Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe),Tembaga (Cu) Dan Zink (Zn) Didalam Air PDAM Hasil Penyaringan Melalui Alat Pemurni Air Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

2.1.1. Pengertian Air

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-limpah.
Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit
karena dibatasi oleh berbagai faktor. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan
jumlah sekitar 1.368 juta km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es,
cairan, dan salju. (Angel dan Wolseley, 1992)

Air juga merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan, sehingga air
merupakan media transport utama bagi zat-zat makanan dan produk buangan atau sampah
yang dihasilkan dari proses kehidupan. Air secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam
keadaan murni, tetapi selalu ada senyawa atau mineral atau unsur lain yang terdapat
didalamnya. Ketika air mengembun di udara dan jatuh di permukaan bumi, air tersebut
telah menyerap debu atau melarutkan oksigen, karbondioksida dan berbagai jenis gas
lainnya. Kemudian air tersebut, baik yang diatas maupun dibawah permukaan tanah

waktu mengalir menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya, melarutkan
berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat-zat organik lainnya. (Achmad, R. 2004)

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum, masak,
mandi, mencuci dan lain sebagainya. Dengan demikian untuk kelangsungan hidup, air
harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan berkualitas yang sangat memadai. Air
minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Seperti diketahui,
kadar air pada tubuh manusia mencapai 68%. Kebutuhan air minum setiap orang
bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan
aktivitasnya. ( Sunarya, Y. 2001)

Air terdapat bebas di alam dalam berbagai bentuk. Air bebas ini sangat penting
juga dalam pertanian, pencucian dan sanitasi umum maupun pribadi, teknologi pangan
dan sebagai air minum. Dalam pabrik pengolahan pangan, air diperlukan untuk berbagai

6

keperluan misalnya : pencucian, pengupasan umbi atau buah, penentuan medium
pemanasan atau pendingin, pembentukan uap, sterilisasi dan keperluan-keperluan lainnya.
Sumber air dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : air permukaan (run-off water)

misalnya air danau, sungai, bendungan, air hujan, dan air dalam tanah misalnya sumur
dan artesis. (Sudarmadji, 1989)

2.1.2. Sumber Air

Dalam memenuhi kebutuhan air, manusia selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas
air. Kualitas yang cukup diperoleh dengan mudah karena adanya siklus hidrologi.
Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersikulasi
akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologi. Air
menguap akibat panasnya matahari. Penguapan ini terjadi pada air permukaan, air yang
berada di dalam lapisan tanah bagian atas (evaporasi), air yang ada didalam tumbuhan
(transpirasi), hewan dan manusia (transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki atmosfir.

Di dalam atmosfir uap ini akan menjadi awan dan dalam kondisi cuaca tertentu
dapat mendingin dan berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke
permukaan bumi sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk kedalam
air permukaan (run-off), ada yang meresap kedalam tanah (perkolasi) dan menjadi air
tanah baik yang dangkal maupun yang dalam. Air tanah dalam akan timbul ke permukaan
sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan bersama-sama dengan air
tanah dangkal, dan air yang berada didalam tubuh akan menguap kembali untuk menjadi

awan. Maka siklus hidrologis ini berulang. (Slamet, J. 1994)

Sumber air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi,
komponen fisika-kimia, dan komponen biologi. Sumber-sumber air dapat dibagi menjadi
beberapa bagian seperti berikut ini :
2.1.2.1. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Air permukaan akan
mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu,
daun-daun, kotoran industri dan lain sebagainya. Beberapa pengotoran untuk masingmasing air permukaan akan berbeda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan.
Jenis pengotorannya merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteriologi. (Sutrisno, 2004)

7

Air permukaan merupakan air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan
badan air lain yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Air yang mengalir dari
daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan, dan air yang mengalir di
sungai menuju laut disebut aliran air sungai. Sekitar 69% air yang masuk ke sungai
berasal dari hujan, pencairan salju, dan sisanya berasal dari air tanah di wilayah sekitar
daerah aliran sungai. (Effendy, H. 2003)


Setelah jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami kontak dengan tanah dan
melarutkan bahan-bahan yang terkandung didalam tanah. Air permukaan diklasifikasikan
menjadi 2 kelompok utama, yaitu sumber air tergenang (standing water atau lentik ) dan
sumber air mengalir (flowing waters atau lotik ).

A. Perairan Tergenang (Lentik)

Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk (reservoir ), rawa, dan sebagainya.
Perairan tergenang (lentik), khususnya danau, biasanya mengalami stratifikasi secara
vertikal akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolom air.
Stratifikasi tergantung pada kedalaman dan musim. Air danau dicirikan dengan arus yang
lambat (0,001-0,01 m/detik) atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu, waktu
tinggal air dapat berlangsung lama. Arus air di danau dapat bergerak ke berbagai arah.
(Effendy, H. 2003)

Kebanyakan air rawa berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organik
yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan
warna kuning kecoklatan. Pembusukan kadar zat organik yang tinggi, umumnya kadar Fe
dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka

unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. (Sutrisno, 2004)

B. Perairan Mengalir (Lotik)

Salah satu contoh perairan mengalir adalah air sungai. Sungai dicirikan oleh arus yang
searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1-1,0 m/detik, serta sangat
dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Klasifikasi perairan lentik sangat
dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan perbedaan suhu air, sedangkan klasifikasi perairan

8

lotik dipengaruhi oleh kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi, dan
sedimentasi. (Effendy, H. 2003)

2.1.2.2. Air Tanah

Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah ditemukan
pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar antara 10 -10-103

m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengikisan


kembali. Lapisan tanah yang bersifat porous (mampu menahan air) dan permeable
(mampu melakukan atau memindahkan air) disebut akifer. Akifer terbagi menjadi dua,
yaitu akifer dangkal dan akifer dalam. Pada akifer dangkal, maka air tanah biasanya lebih
dipengaruhi oleh curah hujan.

Pada dasarnya, air tanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui
proses infiltrasi secara langsung ataupun secara tidak lagsung dari air sungai, danau,
waduk, rawa, dan genangan air lainnya. Air tanah biasanya memiliki kandungan besi
yang relatif tinggi. Jika air tanah mengalami kontak dengan udara akan mengalami
oksigenasi, ion ferri pada ferri hidroksida yang banyak terdapat dalam air tanah akan
teroksidasi menjadi ion ferro, dan segera mengalami presipitasi (pengendapan) serta
membentuk warna kemerahan pada air. ( Effendi, H. 2003)

Jenis-jenis dari air tanah ada 3, yaitu :
A. Air Tanah Dangkal

Daya proses peresapan air dari permukaan tanah ini menjadi penyebab terjadinya air
tanah dangkal. Dimana salah satu prosesnya lumpur akan tertahan dengan sebagian
bakteri sehingga air tanah akan menjadi lebih jernih, akan tetapi kandungan zat kimia

seperti garam-garam yang terlarut pada air tanah menjadi lebih banyak. Hal ini
dikarenakan lapisan tanah mengandung unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing
lapisan tanah. Air tanah dangkal akan dijumpai pada kedalaman 15 meter dan memiliki
kualitas dan kuantitas yang bergantung pada musim. (Sutrisno, 2004)

9

B. Air Tanah Dalam

Air tanah dalam memiliki metode pengambilan yang jauh lebih sulit dibandingkan
dengan air tanah dangkal. Biasanya untuk mengambil air tanah dalam ini digunakan suatu
bor dan pipa yang dimasukkan hingga kedalaman 100-300 meter lalu akan didapatkan
suatu lapisan air. Air akan menyembur keluar jika terdapat tekanan yang cukup besar
pada tanah dan biasanya disebut sebagai air sumur artesis. Jika air tidak dapat keluar
maka digunakan pipa untuk mendorong air tanah dalam agar dapat dikeluarkan. Dari segi
kualitas, air tanah dalam memiliki kualitas yang lebih baik daripada air tanah dangkal
karena proses penyaringannya jauh lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Kandungan
zat-zat kimia pada air tanah disusun sesuai dengan masing-masing lapisan-lapisan tanah
yang dilalui. (Sutrisno, 2004)


2.1.2.3. Air Atmosfer atau Air Hujan

Air atmosfir disebut juga sebagai air hujan dan terjadi melalui proses evaporasi
(penguapan). Uap air bergerak ke atas hingga membentuk awan yang dapat berpindah
karena tiupan angin. Ruang udara yang mendapat akumulasi uap air secara kontinu akan
menjadi jenuh. Oleh pengaruh udara dingin pada lapisan atmosfer, uap air tersebut
mengalami sublimasi sehingga butiran-butiran uap air membesar dan akhirnya jatuh
sebagai hujan. Air yang jatuh sebagai hujan tidak semuanya dapat mencapai permukaan
tanah. Sebagian air yang mencapai permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah dan
menjadi air tanah melalui proses infiltrasi dan sebagian lagi mengalir ke badan air sebagai
air permukaan. Air hujan memiliki pH normal sekitar 5,6 dan jika terjadi hujan asam
maka nilai pH lebih kecil yaitu 2 atau 3.

2.1.3. Standar Kualitas Air Minum

Pengertian air minum menurut Kepmenkes RI No.492/MENKES/IV/2010 adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan (bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum.
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain
didalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika

(suhu, warna, rasa, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH,

10

oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya), parameter biologi (keberadaan
plankton, bakteri dan lain sebagainya) dan parameter radioaktif.

2.1.3.1. Parameter Fisika

Parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi cahaya,
suhu, warna dan bau, kecerahan dan kekeruhan, konduktivitas, padatan total, padatan
terlarut, padatan tersuspensi, dan salinitas. Parameter fisika pada air, yaitu sebagai
berikut:

1.

Suhu

Temperatur dari air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan
dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam pengelolaan, terutama apabila temperatur

tersebut

sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah 10-15°C, tetapi iklim

setempat, kedalaman pipa-pipa saluran air dan jenis air dari sumber-sumber air akan
mempengaruhi temperatur ini. Disamping itu, temperatur pada air akan mempengaruhi
secara langsung toksisitas banyak bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme
dan virus. (Sutrisno, 2004)

2.

Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya
cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Nilai
kekeruhan maksimum yang diperbolehkan pada air minum yaitu sebesar 5 skala NTU.
Kekeruhan dapat disebabkan karena adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus). Tingginya nilai kekeruhan
juga dapat mempengaruhi proses penyaringan dan mengurangi efektivitas pada proses
penjernihan air. (Effendy, H. 2003)


Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel
bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor.
Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang membahayakan, tetapi ia menjadi tidak
disenangi karena rupanya. Terdapatnya suhu, intensitas bau, rasa dan kekeruhan yang
melebihi standar yang ditetapkan dapat menimbulkan kekhawatiran terkandungnya

11

bahan-bahan kimia yang dapat mengakibatkan efek toksik terhadap manusia. (Sutrisno,
2004)

3.

Warna dan Bau

Warna dan bau pada air minum disebabkan karena bahan-bahan terlarut dan tersuspensi
baik berupa organik maupun anorganik. Standar kualitas air minum yang baik adalah
tidak

berwarna

dan

tidak

berbau.

Berdasarkan

PERMENKES

No.492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimum warna yang diperbolehkan pada air
minum sebesar 15 TCU. Menurut Effeny (2003), warna dikelompokkan menjadi dua,
yaitu warna sesungguhnya dan warna tampak. Warna sesungguhnya adalah warna yang
disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut. Sedangkan warna tampak adalah warna yang
tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi.

4.

Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi

Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami penguapan dan
pengeringan pada suhu tertentu. Padatan tersuspensi total yaitu bahan-bahan tersuspensi
biasanya memiliki diameter sebesar >1 m. Padatan tersuspensi total terdiri dari lumpur
dan pasir halus serta jasad-jasad renik. Padatan terlarut total adalah bahan-bahan terlarut
dengan ukuran diameter yaitu

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi (Fe) Dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

7 136 74

Penentuan Kadar Logam Cadmium(Cd), Tembaga (Cu), Crom (Cr), Besi (Fe), Nikel (Ni), dan Zinkum (Zn) dari beberapa Jenis Kerang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA)

5 52 92

Analisis Kuantitatif Besi (Fe), Seng (Zn) dan Mangan (Mn) Dalam Air Sumur Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

12 143 50

Penentuan Kadar Logam Seng (Zn) Dan Tembaga (Cu) Dalam Air Pam Hasil Penyaringan Yamaha Water Purifier Tipe Drinking Stand

0 37 61

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe),Tembaga (Cu) Dan Zink (Zn) Didalam Air PDAM Hasil Penyaringan Melalui Alat Pemurni Air Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

0 4 73

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe),Tembaga (Cu) Dan Zink (Zn) Didalam Air PDAM Hasil Penyaringan Melalui Alat Pemurni Air Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 13

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe),Tembaga (Cu) Dan Zink (Zn) Didalam Air PDAM Hasil Penyaringan Melalui Alat Pemurni Air Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe),Tembaga (Cu) Dan Zink (Zn) Didalam Air PDAM Hasil Penyaringan Melalui Alat Pemurni Air Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 4

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe),Tembaga (Cu) Dan Zink (Zn) Didalam Air PDAM Hasil Penyaringan Melalui Alat Pemurni Air Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe),Tembaga (Cu) Dan Zink (Zn) Didalam Air PDAM Hasil Penyaringan Melalui Alat Pemurni Air Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 5