ANALISIS PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI (1)

ANALISIS PEMBANGUNAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
DESA MELALUI MEDIA BERBASIS WEB

Gugum Maulana, Nur Fauzan, Esa Firmansyah
A2.1500044@mhs.stmik-sumedang.ac.id A2.1500068@mhs.stmik-sumedang.ac.id esa@stmik-sumedang.ac.id

ABSTRAK

Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah payung besar terminologi yang mencakup
seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. Teknologi
Informasi dan Komunikasi di desa selama ini seakan luput dalam kajian ketertinggalan
pembangunan perdesaan. Bahwa desa-desa juga mengalami ketertinggalan informasi yang
sangat besar dibandingkan kota sehingga pasar asimetrik tidak sempurna selalu terjadi dan
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketimpangan pembangunan desa-kota.
Walaupun berbagai isu dan tantangan kontemporer dalam paradigma pembangunan
kelembagaan pedesaan dengan determinasi teknologi yang sudah mulai memasuki pola dan
sistem pemerintahan dan pengembangan masyarakat pedesaan memiliki banyak
kelemahan. Termasuk adopsi TIK oleh Pemerintah (desa) yang kerap dipandang masyarakat
lamban sehingga muncul berbagai kasus yang menyebabkan TIK dipandang sebagai hal
yang negatif dan tidak “cocok” untuk masyarakat, akan tetapi perlahan, timbul kesadaran
bahwa TIK bukanlah musuh namun merupakan alat yang efektif dan efisien dalam berbagai

hal terkait produktivitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk membantu masyarakat
mendapatkan akses informasi mengenai pemerintahan di desa. Dengan adanya penerapan
TIK yang dikembangkan melalui media informasi berbasis web, sehingga masyarakat desa
dapat mengakses informasi terbaru dari pemerintah dan diharapkan mengakselerasi
pembangunan perdesaan untuk mencapai taraf kesejahteraan yang diinginkan.
Kata Kunci : Desa, TIK, Web

PENDAHULUAN
Perkembangan Teknologi Infomasi dan Komunikasi mengakibatkan perubahan pada
beberapa sektor lingkungan, Perubahan lingkungan luar dunia pendidikan, mulai lingkungan
sosial, ekonomi, teknologi, sampai politik mengharuskan kehidupan sosial di masyarakat
memikirkan kembali bagaimana perubahan tersebut mempengaruhinya sebagai sebuah
perubahan dan bagaimana harus berinteraksi dengan perubahan tersebut. Salah satu

perubahan lingkungan yang sangat mempengaruhi pembangunan di desa adalah hadirnya
teknologi informasi (TI).
Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan teknologi informasi bagi aktivitas manusia
pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi
kegiatan di berbagai sektor kehidupan dimana memberikan andil yang sangat besar

terhadap perubahan-perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen
organisasi, pendidikan, transportasi, kesehatan dan penelitian. Oleh karena itu sangatlah
penting peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikaksi..
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh
terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg
(2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses
pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan
kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
(5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan
dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail,
dan sebagainya.

TINJAUAN PUSTAKA
UNESCO (2004) mendefenisikan bahwa TIK adalah teknologi yang digunakan untuk
berkomunikasi dan menciptakan, mengelola dan mendistribusikan informasi.
Definisi umum tentang “TIK (Teknologi Informasi dan Komuikas) adalah komputer, internet,
telepon, televisi, radio, dan peralatan audiovisual.
Terdapat banyak definisi lainnya mengenai TIK atau Teknologi informasi dan komunikasi,
diantaranya dipaparkan sebagai berikut :

Menurut Eric Deeson, Harper Collins Publishers, Dictionary of Information Technology,
Glasgow,UK,1991 :
“Information Technology (IT) the handling of information by electric and electronic
(and microelectronic) means.”Here handling includes transfer. Processing, storage and
access, IT special concern being the use of hardware and software for these tasks for the
benefit of individual people and society as a whole”
TIK mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.
Teknologi Informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai
alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi mencakup segala

hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentrasfer data
dari perangkat yang satu ke lainnya.
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa teknologi informasi adalah kebutuhan
manusia didalam mengambil dan memindahkan , mengolah dan memproses informasi
dalam konteks sosial yang menguntungkan diri sendiri dan masyarakat secara keseluruhan.

PEMBAHASAN
Di Indonesia, UU No. 6 Tahun 2014 menjadi payung hukum utama dalam rangka
pembangunan desa era baru. UU ini juga mengamanatkan beberapa faktor TIK dalam
pembangunan desa. Yang paling jelas adalah Pasal 86 mengenai Sistem Informasi Desa, dan

beberapa pasal terkait penerapan “Teknologi Tepat Guna”. Selain dan jauh sebelum (amanat
UU) itu, sampai dengan Desember 2013 Kementerian Kominfo menurut laporan akhir tahun
2013 telah membangun sebanyak 32.208 SSL untuk desa di wilayah non komersial yang
dilayani akses telekomunikasi atau dari sejumlah 33.184 desa (dari total 72.800 desa di
Indonesia). Juga telah dibangun sebanyak 1.857 Mobile-Pusat Layanan Internet Kecamatan
(M-PLIK), sebanyak 5.956 Pembangunan Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dan
sebanyak 1.222 PLIK di pusat-pusat atau sentra produktif.
TIK mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.
Teknologi Informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai
alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi mencakup segala
hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentrasfer data
dari perangkat yang satu ke lainnya.
Sebelum berbicara mengenai gagasan pemberdayaan masyarakat desa dengan TIK,
kita perlu mengetahui bahwa posisi TIK dalam kesejarahan kelembagaan desa khususnya
dalam konteks transformasi desa yang dapat dipaparkan melalui bergeraknya pendulum
sejarah desa dari waktu ke waktu. Pada masa kolonialisme, mungkin yang paling dikenal
adalah desa sebagai gemeente, ditandai dengan berlakunya Indische Staatsregelling. Status
ini berlaku hingga masa intelektual etis negeri Belanda yang berkeinginan untuk semakin
memandirikan desa sebagai institusi hukum, bukan hanya kesatuan komunal saja pada
Islandsche Gemeente-ordonanntieyang disambut gembira semua pihak. Bahkan klimaks

kemandirian desa melalui rancangan “desa ordonantie” tahun 1941 memberi keleluasaan
desa berkembang sesuai dengan kondisi dan potensinya sendiri. Sayang belum sempat
dilaksanakan akibat adanya penjajahan jepang.
Pendulum ke arah sebaliknya, pernah juga terjadi sejak masa kemerdekaan. UU No. 5
Tahun 1974 menandai berkurangnya eksistensi desa dan dalam pelaksanaan selama orde
baru yang rentan K menjadikan desa sebagai tempat tinggal hampir 20 persen penduduk

miskin di negara ini. Sejarah lalu mencatat, dampak reformasi dan otonomi daerah bagi desa
dapat dilihat pada UU No. 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah yang sudah memuat hal-ihwal desa dengan pelaksanaannya
melalui PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa. Dalam praktiknya, konsep ideal ini pun ternyata
tidak berlangsung sesuai mandat.
Terakhir, awal tahun 2014 telah terbit UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa yang
merupakan aturan kelembagaan baru untuk desa yang mana dalam praktiknya, memerlukan
banyak telaah kritis dan masukan. Disinilah bermula muatan TIK dalam kelembagaaan desa
secara formal. Ada beberapa pasal dalam UU No. 6 yang secara eksplisit berbicara mengenai
TIK untuk Desa, yaitu mengenai “Teknologi Tepat Guna” :
Pasal 26 ayat (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Desa berwenang: … (l) memanfaatkan teknologi tepat guna;
Pasal 80 ayat (4) Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap
kebutuhan masyarakat Desa yang meliputi: ...(d) pengembangan dan pemanfaatan teknologi
tepat guna untuk kemajuan ekonomi; dan..
Pasal 83 ayat (3) Pembangunan Kawasan Perdesaan meliputi: ... (c) pembangunan
infrastruktur, peningkatan ekonomi perdesaan, dan pengembangan teknologi tepat guna;
dan...
Pasal 112 ayat (3) Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota memberdayakan masyarakat Desa dengan: …(a). menerapkan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi tepat guna, dan temuan baru
untuk kemajuan ekonomi dan pertanian masyarakat Desa;
Sedangkan tentang “Sistem Informasi Desa” dibahas khusus pada Pasal 86 :
ayat (1) Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi Desa yang
dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
ayat (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan sistem informasi Desa
dan pembangunan Kawasan Perdesaan.
ayat (3) Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi fasilitas
perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya manusia.
ayat (4) Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi data Desa, data
Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan, serta informasi lain yang berkaitan dengan
Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan.


ayat (5) Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola oleh
Pemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat Desa dan semua pemangku
kepentingan.
ayat (6) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan informasi perencanaan
pembangunan Kabupaten/Kota untuk Desa.
Sebuah gerakan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat secara swadaya bersamasama melakukan edukasi TIK dan perencanaan dan pelaksanaan program-program TIK untuk
produktivitas rakyat.
Pendekatan non-konflik gerakan TIK ini terasa memang berbeda manakala kita
kaitkan dengan gerakan sosial lain yang seakan kontra mati dengan pemerintah (bad
government). Inti dari gerakan-gerakan ini adalah memulai duluan adopsi teknologi TIK agar
tidak terlampau jauh tertinggal dan mampu memanfaatkan TIK dengan baik secara cepat
dibandingkan aplikasi birokratis pemerintah yang belum tentu juga terlaksana. Gerakan ini
juga bukan mengambil posisi berseberangan dengan pemerintah, namun hanya inisiatif lebih
dahulu dan banyak dilakukan dengan pertimbangan rasionalitas pemberdayaan untuk
pembangunan, bukan konfliktual untu kekuasaan sebagaimana gerakan politik.Selain itu,
juga dalam rangka mengantisipasi dampak TIK yang beriringan dengan globalisasi dan
kemungkinan masyarakat desa menggunakan teknologi namun secara "tidak tepat" sehingga
menimbulkan banyak permasalahan yang kompleks mulai dari aspek budaya dan moralitas
(misalnya tergerusnya budaya-budaya lokal menjadi budaya "asyik dengan HP" serta kasuskasus pornografi yang dibuat dan atau menyebar lewat alat komunikasi handphone) hingga

etika ber-TIK yang dapat berurusan dengan hukum (misalnya cyber bullying, fitnah yang
dijerat UU Informasi dan Transaksi Elektronik).
Dengan demikian, program-program pembangunan desa TIK yang perlu digagas oleh
komponen masyarakat sipil sebagaimana dipaparkan pada sesi sebelumnya merupakan
sebuah gerakan sosial yang “membantu” pemerintah dalam penerapan TIK di desa dengan
“baik dan benar”. Ia merupakan respons counter-active masyarakat atas arus globalisasi
dan teknologisme di berbagai bidang dimana masyarakat desa harus memanfaatkan dengan
baik, sebab mau tidak mau, desa akan segera terpapar teknologi dan pada saat itu, TIK bisa
berdampak buruk dan berdimensi “pengrusakan sistematis” atas nilai-nilai kebudayaan desa.
Dengan kata lain, TIK lebih menjadi “mudarat” ketimbang “manfaat” dan masyarakat desa
tidak dapat berbuat apa-apa.

HASIL

Terkait dengan itu, perlu dicermati bahwa program-program TIK Desa harus pula hatihati dalam implementasinya. Misalnya, apabila pemerintah Desa atau kabupaten
menghasilkan website “informatif” tentang data-data desa dan itu artinya tereksposure ke
Internet, bukankah malah nanti mempermudah pihak asing untuk mendapatkan data-data
desa mulai demografi, geografi maupun aspek-aspek lain yang bisa digunakan untuk
kepentingan yang merugikan (kedaulatan dan perekonomian) bangsa ini. Artinya, perlu
aturan yang ketat dalam memuat informasi, jangan sampai alasan transparansi menjadikan

“keterlanjangan” informasi.
- Kegiatan analisis pembangun TIK desa dapat mendorong sekaligus meningkatkan kapasitas
kemampuan pembangunan ditingkat desa yang dalam pengelolaannya berpola kepada
sistem pembangunan partisipatif.
- Menyempurnakan,menambah,memasukan program/kegiatan baru yang diperoleh dari
kegiatan kajian desa (transek/musyawarah Dusun). Dengan dilakukannya update informasi
secara berkala .
- Mempertajam daftar program dan kegiatan desaa,dalam hal predeksi sumber
pembiayaan,sesuai dengan peraturan serta ketentuan yang ditepatkan pemerintah.
- Pemerintah desa mempunyai dokumen rencana pembangunan untuk 5 (lima) tahun
kedepan secara akurat dan dapat terukur.

PENUTUP
Untuk dapat mencapai hasil optimal dari implementasi Teknologi Informasi dan
komunikasi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di pedesaan perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Membangun komitmen pemerintah terhadap
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di pedesaan, pendekatan pengenalan dan
pemanfatan TIK dapat dimulai dari sekolah, membangun berbagai jenis portal yang relevan
dengan karakteristik dan potensi sumber daya yang terdapat di daerah masing-masing, serta
membangun kemitraan dengan industri dan jasa telekomunikasi.

Dapat dikatakan gagasan intensifikasi gerakan sosial masyarakat desa yang merupakan
respons untuk menjadikan TIK sebagai alat bantu produktivitas, bukan penggerusan
berbagai kohesi sosial kultural kemasyarakatan, namun diarahkan sesuai fungsinya” yaitu
alat komunikasi global, untuk kepentingan pendukung usaha peningkatan kesejahteraan.
Gerakan-gerakan ini juga perlu saling koordinasi, dan juga memahami bahwa Internet adalah
dunia yang luas, dan informasi apapun yang disetor ke “sistem komputer” perlu melewati

serangkaian persetujuan, baik dari sisi pengunggahan data hingga ke siapa saja yang berhak
mengakses data (dan mengunduh jika dimungkinkan).
Dengan demikian, tujuan penggunaan TIK dalam rangka produktivitas desa
diharapkan mengakselerasi pembangunan perdesaan untuk mencapai taraf kesejahteraan
yang diinginkan, misalnya terbentuknya agropolitan yang maju dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Albarda, 2006. Strategi implementasi pemanfaatan teknologi informasi untuk tata – kelola
organisasi (it–governance). Prosiding konferensi nasional teknologi informasi &
komunikasi untuk Indonesia. ITB Bandung.
Della Porta, D. and Diani, M. (2006).Social Movements and Introduction (second editions), Blackwell
Publishing, USA

Halchin, L. E. (2004). Electronic government: Government capability and terrorist resource.
Government Information Quarterly, 21, 406−419
Jaeger, P. T. (2002) Constitutional principles and e-government: An opinion about possible effects of
Federalism and separation of powers on e-government policies.Government Information
Quarterly, 19, 357-368
Roger W. Harris, 2004. Information and communication technologies for poverty alleviation.
The united nations development programme’s asia-pacific development information
programme (undp-apdip). Kuala Lumpur, Malaysia.
Rustiadi, E., Saefulhakim, S., and Panuju, D.R. (2011). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.
Jakarta: Crespent Press and Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Sagena, U. (2014). Membangun
dari desa : transformasi desa jaman baru. Dalam Saleh, D.Z. et.al.Kaum Muda Bicara
Indonesia.