Pra TK dan TK, Serupa Tapi Tak Sama

Kemajuan Besar

Anak-anak usia balita (bawah lima tahun) biasanya selalu mengejutkan para orang tua dengan perkembangan alamiah mereka yang menakiubkan, yang bisa berlangsung dalam waktu singkat dan tak terduga. Perbedaan usia yang hanya satu atau dua bulan saja bisa memberikan perbedaan kemampuan yang cukup besar.

Dalam sebulan saia, anak yang semula cengeng bisa berubah menjadi mandiri. Dari yang masih cedal bisa berubah menjadi Dalam sebulan saia, anak yang semula cengeng bisa berubah menjadi mandiri. Dari yang masih cedal bisa berubah menjadi

Itu sebabnya, kemampuan anak--anak usia in! belum bisa disamakan kemampuan siswa TK A, karena nyatanya usia mereka berbeda - setidaknya dengan rentang waktu satu tahun, atau sama dengan dua belas bulan. Sebuah perbedaan yang amat besar dilihat dari proses perkembangan seorang anak usia balita.

Gerak Motorik Dominan

Masih sangat wajar, jika anak-anak pra TK ini lebih suka bermain ayunan dari pada bermain di kelas. Bagi mereka, benda-benda yang bisa berputar-putar dan mengayun- ayunkan tubuh mereka itu sangat menggairahkan. Akan lebih baik jika 50-75 % waktu bermain mereka dalam sehari di play group dan di rumah dihabiskan dengan bermain seperti ini. Guru dan orang tua yang kreatif, akan memadukan materi pembelajaran dengan kegiatan motorik ini.

Mengenal konsep hitung, mengenal wama hingga pengenalan doa, semua bisa dilakukan sambil berayun-ayun, berlarian, atau sambil duduk santai di halaman rumput yang luas, bukan?

Dominannya motorik kasar ini pun membuat ruang gerak anak m enjadi luas. Mereka butuh berlarian ke sana kemari, butuh ruang lebar untuk menyebar mainannya di karpet, bahkan juga untuk bermain petak umpet bersama teman, ayah ibu maupun gurunya.

Sayangnya, lebih banyak play group yang temyata hanya memiliki ruang 'kelas bermain' tak lebih dari 3x3 meter per segi, itupun untuk 10 orang siswa. Halamannya pun seadanya, sehingga anak harus berdesakan untuk bermain. Kalau mereka ingin berlarian, kerap harus bertabrakan dengan teman. Akibatnya, guru terpaksa melarang anak untuk berlarian, padahal itu berarti menghambat perkembangan motorik anak itu sendiri.

Jarak Pandang Dekat

Tidak seperti anak TK yang telat. mampu melihat dalam rentang jarak lebih dari 3 meter, maka anak-anak mungil tiga tahun-an ini baru memiliki kemampuan pandang dalam jarak yang relatif dekat, tak lebih dari 2 hingga 3 meter.

Mengingat minimnya kemampuan ini, maka posisi hadap guru dan siswa harus diatur tidak terlalu jauh, dan tidak menyebar. Posisi berhadapan dengan siswa duduk setengah lingkaran di atas karpet adalah posisi yang sangat efektif untuk kegiatan yang banyak membutuhkan komunikasi verbal.

Untuk kegiatan yang memerlukan ruang gerak agak luas untuk mengerjakan sesuatu atau memerlukan meja, barulah anak-anak bisa dikelompokkan satu meja untuk empat hingga lima anak. Posisi duduk kursi yang menyebar akan menyulitkan anak untuk berkonsentrasi ke satu arah, sehingga, guru harus aktif ' berkeliling agar semua siswa dapat melihatnya. Hal ini menyebabkan posisi ini tak efektif untuk komunikasi verbal.

Obyek Pandang Besar

Sebuah apel yang digambar ibu guru di papan tulis dengan ukuran diameter 7 cm tak akan menjadi sesuatu yang menarik bagi anak 3 tahun yang harus melihatnya dari kursinya yang berjarak 4 meter dari papan tulis. Lain halnya jika ibu guru membawakan selembar kertas folio dengan gambar apel merah segar berdiameter 10 cm dan ditunjukkan kepada anak-anak dalam jarak dua meter, apalagi jika si apel memiliki mata dan mulut yang sedang tertawa, anak akan berebut melihatnya.

Komunikasi Dua Arah

Memandang lurus dan langsung ke mata anak, adalah kunci sukses komunikasi guru dan siswa.jika tidak ditatap demildan, dapat dipastikan pandangan anak akan segera teralih ke sekitamya hanya dalam hitungan detik.

Celotehan anak kerap terluncur dari bibir mungil mereka, tanpa ada sangkut pautnya sama sekali dengan apa yang sedang dibicarakan guru. Tentu saja, guru harus bijaksana menghentikan sebentar pembicaraannya untuk mendengarkan celotehan-celotehan mereka dengan penuh perhatian.

Ingat, bahwa untuk usia tiga tahun-an, tak banyak anak yang mampu dan berani menceritakan perasaannya dengan celotehan seperti itu.

M ODEL PEM BEL AJARAN PRA TK (3 th-an)

§ Pembelajaran sedetik yang diulangulang sudah cukup, § jangan bertanya untuk mengetes kemampuan anak

§ 50 - 75 % waktu belajamya diserasikan dengan kegiatan dan permainan motorik § Ruang gerak luas, cukup untuk berlarian dan berlompatan

§ jarak pandang dekat, hanya 2 - 3 meter § Obyek pandang harus berukuran besar dan mencolok § Berkomunikasi dengan menatap langsung mata anak § Dengarkan dan tanggapi celotehan anak

Itu sebabnya celotehan-celotehan mereka tak boleh dihentikan. justeru guru harus menanggapi dan mengembangkan celoteha-n itu dengan beberapa kalimat tanggapan balik. Setelah si anak puas, barulah guru kembali ke topik pembicaraan semula. Cara ini berbeda dengan cara menghadapi anak yang duduk di TK A, dimana mereka yang suka memberi celotehan yang tak sesuai dengan topik pembelajaran harus sudah diarahkan untuk hanya memberikan komentar dan pendapat seputar topik saja.

Merekam, Bukan Mengungkapkan

Semua anak tiga tahun-an, memiliki kemampuan tinggi untuk merekam segala sesuatu yang ia dengar dan ia lihat setiap hari. Anak tiga tahunan yang dua hari sekali membaca doa sebelum makan bersama-sama, umumnya sudah akan mampu mengucapkannya sendiri dalam beberapa bulan tanpa harus dibantu. Walaupun anak melakukannya setiap hari Semua anak tiga tahun-an, memiliki kemampuan tinggi untuk merekam segala sesuatu yang ia dengar dan ia lihat setiap hari. Anak tiga tahunan yang dua hari sekali membaca doa sebelum makan bersama-sama, umumnya sudah akan mampu mengucapkannya sendiri dalam beberapa bulan tanpa harus dibantu. Walaupun anak melakukannya setiap hari

Glenn Doman, seorang ahli pendidikan anak, dalam bukunya Metodenya Mengajar Balita Membaca, menyarankan pendidik untuk menunjukkan kartu tulisan kepada anak tak lebih dari satu detik saja. Sebab sesungguhnya memori anak bekeria ekstra hebat, di luar perkiraan orang dewasa, dan sedetik saja ia memandang atau mendengar sesuatu, itu sudah sangat cukup untuk memasukkannya ke dalam memori otak. justru rentang waktu lebih dari sedetik saat menatap, mendengar atau menirukan, bisa membuat anak menjadi bosan dan kehilangan konsentrasinya.

Sebaliknya, pada usia 3 tahunan ini, belum tumbuh keinginan anak untuk menyampaikan pendapatnya, atau menunjukkan kebolehannya. Itu sebabnya banyak dari mereka akan malas menjawab pertanyaan ibu guru. Sebagian besar yang lain tidak menjawab karena belum meiliki keberanian untuk itu.

Pendidik tidak boleh terlalu cepat ingin mengetahui hasil dari pendidikan yang ia berikan, sehingga memberi pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui apakah mereka mendengarkan 'pelajaran' ibu guru hari itu. Dan ketika anak- anak tidak menjawab, bu guru memberi respon positif, seakan-akan anak-anak tersebut tak mengetahui jawabannya. Padahal kenyataannya bukannya anak tak mengerti, hanya saja mereka sedang tidak ingin menjawabnya.Sayangnya, ketika ibu guru merespon negatif, anak yang tak menjawab Pendidik tidak boleh terlalu cepat ingin mengetahui hasil dari pendidikan yang ia berikan, sehingga memberi pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui apakah mereka mendengarkan 'pelajaran' ibu guru hari itu. Dan ketika anak- anak tidak menjawab, bu guru memberi respon positif, seakan-akan anak-anak tersebut tak mengetahui jawabannya. Padahal kenyataannya bukannya anak tak mengerti, hanya saja mereka sedang tidak ingin menjawabnya.Sayangnya, ketika ibu guru merespon negatif, anak yang tak menjawab

Mudah-mudahan tulisan ini memberi masukan segar bagi semua ibu dan guru.

Buku Dimana-mana

Tips menumbuhkan kecintaan anak pada buku dan dunia bacaan.

Siapa yang tak senang memiliki anak gemar 45membaca? Anak seperti ini akan lebih sukses dalam mencari pengetahuan demi masa depannya. Namun kenyatannya, lebih banyak anak yang bend untuk membaca. Lebih sedikit lagi yang kutu buku. Kondisi ini belum terpecahkan karena orang tua tak mengerti duduk permasalahannya. Ikutalah bahasan berikut.

Buku di mana-mana

Buatlah sebuah perpustakaan di rumah, walau hanya satu sudut kecil saja. Kunci utama pengenalan anak kepada buku adalah besamya frekuensi 'pertemuannya yang menyenangkan' dengan buku.'Syukursyukur jika banyak buku menarik yang anda sediakan khusus untuk anak-anak.

Ijinkanlah mereka untuk selalu bersama-sama dengan buku. Membaca santai di ruang keluarga, di teras, di ruang tidur, ruang makan hingga di WC. Biasakanlah di mana-mana mereka melihat buku. Jangan memasung anak dengan hanya memperbolehkan mereka membaca. di ruang perpustakaan saia, dengan posisi duduk yang tegak saja, atau di jam-jam tertentu saia. Dalam keadaan seperti ini anak tak bisa menikmati buku yang dibacanya.

Sebaliknya, anak membutuhkan suasana santai untuk bisa menumbuhkan rasa nikmat kala membca tadi. Tentu saja, akhimya diperlukan -kerja ekstra orang tua untuk merapikan buku-buku itu kembali di saat yang ditentukan.

Akan membantu pula jika mengenalkan keasyikan membaca lewat keaktifan orang tua dalam mendongeng.

Jadilah Orang Tua Pembaca

Ketika melihat orang tuanya begitu serius dan antusias membaca, anak akan penasaran, dan terffmxivasi untuk meniru perbuatan orang tuanya. Bermula dari motivasi inilah maka anak akan mudah untuk menemukan kenikmatan dalam membaca. Sebuah keuntungan bagi orang tua, adalah karena karakter anak yang suka meniru, maka or-ang tua tak perlu repotrepot memberi pengertian. Anak akan meniru dengan sendirinya.

Bermula darl Komik

Sebagai langkah awal, harus dicarikan buku yang paling menarik bagi anak. Untuk usia balita, sekarang banyak tersedia buku cerita menarik bukan hanya dari segi cerita dan gambamya saia, tetapi juga dari penampilan dan kreatifitasnya.

Buku dengan cover (halaman depan) terbuat dari kardus tebal yang tak mudah rusak, tak mudah robek, tahan kering dan mudah dihapus jika tercoret Ada pula buku pop-up, sebuah jenis buku yang gambar-gambar di dalamnya bisa dibuka Buku dengan cover (halaman depan) terbuat dari kardus tebal yang tak mudah rusak, tak mudah robek, tahan kering dan mudah dihapus jika tercoret Ada pula buku pop-up, sebuah jenis buku yang gambar-gambar di dalamnya bisa dibuka

Atau anak. tertarik pada komik ? Bagi kebanyakan orang dewasa, komik anak-anak. seakan bukan bahan bacaan yang balk. Tetapi sesungguhnya komik sangat membantu anak mengawali kecintaannya kepada buku. Banyaknya gambar dengan bahasa yang pendek dan ringan pas dengan kemampuan anak di tahap awal yang belum terbiasa membaca kalimat-kalimat padat dan lengkap. jadi, biarkan anak. anda mencandu komik di usia 6 tahun. Berikutnya, sesuai perkembangan usianya, kembangkanlah emampuan mmbaca mereka pada buku-buku lain yang lebih balk dan lebih sulit bobot bacaannya. Tahapan kemampuan baca anak ini akan diuraikan dalam tulisan berikutnya.

Hindarkan dari TV

Televisi adalah musuh besar bagi anak-aank. Tayangannya yang hanya menitikberatkan pada gambar dan suara, dan hanya menuliskan sepatah atau dua patah kata, justru membuat anak malas membaca. Gambamya yang begitu cepat bergerak dan berganti, membuat anak tak terbiasa berkonsentrasi. Padahal untuk menikmati bacaan butuh konsentrasi. Wama-waminya yang begitu semarak sangat menarik, menyaingi kondisi banyak buku anak-aank yang suram dan membosankan. Apalagi buku pelajaran sekolah dengan kertas yang buruk dan tanpa gambar. Anak yang Televisi adalah musuh besar bagi anak-aank. Tayangannya yang hanya menitikberatkan pada gambar dan suara, dan hanya menuliskan sepatah atau dua patah kata, justru membuat anak malas membaca. Gambamya yang begitu cepat bergerak dan berganti, membuat anak tak terbiasa berkonsentrasi. Padahal untuk menikmati bacaan butuh konsentrasi. Wama-waminya yang begitu semarak sangat menarik, menyaingi kondisi banyak buku anak-aank yang suram dan membosankan. Apalagi buku pelajaran sekolah dengan kertas yang buruk dan tanpa gambar. Anak yang

Tips M engenalkan Buku pada Anak

Perbanyak pertemuan dengan buku

§ Buat perpustakaan mini di sudut kamar § Ciptakan suasana baca § Biasakan mendongeng § M ulai dari buku yang paling ringan

Tumbuhkan Motivasinya

Seseorang akan bangkit moltivasinya untuk melakukan sesuatu jika ia menemukan keasyikan dan kenikmatan. Begitu pula dalam hal membaca. Tak. ada gunanya memaksa anak untuk membaca bukubukunya dengan maksud agar mereka terbiasa membaca. Yang lebih penting untuk dilakukan adalah mehumbuhkan keasyikan terlebih dahulu.

Untuk menumbuhkan keasyikan, bolehkan anak memilih sendiri buku yang akan ia baca. jangan kecewa jika pilihannya masih sangat jauh dari harapan anda. Dan anda tak boleh memaksanya mengubah pilihannya jika bukan karena keinginannya sendiri. Sabarlah, karena kelak jika keasyikan telah tumbuh, akan lebih mudah untuk menyuruhnya memilih.

Dari Komik menuju Buku Pelajaran

Untuk menjadi kutu buku temyata perlu melewati banyak tahapan dan butuh waktu lama.

Membiasakan anak untuk membaca tidak bisa dicapai hanya dalam waktu beberapa hari, atau satu dua minggu saja. Orang tua harus ekstra sabar karena upaya pembiasan ini bisa makan waktu berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun- tahun. Bagi anak balita, maupun usia sekolah, bisa dilakukan peran aktif orang tua memfasilitasi upaya pembiasaan ini, yang umumnya melalui beberapa tahapan, sepe!-ti ditulis Mary Leonhart dalam bukunya, Parents Who Love Reading, Kids Who Don't.

Tahap Rertama: Membolak-balik Buku dan Majalah

Jangan kecewa, jika anak-anak anda hanya membuka-buka saja buku-buku yang telah anda beli dengan harga tinggi. Mungkin hanya judul-judulnya saja yang mereka baca, dan gambar-gambamya saja yang mereka amati. Bagi mereka yang belum terbiasa membaca, ini adalah sebuah awal yang baik, dan harus segera direspon oleh orang tua.

Biarkan anak asyik dengan kegiatannya membolak-balik buku berulang-ulang, hingga. nampak mereka begitu asyik. Buku yang nampak semakin kumal adalah tanda awal keberhasilan tahap ini.

Tahap Kedua : Membaca Komik, Majalah dan Koran

Bacaan jenis komik adalah jembatan menuju buku selanjutnya yang lebih berkualitas. Karena untuk mencema bacaan bukan hal yang mudah, anak perlu membiasakan mencema kalimat- kalimat pendek dengan banyak gambar terfebih dulu. Selain itu ceritanya yang pendek-pendek tidak membuat bosan atau memberatkan anak yang belum suka membaca.

Keuntungan lain, adalah bahwa komik dan majalah memiliki banyak seri. Sekali anak tertarik pada satu jenis komik, Doraemon misalnya, ia akan sangat ingin mengoleksi semua komik tokoh ini yang selanjutnya. Itu berarti ia akan membaca puluhan komik lagi! Dan biarkan mereka mengoleksi sebanyak-banyaknya komik dan majalah kesukaan mereka!

Tahap Ketiga : Buku Pertama

Tiba saatnya melangkah menuju sebuah buku. Orang bisa mencarilkan buku teringan dari kemampuan baca

anak. Untuk anak usia. di bawah tujuh tahun, buku dengan banyak gambar cukup banyak tersedia. Untuk usia selanjutnya, pilihkan buku cerita yang 'ringan', tidak terlalu paniang ceritanya, tetapi tetap tidak terkesan kekanak- kanakan.

Mereka yang suka komik fiksi perlu dicarikan buku cerita fiksi. Yang suka majalah akan lebih tepat jika dibelikan buku pertama yang bertema non-fiksi atau berbau pengetahuan.

Tahap Keempat : Bacaan Tertentu

Pada tahapan ini, sudah muncul keasyikan tersendiri terhadap jenis bacaan tertentu, dan anak-anak itu bangga terhadap hobi barunya itu. Orang tua kerap jengkel dengan kefanatikan anak terhadap buku pertamanya itu. Asal tahu saja, sebenamya tahapan ini wajar dan menggembirakan, sehingga tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Tahap Kellma : Pengembangan

Ketika anak sudah membaca puluhan buku dalam satu seri, atau hanya yang bertema fiksi saja, misainya, tiba saatnya untuk mengembangkan ke arah buku bertema non-fiksi. Tawarkan buku-buku cerita dengan variasi judul baru, dan dengan variasi tema. Upaya ini belum tentu berhasil dengan cepat. Mungkin anak anda masih perlu waktu bertahun-tahun untuk memuaskan keinginannya membaca kisah-kisah fiksa atau khayal. Tetapi yakinlah, satu saat kelak pasti ada juga tumbuh keinginannya untuk mencoba jenis bacaan lain.

Tahap Keenam: Bacaan yang Lebih Was

Akhimya, akan tiba saatnya anak mulai membaca buku jenis lain dari yang biasanya ia baca. jika tiba saat ini, orang tua harus segera 'menangkap' momen ini dengan memberikan fasilitas sebesar-besamya agar anak bisa mengenal lebih banyak variasi buku lainnya.

Tahap Ketujuh: Mencari Buku Sendiri

Adalah sangat menggembirakan ketika kini anakanak telah berinisiatif untuk mencari sendiri buku-buku yang ingin mereka baca. Motivasi telah tumbuh dan perlu terus didukung. Berilah fasilitas, dengan mengantar mereka ke toko buku dan perpustakaan untuk memilih bukunya sendiri.

Tahap Kutu Buku Abadi

Segalanya menjadi lebih mudah ketika anak sudah tak terpisahkan dari buku-bukunya. Mereka tertarik untuk mengisi waktu luangnya dengan membaca, dan lebih suka tenggelam dalam bukunya dari pada menonton hingar-bingamya televisi. Dalam keadan ini, anda akan lebih mudah mengaiak anak menyukai buku-buku pelajaran mereka, walau buku-buku itu tak menarik, karena mereka telah terbiasa membaca.

Pro Aktif : Mempercepat Proses Perkembangan Anak

Menunggu waktu, itu budaya lama. Kini semuanya bisa dipercepat Asal tidak kelewatan saja.

Belasan tahun yang lalu, bay!-bayi di Indonesia dilahirkan sama dengan bayi-bayi sekarang, yaitu belum tahu apa-apa. Belum bisa melihat, hanya menangis dan menggerak- gerakkan kald tangan tak teratur.

Tetapi selanjutnya nampak ada perbedaan dalam hal pola pertumbuhan dan perkembangannya. Bayi-bayi dulu baru bisa melihat ke arah seseorang dalam usia dua bulan, tetapi bayi- bayi sekarang sudah nampak reaksi penglihatannya sebelum empat pufuh hari.

Kalau dulu bayi bisa tengkurap di usianya yang kelima bulan, sekarang tak perlu lagi menunggu hingga tiga bulan. Begitu juga duduk, merangkak. berdiri dan berialan, rata-rata bayi sekarang berkembang lebih cepat. Penghematan waktu telah teriadi, dengan perbedaan yang kian lama kian besar.

Dari yang semula bisa berialan dalam satu setengah tahun, kini menjadi sepuluh bulan. Dari yang bisa masuk sekolah di usia 7 atau 8 tahun, kini bisa dimulai usia 6 tahun. Secara umum, memang nampak ada perbedaan dalam hal perkembangan.

Inilah yang disebut'percepatan'. Suatu pola tumbuh kembang yang dipercepat. Pola ini tetap sama pada setiap bayi, sejak Inilah yang disebut'percepatan'. Suatu pola tumbuh kembang yang dipercepat. Pola ini tetap sama pada setiap bayi, sejak

Tidak ada bayi normal yang bisa lebih dahulu bisa melihat dari pada mendengar. Setiap bayi sudah langsung bisa mendengar ketika dia lahir, atau bahkan sejak masih janin. Dan baru akan bisa melihat sesuatu secara fokus pada usia satu atau dua bulan kehidupannya.

Keuntungan percepatan

Secara teori, kecepatan perkembangan anak antara satu dengan yang lain tak bisa disamakan. Begitu banyak faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang anak, sehingga ada perbedaan dalam kecepatan tempuhnya. Ada pula ahli yang beranggapan bahwa pertumbuhan fisik yang dipercepat, pun tidak banyak membawa manfaat bagi anak.

Memang benar bahwa anak yang bisa berjalan pada bulan kesepuluh tidak akan secara otomatius lebih pandai dari pada yang lain. Tak ada hubungan langsung antara kemampuan fisik dengan perkembangan otak. Namun kenyat~an membuktikan bahwa proses &percepatan'ini temyata banyak sekali manfaatnya bagi anak, terutama bila ditinjau dari sisi perkembangan kepribadiannya.

Hal ini dimungkinkan terjadi karena secara umum masyarakat memberikan respon yang menyenangkan kepada bayi yang lebih unggul dari pada bayi lain. Sementara secara awam,

'keunggulan' bayi yang paling cepat dapat dinilai adalah dari sisi perkembangan kemampuan fisik mereka.

Sikap Pro aktif M endidik Anak

§ Jangan terus menerus memberi mainan yang sama § K etika anak puas dengan mainan yang satu, segera berikan mainan baru § K etika satu ketrampilan telah mampu dilakukan, segera ajarkan ketrampilan berikutnya § Sediakan fasilitas setingkat di atas kemampuan anak, supaya terangsang untuk meningkatkan kemampuannya § Bangun rasa iri yang positif melihat perkembangan anak lain dan segera kejar ! § Hentikan usaha pro aktif ini jika anak menjadi tak nyaman karenanya

Orang akan berdecak kagum, tersenyum dan bertepuk tangan melihat kelucuan bayi sepuluh bulan yang jatuh bangun ketika belajar berjalan. Orang pun senang dan gemas melihat anak yang belum lagi genap dua tahun namun sudah mampu bicara banyak dengan centilnya.

Respon-respon positif ini menyenangkan hati anak, dan memperbesar rasa percaya diri mereka. Akhimya, dari kemapanan rasa percaya diri ini akan berkembang sebuah kepribadian yang sehat dan trengginas.

Sebuah kenyataan pahit yang tak dapat dihindarkan adalah, bahwa temyata masyarakat tidak terlalu memberi respon kepada bayi-bayi yang berkembang secara biasa, yang tidak Sebuah kenyataan pahit yang tak dapat dihindarkan adalah, bahwa temyata masyarakat tidak terlalu memberi respon kepada bayi-bayi yang berkembang secara biasa, yang tidak

Jangan Tertinggal Kereta

Dulu, orang cenderung membiarkan anak berkembang apa adanya, tanpa rangsangan dari luar. lbu masih terus menggendong ke manamana putra-putrinya yang sudah berumur dua tahun. Mereka pun dibebaskan bermain hingga usia 7 hingga 8 tahun untuk kemudian masuk SD. Tidak semua anak dianggap perlu belaiar hingga lulus SD. Kalaupun lulus, tidak semua juga dianggap perlu meneruskan ke SLTP. Dan akan lebih sedikit lagi yang merasa harus terus masuk SLTA. Tapi kini? Selain sekolah sudah menjadi keharusan dan kebutuhan, bahkan sejak anak usia dua tahun pun telah disediakan sarana pendidikan untuk merangsang pertumbuhannya. Tumbuh Kelompok Bermain di mana-mana, yang memang sangat berguna untuk mempercepat perkembangan fisik dan mental anak-anak.

Lingkungan, teknologi dan pola hidup masyarakat yang mengalami perubahan pesat mengharuskan orang tua untuk menyesuaikan diri. Kalau anak-anak sekarang tidak lebih terpacu perkembangan otaknya dibanding anak-anak dahulu, mungkin akan tersisih dari pergaulan masyarakat. Tidak bisa mengimbangi dan mengejar ketertinggalannya.

Tak ada yang bisa menghindar dari persaingan global yang pasti akan terjadi.

Dasar-dasar ilmu pasti, berhitung, pengenalan alam hingga, bahasa asing, sudah dirasa perlu untuk anak-anak bahkan semenjak TK. Asalkan disampaikan dengan metoda sesuai kebutuhan perkembangan anak seusianya. Tidak bisa lagi kita menunggu waktu sebab kenyataankenyataan yang baru akan mereka pelaiari di sekolah lanjutan itu sebenamya sudah dihadapi anak-anak semenjak mereka kecil.

Sikap Proaktif

Inilah pola pendidikan modem yang sesuai dengan tuntutantuntutan kondisi lingkungan dan masyarakat. Tuntutan akan keseimbangan antara kekuatan fisik dan otak itu mesti dipenuhi, karena, di era globalisasi ini begitu banyak tantangan yang memerlukan kerja otak dari pada kerja fisik.

Pola asuh proaktif adalah sikap orang tua yang mendidik analk dengan mengantisipasi segala perubahan, masalah, dan kebutuhan di masa depan. Di dalam pola ini orang tua dituntut untuk berpikir dan berinisiatif melakukan tindakan. Harus memilih dan menentukan rangsangan terbaik untuk anak, tidak hanya bersifat menunggu dan menerima saia apa yang akan terjadi pada anak.

Ind dari pola asuh proaktif ini adalah upaya membentuk 'percepatan' tadi. Percepatan hanya akan tedadi kalau ada rangsangan dan dorongan kuat dari luar. Bukan hanya dilakukan dalam bidang perkembangan kemampuan fisik saia, Ind dari pola asuh proaktif ini adalah upaya membentuk 'percepatan' tadi. Percepatan hanya akan tedadi kalau ada rangsangan dan dorongan kuat dari luar. Bukan hanya dilakukan dalam bidang perkembangan kemampuan fisik saia,

Bagaimana cara pemberian rangsangan tersebut? Sebagai contoh, kita tinjau seorang bayi yang suka memegang segala sesuatu, dan mulai belaiar membedakan halus dan kasamya. Walaupun tanpa harus diajari, mereka akhimya akan bisa membedakan perbedaan antara tepung dan beras berdasarkan halus kasamya. Tetapi seorang ibu yang mendidik proaktif mungkin akan sengaja menyediakan satu mangkok beras dan segelas tepung lengkap dengan sendok garpu dan piring plastik untuk media bermain anak. Saat itulah, sang bayi belajar merasakan halus kasar, lengketnya tepung dan beras pada tangan, tercampumya tepung ke dalam air dan tenggelamnya beras, serta masih banyak lagi. Lewat cara. ini si bayi mulai mengasah kepekaan indera perasa kulit dan logika akalnya lebih cepat dibanding mereka yang dibiarkan menemukan sendiri beberapa bulan sesudahnya.

Buku-buku ensiklopedi khusus anak-anak kini telah banyak beredar di toko, dan ini sangat baik untuk merangsang perkembangan otak anak. Lewat media cetak ini minat anak akan tergugah lebih dini untuk mendalami ilmu pengetahuan.

Dari sisi perkembangan emosi, egosentrisme yang secara fitrah dibawa semenjak lahir pun bisa dipercepat berkurangnya dengan cara proaktif ini. Anak usia 2,5 tahun yang sudah tergabung dalam Kelompok Bermain akan sudah belajar bersosialisasi dengan teman sehingga mulai bisa Dari sisi perkembangan emosi, egosentrisme yang secara fitrah dibawa semenjak lahir pun bisa dipercepat berkurangnya dengan cara proaktif ini. Anak usia 2,5 tahun yang sudah tergabung dalam Kelompok Bermain akan sudah belajar bersosialisasi dengan teman sehingga mulai bisa

Peran aktif dan kreatifitas orang tua yang sangat menentukan dalam hal ini. Yaitu dengan cara memberikan fasilitas kepada anak, yang memungkinkan fase-fase pada pola tumbuh kembang bisa segera dilewati.

Tidak Berlebihan

Perlu diingat, agar orang tua tidak salah dan berlebihan dalam menerapkan sikap proaktif ini. Tidak salah, maksudnya percepatan yang dilakukan harus tetap disesuaikan dengan kemampuan psikologis anak sesuai usianya.

jangan memaksa anak segera masuk TK jika secara psikologis mereka belum mampu. Mengajar berhitung, menulis, juga harus disesuaikan dengan kebutuhan bermain mereka. jangan sampai orang tua mengajar anak TK berhitung dengan menggunakan sistem yang sebarusnya untuk anak usia SID. jangan pula memadati hari-hari anak dengan berbagai macam les dan kursus sehingga membuat mereka jenuh dan tertekan.

Berlebihan, maksudnya jika 'percepatan' yang diupayakan orang tua sudah melebihi batas kemampuan psikologis. Misalkan, kemampuan analk untuk mandiri, bisa mulai dipercepat di usia TK. Tetapi tetap tidak bisa diharapkan terialu banyak di usia pra-TK. Tuntutan orang tua yang menginginkan anaknya sudah bisa mandiri terlalu cepat Berlebihan, maksudnya jika 'percepatan' yang diupayakan orang tua sudah melebihi batas kemampuan psikologis. Misalkan, kemampuan analk untuk mandiri, bisa mulai dipercepat di usia TK. Tetapi tetap tidak bisa diharapkan terialu banyak di usia pra-TK. Tuntutan orang tua yang menginginkan anaknya sudah bisa mandiri terlalu cepat

Untuk bisa bersikap proaktif tanpa beriebih-lebihan, orang tua perlu memahami pedoman pendidikan anak yang benar. Tidak lagi cukup mengandalkan naluri dan anggapan'biarlah mengalir begitu saia. Sementara teori pun tidak mandeg, akan terus mengalami pembaharuan. Itu sebabnya bagi siapapun, tak ada batas waktu untuk berhenti belajar.

Jangan Abaikan Otak Kanan

Cerdas, pintar kaikulasi, memang penting. Apolagi bila ditambah luwes bersosialisasi dan punya rasa seni. Itu bila perkembangan otaknya seimbang

Ibu memperhatikan Vivit yang sedang belajar di meja belajamya. Sudah setengah jam anak sulungnya itu duduk menghadapi PR Matematikanya, tetapi baru dua nomor yang selesai. Kursi yang diduduki Vivit bergoyang-goyang seirama dengan goyangan kakinya ke depan dan belakang. Dari bibimya keluar gumaman senandung lagu kanakkanak yang kini sedang trend. Sesekali pensil yang diapit jari jemarinya pun turut bergoyanggoyang. Begitu juga kepalanya.

Ketika pandangan kosong Vivit terialu lama menatap gambar dinding di depannya, untuk yang kesekian kali ibu harus memberi teguran, "Ayo, sayang. Jangan banyak melamun. Selesaikan dulu satu pekerjaan, baru kerjakan yang lain."

Belahan Kiri

Belahan Kanan

Tidak Teratur

lbu benar-benar heran. Jika Vivit sedang semangat belajar, soal cerita sebanyak dua halaman bisa ia tuntaskan dalam setengah jam. Tetapi jika sedang tidak mood (semangat) seperti sekarang, sulit sekali baginya untuk bisa konsentrasi lbu benar-benar heran. Jika Vivit sedang semangat belajar, soal cerita sebanyak dua halaman bisa ia tuntaskan dalam setengah jam. Tetapi jika sedang tidak mood (semangat) seperti sekarang, sulit sekali baginya untuk bisa konsentrasi

Apa yang dialami Vivit, adalah satu contoh kasus akibat penggunaan otak yang keliru. Tidak seimbang antara pemanfaatan bagian otak kiri dengan bagian otak kanan.

Otak Kanan Butuh Perhatian

Bahwa otak manusia terdiri atas belahan kiri dan kanan, sudah kita ketahui. Kini, saatnya kita mencari-cari, apa maksud Allah dengan penciptaan seperti ini?

Ketika susunan saraf indera menerima informasi, mereka akan meneruskannya ke otak. Selanjutnya otak akan mengolah informasi tersebut, untuk kemudian memberikan perintah kepada organ-organ tubuh yang lain, sebagai reaksi dari informaskinformasi tadi.

Antara kedua jenis belahan otak, masing-masing memiliki spesifikasi keahlian khusus dalam mengolah informaskinformasi yang masuk.

Kehidupan sehari-hari lebih banyak memunculkan permasalahan yang berkaitan dengan komunikasi verbal, sebagai salah satu keahlian otak kiri. Itu sebabnya, lebih banyak orang yang terampil menggunakan otak kiri dibanding otak kanan. Bahkan dalam lingkungan pendidikan di sekolah pun, cenderung menganakemaskan otak kiri. Buktinya, ada Kehidupan sehari-hari lebih banyak memunculkan permasalahan yang berkaitan dengan komunikasi verbal, sebagai salah satu keahlian otak kiri. Itu sebabnya, lebih banyak orang yang terampil menggunakan otak kiri dibanding otak kanan. Bahkan dalam lingkungan pendidikan di sekolah pun, cenderung menganakemaskan otak kiri. Buktinya, ada

Sayang, sangat sedikit yang peduli tingkat kreativitas anak mereka di usia TK. Bagaimana pengendalian emosinya, imajinasi, dan keberaniannya, dianggap tak penting. Bisakah anak bersosialisasi dengan baik terhadap teman atau punyakah kepekaan empati, dianggap hal sepele. Alhasil, otak kanan yang bertugas mengembangkan hal-hal terakhir ini pun sudah digusur semenjak dini.

Di usia SD masih juga belum banyak perbaikan. Masih terlalu banyak SID yang mengandalkan pengajaran teori-teori mata pelajaran semata. Dimulai dengan buku-buku paket yang tidak menarik, metode pembelajaran monoton searah yang membosankan, guru-guru yang kurang terampil berkomunikasi, suasana kelas yang pengap, kurang fasilitas, serta tak berubah dari hari ke hari, semuanya tak memberi dukungan berkembangnya otak kanan.

Masih sedikit SD yang lengkap menyediakan laboratorium, perpustakaan, halaman bermain yang asri, hingga tempat ibadah yang nyaman. Padahal penggunaan fasilitas akan merangsang visualisasi, mempertajam imajinasi dan kreasi anak. Perubahan suasana kelas per bulan, variasi pembelaiaran melalui praktik di luar kelas, pengayaan metode pembelajaran dengan dialog, diskusi dan kerja kelompok, masih terabaikan.

Pelajaran olah raga dan kesenian dianggap mata pelaiaran keterampilan. Padahal melalui KTK (kesenian dan keterampilan) inilah semestinya anak-anak SID mengembangkan otak kanannya. Menggambar, mewamai, menganyam hingga menyanyi, akan mengaktifkan otak kanan sebagai penyeimbang dari kerja keras otak kiri dalam mata pelajaran lain, sehingga. tak terjadi kebosanan. Sayang, mata pelajaran penting ini masih belum ditangani dengan baik di sebagian besar sekolah.

Akibatnya sudah banyak didapati sekarang, di mana ada begitu banyak anak usia sekolah yang bosan bersekolah. Belajar menjadi begitu menjemukan dan menyebalkan. Sekolah pun menjadi tempat yang paling dibenci. Seperti apa yang dialami Vivit, itu pun tak jauh dari lingkaran permasalahan ini. Ketidakseimbangan perkembangan otak kanan dan kiri.

Berpikir dan belaiar secara rasional, yang menjadi tugas otak kiri, menjadi berat, sulit dan membosankan jika tak diimbangi aktifnya otak kanan. Itu sebabnya mengapa pikiran Vivit menjadi melayang-layang tak menentu. Karena otak kanannya tak diaktifkan, ia tak bisa membantu otak kiri yang sedang berpikir, tetapi ia sibuk sendiri dengan lamunan serta khayalannya, yang akhimya justru mengganggu usaha otak kiri tadi.

Kecerdasan Mental yang Menentukan

Temyata, kecerdasan mental (EQ) menentukan 80% kesuksesan, sisanya ditentukon oleh kecerdasan intelegensid (IQ).

Agus menangis sesenggukan sambil terus bergelayut di tangan Ayahnya yang sudah hampir kehilangan kesabarannya. "Hentikan tangismu, Gus! Malu tuh dilihat kawan-kawanmu. Bukan anak Papa kalau cengeng begitu !" Untuk kesekian kalinya sang Ayah memperingatkan dengan nada suara yang semakin tinggi.

Dibentak terus seperti itu sama sekali tidak membuat Agus ingin menghentikan tangisnya. la sudah tak,peduli lagi dengan tatapan mata puluhan teman kelasnya yang memandangnya dengan aneh, juga pandangan gurunya yang penuh kejengkelan.

Untuk kesekian kalinya siswa kelas 5 Sekolah Dasar (SD) itu membuat suasana gaduh di kelas gara-gara perilakunya yang cengeng dan penakut. Di usianya yang sudah sebelas tahun itu, Agus sering menangis di sekolah hanya karena. sebab- sebab sepele. Diejek teman, kehilangan sepatu, atau terlambat masuk sekolah, seperd kejadian di pagi hari tersebut.

Payahnya, jika terlambat masuk sekolah, Agus tak akan berani mengetuk pintu kelas kecuali jika diantar Ayah dan ditunggui barang lima atau sepuluh menit sampai ketakutannya hilang. jika temantemannya mengejek Payahnya, jika terlambat masuk sekolah, Agus tak akan berani mengetuk pintu kelas kecuali jika diantar Ayah dan ditunggui barang lima atau sepuluh menit sampai ketakutannya hilang. jika temantemannya mengejek

Banyak orang tak mengerti mengapa si anak pandai ini memiliki sifat begitu cengeng dan penakut. Namun, kisah ini cukup menjadi salah satu bukti, bahwa penilaian rangking di hampir semua sekolah, hanyalah semata berdasar penilaian IQ dan keberuntungan siswa dalam penguasaan mata pelajaran kognitif. Dan temyata bahwa tingginya IQ yang dimiliki seseorang tidak otomatis membuat ia sukses dalam pergaulan bersama teman-temannya, juga dalam menapaki kehidupan yang sebenamya di luar pintu gerbang sekolah.

Kisah anak-anak yang hanya pandai dalam hitungan IQ seperti Agus pun tidak sedikit. Ada anak pemegang rangking satu kelas empat yang begitu takutnya menghadapi dokter, sehingga, ia menangis meraung-raung, meronta-ronta, dan berhasil melarikan diri dari sekolah ketika tiba saatnya suntik imunisasi hepatitis untuk seluruh siswa sekolah dasar.

Seorang mahasiswa yang selalu mendapat nilai A untuk semua mata kuliahnya, menjadi marah ketika salah seorang guru fisika memberi hasil nilai B untuk ulangannya. la berdebat dan bertengkar hebat dengan sang guru di laboratorium sekolah, hingga. akhimya menghunus pisau yang Seorang mahasiswa yang selalu mendapat nilai A untuk semua mata kuliahnya, menjadi marah ketika salah seorang guru fisika memberi hasil nilai B untuk ulangannya. la berdebat dan bertengkar hebat dengan sang guru di laboratorium sekolah, hingga. akhimya menghunus pisau yang

Ciri-Ciri EQ Tinggi § Enak diajak bicara § Mengerti perasaan orang lain § Mendahulukan orang lain § Bisakendalikan diri § Ulet § Sabar § Tahan terhadap stress § Pandai komunikasi § Suka humor § Tidakmudah putus asa § Bangkit dari kegagalan § Percaya diri tinggai

Ciri-Ciri EQ Rendah § Tak banyak bicara § Cuek § “Urusanku masih banyak” § Emosional § Bkerja apa adanya § Cepat naik darah § Mudah depresi § Tertutup § Cenderung serius § Mudah putus asa § Tenggelam dalam penyesalan § Percaya diri kurang

Anak-anak itu menunjukkan gejala ketidakmatangan emosional, ketidakmampuan menghadapi dirinya sendiri. Dalam bahasa ilmiahnya, anak-anak ini memiliki kapasitas EQ yang rendah. Walaupun nilai IQ mereka sangat bagus, tak ada hubungannya sama sekali dengan kapasitas EQ-nya.

Para ahli menjelaskan, bahwa kesuksesan hidup seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh tingginya IQ. Sebaliknya, justru factor EQ memegang peranan lebih besar, dengan perbandingan EQ dengan IQ sebesar 80: 20.

Manusia tidak bisa hidup sendiri. la harus berinteraksi dengan teman, guru, tetangga, bahkan musuh sekalipun. [a pun harus bisa berinteraksi dengan binatang, alam dan lingkungannya.Semua jenis hubungan ini dalam kenyatannya akan memenuhi sebagian besar dari hidupnya, dibanding hal- hal keilmuan.

Untuk bisa menjadi orang yang disukai orang lain, misalnya, seseorang harus bisa menjadi sosok yang menyenangkan, enak diajak bicara, mengerti perasaan orang lain, bahkan bisa meletakkan kepentingan teman di atas kepentingannya sendiri. Hanya mereka yang mampu mengendalikan dan mengatur keadaan emosionalnyalah yang mampu melakukan hal-hal seperti itu.

Untuk bisa menjadi pedagang yang sukses, bukan hanya pengetahuan bisnis yang dibutuhkan. Keuletan, adalah salah satu karakter yang sangat dibutuhkan. la harus kesana kemah mencari tempat membeli barang dagangan yang mematok harga paling murah. Untuk mencari pelanggan pun ia harus Untuk bisa menjadi pedagang yang sukses, bukan hanya pengetahuan bisnis yang dibutuhkan. Keuletan, adalah salah satu karakter yang sangat dibutuhkan. la harus kesana kemah mencari tempat membeli barang dagangan yang mematok harga paling murah. Untuk mencari pelanggan pun ia harus

Demikian juga halnya dengan seorang dosen. Mahasiswa tak menyukai dosen yang pandai tetapi tak memiliki metoda mengajar yang baik. Sebaliknya dosen yang pandai berkomunikasi dengan mahasiswa, yang bisa mengerti perasaan dan kebutuhan mahasiswa, dan mampu menjaga penampilannya sehingga menarik, walau tak tergolong berotak jenius, tetapi paling dicari dan disukai di almamatemya.

Dalam setiap bidang pekerjaan, di setiap sisi kehidupan manusia, yang namanya kegagalan pasti pemah dialami. Tantangan, rintangan dan musibah pun datang silih berganti. Semua itu memberikan stress yang menekan setiap orang. Mereka yang tak memiliki ketahanan menghadapi stress, dan tak mampu mengelola stress tersebut dengan pola pandang positif, tak akan berhasil mencapai tingkat optimal dari karir perjalanan hidupnya.

Secara umum, mereka yang hanya memiliki IQ tinggi, tanpa diimbangi EQ yang memadai, akan memiliki minat intelektual yang tinggi, menyukai dunia pemikiran, tetapi kaku dan canggung di dunia pribadi serta hubungan dengan lingkungannya. Mereka cenderung kritis dan mudah meremehkan, lebih suka sendiri dari pada harus bekerja sama dengan orang lain. Banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam menjalin komunikasi , lebih mudah merasa cemas, gelisah dan merasa bersalah, ragu-ragu dan tak bisa mengungkapkan emosinya dengan bebas. Dalam bidang seksual pun cenderung tak bisa menikmati, dan secara emosional cenderung membosankan dan dingin.

Sebaliknya mereka yang memiliki EQ tinggi, tak peduli apakah IQnya tinggi atau rendah, umumnya memiliki rasa percaya diri yang tinggi, serta mampu memandang dirinya dengan kaca mata positif. Bagi mereka kehidupan sangat bermakna dan mereka pun enjoy menikmatinya. Tantangan dan musibah tidak membuat mereka depresi. Kalaupun sempat down mereka akan mampu bangkit kembali. Dalam menjalin hubungan, mereka hangat dan akrab, mudah memahami perasaan orang lain, dan mudah untuk 6erbuat sesuatu untuk orang lain.

Nah, dengan bekal kondisi emosional dan mental yang seperti ini, sudah barang tentu menjadi pendukung utama kesuksesan hidup seseorang, bukan?

Rumah, Basis Utama Pendidikan

Membangun budaya pendidikan di rumah sangat perlu, untuk tumbuhkan motivasi belajar anak

Tahun ini adalah tahun kedua Rahmi bersekolah di sekolah full day di dekat tempat kerja ibunya. Sejak usia Rahmi menginjak dua tahun, ibunya memang telah mulai merintis karimya di sebuah perusahaan perbankan. Sementara ayah yang seorang insinyur pun harus bekerja penuh dari pagi hingga sore hari.

Semenjak kecil Rahmi jadi terbiasa ditinggal di rumah bersama baby sitter-nya. Baginya, hal ini tak menjadi.masalah karena ia memiliki bariyak teman di lingkungan rumahnya. Kelincahannya membuat ia betah bermain berlama-lama dengan teman-temannya, dan baru pulang jika tiba saat makan atau tidur.

Tahun demi tahun berlalu dan Rahmi tetap dengan kebiasaannya. bermain berlama-lama di luar rumah. Ayah dan ibunya menganggap ini sebagai kebiasaan yang waiar- wajar saja karena Rahmi pun tak menunjukkan perilaku yang mengkhawatirkan.

Namun temyata perubahan baru terjadi ketika Rahmi mulai duduk di bangku Sekolah Dasar. Ayah ibunya telah mengorbankn banyak biaya untuk bisa menyekolahkan Rahmi di sekolah elite Islam di kota mereka. Mereka memang menginginkan anak semata wayangnya ini memperoleh pendidikan umum dan keagamaan yang seimbang. Dan Namun temyata perubahan baru terjadi ketika Rahmi mulai duduk di bangku Sekolah Dasar. Ayah ibunya telah mengorbankn banyak biaya untuk bisa menyekolahkan Rahmi di sekolah elite Islam di kota mereka. Mereka memang menginginkan anak semata wayangnya ini memperoleh pendidikan umum dan keagamaan yang seimbang. Dan

Namun temyata perkembangan Rahmi tidaklah seperti yang diharapkan orang tuanya. Gurunya melaporkan bahwa Rahmi berkawan dengan seorang temannya yang memiliki berbagai kebiasaan buruk. Perubahan terjadi demikian cepatnya hingga beberapa bulan kemudian perkembangan Rahmi menjadi kian memburuk. Motivasi belajamya hilang. Perilakunya pun cenderung memberontak, mengasingkan diri dari teman- teman yang baik, dan berbuat seenaknya sendiri.

Ayah ibunya sangat kecewa dengan perkembangan ini. Anak mereka itu sudah seperti anti dengan nasehat-nasehat orang tuanya. Seakan tak ada keinginan Rahmi untuk berbicara dari had ke had dengan ayah ibunya. Apalagi untuk bicara jujur dan mau mendengar pendapat ayah ibunya itu. la baru kan menunjukkan apa perilaku baik jika telah memperoleh apa yang ia inginkan dari ayah ibunya, seperti uang jajan, mainan dan sebagainya.

Penyesalan yang datang terlambat memang tak berguna. Tetapi, tidak lantas berhenti untuk berupaya. Ayah dan ibu Rahmi pun mulai membenahi pola pendidikan di rumah mereka. Para ahli yang mereka datangi memberi saran untuk mengaktifkan kembali komunikasi yang macet bersama anak. Waktu sempit yang tersedia harus efektif dimanfaatkan untuk itu.

Yang lebih penting, mereka sadar bahwa tugas memberi pendidikan memang menjadi tugas utama keluarga, tak bisa dilimpahkan begitu saja kepada pihak sekolah. Dan pendidikan dasar, ketika anak berusia di bawah lima tahun, sangat penting artinya karena itu akan menetap hingga dewasa. Mereka banyak menimba ilmu tentang cara mengefektifkan sedikit waktu dalam sehari yang mereka miliki. Salah satu saran yang mereka peroleh adalah dengan menciptakan rumah sebagai basis pendidikan. Mengenai hal yang satu ini, akan dibahas secara detil berikut

Rumah sebagai Basis Pendidikan

jelas sudah, bahwa orang tua tak bisa menghindarkan diri sebagai pemikul utama penanggung jawab pendidikan. Hal ini adalah tugas keluarga. Lembaga pra sekolah dan sekolah hanya berperan sebagai partner pembantu.

Tugas penting orang tua ini akan sangat terdukung jika mampu menciptakan suasana rumah menjadi tempat tinggal sekaligus basis pendidikan. Tugas berat, memang. Tetapi ada banyak cara untuk melakukannya.

Rumah sebagai basis pendidikan akan dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal berikut ini ;

1. Melengkapi fasilitas pendidlican

Selain perabot rumah tangga, apa lagi fasilitas rumah tangga yang harus diprioritaskan kalau bukan fasilitas penunjang pendidikan ? Bukankah tugas mendidik anak adalah tugas Selain perabot rumah tangga, apa lagi fasilitas rumah tangga yang harus diprioritaskan kalau bukan fasilitas penunjang pendidikan ? Bukankah tugas mendidik anak adalah tugas

Tempat Belajar yang menyenangkan

Sama sekali tidak harus mahal. Seperangkat meja kursi sederhana dilengkapi dengan rak buku sudah bisa diciptakan sebagai meja belajar. Untuk menciptakan suasana menyenangkan, penataannya yang harus disesuaikan dengan kebutuhan anak.

Misalkan, anak-anak suka beragam wama dan gambar yang menarik dan lucu. Beri kesempatan mereka memilih atau membuat sendiri hiasan di sekitar tempat belajamya. Alaklah anak untuk kreatif merancang hiasan ini dari bahan-bahan yang tersedia, sehingga tak harus membeli hiasan yang mahal-mahal. Lebih baik lagi jika disediakan tempat khusus untuk memajang hasil karya mereka.

Kalau bisa, harus ada tempat belaiar khusus untuk masingmasing anak. Dan beri kebebasan serta. tanggung jawab kepada mereka untuk mengurusi meja belajamya masing-masing. Yang perlu diingat, peran orang tua diperlukan agar tempat belaiar ini tetap menyenangkan bagi anak. Bantulah mereka mengurusnya sesekali untuk memberikan pengarahan yang benar.

Semakin baik dan menarik keberadaan fasilitas pendidikan yang satu ini, anak akan merasakan bahwa kegiatan belajar Semakin baik dan menarik keberadaan fasilitas pendidikan yang satu ini, anak akan merasakan bahwa kegiatan belajar

Media Informasi

Ilmu pengetahuan tak bisa dilepaskan kaitannya dengan media informasi. Karena dari sinilah sebagian besar ilmu pengetahuan akan diperoleh. Maka untuk mengakrabkan anak kepada bidang pendidikan, tak bisa tidak harus pula terlebih dahulu mengakrabkan mereka kepada media-media informasi ini.

Media-media ini bisa berupa televisi, radio, computer, buku dan majalah. Seperti layaknya setiap media, informasi yang disediakan tidak semuanya dibutuhkan oleh anak. Bahkan ada yang cenderung merusak anak. Itu sebabnya, tindakan seleksi p!Brlu dilakukan orang tua.

Televisi, misalnya, apabila orang tua ingin memanfaatkannya sebagai media informasi pendidikan bagi anak, maka harus konsekwen dengan hanya memutar acara-acara yang menuniang pendidikan saia. Acara hiburan boleh diberikan hanya sebatas sebagai refreshing, tidak berlebih-lebihan. Tindakan ini perlu dilakukan, karena jika sejak awal anak sudah terbiasa memanfaatkan media-media ini hanya untuk kebutuhan bermain dan bersenang-senang semata, maka untuk selanjutnya fasilitas ini menjadi tak berfungsi sebagai media pendidikan lagi.

Perpustakaan

Minimal ada buku-buku yang dikoleksi. Karena untuk menumbuhkan motivasi kependidikan anak, buku adalah sarana yang paling tepat. Kecintaan anak terhadap buku mutlak harus ditumbuhkan sedini mungkin. Dan rumah adalah tempat yang paling cocok untuk keperluan itu.

Alhamdulillah jika di dalam rumah bisa disediakan sedikit tempat untuk perpustakaan ini. Kesannya ke dalam hati anak akan jauh lebih mendalam dari pada sekedar meminjamminjam buku dari teman. Memiliki koleksi buku sendiri, bagi anak akan sangat membanggakan. jika orang tua mampu menyisihkan anggaran rutin bulanan untuk kebutuhan buku anak-anak ini, tentu koleksi anak akan terus bertambah, sehingga untuk mewujudkan perpustakaan mini tak akan kesulitan.

Penataan dan perawatan yang baik terhadap buku-buku ini akan menunjang keberadaan fasilitas ini. Buku sederhana ataupun bekas pun akan menarik jika disampul yang rapi dan bersih. Dan semakin istimewa orang tua memberikan perhatian terhadap koleksi buku anak-anak ini, semakin anak- anak akan menghargai pula keberadaan perpustakaan mini mereka. Bagi keluarga yang mampu, menyediakan buku-buku referensi dan ensidopedia anak akan semakin menyemarakkan perpustakaan. Asal saja, keberadaan buku yang mahal-mahal ini tidak sekedar sebagai pajangan belaka.

2. Budaya Ilmiah

Setelah fasilitas tersedia, yang diperlukan berikutnya. adalah pembentukan budaya ilmiah dalam rumah. Maksudnya, pembentukan perilaku dan pembiasaan dari anggota-anggota keluarga yang menunjang visi pendidikan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut 172

§ Budaya Islami

Satu-satunya cara terbaik untuk memberikan pendidikan keimanan, nilai-nilai moral, adalah dengan teladan langsung. Ajaran tentang dzikir kalimat thayyibah, shalat, kejujuran hingga mencintai Al Qur'an sangat mudah diajarkan jika orang tua langsung mempraktekkannya. Maka tanpa harus banyak memberi nasehat dan mengingatkan, anak akan secara langsung mencontoh.

Menanamkan kebiasaan shalat dan mengaji Al Qur'an, kebiasan membaca doa sehari-hari maupun hafalan surat- surat pendek, tak lagi memerlukan satu waktu yang dialokasikan khusus untuk itu. Tetapi sudah langsung diterapkan di sela-sela kegiatan hidup sehari-hari. Maka, bagi orang tua yang sesibuk apapun, tetap memiliki kesempatan untuk memberikan pendidikan keimanan kepada anak- anaknya. Jadi, tak ada alasan untuk melimpahkan urusan pendidikan keimanan in! ke tangan pihak sekolah semata.

§ Budaya Belajar

Yang harus belajar bukan hanya anak-anak. Justru orang tua dan anggota keluarga lain perlu memberikan teladan. Setiap harinya, orang-orang inipun harus belajar sebagaimana mereka mengharapkan anak-anak mereka mau belajar tiap hari pula.

Orang dewasa harus menunjukkan kepada anak-anak, bahwa mereka pun gemar belajar. Materi apa yang dipelajari, tergantung kebutuhan masing-masing. Ayah mempelajari bukubuku ekonomi, ibu mempelajari buku fiqih Islam, misaInya. Harus diluangkan waktu walaupun hanya seperermpat jam bagi orang tua untuk mencontohkan budaya belajar ini.

Gairah orang tua untuk terus belajar inilah yang akan dicontoh anak. Sehingga, tanpa disuruh pun, anak akan senang mencontoh mereka belajar. Sebaliknya, jika orang tua tak pemah menunjukkan aktifitas belajar, tetapi -senantiasa menasehati anak untuk rajin belaiar, itu hanyalah omong kosong, tak akan mendapat perhatian dari anak-anak.

* Jam Baca

Membudayakan jam baca pun sangat baik untuk dilakukan. Bisa diseragamkan waktunya untuk seluruh anggota keluarga. Misalkan ba'da Isya, ditetapkan jam baca selama 15 hingga