Keragaan Fenotipe Berdasarkan Karakter Agronomi Pada Generasi F2 Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril.)

 
 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merill.) merupakan komoditi yang memiliki
nilai komersil dan prospek yang baik untuk dikembangkan karena sangat
dibutuhkan oleh penduduk Indonesia sebagai sumber protein nabati. Standar
protein yang dibutuhkan penduduk Indonesia per hari adalah 46 g protein per
orang dan baru bisa terpenuhi sekitar 37-39 g. Biji kedelai mengandung protein
(34,9 g), lemak (18,1 g), karbohidrat (34,8 g), Ca (227 mg), P (585 mg), Fe
(8,0 mg), vitamin A dan thiamine dalam 100 g (Zahrah, 2011).
Kebutuhan kedelai setiap tahun terus meningkat seiring dengan
pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu,
diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam
negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun
diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut,
diperlukan pengenalan mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam
(Irwan, 2006).
Penurunan produksi menurut pendataan BPS, terjadi karena luas panen
tanaman kedelai pada tahun 2010 tercatat 660.823 hektar berkurang menjadi

631.425 hektar pada 2011. Sementara produksi kedelai Sumatera Utara tahun
2012 sebesar 843,15 ribu ton biji kering, turun 8,3 ribu ton atau 0,96 % dari
produksi tahun 2011. Produksi kedelai pada tahun 2013 diperkirakan 847,16 ribu
ton biji kering atau mengalami peningkatan sebesar 4,00 ribu ton (0,47 %)
dibandingkan tahun 2012. Peningkatan produksi ini diperkirakan terjadi karena

Universitas Sumatera Utara

 
 

kenaikan luas panen seluas 3,94 ribu hektar (0,69 %) meskipun produktivitas
diperkirakan mengalami penurunan sebesar 3 ton/ha (0,20 %) (BPS, 2014).
Produktivitas dapat ditingkatkan dengan penggunaan varietas unggul baru.
Varietas unggul baru diharapkan dapat merubah karakter-karakter morfologis dan
hasil pada populasi dasar. Untuk mendapatkan varietas unggul baru dilakukan
dengan cara persilangan buatan antara varietas yang telah ada sebelumnya
(Alia dan Wilia, 2010).
Usaha memperoleh varietas baru melalui persilangan antar individu
merupakan salah satu metode untuk dapat memperbesar variabilitas genetik.

Persilangan tersebut akan memperbanyak pilihan dalam kombinasi baru dari gengen yang diturunkan dari kedua tetuanya (Allard, 1960).
Pola pewarisan, variabilitas genetik dan heritabilitas suatu karakter
merupakan parameter genetik penting yang berkaitan dengan proses seleksi dan
penggabungan karakter-karakter penting dalam suatu genotipe. Penelitian
mengenai pewarisan karakter kuantitatif memerlukan perluasan dari suatu
individu menjadi populasi yang terdiri atas banyak keturunan dan memerlukan
pengukuran (Soemartono et al., 1992).
Hasil penelitian Arifianto (2015) menyatakan bahwa tetua betina lebih
dominan memberikan karakter morfologis dan produktivitas pada persilangan F1,
misalnya umur berbunga dan jumlah polong berisi. G1 (♂Anjasmoro x ♀ Detam
II) mempengaruhi karakter umur berbunga (35,02 hari), jumlah biji dan polong
berbiji 3 (80,98 %), jumlah polong berisi (11,8 polong), jumlah biji per tanaman
(17,7 biji), bobot biji per tanaman (20,92 g), dan bobot 100 biji (14,751 g). G2
(♂Detam II x ♀ Anjasmoro) mempengaruhi karakter umur berbunga (36,60 hari),

Universitas Sumatera Utara

 
 


jumlah biji dan polong berbiji 3 (76,39 %), jumlah polong berisi (9,8 polong),
jumlah biji per tanaman (16,2 biji), bobot biji per tanaman (6,62 g), dan bobot 100
biji (16,22 g). G5 (♂Detam II x ♀ Grobogan) mempengaruhi karakter umur
berbunga (33,87 hari), umur panen (91,62 hari), jumlah biji dan polong berbiji 3
(63,89%), jumlah polong berisi (5,5 polong), jumlah biji per tanaman (6,8 biji),
dan bobot biji per tanaman (7,72 g). G6 (♂Grobogan x ♀ Detam II)
mempengaruhi karakter umur berbunga (37,06 hari), umur panen (104,82 hari),
jumlah biji dan polong berbiji 3 (68,18 %), jumlah polong berisi (7,9 polong),
jumlah biji per tanaman (11,8 biji), dan bobot biji per tanaman (19,06 g).
Berdasarkan penelitian Arifianto (2015), hasil persilangan yang lebih
berpotensi dalam memperbaiki sifat umur berbunga adalah persilangan benih
kedelai antara varietas Detam-II dengan Grobogan, sedangkan untuk sifat jumlah
biji dan polong berbiji 3 dan jumlah polong berisi adalah hasil persilangan benih
kedelai varietas Anjasmoro dengan Detam-II.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai keragaan fenotipe berdasarkan karakter agronomi pada generasi F2
benih kedelai varietas Anjasmoro, Detam II, dan Grobogan untuk mendapatkan
nilai heritabilitas tinggi.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui keragaan fenotipe berdasarkan karakter agronomi pada

generasi F2 beberapa varietas kedelai. Untuk mengetahui sebaran populasi
berdasarkan karakter agronomi dan untuk mengetahui pewarisan maternal dari
tetua betina pada persilangan resiprokal generasi F2 beberapa varietas kedelai.

Universitas Sumatera Utara

 
 

Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan keragaan fenotipe berdasarkan karakter agronomi
pada generasi F2 hasil persilangan antara tetua Anjasmoro, Detam II, dan
Grobogan. Terdapat perbedaan sebaran populasi berdasarkan karakter agronomi
dan pewarisan maternal dari tetua betina pada persilangan resiprokal generasi F2
beberapa varietas kedelai.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


Universitas Sumatera Utara