Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi (Fe) Dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

(1)

PENENTUAN KADAR LOGAM KADMIUM (Cd), TEMBAGA (Cu ), BESI (Fe) dan SENG (Zn) PADA AIR MINUM YANG BERASAL DARI SUMUR

BOR DESA SURBAKTI GUNUNG SINABUNG KABUPATEN KARO DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

(SSA)

SKRIPSI

RIA ARDIANTI LUBIS 130822024

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PENENTUAN KADAR LOGAM KADMIUM (Cd), TEMBAGA (Cu ), BESI (Fe) dan SENG (Zn) PADA AIR MINUM YANG BERASAL DARI SUMUR

BOR DESA SURBAKTI GUNUNG SINABUNG KABUPATEN KARO DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

(SSA)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

RIA ARDIANTI LUBIS 130822024

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Kategori : Skripsi

Nama : Ria Ardianti Lubis

NIM : 130822024

Program Studi : Kimia(S1)

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara (USU)

Disetujui di Medan, April 2015

Komisi Pembimbing

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Prof.Dr.Harry Agusnar,M.Sc Prof.Dr.Zul Alfian,M.Sc NIP.195308171983031002 NIP.195504051983031002

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan Nst.,MS NIP. 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR LOGAM KADMIUM (Cd), TEMBAGA (Cu ), BESI (Fe) dan SENG (Zn) PADA AIR MINUM YANG BERASAL DARI SUMUR

BOR DESA SURBAKTI GUNUNG SINABUNG KABUPATEN KARO DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

(SSA)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2015

RIA ARDIANTI LUBIS 130822024


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT dengan karunia-Nya Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Serta shalawat dan salam saya sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sebagai tauladan hidup.

Selanjutnya saya menyampaikan penghargaan dan cinta kasih yang terdalam dan tulus kepada kedua orang tua. Ayahanda Ardiwan Lubis dan Ibunda Suhaibah Matondang yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materi yang tiada hentinya kepada penulis serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan motivasinya.

Kepada Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc. M.Phill selaku dosen pembimbing 2 yang telah membantu dan memberikan bimbingan dan arahannya sehingga terselesaikan skripsi ini dan Kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS dan Bapak Dr. Darwin Yunus, MS serta seluruh dosen dan staff pegawai jurusan FMIPA USU yang telah memberikan ilmu dan arahan selama pendidikan saya.

Untuk seluruh teman-teman semuanya saya mengucapkan terimakasih atas dukungan dan doanya dan terimakasih juga kepada Anita Harahap dan Pacar tercinta yang telah banyak membantu saya mulai dari penelitian sampai penulisan skrips ini.

Saya menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan maupun pengetahuan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis


(6)

ABSTRAK

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia selain penggunaan air secara konvensional, air juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi. Telah dilakukan penelitian tentang penentuan kadar Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) pada air minum yang berasal dari sumur bor desa surbakti gunung sinabung kabupaten karo dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Pengambilan sampel dilakukan pada minggu 1,2,3,4 dan 5 dan di destruksi dengan HNO3(p) hingga sisa volume 15 mL. Kemudian ditentukan konsentrasi logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) dengan menggunkan Spektofotometri Serapan Atom (SSA) melalui kurva kalibrasi. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Kadmium (Cd) 0,0031 mg/L, Tembaga (Cu) 0,0470 mg/L, Besi (Fe) 0,2741 mg/L dan Seng (Zn) 0,2929 mg/L. Dalam hal ini kandungan logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) masih memenuhi standar kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/MENKES/PER/VII/2010.


(7)

DETERMINATION OF METAL CONTENT CADMIUM (Cd), CUPRUM (Cu), IRON (Fe) and ZINC (Zn) IN DRINKING WATER COMES FROM

WELLS DRILLED SURBAKTI VILLAGE MOUNT SINABUNG KARO REGENCY WITH ATOMIC ADSORPTION

SPECTROPHOTOMETRY (AAS) METHODS

ABSTRACT

Water is a basic necessity for human life other than conventional water use, water is also needed to improve the quality of human life, which is to support the activities of industry and technology. A Research on determination content Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Iron (Fe) and Zinc (Zn) in drinking water comes from wells drilled surbakti village mount sinabung karo Regency with Atomic Adsorption Spectrophotometry (AAS) methods. Sampling conducted at weeks 1,2,3,4, and 5 and destructed by using concentrated Nitric Acis until 15 mL of volume. Then metal content Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Iron (Fe) and Zinc (Zn) was determined by using Atomic Adsorption Spectrophotometry (AAS) through a calibration curve. The result showed concentration of Cadmium (Cd) 0,0031 mg/L, Cuprum (Cu) 0,0470 mg/L, Iron (Fe) 0,2741 mg/L and Zinc (Zn) 0,2929 mg/L. In this case the metal content of Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Iron (Fe) and Zinc (Zn) still fulfilled quality standard drinking according to Regulation Minister of Health No. 492/Menkes/Per/VII/2010.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2.Permasalahan 2

1.3.Pembatasan Masalah 2

1.4.Tujuan Penelitian 3

1.5.Manfaat Penelitian 3

1.6. Lokasi Penelitian 3

1.7. Metodologi Penelitian 3

Bab 2 Tinjuan Pustaka 4

2.1. Air 4

2.2. Pencemaran dan Penusutan Air Bawah tanah 5

2.3.Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia 5

2.4.Sumber Air Minum 6

2.5.Syarat-syaratAir Minum 6

2.6. Logam 6

2.7.Kadmium (Cd) 7

2.7.1. Efek Toksik Logam Kadmium 7

2.8. Tembaga (Cu) 8

2.8.1. Efek Toksik Logam Tembaga (Cu) 8

2.9.Besi (Fe) 9

2.9.1.Efek Toksik Logam Besi (Fe) 9

2.10.Seng (Zn) 10

2.10.1. Efek Toksik Logam Seng (Zn) 10

2.11.Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) 11

2.11.1.Prinsip Dasar Spektofotometri Serapan Atom 11

Bab 3 Metodologi Penelitian 14

3.1. Alat dan bahan 14

3.1.1.Alat-alat 14

3.1.2.Bahan-bahan 14

3.2. Prosedur Percobaan 15

3.2.1.Pengawetan dan Preparasi Sampel 15


(9)

3.2.3.Pembuatan Larutan Standar Kadmium (Cd) 10 mg/L 15

3.2.4.Pembuatan Larutan Standar Kadmium (Cd) 1 mg/L 15

3.2.5.Pembuatan Larutan Seri Standar Kadmium (Cd) 0,001; 0,02 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L 15

3.2.6.Pembuatan Kurva Kalibrasi kadmium (Cd) 16

3.2.7.Pengukuran Kadar Kadmium (Cd) dalam Sampel 16

3.2.8.Pembuatan Larutan Standar Tembaga (Cu) 100 mg/L 16

3.2.9.Pembuatan Larutan Standar Tembaga (Cu) 10 mg/L 16

3.2.10.Pembuatan Larutan Standar Tembaga (Cu) 1 mg/L 16

3.2.11.Pembuatan Larutan Seri Standar Tembaga (Cu) 0,5; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L 16

3.2.12.Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga (Cu) 17

3.2.13.Pengukuran Kadar Tembaga (Cu) dalam Sampel 17

3.2.14.Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 100 mg/L 17

3.2.15.Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 10 mg/L 17

3.2.16.Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 1 mg/L 17

3.2.17.Pembuatan Larutan Seri Standar Besi (Fe) 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 mg/L 18

3.2.18.Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe) 18

3.2.19.Pengukuran Kadar Kadmium Besi (Fe) dalam Sampel 18

3.2.20.Pembuatan Larutan Standar Seng (Zn) 100 mg/L 18

3.2.21.Pembuatan Larutan Standar Seng (Zn) 10 mg/L 18

3.2.22.Pembuatan Larutan Standar Seng (Zn) 1 mg/L 18

3.2.23.Pembuatan Larutan Seri Standar Seng (Zn) 0,5; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L 19

3.2.24.Pembuatan Kurva Kalibrasi Seng (Zn) 19

3.2.25.Pengukuran Kadar Kadmium Seng (Zn) dalam Sampel 19

3.3.Bagan Penelitian 20 3.3.1.Pembuatan Larutan Seri Standar Kadmium (Cd) 0,001; 0,02; 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium (Cd) 20

3.3.2.Pembuatan Larutan Seri Standar Tembaga (Cu) 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga (Cd) 21

3.3.3.Pembuatan Larutan Seri Standar Besi (Fe) 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe) 22

3.3.4.Pembuatan Larutan Seri Standar Seng (Zn) 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Seng (Zn) 23 3.3.5.Preparasi dan Penentuan Kadar Unsur Kadmium (Cd) Pada Sampel 24

3.3.6.Preparasi dan Penentuan Kadar Unsur Tembaga (Cu) Pada Sampel 25

3.3.7.Preparasi dan Penentuan Kadar Unsur Besi (Fe) Pada Sampel 26

3.3.8.Preparasi dan Penentuan Kadar Unsur Seng (Zn) Pada Sampel 27


(10)

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 28

4.1. Hasil Penelitian 28

4.1.1.Unsur Kadmium (Cd) 28

4.1.2.Pengolahan Data Unsur Kadmium (Cd) 29

4.1.2.1.Penurunan Persamaan Garis Regresi Dengan Metode Least Square 29

4.1.2.2.Koefisien Korelasi 31

4.1.2.3.Penentuan Konsentrasi 31

4.1.3.Unsur Tembaga (Cu) 33

4.1.4.Pengolahan Data Unsur Tembaga (Cu) 34

4.1.4.1.Penurunan Persamaan Garis Regresi Dengan Metode Least Square 34

4.1.4.2.Koefisien Korelasi 35

4.1.4.3.Penentuan Konsentrasi 36

4.1.5.Unsur Besi (Fe) 37

4.1.6.Pengolahan Data Unsur Besi (Fe) 38

4.1.6.1.Penurunan Persamaan Garis Regresi Dengan Metode Least Square 38

4.1.6.2.Koefisien Korelasi 40

4.1.6.3.Penentuan Konsentrasi 40

4.1.7.Unsur Seng (Zn) 41

4.1.8.Pengolahan Data Unsur Seng (Zn) 42

4.1.8.1.Penurunan Persamaan Garis Regresi Dengan Metode Least Square 42

4.1.8.2.Koefisien Korelasi 44

4.1.8.3.Penentuan Konsentrasi 44

4.2. Pembahasan 46

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 48

5.1.Kesimpulan 48

5.2. Saran 48

Daftar Pustaka 49


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Data Absorbansi Larutan Standar Kadmium (Cd) 28 Tabel 4.2. Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Penentuan

Konsentrasi Unsur Kadmium (Cd) Berdasarkan

Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kadmium (Cd) 29 Tabel 4.3. Data Absorbansi Unsur Kadmium (Cd) dalam Sampel Yang

Diukur Sebanyak 3 Kali 31

Tabel 4.4. Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Unsur

Kadmium (Cd) Pada Air Sumur Bor 32 Tabel 4.5. Data Absorbansi Larutan Standar Tembaga (Cu) 33 Tabel 4.6. Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Penentuan

Konsentrasi Unsur Tembaga (Cu) Berdasarkan

Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Tembaga (Cu) 34 Tabel 4.7. Data Absorbansi Unsur Tembaga (Cu) dalam Sampel Yang

Diukur Sebanyak 3 Kali 36

Tabel 4.8. Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Unsur

Tembaga (Cu) Pada Air Sumur Bor 36 Tabel 4.9. Data Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe) 37 Tabel 4.10. Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Penentuan

Konsentrasi Unsur Besi (Fe) Berdasarkan Pengukuran

Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe) 38 Tabel 4.11. Data Absorbansi Unsur Besi (Fe) dalam Sampel Yang

Diukur Sebanyak 3 Kali 40

Tabel 4.12. Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Unsur

Besi (Fe) Pada Air Sumur Bor 41 Tabel 4.13. Data Absorbansi Larutan Standar Seng (Zn) 42 Tabel 4.14. Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Penentuan

Konsentrasi Unsur Seng (Zn) Berdasarkan Pengukuran

Absorbansi Larutan Standar Seng (Zn) 43 Tabel 4.15. Data Absorbansi Unsur Seng (Zn) dalam Sampel Yang

Diukur Sebanyak 3 Kali 45

Tabel 4.16. Analisis Data Statistik Penentuan Konsentrasi Unsur


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1.:Kurva Kalibrasi Standar Unsur Kadmium (Cd) 29

Gambar 4.2.:Kurva Kalibrasi Standar Unsur Tembaga (Cu) 33

Gambar 4.3.:Kurva Kalibrasi Standar Unsur Besi (Fe) 38


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Persyaratan Kualitas Air Minum 52

Lampiran 2. Kondisi Alat Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada Pengukuran konsentrasi logam Kadmium (Cd) 56

Lampiran 3. Kondisi Alat Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada Pengukuran konsentrasi logam Tembaga (Cu) 56

Lampiran 4. Kondisi Alat Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada Pengukuran konsentrasi logam Besi (Fe) 57

Lampiran 5. Kondisi Alat Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada Pengukuran konsentrasi logam Seng (Zn) 57

Lampiran 6. Alat SSA tipe nyala merek Shimadzu seri AA-7000 58

Lampiran 7. Peta Gunung Sinabung 59


(14)

ABSTRAK

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia selain penggunaan air secara konvensional, air juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi. Telah dilakukan penelitian tentang penentuan kadar Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) pada air minum yang berasal dari sumur bor desa surbakti gunung sinabung kabupaten karo dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Pengambilan sampel dilakukan pada minggu 1,2,3,4 dan 5 dan di destruksi dengan HNO3(p) hingga sisa volume 15 mL. Kemudian ditentukan konsentrasi logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) dengan menggunkan Spektofotometri Serapan Atom (SSA) melalui kurva kalibrasi. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Kadmium (Cd) 0,0031 mg/L, Tembaga (Cu) 0,0470 mg/L, Besi (Fe) 0,2741 mg/L dan Seng (Zn) 0,2929 mg/L. Dalam hal ini kandungan logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) masih memenuhi standar kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/MENKES/PER/VII/2010.


(15)

DETERMINATION OF METAL CONTENT CADMIUM (Cd), CUPRUM (Cu), IRON (Fe) and ZINC (Zn) IN DRINKING WATER COMES FROM

WELLS DRILLED SURBAKTI VILLAGE MOUNT SINABUNG KARO REGENCY WITH ATOMIC ADSORPTION

SPECTROPHOTOMETRY (AAS) METHODS

ABSTRACT

Water is a basic necessity for human life other than conventional water use, water is also needed to improve the quality of human life, which is to support the activities of industry and technology. A Research on determination content Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Iron (Fe) and Zinc (Zn) in drinking water comes from wells drilled surbakti village mount sinabung karo Regency with Atomic Adsorption Spectrophotometry (AAS) methods. Sampling conducted at weeks 1,2,3,4, and 5 and destructed by using concentrated Nitric Acis until 15 mL of volume. Then metal content Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Iron (Fe) and Zinc (Zn) was determined by using Atomic Adsorption Spectrophotometry (AAS) through a calibration curve. The result showed concentration of Cadmium (Cd) 0,0031 mg/L, Cuprum (Cu) 0,0470 mg/L, Iron (Fe) 0,2741 mg/L and Zinc (Zn) 0,2929 mg/L. In this case the metal content of Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Iron (Fe) and Zinc (Zn) still fulfilled quality standard drinking according to Regulation Minister of Health No. 492/Menkes/Per/VII/2010.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa peyakit perut adalah penyakit yang paling bayak terjadi di indonesia. Penurunan penyakit perut ini di dasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut (Sutrisno, 1996).

Air juga merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun mahkluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75% dari berat badan manusia dewasa terdiri dari air. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5 – 3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2 – 3 minggu tanpa makanan, tapi hanya 2 – 3 hari tanpa air minum (Suripin, 2001).

Toksisitas logam pada manusia kebanyakan terjadi karena logam berat non-esensial saja, walaupun tidak menutup kemungkinan adanya keracunan logam esensial yang melebihi dosis. Toksisitas logam pada manusia menyebabkan beberapa akibat negatif, tetapi yang terutama adalah timbulnya kerusakan jaringan detoksikasi dan ekskresi (hati dan ginjal). Daya toksisitas logam ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kadar logam yang termakan, lamanya mengkonsumsi, umur, spesies, jenis kelamin, kebiasaan makan makanan tertentu, kondisi fisik, dan kemampuan jaringan tubuh untuk mengkonsumsi logam (Darmono, 1995).

Gunung sinabung merupakan salah satu gunung berapi dataran tinggi, kab Karo Sumut, Indonesia. Koordinat puncak gunung sinabung adalah 3o10’LU dan 98o23’BT dengan puncak tertinggi gunung ini adalah 2460 meter dari permukaan


(17)

laut yang menjadi puncak tertinggi di sumatera utara. Aktifitas gunung sinabung pernah mengelurkan debu vulkanik dan asap tahun 2010. Kemudian pada tahun 2013 mengeluarkan, menyemburkan debu vulkanik lagi. Hasil dari erupsi gunung tersebut mengeluarkan kabut asap yang tebal hitam. Dan debu vulkanik tersebut menutupi ribuan hektar tanaman para petani di sekitar gunung tersebut. Debu vulkanik akibat erusi gunung berapi terus beterbangan ke berbagai daerah di sekitar gunung tersebut. Abu vulkanik dari gunung berapi yang terbawa angin keberbagai arah membahayakan warga sekitar terutama mengganggu kesehatan pernafasan, mata, kulit dan pencemaran air (Tarigan, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Sinuhaji, N.F. 2011 analisis logam berat dan unsur hara debu vulkanik gunung sinabung kabupaten karo sumatera utara menunjukkan hasil bahwa debu vulkanik tersebut memiliki kandungan logam berat. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kadar logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), besi (Fe), dan Seng (Zn) pada air minum yang berasal dari sumur bor desa surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom.

1.2 Permasalahan

Adapun masalah dalam penelitian ini adalah berapa kadar logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) pada air minum yang berasal dari sumur bor desa surbakti dan apakah masih memenuhi standar kualitas air minum menurut PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/VII/2010

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan seng (Zn) dari sampel dengan menggunakan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan sampel air minum yang digunakan di ambil dari sumur bor desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat kabupaten Karo Sumatera Utara.


(18)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) pada sampel air minum yang berasal dari sumur bor desa Surbakti dan apakah masih memenuhi standar kualitas air minum menurut PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/VII/2010

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kandungan Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) pada sampel air minum dan apakah masih memenuhi standar kualitas air minum menurut PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/VII/2010

1.6 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar LIDA Universitas Sumatera Utara (USU) dan Analisis Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dilakukan di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Analisa sampel dilakukan pada air yang di ambil dari sumur bor desa surbakti kecamatan simpang empat

- Pereaksi yang digunakan asam nitrat pekat

- Penentuan kadar Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) dilakukan dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang untuk Kadmium (Cd) adalah 228,8 nm, Tembaga (Cu) adalah 324,8 nm, Besi (Fe) adalah 248,3 nm dan untuk Seng (Zn) adalah 213,9 nm.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air (Effendi, 2003).

Beberapa karakteristik dasar sumber daya air dinyatakan antara lain oleh aliran yang dapat mencakup beberapa wilayah administratif sehingga air sering kali disebut sebagai sumber daya dinamis yang mengalir. Selain itu air juga diperlukan berbagai sektor tidak hanya untuk keperluan domestik seperti minum dan mencuci , namun juga untuk usaha dibidang pertanian, industri, pembangkitan daya listrik, peternakan, hewan serta transfortasi. Oleh karena sifat air yang selalu mengalir, maka dengan sendirinya ada keterkaitan yang sangat erat antara kuantitas dengan kualitas, hulu dengan hilir, in-stream dengan off-stream, air permukaan dengan air bawah tanah (Sunaryo, 2004).

Air merupakan senyawa yang paling melimpah di permukaan bumi. Sifat-sifat dari air memiliki pengaruh yang berarti untuk penyediaan air, kualitas air dan teknik pengolahan air (Montgomery, 1985).


(20)

2.2 Pencemaran dan Penyusutan Air Bawah Tanah

Air bawah tanah 40 kali lebih banyak dari air tawar permukaan. Di indonesia kebutuhan air tawar untuk kota-kota dan desa-desa masih lebih banyak dicukupi oleh air bawah tanah. Sumber air bawah tanah dapat terisi ulang, tetapi prosesnya sangat lambat. Kini pengambilan air bawah tanah lebih banyak dari pada pengisian ulang alami, mengakibatkn perubahan lahan dan subsidensi serta susupan air asin lebih jauh ke dataran di kota-kota pantai (Mulyanto, 2007).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air mendefenisikan tentang Pencemaran Air, yaitu masuk atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi, dan atau komponen air kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air menurun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya (Effendi, 2003).

2.3 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia

Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat badannya. Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara lain tergantung berat badan.

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila tubuh kehilangan banyak air, maka akan menyebabkan kematian. Sebagai contoh penderita penyakit kolera. Keadaan yang membahayakan bagi penderita kolera adalah dehidrasi, artinya kehilangan bayak air. Maka pertolongan pertama dan yang utama bagi penderita kolera adalah pemberian cairan kedalam tubuh penderita tersebut dengan menggunakan garam oralit. Untuk menjaga kebersihan tubuh, diperlukan juga air. Mandi dua kali sehari dengan menggunakan air bersih, diharapkan orang akan bebas dari penyakit kudis, dermatitis dan penyakit-penyakit yang disebabkan karena fungsi.


(21)

2.4 Sumber air Minum.

Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi.

Sumber-sumber air : 1. Air laut

2. Air Atmosfir, air meteriologik 3. Air Permukan

4. Air Tanah (Sutrisno, 1996). 2.5 Syarat-syarat Air Minum

Air minum ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomi. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya (Slamet, 1994).

2.6 Logam

Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik dan anorganik. Logam itu sendiri dalam kerak bumi dibagi menjadi logam makro dan logam mikro, di mana logam makro ditemukan lebih dari 1.000 mg/kg dan logam mikro jumlahnya kurang dari 500 mg/kg. Logam juga dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada mahkluk hidup . Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam-logam tertentu sangat berbahaya bila ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan (dalam air, tanah dan udara), karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh mahkluk hidup. Pencemaran lingkungan oleh logam-logam berbahaya (Cd, Pb, Hg). Beberapa logam sangat diperlukan dalam proses kehidupan mahkluk hidup. Logam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu logam essensial dan logam non essensial. Logam esensial adalah logam yang sangat membantu dalam proses fisiologi mahkluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan organ dari mahkluk


(22)

yang bersangkutan. Sedangkan logam non esensial, adalah logam yang peranannya dalam tubuh mahkluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam jaringan hewan sangat kecil, dan apabila kandungannya tinggi akan dapat merusak organ-organ tubuh mahkluk yang bersangkutan (Darmono, 1995).

Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia (Notohadiprawiro, 1993).

Pencemaran logam berat dari debu gunung akhirnya sampai ke sungai/laut dan selanjutnya mencemari manusia melalui ikan, air minum atau air sumber irigasi lahan pertanian sehingga tanaman sebagai sumber pangan manusia tercemar logam (Tarigan, 2014).

2.7 Kadmium (Cd)

Sifat Fisika Kadmium (Cd) adalah berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam persenyawaan dengan klor (Cd klorida) atau belerang (Cd sulfida). Cd memiliki nomor atom 48, berat atom 112,4 g/mol, titik leleh 321oC, dan titik didih 767oC (Widowati, 2008).

Sifat Kimia Kadmium (Cd) adalah ...

Kadar kadmium pada perairan tawar alami sekitar 0,0001 - 0,01 mg/L, sedangkan pada perairan laut sekitar 0,0001 mg/L. Kadar Kadmium maksimum pada air yang diperuntukkan untuk air minum adalah 0,005 mg/L (Effendi, 2003). 2.7.1 Efek Toksik Logam kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) bersifat kumulatif dan sangat toksik bagi manusia karena dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal dan paru – paru, meningkatkan tekanan darah, dan mengakibatkan kemandulan pada pria dewasa. Kadmium juga bersifat sangat toksik dan bioakumulasi terhadap organisme. Toksisitas kadmium dipengaruhi oleh pH dan kesadahan. Selain itu, keberadaan zink dan timbal dapat meningkatkan toksisitas kadmium (Effendi, 2003).


(23)

Keracunan Kadmium (Cd) dalam jangka waktu yang lama ini bersifat toksik terhadap beberapa macam organ, yaitu paru – paru, tulang, hati dan ginjal. Penelitian pada orang dan hewan percobaan menunjukkan bahwa logam ini juga bersifat neurotoksin. Orang yang keracunan Cd melalui debu secara kronis dapat menyebabkan kekurangan indera penciuman dan akan kembali normal jika toksik dari debu tersebut dihentikan (Darmono, 1995).

2.8 Tembaga (Cu)

Kuprum atau tembaga (Cu) memiliki sistem kristal kubik, yang secara fisik berwarna kuning apabila dilihat menggunakan mikroskop akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Cu termasuk golongan logam, berwarna merah serta mudah berubah bentuk ( Widowati, 2008).

Pada Umumnya Cu diperoleh dari hasil penambangan. Untuk mendapatkan produksi Cu yang baik, harus melalui tahapan-tahapan proses. Tahapan tersebut meliputi proses penghalusan bijih Cu, pemekatan secara flotasi, pembakaran pada suhu 600 – 800oC (Palar, 2004).

Kadar tembaga maksimum pada air minum adalah 0,1 mg/L. Defisiensi tembaga dapat mangakibatkan anemia, namun kadar tembaga yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pada hati (Effendi, 2003).

2.8.1 Efek Toksik Logam Tembaga (Cu)

Keracunan logam berat bersifat kronis dan dampaknya baru terlihat setelah beberapa tahun. Logam berat bersifat akumulatif di dalam tubuh organisme dan konsentrasinya mengalami peningkatan (biomagnifikasi) yang lebih tinggi dalam rantai makanan. Keracunan kronis Cu bisa mengurangi umur, menimbulkan berbagai masalah reproduksi dan menurunkan fertilitas.

Keracunan Cu pada manusia dapat menimbulkan kerusakan otak, penurunan fungsi ginjal, dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Keracunan


(24)

kronis Cu pada manusia dapat menimbulkan penyakit Wilson’s dan Kinsky. Penyakit Wilson’s disebabkan oleh tersimpannya Cu secara berlebihan dalam tubuh karena Cu tidak dapat diekskresikan oleh hati melalui empedu (Widowati, 2008).

2.9 Besi (Fe)

Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/L tetapi di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi (Alaerts dan Santika, 1984).

Kadar besi di perairan yang mendapat cukup aerasi hampir tidak pernah lebih dari 0.3 mg/L. Kadar besi di perairan alami berkisar antara 0.05 – 0.2 mg/L. Pada air tanah dangkal dengan kadar oksigen yang rendah, kadar besi dapat mencapai 10–100 mg/L. Kadar besi >1.0 mg/L dianggap membahayakan kehidupan organisme akuatik. Air yang dipergunakan bagi air minum sebaiknya memiliki kadar besi kurang dari 0.3 mg/L (Effendi, 2003).

Konsentrasi unsur ini dalam air yang melebihi 2 mg/L akan menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan berwarna putih. Adanya unsur ini juga menimbulkan bau dan warna pada air minum. Konsentrasi melebihi 1 mg/L dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah–merahan dan dapat menyebabkan endapan pada pipa logam (Sutrisno, 1996).

Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Slamet, 1994).

2.9.1 Efek Toksik Logam Besi (Fe)

Kelebihan Fe jarang terjadi jarang terjadi akibat konsumsi yang berasal dari makanan, tetapi oleh konsumsi suplemen Fe. Fe bersifat toksik bila jumlah transferin melebihi kebutuhan sehingga mengikat Fe bebas. Konsumsi Fe berlebih


(25)

berkibat pada meningkatnya feritrin dan hemosiderin dalam sel parenkim hati. Kadar Fe dalam feritrin dan hemosiderin juga meningkat (Widowati, 2008).

Keracunan Fe ini dapat menyebabkan permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler meningkat sehingga plasma darah merembes keluar. Akibatnya, volume darah menurun, dan hipoksia jaringan menyebabkan asidosis. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa toksisitas akut dari Fe ini menyebabkan lamanya proses koagulasi darah (Darmono, 2001).

2.10 Seng (Zn)

Seng (Zn) adalah komponen alam yang terdapat dalam kerak bumi. Zn adalah logam yang memiiki karakteristik cukup reaktif, berwarna putih-kebiruan, pudar bila terkena uap udara dan terbakar bila kena uap udara dengan api hijau terang. Zn dapat bereaksi dngan asam, basa, dan senyawa non logm. Zn memiliki nomor atom 30 dan memliki titik lebur 419,73oC (Widowati, 2008).

Batas konsentrasi tertinggi sebagai standar yang akan ditetapkan harus di bawah batas konsentrasi yang dapat menimbulkan rasa. Dalam jumlah kecil merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zn dapat menyebabkan pertumbuhan anak terhambat. Dalam jumlah besar unsur ini dapat menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum (Sutrisno, 1996).

Kadar seng pada air minum sebaiknya tidak lebih dari 5 mg/liter. Toksisitas seng menurun dengan meningkatnya kesadahan, dan meningkat dengan meningkatnya suhu dan menurunnya oksigen terlarut (Effendi, 2003).

2.10.1 Efek Toksik Logam Seng (Zn)

Logam Zn sebenarnya tidak toksik dalam keadaan sebagai ion, Zn bebas memiliki toksisitas tinggi. Meskipun Zn merupakan unsur esensial bagi tubuh tetapi dalam dosis tinggi Zn dapat berbahaya. Konsumsi Zn berlebih mampu mengakibatkan defisiensi mineral lain. Toksisitas Zn bisa bersifat akut dan kronis. Satu kasus yang dilaporkan karena seseorang mengkonsumsi 4 gram Zn – glukonat (570 mg


(26)

unsur Zn) yang setelah 30 menit berakibat mual dan muntah. Pemberian dosis tunggal sebesar 225-450 mg Zn bisa mengakibatkan muntah, sedangkan pemberian suplemen dengan dosis 50-150 mg / hari mengakibatkan sakit pada alat pencernaan. Orang yang mengkonsumsi lebih dari 12 gram unsur Zn lebih dari 2 hari terbukti mengalami hematologi, hati dan ginjal (Sartono, 2002).

2.11 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometri Serapan Atom adalah suatu metode pengukuran kuantitatif suatu unsur yang terdapat dalam suatu cuplikan berdasarkan penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh atom-atom fase gas dalam keadaan dasar.

Metode spektrofotometri serapan atom pertama kali dikembangkan oleh Walsh, A. (1955) yang ditujukan untuk analisis logam renik dalam sampel yang dianalisis. Sampai saat ini metode spektrofotometri serapan atom telah berkembang dengan pesat dan hampir mencapai sejumlah 70 unsur yang dapat di tentukan dengan metode ini (Mulja, 1995).

Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorbansi cahaya oleh atom. Atom – atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elekton suatu atom (Khopkar, 2003).

2.11.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala dengan mengandung atom-atom bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus denga banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Hal ini merupakan dasar penentuan kuantitatif logam-logam dengan menggunakan SSA (Walsh, 1995).


(27)

Komponen penting yang membentuk spektrofotometer serapan atom diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

1 2 3 4 5 6 7 .

Motor

Sumber bahan bakar oksigen

tenaga sampel

Gambar 2.2. Komponen-komponen spektrofotometer serapan atom (Underwood, 1988).

1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah. Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. 2. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala

- Nyala (flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan, misalnya untuk gas-gas batubara-udara, suhunya


(28)

kira-kira sebesar 1800OC; gas alam-udara 1700OC; gas asetilen-udara 2200OC dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 3000OC.

3. Monokromator

Monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang di gunakan dalam analisis. Dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper ( Rohman, 2007)

4. Detektor

Detektor pada spektrofotometer serapan atom berfungsi mengubah intensitas radiasi yang datang menjadi arus listrik. Pada spektrofotometer serapan atom yang umum dipakai sebagai detektor dalah tabung penggandaan foton (PMT = Photo Multi Tube Detector) (Mulja, 1995). 5. Sistem Pencatat (Sistem Read-Out)

Sistem read-out yang digunakan pada instrumental spektrofotometer serapan atom adalah untuk mengubah sinyal yang diterima menjadi sinyal digital, yaitu dalam satuan absorbansi. Dengan pengubahan dalam bentuk digital berarti read-out mencegah atau mengulangi kesalahn dalam pembacaan skala secara paralaks, kesalahan interplasi di antara pembagian skala dan sebagainya serta menyeragamkan tampilan datanya (yaitu dalam satuan absorbansi). Sistem read-out) untuk instrument SSA sekarang ini dilengkapi dengan satuan mikroprosesor (komputer) sehingga memungkinkan pembacaan langsung konsentrasi analit di dalam sampel yang di analisa (Haswell, 1991).


(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

- Gelas Beaker Pyrex 250 mL

- Labu Takar Pyrex 50 mL

- Pipet Tetes

- Hotplate

- Kertas Saring Whatman No 42

- Spektofotometer Serapan atom (SSA) Shimadzu AA-7000

- Corong

- Pipet Volume Fisherbrand 5mL

- Botol Aquadest

- Bola Karet 3.1.2. Bahan-bahan

- Sampel Air Sumur desa Surbakti

- HNO3(p) p.a (E.Merck)

- Larutan Standar Fe 1000 mg/L p.a (E.Merck)

- Larutan Standar Cu 1000 mg/L p.a (E.Merck)

- Larutan Standar Cd 1000 mg/L p.a (E.Merck)

- Larutan Standar Zn 1000 mg/L p.a (E.Merck)


(30)

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pengawetan dan Preparasi Sampel

Sampel ditambahkan HNO3(p) sampai pH ± 2. Diambil sebanyak 100 mL sampel kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan 5 mL HNO3(p). Dipanaskan sampai hampir kering, kemudian ditambahkan 50 mL akuades dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring. Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.2 Pembuatan Larutan Standar Kadmium (Cd) 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk Kadmium (Cd) 1000mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.3 Pembuatan Larutan Standar Kadmium (Cd) 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan standar 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.4 Pembuatan Larutan Standar Kadmium (Cd) 1 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan standar 10 mg/L di masukkan kedalam labu takar 50 mL lalu di encerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.5 Pembuatan Larutan Seri Standar Kadmium (Cd) 0,000; 0,001; 0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L (SNI 6989.16:2009)

Sebanyak 0,00; 0,05; 0,10; 0,15; 0,20 dan 0,25 mL larutan standar Kadmium (Cd) 1 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.


(31)

3.2.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium (Cd)

Larutan seri standar Kadmium (Cd) 0.001 mg/L diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada �spesifik = 228,8 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L

3.2.7 Pengukuran Kadar Kadmium (Cd) dalam Sampel

Absorbansi diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada �spesifik = 228,8 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel.

3.2.8 Pembuatan Larutan Standar Tembaga (Cu) 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk Tembaga (Cu) 1000 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu di encerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.9 Pembuatan Larutan Standar Tembaga (Cu) 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk standar 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.10 Pembuatan Larutan Standar Tembaga (Cu) 1 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk standar 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.11 Pembuatan Larutan Seri Standar Tembaga (Cu) 0,0; 0,5; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L (SNI 6989.6:2009)

Sebanyak 25 mL larutan standar Tembaga (Cu) 1 mg/L dan sebanyak 7,5; 10 dan 12,5 mL larutan standar Tembaga (Cu) 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar


(32)

50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.12 Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga (Cu)

Larutan seri standar Tembaga (Cu) 0.5 mg/L diukur absobansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada�spesifik = 324,8 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L

3.2.13 Pengukuran Kadar Tembaga (Cu)

Absorbansi diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada �spesifik= 324,8 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel

3.2.14 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk Besi (Fe) 1000 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.15 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk standar 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.16 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 1 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk standar 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.


(33)

3.2.17 Pembuatan Larutan Seri Standar Besi (Fe) 0,0; 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 mg/L (SNI 6989.4.2009)

Sebanyak 10; 20; 30 dan 40 mL larutan standar Besi (Fe) 1 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.18 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe)

Larutan seri standar Besi (Fe) 0,2 mg/L diukur dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada�spesifik = 248,3 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 0,4; 0,6; 0,8dan 1,0 mg/L

3.2.19 Pengukuran Kadar Besi (Fe) dalam Sampel

Absorbansi diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada �spesifik= 248,3 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel

3.2.20 Pembuatan Larutan Standar Seng (Zn) 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk Besi (Zn) 1000 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.21 Pembuatan Larutan Standar Seng (Zn) 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk standar 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.3.22 Pembuatan Larutan Stndar Seng (Zn) 1 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk standar 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.


(34)

3.2.23 Pembuatan Larutan Seri Standar Seng (Zn) 0,0; 0,5; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L (SNI 6989.7.2009)

Sebanyak 25 mL larutan standar Seng (Zn) 1 mg/L dan sebanyak 7,5; 10; dan 12,5 mL larutan standar Seng (Zn) 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.24 Pembuatan Kurva Kalibrasi Seng (Zn)

Larutan seri standar Seng (Zn) 0,5 mg/L diukur dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada �spesifik = 248,3 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L

3.2.25 Pengukuran Kadar Seng (Zn) dalam Sampel

Absorbansi diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada �spesifik = 213,9 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel


(35)

3.3 Bagan Penelitian

3.3.1 Pembuatan Larutan Seri Standar Kadmium (Cd) 0,000; 0,001; 0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi

Kadmium (Cd) (SNI 6989.16:2009)

Larutan Standar Kadmium 1000 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Kadmium kemudian di masukkan kedalam labu takar 50 mL.

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Kadmium100 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar kadmium kemudian di masukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Kadmium 10 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar kadmium kemudian di masukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Kadmium 1 mg/L

Dipipet sebanyak 0,05; 0,1; 0,15; 0,20 dan 0,25 mL larutan standar Kadmium kemudian di masukkan kedalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen Larutan Seri Standar kadmium 0,001; 0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan �spesifik = 228,8 nm


(36)

3.3.2 Pembuatan Larutan Seri Standar Tembaga (Cu) 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga (Cu)

(SNI 6989.6:2009)

Larutan Standar Tembaga 1000 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Tembaga kemudian di masukkan kedalam labu takar 50 mL.

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Tembaga 100 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Tembaga kemudian di masukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Lrutan Standar Tembaga 10 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Tembaga kemudian di masukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Tembaga 1 mg/L

Dipipet sebanyak 25 mL larutan standar Tembaga 1 mg/L dan juga dipipet sebanyak 7,5; 10 dan 12,5 mL larutan standar Tembaga 10 mg/L kemudian di masukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan seri standar Tembaga 0,5; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan �spesifik = 324,8 nm


(37)

3.3.3 Pembuatan Larutan Seri Standar Besi (Fe) 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe)

(SNI 6989.4:2009)

Larutan Standar Besi 1000 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Besi kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 mL.

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Besi 100 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Besi kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Besi 10 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Besi kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Besi 1 mg/L

Dipipet sebanyak 10; 20; 30 dan 40 mL larutan standar Besi kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Seri Standar Besi 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 mg/L

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan �spesifik = 248,3 nm


(38)

3.3.4 Pembuatan Larutan Seri Standar Seng (Zn) 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Seng (Zn)

(SNI 6989.7:2009)

Larutan Standar Seng 1000 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Seng kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 mL.

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Seng 100 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Seng kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Seng 10 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Seng kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Seng 1 mg/L

Dipipet sebanyak 25 mL larutan standar Seng 1 mg/L dan juga dipipet sebanyak 7,5; 10 dan 12,5 mL larutan standar Seng 10 mg/L kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen

Larutan Seri Standar Seng 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan �spesifik = 213,9 nm


(39)

3.3.5 Preparasi dan Penentuan Kadar Unsur Kadmium (Cd) pada Sampel (SNI 6989.16:2009)

Ditambahkan dengan HNO3(p) hingga pH ± 2

Dimasukkan kedalam beaker glass 100 mL Ditambahkan dengan 5 mL HNO3(p)

Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL Ditambahkan dengan 50 mL akuades

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring Diencerkan dengan menggunakan akuades sampai garis tanda Diaduk sampai homogen

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada �spesifik = 228,8 nm

Sampel Air Sumur Bor

Sampel Air Sumur Bor 100 mL


(40)

3.3.6 Preparasi dan Penentuan Kadar Tembaga (Cu) pada Sampel (SNI 6989.6:2009)

Ditambahkan dengan HNO3(p) hingga pH ± 2

Dimasukkan kedalam beaker glass 100 mL Ditambahkan dengan 5 mL HNO3(p)

Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL Ditambahkan dengan 50 mL akuades

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring Diencerkan dengan menggunakan akuades sampai garis tanda Diaduk sampai homogen

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada �spesifik = 324,8 nm

Sampel Air Sumur Bor

Sampel Air Sumur Bor 100 mL


(41)

3.3.7 Preparasi dan Penentuan Kadar Besi (Fe) pada Sampel (SNI 6989.4:2009)

Ditambahkan dengan HNO3(p) hingga pH ± 2

Dimasukkan kedalam beaker glass 100 mL Ditambahkan dengan 5 mL HNO3(p)

Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL Ditambahkan dengan 50 mL akuades

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk sampai homogen

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan atom (SSA) pada �spesifik = 248,3 nm

Sampel Air Sumur Bor

Sampel Air Sumur Bor 100 mL


(42)

3.3.8 Preparasi dan Penentuan Kadar Seng (Zn) pada Sampel (SNI 6989.7:2009)

Ditambahkan dengan HNO3(p) hingga pH ± 2

Dimasukkan kedalam beaker glass 100 mL Ditambahkan dengan 5 mL HNO3(p)

Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL Ditambahkan dengan 50 mL akuades

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring Diencerkan dengan menggunakan akuades sampai garis tanda Diaduk sampai homogen

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada �spesifik = 213,9 nm

Sampel Air Sumur Bor

Sampel Air Sumur Bor 100 mL


(43)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Unsur Kadmium (Cd)

Pembuatan kurva larutan standar unsur Kadmium (Cd) dilakukan dengan menyiapkan larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0000; 0,0010; 0,0020; 0,0030; 0,0040; dan 0,0050 mg/L, kemudian diukur absorbansinya dengan alat SSA (kondisi alat pada lampiran 2). Data absorbansi untuk larutan standar Kadmium (Cd) dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1. Data absorbansi larutan standar Kadmium (Cd)

Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata – Rata (Ā)

0,0000 0,0000

0,0010 0,0014

0,0020 0,0028

0,0030 0,0042

0,0040 0,0056


(44)

Gambar 4.1. Kurva Larutan Standar Unsur Kadmium (Cd)

4.1.2. Pengolahan Data Unsur Kadmium (Cd)

4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi Dengan Metode Least Square Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar unsur Kadmium (Cd) pada tabel 4.1. di plotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linear. Persamaan garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode Least Square dengan data pada tabe 4.2

Tabel 4.2 Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi unsur Kadmium (Cd) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Kadmium (Cd)

No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X) (Yi-Y) 1 0,0000 0,0000 -0,0025 -0,0035 6,2500x10-6 1,2250x10-5 8,7500x10-6 2 0,0010 0,0014 -0,0015 -0,0021 2,2500x10-6 4,4100x10-6 3,1500x10-6 3 0,0020 0,0028 -0,0005 -0,0007 2,5000x10-7 4,9000x10-7 3,5000x10-7 4 0,0030 0,0042 0,0005 0,0007 2,5000x10-7 4,9000x10-7 3,5000x10-7 5 0,0040 0,0056 0,0015 0,0021 2,2500x10-6 4,4100x10-6 3,1500x10-6 6 0,0050 0,0068 0,0025 0,0033 6,2500x10-6 1,0890x10-5 8,2500x10-6

∑ 0,0150 0,0208 0,0000 -0,0002 1,7500x10-5 3,2940x10-5 2,4000x10-5 y = 1,3714x + 0,0001

r = 0,9996

0,0000 0,0010 0,0020 0,0030 0,0040 0,0050 0,0060 0,0070 0,0080

0,0000 0,0010 0,0020 0,0030 0,0040 0,0050 0,0060

A bs o r ba ns i U ns ur K a dm iu m


(45)

�= ∑��

� =

0,015

6 = 0,0025

�= ∑��

� =

0,0248

6 = 0,0035

Persamaan garis regresi untuk kurva dapat di turunkan dari persamaan garis :

�= ��+�

Dimana : a = slope b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut :

� = ∑(�� − �)(�� − �)

∑(�� − �)2

�= � − ��

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel 4.2 pada persamaan di atas maka diperoleh :

� =2,4000

1,7500= 1,3714

b = 0,0035 – (1,3714 x 0,0025) = 0,0035−0,0034

= 0,0001

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :


(46)

4.1.2.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

�= ∑(�� − �)(�� − �)

[∑(�� − �)2 (�� − �)2]½

�= 2,4000

[(1,7500)(3,2940)]½

�= 2,4000 [5,7645]½

�= 2,4000 2,4009

�= 0,9996

4.1.2.3. Penentuan Konsentrasi

Untuk menghitung konsentrasi dari unsur Kadmium (Cd), maka diambil data hasil pengukuran absorbansi unsur Kadmium (Cd) dalam air sumur bor. Data selengkapnya pada tabel 4.3

Tabel 4.3. Data Absorbansi Unsur Kadmium (Cd) dalam Sampel Yang diukur Sebanyak 3 kali

Sampel Minggu Absorbansi Absorbansi

Rata – Rata

(Ā)

A1 A2 A3

Air Sumur

bor

1 0,0037 0,0035 0,0030 0,0034 2 0,0042 0,0039 0,0037 0,0039 3 0,0047 0,0045 0,0043 0,0045 4 0,0055 0,0052 0,0048 0,0051 5 0,0059 0,0054 0,0049 0,0054


(47)

Konsentrasi unsur Kadmium (Cd) dalam sampel dapat di ukur dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) Kadmium (Cd) ke persamaan :

�= 1,3714�+ 0,0001

Tabel 4.4. Analisis data statistik penentuan konsentrasi unsur Kadmium (Cd) pada air sumur bor

No Xi (Xi-X) (Xi-X)2

1 0,0024 -0,0007 4,9000 x 10-7

2 0,0027 -0,0004 1,6000 x 10-7

3 0,0032 0,0001 1,0000x 10-8

4 0,0036 0,0005 2,5000 x 10-7

5 0,0038 0,0006 3,6000 x 10-7

n X = 0,0031 ∑ (Xi-X)2 = 1,2700 x 10-6

�� =�∑ (Xi−X)

2

� −1

=�1,2700 �10

−6

4 = 0,0006

Konsentrasi unsur Kadmium (Cd) pada air sumur bor =� ±��

= 0,0031 ± 0,0006 (mg/L)

4.1.3. Unsur Tembaga (Cu)

Pembuatan kurva larutan standar unsur Tembaga (Cu) dilakukan dengan menyiapkan larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0000; 0,5000; 1,0000; 1,5000; 2,0000 dan 2,5000 mg/L, kemudian diukur


(48)

absorbansinya dengan alat SSA (kondisi alat pada lampiran 2). Data absorbansi untuk larutan standar Tembaga (Cu) dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5. Data absorbansi larutan standar Tembaga (Cu)

Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata – Rata (Ā)

0,0000 0,0000

0,5000 0,0424

1,0000 0,0735

1,5000 0,1161

2,0000 0,1567

2,5000 0,1876

Gambar 4.2. Kurva Larutan Standar Tembaga (Cu)

4.1.4. Pengolahan Data Unsur Tembaga (Cu)

4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar unsur Tembaga (Cu) pada Tabel 4.5. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linier.

y = 0,0756x + 0,0015 r = 0,9984

0,0000 0,0500 0,1000 0,1500 0,2000 0,2500

0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000

A bs o r ba ns i U ns ur T e m ba g a


(49)

Persamaan garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode Least Square dengan data pada tabel 4.6

Tabel 4.6. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi unsur Tembaga (Cu) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Tembaga (Cu)

No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X) (Yi-Y) 1 0,0000 0,0000 -1,2500 -0,0960 1,5625 0,0092 0,1200 2 0,5000 0,0424 -0,7500 -0,0536 0,5625 0,0029 0,0402 3 1,0000 0,0735 -0,2500 -0,0225 0,0625 0,0005 0,0056 4 1,5000 0,1161 0,2500 0,0201 0,0625 0,0004 0,0050 5 2,0000 0,1567 0,7500 0,0607 0,5625 0,0037 0,0455 6 2,5000 0,1876 1,2500 0,0916 1,5625 0,0084 0,1145

∑ 7,5000 0,5763 0,0000 0,0003 4,3750 0,0251 0,3308

�= ∑��

� =

7,5

6 = 1,25

�= ∑��

� =

0,5763

6 = 0,0960

Persamaan garis regresi untuk kurva dapat di turunkan dari persamaan garis :

�= ��+�

Dimana : a = slope b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut :

� = ∑(�� − �)(�� − �)

∑(�� − �)2


(50)

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel 4.6. pada persamaan di atas maka diperoleh :

� =0,3308

4,3750= 0,0756

b = 0,0960 – (0,0756 x 1,25) = 0,0960−0,0945

= 0,0015

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :

�= 0,0756�+ 0,0015

4.1.4.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

�= ∑(�� − �)(�� − �)

[∑(�� − �)2 ∑(�� − �)2]½

�= 0,3308

[(4,3750)(0,0251)]½

�= 0,3308 [0,1098125]½

�= 0,3308 0,3313

�= 0,9984

4.1.4.3. Penentuan Konsentrasi

Untuk menghitung konsentrasi dari unsur Tembaga (Cu), maka diambil data hasil pengukuran absorbansi unsur Tembaga (Cu) dalam air sumur bor. Data


(51)

Tabel 4.7. Data Absorbansi Unsur Tembaga (Cu) dalam Sampel Yang diukur Sebanyak 3 kali

Konsentrasi unsur Tembaga (Cu) dalam sampel dapat diukur dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) Tembaga (Cu) ke persamaan :

�= 0,0756�+ 0,0015

Tabel 4.8. Analisis data statistik penentuan konsentrasi unsur Tembaga (Cu) pada air sumur bor

No Xi (Xi-X) (Xi-X)2

1 0,0132 -0,0338 0,0011

2 0,0343 -0,0127 0,0001

3 0,0542 0,0072 0,00005

4 0,0582 0,0112 0,0001

5 0,0753 0,0283 0,0008

n X = 0,0470 ∑ (Xi-X)2 = 0,0021

Sampel Minggu Absorbansi Absorbansi

Rata – Rata

(Ā)

A1 A2 A3

Air Sumur

bor

1 0,0028 0,0023 0,0023 0,0025 2 0,0043 0,0041 0,0038 0,0041 3 0,0058 0,0056 0,0054 0,0056 4 0,0063 0,0059 0,0056 0,0059 5 0,0077 0,0071 0,0068 0,0072


(52)

�� =�∑ (Xi−X)2

� −1

=�0,0021 4 = 0,0229

Konsentrasi unsur Tembaga (Cu) pada air sumur bor =� ±��

= 0,0470 ± 0,0229 (mg/L)

4.1.5. Unsur Besi (Fe)

Pembuatan kurva larutan standar unsur Besi (Fe) dilakukan dengan menyiapkan larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0000; 0,2000; 0,4000; 0,6000; 0,8000 dan 1,0000 mg/L, kemudian diukur absorbansinya dengan alat SSA (kondisi alat pada lampiran 2). Data absorbansi untuk larutan standar Besi (Fe) dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9. Data absorbansi larutan standar Besi (Fe)

Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata – Rata (Ā)

0,0000 0,0000

0,2000 0,0091

0,4000 0,0153

0,6000 0,0241

0,8000 0,0307


(53)

Gambar 4.3. Kurva Larutan Standar Besi (Fe)

4.1.6. Pengolahan Data Unsur Besi (Fe)

4.1.6.1. Penurunan persamaan garis regresi dengan Metode Least Square Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar unsur Besi (Fe) pada Tabel 4.9. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode Least Square dengan data pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi unsur Besi (Fe) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Besi (Fe)

No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X) (Yi-Y) 1 0,0000 0,0000 -0,5000 -0,0193 0,0250 3,7249x10-4 9,6500x10-3 2 0.2000 0,0091 -0,3000 -0,0102 0,0900 1,0404x10-4 3,0600x10-3 3 0,4000 0,0153 -0,1000 -0,0040 0,0100 1,6000x10-7 4,0000x10-4 4 0,6000 0,0241 0,1000 0,0048 0,0100 2,3040x10-5 4,8000x10-4 5 0,8000 0,0307 0,3000 0,0114 0,0900 1,2996x10-4 3,4200x10-3 6 1.0000 0,0367 0,5000 0,0174 0,0250 3,0276x10-4 8,7000x10-3

∑ 3,0000 0,1159 0,0000 0,0037 0,7000 9,4829x10-4 0,02571 y = 0,0367x + 0,0010

r = 0,9980

0,0000 0,0050 0,0100 0,0150 0,0200 0,0250 0,0300 0,0350 0,0400

0,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 1,2000

A bs o r ba ns i U ns ur B e si


(54)

�= ∑��

� =

3 6= 0,5

�= ∑��

� =

0,1159

6 = 0,0193

Persamaan garis regresi untuk kurva dapat di turunkan dari persamaan garis :

�= ��+�

Dimana : a = slope b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut :

� = ∑(�� − �)(�� − �)

∑(�� − �)2

�= � − ��

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel 4.10. pada persamaan di atas maka diperoleh :

� =0,02571

0,7000 = 0,0367

b = 0,0193 – (0,0367 x 0,5) = 0,0193−0,0183

= 0,0010

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :


(55)

4.1.6.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

�= ∑(�� − �)(�� − �)

[∑(�� − �)2 (�� − �)2]½

�= 0,02571

[(0,7000)(9,4829�10−4)]½

�= 0,02571

[6,63803�10−4]½

�= 0,02571 0,02576

�= 0,9980

4.1.6.3. Penentuan Konsentrasi

Untuk menghitung konsentrasi dari unsur Besi (Fe), maka diambil data hasil pengukuran absorbansi unsur Besi (Fe) dalam air sumur bor. Data selengkapnya pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Data Absorbansi Unsur Besi (Fe) dalam Sampel Yang diukur Sebanyak 3 kali

Sampel Minggu Absorbansi Absorbansi

Rata – Rata

(Ā)

A1 A2 A3

Air Sumur

bor

1 0,0098 0,0091 0,0089 0,0092 2 0,0105 0,0098 0,0096 0,0099 3 0,0115 0,0114 0,0111 0,0113 4 0,0120 0,0118 0,0116 0,0118 5 0,0134 0,0131 0,0129 0,0131


(56)

Konsentrasi unsur Besi (Fe) dalam sampel dapat di ukur dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) Besi (Fe) ke persamaan :

�= 0,0367�+ 0,0010

Tabel 4.12. Analisis data statistik penentuan konsentrasi unsur Besi (Fe) pada air sumur bor

No Xi (Xi-X) (Xi-X)2

1 0,2234 -0,0507 0,0025

2 0,2425 -0,0316 0,0009

3 0,2806 0,0065 0,00004

4 0,2942 0,0201 0,0004

5 0,3297 0,0556 0,0031

n X = 0,2741 ∑ (Xi-X)2 = 0,0069

�� =�∑ (Xi−X)2

� −1

=�0,0069 4

= 0,0415

Konsentrasi unsur Besi (Fe) pada air sumur bor =� ±��

= 0,2741 ± 0,0415 (mg/L)

4.1.7. Unsur Seng (Zn)

Pembuatan kurva larutan standar unsur Seng (Zn) dilakukan dengan menyiapkan larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0000; 0,5000; 1,0000; 1,5000; 2,0000 dan 2,5000 mg/L, kemudian diukur absorbansinya dengan alat SSA (kondisi alat pada lampiran 2). Data absorbansi untuk larutan standar Seng (Zn) dapat dilihat pada tabel 4.13. di bawah ini.


(57)

Tabel 4.13. Data absorbansi larutan standar Seng (Zn)

Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata – Rata (Ā)

0,0000 0,0000

0,5000 0,1431

1,0000 0,2408

1,5000 0,3783

2,0000 0,4851

2,5000 0,5790

Gambar 4.4. Kurva larutan standar Seng (Zn)

4.1.8. Pengolahan Data Unsur Seng (Zn)

4.1.8.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar unsur Seng (Zn) pada Tabel 4.13. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode Least Square dengan data pada tabel 4.14.

y = 0,2318x + 0,0146 r = 0,9979

0,0000 0,1000 0,2000 0,3000 0,4000 0,5000 0,6000 0,7000

0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000

A

bs

o

r

ba

ns

i U

ns

ur

Z

n


(58)

Tabel 4.14. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi unsur Seng (Zn) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Seng (Zn)

No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X) (Yi-Y) 1 0,0000 0,0000 -1,2500 -0,3043 1,5625 0,0925 0,3803 2 0,5000 0,1431 -0,7500 -0,1612 0,5625 0,0260 0,1209 3 1,0000 0,2408 -0,2500 -0,0635 0,0625 0,0040 0,0158 4 1,5000 0,3783 0,2500 0,0740 0,0625 0,0055 0,0185 5 2,0000 0,4851 0,7500 0,1808 0,5625 0,0327 0,1356 6 2,5000 0,5790 1,2500 0,2747 1,5625 0,0754 0,3433

∑ 7,5000 1,8263 0,0000 0,0005 4,3750 0,2363 1,0145

�= ∑��

� =

7,5

6 = 1,25

�= ∑��

� =

1,8263

6 = 0,3043

Persamaan garis regresi untuk kurva dapat di turunkan dari persamaan garis :

�= ��+�

Dimana : a = slope b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut :

� = ∑(�� − �)(�� − �)

∑(�� − �)2

�= � − ��

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel 4.14. pada persamaan di atas maka diperoleh :


(59)

� =1,0145

4,3750= 0,2318

b = 0,3043 – (0,2318 x 1,25) = 0,3043−0,2897

= 0,0146

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :

�= 0,2318�+ 0,0146 4.1.8.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

�= ∑(�� − �)(�� − �)

[∑(�� − �)2 ∑(�� − �)2]½

�= 1,0145

[(4,3750)(0,2363)]½

�= 1,0145 [1,033375]½

�= 1,0145 1,0165504

�= 0,9979

4.1.8.3. Penentuan Konsentrasi

Untuk menghitung konsentrasi dari unsur Seng (Zn), maka diambil data hasil pengukuran absorbansi unsur Seng (Zn) dalam air sumur. Data selengkapnya pada tabel 4.15.


(60)

Tabel 4.15. Data absorbansi unsur Seng (Zn) dalam Sampel yang diukur sebanyak 3 kali

Konsentrasi unsur Seng (Zn) dalam sampel dapat di ukur dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) Seng (Zn) ke persamaan :

�= 0,2318�+ 0,0146

Tabel 4.16. Analisis data statistik penenyuan konsentrasi unsur Seng (Zn) pada air sumur bor

No Xi (Xi-X) (Xi-X)2

1 0,2153 -0,0776 0,0060

2 0,2619 -0,0310 0,0009

3 0,3071 0,0142 0,0002

4 0,3399 0,0470 0,0022

5 0,3421 0,0492 0,0024

n X = 0,2929 ∑ (Xi-X)2 = 0,0117

Sampel Minggu Absorbansi Absorbansi

Rata – Rata

(Ā)

A1 A2 A3

Air Sumur

bor

1 0,0649 0,0639 0,0635 0,0641 2 0,0758 0,0754 0,0749 0,0753 3 0,0863 0,0858 0,0854 0,0858 4 0,0939 0,0934 0,0929 0,0934 5 0,0947 0,0938 0,0933 0,0939


(61)

�� =�∑ (Xi−X)2

� −1

=�0,0117 4 = 0,0541

Konsentrasi unsur Seng (Zn) pada air sumur bor = � ±��

= 0,2929 ± 0,0541 (mg/L) Tabel 4.17. Hasil penentuan konsentrasi unsur Kadmium (Cd) , Tembaga

(Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) dalam Sampel Ion Cd 2+ (mg/L) Ion Cu 2+ (mg/L) Ion Fe 3+ (mg/L) Ion Zn 2+ (mg/L)

0,0031 0,0470 0,2741 0,2929

4.2. Pembahasan

Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi hidup manusia adalah sumber daya air. Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari, sehingga dapat dikatakan manusia tidak dapat hidup tanpa air. Oleh karena itu tetap diperhatikan kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Pencemaran air yang disebabkan oleh komponen – komponen anorganik dan organik yang berasal dari kegiatan manusia seperti industri maupun buangan domestik diantaranya berbagai logam berat berbahaya.

Kadar maksimum logam yang diperbolehkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/MENKES/PER/VII/2010 tentang kualitas air minum. Dimana, kadar maksimum Kadmium (Cd) 0,003 mg/L, Tembaga (Cu) 2 mg/L, Besi (Fe) 0,3 mg/L, dan Seng (Zn) 3 mg/L. Kadar logam yang tinggi dapat menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan misalnya penyakit ginjal, paru– paru, mual, muntah dan kerusakan hati.


(62)

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur konsentrasi Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe), dan Seng (Zn) dalam air sumur bor yang terkena debu letusan gunung sinabung yang digunakan untuk air minum.

Dari hasil penelitian diperoleh kadar Kadmium (Cd) 0,0031 mg/L, Tembaga (Cu) 0,0470 mg/L, Besi (Fe) 0,2751 mg/L, dan Seng (Zn) 0,2929 mg/L.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari sampel air sumur bor yang digunakan untuk air minum mengandung kadar Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Besi (Fe), dan Seng (Zn), dimana pada Kadmium (Cd) konsentrasinya melebihi standar kualitas air minum, sedangkan Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) masih dibawah ambang batas menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/MENKES/PER/VII/2010 tentang kualitas air minum.

Dari hasil pembahasan diatas diperoleh kadar Kadmium (Cd) melebihi batas maksimum. Sebaiknya masyarakat tidak boleh terlalu sering mengkonsumsi air sumur bor yang terdapat pada desa surbakti karena mengandung kadar kadmium (Cd) yang berlebih sehingga akan menumpuk di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan.


(63)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian dan analisis data yang telah dilakukan pada air minum yang berasal dari sumur bor diperoleh kadar unsur Kadmium (Cd) 0,0031 mg/L, Tembaga (Cu) 0,0470 mg/L, Besi (Fe) 0,2741 mg/L, Seng (Zn) 0,2929 mg/L, dimana pada Kadmium (Cd) konsentrasinya melebihi standar kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/MENKES/PER/VII/2010, sedangkan konsentrasi Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Seng (Zn) masih memenuhi standar kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/MENKES/PER/VII/2010.

5.2. Saran

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kandungan logam berat lain seperti Raksa (Hg), Arsen (As), Plumbum (Pb) akibat debu erupsi gunung sinabung pada beberapa tahun kedepan apakah masih memenuhi standar kualitas air minum.

- Disarankan pada warga desa surbakti untuk tidak mengkonsumsi air sumur bor karena mengandung kadar Kadmium (Cd) yang tinggi.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. 1997. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Kadmium (Cd) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. SNI 6989.16:2009

Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Tembaga (Cu) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. SNI 6989.6:2009

Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. SNI 6989.4:2009

Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Seng (Zn) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. SNI 6989.7:2009

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Mahkluk Hidup. Jakarta : UI-Press. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta : UI-Press.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas AirBagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Periran. Yogyakarta : Kanisius.

Haswell, S. J. 1991. Atomic Absorption Spectrometry Theory, Design and Application. Amsterdam : Elsevier.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.

Montgomery, J. M. 1985. Water Treatment Principles and Design. New York : John Wiley and Sons.

Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga University Press. Mulyanto, H. R. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Notohadiprwiro, T. 1993. Logam Berat Dalam Pertanian. tanggal 16 februari 2015

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Slamet, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.


(65)

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi. Sutrisno, C. T. 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta. Tarigan, M. 2014. Studi Perbandingan Kadar Logam Berat (Fe, Mn, Zn,

Pb,Cu,Al) dan Na Pada Debu Erupsi Gunung Sinabung dan Tanah Sebelum Erupsi. Usu : Tesis.

Underwood, A. L. 1988. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Walsh, A. 1955. Aplication of Atomic Absorption Spectrato Chemical Analysis Spectrochemica. Acta. Volume 7


(66)

Lampiran 1. Persyaratan Kualits Air Minum

Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor : 492/MENKES/PER/VII/2010

1. PARAMETER WAJIB

No Jenis Parameter Satuan

Kadar maksimum yang

diperbolehkan 1. Parameteer yang berhubungan

langsung dengan kesehatan a. Parameter Mikrobiologi

1). E. Coli Jumlah per 100 mL sampel

0 2). Total bakteri Koliform Jumlah per 100

mL sampel

0 b. Kimia Anorganik

1). Arsen mg/L 0,01

2).Flourida mg/L 1,5

3). Total Kromium mg/L 0,005

4). Kadmium mg/L 0,003

5). Nitrit, (sebagai NO2) mg/L 3 6). Nitrat, (sebagai NO3) mg/L 50

7). Sianida mg/L 0,07

8). Selenium mg/L 0,01

2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter Fisik

1). Bau Tidak berbau

2). Warna TCU 15

3). Total zat padat terlarut mg/L 500

4). Kekeruhan NTU 5

5). Rasa Tidak berasa

6). Suhu oC Suhu udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1). Alumunium mg/L 0,2

2). Besi mg/L 0,3

3). Kesadahan mg/L 500

4). Khlorida mg/L 250

5). Mangan mg/L 0,4

6). pH 6,5 – 8,5

7). Seng mg/L 3

8). Sulfat mg/L 250

9). Tembaga mg/L 2


(67)

II. PARAMETER TAMBAHAN

No Jenis Parameter Satuan

Kadar maksimum

yang diperbolehkan 1. KIMIAWI

a. Bahan Anorganik

Air Raksa mg/L 0,001

Antimon mg/L 0,02

Barium mg/L 0,7

Boron mg/L 0,5

Molybdenium mg/L 0,07

Nikel mg/L 0,07

Sodium mg/L 200

Timbal mg/L 0,01

Uranium mg/L 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik mg/L 10

Detergen mg/L 0,05

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride mg/L 0,004

Dichloromethane mg/L 0,02

1,2-Dichloroethane mg/L 0,05

Chloronated ethanes

1,2-Dichloroethene mg/L 0,05

Trichloroethene mg/L 0,02

Tetrachloroethene mg/L 0,04

Aromatic hydrocarbons

Benzene mg/L 0,01

Toluen mg/L 0,7

Xylenes mg/L 0,5

Ethylbenzene mg/L 0,3

Styrene mg/L 0,02

Chlorinated benzenes

1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCH) mg/L 1 1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCH) mg/L 0,3 Lain-lain

Di(2-ethylexyl)phthalate mg/L 0,008

Acrylamide mg/L 0,0005

Epichlorohydrin mg/L 0,0004

Hexachlorobutadiena mg/L 0,0006

Ethylendiaminetetraacetic acid (EDTA)

mg/L 0,6

Nitrilotriacetic acid mg/L 0,2


(68)

Alachlor mg/L 0,2

Adicarb mg/L 0,1

Aldrin dan dieldrin mg/L 0,00003

Atrarine mg/L 0,002

Carbofuran mg/L 0,007

Chlordane mg/L 0,0002

Chlorotoluron mg/L 0,03

DDT mg/L 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane (DBCP)

mg/L 0,001

2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D)

mg/L 0,03

1,2-Dichloropropane mg/L 0,04

Isoproturon mg/L 0,009

Lindane mg/L 0,002

MCPA mg/L 0,002

Methoxychlor mg/L 0,02

Metolachor mg/L 0,01

Molinte mg/L 0,006

Pendimethaline mg/L 0,02

Pentachlorophenol (PCP) mg/L 0,009

Permethrin mg/L 0,3

Simarine mg/L 0,002

Trifluralin mg/L 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg/L 0,090

Dichloroprop mg/L 0,10

Fenoprop mg/L 0,009

Mecoprop mg/L 0,001

2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg/L 0,009 d. Desifektan dan Hasil Sampingnya

Desinfektan

Chlorine mg/L 5

Hasil Sampinga

Bromate mg/L 0,01

Chlorate mg/L 0,7

Chlorite mg/L 0,7

Chlorofenols

2,46-Trichlorofenols (2,4,6-TCP) mg/L 0,2

Bromoform mg/L 0,1

Dibromochloromethane (DBCM) mg/L 0,1 Bromodichloromethane (BDCM) mg/L 0,06

Chloroform mg/L 0,3

Chlorinated acetic acid


(69)

Trichloroacetic acid mg/L 0,02 Choloral hydrate

Halogenated acetonitrilles

Dichloroacetonitrile mg/L 0,02

Dibromoacetonitrile mg/L 0,07

Cyanogen chloride (Sebagai CN) mg/L 0,07 2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq/L 0,1

Gross beta activity Bq/L 1

Menteri Kesehatan RI Ttd.


(70)

Lampiran 2. Kondisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada pengukuran konsentrasi logam Kadmium (Cd)

No Parameter Logam Kadmium (Cd)

1 2 3 4 5 6

Panjang Gelombang (nm) Tipe Nyala

Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) Kecepatan aliran Udara (L/min)

Burner angle (degree) Ketinggian tungku (nm)

228,8 nm Udara– C2H2

1.8 15,0

0 7,0

Lampiran 3. Kondisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada pengukuran konsentrasi logam Tembaga (Cu)

No Parameter Logam Tembaga (Cu)

1 2 3 4 5 6

Panjang Gelombang (nm) Tipe Nyala

Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) Kecepatan aliran Udara (L/min)

Burner angle (degree) Ketinggian tungku (nm)

324,8 nm Udara – C2H2

1,8 15,0

0 7,0


(71)

Lampiran 4. Konsisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada pengukuran konsentrasi logam Besi (Fe)

No Parameter Logam Besi (Fe)

1 2 3 4 5 6

Panjang Gelombang (nm) Tipe Nyala

Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) Kecepatan aliran Udara (L/min)

Burner angle (degree) Ketinggian tungku (nm)

248,3 nm Udara– C2H2

2,2 15,0

0 9,0

Lampiran 5. Konsisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada pengukuran konsentrasi logam Seng (Zn)

No Parameter Logam Seng (Zn)

1 2 3 4 5 6

Panjang Gelombang (nm) Tipe Nyala

Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) Kecepatan aliran Udara (L/min)

Burner angle (degree) Ketinggian tungku (nm)

213,9 nm Udar – C2H2

2,0 15,0

0 7,0


(72)

(73)

(74)

(1)

Trichloroacetic acid mg/L 0,02 Choloral hydrate

Halogenated acetonitrilles

Dichloroacetonitrile mg/L 0,02

Dibromoacetonitrile mg/L 0,07

Cyanogen chloride (Sebagai CN) mg/L 0,07

2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq/L 0,1

Gross beta activity Bq/L 1

Menteri Kesehatan RI

Ttd.


(2)

Lampiran 2. Kondisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada pengukuran konsentrasi logam Kadmium (Cd)

No Parameter Logam Kadmium (Cd)

1 2 3 4 5 6

Panjang Gelombang (nm) Tipe Nyala

Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) Kecepatan aliran Udara (L/min)

Burner angle (degree) Ketinggian tungku (nm)

228,8 nm Udara– C2H2

1.8 15,0

0 7,0

Lampiran 3. Kondisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada pengukuran konsentrasi logam Tembaga (Cu)

No Parameter Logam Tembaga (Cu)

1 2 3 4 5 6

Panjang Gelombang (nm) Tipe Nyala

Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) Kecepatan aliran Udara (L/min)

Burner angle (degree) Ketinggian tungku (nm)

324,8 nm Udara – C2H2

1,8 15,0

0 7,0


(3)

Lampiran 4. Konsisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada pengukuran konsentrasi logam Besi (Fe)

No Parameter Logam Besi (Fe)

1 2 3 4 5 6

Panjang Gelombang (nm) Tipe Nyala

Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) Kecepatan aliran Udara (L/min)

Burner angle (degree) Ketinggian tungku (nm)

248,3 nm Udara– C2H2

2,2 15,0

0 9,0

Lampiran 5. Konsisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-7000 pada pengukuran konsentrasi logam Seng (Zn)

No Parameter Logam Seng (Zn)

1 2 3 4 5 6

Panjang Gelombang (nm) Tipe Nyala

Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) Kecepatan aliran Udara (L/min)

Burner angle (degree) Ketinggian tungku (nm)

213,9 nm Udar – C2H2

2,0 15,0

0 7,0


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), Dan Seng (Zn2+) Pada Air Minum Desa Sukatendel, Desa Surbaki, Dan Desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Dengan Metode Spektofotometri Serapan Atom (SSA)

1 65 80

Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Timbal (Pb), Dan Besi (Fe) Pada Hewan Undur-Undur Darat (myrmeleon Sp.) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

9 131 82

Analisis Kadar Kemurnian Gliserin Dengan Metode Natrium Meta Periodat Dan Kadar Unsur Besi ( Fe ) Dan Zinkum ( Zn ) Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

28 154 58

Penggunaan Kitosan Magnetik Nanopartikel Untuk Menyerap Logam Kadmium (Cd) Dan TembagA (Cu) Dengan Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom(SSA)

3 49 61

Penentuan Kadar Logam Cadmium(Cd), Tembaga (Cu), Crom (Cr), Besi (Fe), Nikel (Ni), dan Zinkum (Zn) dari beberapa Jenis Kerang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA)

5 52 92

Analisis Kuantitatif Besi (Fe), Seng (Zn) dan Mangan (Mn) Dalam Air Sumur Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

12 143 50

Analisis Kadar Logam Besi (Fe) Dari Minyak Nilam (Patchouly Oil) Yang Diperoleh Dari Penyulingan Dengan Menggunakan Wadah Kaca, Stainless Steel Dan Drum Bekas Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 38 4

Penentuan Kadar Logam Seng (Zn) Dan Tembaga (Cu) Dalam Air Pam Hasil Penyaringan Yamaha Water Purifier Tipe Drinking Stand

0 37 61

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi (Fe) Dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

1 10 10

PENENTUAN KADAR LOGAM KADMIUM (Cd), TEMBAGA (Cu ), BESI (Fe) dan SENG (Zn) PADA AIR MINUM YANG BERASAL DARI SUMUR BOR DESA SURBAKTI GUNUNG SINABUNG KABUPATEN KARO DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) SKRIPSI RIA ARDIANTI LUBIS

0 0 13