Partisipasi Petani Dalam Penggunaan Air Limbah Sebagai Air Irigasi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka
Pembangunan pertanian diera 1960-an dengan menerapkan revolusi hijau
berupa program intensifikasi pertanian (penggunaan bibit unggul, pupuk kimiawi,
irigasi yang baik, serta keberhasilan swasembada pangan awal 1980-an) tak
diikuti dengan program-program yang menunjukkan kepedulian pemerintah
terhadap pertanian. Dalam masa pembangunan pertanian meningkatkan hasil-hasil
pertanian (terutama bahan pangan pokok) untuk mencukupi kebutuhan pangan
yang bergizi bagi semua penduduk Indonesia dan selebihnya untuk kepentingan
ekspor dalam rangka perolehan devisa guna pembiayaan kelanjutan pembangunan
berbagai bidang, keberhasilan pembangunan pertanian tersebut tidak terlepas dari
ada atau tersedianya tanah yang berpengairan baik, pengolahan tanah dan air yang
seimbang, di samping faktor-faktor lainnya yang merupakan faktor sekunder
(pupuk, bibit unggul, obat-obatan pemberantas hama, dan lain-lain). Tanah, air
dan tenaga para petani merupakan factor primer, sebab walaupun tersedianya
faktor-faktor

sekunder


yang

melimpah

tetapi

tanpa

ada

atau

tersedianya faktor-faktor yang primer, pertanian tidak dapat terlaksana
(Mangunwidjaja dan Sailah, 2005).
Kebutuhan air untuk lahan-lahan pertanian terutama tanaman padi terus
meningkat seiring dengan semakin bertambah luasnya areal persawahan yang
dikembangkan baik oleh pemerintah maupun atas inisiatif petani sendiri. Tidak
lain lagi, bahwasannya tujuan pengembangan areal persawahan ini untuk
meningkatkan produksi padi demi tercapainya swasembada pangan dan pada


Universitas Sumatera Utara

akhirnya dapat menjaga stabilitas dan ketahanan pangan. Namun dilain pihak
suplai air dari jaringan irigasi masih belum merata tercukupi untuk mengairi
sawah-sawah yang telah dikembangkan. Disamping faktor teknis hal ini juga
disebabkan penyalahgunaan air irigasi (pencurian air untuk keperluan non sawah).
Sedangkan dari sisi pertanian faktor yang paling menjadi perhatian adalah
pengelolaan air ditingkat petani yang masih belum efisien. Untuk menjawab
permasalahan ini, maka suatu metoda budidaya yang berpihak pada efisiensi
penggunaan air perlu dikenalkan kepada petani (Anonimus ͣ , 2011).
Konversi lahan sawah menjadi lahan non pertanian antara lain, sabagai
kawasan industri secara nyata berpengaruh terhadap penurunan luas panen, dan
produksi nasional. Persoalan lingkungan yang menonjol adalah adanya dampak
negatif dari pesatnya pertumbuhan industri. Pada sisi lain, sumber daya alam
dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan nilai tambahnya oleh proses industri, namun
pada sisi lain adanya industri telah menimbulkan pencemaran lingkungan.
Pencemaran adalah suatu keadaan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
akibat masuknya materi atau energi pada tingkat tertentu. Akibatnya lingkungan
tersebut tidak lagi memenuhi syarat yang diperlukan sesuai dengan tata gunanya
(Mukarim, 1981).

Menurut Mahida (1986), perkembangan air limbah melalui saluran irigasi
dimaksudkan untuk memanfaatkan limbah bagi tanaman yang bertujuan untuk
mencegah pencemaran air dan pelestarain sumberdaya air. Salah satu industri
yang dapat mencemari lingkungan adalah pabrik. Pada saat populasi penduduk
masih sedikit, sumberdaya air masih dapat menampung limbah keluaran pabrik
sehingga limbah dapat melakukan penjernihan sendiri (self purification). Dengan

Universitas Sumatera Utara

semakin bertambahnya jumlah penduduk, limbah sebagai sisa proses produksi
pabrik perlu ditanggulangi. Tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah
buangan proses produksi tergantung pada toksisitas, konsentrasi cairan pembawa,
lamanya kontak dengan lingkungan dengan volume air penerima. Tingkat
pencemaran dapat ditentukan oleh respon lingkungan untuk menetralisir pengaruh
yang ditimbulkannya.
Kualitas air limbah untuk keperluan aplikasi lahan ditinjau dari
ketersediaan unsur-unsur hara dan bahan organik yang dikandung yang
bermanfaat bagi tumbuhan tanaman. Pertimbangan pemanfaatan limbah cair ini
selain dari ketersediaan unsur hara dan bahan organik juga topografi tanah
(Nainggolan dan Susilawati, 2011).

Beberapa peraturan yang menjadi bahan pertimbangan untuk pemanfaatan
limbah cair haruslah disesuaikan seperti UU No.24 tahun 1992 tentang penataan
tata ruang. Kepres No.32 PU No.63/PRT/1993 tentang garis sempada sungai,
daerah memanfaatkan sungai, dan penguasaan sungai. Untuk mencegah tercemar
secara langsung air tanah tersebut akibat rembesan air limbah daerah yang tidak
dibenarkan yaitu lahan berpasir, daerah gambut, daerah pantai dan danau menjadi
daerah aplikasi, yang disarankan kedalam air tanah pada areal aplikasi minimal 1
meter pada pasang tinggi (Nainggolan dan Susilawati, 2011).
Hasil teknik dibidang bangunan irigasi khususnya, telah puluhan tahun
bahkan ada yang ratusan tahun usuianya. Terutama dalam masa pembangunan
Indonesia yang tinggi sejak tahun 1970-an hingga kini, pemerintah melaksanakan
pembangunan disegala bidang, termasuk bidang pengairan dan pengembangan

Universitas Sumatera Utara

sumberdaya air untuk berbagai keperluan. Dengan demikian ribuan bangunan air
dan jaringan irigasi dan prasarananya telah dibangun (Mawardi, 2007).
Kebutuhan air di lahan dapat dipenuhi dengan irigasi. Pada dasarnya air
irigasi yang ditambahkan adalah untuk menutupi kekurangan air tanah yang telah
ada pada saat yang diperlukan dalam jumlah yang cukup. Sehingga ketika air telah

cukup dilahan atau air pada kondisi kapasitas lapang yang mampu untuk
menunjang kehidupan tanaman maka tidak perlu dilakuakn penambahan air.
Potensi air irigasi selain untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman, irigasi juga
dapat untuk mempermudah pengolahan tanah, mengatur suhu tanah dan iklim
mikro, membersihkan tanah dari kotoran, kadar unsur-unsur racun dan garam
serta asam yang berlebihan serta untuk menekan pertumbuhan gulma, hama dan
penyakit tanaman. Akan tetapi Adanya system irigasi yang kurang efektif pada
akhir-akhir ini serta adanya tindakan budidaya tanaman yang kurang baik maka
mendorong suatu tindakan untuk melakukan usaha konservasi tanah dan air.
Sehingga dengan adanya teknologi konservasi tanah dan air maka penurunan hasil
tanamn akibat dari buruknya irigasi dapat dikurangi (Anonimusᵇ, 2009).
Menurut Hansen,dkk (1992) irigasi secara umum didefinisikan sebagai
penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yag dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman-tanaman. Meskipun demikian, suatu definisi yang
lebih umum dan termasuk irigasi adalah penggunaan air pada tanah. Untuk itu,
ada 8 (delapan) kegunaan irigasi, yaitu ;
1. Menambah air kedalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan
untuk tanam-tanaman.

Universitas Sumatera Utara


2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang
pendek.
3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfer, sehingga menimbulkan
lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanam-tanaman.
4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan.
5. Untuk mencuci atau mengurangi gaam dalam tanah.
6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah.
7. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah.
8. Untuk memperlambat pembentukan tunas dengan pendinginan karena
penguapan.
Usaha pengelolaan air untuk menunjang produksi pangan tidaklah sematamata suatu kegiatan teknis belaka, air yang diperlukan diatur oleh manusia supaya
pemberiannya kepada lahan tepat jumlah dan tepat waktunya. Berhasil tidaknya
usaha itu tentu tergantung pada teknologi yang dipergunakan. Dengan teknologi
manapun, untuk mengelola jaringan irigasi dengan baik perlu dilaksanakan
serangkaian kegiatan yang menyangkut seluruh aspek pemeliharaan saluran atau
memperbaiki bendungan sampai pada menyelesaikan konflik mengenai
pembagian air, semuanya itu menuntut adanya suatu organisasi petani pemakai air
(P3A) yang kuat (Ambler,1992).
Kegiatan - kegiatan keirigasian selalu membutuhkan kerjasama antar

petani pembangunan dan pemeliharaan bangunan pengairan dan saluran.
Pembagian air antar hamparan sawah dan antar petak sawah dalam hamparan
yang sama membutuhkan kerjasama yang terorganisasi secara baik diantara petani
jaringan irigasi yang bersangkutan (Siskel dan Hutapea, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Sebagai salah satu dasar pemahaman perilaku kelompok itu maka
mempelajari kaitan antara sikap individu dalam kelompok, sikap individuindividu sebagai anggota kelompok secara keseluruhan, adalah penting.
Pengetahuan mengenai sikap, mengenai proses terbentuknya sikap individu dan
sikap kelompok, mengenai proses perubahan sikap dan sebagainya akan sangat
bermanfaat dalam penanganan masalah-masalah social. Penanganan itu antara lain
dalam bentuk pemberian stimulus-stimulus tertentu untuk memperoleh efek
perilaku yang diinginkan. Tanpa memahami sikap individu, seseorang tidak akan
dapat memasukkan idenya kepada orang lain dan tidak akan dapat mempengaruhi
orang lain (Azwar, 1995).
Afektif atau afek adalah suatu penilaian positif atau negatif terhadap suatu
obyek. Berkaitan dengan adopsi teknologi, seorang individu petani akan selalu
menilai suatu inovasi teknologi terhadap kemampuannya, ksesuaian terhadap
kondisi lingkungan, tujuan yang ingin dicapai serta norma-norma dalam

masyarakat. Terdapat keterkaitan antara perilaku, karekateristik individu dan
lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut Kurt Lewin merumuskan model
hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi dari
karakteristik individu dan lingkungan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Ajzen
dan Fishbein dalam Azwar (2002) yang mencoba melihat perilaku yang dilakukan
atas kemauan sendiri dengan berdasarkan pada asumsi-asumsi;
(a) bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang
masuk akal;
(b) bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada;

Universitas Sumatera Utara

(c) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan
implikasi tindakan mereka.
Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar
kecilnya kecenderungan bertindak atau perilaku seseorang terhadap obyek sikap.
Perilaku petani terhadap adopsi teknologi jika teknologi tersebut memberikan
manfaat sesuai tujuan yang ingin dicapainya. Kenyataan bahwa sikap petani
terhadap suatu inovasi teknologi dipengaruhi oleh faktor internal individu
(karakteristik kepribadian individu) dan faktor internal (faktor-faktor di luar diri

individu). Akan tetapi yang lebih dominan mempengaruhi sikap dan keputusan
petani terhadap suatu inovasi adalah faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor
eksternal meliputi norma-norma, kebiasaan, komunikasi sosial, interaksi sosial,
dan belajar sosial individu petani dalam sistem sosial. Proses belajar sosial yang
sering dilakukan petani dalam menjaring informasi inovasi teknologi baru bersifat
pembelajaran observasional (Anonimusᶜ, 2011).
Landasan Teori
Menurut Anonimusᵈ (2011) air limbah dapat berasal dari berbagai sumber,
antara lain:
1. Rumah tangga
Contoh air limbah rumah tangga antara lain: air bekas cucian,air bekas
memasak, air bekas mandi, dan sebagainya.
2. Perkotaan
Contohnya air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari
tempat-tempat ibadah.

Universitas Sumatera Utara

3. Industri
Contoh air limbah industri antara lain: air limbah dari pabrik baja, pabrik

tinta, pabrik cat, dan pabrik karet.
Tanaman padi merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada lingkungan
tanah tergenang, sehingga air merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan
perkembangannya. Beberapa hasil penelitian menunujukkan bahwa limbah
mengandung bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pupuk. Penelitian
Santoso (1992) melaporkan penyiraman air limbah gumpalan lateks pada berbagai
tingkat pengeceran berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman padi. Hal
senada diteliti Mahida (1986) yang melaporkan bahwa pembuangan limbah pada
saluran irigasi tidak merugikan bagi tanaman. Limbah pabrik dalam bentuk cair
dapat mempunyai manfaat ganda, yaitu disamping mengatasi masalah pencemaran
air, juga meningkatkan daya guna air sehingga menghemat cadangan air bersih
dan sebagai penyubur tanah (Parwati, 2008).
Pemakaian limbah cair pabrik selain berfungsi sebagai air irigasi,
diharapkan juga berfungsi sebagai sumber bahan organik sehingga dapat
menyumbang kebutuhan sumber bahan organik sehingga dapat menyumbang
kebutuhan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu bahan organik
merupakan sumber energi bagi sebagian organisme tanah. Bahan organik
termasuk bahan yang penting dalam menciptakan kesuburan fisik, kimia dan
biologi tanah. Fandell (1994) menyatakan limbah cair dan sari kering limbah
dapat meningkatkan kesuburan tanah bagi tumbuhan tanaman. Pemberian limbah

cair dapat meningkatkan proses dekomposisi bahan organik sebagai unsur hara
dan memperbaiki sifat fisik tanah terutama agregasi tanah (Parwati, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Salah satu faktor dari pada usaha peningkatan produksi pangan khususnya
padi adalah tersedianya air irigasi di sawah-sawah sesuai dengan kebutuhan. Jika
penyediaan air irigasi dilakukan dengan tepat dan benar maka dapat menunjang
peningkatan produksi padi sehingga kebutuhan pangan nasional dapat terpenuhi.
Pengembangan irigasi untuk menunjang peningkatan produksi pangan dan
kenaikan penghasilan petani juga telah menjadi program pemerintah. Untuk itu
jaringan irigasi, baik saluran pembawa maupun saluran pembuangan dan
bangunan irigasinya harus dapat beroperasi dengan baik (Mawardi, 2007).
Salah satu temuan dari kegiatan penelitian proyek-proyek irigasi sederhana
yang disebut “Action Research Program (ARP)”. ARP adalah bahwa petani
kurang berpartisipasi dalam operasi dan pemeliharaan jaringan pemerintah.
Kurangnya rasa tanggung jawab petani yang mengakibatkan redahnya partisipasi
petani disebabkan karena sarana fisik jaringan irigasi tersebut sering kurang sesuai
dengan keinginan petani. Rekomendasi ARP menyatakan, bahwa dalam proses
pembangunan irigasi, petani perlu berpartisipasi sejak tahap perencanaan,
pelaksanaan konstruksi sampai kepada operasi dan pemeliharaannya, sehingga
rasa memiliki dikalangan petani akan tumbuh terhadap jaringan yang telah
dibangun tersebut (Ambler, 1992).
Melalui kebijakan pengolahan irigasi yang selama ini hanya ditangani
pemerintah pada awalnya dapat memberikan dampak yang cukup baik, hal ini
dapat dilihat dengan tercapainya swasembada pangan, khususnya beras pada
tahun 1984. Namun keberhasilan tersebut tidak berkelanjutan mengingat
dukungan prasarana irigasi banyak yang menurun kuantitas, kualitas maupun
fungsinya, apalagi setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997.

Universitas Sumatera Utara

Penurunan fungsi prasarana irigasi tersebut antara lain disebabkan bahwa selama
ini anggapan pengembangan irigasi menjadi tanggung jawab pemerintah, sehingga
sebagian petani berpendapat bahwa mereka tidak turut bertanggung jawab
(Direktorat Pengolahan Air, 2008).
Peraturan pemerintah nomor 77 tahun 2001 pasal 4 tentang irigasi,
menjelaskan bahwa pengolahan irigasi doselenggarakan dengan mengutamakan
kepentingan masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani
pemakai air sebagai pengambilan keputusan dan pelaku utama dalam pengolahan
irigasi yang menjadi tanggung jawabnya (Isnaini, 2006).
Partisipasi anggota merupakan unsur-unsur utama dalam memacu kegiatan
dan untuk mempertahankan ikatan pemersatu perkumpulan petani pemakai air
yang merupakan organisasi berwatak sosial yang dibentuk oleh anggota untuk
menggapai manfaat tertentu melalui partisipasi. Oleh karena itu perkumpulan
petani pemakai air harus memliki kegiatan tertentu untuk menjabar bentuk-bentuk
partisipasi dan memacu manfaat bersama. Diharapkan manfaat tersebut dapat
mendistribusikan secara adil dan merata sesuai dengan kontribusi dalam aneka
kegiatan yang dilakukan (Lubis, 1999).
Pemerintah mengalami kesulitan dalam penyediaan dana operasi dan
pemeliharaan dalam jumlah yang mencukupi, agar kondisi jaringan tetap baik
sehingga dapat memberikan kinerja yang tinggi, perlu disediakan biaya operasi
dan pemeliharaan dalam jumlah yang mencukupi. Atas dasar itu pemerintah
mengambil kebijaksanaan menerapkan IPAIR (Iuran Pelayanan Irigasi)
(Siskel dan Hutapea, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Dana dari iuran ini akan dipergunakan untuk pemeliharaan irigasi. Jika
suatu daerah pungutan iurannya tinggi, maka makin tinggi pula dana yang tersedia
untuk pemeliharaan dan sebaliknya. Jadi diharapkan petani mempunyai kesadaran
untuk membayar iuran, dimana dana untuk pemeliharaan irigasi tergantung pada
iuran anggota (Kuswanto, 1993).
Keterlibatan petani dalam pembiayaan pembangunan dapat memperkuat
rasa memiliki terhadap jaringan irigasi yang dibangun. Jaringan irigasi adalah
prasarana yang sangat vital yang harus dipelihara sehingga dapat meningkatkan
produktivitas beberapa jenis tanaman yang diusahai. Tersedianya air yang cukup
akan mempertinggi tingkat produktivitas lahan usahatani karena air adalah syarat
mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman (Gustina, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Kerangka Pemikiran
Kelompok tani merupakan organisasi yang dibentuk dari petani, oleh
petani, dan untuk petani, yang mana salah satu tujuan dari organisasi ini adalah
untuk membantu petani memperoleh pengairan dalam mengolah usahataninya
yaitu padi sawah.
Dengan diorganisirnya petani dalam wadah pemanfaatan air limbah
sebagai air irigasi sawah, maka kemampuan petani dalam mengelola sistem irigasi
meningkat pula. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, pemerintah menerapkan
metode pendekatan partisipatif dengan melibatkan petani sedapat mungkin dalam
setiap kegiatan pembangunan. Partisipasi Petani adalah keterlibatan petani dalam
membayar Iuran Pelayanan Irigasi / IPAIR, sumbangan pemikiran/ide,sumbangan
material,dan sumbangan dana/uang, petani dalam mengikuti pertemuan rapat
anggota, dorongan petani terlibat dalam kegiatan penggunaan air limbah sebagai
air irigasi padi sawah, gotong-royong, pemeliharaan saluran, petani dalam
kepengurusan P3A.
Partisipasi dalam pembayaran IPAIR dapat dilihat dari besarnya IPAIR.
Partisipasi dalam gotong-royong meliputi, pemeliharaan rutin dan pemeliharaan
mendadak dan partisipasi dalam pemeliharaan saluran meliputi, pembersihan
saluran irigasi dan perbaikan saluran irigasi.
Partisipasi petani ini dalam pelaksanaanya tentu memiliki masalahmasalah dalam pemeliharaan dan pengelolaan irigasi. Masalah-masalah tersebut
antara lain menyangkut pemeliharaan jaringan irigasi yang kadang-kadang kurang
disadari manfaatnya oleh petani, jika jaringan irigasi rusak akan mempengaruhi
jalannya air kepetak-petak sawah petani. Selain itu pengurus juga mengalami

Universitas Sumatera Utara

kesulitan dalam mengumpulkan iuran yang sudah ditetapkan dari masing-masing
anggota. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan berbagai upaya-upaya
yang dilakukan oleh pengurus maupun kerjasama dengan pemerintah.
Untuk lebih mengarahkan penelitian dibuat kerangka pemikiran sebagai
berikut:

Kelompok Tani

Petani

Masalah

Penggunaan Air Limbah
Sebagai Air Irigasi Sawah

Partisipasi Dalam
Kegiatan Operasi Dan
Pemeliharaan
Jaringan Irigasi

Upaya

Pembayaran
IPAIR;
- Besar
IPAIR

Sumbangan
- Pemikiran
/Ide
- Material
- Dana/Uang

Petani
dalam
mengikuti
pertemuan
rapat
anggota

Petani
terlibat
dalam
kegiatan
penggunaan
air limbah
sebagai air
irigasi padi
sawah

Gotong-royong;
- Pemeliharaan
Rutin
- Pemeliharaan
Mendadak

Pemeliharaan
Saluran;
- Pecegahan
Saluran
- Perbaikan
Saluran

Petani dalam
kepengurusan
P3A

Keterangan ;
: Ada Hubungan
: Terdapat

: Berpartisipasi

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Partisipasi Petani Dalam
Penggunaan Air Limbah Sebagai Air Irigasi Sawah

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian
1. Tingkat partisipasi petani terhadap penggunaan air limbah sebagai air
irigasi sawah di daerah penelitian adalah tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efisiensi Penyaluran Air Irigasi di Kawasan Sungai Ular Daerah Timbang Deli Kabupaten Deli Serdang

4 60 74

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Antara Petani Pengguna Pompa Air Dan Petani Pengguna Irigasi Pada Lahan Irigas) Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

2 36 140

Evaluasi Rancangan Bendung Daerah Irigasi Belutu Kabupaten Serdang Berdagai

29 164 148

Kualitas Air Sungai Belawan Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

1 87 92

Partisipasi Petani Dalam Penggunaan Air Limbah Sebagai Air Irigasi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang)

0 3 78

Partisipasi Petani Dalam Penggunaan Air Limbah Sebagai Air Irigasi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang)

0 0 12

Partisipasi Petani Dalam Penggunaan Air Limbah Sebagai Air Irigasi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Partisipasi Petani Dalam Penggunaan Air Limbah Sebagai Air Irigasi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang)

0 0 6

Partisipasi Petani Dalam Penggunaan Air Limbah Sebagai Air Irigasi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang)

0 0 2

Partisipasi Petani Dalam Penggunaan Air Limbah Sebagai Air Irigasi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang)

0 0 2