3 naskah model pembelajaran 20062015 new

KATA PENGANTAR

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan secara mandiri. Selanjutnya pada tahun pelajaran 2014/2015, Kurikulum 2013 dilaksanakan di seluruh SMA untuk kelas X dan XI. Mempertimbangkan pentingnya Kurikulum 2013 dan masih ditemukannya beberapa kendala teknis, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan kebijakan penataan kembali implementasi Kurikulum 2013 pada semua satuan pendidikan mulai semester dua tahun pelajaran 2014/2015 melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 di SMA akan dilakukan secara bertahap mulai semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di 10% SMA sampai dengan tahun pelajaran 2020/2021 di seluruh SMA. Sepanjang implementasi secara bertahap tersebut akan dilakukan evaluasi, perbaikan konsep dan strategi implementasi Kurikulum 2013 agar siap untuk dilaksanakan secara menyeluruh di semua SMA.

Sejalan dengan kebijakan diatas, Direktorat Pembinaan SMA sesuai dengan tugas dan fungsinya terus melakukan fasilitasi pembinaan implementasi Kurikulum 2013, antara lain melalui pengembangan naskah pendukung kurikulum. Pada tahun 2015 Direktorat Pembinaan SMA melakukan reviu naskah yang dikembangkan tahun sebelumnya dan menyusun naskah baru mengikuti perkembangan kebijakan Kurikulum 2013. Naskah- naskah yang direviu dan disusun sebagai berikut : Panduan Pengembangan KTSP, Panduan Pengembangan Silabus, Panduan Pengembangan RPP, Model-Model Pembelajaran, Panduan Pengembangan Penilaian, Model Pembelajaran dan Penilaian Projek, Model Pelaksanaan Remedial dan Pengayaan, Model Penyelenggaraan SKS, Model Penyelenggaraan Aktualisasi Mata Pelajaran Dalam Kegiatan Kepramukaan, Model Penyelengaraan Peminatan, Model Penyelenggaraan Pendalaman Minat, Panduan Pengembangan Muatan Lokal, Model Penyelenggaraan Kewirausahaan, Panduan Transisi Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2006, dan Panduan Pengisian Aplikasi Rapor. Naskah- naskah pendukung kurikulum dikembangkan oleh tim pengembang yang terdiri dari unsur staf Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, pengawas, kepala sekolah, dan guru dengan prinsip dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Naskah-naskah tersebut disusun sebagai acuan bagi sekolah dalam mengelola pelaksanaan kurikulum dan acuan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Naskah-naskah pendukung kurikulum akan terus dikembangkan, sehingga menjadi lebih operasional. Oleh karena itu, sekolah diharapkan memberi masukan untuk penyempurnaan lebih lanjut. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan pembahasan naskah-naskah ini diucapkan terima kasih.

Jakarta, 00 Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA,

Harris Iskandar, Ph.D

NIP. 196204291986011001

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam merancang suatu pembelajaran yang harus dikembangkan guru sebagai bentuk pertanggung- jawaban kegiatan profesinya kepada masyarakat, sejawat, dan peserta didik. Dalam pengembangan pembelajaran, guru harus menerjemahkan prinsip-prinsip pedagogi dan pembelajaran dalam suatu perencanaan, dan kemudian merealisasikan perencanaan tersebut dalam bentuk pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dapat mengikuti suatu model pembelajaran yang telah ditentukan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) yang relevan dan diberlakukan, atau guru menerapkan model atau pendekatan lain yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Model pembelajaran yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.

Kesinambungan prinsip-prinsip kurikulum dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dapat menyebabkan hasil belajar yang dimiliki peserta didik sesuai dengan yang diharapkan kurikulum. Oleh karena itu guru dapat melaksanakan pembelajaran berdasarkan suatu model tertentu atau mengikuti langkah-langkah yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik di sekolah masing-masing. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyusunan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada silabus, pedoman mata pelajaran, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru yang telah ditetapkan. Fakta yang ada mengindikasikan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelasnya, dan sesuai pendekatan saintifik. Untuk hal itu, maka Direktorat

Pembinaan SMA menyusun naskah Model-model Pembelajaran di SMA yang mengacu pada karakteristik Kurikulum 2013.

B. Tujuan

Naskah ini disusun dengan tujuan membantu guru secara individual maupun kelompok dalam mengembangkan model pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu dan Naskah ini disusun dengan tujuan membantu guru secara individual maupun kelompok dalam mengembangkan model pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu dan

C. Ruang Lingkup

Naskah Model-model Pembelajaran ini memuat antara lain;

1. Pengertian

2. Model-model Pembelajaran

3. Tujuan Pengembangan Model Pembelajaran;

4. Contoh penggunaan model pembelajaran dalam mata pelajaran

5. Penilaian hasil belajar

D. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 sebagai perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 sebagai perubahan ke dua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar pada Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

11. Surat Edaran Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.

12. Peraturan lain yang berlaku

BAB II MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengertian

Sebelum membahas pengertian model pembelajaran, mari kita perhatikan contoh kegiatan pembelajaran 2 (dua) orang guru Matematika sebagai berikut;

1. Guru A mengajarkan tentang jarak antara titik dan garis dalam ruang dimensi tiga melalui kegiatan sebagai berikut;

a. setelah memberi salam, berdoa, dan mengecek kehadiran peserta didik, guru meminta peserta didik untuk duduk berdasarkan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya;

b. guru membagikan bangun ruang dimensi tiga (kubus, balok, limas, dll) kepada setiap kelompok, masing-masing kelompok mendapat bangun ruang yang berbeda;

c. guru meminta peserta didik untuk menentukan jarak sebuah titik terhadap garis yang harus didiskusikan dalam kelompok;

d. peserta didik mengerjakan tugas dengan berdiskusi dalam kelompok, sambil sesekali bertanya kepada guru, atau mencari dari buku siswa, dari buku lain, atau dari internet;

e. Sambil berjalan berkeliling guru mengarahkan peserta didik untuk menemukan jarak tersebut dengan berbagai cara, termasuk

atau dengan menggunakan aturan yang telah dipelajari;

mengukur,

f. Selanjutnya guru meminta perwakilan kelompok untuk mengemukakan hasil diskusi masing-masing kelompok yang ditanggapi oleh kelompok lain, sementara guru

mencatat hasil dari semua kelompok sambil sesekali memberi arahan atau masukan;

g. Setelah semua kelompok memaparkan hasil, guru mengulas kembali hasil paparan kelompok , dan meminta peserta didik untuk mengamati dan mendiskusikannya;

h. Melalui diskusi kelas, guru dan peserta didik membuat simpulan;

i. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada kegiatan selanjutnya; j. Memberi salam.

Model yang dilakukan guru A tersebut diatas, kita sebut saja sebagai “Model Pembelajaran A ”

2. Guru B melaksanakan kegiatan tersebut sebagai berikut;

a. setelah memberi salam, berdoa, dan mengecek kehadiran peserta didik guru meminta peserta didik untuk membuka buku siswa Mata Pelajaran Matematika halaman yang memuat materi dimensi tiga;

k. guru meminta peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi itu kemudian guru duduk dikursinya sambil memeriksa hasil ulangan kelas lain; l. peserta didik membaca buku sesuai yang ditugaskan; m. setelah 30 (tiga puluh) menit, guru (sambil tetap duduk) meminta salah seorang

peserta didik untuk menjelaskan isi halaman yang dibacanya, dan meminta yang lain untuk menanggapinya;

n. Sambil duduk di kursinya guru bertanya mengerti atau tidak, sambil langsung menjelaskan materi tersebut; o. Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku sampai jam pelajaran selesai; p. Setelah bel berbunyi, guru meminta peserta didik untuk melanjutkan pekerjaannya di rumah; q. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberi salam

Kegiatan tersebut di atas kita namakan saja “Model Pembelajaran B” Dari Model Pembelajaran A dan Model Pembelajaran B di atas, mana yang sesuai dengan model pembelajaran Anda? Mungkin di antara Anda ada yang menjawab Model Pembelajaran A, tapi sebagian besar

dari Anda, mungkin menjawab; “Semuanya tidak ada yang sesuai dengan model yang saya laksanakan. Itu tidak sesuai dengan karakter saya dan karakter peserta didik saya, lagi pula kondisi kelas saya lebih

bagus dari itu. Saya mengajarkan materi tersebut

InilInilah

dengan cara cara

saya sendiri, dengan

kelasku.....

menggunakan alat yang lebih up to date, sesuai dengan karakter materinya dan disesuaikan pula dengan karakter peserta didik saya, serta kondisi kelas yang saya punya....” Dengan demikian Anda menggunakan model menggunakan alat yang lebih up to date, sesuai dengan karakter materinya dan disesuaikan pula dengan karakter peserta didik saya, serta kondisi kelas yang saya punya....” Dengan demikian Anda menggunakan model

dan menggunakan “ Model Pembelajaran Anda”.

Jadi apakah yang disebut dengan pembelajaran dan model pembelajaran? Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah, yang dimaksud dengan pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. yang dilaksanakan dengan berbasis aktivitas dengan karakteristik:

a. interaktif dan inspiratif

b. menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif

c. kontekstual dan kolaboratif

d. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik

e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kurikulum 2013 mewajibkan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mengadopsi langkah- langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pendekatan ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi pembelajaran melalui kegiatan sebagai berikut:

1. Mengamati (Observing)

Kegiatan mengamati bertujuan untuk melatih ketelitian peserta didik dalam melihat suatu konteks, dan juga berkaitan dengan

Melatih pemanfaatan waktu, dapat dilakukan antara lain dengan

kesabaran dan ketelitian

membaca, mendengar, atau mengamati fenomena.

2. Menanya (Questioning)

Kegiatan menanya dilakukan agar peserta didik dapat  Membangun

membangun pengetahuannya secara faktual, konseptual, pengetahuan

Faktual, dan prosedural, tentang suatu hukum dan teori, hingga konseptual,

berpikir metakognitif. Melalui kegiatan bertanya prosedural, dan

dikembangkan kreatifitas dan rasa ingin tahu, serta berfikir

pertanyaan untuk metakognitif  Melatih membentuk critical minds. Proses menanya dapat

kemampuan

merumuskan

kreatifitas dan dilakukan melalui kegiatan diskusi atau kerja kelompok. rasa ingin tahu

3. Mengumpulkan informasi/mencoba (Experimenting)

bermanfaat untuk  Mengembangkan

Mengumpulkan informasi/mencoba

peserta didik dalam sikap jujur, teliti,

dan keterampilan berfikir

mengembangkan

kreativitas

berkomunikasi. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui sistematis

membaca, mengamati aktivitas, kejadian atau objek  Mengembangkan

tertentu, memperoleh informasi, mengolah data, dan keterampilan

menyajikan hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau berkomunikasi

gambar. Selain itu juga kegiatan tersebut dapat melatih peserta didik untuk mengambangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengugkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahsa yang baik dan benar

4. Mengasosiasi (Associating)

Mengasosiasi dilakukan untuk menemukan keterkaitan  Menemukan

satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola keterkaitan antar dari keterkaitan informasi tersebut. Kegiatan ini dapat

informasi dan menemukan

dilakukan melalui berbagai aktivitas antara lain polanya

menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori,  Mengambangkan

menyimpulkan, dan memprediksi/ mengestimasi. sikap jujur, teliti,

Mengambangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat disiplin, taat

aturan kerja keras, kemampuan menerapkan aturan kerja keras,

prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta kemampuan

deduktif dalam menyimpulkan.

menerapkan

prosedur, berpikir

induktif serta

deduktif.

5. Mengomunikasikan (Communicating)

menyampaikan hasil Melatih

konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, penyampaian

diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar peserta pengetahuan,

mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan dan

didik

mampu

aplikasinya dengan keterampilan, dan penerapannya dengan memiliki sikap sikap jujur, teliti,

jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, toleransi, dan

mengugkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan menghargai otang

mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan lain.

benar.

Kegiatan di atas sering disingkat menjadi 5M dan dilaksanakan pada saat kegiatan inti dalam proses pembelajaran dan disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran yang berbeda antara yang satu dengan lainnya.

5 M ???? Kegiatan 5M ini bukan rangkaian kegiatan sakral

yang harus dilaksanakan semuanya dalam satu kali pertemuan. Guru dapat memfokuskan pada “M” mana yang akan dibelajarkan, sesuai dengan yang harus dilaksanakan semuanya dalam satu kali pertemuan. Guru dapat memfokuskan pada “M” mana yang akan dibelajarkan, sesuai dengan

Berikut adalah contoh pertemuan pertama dari rangkaian kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris untuk Kompetensi Dasar 3.7 dan 4.8 yang terdiri dari atas 3 (tiga) pertemuan dengan fokus pada kegiatan mengamati, menanya, dan mencoba.

a. Kompetensi Dasar:

3.7 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks deskriptif sederhana tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal, sesuai dengan konteks penggunaannya.

4.8 Menangkap makna dalam teks deskriptif lisan dan tulis sederhana.

b. Langkah-langkah pembelajaran

1. Kegiatan Pendahuluan (10’)

a. Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran seperti berdoa, mengecek kehadiran peserta didik, menyiapkan buku pelajaran;

b. Memotivasi peserta didik secara kontekstual sesuai dengan manfaat pembelajaran teks deskripsi tentang tempat wisata dalam kehidupan sehari- hari, seperti brosur promosi wisata sehingga dapat memilih tempat libur yang diinginkan;

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk me-review materi sebelumnya;

d. Mengajukan pertanyaan tentang gambar tempat wisata yang ditayangkan terkait materi yang akan dipelajari;

e. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, menyampaikan cakupan materi dan menjelaskan uraian kegiatan sesuai RPP.

2. Kegiatan Inti (75’)

a. Mengamati (20’)

1) Peserta didik dalam kelompok membacakan 3 deskripsi tempat wisata secara bergantian.

2) Setelah itu peserta didik menonton iklan tempat wisata yang relevan dengan deskripsi di atas yang ditayangkan guru.

b. Menanya (15’)

1) Peserta didik melakukan kegiatan menanya tentang perbedaan antara berbagai teks deskripsi yang ada dalam bahasa Inggris terutama 1) Peserta didik melakukan kegiatan menanya tentang perbedaan antara berbagai teks deskripsi yang ada dalam bahasa Inggris terutama

2) Peserta didik menanyakan gagasan pokok, informasi rinci dan informasi tertentu dari teks deskripsi tentang tempat wisata.

3) Peserta didik mencari gagasan pokok, informasi rinci dan informasi tertentu dari brosur yang dibaca melalui beberapa pertanyaan arahan.

c. Mencoba (40’)

1) Peserta didik dalam kelompok membacakan teks deskriptif sebuah brosur tempat wisata yang sudah dibawa dengan pengucapan, tekanan kata dan intonasi yang tepat

2) Peserta didik secara berpasangan menemukan gagasan pokok, informasi rinci dan informasi tertentu serta fungsi sosial dari teks deskripsi yang dibaca/didengar.

3) Kembali berkelompok peserta didik berlatih menyunting teks tempat wisata yang diberikan dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaannya.

3. Penutup (5’)

a. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; Thank you very muc h for your participation. You did a good job today, I’m

very happy with your activity in the class. How about you, did you enjoy my class?

b. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas individual untuk membaca melalui internet berbagai deskripsi tentang tempat wisata.

c. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

Semua penjelasan di atas akan menjawab pertanyaan “Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?”, yaitu cara atau rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang guru dalam suatu pembelajaran dari awal sampai akhir. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran menyatakan bahwa, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya. Sedangkan pendekatan atau metode atau teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang guru untuk Semua penjelasan di atas akan menjawab pertanyaan “Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?”, yaitu cara atau rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang guru dalam suatu pembelajaran dari awal sampai akhir. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran menyatakan bahwa, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya. Sedangkan pendekatan atau metode atau teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang guru untuk

B. Model-model Pembelajaran

Lampiran Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa, model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya

discovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry

learning. Berikut penjelasan ke-empat model tersebut.

1. Model Discovery Learning.

Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari tahu tentang suatu permasalahan dan menemukan solusinya berdasarkan kepada hasil pengolahan informasi yang dicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan baru yang dapat digunakannya dalam memecahkan

persoalan yang relevan. Langkah model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut;

a. Stimulation (memberi stimulus); guru memberikan stimulan, untuk diamati peserta didik agar mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.

b. Problem Statement (mengidentifikasi masalah) merupakan kegiatan peserta didik dalam menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.

c. Data Collecting (mengumpulkan data); mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan.

d. Data Processing (mengolah data); peserta didik mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.

e. Verification (memverifikasi); peserta didik mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data melalui berbagai kegiatan, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.

f. Generalization (menyimpulkan); Peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil kesimpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

2. Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya, misalnya tentang pengaturan lalu- lintas.

Langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut:

a. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.

b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran merupakan salah satu kegiatan dimana peserta didik menyampaikan berbagai

pertanyaan (atau menanya) terhadap masalah yang dikaji.

c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.

e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat

jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.

3. Project Based Learning (PjBL)

Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan kompleks yang diperlukan

untuk memahami pembelajaran melalui investigasi, berkolaborasi dan bereksperimen dalam membuat suatu proyek, serta mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.

peserta

didik

Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut;

a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamat i lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.

b. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan

yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan .

c. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.

d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.

e. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.

f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.

4. Model Inquiry Learning

Model pembelajaran Inkuiri merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan meyelidiki secara sistemik, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya.

Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas: Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:

b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi untuk melatih peserta didik mengeksplorasi fenomena melalui berbagai sumber.

c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban dapat melatih peserta didik dalam mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

d. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga peserta didik dapat memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.

e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.

Berkaitan dengan model pembelajaran Bruce Joyce dan Marsha Weil mengetengahkan 4 (empat) kelompok besaran model pembelajaran, yaitu:

1. Model Interaksi Sosial (The Social Interaction Family)

Tujuan penggunaan model ini antara lain untuk membangun hubungan kerjasama, interaktif, dan produktif diantara peserta didik. Model ini dapat dilakukan melalui kerjasama berpasangan, kerjasama dalam kelompok, bermain peran, atau belajar di dunia nyata, misalnya kondisi sosial tertentu.

2. Model Pengolahan Informasi (The Imformation Processing Family).

Model ini dirancang agar peserta didik dapat menggunakan olah fikirnya untuk menggali berbagai informasi, melakukan analisis data, dan mengolahnya, sehingga mereka memperoleh suatu pengetahuan atau pemahaman konsep tertentu (learning to think by thinking).

3. Model Personal (The Personal Family).

Dimulai dengan pengarahan guru terhadap peserta didiknya tentang pemahaman kemampuannya masing- masing dengan pertanyaan atau permasalahan yang harus diselesaikan sesuai dengan kemampuan peserta didik, misalnya permasalahan tentang tantangan atau keinginan yang harus dicapai.

4. Model Modifikasi Tingkah Laku (The Behavioral System Family).

Model ini memberikan pembelajaran melalui suatu tugas atau perbuatan yang harus dilakukan peserta didik dalam memperoleh suatu pengalaman dalam menentukan atau memilih solusi pemecahan masalah yang dihadapi, sehingga peserta didik memiliki

kompetensi tertentu Ke-empat model Joyce dan Weil tersebut dapat diterapkan kedalam kegiatan pembelajaran menjadi model-model lain yang khusus sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran dan aktivitas yang dikembangkan oleh guru dengan tujuan tertentu, misalnya model Investigasi Kelompok (Group Investigation) dan model Bermain Peran (Role Playing) sebagai penjabaran dari Model Inetraksi Sosial, dan model Berfikir Induktif (The Induktif Thinking) sebagai penjabaran dari model Pengolahan Informasi

1. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation).

John Dewey mengatakan bahwa model ini dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan dengan caranya sendiri dan dibicarakan dalam group secara demokratis. Langkah-langkah model pembelajar tersebut adalah sebagai berikut;

a. Peserta didik dibagi kedalam kelompok (4 – 6 orang)

b. Guru memberikan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik di masing-masing kelompok.

c. Peserta didik dihadapkan pada suatu situasi yang memerlukan pemecahan atau suatu keputusan yang harus ditentukan.

d. Peserta didik mengeksplorasi situasi tersebut d. Peserta didik mengeksplorasi situasi tersebut

f. Kerja mandiri

g. Peserta didik melakukan pengecekan terhadap kemajuan dalam menyelesaikan tugasnya. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara berulang, sampai ditemukan suatu solusi atau keputusan yang tepat.

2. Model Bermain Peran (Role Playing)

Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih menggali dan memahami orang lain dengan tugasnya masing-masing melalui pemecahan permasalahan sosial nyata yang dihadapi oleh kelompoknya. Model ini juga akan berdampak pada pemahaman nilai-nilai sosial maupun pribadi, sehingga dapat melatih rasa saling menghargai, kerja keras, dan sifat demokratis. Langkah model pembelajaran tersebut sebagai berikut;

a. Pemanasan; dalam kegiatan ini guru menyampaikan permasalahan yang berkaitan dengan pengalaman peserta didik, sehingga peserta didik dapat merasakan dan mengeksplorasi permasalahan tersebut secara akurat berdasarkan pengalaman atau imaginasinya. Permasalahan dapat disajikan melalui bacaan, cerita lisan, pertanyaan, atau film.

b. Menentukan peran masing-masing anggota kelompok; Kegiatan ini merupakan kegiatan peserta didik dan guru dalam diskusi yang menjelaskan berbagai karakter dengan apa yang disukainya atau tidak disukainya, perasaannya, dan sebagainya. Untuk selanjutnya menentukan sukarelawan untuk berperan dalam masing-masing karakter tersebut.

c. Menentukan langkah pemecahan masalah;

1) Peserta didik masing-masing menentukan langkah kegiatan yang akan dilaksanakannya, dapat dibantu oleh guru melalui pertanyaan misalnya tentang apa yang diobservasi, dimana, dan bagaimana caranya.

2) Mempersiapkan peran yang akan dilaksanakan melibatkan antara lain karakter, kesukaan atau kebiasaan, dan cara berfikir, dan cara kerja yang diperankannya. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting, karena akan menentukan keberhasilan keseluruhan pembelajaran.

d. Pelaksanaan masing-masing tugas anggota sesuai dengan tugas atau peran yang sudah direncanakan. Perlu ditegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekedar bermain drama, tapi lebih memberikan pengalaman dan pemahaman kepada peserta didik bagaimana seseorang memiliki peran dan tanggungjawabnya. Selain itu peserta didik diharapkan memiliki ide-ide baru yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya sebagai hasil perwujudan pencapaian kompetensinya.

e. Diskusi dan evaluasi hasil observasi dan tugas yang berkaitan dengan ketepatan tugas yang diberikan, waktu, atau tempat obervasi yang bersifat umum yang melibatkan pemain dan observer. Dalam kegiatan ini bukan mendiskusikan perannya tepat atau tidak, tapi menekankan pada hal-hal yang sangat penting berkaitan dengan kompetensi yang harus dicapai, misalnya sikap terbuka, materi pelajaran sesuai, dan cara kerja yang tepat.

f. Langkah berikutnya adalah sharing pendapat antar peserta didik, peserta didik dengan guru yang mendiskusikan hasil dari langkah sebelumnya, sehingga memungkinkan ada penggantian peran. Hasil dari langkah ini adalah fokus perbaikan dalam pelaksanaan, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang lebih baik.

g. Diskusi dan eavaluasi seperti bagian f.

h. Sharing pengalaman dan generalisasi. Dalam kegiatan ini guru membimbing peserta didik untuk menemukan berbagai alternatif solusi pemecahan masalah dari permasalahan yang serupa, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupannya.

3. Model Pembelajaran Berfikir Induktif (Thingking induktively)

Model ini bertujuan untuk melatih peserta didik dalam memahami, mengidentifikasi, dan menentukan keterhubungan, konsep-konsep yang dipelajarinya untuk dikembangkan atau diaplikasikan dalam situasi atau permasalahan tertentu.

Langkah model ini terdiri atas;

a. Formasi konsep (consept formation). Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini antara lain; 1) identifikasi dan numerasi data yang relevan dengan topik atau permasalahan, 2) mengelompokan data yang memiliki karakteristik yang serupa atau sama, dan 3) melakukan kategorisasi data.

b. Interpretasi data (Interpretation of data). Pada langkah ini dilakukan; 1) identifikasi keterkaitan atau perbedaan antar data, 2) eksplorasi sebab-akibat dalam suatu keterkaitan, dan 3) menemukan implikasi dan ekstrapolasi antar data.

c. Aplikasi prinsip (application of principles). Pada langkah ini peserta didik dilatih untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip yang dipelajari untuk menjelaskan fenomena baru atau memprediksi fenomena yang akan muncul.

Selain model-model yang telah dibahas di atas, masih banyak model-model pembelajaran lain, seperti model khusus yang digunakan oleh mata pelajaran tertentu seperti Bahasa Inggris dengan model Task Based Learning (TBL) atau model yang dikembangkan dalam mata pelajaran Ekonomi yaitu “Two stay and two stray”. Seorang ahli fisika dan guru besar Harvard University Eric Mazur mengembangkan suatu model pembelajaran yang “membalikan” situasi atau kebiasaan yang dilakukan seorang

guru, model ini dikenal dengan model Peer Instruction.

Kegiatan pembelajaran yang rutin dilakukan seorang guru biasanya diawali dengan

Bahan penjelasan bahan atau materi ajar, baru kemudian memberikan pertanyaan atau tugas kepada peserta didik. Model Peer Instruction

Peserta didik melaksanakan pembelajaran yang tidak

Peer biasa, bisa saja diawali dengan tugas kepada

Guru

membaca atau mempelajari materi tersebut sebelumnya, atau dimulai dengan pertanyaan yang harus dikerjakan oleh peserta didik sebelum pembelajaran. Didalam kelas kegiatan pembelajaran dapat dilakukan melalui diskusi berpasangan, diskusi kelompok, atau diskusi kelas yang dipimpin oleh salah saorang peserta didik sebagai mentor atau instruktur. Guru dapat memberikan pertanyaan yang disebut dengan Concept Test (CT) berkaitan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapai peserta didik dalam menjawab pertanyaan atau membaca bahan ajar yang diberikan. Untuk pertanyaan yang diajukan, Eric Mazur menyarankan hal-hal sebagai berikut;

1. Instruktur mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan respon peserta didik terhadap bahan yang dipelajari sebelumnya.

2. Peserta didik merefleksi pertanyaan yang diajukan.

3. Peserta didik membuat “persetujuan” terhadap satu jawaban induvidu.

4. Instructur meriview semua respon peserta didik.

5. Peserta didik mendiskusikan cara-cara dalam membuat jawaban dengan pasangannya.

6. Peserta didik kembali membuat “persetujuan” terhadap satu jawaban individu.

7. Instruktur kebali membuat review dari semua respon yang diberikan, dan membuat keputusan apakah masih perlu penjelasan tentang suatu konsep yang dibicarakan sebelum melangkah ke diskusi konsep selanjutnya.

Selain itu perlu diperhatikan bahwa Peer Instruction lebih menekankan peserta didik untuk belajar antar sesamanya, sehingga diantara mereka akan terjadi diskusi atau pembelajaran diantaranya yang interaktif dengan menggunakan bahasanya sendiri yang mereka gunakan sehari-hari. Besar kemungkinan akan terjadi “kegaduhan” diluar kebiasaan yang dilakukan guru kita pada umumnya. Peer Instruction memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menjelaskan suatu pengetahuan, atau konsep, kejadian yang diterima/dialami peserta didik, sesuai dengan pemahamannya sendiri.

Langkah-langkah pembelajaran dengan model Peer Instruction sebagai berikut;

1. Persiapan;

a. Menyiapkan bahan atau materi pembelajaran yang akan didiskusikan dalam pelaksanaan peer, yang dapat dilaksanakan secara berpasangan atau kelompok. Bahan tersebut dapat berupa pertanyaan untuk tes (Concept Test atau CT), bacaan, masalah nyata, atau film. Contoh soal CT; Gambar berikut adalah kondisi tiga pantai. Di pantai manakah air laut akan terlebih dahulu sampai ke pantai? Mengapa?

a. Pantai A

b. Pantai B

c. Pantai C

Pada soal CT, bukan jawaban benar atau salah, tetapi lebih menggali pemahaman dan jalan pemikiran peserta didik.

b. Menyiapkan pertanyaan atau tugas berkaitan dengan bahan atau materi yang memerlukan proses berfikir, dan tidak hanya memiliki jawaban pasti, sehingga

peserta didik dapat menggunakan daya nalarnya sesuai kemampuannya.

c. Mengembangkan petunjuk apa yang harus dikerjakan peserta didik secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok.

2. Pelaksanaan;

a. Pada

pembelajaran didalam

kegiatan

berinteraksi antar sesamanya,

kelas,

siswa

menggunakan petunjuk

dengan

dikembangkan, guru

yang

sebagai mentor. Kunci keberhasilan dari

hanya

bertindak

kegiatan tersebut adalah frekuensi dan interaksi yang penuh dengan daya nalar, dan terjadinya belajar melalui pengalaman dengan komunikasi secara fisik diantara sesamanya.

b. Jika pembelajaran dimulai dengan CT, maka setelah mengerjakan soal, peserta didik dapat menjelaskan kepada teman sebangkunya tentang cara nalar atau cara pikir yang dia kerjakan sehingga memperoleh jawaban masing-masing, sehingga terjadi diskusi kescil. Pada kegiatan tersebut memungkinkan pasangan lain ikut berdiskusi, sehingga dapat berkembang menjadi diskusi kelompok.

c. Jika kegiatan tidak dimulai dengan CT, guru dapat memulai pembelajaran dengan mengajukan sebuah pertanyaan yang harus diselesaikan sendiri

kemudian didiskusikan dengan teman sebangkunya sebelum menyusun jawaban akhir. Guru dapat meminta salah seorang peserta didik untuk menjelaskan alur fikir dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dalam kelas, sehingga akan terjadi diskusi kelas. Penjelasan tersebut dapat berupa presentasi atau demonstrasi dengan menggunakan perangkat IT.

d. Kegiatan diskusi dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas, sesuai dengan materi atau kondisi yang direncanakan.

3. Membuat rangkuman hasil pembelajaran yang dikemukakan oleh peserta didik, guru bertindak sebagai fasilitator dan pengarah (jika diperlukan).

Selain pendekatan dan model, dalam pembelajaran ada juga yang disebut dengan metode pembelajaran. Metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dapat menggunakan metode pembelajaran antara lain metode diskusi, metode eksperimen, metode demonstrasi, dan metode simulasi.

a. Metode Diskusi

Diskusi merupakan suatu kecakapan atau pembahasan terarah tentang suatu topik, masalah atau isu yang menarik perhatian semua peserta didik. pembahasan dapat diarahkan pada klarifikasi (penjelasan) suatu isu atau masalah, menghimpun ide dan pendapat, merancang kegiatan, atau

memecahkan masalah. Kegiatan diskusi dapat dilaksanakan dalam kelompok atau klasikal. Metode ini dapat merangsang peserta didik lebih kreatif dalam memberi gagasan/ide, melatih membiasakan bertukar pikiran dalam mengatasi masalah, dan melatih peserta didik untuk mengemukakan pendapat secara verbal.

b. Metode Eksperimen

Suatu cara pengelolaan pembelajaran dimana peserta didik melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,

menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang objek yang dipelajarinya.

c. Metode Demonstrasi

Demonstrasi merupakan suatu presentasi yang dipersiapkan untuk memperlihatkan suatu perilaku atau prosedur. Presentasi disertai dengan penjelasan lisan, alat, ilustrasi dan pertanyaaan. Dalam kegiatan pembelajaran demonstrasi, peserta didik melakukan aktivitas

mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya. Dengan metode ini dapat dikurangi terjadinya verbalisme, pembelajaran lebih menarik, dan peserta didik memiliki kesempatan membandingkan antara teori dengan kenyataan. Tujuan demonstrasi antara lain untuk mengajarkan bagaimana cara membuat sesuatu atau menggunakan alat/prosedur tertentu dengan benar, serta membangkitkan minat peserta didik untuk mencoba.

demonstrasi

dengan dengan

Simulasi merupakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan peralatan atau suasana tiruan yang bertujuan agar peserta didik dapat meningkatkan penguasaannya terhadap konsep serta keterampilan dalam bidang yang dipelajarinya, serta mampu belajar melalui situasi tiruan dengan sistem umpan balik dan penyempurnaan yang berkelanjutan. Dengan demikian, maka peserta didik mampu

mengembangkan kreativitas, memupuk keberanian dan percaya diri, memperkaya pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya.

Memperhatikan model, pendekatan dan metode pembelajaran yang diuraikan di atas, maka guru dapat menggunakan model-model pembelajaran tertentu seperti yang disarankan dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Guru dapat juga mengembangkan model pembelajaran khusus yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan karakteristik peserta didik, serta disesuaikan dengan kompetensi yang akan dipelajari peserta didik, atau hanya menggunakan rangkaian kegiatan pendekatan saintifik, atau menggunakan metode tertentu yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran saintifik. Guru dapat juga mengembangkan model pembelajaran khusus dengan rangkaian aktivitas tertentu dan tidak mutlak menganut salah satu model seperti yang dijelaskan oleh Joyce dan Weil. Dengan demikian, memungkinkan adanya model baru hasil kreativitas pengembangan pembelajaran yang diciptakan oleh seorang guru.

C. Tujuan Pengembangan dan Penggunaan Model Pembelajaran

Model pembelajaran dikembangkan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran berkaitan dengan pengembangan kompetensi peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, maka sebuah model pembelajaran yang dikembangkan memiliki tujuan antara lain:

1. Mendorong peserta didik untuk interaktif dalam pembelajarannya, baik dengan gurunya, antar sesamanya, maupun antar dirinya dengan sumber belajar.

2. Memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk lebih meningkatkan kreativitas dan keinginan tahuannya terhadap pemahaman suatu konsep dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi maupun dalam kegaiatan lain, dan dapat meningkatkan sifat percaya diri.

4. Memberikan pengalaman belajar yang kontekstual dan kolaboratif

5. Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik

6. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis.

BAB III MODEL PEMBELAJARAN DALAM MATA PELAJARAN

A. Langkah Pemilihan Model Pembelajaran

Cara menentukan sebuah model pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran akan berbeda untuk setiap mata pelajaran. Hal tersebut disesuaikan dengan karakteristik materi pada masing-masing mata pelajaran. Secara umum. Hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan model pembelajaran yang akan digunakan hal-hal sebagai berikut.

a. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 dan/atau KD-2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan tuntutan KD-3 dan/atau KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan dan/atau keterampilan.

b. Kesesuaian model pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang spesifik dalam mengembangkan potensi dan kompetensi, misalnya untuk mengembangkan interaksi sosial, atau mengolah informasi.

c. Penggunaan model pembelajaran disesuaikan dengan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan 5M. Penilaian Hasil Belajar.

Bagaimanakah Anda sebagai guru menilai hasil belajar peserta didik? Meskipun Anda mengajar dengan menggunakan model tertentu atau model kreasi anda sendiri, penilaian hasil peserta didik tetap mengacu kepada Permendikbud Nomor 104 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Menengah yang mencakup penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian harus dilakukan tahapan demi tahapan sesuai langkah model pembelajaran yang digunakan.

Contoh 1. Jika Anda menggunakan model Interaksi Sosial, maka sesuai dengan tujuan dari penggunaan model tersebut, penilaian dapat dilakukan sebagai berikut;

a. Penilaian sikap pada saat observasi kelas lebih difokuskan terhadap sikap kerjasama dan interaktif.

b. Penilaian pengetahuan dilakukan terhadap penguasaan materi yang menjadi bahan kajian/pembahasan sesuai Indikator Pencapain Kompetensi (IPK) yang dapat dilakukan secara observasi, lisan, atau tertulis.

c. Penilaian keterampilan dapat dilakukan terhadap keterampilan konkret dan keterampilan abstrak. Misalnya untuk pembelajaran Bahasa Inggris seperti pada ulasan sebelumnya, penilaian keterampilan pelafalan dapat dilakukan melalui observasi pada saat peserta didik berdialog dan hasil kajian tertulis terhadap teks.

Contoh 2. Jika Anda menggunakan model Inquiry, maka sesuai dengan sintak dan tujuan dari penggunaan model tersebut penilaian dapat dilakukan sebagai berikut;

a. Penilaian sikap difokuskan kepada sikap teliti, cermat, kritis, logis, dan analisis.

b. Penilaian pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui kualitas pertanyaan yang menggambarkan penguasaan peserta didik terhadap fenomena yang diamatinya. sebagai bahan kajian yang berkaitan dengan kompetensi.

c. Selain dari pertanyaan, pengetahuan peserta didik dapat dilihat dari jawaban apakah ia memberikan jawaban yang benar atau logis (meskipun salah), sehingga dapat menggambarkan penguasaannya terhadap materi atau bahan ajar serta permasalahan yang ihadapinya.

d. Penilaian juga harus mempertimbangkan banyak dan akurasinya data serta bagaimana cara memperolehnya. Hal tersebut akan memberikan gambaran alur pikir dan pemahaman peserta didik terhadap penguasaan suatu konsep dan aplikasinya dalam situasai yang berbeda.

e. Untuk selanjutnya penilaian dilakukan terhadap kesimpulan yang dirumuskan peserta didik, karena kesimpulan yang diberikan dapat menentukan kualitas pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran.

f. Presentasi atau penyajian hasil suatu temuan juga termasuk salah satu unsur penilaian. Melalui presentasi peserta didik akan terlatih untuk terbuka dan lebih percaya diri.

B. Contoh Penggunaan Model Pembelajaran Penggunaan Model Discovery Based Learning dalam Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam