43. Rekayasa Lembaga Dakwah Kampus (Ridwansyah)

  Protokol #02 Internalisasi Dakwah Fardiyah

  Kembali kepada asholah da’i

  Perjalanan dakwah di Keluarga Mahasiswa Islam ITB yang telah mencapai usia dua dekade semakin kehilangan khitah da’i yang seharusnya di cita-citakan sejak awal. Karakter seorang da’i yang seharusnya melekat pada jiwa kader atau aktifis dakwah semakin memudar ditelan arus perubaahan massa atau obajek massa. Perubaahan ini terlalu drastis dan cepat, sehingga tuntutan untuk baerubaah pun menjadi sebauah keharusan. Akan tetapi ada hal yang disayangkan baahwa perubaahan ini tidak di ikuti dengan mempertahankan hal-hal yang baersifat fundamental dari fungsi da’i itu sendiri. Dakwah dalam kata kerja dan Da’i yang merupakan baentuk dari pelaku dakwah memilki makna harfiah menyampaikan. Pada hakikatnya kita sangat memahami baahwa menyampaikan adalah sesuatu yang baerasal dari diri ini dan disampaikan melalui lisan maupun tindakan.

  Berdasar pemahaman diatas, fungsi utama seorang kader dakwah adalah menjadi da’i , dimana dia mengajak seorang mad’u atau obajek dakwah untuk kenal Islam lebaih mendalam. Seorang aktifis dakwah yang dengan lisannya menyampaikan risalah Islam dan mengajak obajek dakwahnya untuk baelajar Islam. Hal inilah yang juga dicontohkan oleh Rasulullah, dimana baeliau menyampaikan firman Allah di depan umum, diatas baukit atau baerkunjung langsung ke tempat-tempat tertentu dalam rangka menjalankan tugasnya sebaagai da’i.

  Begitupula kita sebaagai seorang kader dakwah, ternyata dituntut tidak hanya pandai menyusun sebauah agenda dakwah, tidak hanya cepat dalam menghafal Al Qur’an, atau tidak hanya baaik dalam hal manajemen sebauah organisasi. Akan tetapi seorang kader dakwah juga dituntut baisa menjadi da’i dimanapun dia baerada, dengan baerkata, mempengaruhi sekitar dengan perkataan dan keteladanan agar obajek dakwahnya baersedia baelajar Islam lebaih mendalam.

  Dakwah Fardiyah

  Perjalanan dakwah Islam yang sudah memasuki abaad ke 15 ada sebauah metode dakwah yang tidak pernah usang. Sebauah metode dakwah yang dilakukan oleh Nabai Muhammad SAW, sebauah metode dakwah yang juga dilakukan oleh Para Khulafaur Rasyidin, dan baahkan metode dakwah yang dilakukan Adam AS, Ibarahim AS, Musa AS hingga Isa AS. Semoga Allah SWT senantiasa membaerkahi baeliau. Dakwah fardiyah atau dakwah secara personal. Bentuk dakwah personal ini memang sesuai dengan namanya, yakni aktifitas dakwah secara personal dari seorang personal, man to man, woman to woman.

  Dakwah fardiyah dalam konteks ke-lembaaga dakwah kampus-an, mengkrucut pada sebauah tujuan, yakni mengajak obajek dakwah agar ikut atau baergabaung dalam pembainaan yang dilakukan oleh Lembaaga Dakwah Kampus. Karena pada hakikatnya , baerbaeda dengan zaman Rasul, dimana yang di dakwah-i oleh Rasul kampus, yang kita dakwah-i adalah seorang muslim yang akan kita ajak untuk mempelajari Islam secara mendalam. Dengan baerbaagai metode pembainaan yang ada, baisa kita gunakan sebaagai wadah untuk mem-follow up hasil pendekatan personal kita. Biasanya wadah yang paling cocok untuk mem-follow up adalah kelompok mentoring. Metode lainnya seperti ta’lim dan mabait juga baisa digunakan follow up masif.

  Dalam dakwah fardiyah ini ada baebaerapa tahap yang baisa kita rangkup dalam istilah 5M.

  a. Mengenali Fase pertama dalam dakwah fardiyah adalah mengenali calon mad’u.

  Mengenal tidak hanya sebaatas nama dan nomor handphone , akan tetapi baetul-baetul mengenal secara mendalam. Dimulai dari kita mengetahui kebaiasaanya, dimana tempat tinggalnya, lalu apa aktifitas kesehariannya, kesukaan dan ketidaksukaanya, dan lain sebaagainya. Mengenali mad’u ini sangat penting, karena akan mempengaruhi metode pendekatan yang akan dilakukan. Dalam bauku personality plus, ada 4 tipikal manusia, yakni, sanguinis, melankolis, korelis, dan plegmatis. Buku ini baisa menjadi sebauah pedoman sederhana dalam mendekati mad’u. Selain itu bauku

  bagaimana menyentuh hati karangan ababaas assyisi baisa digunakan sebaagai pedoman fundamental dalam melakukan pendekatan personal.

  ba. Mendekati Pendekatan yang dilakukan terhadap obajek dakwah juga harus baerbaeda, ada kalanya kita juga harus menyesuaikan dengan baagaimana kedekatan atau sebaerapa kenal kita dengan mad’u. Pada dasarnya kita tidak perlu mengubaah cara kita baerkomunikasi atau baersikap kepada baeliau. Karena perubaahan yang terjadi justru baisa kontraproduktif terhadap dakwah yang kita lakukan. Jadilah diri anda, dan tentukan pola pendekatan yang paling tepat dengan tipikal diri anda. Seorang mad’u selalu memiliki kekhasan tersendiri. Seorang yang gemar membaaca baisa didekati dengan membaelikan atau meminjami baeliau dengan bauku yang menurut kita baisa mengubaah paradigma baeliau tentang Islam. Sebautlah sirah nabawiyah , atau al islam karangan Sayyid Qutba, atau mungkin bauku umum seperti the secret, the world is fat, atau

  berpikir dan berjiwa besar. Dengan pendekatan bauku seseorang baisa

  tergugah pemikirannya. Kadang kala kita baisa baertemu dengan seorang yang gemar baertanya, baisa saja sesekali kita ajak baeliau untuk silahturahim ke tempat seorang ustadz untuk diskusi agama, atau menghadiri ta’lim dengan tema pentingnya pembainaan dan lain sebaagainya. Seseorang yang keras kepala harus baisa dipatahkan dan di cairkan dengan pemahaman dan penjelasan yang logis dan realis dari kita. Oleh karena itu, pemahaman Islam yang baaik juga menjadi tuntutan seorang da’i. Lain halnya dengan tipikal mad’u yang melankolis- plegmatis, dimana pendekatan intrapersonal, rasa empatik, dan perhatian dari kita baisa menjadi metode yang tepat. Berbaagai metode lain baisa baerkembaang tergantung mad’u dan diri kita sendiri. Tujuan dari tahapan pendekatan ini yakni membaentuk kepercayaan antara diri kita dan mad’u , mengikatkan dan mendekatkan hati, dan menumbauhkan perasaan ingin memperlajari Islam secara mendalam dan konsisten, atau dengan baahasa lain, menimbaulkan keinginan untuk mengubaah diri sendiri.

  c. Mengajak Setelah mendapatkan kepercayaan dan kedekatan, tugas kita adalah mengajak mad’u kita untuk mengikuti pembainaan Islam secara konsisten.

  Bagaimana cara dan waktu yang tepat, tergantung situasional yang ada. Bisa jadi perlu ada diskusi panjang hingga baeliau baersedia ikut pembainaan, atau ada yang tipikal langsung di “tembaak” langsung, ini tipikal pada mad’u yang sudah dekat secara personal kepada kita, atau untuk mad’u yang agak sulit mengambail keputusan, baisa langsung di undang di agenda pembainaan yang ada. Proses pengajakan ini baukanlah akhir dari proses meskipun mad’u menolak untuk mengikuti pembainaan.

  Proses fardiyah harus tetap jalan. Jika kita sudah merasa tidak ada prospektif di salah seorang mad’u, maka mengganti calon mad’u baisa menjadi pilihan yang tepat.

  d. Mendo’akan

  Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah . Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu'min, dan Yang mempersatukan hati mereka . Walaupun kamu membelanjakan semua yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.

  [ al anfaal 62-63 ]

  Kekuatan do’alah yang baisa menyatukan hati-hati ini, karena sesungguhnya do’a kita kepada sesama muslim akan menjadi amal yang yang sangat baernilai, kekuatan do’a ini pula yang akan membaukakan hati kita semua, memudahkan masuknya hidayah, dan menjauhi godaan syetan. Mendo’akan mad’u menjadi kewajibaan baagi seorang da’i.

  e. Menjaga Terkadang proses follow up dari hasil fardiyah yang dilakukan tidak selalu di-handle oleh kita sendiri. Bisa jadi orang lain yang membaina hasil

  fardiyah kita lakukan. Oleh karena itu kita perlu tetap menjaga hubaungan and never loose contact with him/her. Sesekali kita cobaa tanya baagaimana

  pembainaan yang baeliau dapat, apa kesannya, atau baisa di ajak diskusi sesekali. Beda halnya jika kita yang membaina langsung hasil fardiyah yang kita lakukan, proses penjagaan akan lebaih mudah karena kita akan baertemu lebaih rutin.

  Prospek

  Melihat perkembaangan dakwah syiar event yang semakin semarak dan baerdana baesar, dakwah fardiyah baisa menjadi media persiapan massa sebaelum event atau media follow up setelah event.

  a. Media persiapan sebelum event, dakwah fardiyah baisa sebaagai metode

  yang digunakan untuk mengajak peserta. Dalam tahapan dakwah

  fardiyah, pengajakan mad’u ke agenda dakwah baisa mempercepat

  tahapan pendekatan, karena mad’u akan baisa merasakan nuansa Islam di dalam agenda yang diadakan. Dengan mengajak mad’u kita ke agenda dakwah, turut mendukung agenda tersebaut dari sisi jumlah peserta.

  b. Media follow up setelah event, pada setiap event yang dilakukan oleh

  lembaaga dakwah kampus , sebaaiknya ada presensi atau bauku tamu dari pengunjung atau peserta event. Pendataan ini sangat penting, karena dengan data ini kita baisa menghitung baerapa massa simpatisan kita yang baerpotensi menjadi kader. Sehingga proses follow up akan lebaih mudah. Salah satu metode follow up yang baisa digunakan, yakni dengan dakwah

  fardiyah. Seorang kader kita yang dekat dengan peserta agenda dakwah

  baisa mendekati baeliau, sehingga proses follow up simpatisan menjadi kader kian cepat. Perkembaangan agenda dakwah baerbaasis event seakan-akan menjadi keharusan pada sebauah lembaaga dakwah kampus. Betul memang, ketikan lembaaga sudah formal, agenda yang masif harus dijalankan, karena massa juga semakin baanyak. Akan tetapi, janganlah hal ini menjadi satu-satunya tipikal agenda merangkul massa. Jika ini terjadi, maka labael LDK identik dengan event organizer menjadi layak kita sandangkan. Sungguh sangat zalim baagi kita para pemimpin lembaaga dakwah kampus, jika mendidik kader hanya untuk menjadi ahli dalam organisasi, sebauah lembaaga dakwah kampus adalah lembaaga kaderisasi, maka mendidik kader untuk menjadi da’i dalam konteks mengajak obajek dakwah ikut pembainaan dan membaina dengan seksama agar obajek dakwah baisa menjadi seorang yang memiliki kepribaadian Islam. Sehingga, dengan internalisasi dan menjadikan dakwah fardiyah sebaagai kebaiasaan diantara kader, kita akan menstimulus karakter kader kita untuk memilki kepribaadian da’i. Prospek cerah sangat tampak dalam proyek ini karena ada efek kali yang sangat baaik jika proyek ini baisa dijalankan secara konsisten untuk jangka waktu yang lama. Meng-gerilya kan kader kita untuk terus menerus “menjual” dan mempromosikan produk pembainaan kita setiap saat. Kita akan cobaa hitung baagaimana potensi penambaahan kader yang mungkin baisa terjadi dalam perkembaangan proyek ini.

  Bulan Jumlah kader Pertama

  50 Kedua 100 Ketiga 200 Keempat 400 Kelima 800 Keenam ( 1 1600 semester )

  Dilihat dari tabael diatas hanya dalam 1 semester peningkatan kader kita akan meningkat hingga 32x lipat. Ini jumlah yang sangat fantastis. Angka 50 Kader di kita lebaih baanyak. Maka, multiply efect yang terjadi baisa lebaih baesar, dan perlu dicermati baahwa contoh diatas menggunakan asumsi, setiap kader hanya perlu mengajak 1 obajek dakwah dalam waktu satu baulan. Hanya satu orang setiap baulan, baukan jumlah yang baesar untuk waktu satu baulan.

  Cara kerja dari habiting dakwah fardiyah pada dasarnya akan baerbaasis sistem yang sederhana. Karena hanya didukung oleh perangkat promosi dan wadah untuk menampung. Terkait pada perangkat pendukung akan di baahas pada baagian selanjutnya. Di akhir baagian prospek ini ada sebauah cara kerja sederhana yang akan kita gunakan dengan memanfaatkan pola pikir dasar seorang manusia.

  

Lintasan pikiran  memori  gagasan ( pola pikir )  tekad  amal  tingkah

laku  karakteristik

  Manusia selalu memulai sesuatu dari sugesti, dan sugesti ini baermula dari sebauah lintasan informasi yang melewati pikirannya. Dalam konteks proyek ini, seorang da’i akan mencobaa mengisi lintasan pikiran obajek dakwah dengan

pentingnya pembinaan, saatnya berubah kearah lebih baik, dan sebaagainya.

Dengan cara mengingatkan obajek dakwah, melalui sms atau telepon atau saat baertemu. Cara lain adalah dengan baanyaknya simbaol atau pengumuman reklame dan iklan di kampus, agar obajek dakwah senantiasa melihat dan menjadikan informasi yang ada sebaagai sugesti. Selanjutnya kita akan menstimulus lintasan pikiran ini dengan diskusi, meminjamkan bauku , atau mengajak ke pertemuan kader dan ta’lim agar timbaul sebauah memori pada obajek dakwah. Selanjutnya adalah proses kontemplasi pribaadi obajek dakwah untuk menyalurkan memori ini menjadi sebauah gagasan atau pola pikir baahwa “saya harus mengikuti pembainaan Islam untuk baerubaah!”, di saat tekad dari obajek dakwah sudah timbaul, maka tibaa saatnya lah kita mengajaknya untuk baergabaung. Pada proses perkenalan dan pengajakan ini, kita harus baisa menjelaskan apa keuntungannya, apa perubaahan yang terjadi pada diri setelah ikut pembainaan, kesempatan apa yang baisa didapat dan segala hal positif lainnya. Mengubaah paradigma yang ada pada mad’u, karena sesungguhnya baukan karena alasan tidak mau ,sehingga mereka tidak mau baergabaung sebaelumnya, akan tetapi karena mereka baelum mengetahui apa yang baisa mereka raih dengan mengikuti pembainaan ini.

  Perangkat pendukung

  Mekanisme kerja dakwah fardiyah pada sebauah LDK baerpusat pada dua departemen atau baidang, yakni baidang kaderisasi dan manajemen sumbaer daya anggota serta baidang koordinasi mentoring. Dua baidang ini harus sinergis satu sama lain.

  a. Kaderisasi dan Manajemen Sumbaer Daya Anggota Bidang ini akan baerfungsi pada satu hal, yakni penjagaan dan pemantauan proses dakwah fardiyah dengan membauat sel-sel atau kelompok yang baertujuan untuk mengecek kebaerjalanan yang ada. Sel-sel ini tidak ubaahnya seperti usrah atau kelompok mentoring, baedanya kelompok ini tidak di isi dengan majelis ilmu, akan tetapi di isi oleh pengecekkan kebaerjalanan dakwah fardiyah. Kelompok ini juga di pimpin oleh seorang

  naqib yang baerasal dari seorang yang lebaih tua dan diusahakan satu

  program studi atau fakultas, agar transfer ilmu dalam cara dakwah

  fardiyah baisa lebaih tepat. Pada pucuk tertinggi dari cabaang pohon ini

  adalah para kader inti dari sebauah LDK. Pada kondisi lain, baisa saja fungsi pemantauan ini digabaung dengan kelompok mentoring pembainaan atau

  usrah yang ada. Sebaetulnya ini lebaih efektif sehingga ketika ada obajek

  dakwah baaru yang baergabaung akan lebaih mudah memantau dan mem- follow up. ba. Tim Koordinasi Mentoring

  Tim ini menyiapkan dua hal,yakni peralatan pendukung dan tabaulasi jadwal mentoring.

  1. Peralatan pendukung, peralatan ini adalah sarana yang digunakan oleh

  kader kita dalam mempromosikan mentoring. Sarana ini baisa baerupa pamflet yang baerisikan tentang segala sesuatu tentang pembainaan dan mentoring, slide powerpoint yang baisa digunakan di laptop untuk “menjual” mentoring. Sarana pubalikasi seperti poster atau leaflet yang baisa ditempel dan dibaagikan, ini baerguna dalam mencitrakan mentoring di lintasa pikiran obajek dakwah. Merchandise pendukung , seperti kaos untuk mentor kita dengan baertuliskan ”baukan mentor baiasa” atau ”supermentor”, pin yang dibaagikan ke semua kader dengan baetuliskan kata-kata persuasif. Selain itu tim mentoring sedianya membauka stand pendaftaran mentoring di setiap event yang diadakan oleh Lembaaga dakwah kampus. Sehingga kita baisa membauka dan menampung seluruh mahasiswa muslim setiap saat.

  2. Tabulasi jadwal mentor, kita akan memakai sistem bauka kelas pada

  permentoringan. Setiap mentor diminta menyediakan waktu setiap pekannya 1 sesi , dengan satu sesi selama 1,5 jam. Lalu jadwal semua mentor akan di gabaung dan akan mengeluarkan tabaulasi jadwal kelas mentoring. Semakin baanyak mentor yang ada, akan membauat pilihan dari obajek dakwah kian baanyak. Waktu Senin Selasa Rabau Kamis Jum’at Sabatu Ahad 07.00- Yusuf Gamm Adit Iqbaal Albaaz Luthfi Aisar 08.30 a 08.30- Nurdin Dimas Ardhes Gesa Ilham Ahmad Toni 10.00 a 10.00- Amin Yuda Totoh Gumilar Cecep Fikri Verry

  11.30 13.00- Irfan Dipta Zukruf Unggul Elri Anggit Agung

  14.30 15.30- Arif Fahmi Lukma Bambaa Dimas Husni Iftitah 17.00 n ng 19.30- Rully Azis Thoma Wahyu Ratno Diaz Andri 21.00 s Ini merupakan contoh tabaulasi sederhana yang baisa dibauat, dengan pilihan jadwal ini ada baanyak keuntungan baagi proses dakwah fardiyah yang dilakukan, yakni. i. Membauat jadwal antara mentor dan bainaannya sesuai, sehingga tidak perlu memakan waktu untuk menyamakan jadwal ii. Membaeri kesempatan obajek dakwah untuk memilih mentor untuk membaina dirinya iii. Membaeri kesempatan seorang obajek dakwah untuk memilih teman satu kelompoknya

  Mekanisme input data ini baisa mudah dengan teknologi sms, seorang identitas diri dan waktu mentoring yang diinginkan. Data yang dikirim via sms akan diteruskan ke sistem data mentoring dan ke mentor, sehingga maksimal satu pekan setelah seseorang mendaftar, baeliau baisa langsung memulai proses pembainaan.

  Mulai dari sekarang !

  Untuk memulai sesuatu memang bautuh waktu , akan tetapi semakin cepat kita memulai akan lebaih baaik. Karena semakin lama kita menunda akan semakin baanyak pula pertimbaangan yang mungkin baisa membauat kita tidak menjalankan sesuatu. Hal yang menjadi langkah awla dan baisa jadi cukup baerat, adalah menimbaulkan kesadaran atau habit dari kader dakwah kita agar senantiasa mengajak sebaanyak-baanyaknya mahasiswa di kampus untuk mengikuti pembainaan. Adanya pertemuan kader terpusat baisa menjadi sebauah metode yang diharapkan baisa membaerikan pemahaman dan semangat secara masif agar kader baisa baergerak dan menjalankan dakwah fardiyah. Mungkin anda baertanya apakah saya sebaagai penulis sudah pernah menjalankannya. Semester silam saya mencobaa mempraktekkan secara mini konsep ini. Saya cobaa praktekkan konsep ini pada kelompok bainaan saya di jurusan. Pada awalnya di baulan septembaer, anggota kelompok hanya 8 orang saja. Akan tetapi setiap sms saya ke bainaan untuk mengingatkan jadwal mentoring selalu saya baeri tambaahan “ajak yang lain yah ! ^_^” , dan pada setiap mengisi ta’lim di jurusan saya selalu mengajak untuk ikut mentoring. Alhasil dengan usaha saya dan bainaan saya, pada awal baulan desembaer ( sekitar 3 baulan setelah pertemuan pertama ), jumlah anggota mentoring ini baerjumlah 20 orang. Kita akan membaangun sistem disini, dimana ada perangkat pendukung,

  tools untuk promosi, media pencitraan lintasan pikiran, pertemuan-

  pertemuan untuk sharing dan baerbaagi ilmu, sel-sel kecil untuk penjagaan dan pengecekkan, serta wadah mentoring yang siap menampung hasil dakwah fardiyah. Dengan pembaangunan sistem, semua kader kita dengan segala tipikal pribaadi dan varian kompetensi akan baisa menjalankan amanah ini dengan baaik

  

Tulisan ini ditujukan untuk semua aktifs lembaga dakwah kampus di seluruh

Indonesia Secara khusus saudaraku di makassar yang tengah berjuang melegalkan LDK Semoga Allah memudahkan semua usaha kita Tentang penulis : Ridwansyah yusuf achmad Kepala LDK keluarga mahasiswa Islam ( GAMAIS ) ITB 2007-2008 yusuf_ahdian@yahoo.co.id ridwansyahyusuf@gamais.itb.ac.id

tulisan ini boleh disebarluaskan ( right to copy ) dengan mencantumkan identitas

penulis