PROPOSAL USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS “ MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 MALANG “ DISUSUN OLEH : NUR AHMAD FILARDI 521 512 7156 S1.

  

PROPOSAL USULAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“ MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR

SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES

  

PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 MALANG “

DISUSUN OLEH :

NUR AHMAD FILARDI

  

521 512 7156

S1. PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NGERI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era global, teknologi dan ilmu pengetahuan telah menyentuh segala aspek

  pendidikan sehingga informasi lebih mudah di peroleh, hendaknya menjadikan anak lebih aktif berpartisipasi sehingga melibat kan intelektual dan emosional siswa dalam proses belajar. Keberhasilan tujuan pendidikan terutama di tentukan oleh proses belajar mengajar yang di alami oleh siswa. Sisiwa yang belajar akan mengalami perubahan baik pengetahuan, pemahaman, penalaran, keterampilan, nilai dan sikap. Agar perubahan tersebut dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan berbagai factor untuk menghasilkan perubahan yang di harapkan yaitu mengefektifan pemahaman dari konsep. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran.

  Fisika sebagai cabang ilmu pengetahuan alam mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan teknologi di masa depan (Wirtha dan Rapi, 2008). Namun, fisika selalu dianggap sulit oleh siswa, sehingga prestasi siswa pada mata pelajaran fisika banyak yang rendah (Suryani dan Fatkhulloh, 2012). Berdasarkan pengalaman peneliti saat melakukan Program Praktik Lapangan (PPL) di Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang, ditemukan bahwa siswa kelas X-D memiliki nilai fisika yang kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari nilai hasil ujian akhir semester gasal yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa mencapai nilai dibawah KKM. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Siswa kurang berani bertanya kepada guru, kurang berani dalam menyampaikan pendapat, dan kurangnya kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal-hal di atas sebenarnya menunjukkan gejala kesulitan belajar pada siswa sesuai dengan pendapat Maas (2004), kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang dapat dilihat dalam berbagai jenis ciri tingkah laku siswa diantaranya: (1) menunjukkan hasil belajar yang rendah; (2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) lambat model, metode, dan strategi belajar membuat siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar fisika di sekolah.

  Berdasarkan masalah tersebut peneliti berpendapat perlunya dilakukan perbaikan proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa dapat ikut berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa saling bertukar pendapat dalam memahami konsep himpunan serta mampu menyelesaikan soal himpunan secara berdiskusi dalam kelompok. Maka diperlukan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran yang memungkinkan dapat mendorong keaktifan, kemandirian dan tanggung jawab dalam diri siswa adalah metode pembelajaran Example Non Example. Melalui penerapan model pembelajaran Example Non Exampl diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

  Sesuai dengan uraian diatas maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul ” Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar siswa Melalui Metode Pemelajaran Examples Non

  Examples pada Mata Pelajaran Fisika di Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang” Penelitian ini

  dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

B. Identifikasi Masalah

  Dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran fisika sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahaminya Hal ini yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah dilihat dari hasil rata-rata semester ganjil siswa. Dalam pembelajaran siswa masih malu bertanya dan mengeluarkan pendapat sehingga keaktifan siswa belum nampak. Hal itu dikarenakan pembelajaran fisika masih berpusat pada guru dan terkesan membosankan. Interaksi dan komunikasi antara siswa dengan siswa lainnya maupun dengan guru belum terjalin selama proses pembelajaran karena diskusi kelompok jarang dilakukan. Guru seharusnya menggunakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok sehingga siswa akan terbiasa aktif bertanya dan berpendapat. Salah satu model pembelajaran yang mendorong keaktifan, kemandirian dan tanggung jawab dalam diri siswa diantaranya adalah model pembelajaran

  Examples Non Examples.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini hanya akan membahas masalah upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran

  Examples Non Examples. Dalam penelitian ini indikator meningkatnya keaktifan siswa dilihat

  dari proses pembelajaran selama dikenai tindakan dan meningkatnya prestasi belajar siswa dilihat dari hasil tes siswa.

  D. Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian teori Model Pembelajaran Examples Non Examples ?

  2. Sebutkan prinsip-prinsip Model Pembelajaran Examples Non Examples !

  3. Apa kelebihan dan kekurangan dari Model Pembelajaran Examples Non Examples?

  4. Sebutkan langkah – langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples?

  5. Bagaimana aplikasinya dalam pembelajaran Fisika ?

  E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui arti dari Model pembelajaran Examples Non Examples.

  2. Menyebutkan prinsip Model pembelajaran Examples Non Examples.

  3. Mencari kelebihan dan kekurangan dari Model pembelajaran Examples Non Examples.

  4. Menyebutkan langkah-langkah Model pembelajaran Examples Non Examples.

  5. Mengetahui aplikasi Model pembelajaran Examples Non Examples dalam pelajaran Fisika.

F. Manfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

  1. Bagi Guru Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran dengan tujuan agar dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

  2. Bagi Siswa Sebagai wahana baru dalam proses meningkatkan keaktifan dan prestasi dalam pembelajaran fisika.

  3. Bagi Peneliti

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori

  1. Pengertian Belajar

  Menurut Hintzman belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia (Muhibbin Syah, 2005:90). Kegiatan belajar merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Jadi perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi prilaku dalam kehidupan sehari- hari sampai batas tertentu.

  Menurut Oemar Hamalik (2003:50) terdapat unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar diantaranya: 1) motivasi siswa, 2) bahan belajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar, 5) kondisi subjek yang belajar. Kelima unsur inilah yang bersifat dinamis yang sering berubah, menguat atau melemah dan mempengaruhi proses belajar siswa. Proses belajar pada hakekatnya merupakan perubahan dalam tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu yang berulang-ulang berdasarkan keadaan seseorang.

  Menurut peneliti perbuatan belajar adalah suatu perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru yang mempengaruhi tingkah laku siswa dalam situasi tertentu yang berulang- ulang. Setiap perbuatan belajar mengandung beberapa unsur yang bersifat dinamis (berubah- ubah) dalam arti dapat menjadi lebih kuat atau melemah. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh kondisi yang ada dalam diri siswa dan yang ada diluar diri siswa yang tentu pula ada pengaruhnya terhadap kegiatan belajar siswa.

  2. Media Pembelajaran

  Menurut Sanaky (2009), “Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Adapun menurut Munadi (2008) media pembelajaran adalah Segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana

  Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal terdiri atas kata-kata dalam bentuk tulisan, dan pesan nonverbal adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol- simbol. Posisi simbol-simbol nonverbal yakni sebagai pengganti bahasa verbal atau disebut juga bahasa visual. Menurut (Arsyad, 2002) Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri atas garis, bentuk, warna, dan tekstur. Menurut Ariani dan Haryanto (2010), “Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Secara sederhana, multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media. Menurut Munadi (2008) “Multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung”.

3. Pengertian Model Examples Non Examples

  Model Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu.(Muslimin Ibrahin, 2000 : 3)

  Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik.

  Model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut Examples And

  

Non-Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media

  pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada

  Salah satu proses belajar mengajar adalah gambar. Media gambar merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.

  Menurut Rochyandi, Yadi (2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe example non example adalah:

  

“Tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-

gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan

pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil

analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial.”

  Gambar juga mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar, yakni untuk mempermudah dan membantu siswa dalam membangkitkan imajinasinya dalam belajar. Selain itu dengan mengggunakan gambar siswa dapat melatih mencari dan memilih urutan yang logis sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian dalam Model Pembelajaran Examples

  Non Examples tercakup teori belajar konstruktivisme.

  Teori konstruktivisme ini menyatakan siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan segala sesuatu untuk dirinya, berusahadengan susah payah dengan ide-ide (Slavin dalam Nur dan Wikandari,2002: 8).

  Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dan Wikandari, 2002 : 8). atau memakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, persentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi (Suyatno, 2009 : 73)

  Model Pembelajaran Example Non Examples menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.

  Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti ; kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.

  Selanjutnya Slavin dan Chotimah (2007 : 1) dijelaskan bahwa examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar.

  Konsep model pembelajaran ini pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example Non Examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari Example dan non-Examples dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. (Hamzah, 2005:113).

  Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah

  suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan

  Berdasarkan uraian di atas, maka menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non- contoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Joyce and Weil (Suratno, 2009:1) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan metode Example Non example, sebagai berikut: a. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non-contoh yang menjelas- kan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari konsep baru. Menya- jikan itu dalam satu waktu dan meminta siswa untuk memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut. Selama siswa memikirkan tentang tiap Examples dan non-Examples tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar itu berbeda.

  b. Menyiapkan Examples dan non Examples tambahan, mengenai konsep yang lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru.

  c. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk menggeneralisasikan konsep Examples dan

  non-Examples mereka. Setelah itu meminta tiap pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya secara klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik.

  d. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah didapat dari Examples dan Non-Examples.

  e. Berdasarkan hal di atas, maka penggunaan metode example non example pada prinsipnya adalah upaya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menemukan konsep pelajarannya sendiri melalui kegiatan mendeskripsikan pemberian contoh dan bukan contoh terhadap materi yang sedang dipelajari.

  Pembelajaran kooperatif model Examples Non Examples memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.

  Pembelajaran kooperatif model Examples Non Examples melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.

  Kelebihan

  Menurut Buehl (Depdiknas, 2007:219) mengemukakan keuntungan metode example non

  example antara lain:

  a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks.

  b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example

  c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

  Keunggulan lainnya dalam model pembelajaran examples non examples diantaranya :

  a. Siswa lebih berfikir kritis dalam menganalisa gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar (KD)

  b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar (KD)

  c. Siswa diberi kesempata mengemukakan pendapatnya yang mengenai analisis gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar (KD) Tennyson dan Pork (Slavin, 2002) menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu: a. Urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit.

  b. Pilih contoh-contoh yang berbeda satu sama lain.

  c. Bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh. Dampak instruksional dan dampak pengiring yang dimiliki model pembelajaran Examples

  Non Examples. Dampak instruksional adalah dampak yang terlihat setelah kegiatan

  pembelajaran. Sedangkan dampak pengiring adalah damapak yang tidak langsung terlihat, akan tetapi mengiringi dampak instruksional. Pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dampak instruksionalnya adalah siswa menjadi lebih aktif, berani mengemukakan pendapat atau gagasannya sendiri, aktif berdiskusi, dapat belajar dari pengamatan sendiri. Dampak pengiringnya adalah siswa mampu meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk materi yang ditugaskan, bertanggung jawab, berusaha memahami materi dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

  Kelemahan

  Ada dua kelemahan dalam menggunakan model Examples Non Examples, diantaranya : 1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. 2) Memakan waktu yang banyak.

4. Keaktifan Siswa

  Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:19) berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Keaktifan siswa dalam belajar matematika tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran.

  Menurut Moh User Usman (2002:26) cara yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut:

  

3. Tingkatkan persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat respon

  yang aktif dari siswa

  4. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan luwes

  5. Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai 6. Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa.

  Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa terlihat dari merespon pertanyaan atau perintah dari

5. Motivasi Belajar

  a. Pengertian motivasi belajar Motivasi berpangkal dari kata motiv yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiap siagaan). Adapun menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalamdiri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut, mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanaya feeling, dan rangsang karena adanya tujuan.

  Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivbasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar.

  b. Jenis motivasi belajar Motivasi ada dua yaitu: 1) Motivasi instrinsik Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari luar.

  2) Motivasi ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu.

  c. Strategi yang digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa 1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seseorang guru menjelaskan mengenai tujuan instruksional khusus yang akan dicapai kepada siswa makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

  Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat meraka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu, siswa yang belum berprestai akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. 3) Saingan atau kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4) Pujian Pujian yang bersifat membangun kepada siswa yang berprestasi. 5) Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau mengubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. 6) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. 7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik. 8) Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. 9) Menggunakan metode yang bervariasi. 10) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

6. Hasil Belajar

  Menurut Jihad (2010) “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran”. Adapun menurut Hamalik (2006), “Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan”. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. hasil belajar tersebut merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa seteleh menerima pengalaman belajar. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu hasil dan belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

  B. Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Tintin Prihatiningsih pada tahun 2006 tentang ” Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Kelas VIIA SMPN 5 Depok Yogyakarta”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat.

  Penelitian lain yang dilakukan oleh Sony Irianto (2006) tentang “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams Achievement Division) dan TGT ( Teams Game

  

Tournaments) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Siswa SMP di

  Purwokerto”. Analisis data menunjukkan hasil : 1) tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD,

  

TGT, dan pembelajaran konvensional, 2) tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi

  belajar matematika yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kreativitas, 3) tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, pembelajaran konvensional, dan tingkat kreativitas.

  C. Kerangka Berpikir

  Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama proses pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa masih rendah dalam mempelajari materi yang ada di mata pelajaran matematika.

  Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari materi pada mata pelajaran matematika dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

  Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

  STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa

  Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD. Langkah-langkah: 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

  2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

  3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.

  4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

  5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

  6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK N 26 Jakarta bulan Juli sampai Agustus 2013. Dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas XII SMK N 26 Jakarta. B. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK N 26 Jakarta, yaitu 36 siswa yang

  terdiri dari 16 siswa putri dan 20 siswa putra. Dan obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

C. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif.

  Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti (Suharsimi Arikunto, 2002:17). Menurut Kemmis dan Taggart ada beberapa tahapan dalam penelitian ini (Rochiati Wiriaatmadja, 2005:66) yaitu:

  1. Perencanaan (plan)

  2. Tindakan (act)

  3. Pengamatan (observe) 4. Refleksi (reflect).

  Dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Siklus dihentikan apabila kondisi kelas sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai keterampilan belajar yang baru dan kelas sudah jenuh dalam arti sudah ada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa (Rochiati Wiriaatmadja, 2005:103).

D. Tahapan Penelitian

  1) Tahapan Penelitian Siklus I

  a. Perencanaan

  Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, hand

  

out, lembar kerja siswa, lembar observasi keaktifan, lembar angket respon siswa, lembar

  observasi pelaksanaan pembelajaran STAD dan pedoman wawancara yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

  b. Tindakan

  Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe STAD. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran matematika kelas VIIB. Materi yang akan diberikan adalah materi himpunan tentang diagram Venn. Adapun tindakan yang dilakukan pada tiap siklus yaitu:

  ● Pendahuluan Guru menyampaikan presentasi kelas dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa dalam mempelajari materi himpunan.

  ● Kegiatan Inti

  a) Siswa belajar dalam kelompok b) Guru memberi penekanan dari hasil diskusi dalam kelompok.

  c) Siswa mengerjakan kuis secara individu

  d) Peningkatan nilai

  e) Pemberian penghargaan kelompok

  f) Penutup Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah berhasil mencapai kriteria keberhasilan tertentu.

  c. Observasi dengan membuat lembar catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran.

d. Refleksi

  Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus kedua dan seterusnya.

  2) Tahapan Penelitian Siklus II dan Siklus III Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Sedangkan kegiatan pada siklus III dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Tahapan tindakan siklus II dan siklus III mengikuti tahapan tindakan siklus I.

E. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1) Observasi

  Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi keaktifan siswa dan obsevasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Observasi keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada materi himpunan. Sedangkan observasi pelaksanaan pembelajaran STAD difokuskan pada aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran. Dan pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi dituliskan pada lembar catatan lapangan.

  2) Angket Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

  3) Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa mengenai proses

  Tes digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi himpunan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

  5) Dokumentasi Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, daftar kelompok siswa, dan foto-foto selama proses pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian

  1) Peneliti Peneliti merupakan instrumen karena peneliti sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor penelitiannya

  (Lexy J. Moleong 2007: 168) 2) Lembar Observasi

  Dalam penelitian ini digunakan dua lembar observasi yaitu lembar observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan lembar keaktifan siswa. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran STAD digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan lembar observasi keaktifan siswa digunakan pada setiap pembelajaran sehingga kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian. 3) Pedoman Wawancara

  Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon atau tanggapan guru dan siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

  STAD.

  4) Angket Respon Siswa Angket yang akan digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.

  5) Tes Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan pre test, post test, dan kuis individu. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana prestasi siswa mengenai materi himpunan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

  Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai siswa, daftar kelompok, dokumen guru mengenai nilai siswa semester ganjil, dan foto-foto selama proses pembelajaran. 7) Catatan lapangan

  Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan di kelas yang tidak terdapat di lembar observasi. Dalam penelitian ini catatan lapangan digunakan untuk mengamati hal-hal yang terjadi selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

  G. Tabel Jadwal Penelitian

  No Kegiatan J u l i M M M M i i i i n n n n g g g g g g g g u u u u

  I I

  I I

  I I

  V I

  1. Mempersiapkan Silabus, RPP

  2. Mempersiapkan hand out, lembar kerja siswa, lembar observasi keaktifan, lembar angket respon siswa

  3 Melakukan tindakan pada siklus I

  5. Melakukan lembar observasi

  6. Evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I tindakan pada siklus I dan II

  8. Evaluasi

  9. Menyusun laporan PTK

BAB III PENUTUP Kesimpulan Model pembelajaran Examples Non Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan

  contoh-contoh melalui kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar. Melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan dapat memilih dan menyesuaikan contoh-contoh yang ada melalui gambar tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khusus ya dalam mata pelakaran fisika. Model pembelajaran Examples Non Examples memiliki kelebihan yaitu siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar, siswa dapat mengetahui aplikasi dari maetri berupa contoh gambar dan siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Sedangkan kekurangannya yaitu : 1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

  2. Memakan waktu yang banyak.

DAFTAR PUSTAKA

  Hamdani.(2011).Strategi Belajar Mengajar.Bandung: Pustaka Setia Agus Suprijono.(2009).Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suyatno.(2009).Menjelajah Pembelajaran Inovatif.Surabaya.Buana Pustaka Dahlan, M.D., dkk. (1984). Model-Model Mengajar. Bandung:CV Diponegoro.

  Rahman. (2008). Model Mengajar & Bahan Pembelajaran. (cetakan ke-2) Bandung: Alqaprint Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.

  Rahmadi Widdiharto. (2006). Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah diklat guru pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika http://david-indrianto.blogspot.com/2010/12/implementasi-model-pembelajaran.html http://arifar.blogdetik.com/model-pembelajaran-examples-non-examples http://www.papantulisku.com/2010/01/model-pembelajaran-examples-non.html