Karakter Vegetatif dan Generatif Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Toleran Aluminium

(1)

SKRIPSI

OLEH : SITI KURNIA

090301007/PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

SKRIPSI

OLEH : SITI KURNIA

090301007/PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Nama : Siti Kurnia

NIM : 090301007

Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Eva Sartini Bayu , MP) (Dr. Ir. Lollie AgustinaP. Putri,

MSi) Ketua Anggota

Mengetahui

(

Ketua Program Studi Argoekoteknologi Prof. Dr . Ir. T. Sabrina, Msc)


(4)

SITI KURNIA: Karakter Vegetatif dan generatif beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max. L.) Toleran Aluminium. Dibimbing oleh Eva Sartini Bayu dan Lollie Agustina P. Putri.

Mekanisme Toleransi Aluminium (Al) pada tanaman kedelai belum sepenuhnya dimengerti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari karakter vegetatif dan generatif kedelai toleran aluminium. Kecambah pada umur 5 hari ditumbuhkan pada kultur hara minimum dengan cekaman Al 15ppm selama 72 jam dan masa pemulihan (tanpa Al) selama 48 jam. Kecambah yang dipilih diukur berdasarkan nilai Root Re-Growth (RRG). Nilai RRG ditentukan berdasarkan selisih panjang akar utama setelah pemulihan dan setelah cekaman. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan Sumatera Utara pada bulan Juni 2014 sampe September 2014 dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial dengan perlakuan adalah varietas Wilis Anjasmoro dan Detam I. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa varietas berbeda nyata tinggi tanaman, lama stadia vegetatif, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, dan produksi biji per tanaman. Varietas yang tidak berbeda nyata terhadap, umur berbunga, umur panen, lama stadia generatif, berat basah, berat kering, dan panjang akar.

Kata kunci : Varietas, Toleran Al, Root Re-Growth, Karakter Vegetatif, Karakter Generatif


(5)

SITI KURNIA: Karakter Vegetatif dan generatif beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max. L.) Toleran Aluminium. Dibimbing oleh Eva Sartini Bayu dan Lollie Agustina P. Putri.

Tolerant mechanism of Aluminium (Al) in soybean does not completely understand. The purpose of this research are to study the vegetative and generative character of soybean aluminium tolerant. This rice sorout on 5 days are growth in hara culture minimum with nutrient stress Al 15 ppm for 72 hours and recovery time (without Al) for 48 hours. The sprout that has selected, measured based on Root Re – Growth (RRG) value. RRG value was determined based on different by the main of root length after recovery and after stress. This reseach was conducted of greenhouse on Agriculture Departement, University of North Sumatera at 2014 June until 2014 September by using random completely design Non Factorial with treatment are varieties Wilis, Anjasmoro, and Detam I. By analysis data result was obtained that varieties are different plant high, the lenght of vegetative stage, number of pods per plant, numver of pods per plant, number of pods containing the number of empty pods and seed yield per plant. The varieties which not really different to age flowering, age harvesting, old generative stage, wet weight, dry weight and root of lenght.

Keywords: Variety, Tolerant Al, Root Re-Growth, Vegetative Characters, Characters Generative


(6)

Siti Kurnia dilahirkan di Bangun Jati pada tanggal 07 Febuari 1990 putri dari ayahandaTemon dan Ibunda Poniah. Penulis merupakan anak keempat dari 4 bersaudara.

Tahun 2009 lulus dari SMA Negeri 1 BangunPurba , pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMDK dan memilih program Agroekoteknologi Minat Pemuliaan Tanaman.

Pengalaman organisasi penulis pernah menjadi Asisten di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman periode 2012 – 2013. Pengalaman dibidang kemasyarakatan, penulis peroleh saat mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bringest


(7)

SITI KURNIA: Karakter Vegetatif dan generatif beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max. L.) Toleran Aluminium. Dibimbing oleh Eva Sartini Bayu dan Lollie Agustina P. Putri.

Mekanisme Toleransi Aluminium (Al) pada tanaman kedelai belum sepenuhnya dimengerti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari karakter vegetatif dan generatif kedelai toleran aluminium. Kecambah pada umur 5 hari ditumbuhkan pada kultur hara minimum dengan cekaman Al 15ppm selama 72 jam dan masa pemulihan (tanpa Al) selama 48 jam. Kecambah yang dipilih diukur berdasarkan nilai Root Re-Growth (RRG). Nilai RRG ditentukan berdasarkan selisih panjang akar utama setelah pemulihan dan setelah cekaman. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan Sumatera Utara pada bulan Juni 2014 sampe September 2014 dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial dengan perlakuan adalah varietas Wilis Anjasmoro dan Detam I. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa varietas berbeda nyata tinggi tanaman, lama stadia vegetatif, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, dan produksi biji per tanaman. Varietas yang tidak berbeda nyata terhadap, umur berbunga, umur panen, lama stadia generatif, berat basah, berat kering, dan panjang akar.

Kata kunci : Varietas, Toleran Al, Root Re-Growth, Karakter Vegetatif, Karakter Generatif


(8)

SITI KURNIA: Karakter Vegetatif dan generatif beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max. L.) Toleran Aluminium. Dibimbing oleh Eva Sartini Bayu dan Lollie Agustina P. Putri.

Tolerant mechanism of Aluminium (Al) in soybean does not completely understand. The purpose of this research are to study the vegetative and generative character of soybean aluminium tolerant. This rice sorout on 5 days are growth in hara culture minimum with nutrient stress Al 15 ppm for 72 hours and recovery time (without Al) for 48 hours. The sprout that has selected, measured based on Root Re – Growth (RRG) value. RRG value was determined based on different by the main of root length after recovery and after stress. This reseach was conducted of greenhouse on Agriculture Departement, University of North Sumatera at 2014 June until 2014 September by using random completely design Non Factorial with treatment are varieties Wilis, Anjasmoro, and Detam I. By analysis data result was obtained that varieties are different plant high, the lenght of vegetative stage, number of pods per plant, numver of pods per plant, number of pods containing the number of empty pods and seed yield per plant. The varieties which not really different to age flowering, age harvesting, old generative stage, wet weight, dry weight and root of lenght.

Keywords: Variety, Tolerant Al, Root Re-Growth, Vegetative Characters, Characters Generative


(9)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Di Indonesia kedelai merupakan komoditas pangan utama ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai merupakan komoditas palawija yang kaya akan protein. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam meningkatkan gizi masyarakat, karena selain aman bagi kesehatan relatif murah dibanding sumber protein hewani. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan baku industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, snack dan sebagainya (Damardjati,et.al, 2005).

Proyeksi konsumsi kedelai menunjukan bahwa total kebutuhan terus

mengalami peningkatan yaitu 2,71 juta ton pada tahun 2015 dan 3,35 juta ton

pada tahun 2025. Jika sasaran produktivitas rata- rata nasional 1,5 ton/ha bisa di

capai, maka kebutuhan areal tanam di perkirakan sebesar 1,81 juta ha pada tahun

2015 dan 2,24 juta ha pada tahun 2025 (Simatupang,et.al, 2005). Tantangannya

adalah bagaimana mencapai areal tanam tersebut sementara lahan yang tersedia

terbatas dan digunakan untuk berbagai tanaman palawija lainnya yang lebih

kompetitif (Atman, 2009).

Berdasarkan data strategis BPS (Katalog BPS, 2012) produksi kedelai

tahun 2012 di perkirakan sebesar 779,74 ribu ton biji kering atau turun sebesar

71,55 ribu ton (8,40 persen) dibanding 2011. Penurunan produksi ini diperkirakan

terjadi karena penurunan luas panen sebesar 55,56 ribu hektar (8,93 persen).

Sebaliknya produksivitas di perkirakan kan meningkat sebesar 0,08 kuintal/ha


(10)

peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Peningkatan produktivitas

dicapai dengan penerapan teknologi yang sesuai (spesifik) bagi argoekologi atau

wilayah setempat (Simatupang,et.al, 2005). Di sisi masih banyak tanah di

Indonesia belum dimanfaatkan akibat keterbatasan teknik budidaya.

Lebih dari 55 juta hektar lahan pertanian di Indonesia bersifat masam.

Aluminium (Al) di ketahui sebagai faktor utama penyebab toksik bagi tanaman

yang tumbuh di tanah yang bersifat masam. Beberapa kendala yang umum pada

tanah ultisol dalam reaksi tanah sangat masam sampai masam (pH nya 4,1 – 4,8 )

rasin C/N tergolong rendah , kejenuhan Al tinggi , miskin kandungan hara makro

terutama P, K, Ca, dan Mg, kandungan bahan organik rendah konsentrasi mangan

(Mn) yang tinggi, kapasitas kation rendah dan peka terhadap erosi

( Damanik, et.al, 2010).

Pada saat ini kemungkinan perluasan areal produksi kedelai terbesar adalah pada lahan kering di luar pulau jawa. Namun usaha perluasan areal pertanaman pada areal bukaan baru sering menghadapi faktor pembatas ekologi antara lain, tinggintya tingkat kemasaman dan kandungan Al tanah, kandungan Al yang tinggi dapat menganggu pertumbuhan kedelai dan merusak perakaran tanaman sehinggga mengakibatkan tidak efesiennya penyerapan unsur hara dan air (Ma et al., 2000).

Batas kejenuhan Al di tanah masam ultisol pada tanaman padi 70 %, 29% untuk jagung, 28% untuk kacang tanah, 15% untuk kedelai dan 5% untuk kacang hijau. Kriteia penilaian sifat tanah mengandung Al dilihat dari kejenuhannya, bahwa kejenuhan Al < 10% bersifat sangat rendah, 10% - 20% rendah, 21% - 30% sedang, 31% - 60% tinggi dan > 60% sangat tinggi (Sutaryo , et.al, 2005).


(11)

Menurut Anas dan Yoshida (2000), pengaruh yang ditimbulkan dari keracunan Al antara lain, sistem perkaran tidak berkembang baik yaitu akar mudah patah, pendek, tebal, percabangan tidak normal, tudung akar rusak dan berwarna coklat atau merah. Menurut Harjowigeno dan Rayes (2005), pada daun dapat terlihat dari adanya warna kuning dan putih (klorosis) di bagian antar tulang daun tua. Namun demikian, keracunan Al menghambat pertumbuhan akar tanaman, terkadang gejala gejala tersebut belum terlihat, padahal tanaman sudah sulit tumbuh.

Pengujian di lapangan menghasilkan beberapa kedelai yang memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap Al dan pH rendah dibandingkan varietas yang toleran. Diharapkan kedelai toleran Al dapat diperoleh untuk mendukung peningkatan produksi kedelai nasional (Firmansyah, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa genotipe Wilis, Sinyonya, dan Lumut mampu beradaptasi pada cekaman kekeringan, dan hanya genotipe Wilis yang mampu beradaptasi dengan cekaman aluminium, dan cekaman ganda aluminium dan kekeringan (Hanum et.al, 2007).

Tujuan Penelitian

Untuk mempelajari karakter vegetatif dan generatif beberapa varietas kedelai yang toleran terhadap cekaman aluminium.

Hipotesis Penelitian

Diduga ada beberapa varietas kedelai yang toleran terhadap cekaman aluminium dan memiliki keragaman vegetatif dan generatif yang berbeda .


(12)

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai informasi bagi pihak yang memerlukan.


(13)

TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman

Menurut Steenis (2003), tanaman kedelai klasifikasikan kedalam kingdom Plantae,divisio Spermatophyta, subdivision Angiospermae ,Kelas Dicotyledoneae, ordo Polypetales, family Papilonaceae, genus Glycine, dan spesies Glycine max (L.) merril.

Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurusmasuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang

kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanaman (Andrianto dan Indarto,2004).

Tanaman kedelai berbatang pendek (30 – 100cm), memiliki percabangan, dan berbentuk tanaman perdu. Pada tanaman yang rapat sering kali tidak berbentuk percabangan atau hanya bercabang sedikit. Batang tanaman kedelai berkayu. Biasanya kaku dan tahan rebah, kecuali tanaman yang dibudidayakan di musim hujan atau tanaman yang hidup di tempat ternaungi. Menurut tipe pertumbuhannya, tanaman kedelai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu determinate, indeterminate dan semideterminate. Pertanaman determinate memiliki karakteristik tinggi tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah, dan berbunga serentak. Pertanaman indeterminate memilki karakteristik tinggi tanaman sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah, agak melilit dan beruas panjang, daun teratas lebih kecil dari daun


(14)

tengah, dan pembungaan terjadi secara bertahap mulai dari bagian pangkal atas. Tipe semideterminate memiliki karakteristik antara indeterminate dan determinate (Irwan, 2006).

Terdapat empat tipe daun yang berbeda pada tanaman kedelai yaitu kotiledon ataudaun biji, daun primer,daun trifoliate,dan daun profilia. Daun primer sederhana berbentuk oval berupa unifoliat ( daun tunggal ) yang terlatak berseberangan pada buku pertama. Daun daun berikutnya anak daun bentuk oval hingga lancip ( Irwan , 2006).

Kultivar kedelai memiliki bunga bergerombol terdiri atas 3 – 15 bunga yang tersusun pada ketiak daun. Karakteristik bunga seperti famili legum isinnya, yaitu corolla ( mahkota daun ) terdiridari 5 petal yang menutupi sebuah pistil dan 10 stagmen. 9 stagmen berkembang membentuk seludang yang mengelilingi

putik, sedangkan stagmen yang kesepuluh terpisah bebas (Poehlman dan Sleper, 1995).

Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat dan ungu. Bunga dapat menyerbuk sendiri. Saat bunga bergantung pada kultivar (varietas) dan ilklim. Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek penyinaran dan

semakin tinggi suhu udaranya, akan semakin cepat berbunga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma. Embrio terletak di keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau,atau coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada


(15)

dinding buah, bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, tetapi ada juga yang bundar atau bulat agak pipih (Departemen Pertanian, 1990).

Syarat Tumbuh Iklim

Melihat kondisi iklim di negara kita maka kedelai umunyaditanam pada musim mareng ( musim kemarau), yakni setelah panen padi rendheng (padi musim hujan ). Banyaknya musim hujan sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen namun ketergantungan ini dapat diatasi,asalkan selama 30 – 40 hari suhu di dalam dan dipermukaan pada musim

panas sekitar 35 - 39˚C, dengan kelembaban sekitar60 -70% ( Andrianto dan Indarto, 2004).

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuhdi daerah yang berilkim tropis dan subtropis. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklm lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100 – 400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai dikehendakitanaman kedelai 23 - 27˚C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23 – 27 ˚C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30˚C (Prihatman, 2000).

Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yakni tidak ada yang berbunga bila lama penyinaran ( panjang hari ) melampui batas krisis. Setiap varietas mempunyai panjang hari kritik. Apabila lama penyinaran kurang dari batas kritik, maka kedelai akan berbunga. Dengan lama penyinaran 12 jam, hampir semua


(16)

varietas kedelai dapat berbunga dan tergantung dari varietasnya, umumnya berbunga beragam dari 20 hari hingga 60 hari setelah tanam. Apabila lama penyinaran melebihi periode kritik, tanaman tersebut akan meneruskan

pertumbuhan vegetatif tanpa berbunga (Baharsjah,1985). Tanah

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol,

grumosol, latosol, dan andosol, pada tanah yang kurang subur ( miskin unsur hara ) jenis tanah podsolik merah –kuning ,perlu di beri pupuk

organik dan pengapuran ( Departemen Pertanian, 1990).

Benih kedelai yng di tanam harus mendapatkan kelembaban tanah dan mampu menyerap air setara dengan 50% dari bobot setiap biji kedelai untuk menambah berkecambah. Kelembaban tersebut akan diperoleh apabila benih yang

ditanam kontak langsung sengan partikel tanah yang gembur dan lembab ( Sumarno, et.al,2007).

Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi dengan berbagai iklim, mengkehendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung bahan organik dan pH antara 5,5 – 7 (optimal 6,7). Tanah hendaknya mengandung cukup air tetatpi tidak sampai tergantung (Departemen Pertanian, 1996).


(17)

Varietas

Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang dtandai dengan bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, biji, dan ekspresi karakter dan kombinasi genotipe yang dapat membedakan dengan jenis atau spesies yang sama oleh sekurang – kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila di perbanyak, tidak mengalami pertumbuhan (Sutaryo, et.al, 2005).

Varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman, karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam.Potensi hasil di lapangan dipengaruhi pula oleh interaksi antara faktor genetik varietas dengan kondisi lingkungan tumbuh. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi daya hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai (Adisarwanto, 2005).

Tanaman kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya akan humus atau bahan organik Suprapto, (1999). Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri Rhizobium adalah 6,0-6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning (Fachruddin,2000).

Cekaman Aliminium

Aluminium dapat menimbulkan efek yang merugikan pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak secara langsung. Pengaruh aluminium tidak sama pada semua tanaman,bahkan dalam spesies yang sama.


(18)

Akar merupakan bagian tanaman yang paling sentinsif terhadap keracunan Al (Purnamaningsih dan Mariska, 2008).

Gejala pertama yang nampak dari keracunan Al adalah sistem perakaran yang tidak berkembang (pendek dan tebal) sebagai akibat penghambatan sel. Beberapa pengaruh buruk keberadaan Al tersebut antara lain : terjadi gangguan penyerapan hara, bergabung dengan dinding sel,dan penghambat pembelahan sel (Hanum,2009).

Pengaruh keracunan Al terutama membatasi kedalaman maupun percabangan akar , sehingga akan menghambat daya serap akar terhadap hara lain, pada beberapa tanaman, keracunan Al memperlihatkan gejala daun yang mirip defisiensi P, kekerdilan menyeluruh, dedaunan mengecil berwarna hijau gelap dan lambat matang, batang,daun dan urat daun berwarna ungu, ujung daun menguning dan mati. Pada tanaman lain menunjukan gejala defisiensi Ca yang terinduksi atau tertekannya transportasi Ca dalam tanaman yaitu dedaun muda menguning atau mengulung dan titik tumbuh atau tangkai daun tumbang. Akar yang terluka secara khas terlihat mengaemuk dan rapuh. Pucuk akar dan akar lateral menjadi tebal dan berubah cokelat. Sistim perakaran secara keseluruhan tampak bergerombol, dengan banyak akar lateral yan menggemuk tapi tanpa

cabang/bulu-bulu akar sehingga tidak efektif dalam penyerapan hara (Hanafiah, 2009).

Gejala-gejala keracunan aluminium tidak mudah diidentifikasi. Pada tumbuhan, gejala daun menyerupai defisiensi fosfor (P), daun hijaugelap dan akhirnya tampak keunguan dari batang, daun, dan venadaun, menguning dan


(19)

kematian ujung daun. Dalam beberapa kasus toksisitas Al muncul sebagai kalsium diinduksi (Ca) defisiensi atau mengurangi masalah transportasi Cadaun muda menjadi keriting dan runtuh dari titik tumbuh (Felix dan Donald, 2002)

Menurut Hanafiah (2009), secara fisiologis dan biokimianya, keracunan aluminium menyebabkan :

1. Terganggunya pembelahan sel pada pucuk akar dan akar lateralnya.

2. Pengersan dinding sel akibat terbentuknya jalinan peptin abnormal. 3. Berkurangnya replikasi DNA akibat meningkatnya kekerasan helix

ganda DNA.

4. Terjadinya penyematan (fiksasi) P dalam tanah menjadi tidak tersedia atau pada permukaan akar.

5. Menurunya replikasi akar.

6. Terganggunya enzim-enzim regulator fosforilaso gula. 7. Terjadinya penumpukan polisakarida dinding sel.

8. Terganggunya penyerapan, dan penyangkutan beberapa unsur esensial seperti Ca, Mg, K, P dan Fe.

Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Cekaman Aluminum

Beberapa jenis tanaman dapat tumbuh pada tanah- tanah yang mengandung tingkat ion toksik yang dapat memetikan untuk spesies lain. Terdapat tiga mekanisme utama hingga hal tersebut terjadi, yaitu :


(20)

1. Penghindaran (escape) femologis, apabila stres yang terjadi pada tanman bersifat musiman, tanaman dapat menyesuaikan siklus hidupnya, sehinnga tumbuh dalam musim yang sangat cocok saja.

2. Eksklusi tanaman, dapat mengenal ion yang toksik dan mencegah agar tidak terambil sehingga tidak mengalami toksisitas. Penanggulangan ameliorasi tanaman barangkali mengabsobrsi ion tersebut, tetapi bertindak demikin rup untuk meminimumkan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukan kelat ( chemilation), pengenceran,lokalisasi, atau bahan eksresi.

3. Toleransi tanaman, dapat mengembangkan sistem metabolisme yang berfungsi toksis yang potensial,mungkin dengan molekul enzim (Fitter dan Hay, 1991). Kemampuan pertumbuhan tanaman pada tanah dengan kandungan Al tinggi, adalah dengan menghasilkan eksudat akar (dalam bentuk anion-anion asam organik, gula, vitamin, asam amino, purin, nukleotida,oin-ion anoragnik dan sebagainya). Senyawa-senyawa ini membantu perakaran tanaman terhindar dari akibat buruk Al²+, sehinnga akar sebagai fungsi penyerapan hara dan air dapat menjalankan fungsinya ( Felix dan Donald, 2002).

Kriteria tanaman yang toleran terhadap aluminium harus mampu : (1) mengurangi serapan Al oleh akar (2) serta memiliki mekanisme tertentu untuk

menetralkan pengaruh toksisitas Al yang diserap tanaman ( Mariansyah, 2008).

Heritabilitas

Heritabilitas adalah ragam proporsi dari variansi fenotip total yang disebabkan oleh efek gen. Heritabilitas untuk sifat tertentu berkisar antara dari 0


(21)

sampai 1. Merumuskan kriteria hertabilitas adalah sebagai berikut: yaitu heritabilitasnya sedang = 0,2 – 0,5 dan hertabilitasnya rendah < 0,2. Jika heritabilitas kurang dari satu, maka nilai tengah dari keturunan dalam hubungannya dengan nilai tengah induk- induknya, terjadi regresi ke arh nilai tengah generasi sebelumnya. Jika heritabilitas itu adalah 0,5, maka nilai tengah keturunan beregresi 50% kearah nilai tengah generasi sebelumnya, jika hertabilitas adalah 0.25maka nilai tengah generasi sebelumnya. Jadi jika heritabilitas = 100% maka sama dengan persentase regresi (Stanfield, 1991).

Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan kombinasi genotif dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang penting dalam program pemuliaan tanaman karena dari jumlah variasi genetik ini di harapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh varisi yang di sebabkan oleh perubahan genetik di sebut hertabilitas. Hertabilitas dalam arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar antara 0-1 . Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi di sebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi di sebabkan oleh faktor genetik (Welsh, 2005).


(22)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorim Kultur Jaringan dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m dpl. Dimulai dari bulan Juni 2014 sampai dengan September 2014. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih kedelai varietas Wilis, Anjasmoro, , dan Detam II, tanah. Kemudian larutan NaOCl 0,5 % akuades ,AlCl3.6H2O 15 ppm, larutan hara minimum (CaCl2.2H2O 120 mg, K2SO4 195mg, MgSO4.7H2O 75 mg, NH4Cl 3 mg, NH4NO3 12 mg) (miftahuddin et al, 2002) pupuk Urea, dan TSP, label nama air serta bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah, pH meter, gelas Erlenmeyer,magneticstirrer, wadah perkecambahan (kotak plastik) pasir steril, alat tulis,timbangan analitik, polibag, gembor, mistar, kamera serta alat lain yang mendukung dalam penelitian.

Percobaan Pendahuluan

Percobaan pendahuluan di lakukan untuk menapis varietas yang toleran terhadap Aluminium. Dalam percobaan pendahuluan di gunakan 4 varietas yaitu Anjasmoro, Detam I, Detam II, dan Wliis. Dari hasil percobaan terdapat 3 varietas yang sensitive Al yaitu Anjasmoro,Detam II Detam II, dan Wilis.

Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial dengan perlakuan


(23)

K1 : Wilis + Aluminium 15ppm K2 : Detam I + Aluminium 15ppm K3 : Anjasmoro + Aluminium 15ppm

Jumlah Ulangan : 10 Ulangan Jumlah Tanaman/polibeg : 1 tanaman Jumlah sampel/polibeg : 1 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 30 tanaman Jumlah seluruh sampel : 30 tanaman

Jarak antar blok : 50 cm

Jarak antar plot : 50 cm

Ukuran lahan : 6,5 m x 6,5m

Data hasil penelitian dianalisis dengan model linear sebagai berikut : dengan

Yijk= µ + αi+βj+ (αβ)ij ++ εijk i = 1,2,3 j = 1 k= 1,2,3

Yijk=respon pengamatan dari baris ke- i, kolom ke- j, dan perlakuan ke- k.

µ= nilai tengah umum αi= pengaruh baris ke i

βj= pengaruh kolom ke- j

(αβ)ij = Nilai tambah pengaruh interaksi baris ke -i dan kolom ke-j

εijk = Galat Percobaan

Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) padaα 5% (Bangun, 1991).


(24)

Heritabilitas

Untuk menganalisis apakah hasil peubah amatan merupakan keragaman fenotip disebabkan lingkungan atau genotip, maka digunakan heritabilitas (Poesposdarsono, 1988). Nilai heritabilitas dalam arti luas dihitung berdasarkan rumus :

h² = = dimana :

h² = heritabilitas = varians genotip = varians fenotif = varians lingkungan

D kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut : 0 – 0.20 : rendah

0.21 – 0.50 : sedang 0.51 – 1.00 : tinggi


(25)

Untuk menghitung varians fenotif ( ) dan varians genotip ( ) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Model Sidik Ragam dan Nilai Kuadrat Tengah

Sumber Db JK KT Estimasi Kuadrat

Tengah

Baris (r-1) JK(B) KT(B)

Kolom (r-1) JK(K) KT(K)

Varietas (r-1) JK(V) KT(V)

Error (r-1(r-2) JK(E) KT(E)

Total t²-1 JK(T)

Pengukuran Root Re-Growth

Pengukuran root Re-Growth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan pada cekaman Al dan pada saat akhir masa pemulihan dari cekaman Al (Maulana, 2011). Dengan menggunakan kultur hara dan perlakuan cekaman Al benih pada varietas kedelai, diperoleh beberapa varietas yang menunjukan toleran berdasarkan karakter RRG.

Root Re-Growth dari seluruh sampel dihitung dengan rumus :

RRG = panjang akar utama pada saat akhir masa pemulihan – panjang akar utama saat akhir masa perlakuan


(26)

PELAKSANAAN PENELITIAN I. Penelitian Laboratorium

Dengan menimbang bahan kimia yaitu 120mg CaCl2.H2O, 195 mg K2SO4, 75 mg MgSO4.7H2O, 3 mg NH4NO3. Kemudian dimasukan kedalam gelas Erlenmeyer 1 liter yang berisi aquades steril dan untuk melarutkan kemudian diletakkan pada magnetic stirrer. Setelah larutan benar-benar larut, kemudian diletakkan pada pH meter untuk diukur pH nya hingga kisaran pH 4 jika pH terlalu tinggi ditambahkan NaCl dan jika pH rendah ditambahkan KOH hingga mencapai pH 4.

Perlakuan Kultur Hara dan Cekaman Al

Masing-masing varietas kedelai di uji 50 biji per varietas direndam dilarutan NaOCl 0,5 % selama 15 menit, lalu dicuci dengan akuades, direndam dalam akuades selama 24 jam pada suhu ruang. Kemudian dikecambahkan dikotak plastik selama 3-4 hari di ruang gelap. Kecambah yang tumbuh diadaptasi pada wadah kotak plastik berisi larutan hara minimum pH 4 selama 24 jam. Larutan hara kemudian diberi cekaman Al dalam bentuk AlCl3.6H2O 15 ppm (15 mg/l) selama 72 jam. Kemudian kecambah yang telah mendapatkan cekaman Al, lalu dilakukan pemulihan dalam larutan hara minimum pH 4 selama 28 jam. Pengamatan Root Re-Growth

Pengamatan dilakukan dengan cara menggunakan metode Root Re-Growth (RRG) yaitu dengan cara menentukan selisih panjang akar utama saat akhir masa pemulihan dan masa akhir peelakuan cekaman Al. Jika diketahui nilai RRG akar lebih dari 2,50 cm maka digolongkan kedalam tanaman toleran aluminium dan jika RRG akar kurang dari 2,50 cm maka digolongkan kedalam


(27)

tanaman sensitif Al (Maulana, 2011). Tanaman yang toleran Al yang dipilih untuk penanaman tahap II di rumah kaca.

II.Penanaman di Rumah Kaca Pengisian Polibag

Polibeg yang di gunakan untuk menempatkan media tanam berupa tanah yang telah di aplikasi dengan larutan Al sebanyak 15 ppm dengan cara menuangkan larutan Al ke tanah dan mencampurankan larutan Al degan tanah hingga merata.

Penanaman

Penanaman kedelai di lakukan setelah di ketahui hasil uji RRG di laboratorium varietas yang toleran Al ditanam pada media tanam dan yang tidak toleran terhadap Al tidak di tanam di media tanam.

Pemeliharaan Penjarangan

Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 2 MST sampai awal fase generatif.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan

Pemupukan dilakukan seminggu sebelum tanam dengan pemberian pupuk dasar pada media tanam dan pemupukan selanjutnya dilakukan pada 2 MST dengan dosis 0,5g/ polibag


(28)

Pengendalian Gulma

Selain pemupukan, dilakukan juga pengendalian gulma yang dilakukan secara manual dengan membuang gulma yang mengganggu.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Dilakukan pemberantasan hama dengan menggunakan insektisida dan penyakit dengan penggunaan fungisida.

Peubah Amatan Karakter Vegetatif Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan meteran. Pengukuran dilakukan sejak tanaman berumur 2MST hingga 5 MST. Jumlah Cabang (Cabang)

Perhitungan jumlah cabang dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang muncul disekitar batang utama. Perhitungan jumlah cabang di lakukan sejak berumur 4 MST sampai 5 MST.

Lama Stadia Vegetatif (hari)

Lama stadia vegetatif dihitung mulai dari penanaman kecambah sampai muncul primordial daun.

Karakter Generatif Umur Berbunga (hari)

Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan menghitung umur tanaman pada saat tanaman berbunga.


(29)

Umur Panen (hari)

Pengamatan umur panen dilakukan dengan menghitung umur panen pada saat tanaman telah memiliki polong yang telah mencapai warna polong matang ± 95 % yang ditandai warna kecoklatan pada polong.

Lama Stadia Generatif (hari)

Lama stadia generatif dihitung mulai dari munculnya primordial bunga sampai panen.

Jumlah Polong Per Tanaman (polong)

Pengamtan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman dengan menghitung jumlah polong berisi dan polong hampa. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen).

Jumlah Polong Berisi Per Tanaman (polong)

Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong berisi setip tanaman dengan menghitung jumlah polong berisi. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.

Jumlah Polong Hampa Per Tanaman (polong)

Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong berisi setip tanaman dengan menghitung jumlah polong hampa. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.

Produksi Biji Per Tanaman (g)

Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang produksi biji. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.


(30)

Berat Basah (g)

Berat basah diukur pada saat tanaman baru selesai dipanen dengan cara ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Berat Kering (g)

Berat kering atau bobot biomassa ditimbang dengan timbangan analitik setelah dioven selama 24 jam.

Panjang Akar (cm)

Pengukuran panjang dimulai dari pangkal batang hingga ujung akar. Pengukuran di lakukan setelah panen menggunakan meteran.


(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pengamatan Panjang Akar Berdasarkan Karakter RRG

Data pengamatan panjang akar dengan karakter RRG dapat dilihat pada Lampiran 7 - 10. Dari data pengamatan tersebut data dilihat rataan panjang akarnya pada Tabel 1.

Tabel 1. Data interval dari nilai RRG (cm)

Perlakuan Range Interval X ± SD Keterangan K1 (Wilis) 2,16 - 2,74 2,45 ± 0,29 Sensitif Al K2 (Detam I) 2,12 - 2,40 2,26 ± 0,14 Sensitif Al K3 (Anjasmoro)

K4 (Detam II)

1,99 - 2,56 1,32 - 1,90

2,19 ± 0,20 1,60 ± 0,29

Sensitif Al Sensitif Al

Dari Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa biji yang dipilih dengan rataan nilai RRG pada Varietas Wilis sebesar 2,45 ± 0,29 cm, Varietas Detam I sebesar,26 ± 0,14cm, dan Varietas Anjamoro sebesar 2,19 ± 0,20 cm.

Gambar 1. Perbandingan morfologi akar kedelai setelah pemulihan cekaman aluminium 15 ppm Wilis, Anjasmoro , dan Detam I


(32)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam panjang tanaman dapat dilihat pada Lampiran 11 s/d 18. Dari sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada panjang tanaman umur 2-5 MST. Rataan panjang tanaman dari beberapa varietas dapat dilihat pada gambar grafik pertumbuhan tanaman Gambar Grafik pertumbuhan panjang tamanan 2 – 5 MST (cm)

Dari grafik menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman panjang pada varietas Anjasmoro yaitu Anjasmoro 74 cm.

Dari data pengamatan dan sidik ragam rataan jumlah cabang dapat dilihat pada Lampiran 19 s/d 22. Dari sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata pada jumlah cabang pada 4-5 MST. Rataan jumlah cabang dari beberapa varietas dapat diliiat pada Tabel 2.

Tabel 2.Rataan jumlah cabang pada 4-5 MST (cabang)

MST Perlakuan

K1 (Wilis) K2 (Detam I) K3(Anjasmoro)

4 2,4 2,5 2,1


(33)

Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan jumlah cabang terbanyak terdapat pada Varietas wilis dan Detam I yaitu 2,9 cabang.

Dari data pengamatan sidik ragam rataan lama stadia vegetatif dapat dilihat pada Lampiran 37 - 38. Dari data sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada lama stadia vegetatif. Rataan lama stadia vegetatif dari beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan lama stadia vegetatif (hari)

Perlakuan Lama Stadia Vegetatif

K1 (Wilis) 32,5a

K2 (Detam I) 32,5a

K3 (Anjasmoro) 29,7b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 3 menunjukkan waktu terpendek pada stadia vegetatif terdapat pada Varietas Anjasmoro yaitu 29,7 hari.

Karakter Generatif

Dari data pengamatan sidik ragam rataan umur berbunga, dan umur panen, dapat dlihat pada Lampiran 39 s/d 42. Dari data sidik ragam umur berbunga menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata, umur panen menunujukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata.


(34)

Rataan umur berbunga, dan umur panen, disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan umur berbunga, dan umur panen, (hari)

Perlakuan

Karakter Generatif Umur Berbunga

(hari)

Umur panen (hari)

K1 (Wilis) 35,4a 81,2

K2 (Detam I) 34,2a 81,4

K3 (Anjasmoro) 31,4b 80,8

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 4 menunjukkan umur berbunga paling cepat terdapat pada Varietas Anjasmoro yaitu 31 hari , umur panen terpendek terdapat pada Varietas Anjasmoro yaitu 80 hari , dan lama stadia generatif terpendek terdapat pada Varietas Anjasmoro 80 hari.

Dari data pengamatan sidik ragam rataan jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman dan jumlah polong hampa per tanaman dapat dilihat pada Lampiran 29 s/d 34. Dari data sidik ragam rataan jumlah polong per tanaman menunjukkan varietas berbeda nyata, jumlah polong berisi menunjukkan varietas berbeda nyata, dan jumlah polong hampa per tanaman menunjukkan varietas berbeda nyata.


(35)

Rataan jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, dan jumlah polong hampa per tanaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Rataan jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, dan jumlah polong hampa per tanaman (polong)

Perlakuan

Karakter Generatif Jumlah Polong

Per Tanaman (polong)

Jumlah Polong Berisi Per Tanaman

(polong)

Jumlah Polong Hampa Per Tanaman

(polong)

K1 (Wilis) 18,3a 15,7a 2,6a

K2 (Detam I) 9,2b 8,5b 0,7ab

K3 (Anjasmoro) 7,8b 7.7b 1,4a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan

pada taraf 5%

Dari data sidik Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah polong per tanaman terbanyak terdapat pada Varietas Wilis yaitu 18,3 polong, jumlah polong berisi per tanaman terbanyak terdapat pada Varietas Wilis yaitu 15,7 polong dan pada jumlah polong hampa terendah terdapat pada varietas pada Varietas Detam I yaitu 0,7 polong.

Dari data pengamatan sidik ragam rataan berat basah, berat kering, dan produksi biji pertanaman, dapat dilihat pada Lampiran 23 -26 dan 35 - 36. Dari data sidik ragam menunjukkan rataan berat basah varietas menunjukkan varietas tidak berbeda nyata, berat kering menunjukan bahwa varietas tidak berbeda nyata, produksi biji per tanaman menunjukkan varietas berbeda nyata.


(36)

Rataan berat basah, berat kering,dan produksi biji per tanaman dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan berat basah, berat kering, dan produksi biji per tanaman, (g) Perlakuan

Karakter Generatif Berat Basah

(g)

Berat Kering (g)

Produksi Biji per Tanaman

(g)

K1 (Wilis) 2,9 1,29 15,7a

K2 (Detam I) 1,98 0,93 8,5b

K3 (Anjasmoro) 2,12 1,37 7,7b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa berat basah terbesar terdapat pada Varietas Wilis yaitu 2,9 g, berat kering terbesar terdapat pada Varietas Anjasmoro yaitu 1,37 g, produksi biji per tanaman terbanyak terdapat pada Varietas Wilis yaitu 15,7 biji.

Dari data pengamatan sidik rataan panjang akar dapat dilihat pada Lampiran 27 s/d 28 yang menunjukkan bahwa varietas tidak berbeda nyata. Rataan panjang akar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel7. Rataan panjang akar (cm)pada saat Akhir stadia generatif

Perlakuan Panjang Akar

K1 (Wilis) 17,2

K2 (Detam I) 18,4

K3 (Anjasmoro) 21,8

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa panjang akar terbesar terdapat pada varietas Anjamoro yaitu 21,8cm.


(37)

Heritabilitas

Nilai Heritabilitas setiap varietas per parameter pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8.

Table 8. Nilai heritabilitas setiap varietas pada setiap parameter

Keterangan : K1 : Wilis, K2 : Detam I, K3 : Anjasmoro

Dari data di atas, heritabilitas pada Varietas Wilis diketahui bahwa parameter yang memiliki kriteria nilai heritabilitas yang tinggi adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, berat basah, berat kering, jumlah polong,jumlah polong berisi, produksi biji, lama stadia vegetatif, lama stadia generatif, umur berbunga dan umur panen. Sedangkan nilai heritabilitas yang memiliki nilai sedang pada Varietas Wilis terdapat pada parameter panjang akar dan jumlah polong hampa. Pada Varietas Detam I yang memiliki nilai heritabilitas tinggi terdapat pada parameter tinggi tanaman, jumlah polong hampa,lama stadia vegetatif, lama stadia generatif, umur berbunga dan umur panen. Sedangkan nilai heritabilitas yang memiliki nilai sedang terdapat pada parameter jumlah cabang,berat basah,berat

Parameter K1 Ket K2 Ket K3 Ket

Tinggi Tanaman 0.52 Tinggi 0.52 Tinggi 0.45 Sedang Jumlah Cabang 0.60 Tinggi 0.36 Sedang 0.48 Sedang Berat Basah 0.63 Tinggi 0.24 Sedang 0.49 Sedang Berat Kering 0.59 Tinggi 0.44 Sedang 0.44 Sedang Panjang Akar 0.48 Sedang 0.48 Sedang 0.54 Tinggi Jumlah Polong 0.62 Tinggi 0.46 Sedang 0.32 Sedang Jumlah Polong

Berisi 0.66 Tinggi 0.31 Sedang 0.39 Sedang Jumlah Polong

Hampa 0.47 Sedang 0.57 Tinggi 0.44 Sedang

Produksi Biji 0.66 Tinggi 0.44 Sedang 0.20 Rendah LamaStadiaVegetatif 0,99 Tinggi 0,99 Tinggi 0,99 Tinggi Lama Stadia

Generatif 0,99 Tinggi 0,99 Tinggi 0,99 Tinggi Umur Berbunga 0,99 Tinggi 0,99 Tinggi 0,99 Tinggi UmurPanen 0,99 Tinggi 0,99 Tinggi 0,99 Tinggi


(38)

kering, panjang akar, jumlah polong, jumlah polong berisi dan produksi biji. Pada Varietas Anjasmoro yang memiliki nilai heritabilitas tinggi terdapat pada parameter panjang akar,lama stadia vegetatif, lama stadia generatif, umur berbunga dan umur panen. Sedangkan yang memiliki nilai heritabilitas sedang terdapat pada parameter tinggi tanaman, jumlah cabang, berat basah, berat kering, jumlah polong, jumlah polong berisi dan jumlah polong hampa. Sedangkan parameter yang memiliki nilai heritabilitas rendah terdapat pada parameter produksi biji.

Gejala Visual Kedelai Toleran Aluminium

Gambar visual kedelai yang toleran aluminium dapat dilihat pada Lampiran 46 - 48. Pada VarietasWilis Detam I dan Anjasmoro mempelihatkan bahwa tanaman kedelai dapat tumbuh dan menghasilkan produksi walau tidak tumbuh secara normal. Pada warna daun terdapat bercak coklat dan bercak- bercak kuning. Bentuk batang yang mengecil dan dan menghasilkan sedikit cabang. Pada pengamatan biji hanya menghasilkan sedikit biji dari setiap varietas dan tidak terlihat perubahan pada bentuk dan warna biji kedelai. Sedangkan pada pengamatan akar akar tidak berkembang begitu baik dan akar menghasilkan sedikit bintil akar.

Pembahasan

Pengamatan Panjang akar Berdasarkan Karakter RRG

Dari data pengukuran nilai RRG masing- masing varietas diperoleh Wilis sebesar 2,45 ± 0,29 cm, Detam I sebesar 2,26 ± 0,14 cm, Anjasmoro sebesar 2,19 ± 0,20 cm. Dapat dilihat bahwa nilai RRG lebih dari 2,20 cm, hal ini


(39)

menunnjukan bahwa kecambah yang di tanam di rumah kaca merupakan toleran aluminium yang memiliki akar normalyang mampu menumbuhkan akarnya dengan baik dan mampu menetralkan pengaruh toksisitas Al setelah mengalami cekaman Al selama 72 jam. Hal ini sesuai literatur Mariansyah (2008) yang mnyatakan kriteria tanaman toleran terhadap aluminium harus mampu (1) mengurangi serapan Al oleh akar (2) serta memiliki mekanisme tertentu untuk menetralkan pengaruh toksisitas Al yang telah diserap tamanan.

Karaker Vegetatif

Dari sidik ragam diperoleh bahwa karakter vegetatif beberapa varietas memperlihatkan rsepon nyata pada parameter tinggi tanaman dan lama stadia vegetatif.

Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada Varietas Anjamoro yaitu 8,75 dan tinggi tanaman terendah terdapat pada Varietas Wilis. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kedelai dapat beradaptasi terhadap cekaman Al yang di duga bahwa genotipe dari varietas beradaptasi terhadap lingkungannya. Hal ini sesuai dengan literatur Hanum et.al (2007) yang menyatakan bahwa kemampuan genotif untuk tidak terganggu pada cekaman Aluminium diduga disebabkan kemampuan perakaran genotif untuk beradaptasi terhadap lingkungan hidupnya.

Lama stadia vegetatif tercepat terdapat pada Varietas Anjasmoro yaitu 29 hari dan terlama pada Wilis dan Detam I yaitu 32 hari. Halini menunujukan bahwa lama stadia vegetatif berlangsung lebih cepat, sebagaimana diketahui bahwa lama stadia vegetatif berlangsung selama 30 atau 39 hari. Hal sesuai


(40)

literatur Maulana (2011) yang menyatakan bahwa percobaan di rumah kaca mempengaruhi lama stadia vegetatif.

Karakter Generatif

Dari sidik ragam diperoleh bahwa karkter generatif yang dipengaruhi oleh aluminium memperlihatkan respon yang nyata pada parameter jumlah polong pertanaman,jumlah polong berisi, jumlah polong hampa dan produksi biji per tamanan.

Jumlah polong per tanaman terbanyak terdapat pada varietas Wilis yaitu 4 polong dan jumlah polong terendah Anjasmoro dan dari hasil diketahui nilai heritabilitasnya 0,32- 0,62. Nilai duga heritabilitas untuk parameter jumlah polong per tanaman untuk varietas Wilis tinggi dan pada Varietas Anjasmoro sedang. Karakter tanaman yang memiliki nilai duga heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik cendrung semakin keragaman tanaman kedelai pada penelitian. Hal ini sesuai literatur Hadiati et al.,(2003) yang menyatakan bahwa nilai heritabilitas sedang hingga tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dibandingkan dengan faktor lingkugan. Nilai heritabilias yang tinggi berguna untuk proses seleksi karena sifat genetik tersebut mudah di wariskan.

Jumlah polong berisi terbanyak terdapat padaVarietas Wilis yaitu 3 polong dan terendah pada Varietas Anjasmoro 2 polong. Nilai duga heritabilitas untuk parameter jumlah polong per tanaman untuk varietas Wilis tinggi dan pada Varietas Anjasmoro sedang.Hal ini sesuai literatur Hadiati et al.,(2003) yang menyatakan bahwa nilai heritabilitas sedang hingga tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dibandingkan dengan faktor lingkungan. Nilai


(41)

heritabilias yang tinggi berguna untuk proses seleksi karena sifat genetik tersebut mudah di wariskan.

Jumlah polong terbanyak terdapat pada Varietas Wilis dengan nilai duga heritabilitas sedang hal ini disebabkan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Hal ini sesuai degan literatur Alnopri (2004) yang menyatakan bahwa nilai toleransi tanaman terhadap faktor lingkungan tidak menguntungkan pertumbuhan tanaman berhubungan dengan faktor genetik dan lingkungan. Kedua faktor ini mempengaruhi fenotif tanaman.

Produksi biji pertanaman terbanyak terbanyak terdapat pada Varietas Wilis dan terendah terdapat pada Anjamoro dengan nilai duga heritabilitas Wilis tinggi dan Anjasmoro rendah. Produksi biji tanaman dalam penelitian ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan karena nilai heritabiltas berkisar pada angka 0. Hal ini sesuai dengan literatur Welsh(2005) yang menyatakan nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi di sebabkan oleh faktor genetik.

GejalaVisual Kedelai Toleran Aluminium

Pada pengamatan masing-masing varietas kedelai yang toleran terhadap aluminium memperlihatkan pertumbuhan yang tidak normal. Pada awal perkecambahan terjadi etiolasi ini bisa disebakan dari udara yang terlalupanas di dalam rumah kaca. Pada warna daun juga terdapat bercak kecoklatan batang kecil dan jumlah cabang sangat sedikit. Hal ini sesuai literatur Hanafiah (2009)yang menyatakan bahwa pengaruh aluminium membatasi kedalaman akar, sehingga menghambat daya serap terhadap unsur hara lainnya


(42)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Dari nilai Re-Growth diperoleh bahwa Varietas Wilis , Detam I, dan Anjasmoro adalah toleran aluminium.

2. Karekter vegetatif yang dipengaruhi cekaman aluminium adalah lama stadia vegetatif dan karakter generatif yang dipengaruhi cekaman

aluminium adalah jumlah polong dengan jumlah polong tertinggi pada varietas K1 (Wilis) ,jumlah polong berisi dengan jumlah polong

terbanyak pada varietas K1 (Wilis) , dan produksi biji pertanaman tertinggi pada varietas K1(Wilis).

Saran

Disarankan dari hasil penelitian diperoleh Varietas Wilis dan Anjasmoro untuk digunakan dilahan yang memiliki cekaman aluminium.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Anas dan Yosidha. T, 2000. Screening of Al Tolerant Sorghum by Hematoxylin Staining and Growth Response. Plant Pro Sci 3:246-235.

Andisarwonto, T., 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Andrianto, T.T., dan N. Indarto, 2004. Budidaya Dan nalisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Penerbit Absolut, Yogyakarta

Atman, 2009. Strategi Peningkatan Produksi Kedelai di Indonesia. Jurnal Ilmiah Tambua. Vol VII No. 1: 39-45.

Badan Pusat Statistik, 2012. Berita Resmi Statistik, Produksi Padi, Jagung, Dan Kedelai. Hal 1-5

Baharsjah , J.S., D. Suardi, dan I Las, 1985. Dalam Somaatmadja, S.M. Isumarno, M. Syam, S.O. manurung Yuswadi, 1985. Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan, Bogor. Hal 103- 109

Damanik, M.M.B., Hasibuan, B.E., Fauzi., Sarifuddin., dan Hanum, H., 2010. Kesuburan Tanah Dan Pemupukan. USU Press, Medan. Hal 166- 169

Damardjati, D.S., Marwoto, D.K.S. Swastika, D.M Arsyard dan Y. Hilman. 2005. Prospek dan arah pengembangan aagribisnis kedelai. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.

Departemen Pertanian, 1990. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Balai Informasi Pertanian Sumatera Utara, Medan.

Departemen Pertanian, 1996 . Usaha Pengembangan Kedelai.

Fachruddin, 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius, Yogyakarta

Felix D.D dan A.P Donalnd . 2002. Root EXUDUTE AS Mediators of mineral Acquisition in Low-Nutrient Enviroment. Plant and Soil. 146 - 154

Firmansyah, A, M,. 2010. Respon Tanman Terhadap Aluminium.Agripura. Palangkaraya.

Fitter, A.H dan Hay, R.K.M,. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Madja University Press. Yogyakarta. Hal 86

Hanafiah, K.A,. 2009. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Pt. Grafindo Persada. Jakarta. Hanum, C., 2009. Ekologi Tanaman. USU Press, Medan. Hal 54


(44)

Hanum,C., Mugnisjah Q., W.,Yahya, S., Sopandy, D., Idris, K., dan Sahar, A., 2007. Pertumbuhan Akar Kedelai Pada Cekaman Aluminium Kekeringan dan Cekaman Ganda Aluminium dan Kekeringan .Fakultas Udayana. Denpasar Bali

Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Jatinangor.

Ma, J.F., R. R. Peter and Emmanuel. 2001. Aluminium Tolerance in Plants and the complexing role of organic acids. TRENDS in plant in sci. 6(6) :273-276

Mariansyah, I., 2008. Sekresi Asam Malat Oleh Akar Tanaman Padi Pada Kondisi Cekaman Aluminium. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Maulana, Y ., 2011. Karakter Vegetatif dan Repduktif Tanaman Mutan Padi Sensitif Aluminium. Insitut Pertanian Bogor.

Miftahudin,Scholes GJ, Gustafson JP., 2002. AFPL Markers Fightly Linked to the Aluminium – Tolerance Gene Alt3 in Rye (secale cereal L.) Theor Appl Genet 104, 687- 694.

Muhidin. 2002. Evaluasi Toloransi Beberapa Galur Varietas Kedelai terhadap Cekaman Aluminium. Mimbar Akakdemik, Jurnal Ilimiah Universitas Halouoleo, edisi Mei 2002 Vol-XXIII No. 13.

Phoelman. J. M. And D. A. Sleper, 1995. Breeding Field Crops. Pamina Publishing Coorperation, New Delhi. 102 -110

Poesposdarsono, S., 1988. Pemuliaan Tamaman 1. Fakultas Pertanian UNIBRAW. Malang. Hal 20 -32

Prihatman, 2000. Kedelai (Gllycine max. L).

pada tanggal 26 september 2013

Purnamaningsih, R. dan Mariska, L., 2008. Pengujian Nomor-nomor Padi Tahan Al dan pH Rendah Hasil Seleksi In- vitro dengan Kultur Hara. Dalam Jurnal Agro Biogen. Balai Beesar Peneletian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.

Rubatzky, V.E. dan M. Yamacguchi, 1998. Sayuran Dunia 2. Prinsip Produksi Dan Gizi Sayuran Dunia 2. Prinsip Produksi Dan Gizi. Jilid 2. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Hal 262-263.

Simatupang. P., Marwoto, dan D.K.S. Swastika. 2005. Pengembangan Kedelai dan Kebijakan Penelitian di Indonesia. Lokarya Pengembangan Kedelai di Lahan Suboptimal. BALITKABI. Malang.


(45)

Stansfield, W.D., 1991. Teori dan Soal-soal Genetika Edisi II, Terjemahan Afandi, M. Erlangga, Jakarta.

Steenis, CG.G.J., 2003. Flora. P.T. Pradnya Paramita, Jakarta. Hal 356

Sumarno, Suyanto, Adiwidjono, Hermanti, dan Husnikasim.2007. Kedelai teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 25- 30

Surapto. 1999. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 124

Sutaryo B, Purwantoro A, dan Nasrullah. 2005. Seleksi Beberapa Kombinasi Persilangan Padi Untuk Ketahanan Terhadap Keracunan Aluminium. Ilmu Pertanian. 12: 20-31.

Welsh, J.R., 2005. Fundamental of Plant Genetics and Breeding. Jhon Willey and Sons, New York. 256 - 262


(46)

Lampiran 1. Komposisi media larutan hara minimum Miftahuddin et al (2002)

Reagen (PA) Konsentrasi (mM) mg/l

CaCl2.H2O 0,40 120

K2SO4 0,65 195

MgSO4.7H20 0,28 75

NH4Cl 0,01 3

NH4NO3 0,04 12


(47)

Lampiran 2. Prosedur penelitian

1. Pengujian Toleran Aluminium di Laboratorium

Benih

Direndam NaOCl 0,5% selama 15 menit Dicuci dan direndam dengan air aquades selama 24 jam Dikecambahkan di kotak plastik selama 2- hari pada ruang gelap

Diadaptasikan ke wadah berisi larutan hara minimum pH 4 selama 24 jam Ditambahkan AlCl3.6H2O 15 ppm ke wadah. Direndam selama 24 jam

Dilakukan pengukuran panjang akar awal (A) Pemulihan dengan larutan hara tanpa Al pH 4 selama 48 jam

Dilakukan pengukuran panjang akar akhir (B)

Analisis RRG (Root Re-Growth)

RRG = Panjang akar akhir (B) – Panjang akar awal (A) RRG> 2,50 cm (toleran), RRG < 2,50 (sensitif) (Maulana, 2011)

Kecambah toleran dibiarkan tumbuh selama 10 hari Tahap 2. Penanaman di rumah kaca


(48)

Penanaman di Rumah Kaca

Lampian 3.Bagan penelitian

50 cm

U

50 cm

Analisis tanah meliputi pH, C-Organik, unsur N, P, K, Na, Ca,

Mg, KTK, dan Al

Persiapan media tanam: pengisian tanah ke dalam polibeg Penanaman kecambah toleran pada media penanaman

Pengamatan parameter K1 K1 K2 K2 K2 K1 K3 K3 K3 K3 K1 K1 K2 K2 K2 K1 K3 K3 K3 K1 K1 K1 K3 K3 K3 K2 K2 K2 K2 K1


(49)

Lampiran 4. Deskripsi tanaman kedelai Varietas Wilis Deskripsi Kedelai Varietas Wilis Nama Varietas : Wilis

SK : TP 240/519/Kpts/7/1983 tanggal 21 Juli 1983

Tahun : 1983

Tetua : Seleksi keturunan persilangan Orba x No. 1682 Potensi Hasil : 1,6 ton/ha biji kering

Pemulia : Sumarno, Darman M. Arsyad, Rodiah, Ono Sutrisno

Nomor induk : B 3034

Warna hipokotil : Ungu

Warna batang : Hijau

Warna daun : Hijau-hijau tua Warna bulu : Coklat tua

Warna bunga : Ungu

Warna polong tua : Coklat tua Warna kulit biji : Kuning Warna hilum : Coklat tua Tipe tumbuh : Determinit

Umur berbunga : Kurang lebih 39 hari Umur matang : Kurang lebih 88 hari Tinggi tanaman : 40-50 cm

Bentuk biji : Oval, agak pipih Bobot 100 biji : Kurang lebih 10 gram

Kadar protein : 37%

Kadar lemak : 18%

Sifat-sifat lain : Tahan rebah Ketahanan terhadap

penyakit


(50)

Lampiran 5. Deskripsi tanaman kedelai Varietas Detam I Deskripsi Kedelai Varietas DETAM I Nama Varietas : DETAM I

SK : 9837/W-D-5-211 Tahun : 2008

Tetua : Seleksi persilangan galur Introduksi 9837 dengan Wilis Rataan Hasil : 2.96

Potensi Hasil : 2.46

Pemulia : M.Muchlis Adie,

Lampiran 6. Deskripsi tanaman kedelai Varietas Anjasmoro Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro


(51)

Nama Varietas : Anjasmoro

Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)

SK : 537/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22 Oktober tahun 2001

Tahun : 2001

Tetua : Seleksi massa dari populasi galur murni MANSURIA Potensi Hasil : 2.25-2.03 ton/ha

Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaluddin M, Susanto, Darman M.Arsyad, Muchlish Adie

Nama galur : MANSURIA 395-49-4 Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Ungu Warna daun : Hijau Warna bulu : Putih Warna bunga : Ungu

Warna polong masak : Coklat muda Warna kulit biji : Kuning

Warna hilum : Kuning kecoklatan Tipe pertumbuhan : Determinate Bentuk daun : Oval

Ukuran daun : Lebar Perkecambahan : 78-76% Tinggi tanaman : 64-68 cm Jumlah cabang : 2.9-5.6 Jumlah buku pada

batang utama

: 12.9-14.8 Umur berbunga : 35.7-39.4 hari Umur masak : 82.5-92.5 hari Berat 100 biji : 14.8-15.3 gram Kandungan protein : 41.78-42.05% Kandungan lemak : 17.12-18.60% Ketahanan terhadap kerebahan : Tahan Ketahanan terhadap karat daun : Sedang Ketahanan terhadap pecah polong : Tahan


(52)

Lampiran 7.Nilai RRG Wilis toleran aluminium

No Panjang Akar Setelah Panjang Akar Nlai

Cekaman Aluminium (cm) Setelah Pemulihan (cm) RRG

1 2,50 5,10 2,60

2 2,50 5,30 2,80

3 2,60 5,10 2,50

4 2,10 4,70 2,60

5 2,00 4,80 2,80

6 1,3 4,00 2,70

7 1,32 3,50 2,20

8 0,9 3,20 2,30

9 1,10 3,20 2,10

10 1,00 2,9 1,9

Total 17,2 41,7

Rataan 1,72 2,45


(53)

Lampiran 8. Nilai RRG Anjasmoro toleran aluminium

No Panjang Akar Setelah Panjang Akar Nilai Cekaman Aluminium (cm) Setelah Pemulihan (cm) RRG

1 3,20 5,25 2,23

2 1,25 3,30 2,25

3 1,15 3,50 2,35

4 2,10 4,10 2,40

5 1,10 3,10 2,00

6 1,05 3,30 2,25

7 2,00 4,50 2,50

8 1,10 3,20 2,10

9 1,00 3,20 2,20

10 2,20 4,50 2,30

Total 15,97 38,15

Rataan 1,6 2,26


(54)

Lampiran 9. Nilai RRG Detam I toleran aluminium

No Panjang Akar Setelah Panjang Akar Nlai

Cekaman Aluminium (cm) Setelah Pemulihan (cm) RRG

1 1,00 3,20 2,20

2 0,70 3,00 2,30

3 1,00 2,90 2,20

4 0,90 2,80 1,80

5 0,70 2,80 1,90

6 0,70 2,70 2,00

7 0,90 3,20 2,30

8 0,80 3,30 2,50

9 0,80 3,10 2,30

10 0,5 2,90 2,40

Total 8 29.9

Rataan 0,8 2,19


(55)

Lampiran 10. Nilai RRG Detam II toleran aluminium

No Panjang Akar Setelah Panjang Akar Nlai

Cekaman Aluminium (cm) Setelah Pemulihan (cm) RRG

1 0,70 2,10 1,40

2 0,50 2,20 1,70

3 0,70 2,70 2,00

4 0,80 2,60 1,80

5 0,90 2,80 1,10

6 0,80 2,40 1,60

7 0,70 2,00 1,20

8 0,70 2,50 1,80

9 0,80 2,80 2,00

10 0,5 2,00 1,50

Total 6,4 24,1 16,1

Rataan 0,64 1,61


(56)

Lampiran 11. Data pengamatan panjang tanaman pada 2 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 27 22 22 13 22 20 15 16 22 22 201 20.1

K2 21 28 23 23 8 22 24 28 28 28 243 24.3

K3 22 25 23 28 16 12 32 35 25 25 233 23.3

Total 70 75 68 64 46 54 71 79 75 75 677

Rataan 23.3 25.0 22.7 21.3 15.3 18.0 23.7 26.3 25.0 25.0 22.6 Lampiran 12. Sidik ragam panjang tanaman pada 2 MST

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01 Perlakuan 2 0.94 0.47 1.12 tn 3.35 5.49

Galat 27 11.40 0.42

Total 29 12.34

FK = 679.66

KK = 13.65

Lampiran 13. Data pengamatan panjang tanaman pada 3 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 34 32 25 23 30 35 23 40 32 35 309 30.9

K2 38 38 40 46 38 25 33 32 46 32 414 41.4

K3 38 35 58 52 27 43 38 43 38 42 368 36.8

Total 110 105 123 121 95 103 94 115 116 109 1091 Rataan 36.7 35.0 41.0 40.3 31.7 34.3 31.3 38.3 38.7 36.3 36.4 Lampiran 14. Sidik ragam panjang tanaman 3 MST

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 3.73 1.87 5.59 ** 3.35 5.49

Galat 27 9.02 0.33

Total 29 12.75

FK = 1093.25

KK = 9.57


(57)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 77 78 43 47 54 42 38 87 46 61 573 57.3

K2 82 50 101 72 84 53 67 62 101 67 717 71.7

K3 95 75 81 77 49 76 65 73 83 43 739 73.9

Total 254 203 225 196 187 171 170 222 230 171 2029 Rataan 84.7 67.7 75.0 65.3 62.3 57.0 56.7 74.0 76.7 57.0 67.6 Lampiran 16. Sidik ragam panjang tanaman 4 MST

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 6.49 3.25 2.98 tn 3.35 5.49

Galat 27 29.40 1.09

Total 29 35.90

FK = 2008.10

KK = 12.75

Lampiran 17. Data pengamatan panjang tanaman pada 5 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 79 80 50 60 49 43 42 89 51 65 608 60.8

K2 85 53 105 74 87 55 70 65 106 71 771 77.1

K3 98 79 83 79 52 79 65 75 86 48 744 74.4

Total 262 212 238 213 188 177 177 229 243 184 2123 Rataan 87.3 70.7 79.3 71.0 62.7 59.0 59.0 76.3 81.0 61.3 70.8 Lampiran 18. Sidik ragam panjang tanaman 5 MST

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 5.70 2.85 2.81 tn 3.35 5.49

Galat 27 27.41 1.02

Total 29 33.11

FK = 2104.89

KK = 12.03


(58)

Lampiran 19. Data pengamtan jumlah cabang 4 MST (cabang )

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 24 2.4

K2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 25 2.5

K3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 21 2.1

Total 6 6 6 8 8 6 8 8 6 8 70

Rataan 2.0 2.0 2.0 2.7 2.7 2.0 2.7 2.7 2.0 2.7 2.3 Lampiran 20. Data Sidik ragamjumlah cabang 5 MST

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.08 0.04 1.58 tn 3.35 5.49

Galat 27 0.70 0.03

Total 29 0.78

FK = 84.22

KK = 9.62

Lampiran 21. Data pengamatan jumlah cabang 5 MST (cabang)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 3 3 2 3 3 2 3 4 2 4 29 2.9

K2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 29 2.9

K3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 28 2.8

Total 7 8 8 10 9 7 9 10 8 10 86

Rataan 2.3 2.7 2.7 3.3 3.0 2.3 3.0 3.3 2.7 3.3 2.9 Lampiran 22. Sidik ragam jumlah cabang 5 MST

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.00 0.00 0.07 tn 3.35 5.49

Galat 27 0.72 0.03

Total 29 0.72

FK = 100.28

KK = 8.92


(59)

Lampiran 23. Data pengamatan berat basah (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 1.5 3.1 1.9 3.2 1.3 9 1.1 1.6 1.4 4.9 29 2.9 K2 1.4 1.1 1.8 1.4 3.7 1.8 2.6 2.8 2.7 2 19.8 1.98 K3 1 0.3 0.9 4.1 0.8 1.9 2.3 4.3 2.6 1.6 21.3 2.13 Total 3.9 4.5 4.6 8.7 5.8 12.7 6 8.7 6.7 8.5 70.1

Rataan 1.3 1.5 1.5 2.9 1.9 4.2 2.0 2.9 2.2 2.8 2.3 Lampiran 24. Sidik ragam berat basah

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.30 0.15 0.79 tn 3.35 5.49

Galat 27 5.14 0.19

Total 29 5.44

FK = 79.66

KK = 26.77

Lampiran 25. Data pengamatan berat kering (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 1.3 1.5 0.8 1.1 0.7 3.1 0.9 1.3 0.7 1.5 12.9 1.29 K2 1.3 0.9 0.8 1 1 1.5 1.5 2.5 1.4 1.8 9.3 0.93 K3 0.6 0.3 0.7 1.5 0.7 0.7 1 1.7 1.2 0.9 13.7 1.37 Total 3.2 2.7 2.3 3.6 2.4 5.3 3.4 5.5 3.3 4.2 35.9

Rataan 1.1 0.9 0.8 1.2 0.8 1.8 1.1 1.8 1.1 1.4 1.2 Lampiran 26. Sidik ragam berat basah

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.17 0.08 2.07 tn 3.35 5.49

Galat 27 1.08 0.04

Total 29 1.24

FK = 49.66

KK = 15.52


(60)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 12.9 24.4 15.9 18.2 16.5 26.7 15.2 11.9 13.3 16.9 172 17.2 K2 17.2 17 25.2 27.1 20.8 13.3 28.4 24.3 18.1 26.1 184 18.4 K3 18.9 11.2 11.3 26.3 18.8 13.5 24.7 18.6 23.2 17.3 218 21.8 Total 49 52.6 52.4 71.6 56.1 53.5 68.3 54.8 54.6 60.3 573

Rataan 16.3 17.5 17.5 23.9 18.7 17.8 22.8 18.3 18.2 20.1 19.1 Lampiran 28. Sidik ragam panjang akar

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 1.42 0.71 2.13 tn 3.35 5.49

Galat 27 9.03 0.33

Total 29 10.46

FK = 577.74

KK = 13.18

Lampiran 29. Data pengamatan jumlah polong (polong)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 26 30 19 9 10 25 18 26 18 2 183 18.3

K2 5 10 14 12 5 11 7 0 6 8 92 9.2

K3 6 5 10 12 19 6 5 9 9 11 78 7.8

Total 37 45 43 33 34 42 30 35 33 21 353

Rataan 12.3 15.0 14.3 11.0 11.3 14.0 10.0 11.7 11.0 7.0 11.8 Lampiran 30. Sidik ragam jumlah polong

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 11.25 5.62 6.31 ** 3.35 5.49

Galat 27 24.07 0.89

Total 29 35.31

FK = 332.69

KK = 28.35


(61)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 22 25 15 7 8 21 15 25 17 2 157 15.7

K2 3 9 7 10 5 11 6 13 5 8 85 8.5

K3 6 4 10 9 19 6 5 6 9 11 77 7.7

Total 31 38 32 26 32 38 26 44 31 21 319

Rataan 10.3 12.7 10.7 8.7 10.7 12.7 8.7 14.7 10.3 7.0 10.6 Lampiran 32. Sidik ragam jumlah polong berisi per tanaman

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 6.78 3.39 4.97 * 3.35 5.49

Galat 27 18.41 0.68

Total 29 25.19

FK = 308.81

KK = 25.73

Lampiran 33.Data pengamatan jumlah polong hampa per tanaman (polong)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 4 5 4 2 2 4 3 1 1 0 26 2.6

K2 2 1 7 2 0 0 1 0 1 0 7 0.7

K3 0 1 0 3 0 0 0 3 0 0 14 1.4

Total 6 7 11 7 2 4 4 4 2 0 47

Rataan 2.0 2.3 3.7 2.3 0.7 1.3 1.3 1.3 0.7 0.0 1.6 Lampiran 34. Sidik ragam jumlah polong hampa per tanaman

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 2.51 1.25 4.11 * 3.35 5.49

Galat 27 8.23 0.30

Total 29 10.73

FK = 51.27

KK = 42.22


(62)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 1.3 2.3 1.6 1 1.5 3.6 1.4 2 2.2 0.3 17.2 1.72 K2 0.3 1.2 1.8 1.3 1 1.5 0.7 1.2 0.6 0.7 9.8 0.98 K3 0.6 1 0.9 1.2 1.4 0.8 0.7 0.9 1.3 1 10.3 1.03 Total 2.2 4.5 4.3 3.5 3.9 5.9 2.8 4.1 4.1 2 37.3

Rataan 0.7 1.5 1.4 1.2 1.3 2.0 0.9 1.4 1.4 0.7 1.2 Lampiran 36. Sidik ragam produksi biji per tanaman

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.40 0.20 4.37 * 3.35 5.49

Galat 27 1.23 0.05

Total 29 1.63

FK = 50.67

KK = 16.44

Lampiran 37. Data pengamtan lama stadia vegetatif (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 32 32 34 30 34 35 36 30 30 32 325 32.5

K2 30 30 29 30 29 31 30 30 29 29 325 32.5

K3 30 32 35 35 32 32 31 34 30 34 297 29.7

Total 92 94 98 95 95 98 97 94 89 95 947

Rataan 30.7 31.3 32.7 31.7 31.7 32.7 32.3 31.3 29.7 31.7 31.6 Lampiran 38.Sidik ragam lama stadia vegetatif

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.41 0.20 9.14 ** 3.35 5.49

Galat 27 0.60 0.02

Total 29 1.01

FK = 960.99

KK = 2.64

Lampiran 39. Data pengamtan umur berbunga (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan


(63)

K1 34 34 35 32 36 37 38 33 32 43 354 35.4

K2 32 32 30 31 32 32 31 31 32 31 342 34.2

K3 32 33 36 37 33 34 34 36 32 35 314 31.4

Total 98 99 101 100 101 103 103 100 96 109 1010

Rataan 32.7 33.0 33.7 33.3 33.7 34.3 34.3 33.3 32.0 36.3 33.7 Lampiran 40. Datasidik ragam umur berbunga

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.61 0.30 9.09 ** 3.35 5.49

Galat 27 0.90 0.03

Total 29 1.51

FK = 1023.49

KK = 3.13

Lampiran 41. Data umur panen (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 82 82 80 82 80 80 80 82 82 82 812 81.2

K2 80 80 82 82 80 80 80 80 82 82 814 81.4

K3 83 82 83 80 80 80 83 80 83 80 808 80.8

Total 245 244 245 244 240 240 243 242 247 244 2434

Rataan 81.7 81.3 81.7 81.3 80.0 80.0 81.0 80.7 82.3 81.3 81.1 Lampiran 42.Data Sidik ragam umur panen

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.01 0.00 0.63 tn 3.35 5.49

Galat 27 0.12 0.00

Total 29 0.13


(1)

Lampiran 19. Data pengamtan jumlah cabang 4 MST (cabang )

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 24 2.4

K2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 25 2.5

K3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 21 2.1

Total 6 6 6 8 8 6 8 8 6 8 70

Rataan 2.0 2.0 2.0 2.7 2.7 2.0 2.7 2.7 2.0 2.7 2.3

Lampiran 20. Data Sidik ragamjumlah cabang 5 MST

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.08 0.04 1.58 tn 3.35 5.49

Galat 27 0.70 0.03

Total 29 0.78

FK = 84.22

KK = 9.62

Lampiran 21. Data pengamatan jumlah cabang 5 MST (cabang)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 3 3 2 3 3 2 3 4 2 4 29 2.9

K2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 29 2.9

K3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 28 2.8

Total 7 8 8 10 9 7 9 10 8 10 86

Rataan 2.3 2.7 2.7 3.3 3.0 2.3 3.0 3.3 2.7 3.3 2.9

Lampiran 22. Sidik ragam jumlah cabang 5 MST

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.00 0.00 0.07 tn 3.35 5.49

Galat 27 0.72 0.03

Total 29 0.72

FK = 100.28

KK = 8.92


(2)

Lampiran 23. Data pengamatan berat basah (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 1.5 3.1 1.9 3.2 1.3 9 1.1 1.6 1.4 4.9 29 2.9 K2 1.4 1.1 1.8 1.4 3.7 1.8 2.6 2.8 2.7 2 19.8 1.98 K3 1 0.3 0.9 4.1 0.8 1.9 2.3 4.3 2.6 1.6 21.3 2.13 Total 3.9 4.5 4.6 8.7 5.8 12.7 6 8.7 6.7 8.5 70.1

Rataan 1.3 1.5 1.5 2.9 1.9 4.2 2.0 2.9 2.2 2.8 2.3

Lampiran 24. Sidik ragam berat basah

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.30 0.15 0.79 tn 3.35 5.49

Galat 27 5.14 0.19

Total 29 5.44

FK = 79.66

KK = 26.77

Lampiran 25. Data pengamatan berat kering (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 1.3 1.5 0.8 1.1 0.7 3.1 0.9 1.3 0.7 1.5 12.9 1.29 K2 1.3 0.9 0.8 1 1 1.5 1.5 2.5 1.4 1.8 9.3 0.93 K3 0.6 0.3 0.7 1.5 0.7 0.7 1 1.7 1.2 0.9 13.7 1.37 Total 3.2 2.7 2.3 3.6 2.4 5.3 3.4 5.5 3.3 4.2 35.9

Rataan 1.1 0.9 0.8 1.2 0.8 1.8 1.1 1.8 1.1 1.4 1.2

Lampiran 26. Sidik ragam berat basah

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.17 0.08 2.07 tn 3.35 5.49

Galat 27 1.08 0.04

Total 29 1.24

FK = 49.66

KK = 15.52


(3)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 12.9 24.4 15.9 18.2 16.5 26.7 15.2 11.9 13.3 16.9 172 17.2 K2 17.2 17 25.2 27.1 20.8 13.3 28.4 24.3 18.1 26.1 184 18.4 K3 18.9 11.2 11.3 26.3 18.8 13.5 24.7 18.6 23.2 17.3 218 21.8 Total 49 52.6 52.4 71.6 56.1 53.5 68.3 54.8 54.6 60.3 573

Rataan 16.3 17.5 17.5 23.9 18.7 17.8 22.8 18.3 18.2 20.1 19.1

Lampiran 28. Sidik ragam panjang akar

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 1.42 0.71 2.13 tn 3.35 5.49

Galat 27 9.03 0.33

Total 29 10.46

FK = 577.74

KK = 13.18

Lampiran 29. Data pengamatan jumlah polong (polong)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 26 30 19 9 10 25 18 26 18 2 183 18.3

K2 5 10 14 12 5 11 7 0 6 8 92 9.2

K3 6 5 10 12 19 6 5 9 9 11 78 7.8

Total 37 45 43 33 34 42 30 35 33 21 353

Rataan 12.3 15.0 14.3 11.0 11.3 14.0 10.0 11.7 11.0 7.0 11.8

Lampiran 30. Sidik ragam jumlah polong

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 11.25 5.62 6.31 ** 3.35 5.49

Galat 27 24.07 0.89

Total 29 35.31

FK = 332.69

KK = 28.35


(4)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 22 25 15 7 8 21 15 25 17 2 157 15.7

K2 3 9 7 10 5 11 6 13 5 8 85 8.5

K3 6 4 10 9 19 6 5 6 9 11 77 7.7

Total 31 38 32 26 32 38 26 44 31 21 319

Rataan 10.3 12.7 10.7 8.7 10.7 12.7 8.7 14.7 10.3 7.0 10.6

Lampiran 32. Sidik ragam jumlah polong berisi per tanaman

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 6.78 3.39 4.97 * 3.35 5.49

Galat 27 18.41 0.68

Total 29 25.19

FK = 308.81

KK = 25.73

Lampiran 33.Data pengamatan jumlah polong hampa per tanaman (polong)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 4 5 4 2 2 4 3 1 1 0 26 2.6

K2 2 1 7 2 0 0 1 0 1 0 7 0.7

K3 0 1 0 3 0 0 0 3 0 0 14 1.4

Total 6 7 11 7 2 4 4 4 2 0 47

Rataan 2.0 2.3 3.7 2.3 0.7 1.3 1.3 1.3 0.7 0.0 1.6

Lampiran 34. Sidik ragam jumlah polong hampa per tanaman

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 2.51 1.25 4.11 * 3.35 5.49

Galat 27 8.23 0.30

Total 29 10.73

FK = 51.27

KK = 42.22


(5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 1.3 2.3 1.6 1 1.5 3.6 1.4 2 2.2 0.3 17.2 1.72 K2 0.3 1.2 1.8 1.3 1 1.5 0.7 1.2 0.6 0.7 9.8 0.98 K3 0.6 1 0.9 1.2 1.4 0.8 0.7 0.9 1.3 1 10.3 1.03 Total 2.2 4.5 4.3 3.5 3.9 5.9 2.8 4.1 4.1 2 37.3

Rataan 0.7 1.5 1.4 1.2 1.3 2.0 0.9 1.4 1.4 0.7 1.2

Lampiran 36. Sidik ragam produksi biji per tanaman

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.40 0.20 4.37 * 3.35 5.49

Galat 27 1.23 0.05

Total 29 1.63

FK = 50.67

KK = 16.44

Lampiran 37. Data pengamtan lama stadia vegetatif (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 32 32 34 30 34 35 36 30 30 32 325 32.5

K2 30 30 29 30 29 31 30 30 29 29 325 32.5

K3 30 32 35 35 32 32 31 34 30 34 297 29.7

Total 92 94 98 95 95 98 97 94 89 95 947

Rataan 30.7 31.3 32.7 31.7 31.7 32.7 32.3 31.3 29.7 31.7 31.6

Lampiran 38.Sidik ragam lama stadia vegetatif

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.41 0.20 9.14 ** 3.35 5.49

Galat 27 0.60 0.02

Total 29 1.01

FK = 960.99

KK = 2.64

Lampiran 39. Data pengamtan umur berbunga (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan


(6)

K1 34 34 35 32 36 37 38 33 32 43 354 35.4

K2 32 32 30 31 32 32 31 31 32 31 342 34.2

K3 32 33 36 37 33 34 34 36 32 35 314 31.4

Total 98 99 101 100 101 103 103 100 96 109 1010

Rataan 32.7 33.0 33.7 33.3 33.7 34.3 34.3 33.3 32.0 36.3 33.7

Lampiran 40. Datasidik ragam umur berbunga

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.61 0.30 9.09 ** 3.35 5.49

Galat 27 0.90 0.03

Total 29 1.51

FK = 1023.49

KK = 3.13

Lampiran 41. Data umur panen (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K1 82 82 80 82 80 80 80 82 82 82 812 81.2

K2 80 80 82 82 80 80 80 80 82 82 814 81.4

K3 83 82 83 80 80 80 83 80 83 80 808 80.8

Total 245 244 245 244 240 240 243 242 247 244 2434

Rataan 81.7 81.3 81.7 81.3 80.0 80.0 81.0 80.7 82.3 81.3 81.1

Lampiran 42.Data Sidik ragam umur panen

SK db JK KT F hitung 0.05 0.01

Perlakuan 2 0.01 0.00 0.63 tn 3.35 5.49

Galat 27 0.12 0.00

Total 29 0.13