LAPORAN AKHIR KEGIATAN GELADI-DHENA

  

LAPORAN AKHIR KEGIATAN GELADI

RISET PEMASARAN

ASOSIASI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN HORTIKULTURA

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Geladi Program Studi S1 Teknik

Industri Universitas Telkom

  

Disusun Oleh:

FIRDA RAMADHENA (1102121278)

S1 Teknik Industri

Fakukltas Rekayasa Industri

  

UNIVERSITAS TELKOM

Bandung

2014

  

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM GELADI

KKN TEMATIK KEPROFESIAN MARKETING

Laporan ini diajukan untuk memenuhi persyaratan telah menyelesaikan Geladi selama 34 hari

terhitung dari tanggal 16 Juni – 19 Juli 2014, bertempat di Kabupaten Bandung:

  Nama : Firda Ramadhena Nim : 1102121278 Jurusan : Teknik Industri

Fakultas : Fakultas Rekayasa Industri

  

Disetujui dan disahkan oleh :

Bandung, 19 Juli 2014 Pembimbing Lapangan Yati Rohayati Ir.,MT.,Dr.

  NIP : 92660057-1 Pembimbing Akademik Ferdian ST.,MT.

  NIK : 10860704-3

  DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

KATA PENGANTAR

  Segala Puji bagi Allah SWT yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan geladi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada sebaik-baiknya teladan umat manusia hingga akhir zaman, Rasulullah SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

  Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bu Yati sebagai pembimbing lapangan, Pak Ferdian sebagai pembimbing akademis, seluruh Bapak/Ibu pemilik UKM beserta seluruh pengurus APHP Hortikultura Kabupaten Bandung, keluarga dan teman-teman yang senantiasa memberikan dukungan dalam pengerjaan laporan ini, serta untuk pihak lainnya yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan geladi ini.

  Dalam laporan ini berisi kegiatan-kegiatan yang penulis alami selama proses geladi, meliputi rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, serta hasil yang diperoleh dari riset pemasaran yang dilakukan, dan sebagainya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan.

  Dengan adanya laporan ini, penulis berharap semoga dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak, khususnya pihak institusi, UKM-UKM, Pemerintah Kabupaten Bandung dan dunia industri secara umum.

  Bandung, 19 Juli 2014 Penulis

  

ABSTRAK

  Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan bahwa bantuan yang diterima oleh pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) dari Pemerintah Kabupaten Bandung seringkali tidak tepat sasaran, hal ini mungkin disebabkan oleh kurang lengkapnya data yang dimiliki terkait hal yang sedang sangat dibutuhkan oleh setiap UKM sehingga bantuan yang diberikan belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku.

  Berdasarkan hal tersebut, geladi yang diselenggarakan oleh Keprofesian Marketing Universitas Telkom yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bandung bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi setiap UKM sehingga setelah dianalisis, pemerintah dapat memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan para pelaku UKM, khususnya UKM yang tergabung dalam APHP.

  Untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang dihadapi, penulis menggunakan metode penelitian in-

  

depth interview sehingga penulis dapat mengetahui secara lengkap permasalahan yang dihadapi, bantuan yang

diharapkan, pelatihan yang diinginkan, dan sebagainya, hingga awal mula alasan pelaku mendirikan usahanya.

  Adapun jumlah UKM yang kami kunjungi selama geladi sebanyak hampir 100 UKM di berbagai daerah di Kabupaten Bandung, meliputi: Ciwidey, Kertasari, Jelekong, dsb. Jumlah hampir 100 UKM ini kemudian dibagi ke dalam lima kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Masing-masing kelompok diberikan kebebasan untuk mengatur strategi pembagian tugas. Dalam kegiatan geladi ini penulis mengolah hanya mengolah sebanyak lima data UKM. Setelah dirumuskan dari lima data UKM tersebut, secara umum permasalahan inti yang dihadapi oleh setiap UKM adalah permodalan, pemasaran, dan peralatan. Namun, data ini kemudian akan lebih diteliti oleh kakak-kakak tingkat yang sedang mengikuti Kerja Praktik.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Geladi merupakan suatu program kurikuler di Universitas Telkom yang dirancang untuk menciptakan pengalaman kerja tertentu bagi mahasiswa pada 10 prodi yang telah menempuh perkuliahan selama empat semester. Dengan melaksanakan Geladi, mahasiswa dilatih untuk mengenal dan menghayati ruang lingkup pekerjaan di lapangan, guna mengadaptasi diri dengan lingkungan untuk melengkapi proses belajar yang didapat di bangku kuliah.

  Geladi yang diselenggarakan oleh Keprofesian Marketing bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bandung bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi UKM di Kabupaten Bandung, khususnya UKM yang tergabung dalam APHP.

  Sebagian besar UKM di Kabupaten Bandung mengalami keterbatasan-keterbatasan tertentu sehingga belum bisa berkembang. Padahal pada 2015 mendatang, akan berlangsung ASEAN Free Trade

  Area (AFTA) yang merupakan wujud dari

  kesepakatan negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. Selain itu, dengan adanya AFTA, maka bea masuk impor barang di Negara Asia Tenggara ini akan dihapuskan. Konsekuensi terburuk yang akan didapatkan jika para pelaku UKM tidak siap adalah mereka tidak bisa bersaing dengan Negara asing, bahkan lebih buruk lagi mereka dihadapkan dengan satu-satunya pilihan yaitu gulung tikar. Dalam rangka mengantisipasi dampak buruk tersebut, Pemerintah Indonesia, khususnya Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya untuk mempersiapkan para penggerak ekonomi nasional, dalam hal ini fokus pada para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk dapat bersaing dengan para pengusaha luar yang nantinya akan dapat dengan bebas keluar- masuk Indonesia dan negara ASEAN lainnya. Dengan adanya kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Bandung dan Universitas Telkom, maka pemerintah akan mendapatkan data setiap UKM beserta segala permasalahan yang dialami guna mempersiapkan bantuan yang akan diberikan seperti pelatihan, permodalan, peralatan, pemasaran, dan bantuan lainnya sesuai dengan kebutuhan setiap UKM. Hasil dari penelitian dan kerjasama ini diharapkan dapat membantu UKM agar dapat bertahan dan mampu bersaing pada pasar bebas ASEAN yang akan dimulai pada 2015 mendatang.

  1.2 Tujuan

  Geladi dilaksanakan dengan tujuan untuk :

  a) Memberikan pengalaman praktek kerja secara nyata dan mengukur implementasi keilmuan dan keterampilan ddidunia kerja

  b) Meningkatkan keterampilan dan wawasan,

  c) Mengisi masa liburan dengan sesuatu yang bermanfaat d) Mengajarkan mahasiswa untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja

  1.3 Manfaat

  Melalui kegiatan Geladi, disamping mahasiswa dapat mempraktikkan pengetahuannya di lapangan juga dapat menimba pengalaman kerja dari pegawai dan perusahaan tempat Geladi, baik teknik maupun non teknis. Manfaat yang dapat diperoleholeh institusi antara lain sebagai berikut.

  Bagi Universitas Telkom

  a) Membantu memberikan pembekalan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap mahasiswa tentang kondisi yang terdapat di lapangan secara nyata. b) Membuka wawasan bagi para mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan melalui praktek di lapangan

  c) Sebagai perwujudan program keterkaitan dan kesepadanan antara dunia pendidikan dan dunia industry. Bagi Institusi Penerima Mahasiswa Geladi

  a) Sebagai upaya alih generasi di bidang teknologi terapan di dunia kerja.

  b) Peserta geladi dapat melaksanakan pekerjaan- pekerjaan rutin maupun proyek.

  c) Kehadiran peserta gelada diharapkan mampu memberikan manfaat dan wawasan baru bagi perusahaan tempat Geladi.

  Adapun masalah yang dihadapai selama kegiatan geladi berlangsung adalah sebagai berikut.

  1.4.1 Data UKM yang kurang valid

  Berdasarkan data yang didapatkan mengenai UKM-UKM yang akan dikunjungi di minggu pertama, beberapa diantaranya tidak valid. Maksudnya ada beberapa pelaku usaha yang sudah tidak menjalankan usahanya namun masih terdata, selain itu ada beberapa data yang sama, dalam artian usaha tersebut dilakukan oleh suami-istri yang menggeluti usaha yang sama.

  1.4.2 Informasi dengan metode In-depth Interview

  Dalam memperoleh informasi yang lengkap, peneliti menggunakan teknik wawancara secara mendalam kepada pemilik usaha. Informasi yang ingin kami dapatkan untuk mengidentifikasi permasalahan inti yang dialami oleh UKM, kami mengajukan pertanyaan meliputi:

   Bidang usaha yang mereka lakukan dan merek produk  Jumlah produksi perbulan  Jumlah karyawan dan keterampilan yang dimiliki  Sudah berapa lama menjalankan usaha  Bagaimana dengan omzet bisnis dari usaha terbebut.  Bantuan pinjaman yang pernah didapatkan.  Harga jual produk  Target pasar

   Kemasan dari produk mereka.  Sistem pemasaran produk  Pameran yang pernah diikuti.

   Kesulitan-kesulitan yang dialami.  Pelatihan yang pernah diikuti.  Standard kualitas produk yang dimiliki  Persiapan menghadapi AFTA 2015.

  Selama proses wawancara berlangsung, peneliti perlu mengatur stragegi untuk mengajukan pertanyaan agar jawaban terarah dan tepat sasaran. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut dianalisis untuk mengidentifikasi permasalahan setiap UKM yang harus segera dituntaskan.

1.4 Permasalahan

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Riset Pemasaran

  2.1.1 Pengertian Riset Pemasaran

  Riset pemasaran adalah suatu pendekatan yang ditempuh secara sistematis dan objektif untuk mendapatkan data/ informasi yang akan digunakan untuk proses pengambilan keputusan bidang pemasaran. ( Kotler, Kinear, Taylor). Sedangkan menurut Maholtra dalam American Marketing Asosiation (AMA) mengatakan bahwa riset pemasaran adalah identifikasi, pengumpulan, analisis, dan penyebaran (pembagian) informasi yang sistematis dan objektif untuk meningkatkan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan identifikasi dan solusi masalah-masalah dan kesempatan dalam pemasaran.

  2.1.2 Riset Pemasaran Kualitatif

  Riset kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia (Catherine Marshal: 1995). Definisi tersebut menunjukkan beberapa kata kunci dalam riset kualitatif, yaitu: proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, dan manusia. Proses dalam melakukan penelitian merupakan penekanan dalam riset kualitatif, karena itu dalam melaksanakan penelitian, peneliti lebih berfokus pada proses dari pada hasil akhir. Karena proses memerlukan waktu dan kondisi yang berubah-ubah maka definisi riset ini akan berdampak pada desain riset dan cara-cara dalam melaksanakannnya yang juga berubah-ubah atau bersifat fleksibel.

  Pada umumnya, riset kualitatif memiliki dua ciri utama, yaitu: Pertama, data tidak berbentuk angka, lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis. Kedua, penelitian kualitatif tidak memiliki rumus atau aturan absolut untuk mengolah dan menganalisis data. Pada riset kualitatif, eksplorasi permasalahan, identifikasi faktor dan penyusunan teori menjadi ciri-khas utama.

  Sebagian besar metode qualitative marketing

  research menggunakan pendekatan langsung, yang

  secara jelas memaparkan tujuan penelitian dan organisasi yang menugaskannya sehingga pertanyaannya gamblang dan langsung menuju pada titik permasalahannya. Beberapa teknik riset pemasaran kualitatif menggunakan 25 pendekatan tak langsung, di mana tujuan utama penelitian disamarkan. Beberapa tipe riset pemasaran kualitatif (qualitative marketing research) yang disebutkan adalah: In-depth Interview, Focus

  Group, dan Projective Techniques. Pada penelitian ini kami menggunakan teknik In-depth Interview.

  2.1.3 Teknik In-depth Interview

  Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002). Sedangkan dalam penelitian dikenal teknik wawancara-mendalam (Hariwijaya 2007: 73-74). Teknik ini biasanya melekat erat dengan penelitian kualitatif. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Keunggulannya ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak, sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancari sangat diperlukan.

  Menurut Musta’in Mashud di dalam buku Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan (2005), secara umum wawancara dibagi menjadi dua sesuai standarisasinya yaitu wawancara berencana dan tidak berencana. Wawancaraberencana biasanya telah disiapkan model-model pertanyaan yang pasti berupa kuesioner yang telah secara sistematis disusun sedemikian urut. Kuesioner tersebut nantinya diajukan kepada para responden dengan cara bisa melalui wawancara yang dalam hal ini sifatnya tertutup karena pewawancara tidak diperkenankan mengembangkan pertanyaan dan menanyakan persis dengan apa yang ada dikuesioner atau bisa juga dengan menyodorkan lembaran kuesioner dan membiarkan responden

  c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, menjawab. Dalam hal ini jelas tujuannya adalah dan Menengah dalam pembangunan daerah, mencari keseragaman jawaban karena pertanyaan penciptaan lapangan kerja, pemerataan sifatnya pakem dan tidak bisa ditambah atau pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan dikurangi. Model seperti ini seringkali digunakan pengentasan rakyat dari kemiskinan. dalam riset yang bersifat menguji hipotesis.

  2.2.3 Pengembangan Usaha

  Sebaliknya, wawancara yang tidak terencana tidak (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki persiapan susunan yang mendasar. Model memfasilitasi pengembangan usaha dalam ini memungkinkan penanya mengembangkan bidang: pertanyaan secara spontanitas namun tidak asal- a. produksi dan pengolahan; asalan. b. pemasaran;

  c. sumber daya manusia; dan d. desain dan teknologi. (2) Dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif melakukan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembangan, prioritas, intensitas, dan jangka waktu pengembangan diatur dengan Peraturan Pemerintah. (4)

2.2 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

  2.2.1 Pengertian UKM

  Berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

  Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini

  2.2.2 Tujuan Pemberdayaan UKM

  Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:

  a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan;

  b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan

BAB III PELAKSANAAN GELADI

   Kunjungan ke lokasi usaha Ibu Hj. Mariam dan suami, serta melakukan in-depth interview untuk mencari tahu permasalahan yang dihadapi.

   Merekap data dan penyelesaian laporan

  V

   Mengunjungi pameran di Telkom Indonesia, Japati.  Melakukan depth interview dengan para pedagang di pameran  Pengolahan data  Pembuatan laporan

  IV

   Kunjungan ke lokasi usaha di daerah Jelekong  Wawancara secara mendalam dengan Aa Iman sebagai pemilik usaha lukis  Menyebar dan melakukan wawancara kepada beberapa karyawan Aa Iman Budiman.  Pengolahan data

  III

   Melakukan pengolahan data

   Kunjungan ke lokasi usaha Ibu Indah dan suami, serta melakukan in-depth interview untuk mencari tahu permasalahan yang dihadapi.

  3.1 Rencana Kegiatan

  Rencana kegiatan geladi atau KKN tematik Keprofesian Marketing tahun ajaran 2013/2014 yang dilaksanakan pada 16 Juni - 25 Juli 2014 dimulai dengan pembagian kelompok, dimana dalam satu kelompok terdiri dari empat peserta geladi dan satu orang peserta Kerja Praktik (KP). Setelah kelompok terbentuk, kami melakukan pengumpulan data kualitatif dengan cara berkunjung ke lokasi usaha dan melakukan

  II

   Kunjungan ke lokasi usaha dan melakukan wawancara secara mendalam dengan para pelaku usaha guna mendapatkan informasi selengkap- lengkapnya.

   Survei lokasi  Pendekatan dengan pemilik rumah, yaitu Bu Betty.

  APHP Hortikultura  Perkenalan dengan dosen pembimbing  Pembagian lokasi, lima kelompok dibagi ke dalam lima kecamatan sehingga masing- masing mengumpulkan data di satu kecamatan.

  dilaksanakan pada 16 Juni 2014 di kediaman Bapak H. Riswan sebagai ketua Asosiasi Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) Hortikultura, di Ciwidey.  Perkenalan dengan pengurus

  3.2 Pelaksanaan Minggu ke- Uraian Kegiatan I  Pembukaan geladi

  Selanjutnya, peserta geladi dan KP mengolah dan menganalisis data yang diperoleh untuk mengidentifikasi permasalahan inti yang dialami oleh setiap UKM dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah Kabupaten Bandung dan instansi terkait agar dapat memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan para pelaku UKM, khususnya UKM yang tergabung dalam Asosiasi Pengolahan Hasil Pertanian (APHP).

  Kabupaten Bandung, meliputi: Ciwidey, Majalaya, Kertasari, dsb.

  in-depth interview dengan pelaku usaha di

   Survei ke daerah Kertasari  Pendekatan dengan pemilik rumah, yaitu Bu Dedeh dan keluarga.  Pengumpulan informasi dengan mewawancari Bu Dedeh dan suami terkait usaha yang sedang digeluti.

3.3 Hasil

3.3.1 Profil UKM

3.3.1.1 UKM pengolah Jamur Tiram

  3.3.1.2 UKM pengolah beras ketan

   Pameran : Bu Ani pernah mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh krida pertanian, dilaksanakan pada April 2013 dan festival

   Target Pasar : Semua kalangan

   Pemasaran : warung dan pabrik di sekitar Rancabali, Ciwidey dan Bandung

   Omset : Rp 1.000.000,00 per bulan s.d Rp 1.500.000,00 per bulan

  Desa Panundaan, Ciwidey)  Bidang usaha/nama produk: Ranginang mini, agar-agar kering ubi ungu/Rambani  Tahun berdiri : 2013  Jumlah produksi per bulan : 40 kg beras ketan  Jumlah karyawan : 1 orang (anak)  Harga jual produk :  Ranginang biasa: Rp 12.500,00/bungkus

   Nama pelaku usaha: Ibu Ani  No. Telepon : 081394455240  Lokasi usaha : Di rumah (Lebak Muncang,

  Gambar 2. Kemasan Ranginang mini Bu Ani

  5. Temu Bisnis 2014: tentang marketing, cara penjualan, dsb. Diselanggarakan oleh Universitas, Bu Tia mendapat informasi dari Pak Asep (salah seorang karyawan di Diskoperindag).

  Gambar 1. Rumah Jamur  Nama pelaku usaha : Ibu Tia Setiawati  No. Telepon : 085221416616

  4. Pelatihan petani tembakau tahun 2014: Analisis kelayakan usaha, Break Even Point harga dan produksi, dsb.

  Penyuluhan Pertanian (BKP3). Ada enam jenis olahan yang dipraktikan saat pelatihan, yaitu: Keripik jamur, selai stoberi, saus cabe, dodol panas (pepaya dan nanas), sorbet wornas (wortel dan nanas), dan kerupuk terong ungu.

  3. Pelatihan pengolahan buah dan sayur selama delapan hari dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) di Lembang, tingkat Nasional, pada tahun 2014. Mendapat informasi dari Badan Ketahanan Pangan

  2. GMP dari Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdaganan (diskoperindag) tahun 2014.

  Mendapat informasi dari Pak Dudi (dari BKP3) tahun 2014.

  1. Good Manufacturing Practice (GMP) dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP).

   Pelatihan:

  (1 bungkus = 1.5 ons)  Omset : Rp600.000,00 per bulan  Pemasaran : Ciwidey dan Bandung  Target Pasar : Semua kalangan (khususnya warga ciwidey)  Pameran : Ibu Tia sering mengikuti pameran dari pemerintah sejak 2011. Pada saat itu, Bu Tia belum mempunyai produk sehingga beliau menjajakan produk kelompok wanita tani dengan posisi sebagai pengurus.

   Lokasi usaha : Di rumah kakaknya Bu Tia (Desa Panundaan, Ciwidey)  Bidang usaha/nama produk: Keripik Jamur Tiram/Alibaba  Tahun berdiri : 30 Maret 2014  Jumlah produksi per bulan : 20 kg = 60 bungkus  Jumlah karyawan : 1 orang (kakak ipar)  Harga jual produk : Rp10.000,00 per bungkus

  • Ranginang mini : Rp 30.000,00/500 gram
  • Agar-agar kering ubi ungu : Beragam, mulai dari Rp 1.000,00 s.d. Rp 5.000,00. Rp 5.000,00 untuk kemasan 50 gram.

3.3.1.3 UKM pengolah hasil hutan kopi

   Lokasi usaha : Di kampung Puncak Mulya RT/RW 02/11, desa Cihawuk  Bidang usaha/nama produk : Berbagai jenis kopi/ABGway  Tahun berdiri : akhir 2005  Jumlah produksi per bulan : 6 ton bahan baku

   Pelatihan : Kunjungan ke tempat pelukis lain dari pemerintah.

   Target Pasar : Semua kalangan  Pameran : A Iman pernah mengikuti pameran seperti Pekan Raya Jakarta, JCC, dan acara yang diselenggarakn oleh pemerintah.

   Omset : Rp 100.000.000,00 per bulan  Pemasaran: Bali, Surabaya, Yogyakarta, sebagian kecil ke Bandung, dsb.

  Rp 500.000,00

   Jumlah produksi : 1000 lembar per minggu  Jumlah karyawan : 70 orang (warga sekitar)  Harga jual produk: - Lukisan produksi mulai Rp 30.000,00 s.d.

   Nama pelaku usaha : Aa Iman Budiman  No. Telepon : 085222483627  Lokasi usaha : Di daerah jelekong, sekitar 1 km dari kediaman aa Iman  Bidang usaha/nama produk : Berbagai jenis lukisan  Tahun berdiri : 2009

  3.3.1.4 UKM lukisan

  2. Pelatihan tentang cara produksi kopi dan bagaimana menjaga kualitas kopi oleh pemerintah.

  • Lukisan pesanan bisa mencapai Rp 50.000.000,00 ke atas

  Bidang usaha/nama produk : lap pel dan keset/ Bola dunia, cap GK, cap mobil, cap merak, dan Gunung Mas

   Tahun berdiri: 1977  Jumlah produksi per bulan: 2 ton benang = 800 kodi  Jumlah karyawan: 8 orang (warga sekitar)  Harga jual produk : Rp27.000,00 s.d.

  (sebelumnya mencapai 20 ton)  Jumlah karyawan : 5 orang (warga sekitar)  Harga jual produk :

   Nama pelaku usaha : Ibu Hj.Maryam dan suami (Bpk. Alit)  No. Telepon : 085315105111

   Nama pelaku usaha : Bapak Warsu  No. Telepon :  Lokasi usaha : Di rumah, daerah Majalaya 

  undangan di bidang usaha mikro, kecil, dan menengah pada kegiatan fasilitasi pengembangan UKM Dinas Koperasi UKM perindustrian dan perdagangan kabupaten Bandung yang diselenggarakan oleh Diskoperindag.

  6. Sosialisasi Kebijakan dan Perundang-

  Industri Rumah Tangga pangan diselenggaran oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah.

  5. Penyuluhan keamanan pangan bagi

  diselenggarakan oleh mahasiswa NHI (baca: enhaii)

  4. Pengembangan bisnis UKM yang

  penjualan, dsb. Diselanggarakan oleh Diskoperindag.

  3. Temu Bisnis: tentang marketing, cara

  Analisis kelayakan usaha, Break Even Point harga dan produksi, dsb.

  2. Pelatihan petani tembakau tahun 2014:

  Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) tahun 2014.

  1. Good Manufacturing Practice (GMP) dari

  jamur di gedung kesenian kabupaten pada 21 Mei 2014.  Pelatihan :

  3.3.1.5 UKM pengolah benang

  • Gabah : Rp22.000,00 per bungkus
  • ABGway : Rp150.000,00 per kilogram

  1. Pelatihan tentang marketing, cara penjualan, dsb. Diselanggarakan oleh pemerintah.

   Omset : Sekitar Rp40.000.000,00 per bulan  Pemasaran : wilayah Bandung, Garut, dan sekitar Jawa Barat  Target Pasar : Semua kalangan  Pameran : Bapak Alit dan Ibu Maryam pernah mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh pemerintah. Dalam satu tahun, bisa satu atau dua kali mengikuti pameran.

  Rp45.000,00 per kodi

   Omset : Sekitar Rp32.000.000,00 per bulan  Pemasaran : Jakarta, Tangeran, Bekasi, Serang, Sumatera, dsb.

   Target Pasar : Semua kalangan  Pameran: Bapak Warsu pernah mengikuti pameran dari pemerintah.

   Pelatihan : Pelatihan tentang manajemen dari pemerintah tahu 2004, dan berwiraswasta dari

   Pelatihan :

3.3.2 Permasalahan UKM

3.3.2.1 UKM pengolah Jamur Tiram

  Analisis masalah :

   Pelatihan tentang cara membuat desain label dan kemasan yang baik dan menarik. Walaupun sejauh ini sudah bisa membuat kemasan sendiri, namun kemasan belum

   Modal. Dengan modal yang memadai, proses produksi akan berjalan lancar  Desain label, dengan desain label yang baik akan menarik pelanggan yang banyak.

  Bantuan yang diharapkan :

   Peralatan, seperti nampan dan panci. Bu Ani hanya memiliki panci yang kecil sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memproduksi ranginang 10kg. Begitu pula dengan proses pengeringan.

   Modal. Sejauh ini Bu Ani hanya menggunakan uang dalam jumlah tidak banyak.  Pemasaran, karena sejauh ini memasarkan hanya sekitar Ciwidey dan Bandung. Bu Ani ingin memasarkan ke kota-kota dan memasukkan produknya ke Swalayan.

   Proses pengeringan ranginang membutuhkan cuaca yang mendukung, dalam arti tidak musim hujan. Walaupun sedang musim hujan, proses pengeringan bisa dilakukan dengan menggunakan oven, namun membutuhkan waktu yang lebih lama. Serta memerlukan modal yang lebih banyak, misalnya: tambahan listrik.

  Persiapan AFTA :

  Ibu Tia berencana untuk menjajakan produk lebih luas lagi, tidak hanya di lokal saja. Setelah sertifikat P IRT keluar, Bu Tia akan berusaha segencar mungkin untuk memasarkan produknya. Ibu Tia juga akan merancang label dan kemasan semenarik mungkin, harga sebagus mungkin, untuk bersaing dengan produk negara lain yang tergabung dalam ASEAN. Selain itu mempersiapkan sertifikat P IRT dan label halal. Bu Tia juga akan memproduksi keripik Jamur tiram dengan varian rasa (pedas, keju, original, dsb), varian kemasan.

  3.3.2.2 UKM pengolah beras ketan Persiapan AFTA :

   Modal, bisa dalam bentuk uang maupun dalam bentuk barang yang dapat membantu proses produksi, seperti: mesin pengering (Spinner). Spinner sangat dibutuhkan karena tanpa menggunakan spinner, proses pengeringan tidak berjalan sempurna. Hasil produksinya pun akan cepat tengik. Hal ini dapat merugikan produsen jika produk tidak cepat terjual.

   Pelatihan tentang nilai gizi dan ingin menerapkannya. Namun, untuk mengetahui kadar gizi yang terkandung dalam produk membutuhkan proses yang sedikit rumit karena harus di uji di lab, dsb. Bila hanya di tes pada saat pelatihan, hasilnya kurang maksimal.

  Bantuan yang diharapkan :

   Pemasaran, sejauh ini kegiatan pemasaran hanya dari mulut ke mulut dan dibantu oleh kakak ipar yang memasarkan produk Bu Tia ke Bandung (kampus STSI).

   Desain kemasan. Ibu Tia belum menguasai software yang dapat digunakan untuk mendesain kemasan, seperti: CorelDraw, Adobe Photoshop, dsb. Terlebih, beliau tidak memiliki laptop pribadi, laptop yang beliau gunakan untuk mendesain kemasan meminjam ke Desa.

   Modal, tidak tersedia mesin pengering (spinner) di lokasi usaha sehingga waktu yang diperlukan dalam proses pengeringan cukup lama. Sejauh ini Bu Tia hanya menggunakan mesin pengering manual, namun hasil yang didapatkan kurang optimal karena keripik akan cepat tengik.

  Analisis masalah :

  Bu Ani ingin memperbaiki desain label dan kemasan agar lebih menarik serta memasarkan produknya segencar mungkin. optimal, kurang rapi. Selain itu, Bu Ani juga ingin mengikuti pelatihan tentang bagaimana cara memasukkan produknya ke toko-toko dan kota-kota besar.

  3.3.2.3 UKM pengolah hasil hutan kopi Persiapan AFTA :

   Bad mood yang muncul ketika melukis  Harga jual lukisan yang semakin menurun disebabkan oleh semakin banyak pelaku usaha di bidang seni lukis, padahal harga bahan baku semakin mahal.

   Pesanan sepi, pemasaran perlu ditingkatkan.  Bapak Warsu juga pernah ditipu oleh konsumen, mereka mengambil barang dan membayar dengan giro kosong, beliau total rugi sekitar 60 juta rupiah.

   Kekurangan modal

  Analisis masalah :

  Menurutnya, sebaiknya pemerintah memberikan alat agar bisa menghasilkan keset yang berkualitas seperti produk korea.

  3.3.2.5 UKM pengolah benang Persiapan AFTA : Bapak Warsu hanya produksi seperti biasa.

   Fasilitas bangunan, seperti pondok lukisan, yang benar-benar menjadikan jelekong sebagai “Desa Wisata”. Karena bisa meningkatkan harga dan penjualan.  Pelatihan tentang teori terkait seni lukis.

  Bantuan yang diharapkan :

   Imajinasi di awal saat mau membuat bentuk, suasana, dsb, agar dapat bisa memuaskan konsumen. Terlebih jika instruksi dari konsumen hanya berupa kata-kata yang mendeskripsikan gambar yang diinginkan, A Iman mengalami kesulitan di awal  Inspirasi untuk melukis

  Memasarkan produknya ke berbagai Negara di Asia Tenggara, mengikuti pelatihan tentang bagaimana cara meningkatkan dan mempertahankan kualitas, sebenarnya untuk produk kopi AFTA tidak begitu berpengaruh karena kopi hanya berkemungkinan untuk di ekspor, tidak di impor.

  Analisis masalah:

  Mempetahankan dan memperbaiki kualitas. Selain itu sebenarnya yang harus lebih banyak melakukan persiapan adalah pemerintah, untuk lebih menjaring turis yang datang ke Indonesia.

  3.3.2.4 UKM lukisan Persiapan AFTA :

   Peralatan, seperti mesin untuk menggiling gabah menjadi beras (penggiling kopi).

   Bapak Alit sangat membutuhkan pelatihan dalam bidang keuangan.  Modal. Dengan modal yang memadai, proses produksi akan berjalan lancar.

  Bantuan yang diharapkan :

   Modal  Peralatan, seperti mesin untuk menggiling gabah menjadi beras (penggiling kopi).  Kesulitan yang paling urgent adalah bandar liar, Bandar liar adalah orang di luar kelompok yang langsung datang ke kebun dan membeli kopi langsung dari petani kemudian meninggikan harga jual kopi. Selain itu, untuk memproduksi kopi sangat bergantung dengan cuaca, karena cuaca adalah hal yang tidak bisa dikontrol oleh manusia. Karena bila musim hujan, harga kopi akan menurun.

  Analisis masalah :

   Alat yang terbatas, hanya terdapat 4 mesin di lokasi usaha.

  Bantuan yang diharapkan :

   Alat tenun. Karena alat tenun merupakan alat pokok untuk menghasilkan lap dan keset.  Pelatihan tentang pendidikan keterampilan.

BAB IV bentuk ketidaknyamanan yang terjadi bisa PENUTUP segera diatasi.

  3. Peneliti mampu menggali informasi lebih mendalam (tidak hanya

4.1 Kesimpulan

  mengandalkan kuesioner yang telah disiapkan) serta mampu mencairkan suasana saat

  Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang wawancara berlangsung agar dilakukan selama pelaksanaan geladi, narasumber bisa lebih terbuka yakni riset pemasaran di Kabupaten dalam menceritakan usahanya. Bandung, penulis dapat menarik

  4. Mahasiswa yang melaksanakan kesimpulan sebagai beikut. geladi sebaiknya membekali diri dengan ilmu pengetahuan terkait

  1. Asosiasi Pengolah Hasil Pertanian kegiatan geladi yang akan Hortikultura merupakan kumpulan pelaku dilaksanakan, dalam hal ini ilmu UKM yang berada di Kabupaten Bandung yang berkaitan dengan riset dan diketuai oleh Bapak H. Riswan. pemasaran, pemasaran, dan UKM

2. UKM-UKM yang berada di Kabupaten sebagai objek penelitian.

  Bandung mengalami permasalahan inti seputar permodalan, peralatan, dan pemasaran.

  3. Metode penilitian pemasaran kualitatif dengan teknik In-depth Interview merupakan teknik yang tepat untuk menggali informasi secara mendalam mengenai perkembangan dan permasalahan UKM.

  4. Setelah melaksanakan geladi penulis mendapatkan banyak pengalaman berharga serta ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak dimiliki.

4.2 Saran

  Saran yang diajukan berdasarkan studi lapangan yang dilakukan selama proses geladi adalah sebagai berikut.

  1. Data UKM yang akan dikunjungi oleh peserta geladi sebaiknya data valid sehingga tidak ada data yang berulang. Selain itu, semua data yang diberikan sebaiknya lengkap, setidaknya berisi nama pemilik, nomor telepon, dan alamat yang akan dikunjungi guna mempermudah peserta geladi dalam membuat janji dengan para pelaku UKM.

  2. Adanya pantauan rutin secara langsung dari pihak Institusi maupun pembimbing lapangan guna memastikan kegiatan peserta geladi sudah sesuai dengan yang Institusi harapkan atau belum, sehingga segala

DAFTAR PUSTAKA

  [1] [

  

  [3] http://www.hendri.staff.gunadarma.ac.id/ [4]