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik . Hal ini sesuai dengan pendapat

Surakhmad (1979, 23) yang mengatakan bahwa metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan suatu alat untuk mencapai suatu tujuan, makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuannya.

Kurikulum yang menuntut siswa agar dapat mengidentifikasi anggota filum Arthropoda dan mendeskripsikan peranannya dalam kehidupan dapat dipenuhi dengan langsung mempelajarinya di alam. Metode yang dianggap cocok untuk mempelajarinya adalah metode karyawisata. Metode karya wisata adalah suatu cara mengajar yang dilakukan dengan jalan mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari hal-hal tertentu dibawah bimbingan guru. Dengan membawa


(75)

59

siswa langsung ke alam, diharapkan timbul sifat ingin menyelidiki dan siswa dapat pengalaman yang sesungguhnya.

Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini memerlukan keahlian dan ketrampilan guru. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, mulai dari perancanaan, pelaksanaan sampai tahap tindak lanjut. Hal ini dimaksudkan agar karya wisata dapat berjalan secara efektif dan efesien.

Tahap perencanaan meliputi penetapan tujuan, lamanya waktu pelaksanaan, memperhitungkan jumlah peserta, memeperhitungkan iklim dan suasana objek, biaya dan menyusun kelompok-kelompok. Tahap pelaksanaan meliputi

kegiatatn observasi dan tertib pelaksanaan di lokasi. Sedangkan tahap tindak lanjut meliputi tahap mendiskusikan hasil observasi dan membuat laporan hasil pengamatan.

Karya wisata juga memiliki kelemahan-kelemahan yang harus di perhitungkan. Diantaranya adalah biaya yang tidak sedikit, dan pada karya wisata juga sering kali lebih menonjolkan unsur rekreasi dari pada belajar, oleh karena itu perlu persiapan dan perencanaan yang matang.

Setelah dilakukan perencanaan yang matang, karya wisata dapat dilaksanakan dengan alokasi waktu selama 4x 45 menit. Sebelum karya wisata dilakukan siswa terlebih dahulu dibagi kedalam beberapa kelompok kerja dan diberikan penjelasan singkat tentang konsep yang akan dipelajari. Pada saat pelaksanaan


(76)

siswa secara langsung melakukan pengamatan pada objek di gunung Betung yang telah terpetakan pada hasil penelitian ini.

Di lokasi siswa langsung melaksanakan pengamatan dengan menggunakan LKS dan hasil penelitian ” Pemetaan Orthoptera di Gunung Betung” sebagai penuntun kerja. Siswa menginventarisasi, kemudian mengamati bagaimana ciri-ciri Orthoptera yang kemudian didiskusikan untuk mencari klasifikasi dan peranan Orthoptera tersebut di alam, khususnya di gunung Betung. Setelah mendapatkan hasil, siswa dituntut dapat mengomunikasikan laporan hasil pengamatan didepan kelas.

Strukturisasi penerapan hasil penelitian ini sebagai sumber belajar Biologi pada SMA kelas X semester 2 pada materi Arthropoda sub materi Orthoptera

disajikan pada gambar 8.

Pemilihan metode yang tepat:

Metode Karya Wisata

Perencanaan: 1. Penetapan tujuan.

2. Waktu 3. LKS

4. Memperhitungkan kumlah peserta

5. Memperhitungkan iklim dan suasana objek 6. Biaya

Materi Arthropoda Sub Materi Orthoptera

Hasil Penelitian dan LKS sebagai penuntun

kerja siswa Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP)


(77)

61

Gambar 8. Strukturisasi Penerapan Hasil Penelitian Pemetaan Orthoptera di Gunung Betung


(78)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasar pengamatam yang telah dilakukan didapat 20 spesies anggrek liar yang terbagi dalam 15 genus. Spesies-spesies tersebut yaitu Acriopsis javanica, Agrostophyllum sp1, Agrostophyllum sp2, Apendiculata ramosa

Bl.,Bijdr, Angraecum mahavahens, Bulbophyllum vaginatum (Lindl.) Rchb.f, Bulbophyllum sp, Calanthe sp, Coelegyne incrassata Bl Lindl, Dendrobium paniferum J.J.Sm, Eria oblitterata, Eria sp1, Eria sp2, Gastrochilus sororius, Nephelaphyllum tenuiflorum Bl.,Bijdr, Oncidium cebolleta, Phalaenopsis sumatrana-alba Korth. & Rchb.f, Pholidota carnea (Bl.) Lindl. Pholidola chinensis Lindl, dan Spatoglotis sp.

B. Saran

1. Belum ada data yang pasti mengenai jumlah spesies yang terdapat pada gunung pesawaran, maka perlu dilakukan inventarisasi lebih lanjut. 2. Dalam melakukan inventarissasi anggrek alam/anggrek liar sebaiknya memperhitungkan musim agar dapat mengkoleksi bunga anggrek untuk keperluan identifikasi selain mengoleksi akar, batang dan daun.


(79)

(80)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Peta Gunung Pesawaran. Google Earth.

________.//Www.Orchidsindonesia.Com/Habitat.Html&H=80. 9 September 2008 ________.Pholidota chinensis.http://www.springerlink.com/indeks/

L3803UOLHOJ23124.pdf. 20 September 2008

Arditti, J. 1992. Fundamentals Of Orchid Biology. John Villey & Sons. Usa. Arifin, A. 2005. Hutan Dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Jakarta. .

Budiman, A. 2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Pusat Penelitian Bologi LIPI. Bogor.

Darmono, D. Widiastoety. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Penebar Swadaya.Jakarta.

Dephut. 2006. Master Plan. Taman Hutan Raya (TAHURA) Wan Abdul Rachman. PT. Laras Sembada : Jakarta.

Gunawan, L. W. 2005.Budi Daya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta.

Iswanto, H. Ir. 2007. Petunjuk Perawatan Anggrek. Agro Media Pustaka. Jakarta J.B Comber.2001.Orchids Of Sumatra.The Royal Botanic Garden Kew.England Minariya. 1997. Studi Keanekaragaman Anggrek (Orchidaceae) Alam di Desa

Sukaraja Atas dan Pulau Balak.(Skripsi). Unila. Bandar Lampung Steenis, V. C.G.G.J. 1997. Flora. Pradnya Paramita.Jakarta.

Sunarmi dan Sarwono. 2002. InventarisasiTumbuhan Paku Di Daerah Malang. http://journal.discoveryindonesia.com/index.php/hayati/article/viewFile/28/30. Tjitrosoeomo, G. 1993. Taksonomi Umum (Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan). Yokyakarta. Gajahmada University Press.

. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermetophyta). Yokyakarta. Gajahmada University Press.


(1)

59

siswa langsung ke alam, diharapkan timbul sifat ingin menyelidiki dan siswa dapat pengalaman yang sesungguhnya.

Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini memerlukan keahlian dan ketrampilan guru. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, mulai dari perancanaan, pelaksanaan sampai tahap tindak lanjut. Hal ini dimaksudkan agar karya wisata dapat berjalan secara efektif dan efesien.

Tahap perencanaan meliputi penetapan tujuan, lamanya waktu pelaksanaan, memperhitungkan jumlah peserta, memeperhitungkan iklim dan suasana objek, biaya dan menyusun kelompok-kelompok. Tahap pelaksanaan meliputi

kegiatatn observasi dan tertib pelaksanaan di lokasi. Sedangkan tahap tindak lanjut meliputi tahap mendiskusikan hasil observasi dan membuat laporan hasil pengamatan.

Karya wisata juga memiliki kelemahan-kelemahan yang harus di perhitungkan. Diantaranya adalah biaya yang tidak sedikit, dan pada karya wisata juga sering kali lebih menonjolkan unsur rekreasi dari pada belajar, oleh karena itu perlu persiapan dan perencanaan yang matang.

Setelah dilakukan perencanaan yang matang, karya wisata dapat dilaksanakan dengan alokasi waktu selama 4x 45 menit. Sebelum karya wisata dilakukan siswa terlebih dahulu dibagi kedalam beberapa kelompok kerja dan diberikan penjelasan singkat tentang konsep yang akan dipelajari. Pada saat pelaksanaan


(2)

60

siswa secara langsung melakukan pengamatan pada objek di gunung Betung yang telah terpetakan pada hasil penelitian ini.

Di lokasi siswa langsung melaksanakan pengamatan dengan menggunakan LKS dan hasil penelitian ” Pemetaan Orthoptera di Gunung Betung” sebagai penuntun kerja. Siswa menginventarisasi, kemudian mengamati bagaimana ciri-ciri Orthoptera yang kemudian didiskusikan untuk mencari klasifikasi dan peranan Orthoptera tersebut di alam, khususnya di gunung Betung. Setelah mendapatkan hasil, siswa dituntut dapat mengomunikasikan laporan hasil pengamatan didepan kelas.

Strukturisasi penerapan hasil penelitian ini sebagai sumber belajar Biologi pada SMA kelas X semester 2 pada materi Arthropoda sub materi Orthoptera

disajikan pada gambar 8.

Pemilihan metode yang tepat:

Metode Karya Wisata

Perencanaan: 1. Penetapan tujuan.

2. Waktu 3. LKS

4. Memperhitungkan kumlah peserta

5. Memperhitungkan iklim dan suasana objek 6. Biaya

Materi Arthropoda Sub Materi Orthoptera

Hasil Penelitian dan LKS sebagai penuntun

kerja siswa Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP)


(3)

61

Gambar 8. Strukturisasi Penerapan Hasil Penelitian Pemetaan Orthoptera di Gunung Betung


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasar pengamatam yang telah dilakukan didapat 20 spesies anggrek liar yang terbagi dalam 15 genus. Spesies-spesies tersebut yaitu Acriopsis javanica, Agrostophyllum sp1, Agrostophyllum sp2, Apendiculata ramosa

Bl.,Bijdr, Angraecum mahavahens, Bulbophyllum vaginatum (Lindl.) Rchb.f, Bulbophyllum sp, Calanthe sp, Coelegyne incrassata Bl Lindl, Dendrobium paniferum J.J.Sm, Eria oblitterata, Eria sp1, Eria sp2, Gastrochilus sororius, Nephelaphyllum tenuiflorum Bl.,Bijdr, Oncidium cebolleta, Phalaenopsis sumatrana-alba Korth. & Rchb.f, Pholidota carnea (Bl.) Lindl. Pholidola chinensis Lindl, dan Spatoglotis sp.

B. Saran

1. Belum ada data yang pasti mengenai jumlah spesies yang terdapat pada gunung pesawaran, maka perlu dilakukan inventarisasi lebih lanjut. 2. Dalam melakukan inventarissasi anggrek alam/anggrek liar sebaiknya memperhitungkan musim agar dapat mengkoleksi bunga anggrek untuk keperluan identifikasi selain mengoleksi akar, batang dan daun.


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Peta Gunung Pesawaran. Google Earth.

________.//Www.Orchidsindonesia.Com/Habitat.Html&H=80. 9 September 2008 ________.Pholidota chinensis.http://www.springerlink.com/indeks/

L3803UOLHOJ23124.pdf. 20 September 2008

Arditti, J. 1992. Fundamentals Of Orchid Biology. John Villey & Sons. Usa. Arifin, A. 2005. Hutan Dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Jakarta. .

Budiman, A. 2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Pusat Penelitian Bologi LIPI. Bogor.

Darmono, D. Widiastoety. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Penebar Swadaya.Jakarta.

Dephut. 2006. Master Plan. Taman Hutan Raya (TAHURA) Wan Abdul Rachman. PT. Laras Sembada : Jakarta.

Gunawan, L. W. 2005.Budi Daya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta.

Iswanto, H. Ir. 2007. Petunjuk Perawatan Anggrek. Agro Media Pustaka. Jakarta J.B Comber.2001.Orchids Of Sumatra.The Royal Botanic Garden Kew.England Minariya. 1997. Studi Keanekaragaman Anggrek (Orchidaceae) Alam di Desa

Sukaraja Atas dan Pulau Balak.(Skripsi). Unila. Bandar Lampung Steenis, V. C.G.G.J. 1997. Flora. Pradnya Paramita.Jakarta.

Sunarmi dan Sarwono. 2002. InventarisasiTumbuhan Paku Di Daerah Malang. http://journal.discoveryindonesia.com/index.php/hayati/article/viewFile/28/30. Tjitrosoeomo, G. 1993. Taksonomi Umum (Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan). Yokyakarta. Gajahmada University Press.

. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermetophyta). Yokyakarta. Gajahmada University Press.


Dokumen yang terkait

Keanekaragaman tumbuhan obat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan di hutan terfragmentasi Kebun Raya Cibodas serta pemanfaatannya oleh masyarakat lokal

3 9 106

INVENTARISASI ORCHIDALES DI GUNUNG PESAWARAN TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDURRAHMAN BANDAR LAMPUNG (Sebagai Bahan Pengayaan Materi Keanekaragaman Hayati SMA Kelas X Semester 1)

0 3 9

PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI ZONA PENYANGGA TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (Studi kasus di Kelurahan Batu Putu Kota Bandar Lampung sebagai bahan artikel pada materi ekosistem kelas X SMA)

0 3 37

PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI ZONA PENYANGGA TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (Studi kasus di Kelurahan Batu Putu Kota Bandar Lampung sebagai bahan artikel pada materi ekosistem kelas X SMA)

0 15 57

INVENTARISASI POHON PLUS DALAM BLOK KOLEKSI DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN

7 40 47

PENYUSUNAN MODUL KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG SEBAGAI ALTERNATIF PENGAYAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI DI SMA KELAS X.

0 0 4

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS MAKROALGA DI PANTAI DRINI SEBAGAI BAHAN AJAR KEANEKARAGAMAN HAYATI SISWA KELAS X SMA.

0 0 4

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR Subordo Microchiroptera PENGHUNI GUA KAWASAN KARST GUNUNG SEWU, GUNUNGKIDUL SEBAGAI BAHAN AJAR KEANEKARAGAMAN HAYATI KELAS X SMA.

0 1 7

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN MOLLUSCA SEBAGAI BAHAN AJAR MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI BAGI SISWA KELAS X SMA.

0 1 3

KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI HYMENOPTERA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SURANADI SEBAGAI PENGAYAAN MATERI PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI SMA Mardiana

0 0 11