Tugas bahasa indonesia (16). docx
TUGAS BAHASA INDONESIA
OLEH :
AHMAD RUDIANSYAH
TEKNIK SIPIL
IE
Idiolek
Bila kita membandingkan bahasa seseorang dengan bahasa seorang
yang lain, maka akan tampak bahwa setiap orang memiliki beberapa
keistimewaan yang tidak dimiliki orang lain, walaupun mereka sama-sama
anggota dari suatu masyarakat bahasa. Abiq dalam kebiasaan sehariharinya suka mengucapkan kata "ya kan", sedangkan temannya Imron
tidak suka dengan kebiasaan seperti itu. Pilihan kata pun dalam
mengungkapkan sesuatu berbeda antara satu orang dengan orang yang
lain, namun mereka sebenarnya pemakai satu bahasa, perbendaharaan dari
satu bahasa. Tutur kata setiap anggota masyarakat bahasa yang ditandai
perbedaan-perbedaan kecil semacam itu disebut idiolek.
Idiolek adalah ragam bahasa yang unik pada seorang individu. Hal ini diwujudkan dengan
pola pilihan kosakata atau idiom (leksikon individu), tata bahasa, atau pelafalan yang unik pada
setiap orang.
Contoh : Presiden SBY terkesan hati-hati dalam berbicara dan penekanan kata pada bagian
tertentu saat berpidato.
Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam sebuah buku
Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, Ejaan Van Ophuysen pun dinyatakan berlaku.
Sesuai dengan namanya ejaan itu disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku
Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum Ejaan Van
Ophuysen disusun para penulis pada umumnya mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam
menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan yang
digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit banyak
mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.
Ada beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain
sebagai berikut :
a. Huruf y ditulis dengan j. Misalnya : sayang ditulis sajang.
b. Huruf u ditulis dengan oe. Misalnya :umum ditulis oemoem.
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas, misalnya :rakyat
ra’yat, dll.
d. Huruf j ditulis dengan dj, misalnya :Jakarta ditulis Djakarta
e. Huruf c ditulis dengan tj, misalnya :pacar ditulis patjar
f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch, misalnya : khawatir : chawatir.
2. Ejaan Republik(Ejaan soewandi)
Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi. Penyusunan ejaan baru
dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya yaitu Ejaan Van Ophuysen
juga untuk menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret 1947,
setelah selesai disusun ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan
menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal
19 Maret 1947. Ejaan baru itu diresmikan dengan nama Ejaan Republik.
Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena nama itu disesuaikan dengan nama orang
yang memprakarsainya. Seperti kita ketahui, Soewandi merupakan nama Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika ejaan
yang disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi. Ada beberapa perbedaan antara ejaan ini
dengan ejaan sebelumnya, diantaranya:
1. Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u dalam Ejaan Republik
2. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam Ejaan Republik
3. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik
4. Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan
5. Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan Republik
Meskipun dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku seelumnya, Ejaan
Republik ternyata masih memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan itu antara lain karena hurufhuruf seperti F,V,X,Y,Z,SJ(Sy) dan Ch(Kh) yang lazim digunakan untuk menulis kata-kata asing
tidak dibicarakan dalam ejaan baru itu. Padahal, huruf-huruf tersebut pada masa itu masih
merupakan permasalahan dalam bahasa Indonesia.
3. Ejaan Pembaharuan
Ejaan pembaharuan merupakan suatu yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan
Republik.Di bentuk pada tanggal 19 juli 1956. Konsep Ejaan pembaharuan dikenal dengan ejaan
Prijono-Katoppo,sebuah nama yang di ambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitia
ejaan itu. Awalnya profesor Prijono yang mengetuai panitia itu, lalu menyerahkan
kepemimpinannya kepada E.Katoppo karena masa itu Profesor Prijono di angkat menjadi
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan sehingga tidak sempat lagi melanjutkan
tugasnya sebagai ketua panitia ejaan kemudian dilanjutkan oleh E.Katoppo.
Konsep Ejaan Pembaharuan yang menarik ialah di sederhanakannya huruf-huruf yang
berupa gabungan konsonan dengan huruf huruf tunggal. Atau bersifat fonemis artinya setiap
fonem dalam ejaan itu di usahakan hanya di lambangkan dengan satu huruf.
Tampak seperti contoh di bawah ini :
a. Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j
b. Gabungan konsonan tj di ubah menjadi ts
c. Gabungan konsonan ng di ubah menjadi ŋ
d. Gabungan konsonan nj di ubah menjadi ñ
e. Gabungan konsonan sj di ubah menjadi š
4. Ejaan Melindo
Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia.Merupakan ejaan yang di susun atas kerja
sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak Persekutuan Tanah Melayu (malaysia) di
pimpin oleh Syed Nasir bin Ismail. Yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa MelayuBahasa Indonesia. Tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo. Awalnya Ejaan
Melindo di maksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang di gunakan di kedua negara tersebut.
Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan politik antara Indonesia dan malaysia, Ejaan
itupun akhirnya gagal diresmikan. Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah di
umumkan.
Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan, karena ejaan itu samasama berusaha menyederhanakan ejaan dengan menggunakan sistem fonemis. Hal yang berbeda
ialah dalam ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta Di ganti dengan c
menjadi cinta. Juga gabungan konsonan nj, seperti pada kata njonja di ganti dengan huruf nc
yang sama sekali masih baru.
5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)
Merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan melindo. Pelaksananya pun terdiri dari
panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasa dan Kasusaatraan, sekarang bernama Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa) juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang berhasil merumuskan ejaan
yang disebut Ejaan Baru. Namun lebih di kenal dangan ejaan LBK. Konsep Ejaan ini di susun
berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain:
a) Pertimbangan Teknis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar setiap fonem di lambangkan
dengan satu huruf.
b) Pertimbangan Praktis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan secara teknis
itu di sesuaikan dengan keperluan praktis seperti ke adaan percetakan dan mesin tulis.
c) Pertimbangan Ilmiah yaitu Pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan itu
mencerminkan studi yang mendalam mengenai kenyataan bahasa dan masyarakat pemakainya.
Adapun perubahan-perubahan yang terdapat pada ejaan ini dengan ejaan-ejaan
sebelumnya, diantaranya:
a) Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j, misalnya : remadja → remaja, djalan → jalan.
b) Gabungan konsonan tj di ubah menjadi c, misalnya : tjakap → cakap, batja → baca.
c) Gabungan konsonan nj di uban menjadi ny, misalnya : sunji → sunyi, njala → nyala.
d) Gabungan konsonan sj di ubah menjadi sy, misalnya : sjarat → syarat, sjair → syair.
e) Gabungan konsonan ch di ubah menjadi kh, misalnya : tachta → takhta, ichlas → ikhlas.
f) Huruf j di ubah menjadi y, misalnya : padjak → pajak, djatah → jatah.
g) Huruf e taling dan e pepet penulisannya tidak dibedakan dan hanya di tulis dengan e/tanpa
penanda, misalnya : ségar → segar, copèt →copet.
6. Ejaan Bahasa Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang disempurnakan (EYD) diresmikan oleh Presiden Republik indonesia
Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972. merupakan lanjutan dari ejaan baru atau ejaan LBK.
Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya mengatur halhal yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat khusus, yang belum di atur dalam
pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu. Ejaan Yang
Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya,
terutama ejaan republik yang di padukan pula dengan konsep konsep ejaan pembaharuan, ejaan
melindo dan ejaan baru.
Bahasa prokem atau Bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim
digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut
sebagai bahasa gaul. Bahasa prokem ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata dialek Betawi
yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk -ok- di depan fonem
terakhir yang tersisa. Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian disisipi -okmenjadi bokap. Diperkirakan ragam ini berasal dari bahasa khusus yang digunakan oleh para
narapidana. Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis dan
morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi.
Contoh kalimat yang sesuai dengan EYD (Ejahan Yang Disempurnakan) :
1.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Bimbinglah hambaMu ini ya Rab !
3.
Hanya kepadaMu lah kami meminta.
4.
Nikmatmu begitu dahsyat ya Rab.
5.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Kuasa.
6.
Ayah bertanya, “Peringkat berapa kamu sekarang ?”
7.
Ibu bertanya, “Kapan kamu akan pulang ?”
Bahasa Pergaulan
Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan
jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem
yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami
penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di
Jakarta.
Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa ini awalnya
digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar
kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru
dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angkaangka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masingmasing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk
memberkan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan).
Selain itu, Bahasa Prokem pun memiliki beberapa imbuhan dan partikel yang kini telah
menjadi bagian dari bahasa Indonesia dan sering digunakan, seperti : Deh / Dah, Dong, Sih, Nih,
Tuh, Kok, Kan, dan Yah.
Beberapa contoh kalimatnya :
- Jangan gitu deh...
- Apa sih? Mau tau aja...
- Nah kan? Betul kan? Lo ga percaya sih ....
OLEH :
AHMAD RUDIANSYAH
TEKNIK SIPIL
IE
Idiolek
Bila kita membandingkan bahasa seseorang dengan bahasa seorang
yang lain, maka akan tampak bahwa setiap orang memiliki beberapa
keistimewaan yang tidak dimiliki orang lain, walaupun mereka sama-sama
anggota dari suatu masyarakat bahasa. Abiq dalam kebiasaan sehariharinya suka mengucapkan kata "ya kan", sedangkan temannya Imron
tidak suka dengan kebiasaan seperti itu. Pilihan kata pun dalam
mengungkapkan sesuatu berbeda antara satu orang dengan orang yang
lain, namun mereka sebenarnya pemakai satu bahasa, perbendaharaan dari
satu bahasa. Tutur kata setiap anggota masyarakat bahasa yang ditandai
perbedaan-perbedaan kecil semacam itu disebut idiolek.
Idiolek adalah ragam bahasa yang unik pada seorang individu. Hal ini diwujudkan dengan
pola pilihan kosakata atau idiom (leksikon individu), tata bahasa, atau pelafalan yang unik pada
setiap orang.
Contoh : Presiden SBY terkesan hati-hati dalam berbicara dan penekanan kata pada bagian
tertentu saat berpidato.
Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam sebuah buku
Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, Ejaan Van Ophuysen pun dinyatakan berlaku.
Sesuai dengan namanya ejaan itu disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku
Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum Ejaan Van
Ophuysen disusun para penulis pada umumnya mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam
menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan yang
digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit banyak
mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.
Ada beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain
sebagai berikut :
a. Huruf y ditulis dengan j. Misalnya : sayang ditulis sajang.
b. Huruf u ditulis dengan oe. Misalnya :umum ditulis oemoem.
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas, misalnya :rakyat
ra’yat, dll.
d. Huruf j ditulis dengan dj, misalnya :Jakarta ditulis Djakarta
e. Huruf c ditulis dengan tj, misalnya :pacar ditulis patjar
f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch, misalnya : khawatir : chawatir.
2. Ejaan Republik(Ejaan soewandi)
Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi. Penyusunan ejaan baru
dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya yaitu Ejaan Van Ophuysen
juga untuk menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret 1947,
setelah selesai disusun ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan
menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal
19 Maret 1947. Ejaan baru itu diresmikan dengan nama Ejaan Republik.
Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena nama itu disesuaikan dengan nama orang
yang memprakarsainya. Seperti kita ketahui, Soewandi merupakan nama Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika ejaan
yang disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi. Ada beberapa perbedaan antara ejaan ini
dengan ejaan sebelumnya, diantaranya:
1. Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u dalam Ejaan Republik
2. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam Ejaan Republik
3. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik
4. Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan
5. Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan Republik
Meskipun dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku seelumnya, Ejaan
Republik ternyata masih memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan itu antara lain karena hurufhuruf seperti F,V,X,Y,Z,SJ(Sy) dan Ch(Kh) yang lazim digunakan untuk menulis kata-kata asing
tidak dibicarakan dalam ejaan baru itu. Padahal, huruf-huruf tersebut pada masa itu masih
merupakan permasalahan dalam bahasa Indonesia.
3. Ejaan Pembaharuan
Ejaan pembaharuan merupakan suatu yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan
Republik.Di bentuk pada tanggal 19 juli 1956. Konsep Ejaan pembaharuan dikenal dengan ejaan
Prijono-Katoppo,sebuah nama yang di ambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitia
ejaan itu. Awalnya profesor Prijono yang mengetuai panitia itu, lalu menyerahkan
kepemimpinannya kepada E.Katoppo karena masa itu Profesor Prijono di angkat menjadi
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan sehingga tidak sempat lagi melanjutkan
tugasnya sebagai ketua panitia ejaan kemudian dilanjutkan oleh E.Katoppo.
Konsep Ejaan Pembaharuan yang menarik ialah di sederhanakannya huruf-huruf yang
berupa gabungan konsonan dengan huruf huruf tunggal. Atau bersifat fonemis artinya setiap
fonem dalam ejaan itu di usahakan hanya di lambangkan dengan satu huruf.
Tampak seperti contoh di bawah ini :
a. Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j
b. Gabungan konsonan tj di ubah menjadi ts
c. Gabungan konsonan ng di ubah menjadi ŋ
d. Gabungan konsonan nj di ubah menjadi ñ
e. Gabungan konsonan sj di ubah menjadi š
4. Ejaan Melindo
Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia.Merupakan ejaan yang di susun atas kerja
sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak Persekutuan Tanah Melayu (malaysia) di
pimpin oleh Syed Nasir bin Ismail. Yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa MelayuBahasa Indonesia. Tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo. Awalnya Ejaan
Melindo di maksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang di gunakan di kedua negara tersebut.
Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan politik antara Indonesia dan malaysia, Ejaan
itupun akhirnya gagal diresmikan. Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah di
umumkan.
Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan, karena ejaan itu samasama berusaha menyederhanakan ejaan dengan menggunakan sistem fonemis. Hal yang berbeda
ialah dalam ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta Di ganti dengan c
menjadi cinta. Juga gabungan konsonan nj, seperti pada kata njonja di ganti dengan huruf nc
yang sama sekali masih baru.
5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)
Merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan melindo. Pelaksananya pun terdiri dari
panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasa dan Kasusaatraan, sekarang bernama Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa) juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang berhasil merumuskan ejaan
yang disebut Ejaan Baru. Namun lebih di kenal dangan ejaan LBK. Konsep Ejaan ini di susun
berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain:
a) Pertimbangan Teknis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar setiap fonem di lambangkan
dengan satu huruf.
b) Pertimbangan Praktis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan secara teknis
itu di sesuaikan dengan keperluan praktis seperti ke adaan percetakan dan mesin tulis.
c) Pertimbangan Ilmiah yaitu Pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan itu
mencerminkan studi yang mendalam mengenai kenyataan bahasa dan masyarakat pemakainya.
Adapun perubahan-perubahan yang terdapat pada ejaan ini dengan ejaan-ejaan
sebelumnya, diantaranya:
a) Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j, misalnya : remadja → remaja, djalan → jalan.
b) Gabungan konsonan tj di ubah menjadi c, misalnya : tjakap → cakap, batja → baca.
c) Gabungan konsonan nj di uban menjadi ny, misalnya : sunji → sunyi, njala → nyala.
d) Gabungan konsonan sj di ubah menjadi sy, misalnya : sjarat → syarat, sjair → syair.
e) Gabungan konsonan ch di ubah menjadi kh, misalnya : tachta → takhta, ichlas → ikhlas.
f) Huruf j di ubah menjadi y, misalnya : padjak → pajak, djatah → jatah.
g) Huruf e taling dan e pepet penulisannya tidak dibedakan dan hanya di tulis dengan e/tanpa
penanda, misalnya : ségar → segar, copèt →copet.
6. Ejaan Bahasa Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang disempurnakan (EYD) diresmikan oleh Presiden Republik indonesia
Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972. merupakan lanjutan dari ejaan baru atau ejaan LBK.
Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya mengatur halhal yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat khusus, yang belum di atur dalam
pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu. Ejaan Yang
Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya,
terutama ejaan republik yang di padukan pula dengan konsep konsep ejaan pembaharuan, ejaan
melindo dan ejaan baru.
Bahasa prokem atau Bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim
digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut
sebagai bahasa gaul. Bahasa prokem ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata dialek Betawi
yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk -ok- di depan fonem
terakhir yang tersisa. Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian disisipi -okmenjadi bokap. Diperkirakan ragam ini berasal dari bahasa khusus yang digunakan oleh para
narapidana. Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis dan
morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi.
Contoh kalimat yang sesuai dengan EYD (Ejahan Yang Disempurnakan) :
1.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Bimbinglah hambaMu ini ya Rab !
3.
Hanya kepadaMu lah kami meminta.
4.
Nikmatmu begitu dahsyat ya Rab.
5.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Kuasa.
6.
Ayah bertanya, “Peringkat berapa kamu sekarang ?”
7.
Ibu bertanya, “Kapan kamu akan pulang ?”
Bahasa Pergaulan
Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan
jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem
yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami
penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di
Jakarta.
Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa ini awalnya
digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar
kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru
dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angkaangka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masingmasing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk
memberkan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan).
Selain itu, Bahasa Prokem pun memiliki beberapa imbuhan dan partikel yang kini telah
menjadi bagian dari bahasa Indonesia dan sering digunakan, seperti : Deh / Dah, Dong, Sih, Nih,
Tuh, Kok, Kan, dan Yah.
Beberapa contoh kalimatnya :
- Jangan gitu deh...
- Apa sih? Mau tau aja...
- Nah kan? Betul kan? Lo ga percaya sih ....