KAJIAN STANDAR SABUK-V KARET UNTUK MOTOR MATIK

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

KAJIAN STANDAR SABUK-V KARET UNTUK MOTOR MATIK

  

Hesty Eka Mayasari*, Indiah Ratna Dewi

  Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik

  • E-mail:

  

ABSTRAK

  Industri sepeda motor di Indonesia meningkat rata-rata 12% tiap tahunnnya. Di Indonesia, bukan hanya motor bebek yang menjadi favorit konsumen, tetapi juga motor matik. Di Indonesia terdapat beberapa pabrik perakitan sepeda motor, namun spare part kendaraan bermotor banyak yang diimpor dari luar negeri, termasuk juga spare part berbahan dasar karet, seperti v-belt (sabuk-V), padahal telah ada beberapa produsen sabuk-V di Indonesia. Sabuk-V merupakan komponen penting dalam kendaraan yang menyangkut aspek keselamatan dan keamanan karena berfungsi sebagai rantai pada motor matik. Saat ini belum ada standar khusus yang mengatur tentang sabuk-V karet motor matik di Indonesia, sehingga banyak produk impor di pasaran. Oleh karena itu perlu adanya kajian mengenai sabuk-V motor matik di Indonesia. Dari hasil pengujian sabuk-V dipasaran, didapatkan hasil bahwa secara visual dan dimensi, tidak nampak perbedaan signifikan antara sabuk-V produksi dalam negeri dan impor, namun terdapat perbedaan yang sangat signifikan terhadap kualitas sabuk-V produksi dalam negeri dan impor. Sabuk-V produksi dalam negeri memiliki kualitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan sabuk-V impor. Untuk melindungi konsumen dan juga produk dalam negeri serta agar produksi dalam negeri unggul di pasar global, maka perlu ada standar khusus mengenai sabuk-V karet motor matik yang harmonis dengan standar internasional.

  Kata kunci: sabuk-V, standar, motor matik, kualitas

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

REVIEW OF RUBBER V-BELT STANDARD FOR AUTOMATIC MOTORCYCLES

  

Hesty Eka Mayasari*, Indiah Ratna Dewi

Center for Leather, Rubber and Plastics

  • E-mail:

  

ABSTRACT

Motorcycle industry in Indonesia increased by an average 12% per year. Automatic motorcycle became one

of the favourite motorcycles in Indonesia. In Indonesia there are some motorcycle assembly plants, but the

spare parts of motor vehicles are still imported from abroad, including spare parts made from rubber, such

as v-belt, while there has been some v-belt manufacturers in Indonesia. V-belt is an important component in

the automatic motorcycle because it related to the aspects of safety and security because it serves as a

chain on the automatic motorcycle. Nowadays, there are no specific standards governing the rubber v-belt

for automatic motorcycle in Indonesia, so that there are many imported v-belt on the market. Therefore, it

is necessary to study the standard of the rubber V-belt for automatic motorcycle in Indonesia. From the test

results v-belt on the market, showed that no significant differences in visual and dimension between the

domestic production and imported v-belt, but there was significant differences in the quality. Indonesian v-

belt production has higher quality than imported v-belt. To protect consumers and the domestic products

and also to make excellent domestic product in the global marketplace, it is necessary to make specific

standards for rubber V-belt for automatic motorcycle.

  Keywords: V - belt, standard, automatic motorcycle, quality

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016 PENDAHULUAN

  Era globalisasi membuat industri di Indonesia semakin berkembang, termasuk industri kendaraan bermotor. Industri kendaraan bermotor di Indonesia memberi kontribusi yang cukup signifikan dan juga memiliki keterkaitan yang luas dengan sektor ekonomi lainnya. Di Indonesia, industri kendaraan bermotor roda dua yang terus berkembang pesat, yaitu meningkat rata-rata 12% setiap tahunnya sejak 10 tahun terakhir. Potensi pasar dalam negeri cukup besar dengan penjualan sebanyak 7.867.195 unit pada tahun 2014 dan produksi sebanyak 7.926.104 unit serta ekspor sebanyak 41.746 unit (AISI, 2016). Saat ini, sepeda motor yang digemari masyarakat Indonesia bukan hanya motor bebek, tetapi juga motor matik yang tidak perlu mengatur perpindahan gigi dan saat ini semakin banyak varian merknya.

  Indonesia memiliki beberapa pabrik perakitan sepeda motor seperti di daerah Cikarang, Karawang, Sunter. Dalam perakitan kendaraan bermotor roda dua ini, dibutuhkan banyak spare part yang kebanyakan masih impor, termasuk spare part berbahan dasar karet. Hal ini sangat disayangkan mengingat Indonesia termasuk negara penghasil karet terbesar di dunia. yaitu mencapai 3205 ton per tahun pada 2014 (Gapkindo, 2015). Indonesia perlu untuk menambah nilai jual karet alamnya salah satunya dengan membuat spare part otomotif seperti rubber dumper, rubber bushing, oil seal, ataupun v-belt, karena karet alam ini tidak terlalu ekonomis jika dijual secara langsung.

  Salah satu komponen penting yang menyangkut keselamatan pengendara adalah sabuk-V. Hal ini dikarenakan sabuk-V merupakan pengganti rantai pada motor matik. Saat ini, telah ada beberapa produsen lokal yang dapat membuat sabuk-V motor matik, namun produk impor telah membanjiri pasar Indonesia, seperti dari China dan Thailand. Banyaknya produk impor yang masuk ke Indonesia ini salah satunya dikarenakan belum adanya standar khusus yang mengatur mutu sabuk-V motor matik. Standar nasional yang telah ada mengatur tentang sabuk-V untuk keperluan umum, dimensi sabuk-V kendaraan bermotor, dan sabuk-V untuk keperluan industri. Untuk melindungi konsumen dan juga produk dalam negeri dalam rangka mewujudkan produk unggulan berdaya saing di pasar global, maka dirasa perlu untuk dilakukan kajian mengenai standar untuk sabuk-V motor matik. Kegiatan standardisasi akan memantabkan dan meningkatkan daya saing produk nasional, memperlancar arus perdagangan dan melindungi kepentingan umum. Produsen sabuk-V di Indonesia juga sangat mengharapkan agar dibuat standar khusus yang mengatur tentang sabuk-V motor matik yang harmonis dengan standar internasional dan disesuaikan dengan produk dalam negeri, karena standar harus bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan. Selain itu, dalam pertemuan RBPWG (Rubber Based Product

  

Working Group) tahun 2015 di Kuala Lumpur juga dibahas mengenai harmonisasi standar tentang produk

  otomotif berbasis karet non-UNECE (United Nations Economics Commission for Europe), salah satunya sabuk-V. Saat ini, terdapat beberapa standar baik nasional maupun internasional mengenai sabuk-V secara umum dan untuk industri. Oleh karena itu, dirasa perlu dilakukan kajian sabuk-V motor matik untuk melindungi konsumen dan juga produsen dalam negeri serta untuk mendukung harmonisasi standar dan meningkatkan kepercayaan terhadap produk nasional sehingga berdampak kuat pada daya saing nasional di pasar lokal maupun global.

  Sabuk-V

Sabuk-V (V-belt) adalah sebuah pemindah tenaga atau gerak antara dua poros. Fungsi utamanya adalah

untuk meneruskan tenaga mesin untuk menggerakkan roda belakang melalui gesekan antara pulley dan

belt. Sabuk-V dapat dilihat pada Gambar 1. Sabuk-V pada umumnya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  1. Wrapped belt - sabuk V dengan seluruh sisi trapesiumnya dibungkus dengan serat.

  2. Raw edge belt - sabuk V yang tidak seluruh sisinya dibungkus serat

  a. Raw edge plain (REP) – REP memiliki satu atau lebih lapisan serat di atas dan bisa memiliki atau tidak memiliki serat pada bagian bawah b. Raw edge laminated (REL) – REL sama dengan REP namun memiliki lebih dari satu lapisan serat pada bagian bawah

c. Raw edge cogged (REC) – REC memiliki lekukan atau gigi di bagian bawah, selebihnya sama dengan REP atau REL.

  (a) (b) (c)

Gambar 1. Sabuk-V (a) Wrapped belt, (b) Raw edge laminated, (c) Raw edge cogged

  (MRTH, 2005)

  

Sabuk-V yang digunakan untuk motor matik adalah jenis raw edge cogged belt. Sabuk-V digunakan untuk

memindahkan beban antara pulley yang berjarak pendek. Sabuk-V dan pulley dapat dilihat pada Gambar 2.

Sabuk-V adalah pengganti fungsi rantai pada motor matik. Gaya jepit ditimbulkan oleh bentuk alur V. Gaya

tarik atau load yang lebih besar menghasilkan gaya jepit sabuk yang kuat. Keuntungan sabuk-V adalah

seperti berikut:

  1. Gaya jepit belt memungkinkan sudut kontak yang lebih kecil dan perbandingan kecepatan yang lebih tinggi

  2. Meredam kejutan terhadap motor dan bearing akibat perubahan beban

  3. Memiliki level vibrasi dan noise yang lebih rendah Mudah dan cepat dalam melakukan penggantian dan perawatan

  4. Sabuk-V sebagai komponen penting penggerak roda yang berhubungan langsung dengan mesin terbuat

  

dari bahan karet. Sabuk-V merupakan salah satu komponen yang penting dalam kendaraan bermotor roda

  dua karena menyangkut keamanan dan keselamatan penumpang. Penggantian komponen ini dianjurkan

  

setiap 20 sampai 25 ribu kilometer untuk menghindari slip saat berkendara. Komponen utama sabuk-V

dibuat dari kompon karet khusus yang memberikan sifat-sifat mekanis yang unggul, memberikan sifat

efisiensi transmisi dan tahan terhadap gesekan dan panas. Jika kualitas karet yang digunakan rendah,

sabuk-V rawan selip dan juga putus. (Fratomo, 2013)

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  Top canvas Upper Adhesion rubber Polyester cord

  H Under rubber Under canvas

  

Gambar 2. Komponen karet sabuk-V (MRTH, 2005)

  Sabuk-V dibuat dari bahan dasar karet. Sabuk-V harus memiliki sifat mekanik yang baik seperti ketahanan sobek, ketahanan kikis, kuat tarik, kemuluran, dan ketahanan panas serta ozon. Terdapat beberapa jenis karet yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabuk-V diantaranya EPDM, chloropene rubber, karet alam.

  Karet EPDM merupakan karet sintetis yang memiliki ketahanan terhadap cuaca, bahan kimia, dan penuaan yang baik. EPDM dihasilkan dari polimerisasi etilen dan propilen dengan sedikit diene. EPDM banyak digunakan dalam industri dan otomotif karena memiliki waktu pematangan yang lambat dan waktu induksi yang lama (Choi et al., 2006; Dijkhuis et al., 2009; Nabil et al., 2013). Chloropene rubber (CR) memiliki ketahanan terhadap minyak dan ozon yang baik namun memiliki harga yang mahal (Ahmed et al., 2012). Karet alam memiliki sifat kuat tarik dan sobek dan ketahanan pampat baik namun tidak tahan terhadap penuaan dan ozon. Oleh karena itu banyak dilakukan pencampuran dua atau lebih polimer, dalam hal ini karet, untuk mengimprovisasi sifat produk. Proses pembuatan kompon karet juga membutuhkan bahan aditif untuk memperbaiki sifat dan mempercepat reaksi diantaranya anti oksidan, anti degradan, aktivator,

  plasticizer, filler, dan akselerator.

  Selain kompon karet, pembuatan sabuk-V juga memerlukan benang (cord) yang dianyam, biasa terbuat dari besi maupun poliester yang berfungsi sebagai penguat sabuk-V.

  Standar

  Standar nasional yang mengatur mengenai sabuk-V di Indonesia diantaranya adalah SNI 06-1407-1989 Dimensi sabuk-V untuk kendaraan bermotor, yang meliputi klasifikasi dan cara uji sabuk-V untuk automotif secara umum; SNI 06-1546-1989 Sabuk-V untuk industri, yang meliputi syarat mutu dan cara uji sabuk-V untuk industri, dimana sabuk-V untuk automotif dan mesin jahit tidak termasuk dalam standar ini; dan SNI 06-1404-1989 Uji kelelahan sabuk-V untuk kendaraan bermotor, yang meliputi uji kelelahan pada sabuk-V yang digunakan untuk menjalankan peralatan lain pada motor bakar untuk kendaraan bermotor (BSN, 1989a; BSN, 1989b; BSN, 1989c).

  Standar internasional untuk sabuk-V kendaraan bermotor terdapat beberapa macam, diantaranya JASO E 107:2001 Automotive V-belts and corresponding V-pulley grooves - Shape and dimensions, ISO 2790:2004

  

Belt drives – V belts for the automotive industry and corresponding pulleys – Dimension, serta cara ujinya

ISO 12046:2012 Automotive belts- Determination of Physical Properties.

  JASO E 107:2001 melingkupi s abuk-V yang digunakan untuk menggerakkan peralatan pendukung mesin pembakaran internal seperti kipas pendingin, alternator, pompa air, kompresor, dan pompa power steering pada industri otomotif. Dalam JASO E 107, V-belt dibagi menjadi 2 tipe yaitu AV 10 dan AV 13, dan dibagi menjadi 2 jenis yaitu wrapped belt dan raw-edged belt.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  ISO 2790:2004 tentang sabuk-V dan pulley untuk industri otomotif, sabuk-V dalam ISO 2790 diklasifikasikan berdasarkan lebar bagian atas. Sabuk-V dalam ISO 2790 dibagi menjadi 3 tipe yaitu AV 10, AV 13, dan AV 17 dan dibagi juga menjadi dua jenis. Perbandingan dimensi sabuk-V pada JASO E 107:2001 dan ISO 2790:2004 dapat dilihat pada Tabel 1.

  

Tabel 1. Dimensi sabuk-V pada JASO E 107:2001 dan ISO 2790:2004

JASO E 107:2001 Automotive V-belts

  ISO 2790:2004 Belt drives – V belts for the automotive and corresponding V-pulley grooves - industry and corresponding pulleys – Dimension Shape and dimensions Parameter AV 10 AV 13 AV10 AV 13 AV 17

  Raw- Raw- Raw- Raw- Raw- Wrapped Wrapped Wrapped Wrapped Wrapped edged edged edged edged edged

  Belt Belt Belt Belt Belt Belt Belt Belt Belt Belt

  Lebar bagian

  10

  10

  13

  13

  10

  10

  13

  13

  17

  17 atas, mm (JASO, 2001; ISO, 2004)

  ISO 12046:2012 melingkupi cara penentuan sifat fisik dari belt otomotif. Standar ini berisi tentang cara uji parameter sebagai berikut:

  1. Kekerasan

  2. Kuat tarik

  3. Fabric adhesion (kuat lekat serat)

  4. Tension – cord adhesion (tegangan kuat lekat benang)

  5. Tooth shear (pergeseran gigi)

  6. Ketahanan suhu tinggi

  7. Ketahanan suhu rendah

  8. Ketahanan tehadap minyak

  9. Ketahanan terhadap ozon

  10. Ketahanan terhadap air (ISO, 2012)

  Industri di Indonesia

  Di Indonesia, sedikitnya terdapat dua perusahaan besar yang memproduksi sabuk-V motor matik dan berkomitmen untuk menjaga kualitas produknya. Dalam menjaga kualitas produknya, perusahaan ini menggunakan standar JASO E 107:1988 yang kini sudah tidak berlaku lagi karena digantikan dengan JASO E 107:2001. Persyaratan pada JASO E 107:1988 dapat dilihat pada Tabel 2.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  Tabel 2. Syarat mutu dalam JASO E 107:1988 Automotive V-belts and

Corresponding V-pulleys Grooves – Shape and Dimensions

  Parameter Uji Tipe Satuan Persyaratan (1) (2) (3) (4) Dimensi

  V-10

  10 V-13 12,5

  Penampang V-15 lebar, mm 16,5 V-20

  22 AV-13 13,5 kurang dari 1001

  3 1001-1200

  4 toleransi jarak pusat, Panjang 1201-1400

  4,5 mm 1401-1600

  5 1601-2000

  5,5 diatas 2000

  6 Ride out ditentukan berdasarkan kesepakatan pihak yang terlibat mempunyai bagian trapezoidal yang simetris, tidak menunjukkan bahaya jika digunakan, Penampilan seperti lilitan, cacat, lubang pin, benda asing yang menempel, yang terlihat secara visual

  Kualitas

  Durabilitas minimal 54 jam (wrapped belt) dan minimal 79 jam (raw edge belt) V-10

  230 V-13

  300 Kuat tarik V-15 kgf 450

  V-20 720

  AV-13 320

  V-10 maks. 4

  V-13 maks. 4

  Kemuluran V-15 % maks. 6 V-20 maks. 6

  AV-13 maks. 4

  Ketahanan terhadap suhu tidak retak tinggi Ketahanan terhadap suhu tidak retak rendah

  (JASO, 1988)

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

METODE PELAKSANAAN KAJIAN

  Kajian ini dilakukan dengan melakukan uji pada 6 sabuk-V dari 3 jenis motor matik, tiga sabuk-V produk dalam negeri dan tiga sabuk-V produk impor. Pengujian yang dilakukan adalah: a. Uji tampilan

  Pengamatan dilakukan dengan melihat bentuk visual sabuk-V

  b. Panjang Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan mistar

  c. Lebar Pengukuran lebar dilakukan dengan menggunakan jangka sorong

  d. Tinggi Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan jangka sorong

  e. Kekerasan Uji dilakukan menggunakan hardness tester sesuai ISO 12046 dengan menggunakan durometer shore A f. Kuat tarik

  Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat uji kuat tarik sesuai ISO 12046

  g. Ketahanan terhadap suhu tinggi Uji dilakukan sesuai ISO 12046 dengan menggunakan oven

PEMBAHASAN KAJIAN

  Dari uji yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut: (a)

  (b) (c)

  A1 A2 B1 B2 C1 C2

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  (d) (e)

  (f)

  

Gambar 3. Perbandingan hasil uji sabuk-V dalam negeri dan impor

  (a) tampilan, (b) panjang, (c) lebar, (d) tinggi, (e) kekerasan, (f) kuat tarik Dari uji visual sabuk-V, seluruh contoh uji mempunyai bagian trapezoidal yang simetris, tidak menunjukkan bahaya jika digunakan, seperti lilitan, cacat, lubang pin, benda asing yang menempel, yang terlihat secara visual. Dari hasil pengujian panjang dan tinggi, didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda antara sabuk-V produksi dalam negeri dan impor. Namun, pada pengujian lebar, didapatkan hasil yang cukup jauh perbadaan lebarnya untuk kode B. Hasil pengujian lebar menentukan jenis dari sabuk-V menurut JASO dan ISO, oleh karena itu jika perbedaan lebar cukup besar, dimunginkan sabuk-V tersebut masuk dalam tipe yang berbeda. Dari hasil uji kekerasan dan kuat tarik, didapatkan hasil yang jauh berbeda antara sabuk-V produksi dalam negeri dan impor. Sifat mekanik suatu produk sangat berkaitan dengan kualitas. Perbedaan kuat tarik yang sangat besar juga menunjukkan bahwa kualitas sabuk-V impor jauh berbeda dengan sabuk-V dalam negeri. Kuat tarik yang rendah menyebabkan sabuk-V cepat putus karena kuat tarik menunjukkan besarnya beban yang mampu ditahan oleh material tersebut. Kekerasan suatu produk karet tergantung pada kekerasan komponen-komponennya (Yuniari et al., 2013). Semakin banyak ikatan silang yang terjadi, kekerasan semakin meningkat. Selain tergantung dari kekerasan komponennya, proses pematangan karet (curing

  

system) dan juga suhu vulkanisasi juga sangat berpengaruh terhadap sifat produk yang dihasilkan (Yahya et

al., 2011; Yuniari et al., 2015; Kinasih et al., 2015). Pemilihan jumlah dan variasi bahan seperti carbon black,

  akselerator, asam stearat, sulfur juga mempengaruhi sifat mekanik seperti kuat tarik, kekerasan, ketahanan

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  pampat, ketahanan terhadap aging (Lestari, 2007; Christina et al., 2014; Indrajati et al., 2014; Jovanović et

  al., 2009; Mostafa et al., 2009; Li et al., 2008)

  Uji ketahanan terhadap suhu tinggi yang dilakukan pada sabuk-V produksi dalam negeri dan impor menunjukkan bahwa seluruh contoh uji tidak retak dan tidak menunjukkan cacat lainnya. Dalam ISO 12046:2012, penentuan sifat fisik belt otomotif juga dilakukan dengan pengujian fabric

  

adhesion, tension – cord adhesion, tooth shear, ketahanan suhu rendah, ketahanan tehadap minyak,

  ketahanan terhadap ozon, dan ketahanan terhadap air. Pengujian tersebut diperlukan untuk mengetahui mutu sabuk-V motor matik, namun untuk pengujian suhu dingin dapat dijadikan persyartan tambahan saja (jika akan di ekspor) karena pengujian ini tidak diperlukan di Indonesia yang tidak memiliki musim dingin. Dari pengujian sabuk-V di lapangan, dapat diketahui bahwa dari hasil pengukuran lebar sabuk-V bagian atas (17,52

  • – 18,94 mm) membuat sabuk-V di pasaran tidak masuk dalam tipe sabuk-V yang ada di ISO 2790:2004 dan JASO E 107:2001. Maka, perlu diselaraskan antara standar internasional dengan produk dalam negeri. Sabuk-V produksi dalam negeri dan impor tidak menunjukkan perbedaan signifikan secara penampilan dan dimensi. Dari hasil uji mekanis, kualitas sabuk-V dalam negeri jauh lebih baik dari sabuk-V impor. Namun, kebanyakan masyarakat akan tergiur dengan harga yang lebih murah. Sabuk-V produksi dalam negeri dijual di kisaran 120-180 ribu rupiah dan sabuk-V impor dijual di kisaran 45-75 ribu rupiah. Hal ini membuat masyarakat yang kurang sadar akan kualitas sabuk-V akan membeli produk dengan harga yang lebih murah, padahal hal tersebut dapat membahayakan keselamatan berkendara, Oleh karena itu, perlu adanya standar khusus yang mengatur sabuk-V motor matik untuk melindungi konsumen dan produsen dalam negeri serta mewujudkan produk yang bersaing di pasar global.

  KESIMPULAN

  Dari kajian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

  1. Sabuk-V produksi dalam negeri dan impor memiliki tampilan yang sama dengan kualitas yang jauh berbeda

  2. Perlu adanya standar khusus yang mengatur sabuk-V motor matik dengan mengharmonisasikan standar internasional dengan produk dalam negeri

3. Perlu adanya penyesuaian parameter pengujian yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Kami mengucapkan terimakasih kepada Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik yang telah membantu kelancaran pembuatan karya tulis ini.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

DAFTAR PUSTAKA

  Ahmed, K., Nizami, S. S., Raza, N. Z., & Shirin, K. (2012). Cure characteristics, mechanical and swelling properties of marble sludge filled EPDM modified chloroprene rubber blends. Advances in Materials Physics and Chemistry, 2, 90 –97. http://doi.org/10.4236/ampc.2012.22016. AISI. (2016). Motorcycle production wholesales domestic and exports, www.aisi.or.id/statistic, diakses pada 16 April 2016. BSN (Badan Standardisasi Nasional). (1989a). SNI 06-1404-1989 Uji kelelahan Sabuk V untuk kendaraan bermotor.

  Indonesia: BSN. BSN (Badan Standardisasi Nasional). (1989b). SNI 06-1407-1989 Dimensi sabuk-V untuk kendaraan bermotor.

  Indonesia: BSN. BSN (Badan Standardisasi Nasional). (1989c). SNI 06-1546-1989 Sabuk V untuk industri. Indonesia: BSN. Choi, S., Kim, J., & Woo, C. (2006). Accelerated thermal aging behaviors of EPDM and NBR vulcanizates. Bull. Korean Chem. Soc., 27(6), 936 –938.

  Christina, M., Bahruddin, & Helwani, Z. (2014). Pengaruh kadar asam stearat, mercaptodibenzothiazyldisulfide (MBTS) dan sulfur terhadap sifat dan morfologi thermoset rubber dengan filler carbon black-abu terbang sawit. JOM

  FTEKNIK, 1(2), 1 –11.

  Dijkhuis, K. a J., Noordermeer, J. W. M., & Dierkes, W. K. (2009). The relationship between crosslink system, network structure and material properties of carbon black reinforced EPDM. European Polymer Journal, 45(11), 3302

  • – 3312. http://doi.org/10.1016/j.eurpolymj.2009.06.029.
  • – V belts for the automotive industry and corresponding pulleys – Dimension. Swiss: ISO.
  • –74. Lestari, S. B. P. (2007). Pembuatan kompon cincin karet perapat air minum. Majalah Kulit, Karet Dan Plastik, 23(1), 33
  • – 40.
  • –704. http://doi.org/10.3144/expresspolymlett.2008.83.
  • – 1568. http://doi.org/10.1016/j.matdes.2008.07.043 MRTH (Ministry of Road Transport and Highways). (2005). AIS 078 Specification for Automotive V-Belts. India: MRTH. Nabil, H., Ismail, H., & Azura, a. R. (2013). Compounding, mechanical and morphological properties of carbon-black- filled natural rubber/recycled ethylene-propylene-diene-monomer (NR/R-EPDM) blends. Polymer Testing, 32(2), 385 –393. http://doi.org/10.1016/j.polymertesting.2012.11.003.

  Fratomo, L. I. (2013). Cara Kerja dan Troble Shooting CVT Suzuki Spin 125R. Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Gapkindo. (2015). Produksi karet alam di Indonesia. http://www.gapkindo.org/id/component/ content/article/1- artikel/153-perkebunan-karet-alam-id, diakses 01 April 2015.

  30(1), 43 –52.

  ISO (International Organization for Standardization). (2004). ISO 2790 Belt drives

  ISO (International Organization for Standardization). (2012). ISO 12046:2012 Automotive belts- Determination of Physical Properties. Swiss: ISO. JASO (Japanese Automotive Standards Organization). (1988). JASO E 107 Automotive V-belts and corresponding V- pulley grooves - Shape and dimension. Japan: JSA. JASO (Japanese Automotive Standards Organization). (2001). JASO E 107 Automotive V-belts and corresponding V- pulley grooves - Shape and dimension: JSA. Jovanović, V., Budinski-Simendić, J., Samardžija-Jovanović, S., Marković, G., & Marinović-Cincović, M. (2009). The influence of carbon black on curing kinetics and thermal aging of acrylonitrile-butadiene rubber. Chemical

  Industry and Chemical Engineering Quarterly, 15(4), 283 –289. http://doi.org/10.2298/CICEQ0904283J.

  Kinasih, N. A., Fathurrohman, M., & Suparto, D. (2015). Pengaruh suhu vulkanisasi terhadap sifat mekanis vulkanisat karet alam dan karet akrilonitril-butadiena. Majalah Kulit, Karet Dan Plastik, 31(2), 65

  Li, Z. H., Zhang, J., & Chen, S. J. (2008). Effects of carbon blacks with various structures on vulcanization and reinforcement of filled ethylene-propylene-diene rubber. Express Polymer Letters, 2(10), 695

  Mostafa, a., Abouel-Kasem, a., Bayoumi, M. R., & El-Sebaie, M. G. (2009). Effect of carbon black loading on the swelling and compression set behavior of SBR and NBR rubber compounds. Materials and Design, 30(5), 1561

  Indrajati, I. N., Sholeh, M., Kulit, B. B., & Yogyakarta, P. (2014). Pengaruh rasio MBTS/ZDEC pada campuran karet alam dan etilen propilen diena yang dibuat dengan teknik kontrol migrasi curatives. Majalah Kulit, Karet Dan Plastik,

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  Yahya, Y. S. R., Azura, A. R., & Ahmad, Z. (2011). Effect of curing systems on thermal degradation behaviour of natural rubber (SMR CV 60). Journal of Physical Science, 22(2), 1 –14. Yuniari, A., Sarengat, N., Brataningsih, S., & Lestari, P. (2013). Pengaruh Sulfur terhadap Sifat Fisika Campuran Pale

  Crepe dan SBR untuk Karet Tahan Panas. Majalah Kulit, Karet dan Plastik, 29(2), 63 –68. Yuniari, A., Sholeh, M., & Indrajati, I. N. (2015). Pengaruh sistem vulkanisasi konvensional (CV) dan semi efisien (SEV) terhadap sifat aging dan termal vulkanisat campuran karet alam dan karet butil. Majalah Kulit, Karet dan Plastik,

  31(2), 99 –106.