tugas individu perkembangan peserta didi

Nama : Irfan ramadhani
NIM : 1501050088
Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris-C / S1

Memenuhi tugas individu pada Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Pertumbuhan dan Perkembangan remaja

Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume,ukuran dan massa yang bersifat
irreversible karena adanya pertambahan jumlah sel dan pembesaran sel menuju kedewasaan,
sedangkan perkembangan adalah suatu proses menuju kedewasaan yang bersifat kualitatif.
Pertumbuhan biasanya diawali dengan bertumbuhnya tinggi badan, berat badan, dan lain lain.
Perkembangan dapat dilihat dengan terbentuknya organ organ perkembangbiakan pada
manusia. Perkembangan pasca embrionik dibedakan menjadi 6 fase yaitu masa bayi, masa
balita, masa kekanak kanakan, masa remaja, masa dewasa dan masa tua.

Pengertian Remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang di
awali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu berproduksi. Kata
remaja diterjemahkan dalam bahasa inggris adolescence atau adoleceré (bahasa latin) yang
berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak menjadi dewasa. Dalam pemakaiannya istilah

remaja dengan adolecence disamakan. Adolecence maupun remaja menggambarkan seluruh
perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual, emosi dan social.
Masa remaja adalah Masa remaja atau masa puber, merupakan masa penghubung
antara masa anak-anak dengan dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja
sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Perkembangan yang pesat ini berlangsung pada
usia 11 –16 tahun pada laki-laki dan 10 – 15 tahun pada perempuan. Anak perempuan lebih
cepat dewasa dibandingkan anak laki-laki. Masa pubertas adalah masa saat organ-organ
reproduksi mencapai kematangannya. Pada masa pubertas mulai ada rasa tertarik terhadap
lawan jenisnya.

Pesatnya perkembangan pada masa puber dipengaruhi oleh hormon seksual. Organorgan reproduksi pada masa puber telah mulai berfungsi. Salah satu ciri masa pubertas adalah
mulai terjadinya menstruasi pada perempuan. Adapun pada laki-laki mulai mampu
menghasilkan sperma.
Peringkat pematangan seksual juga dikenal sebagai Taner Staging, didasarkan pada
skala karakteristik seksual sekunder yang memungkinkan para profesional kesehatan untuk
mengukur dari pematangan pubertas yang terjadi di kalangan remaja tanpa memandang usia
kronologis (tabel 1). SMR didasarkan pada penampilan rambut kemaluan, perkembangan
payudara dan kejadian menarche pada wanita; dan pada tingkat testis dan pengembangan
penis dan penampilan kemaluan laki-laki. Tahap SMR sesuai dengan pertumbuhan
prapubertas dan pengembangan, sementara tahap 2-5 menunjukkan perkembangan pubertas.


Ciri-ciri perubahan tubuh pada masa remaja dapat dibedakan menjadi ciri kelamin
primer dan ciri kelamin sekunder.
1. Ciri-ciri kelamin primer
Mulai berfungsinya organ reproduksi Organ reproduksi pada laki-laki (testis) mulai
berfungsi menghasilkan hormon testosteron. Testosteron berfungsi merangsang testis untuk
menghasilkan sperma. Organ reproduksi pada perempuan (ovarium) mulai memproduksi
hormon estrogendan progesteron. Hormon ini mempengaruhi perkembangan organ
reproduksi perempuan. Selain itu, juga memengaruhi ovulasi, yaitu pematangan sel telur dan
pelepasan sel telur dari ovarium.
Laki-laki mengalami mimpi basah dan perempuan mengalami menstruasi. Seiring
dengan produksi sperma yang meningkat, pada anak laki-laki terjadi mimpi basah. Mimpi
basah pertama dapat dijadikan tanda bahwa seorang laki-laki telah akil balig. Organ
reproduksi yang telah aktif pada anak perempuan ditandai dengan terjadinya menstruasi.
Ketika memasuki masa pubertas, indung telur (ovarium) pada perempuan mulai aktif dan
mampu menghasilkan sel telur (ovum).
2. Ciri-ciri kelamin sekunder

Ciri-ciri kelamin sekunder berupa perubahan fisik terjadi pada laki-laki dan
perempuan. Ciri-ciri kelamin sekunder pada perempuan, antara lain payudara tumbuh

membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan di sekitar alat kelamin, serta membesarnya
panggul. Ciri-ciri kelamin sekunder anak laki-laki adalah tumbuhnya kumis dan jambang,
tumbuhnya rambut di ketiak dan di sekitar alat kelamin, serta dada menjadi lebih bidang.
Agar lebih mudah memahami perbedaan perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder
anak laki-laki dan perempuan. Perhatikan tabel berikut ini!

Perkembangan fisik pada masa remaja paling pesat di antara tahap-tahap
perkembangan manusia. Selain perubahan-perubahan fisik, remaja juga mengalami
perubahan secara psikologis. Perkembangan jiwa pada masa remaja juga semakin mantap.
Pada akhir masa remaja, jiwanya sudah tidak mudah terpengaruh serta sudah mampu
memilih dan menyeleksi. Remaja juga mulai belajar bertanggung jawab pada dirinya,=
keluarga, dan lingkungan. Remaja mulai sadar akan dirinya sendiri dan tidak mau
diperlakukan seperti anak-anak lagi. Masa Dewasa Tubuh manusia mencapai puncak
pertumbuhan dan perkembangan sempurna pada usia kurang lebih 20 tahun.
Angka 1 menggambarkan terjadinya percepatan pertumbuhan linear dan timbulnya
menarche relatif terhadap kejadian karakteristik seksual sekunder pada wanita selama masa
pubertas. tanda pertama pubertas pada perempuan adalah perkembangan dari kuncup

payudara dan rambut kemaluan jarang, yang terjadi antara usia 8-13 (SMR tahap 2).
menstruasi 2-4 tahun setelah munculnya inital tunas payudara dan rambut kemaluan, biasanya

selama SMR stadium 4. tampaknya ada perbedaan etnis dan ras dalam inisiasi pematangan
seksual di kalangan perempuan AS. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak perempuan
Afrika Amerika mungkin memasuki pubertas lebih awal dari rekan-rekan putih mereka.
antara perempuan dalam studi besar, 48% anak perempuan Afrika Amerika telah mencapai
SMR tahap 2 pada usia 8, dibandingkan dengan 15% dari rekan-rekan mereka. kalangan
gadis-gadis afrika dan amerika dalam penelitian itu, rata-rata usia perkembangan payudara
awal adalah 8,8 tahun. sementara itu 9,9 tahun untuk wanita putih. pertumbuhan rambut pubis
dimulai pada usia 8,7 tahun pada wanita Afrika Amerika, yang terjadi hampir 2 tahun lebih
awal dari rekan-rekan mereka.
Remaja, secara mental telah dapat berpikir secara logis tentang berbagai gagasan yang
abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta
sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir konkret.
1.

Perkembangan emosi

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosional yang
tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya
emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti
perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.

Gesel dkk. (Elizabeth B. Hurlock, 1980, terjemahan istiwidayanti dan Soedjarwo,
1991) mengemukakan bahwa remaja empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah
terangsang, dan emosinya cenderung “meledak”, tidak berusaha mengendalikan perasaannya.
Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka “tidak mempunyai
keprihatinan”. Jadi, adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang
akhirnya awal masa remaja.
Meskipun pada usia remaja kemampuan kognitif telah berkembang dengan baik, yang
mungkin dapat mengatasi sters atau fluktuasi emosi secara efektif tetapi masih banyak remaja
yang belum mampu mengelolah emosinya sehingga mereka mengalami depresi marah-marah,
dan kurang mampu meregulasi emosi. Kondisi ini dapat memicu masalah seperti kesulitan
belajar menyalahgunakan obat dan perilaku menyimpang, dalam suatu penelitian

dikemukakan bahwa regulasi emosi sangat penting bagi keberhasilan akademik. Remaja yang
sering mengalami emosi yang negatif cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah.
2. Perkembangan Sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk memahami
orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifatsifat peribadi, minat nilai-nilai maupun perasaan. Pemahamannya ini, mendorong remaja
untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrap dengan mereka (terutama teman
sebaya),baik melalui jalinan persahabatan maupun percintan (pacaran). Dalam hubungan
persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama

dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap, nilai, dan kepribadian.
Pada masa ini juga berkembang sikap ‘conformity” yaitu kecenderungan untuk
menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau
keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas pada remaja dapat
memberikan dampak yang positif maupun yang negatif bagi dirinya.Penyesesuaian sosial ini
dapat diartikan sebagai “kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial,
situasi, dan relasi. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini, baik
dalam lingkungan keluarga, sosia, dan masyarakat.
3. Perkembangan Moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya,
atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan
dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep
moralitas seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Pada masa ini muncul
dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.
Remaja berprilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasaan fisiknya, tetapi psikologis (rasa
puas dengan adannya penerimaan dan peneliaian positif dari orang lain tentang
perbuatannya).
4. Perkembangan kepribadian
Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial,
kognitif, dan nilai-nilai. Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri).


Perkembangan “identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar
bagi masa dewasa. Dapat juga dikatakan sebagai aspek sentral bagi kepribadian yag sehat
yang mereflesikan kesadaran diri. Kemampuan mengidetifikasi orang lain dan mempelajari
tujuan-tujuan agar dapat berpartisipasi dalam kebudayaannya. Erikson menyakini bahwa
perkembangan identity pada masa remaja berkaitan erat dengan komitmennya terhadap
okupasi masa depan, peran-peran masa dewasa dan sistem keyakinan pribadi (Nancy J. Cobb,
1992: 75). Sejak masa anak, sudah berkembang kesadaran akan diri dan masa remaja
merupakan saat berkembang usahany yang sadar untuk menjawab pertanyaan “who am I?”
(Siapa saya?).
Menurut Erikson, identitas diri individu berkembang pada usia remaja pada tahap
perkembangan kelima yaitu , identity vs identity confusion (kebingungan identitas/peran).
Erison mendifinisikan identitas sebagai consepsi konsep diri penentuan tujuan, nilai dan
keyakinan yang dipegang teguh oleh seseorang. Krisis, apabila remaja tidak mampu memilih
diantara berbagai alternatif yang bermakna remaja dikatakan telah menemuakan identitas
dirinya (self-identity) ketika berhasil memecahakan tiga masalah utama yaitu , pilihan
pekerjaan, adopsi nilai yang diyakinin dan dijalanin dan perkembangan identitas yang
memuaskan. Remaja yang gagal menemukan identitas dirinya, atau mengalami kebingungan
identitas, cenderung menampilkan perilaku menyimpang atau aneh-aneh. Perilaku
menyimpang seperti menampilkan diri dan cara bepakaian serta berkata-kata kasar, senang

mengonsumsi minuman keras dan melakukan tindakan kriminal.

Ciri-ciri (karakteristik) Umum Masa Remaja
Pada remaja sering terlihat adanya :
1. Kegelisahan, keadaan yang tidak tenang menguasai ciri remaja. Mereka mempunyai
banyak keinginan yang tidak dapat selalu dipenuhi.
2. Pertentangan, pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri juga menimbulkan
kebingungan baik bagi dari mereka maupun orang lain. Pertentangan dapat
menyebabkan timbulnya keinginan yang hebat untuk melepaskan diri dari orang tua,
tambah pula keinginan melepaskan diri secara ekonomis tidak memperoleh lagi
bantuan dari keluarga dalam hal keuangan.

3. Keinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui.
4. Keinginan menjelajah kealam sekitar yang lebih luas, misalnya melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan pramuka, kelompok atau himpunan pencinta alam (Himapala).
5. Menghayal dan berfantansi, hayalan dan fantasi remaja banyak berkisar mengenai
prestasi dan tangga karir.
6. Aktivitas kelompok. Kebanyakan remaja-remaja menemukan jalan keluar dari
kesulitan-kesulitannya dengan berkumpul-berkumpul melakuakan kegiatan bersama,
mengadakan penjelajahan secara berkelompok.