Analisa kalimat efektif bahasa Indonesia terhadap terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad

(1)

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

Ruston Nawawi

NIM: 106024000948

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2010

Ruston Nawawi


(3)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Ruston Nawawi

NIM:106024000948

Pembimbing

Drs. H. A. Syatibi, M. Ag

NIP : 195507031986031002

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M


(4)

munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 1 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, Desember 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, MA. Ahmad Saekhuddin, M.Ag.

NIP: 150 268 589 NIP: 150 303 001

Pembimbing Penguji

Drs. H. A. Syatibi, M. Ag

Ali Hasan Al-Bahar,Lc,Ma


(5)

PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan begitu banyak nikmat serta pertolongan-Nya kepada penulis, sehingga karya ini bisa selesai dan hadir ke hadapan para pembaca. Salawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada teladan alam semesta, kanjeng Rasulullah Muhammad saw., beserta keluarga, dan para sahabat. Semoga kita mendapatkan curahan syafa’atnya di hari akhir nanti.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada civitas akademika UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, terutama kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Abdul Chaer, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi, MA., Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekretaris Jurusan Tarjamah, Ahmad Saekhuddin, M.Ag.

Terima Kasih yang tak terhingga pula kepada Drs. H. A. Syatibi, M.Ag yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, memberikan referensi serta memotivasi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan Bapak dan diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.

Kepada Jajaran Dosen Tarjamah: Ibu Karlina Helmanita, M.Ag, Bpk. Syarif Hidayatullah, M.Hum, Bpk. Dr. Syukron Kamil, MA, Bpk. Irfan Abubakar, MA, dan lainnya. Terima kasih yang tak terhingga. Semoga ilmu yang penulis dapatkan menjadi manfaat di kemudian hari. Amin.


(6)

Penghormatan serta salam cinta penulis haturkan kepada Kedua Orang Tua penulis, Ayahanda Mursin (alm) dan Ibunda Nanih dan kakakku tercinta

Nisan Supriyadi beserta istri dan anak-anaknya dan juga keluarga yang telah mendukung penulis untuk tetap semangat dan pantang menyerah, kemudian isteriku tercinta Siti Aliyah yang selalu menemani penulisan skripsi ini dengan penuh sabar dan kasih sayang dan untuk semua saudara-saudaraku yang sama-sama mendoakan penulis untuk menjalankan penelitian ini serta memberikan bantuan dan motivasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan studi ini.

Kepada seluruh staf-staf yang ada di beberapa universitas, seperti Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, serta Perpustakaan Utama Universitas Indonesia, yang telah membantu penulis dalam mencari rujukan atau bahan referensi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada kawan seperjuangan di Jurusan Tarjamah Angkatan 2006, kepada fuad, cocom, nurkholis dan firdaus, yang selalu setia menemani, memberikan hiburan, dan berbagai candaan di

basecamp/kosan Tarjamah dan yang senantiasa selalu memberikan dukungan kepada penulis.

Selain itu, terima kasih pada teman-teman seperjuangan musyarofah, yatmi, suti, wulan, mely, elyda, khairunnisa, hamidah, aini, rina, dan yuli yang telah menemani penulis di masa-masa kuliah serta teman-teman BEM-J Tarjamah dan terima kasih juga kepada seluruh kakak kelas dan adik kelas sehingga penulis bangga menjadi salah satu mahasiswa Tarjamah. Penulis menghaturkan ribuan


(7)

terima kasih kepada seluruh teman-teman atas pinjaman referensinya yang begitu berharga, yang telah mencerahkan dan memberikan paradigma baru kepada penulis.

Semoga skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Saran serta kritik konstruktif sangat penulis butuhkan untuk interpretasi yang lebih baik lagi.

Jakarta, Desember 2010

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... vi

ABSTRAK ... x

BAB I: PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Identifikasi Penelitian ... 6

C.Pembatasan Penelitian ... 7

D. Perumusan Penelitian ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Metode Penelitian ... 8

G. Sistematika Penelitian ... 9

BAB II: DASAR TEORI PENERJEMAHAN DAN KALIMAT EFEKTIF 1. Terjemahan dan Penerjemah A.Definisi Tarjamah ... 11

B.Asumsi Penerjemahan ... 17

C.Petunjuk Penerjemahan ... 18

D.Syarat Penerjemah ... 19

E. Metode Penerjemahan ... 20

F. Proses dan Tahap Penerjemahan ... 25

G.Prosedur Penerjemahan ... 27


(9)

H. Penilaian Penerjemahan ... 31

2. Kalimat Efektif A. Definisi Kalimat ... 32

B. Jenis-jenis Kalimat ... 34

C. Definisi Kalimat Efektif ... 39

D. Ciri-ciri Kalimat Efektif ... 40

E. Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat ... 45

F. Faktor Ketidakefektifan Kalimat ... 46

BAB III : BIOGRAFI SINGKAT IMAM SYEKH ZAINUDDIN BIN ABDUL AZIZ DAN GAMBARAN UMUM KITAB IRSYADUL IBAD ILA SABILI RISYAD A. Biografi Singkat Imam Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz ... 47

B. Karya-karya Imam Sekh Zainuddin Bin Abdul Aziz ... 48

C. Gambaran Umum Kitab Irsyadul Ibad ila Sabili Risyad ... 49

Bab IV : ANALISA DATA ... 51

Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(10)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam Buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab

Huruf Latin

Huruf Arab

Huruf Latin

ا A ط T

ب B ظ Z

ت T ع ‘

ث Ts غ Gh

ج J ف F

ح H ق Q

خ Kh ك K

د D ل L

ذ Dz م M

ر R ن N

ز Z و W

س S ة H

ش Sy ء `

ص S ي Y

ض D


(11)

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal Tunggal

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

ـــــ

a Fathah

ـــــ

i Kasrah

ـــــ

u Dammah

B. Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

يـــــ ai a dan i

وــــــ au a dan u


(12)

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

يــــــا â a dengan topi di

atas

يــــــا î i dengan topi di

atas

وـــــا û u dengan topi di

atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah

maupun huruf qamariyyah.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ــــ dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.


(13)

5. Ta Marbûtah

Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). Hal yang sama juga berlaku, jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’at) atau kata sifat (contoh no.2). Namun, jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3).

No. Kata Arab Alih Aksara

1 ﺔﻘ ﺮﻃ Tarîqah

2 ﺔ ﻣﻼﺳﻹاﺔﻌﻣﺎ ﻟا al-jâmi’ah al-islâmiyah

3 دﻮ ﻮﻟاةﺪﺣو wihdat al-wujûd

6. Huruf Kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al”) untuk huruf a di awal nama tersebut tidak boleh kapital.


(14)

Abstrak

Ruston Nawawi

Berjudul “Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap Terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad”. Di bawah bimbingan Drs. H. A. Syatibi, M. Ag.

Penerjemahan merupakan kegiatan mereproduksi pesan bahasa sumber dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa penerima, baik dilihat dari segi arti, makna maupun gaya bahasanya.

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, jelas dan dapat menyampaikan informasi dengan tepat. Jelas, yaitu mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Singkat, yaitu hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata dan tepat, yaitu sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Ciri-ciri kalimat efektif antara lain: adanya keutuhan, kesatuan, kelogisan, kesepadanan makna dan struktur kalimat, kesejajaran bentuk kalimat dan struktur kata secara gramatikal, kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami, kehematan penggunaan unsur kalimat, kecermatan dan kesantunan serta kevariasian kata dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.

Berdasarkan hal di atas, penulis menganggap perlu meneliti salah satu karya berbahasa Arab yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karya Imam Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Salim Bahreisy


(15)

xi

Oleh karena itu, dengan bentuk kalimat efektif dalam kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad yang tertera dalam penelitian ini menjadi bermanfaat bagi penerjemah pemula yang ingin mempelajarinya.


(16)

A. Latar Belakang Penelitian

Penerjemahan merupakan suatu kegiatan yang penting bagi manusia di era globalisasi ini, kegiatan penerjemahan bukan saja dilakukan oleh penerjemah melainkan telah memberikan daya tarik bagi para ilmuan lainnya seperti guru maupun para peminat atau ahli bahasa yang menyadari kekuatan bahasa sebagai salah satu media yang dapat memantapkan kepesatan perkembangan IPTEK. Banyak buku-buku dan artikel-artikel terjemah ditulis para ahli dalam suatu cabang ilmu tertentu dengan pendekatan yang beraneka ragam sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing.

Usaha menerjemahkan pada hakikatnya mereproduksi amanat atau pesan di dalam bahasa sumber dengan padanan bahasa yang wajar.1 Dalam proses menerjemahkan seseorang berusaha untuk mengalihkan pesan yang terdapat dalam bahasa sumber tanpa merubah maksud dan pesan tersebut, begitu pula dalam membentuk kalimat ke dalam bahasa sasaran haruslah jelas. Selain itu, menerjemahkan juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam mempelajari struktur gramatikal, situasi komunikasi, konteks bahasa sumber, menganalisa teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya, dan mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang

1


(17)

sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya.2 Kegiatan penerjemahan bertujuan untuk menciptakan relasi yang sepadan dan intent antara teks sumber dan teks sasaran agar diperoleh jaminan bahwa kedua teks tersebut mengkomunikasikan pesan yang sama.

Dalam penerjemahan seorang penerjemah harus memiliki pengetahuan tentang tahapan-tahapan dalam melakukan penerjemahan, syarat-syarat penerjemahan dan ragam penerjemahan guna menyoroti naskah yang diminati untuk dijadikan sasaran dan mengetahui pendekatan apa yang harus diambil. Secara umum ragam terjemahan terdiri dari terjemahan kata demi kata, terjemahan harfiah dan terjemahan bebas.3 Setelah penerjemah mengenal lebih jauh ragam penerjemah yang digunakan, maka penerjemah akan lebih selektif dalam memilih dan menggunakan ragam penerjemah yang sesuai dengan tatanan bahasa.

Seorang penerjemah adalah seorang penulis dan bukan pengarang dari buku yang ia terjemahkan, sehingga gagasan yang ada dalam terjemahan tetap merupakan gagasan pengarang, bukan gagasan penerjemah. Dalam hal ini penerjemah hanya merekontruksi gagasan-gagasan yang dikemukakan pengarang dari suatu buku atau kitab dari yang diterjemahkannya ke dalam suatu tatanan bahasa yang efektif sehingga mudah dipahami oleh para pembacanya. Akan tetapi, ada beberapa terjemahan yang terdapat tatanan bahasa atau kalimat yang kurang efektif sehingga tatanan bahasa dalam penerjemahan tersebut terkesan rancu yang pada akhirnya kurang dapat dipahami oleh para pembacanya. Oleh

2

Abdulmunifkhamim. wordpress.com 3


(18)

karena itu, tidak semua hasil karya terjemahan diterima apa adanya melainkan perlu dianalisadan dikritisi dengan beberapa acuan standar penerjemahan yang menopang diakuinya mutu karya terjemahan tersebut.

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, jelas dan dapat menyampaikan informasi dengan tepat. Jelas, yaitu mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Singkat, yaitu hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata dan tepat, yaitu sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.4 Ciri-ciri kalimat efektif antara lain: adanya keutuhan, kesatuan, kelogisan, kesepadanan makna dan struktur kalimat, kesejajaran bentuk kalimat dan struktur kata secara gramatikal, kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami, kehematan penggunaan unsur kalimat, kecermatan dan kesantunan serta kevariasian kata dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.5

Berdasarkan hal di atas, penulis menganggap perlu meneliti salah satu karya berbahasa Arab yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karya Imam Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Salim Bahreisy yang diterbitkan oleh Darussaggaf press.

Berikut ini merupakan contoh asli terjemahan dari kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad.

‡R[kˆ”¡e

ȅ…@

ˆÅkÍÚÉ

É1ʒ‹s

uµŽ

Ü1ʌ„ ŒU

8ÕµŽ‹ˆ

Gµ%

4

http://suherlicentre.blogspot.com/2009/02/kalimat-efektif-dalam-naskah-pidato.html

5


(19)

Artinya: Hai semua manusia sembahlah Tuhanmu, yang menjadikan kamu dan menjadikan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa (21). Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan, dan langit sebagai atap dan menurunkan dari langit air, kemudian mengeluarkan dengan air itu berbagai buah (makanan) sebagai rizqi untukmu. Karena itu maka kamu jangan mempersekutukan Allah denga apapun, padahal kamu mengetahui.6 (Q.S. Al-Baqoroh: 21-22)

Pada terjemahan kalimat di atas terdapat kalimat:

1. Yang menjadikan kamu dan menjadikan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa

6

Salim Bahreisy, Petunjuk ke Jalan Lurus (terjemahan kitab fiqih Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karangan Imam Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari), (Surabaya: Darrusaggaf, 1977). h. 3


(20)

2. Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan, dan langit sebagai atap

dan menurunkan dari langit air, kemudian mengeluarkan dengan air itu berbagai buah (makanan) sebagai rizqi untukmu

3. Karena itu maka kamu jangan mempersekutukan Allah dengan apapun, padahal kamu mengetahui

Ketiga kalimat di atas tidak efektif. Pada kalimat pertama terdapat pemborosan kata dalam penggunaan kata kerja ”menjadikan” yang dirangkai pada kata penghubung dan, serta terdapat penggunaan kata dalam struktur yang tidak baku, yaitu bertaqwa. Pada kalimat pertama tatanan kalimat efektif nya adalah:

”Yang menjadikan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”

Pada kalimat kedua dikatakan tidak efektif karena ketidaktepatan pada penggunaan tanda koma serta kata penghubung dan sebelum akhir perincian dari suatu kalimat.Pada kalimat kedua juga terdapat kata yang tidak baku yaitu, rizqi sedangkan kata yang baku adalah rizki. Selain itu, pada kalimat kedua juga terdapat kalimat berikut:

Menurunkan dari langit air P K O

Kalimat di atas dikatakan tidak efektif karena susunan kalimatnya tidak lengkap dan tidak jelas, yaitu tidak terdapat subjek dan penempatan obyek yang tidak tepat penggunaannya karena didahului oleh keterangan tempat. Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:


(21)

S P O K Pada kalimat kedua tatanan kalimat efektifnya adalah:

” Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap serta menurunkan air dari langit, kemudian mengeluarkan dengan air itu berbagai buah (makanan) sebagai rizki untukmu.”

Pada kalimat ketiga dikatakan tidak efektif karena menggunakan kata penghubung yang bertentangan, yaitu karena itu dan maka. Sedangkan men urut Asih Anggraini dalam bukunya yang berjudul Mengasah Keterampilan Karya Tulis Ilmiah di Perguruan Tinggi syarat kalimat efektif adalah tidak menggunakan kata penghubung yang bertentangan. Kalimat ketiga diperbaiki menjadi:

” Karena itu hendaklah kamu jangan mempersekutukan Allah dengan apapun, padahal kamu mengetahui”

Maka atas dasar itulah penulis tertarik untuk menganalisa dan mengkritisi sejauh manakah kekurangefektifan kalimat yang dilakukan penerjemah dalam Bahasa Indonesia terhadap Kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karangan Imam Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari. Dalam hal ini penulis akan menganalisa dan mengkritisi kitab tersebut melalui sebuah penelitian skripsi dengan judul ” Analisa Kalimat Efektif Bahasa Indonesia Terhadap Terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad.”

B. Identifikasi Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi adanya beberapa permasalahan berikut:


(22)

1. Bagaimana pengolahan kalimat dan ragam penerjemahan yang dilakukan penerjemah?

2. Apakah kalimat yang dibentuk dalam penerjemahan sudah menjadi kalimat efektif atau belum?

3. Bagaimana pendekatan yang dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan suatu kitab atau buku yang diterjemahkannya?

C. Pembatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menyadari bahwa, peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian, baik secara tenaga, biaya dan waktu. Agar pembatasan masalah lebih terarah, maka peneliti membatasi permasalahan pada analisa kalimat efektif Bahasa Indonesia terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad karangan Imam Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin Bin Al Mulyabari pada bab iman dan ilmu.

D. Rumusan Penelitian

Berdasarkan i dentifikasi dan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:” Apakah terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad yang dilakukan oleh Salim Bahreisy telah menggunakan kalimat efektif atau belum.”


(23)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk dapat menambah pengetahuan tentang kaidah penerjemahan maupun tentang kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad baik bagi peminat bahasa, mahasiswi, dosen, maupun masyarakat umum.

2. Sebagai batu loncatan dalam memperbaiki sistem penerjemahan dengan menggunakan bahasa dan kalimat efektif sehingga mudah dipahami oleh para pembaca.

3. Sebagai bahan acuan bagi para pembaca hasil terjemahan kitab ataupun buku agar lebih mengkritisi kitab atau buku hasil terjemahan

4. Sebagai bahan acuan dalam melaksanakan penelitian yang serupa pada analisa kitab atau buku hasil terjemahan yang lainnya.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah analisa deskriptif, yaitu metode penelitian yang menganalisis data-data dalam bentuk deskripsi dari gejala-gejala yang diamati kemudian mendeskripsikannya ke dalam hasil penelitian.7 Penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang disusun oleh tim UIN Syarif Hidayatullah Press.

7


(24)

G. Sistematika Penulisan Penelitian

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas: Bab I : Pendahuluan

A.Latar belakang Penelitian B.Identifikasi Penelitian C.Pembatasan Penelitian D.Perumusan Penelitian E. Tujuan Penelitian F. Metode Penelitian

G.Sistematika Penulisan Penelitian Bab II : Dasar Teori

1. Terjemahan dan Penerjemah A. Definisi Tarjamah B. Asumsi Penerjemahan C. Petunjuk Penerjemahan D. Syarat Penerjemah E. Metode penerjemahan

F. Proses dan Tahap Penerjemahan G. Prosedur Penerjemahan

H. Penilaian Penerjemahan 2. Kalimat Efektif

A. Definisi Kalimat B. Jenis-jenis Kalimat


(25)

C. Definisi Kalimat Efektif D. Ciri-ciri Kalimat Efektif

E. Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat F. Faktor Ketidakefektifan Kalimat

Bab III: Biografi Singkat Imam Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz dan Gambaran Umum Kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad

A. Biografi Imam Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz B. Karya-karya Imam Syekh Zainuddin Bin Abdul Aziz C. Gambaran umum kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Rysyad

Bab IV : Analisa Data

Bab V : Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

1. TERJEMAHAN DAN PENERJEMAH

A. DEFINISI TARJAMAH

Definisi tarjamah memiliki dua pengertian, yaitu pengertian secara etimologi (bahasa) dan pengertian secara terminologi (istilah).

1. Secara Etimologi (bahasa)

Kata tarjamah berasal dari bahasa Arab “ ﺔ ﺮ “ (tarjamah) kata tersebut berbentuk masdar, yaitu dari Fîil Mâdhi Rubâ I al-Mujarrad “ ﺮ “ yang bentuknya menjadi sebagai berikut:

،

، ﺮ

،ﺔ ﺮ

،ﺎﻣﺎ ﺮ و

،ﺎ ﺮ ﻣو

ﻮﻬ

، ﺮ ﻣ

كاذو

، ﺮ ﻣ

ﺮ ﻣ، ﺮ

ﺮ ﻣ

.

Lafadz tarjamah di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lâm, menunjukan salah satu dari empat makna berikut:

1. Menafsirkan suatu kalam (pembicaraan) dengan menggunakan bahasa lain. 2. Memindahkan suatu kalam (pembicraan) kepada bahasa yang mudah. 3.Menceritakan biografi seseorang.

4. Pendahuluan dari sebuah kitab8

Muhammad bin Salih al-‘Asimaini di dalam kitab Uşul fi al-Tafsir, mengatakan bahwa kata tarjamah secara bahasa ialah:

8


(27)

ﺔ ﻟ

ﺔ ﺮ ﻟا

:

نﺎﻌﻣ

ﻰﻟإ

نﺎ ﻟﺎﺣ

او

“Tarjamah secara bahasa adalah menetapkan suatu makna yang mampu memberikan keterangan yang jelas.”

Menurut Az-zarqani, mengemukakan bahwa secara etimologi tarjamah memiliki empat makna, antara lain:

1. menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan 2. menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama misalnya bahasa Arab

dijelaskan dengan bahasa Arab, bahasa Indonesi dijelaskan dengan bahasa Indonesia.

3. menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab dijelaskan dengan bahasa Indonesia

4. memindahkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain seperti mengalihkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, oleh karena itu penerjemah disebut juga pengalih bahasa.9

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijumpai arti tarjamah, yaitu menyalin (memindahkan) dari suatu bahasa kedalam bahasa lain atau mengalih bahasakan.

Berdasarkan penjelasan etimologi tarjamah diatas dapat dipahami bahwa substansi dari terjemah adalah memindahkan bahasa pokok kepada bahasa sasaran (dalam hal ini dari bahasa Arab kepada bahasa Indonesia).10

9

Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia. (Bandung, Humaniora, 2005), h. 8 10


(28)

2. Secara Terminologi (istilah)

Secara terminologi, kata terjemah dalam bahasa arab disebut “ﺔ ﺮ “ mengandung pengertian sebagai berikut:

Muhammad bin Salih al-‘Asimaini di dalam kitab Usul fi al-Tafsif, mengatakan:

ﻰ و

حﻼ

ا

:

ىﺮ أ

ﻜﻟا

ﺮ ﻌ ﻟا

“Terjemah secara istilah yaitu, menerangkan suatu kalam (pembicaraan) dengan menggunakan bahasa yang lain.”

Menurut Abu Yaqzan ‘Atiyyah Jaburi di dalam kitab Dirasat fi al-Tafsir wa Rijalihi:

ﺔ ﻟ

مﻼﻜﻟا

ﻰﻟإ

ىﺮ أ

ﺔ ﻟ

نوﺪ

نﺎ

ﻰ ﻌﻣ

ا

ﺮ ﻟا

“Memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dari satu bahasa kedalam bahasa yang lain dengan tidak menerangkan ma’na asal dari kalam yang diterjemahkan.”

مﻼﻜﻟا

نﺎ و

ﺎ ﻌﻣ

ﺔ ﻟ

ىﺮ أ

“Menafsirkan suatu kalam (pembicaraan) dan juga menerangkan ma’na kalam tersebut di dalam bahasa yang lain.”

Menurut Muhammad ‘Abdul ‘Azim al-Zarqani di dalam kitab Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, tarjamah mengandung pengertian:

مﻼﻜﻟا

“Menyampaikan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa orang yang belum pernah menerimanya.”

مﻼﻜﻟا


(29)

“Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa kalam itu sendiri.”

مﻼﻜﻟا

“Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa selain bahasa kalam itu.”

مﻼﻜﻟا

ﻰﻟإ

ﺔ ﻟ

ىﺮ أ

“Mengalihkan suatu kalam (pembicaraan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain.”

Dari keempat pendapat tentang pengertian “terjamah” yang telah disebutkan di atas, dapat diketahui bahwa kata

ﺔ ﺮ

” “ dalam tuturan bahasa

Arab meliputi berbagai makna, bahkan pengertian kata “

ﺔ ﺮ

“ ini sering dikaitkan pada situasi dimana kata itu diucapkan. Namun secara ‘urf’ (umum) dapatlah kiranya diketahui bahwa terjamah, yaitu memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain dan mengungkapkan suatu pengertian dengan suatu kalam yang lain dalam bahasa yang lain.11 Selain itu, secara terminologi menerjemahkan didefinisikan sebagai mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu.

ﻌ ﻟا

ﻌﻣ

ﺔ ﺎﻌﻣ

ءﺎ

ﻮﻟا

يﺮ أ

ﺔ ﻟ

ﺮ أ

مﻼآ

ﺪ ﺎﻘﻣو

11


(30)

Takrif di atas mengandung beberapa kata kunci yang perlu dijelaskan lebih lanjut. Kata mengungkapkan merupakan padanan untuk at-tabir yang asal katanya abara, yaitu melewati atau melintas misalnya abaras sabil berarti melintas jalan. Karena itu air mata yang melintas di pipi disebut abarah. Nasihat yang diperoleh dari peristiwa disebut ibrah.12

Selain pengertian di atas, juga terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahasa tentang pengertian tarjamah secara terminologi (istilah).Yaitu:

1. Eugene A. Nida dan Charles R. Taber

Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory and Practice of Translation, memberikan definisi tarjamah sebagai berikut:

Translating consist in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language messege, first in term of meaning and secondly in term of style”.

Yang berarti: “Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima barang secara dekat, sewajarnya, sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama menyangkut makna dan kedua menyangkut gayanya”.13

Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didifinisikan sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima

12

Syihabuddin, op cit, h. 9 13


(31)

(sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.

2. J.C. Catford

Sedangkan menurut J.C Catford dalam bukunya yang berjudul a linguistic theory of translation mengartikan terjemah sebagai “the replacement the textual in one language by equivalent textual as follow”. Yang artinya, terjemahan merupakan penggantian naskah berbahasa sumber dengan berbahasa sasaran secara sesuai.14

3. P. Nemark

Definisi tarjamah menurut P. Nemark hampir sama dengan apa yang diungkapkan oleh J.C. Catford. Menurut Nemark dalam artikelnya yang berjudul “Further preposition on translation” mendefinisikan tarjamahan sebagai berikut:

Translation is an exercise which consist in the attempt to replace a written message in one language’. Artinya, tarjemah merupakan latihan dalam upaya menggantikan pesan tertulis dari bahasa satu dengan pesan yang sama dengan bahasa lainnya.15

14

J.C. Catford, A Linguistic Theory of Translation, ( London, Oxford University Press, 1965), h. 20

15


(32)

4. Jacobson ( dalam Gentzler, 1993: 1)

Menurut Jacobson, pengertian translasi mencakup tiga kelompok, yaitu

intralingual translation, interlingual translation, intersemiotic translation. Istilah pertama menunjuk pada usaha untuk menyatakan suatu ide atau pikiran dalam bahasa yang sama. Istilah kedua istilah yangs sering dipahami sebagai menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan yang ketiga usaha menerjemahkan sebuah pikiran dari bahasa verbal ke bahasa nonverbal. 16

Berdasarkan beberapa pengertian tarjamah menurut para ahli bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa tarjamah adalah interpretasi makna suatu teks dalam suatu bahasa ("teks sumber") dan penghasilan teks yang merupakan padanan dalam bahasa lain ("teks sasaran" atau "terjemahan") yang mengkomunikasikan pesan serupa. Tarjmah harus mempertimbangkan beberapa batasan, termasuk konteks, aturan tata bahasa, konvensi penulisan, idiom, serta hal lain antar kedua bahasa. Orang yang melakukan terjemahan disebut sebagai penerjemah.17

B. ASUMSI DALAM PENERJEMAHAN

Dalam bidang ilmu dikenal asumsi-asumsi yang dijadikan pedoman dan arah oleh orang-orang yang melakukan aneka kegiatan ilmiah pada bidang tersebut. Dalam bidang penerjemahanpun dikenal asumsi yang merupakan cara kerja, pengalaman, keyakinan dan pendekatan yang dianut oleh para peneliti,

16

Muh Arif Rokhman, Penerjemahan Teks Inggris, (Yogyakarta, Hanggar Kreatif, 2006), h. 9 17


(33)

praktisi dan pengajar dalam melakukan berbagai kegiatannya. Diantara asumsi yang berlaku dalam penerjemahan antara lain: 18

1. Penerjemahan merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya bidang ini menuntut keahlian penerjemah yang bersifat multidisipliner, yaitu kemampuan dalam bidang teori menerjemah, penerimaan bahasa sumber dari bahasa penerima berikut kebudayaannya secara sempurna.

2. Budaya suatu n bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, maka bahasa suatu bangsa berbeda dengan bahasa bangsa lain, karena itu pencarian ekuivalensi antara keduanya merupakan kegiatan utama yang dilakukan seorang penerjemah.

3. Penerjemah komunitator antara pengarang dan pembaca.

4. Terjemahan bersifat otonom. Artinya, terjemahan hendaknya dapat menggantikan nas sumber atau nas terjemahan itu memberikan pengaruh yang sama pada pembaca seperti pengaruh yang ditimbulkan nas sumber. 5. Pengajaran menerjemah dituntut untuk mengikuti landasan teoritis

penerjemahan dan kritik terjemah.

C. PETUNJUK PENERJEMAHAN

Dalam buku H.G de Maar, English Passages for Translation, jilid II halaman 176, dapat ditemukan petunjuk penerjemahan, antara lain:19

1. Berlakulah setia pada aslinya dan berikan kebenaran. Tidak boleh ada ide penting muncul dalam terjemahan kalau ide itu tidak ada dalam karangan

18

Syihabuddin, op. cit, h. 16-17 19


(34)

aslinya. Tidak boleh ada hal kecil tetapi penting dihilangkan dari terjemahan kalau hal itu terdapat dalam karangan aslinya.

2. Perhatikanlah secara seksama dalam semangat atau suasana apa karangan asli ditulis. Kalau gayanya ramah, ramahlah dalam terjemahan yang dilakukan penerjemah, kalau luhur berikanlah pada penerjemahan suatu nada yang luhur pula.

3. Sebuah terjemahan harus tidak terbaca sebagai suatu terjemahan. Terjemahan harus tidak mengingatkan pada karangan aslinya, tetapi harus terbaca wajar seolah-olah muncul langsung dari pikiran si pelajar. Harus terbaca seperti sebuah karangan asli, terjemahan harus mengungkapkan segenap arti dari karangan aslinya, tetapi tanpa mengorbankan tuntutan akan ungkapan yang baik dan idiomatis.

D. SYARAT-SYARAT PENERJEMAH

Hasil terjemahan akan dianggap baik atau buruk, jelas atau tidak sangat bergantung pada siapa yang menerjemahkan, meskipun seorang penerjemah itu adalah sebagai pencipta, tetapi ia tidak mempunyai kebebasan seluas kebebasan yang dimiliki penulis aslinya, karena seorang penerjemah pada dasarnya hanya mengungkapkan apa yang dikarang oleh penulis aslinya.

Untuk menjadi seorang penerjemah yang baik serta menghasilkan terjemahan yang berkualitas, seorang penerjemah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:


(35)

1. Seorang penrjemah harus menguasai dua bahasa, bahasa sumber dan bahasa sasaran

2. Seorang penerjemaha harus memahami secara benar gaya dan karakteristik bahasa-bahasa yang diterjemahkan

3. Penerjemahan harus memiliki ciri khas bahasa sumber dan bahasa sasaran 4. Seorang penerjemah harus menguasai kosa kata pada kedua bahasa tersebut20

E. METODE PENERJEMAHAN

Terjemahan yang ideal harus memenuhi paling tidak tiga komponen utama. Pertama adalah bahwa seorang penerjemah harus mampu menghasilkan makna dalam bahasa sumber (BSU) seakurat mungkin ke dalam bahasa asli (BSA). Kedua, bahasa yang digunakan dalam produk terjemahan haruslah sealami mungkin dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam BSA. Dan ketiga bahwa produk terjemahan tersebut haruslah komunikatif dalam artian semua aspek makna dalam BSU harus diungkapkan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. 21

Istilah metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris. Dalam

Macquire Dictionary (1982), a method is a way of doing something, especially in accordance with a definite plan yaitu, cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu.22 Dari definisi tersebut kita dapat menarik 2 hal penting. Pertama, metode adalah cara melakukan sesuatu yaitu cara dalam

20

Solihin Bunyamin, Panduan Belajar Menerjemahkan Al-Qur’an metode Granada Sistem Delapan Jam, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2003), h. 26

21

http//open-university.co.cc/download/bing/bing3115-m3.pdf 22


(36)

melakukan penerjemahan. Kedua, metode berkenaan dengan rencana tertentu, yaitu rencana dalam pelaksanaan penerjemahan.

Sedangkan menurut Machali metode penerjemahan adalah cara melakukan penerjemahan dan rencana dalam pelaksanaan penerjemahan. 23 Adapun mengenai fungsi mtode dan prosedur penerjemahan, Newmark mengemukakan bahwa teori terjemahan memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah-masalah penerjemahan, tidak ada masalah berarti tidak ada teori dan terjemah.

2. Menunjukan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam

memecahkan masalah penerjemahan.

3. Menyelaraskan prosedur-prosedur penerjemahan yang dapat digunakan. 4. Menyarankan pemakaian beberapa prosedur penerjemahan yang sesuai

untuk memecahkan masalah penerjemahan.24

Metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Nemark mencakup metode penerjemahan yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber dan metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran. Dalam metode jenis yang pertama, penerjemah berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya makna kontekstual Tsu, meskipun dijumpai hambatan sintaksis dan semantis pada Tsa yaitu hambatan bentuk dan makna. Dalam metode kedua, penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relatif sama dengan yang diharapkan oleh penulis asli terhadap pembaca versi BSu. Perbedaan mendasar pada kedua metode

23

Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: Humaniora, 2005), h. 68 24


(37)

tersebut terletak pada penekanannya saja, dan di luar itu keduanya saling berbagi permasalahan.

Berikut metode penerjemahan yang berorientasi pada bahas sumber: 1. Penerjemahan Kata Demi Kata

Dalam metode ini biasanya Tsa langsung diletakan di bawah versi Tsu. Kata-kata dalam Tsu diterjemahkan di luar konteks dan kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini digunakan sebagai tahapan penerjemahan pada terjemahan teks yang sangat sukar atau untuk memahami mekanisme BSu.

2. Penerjemahan Harfiah

Penerjemahan dilakukan dengan mengkonversi konstruksi gramatikal bahasa sumber ke dalam konstruksi bahasa penerima yang paling dekat. Namun kata-kata tetap diterjemahkan satu demi satu tanpa mempertimbangkan konteks pemakainya.

3. Penerjemahan Setia

Metode ini untuk mereproduksi makna kontekstual bahasa sumber ke dalam struktur bahasa penerima secar tepat. Karena itu, kosa kata kebudayaan ditransfer dan urutan gramatikalnya dipertahankan dalam penerjemahan. Metode ini berupaya setia sepenuhnya pada tujuan penulis.

4. Penerjemahan Semantis

Dalam metode semantis, nilai estetika dan nas bahasa sumber dipertimbangkan, makna diselaraskan guna meraih asonasi dan dilakukan pula permainan kata serta pengulangan. Metode ini bersifat fleksibel dan memberi


(38)

keluwesan kepada penerjemah untuk berkreatifitas dan untuk menggunakan intuisinya.25

Adapun cara penerjemahan yang menekankan bahasa sasaran melahirkan jenis-jenis metode sebagai berikut:

1. Adaptasi

Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan BSa. Istilah saduran dapat dimasukan di sini asalkan penyadurnya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam TSu, misalnya tema, karakter atau alur. Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi.

2. Penerjemahan Bebas

Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuks teks BSu. Biasanya metode ini berbentuk parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya.

3. Penerjemahan Idiomatik

Metode ini bertujuan untuk mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian banyak terjadi distorsi makna.

4. Penerjemahan Komunikatif

Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat

25


(39)

dimengerti oleh pembaca. Sesuai dengan namanya metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khlayak pembaca dan tujuan penerjemahan.26

Dalam penerjemahan Bahasa Arab, metode penerjemahan berarti cara penerjemahan yang digunakan oleh penerjemaha dalam mengungkapjkan makna nas sumber secara keseluruhan di dalam bahasa penerima. Dalam khazanah penerjemahan Arab tersebut, metode terjemahan terbagi 2 jenis, antara lain:

1. Metode Harfiah

Yakni cara menerjemahkan yang memperhatikan peniruan terhadap susunan dan urutan nas sumber. Cara penerjemahan yang juga disebut dengan metode laf-zhiyah . metode ini dipraktekan dengan pertama-tama seorang penerjemah memahami nas, lalu menggantinya dengan bahasa lain pada posisi dan tempat bahasa sumber. Metode ini memiliki kelemahan karena 2 alasan, pertama, tidak seluruh kosa kata Arab berpaduan dengan bahasa lain sehingga banyak dijumpai kosa kata asing. Kedua, struktur dan hubungan antar unit linguistik dalam suatu bahasa berbeda dengan struktur bahasa lain.

2. Metode Tafsiriah

Yakni suatu cara penerjemahan yang tidak memperhatikan peniruan dan urutan nas sumber. Yang dipentingkan dalam metode ini adalah penggambaran makna dan maksud bahasa sumber yang baik dan utuh.

Sementara itu Ahmad Hasan AZ-Zayat tokoh penerjemah modern, menegaskan bahwa metode penerjemahan yang diikutinya ialah yang memadukan kebaikan metode harfian dan tafsiriah. Langkah yang dilaluinya sebagai berikut.

26


(40)

Pertama, menerjemahkan nas sumbe secar harfiah dengan mengikuti struktur dan urutan nas sumber. Kedua, mengalihkan terjemahan harfiah ke dalam struktur bahas penerima yang pokok. Disini terjadi proses transposisi tanpa menambah atau mengurangi. Ketiga, mengulangi proses penerjemahan dengan menyelami perasaan dan spirit penulis melalui penggunaan metafora yang relevan. 27

F. PROSES DAN TAHAP-TAHAP PENERJEMAHAN

Tahap penerjemahan adalah suatu model yang dimaksudkan untuk menuangkan proses pikir yang dilakukan manusia pada saat melakukan penerjemahan. Larson (1989:3) mengemukakan tahap-tahap penerjemahan sebagai berikut : (1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber; (2) menganalisa teks bahasa sumberuntuk menemukan maknanya; dan (3) mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan mengunakan leksikon yang sesuai dengan bahasa sasaran dan konteks budayanya.

Jika dilihat dari prosesnya, penerjemahan yang baik harus mengikuti suatu proses yang bertahap, seperti yang dikemukakan oleh Nida dan Taber (1969 : 33), yaitu melalui tiga tahap, antara lain: 28

1. Tahap Analisa

Dalam tahap ini struktur lahir atau kalimat yang ada dianalisa menurut hubungan gramatikal, menurut makna kata atau kombinasi kata, makna tekstual dan makna kontekstual. Pada tahap ini penerjemah mempelajari teks bahasa

27

Syihabuddin, op. cit. h. 70 28

Frans, Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2008), h. 20


(41)

sumber baik dari bentuk maupun isinya. Penerjemahan harus pula melihat bangunan makna antar kata dan gabungan kata. Tujuan analisa adalah agar penerjemah memahami benar-benar pesan yang terkandung dalam teks bahasa sumber serta cara pengungkapannya secara kebahasaan.

2. Tahap Transfer

Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisa dan dipahami maknanya tadi diolah oleh penerjemah dalam pikirannya dan dialihkan dari BSU ke dalam BSA. Pada tahap ini, mulailah penerjemahan melakukan alih bahasa setelah melakukan analisa lengkap yang mencakup aspek gramatikal dan simantis. Proses ini masih terjadi dalam pikiran penerjemah.

3. Tahap Restrukturisasi (penyerasaian)

Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari padanan kata, ungkapan dan struktur kalimat yang tepat dalam BSA sehingga isi, makna dan pesan yang ada dalam teks BSU tadi disampaikan sepenuhnya ke dalam BSA. Dalam tahap ini, penerjemah menyusun kembali teks dengan ragam yang sesuai dengan gaya bahasa yang wajar dalam bahasa target. Yang penting untuk diingat oleh seorang penerjemah adalah bahwa pada tahap penyerasian ini penerjemah ini sudah tidak lagi kembali ke tahap sebelumnya (analisa dan pengalihan). Tahap penyerasian adalah tahap akhir, dan ini berarti bahwa tahap sebelumnya sudah diselesaikan dengan baik (Machali, 2000:38).

Dapat disimpulkan bahwa, dalam proses penerjemahan yang perlu diperhatikan adalah analisa teks asli dan pemahaman makna atau pesan teks asli


(42)

yang diungkapkan kembali ke dalam BSA dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang diterima.

G. PROSEDUR PENERJEMAHAN

Istilah prosedur dibedakan dari metode. Konsep yang pertama merujuk pada proses penerjemahan kalimat dan unit-unit terjemah yang lebih kecil, sedangkan konsep kedua, seperti telah dikemukakan di atas, mengacu pada proses penerjemahan nas secara keseluruhan.

Perbedaan anatra metode dan prosedur terletak pada objeknya. Objek metode adalah nas secara keseluruhan, sedangkan objek prosedur berupa kalimat sebagai unit penerjemahan terkecil, dan kalimat ini merupakan bagian dari nas. Persamaan antara metode dan prosedur ialah bahwa keduanya merupakan cara yang digunakan oleh penerjemah dalam memecahkan masalah penerjemahan. Selanjutnya, secara konseptual metode digunakan sebagi prinsip umum atau pendekatan dalam menangani sebuah teks, sedangkan prosedur memperlihatkan adanya tahapan penanganan masalah.

Menurut The Macquarie Dictionary, “a procedure is the act or manner of proceeding in any action or process” ’prosedur adalah perbuatan atau cara kerja dalam segala tindakan atau proses’. 29

Perbedaan antara metode dan prosedur terletak pada satuan penerapannya. Metode penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks, sedangakan prosedur

29


(43)

penerjemahan berlaku untuk kalimat dan satuan-satuan bahasa yang lebih kecil seperti klausa, frase, kata, dan lain sebagainya.

Di antara prosedur penerjemahan yang pokok ialah yang dikemukakan oleh Newmark (1988:81-93) berikut ini.30

1. Prosedur Literatur

Prosedur ini tidak dapat dihindari pemakaiannya selama dapat menjamin ekuivalensi pragmatis dan referensial dengan bahasa sumber. Maksudnya, prosedur ini digunakan jika makna bahasa sumber berkorespondensi dengan makna bahasa penerima atau mendekatinya, dan kata itu hanya mengacu pada benda yang sama, bahkan memiliki asosiasi yang sama pula.

Objek prosedur ini merentang mulai dari penerjemahan kata demi kata, frase demi frase, kolokasi demi kolokasi, hingga kalimat demi kalimat. Namun semakin panjang unit terjemahan, semakin sulit prosedur literal diterapkan. Prosedur penerjemahan literal tampak pada contoh berikut ini.

ﻘﻟا

نأ

ﺎ آو

إ

ﺔ ﺎ

ﻟا

ةﺮهﺎﻇ

ﻰ ﻟا

ةﺮ

نﻮ

ﺎﻬ ﺎ

ﺎ ﻌﻟا

ةﺮ ﻘﻟا

ﻰﻟ

و

رﺎ

د ا

دﺎ ﻟا

ﺳﺮ و

ﻟا

إ

ﻜﻣأ

اذ

ﺎﻬ ﻜﻟ

ﺎ ﺣ

ﺎﻬ

نأ

إ

ﺔﻟزﺎ

آو

ﻟا

ﻰﻟ

آ

دﺎﻘ ادﺮ ﻣ

ﻚﻟ

إ

ﻟا

ﺮ آ

ﻰﻟ

رﺪﻘﻟا

نﺎ ﻟا

دﺮ ﻣ

إ

ﻜﻟا

ﻰﻟ

ﻟا

ةﺪهﺎ ﻟاو

ﻟا

رﻮ

قاﺮ إو

ﺣﺎ ا

و

رﺪ ﻟا

ح

اﺮ ﺎ

.

30 Ibid


(44)

Artinya: Sebagaimana kulit terbawah itu tampak manfaatnya dengan dikaitkan kepada kulit teratas, maka ia menjaga isi dan memeliharanya dari kerusakan ketika disimpan. Apabila dipisahkan, niscaya mungkin dimanfaatkan untuk kayu api. Akan tetapi, turun kadarnya dengan dikaitkan kepada isi. Begitu juga, semata-mata I;tiqad, tanpa tersingkat banyaknya manfaat, dengan dikaitkan kepada semata-mata penuturan lisan itu kureang kadarnya, dengan dikaitkan kepada tersingkap dan penyaksian yang berhasil dengan terbukanya dada dan kelapangannya, serta tersinarnya nur kebenaran.

2. Prosedur Transfer dan Naturalisasi

Transfer dipahami sebagai prosedur penglihan suatu unit linguistik dari bahasa sumber ke dalam nas bahasa penerima dengan menyalin huruf atau melakukan transliterasi. Hal-hal yang biasa ditransfer ialah nama orang, nama geografis dan tofografis, judul jurnal, buku, majalah, surat kabar, karya sastra, drama, nama institusi pemerintah, swasta, masyarakat, dan nama jalan serta alamat.

Berikut ini adalah contoh penggunaan prosedur transfer

ﺔﺳارد

تأﺪ

,

ﺮ ﺎﻬ ﻟا

نﺎ ﻟ ا

ﻟا

ﺮﻬ أ

ي

رﺎﻣ

ﺎ اا

ﺮ ﻟا

هو

ﻟا

تﺎ ﻟ

ﺪ ﺪﻌﻟا

و

ةﺮ

ﺔ ﻣﺎ ﻟا

ﺔ ﺮﻬﻟا

ﺔ ﻟا


(45)

Artinya: Annemarie Schimmel, salah seorang orientalis Jerman kontemporer yang kondang mulai belajar pada usia lima belas tahun, lalu mendalami beberapa bahasa umat Islam seperti Turki, Persia dan Urdu.

Pada contoh di atas tampaklah bahwa penerjemah menyesuaikan kata yang ditransfer dengan system pelapalan dan morfologi bahasa penerima, sehingga kata itu selaras dengan bahasa penerima.

3. Prosedur Ekuivalensi Budaya

Dalam prosedur ini kata budaya bahasa sumber diterjemahakan dengan kata budaya bahasa penerima yang ekuivalen. Prosedur ini digunakan secara terbatas, karena tidak ada dua budaya yang persis sama, misalnya dalam nas yang bersifat umum, publikasi atau propaganda, dan dalam penjelasan singkat kepda pembaca yang kurang mengetahui budaya bahasa sumber. Berikut ini adalah beberapa contoh pemakaian prosedur ekuivalensi budaya.

ﺮﻜ ﻌﻣ

لﻮﺣ

ﺔ ﻣأ

ﺔﻣﺰﺣأ

ءﺎ

ﻣﺆ ﻟا

مﺎ و

Artinya: Abdul Mu’min membangun lima ikat pinggang pengaman di sekitar tempat militernya.

Pada contoh (1) penerjemah berupaya mendeskripsikan ungkapan kebudayaan ahzimah amniyyah dengan ikat pinggang pengaman . namun, prosedur ini menghilangkan nuansa budaya dari kata yang diterjemahkan, karena deskripsi itu tidak lazim dalam bahasa penerima. Dalam tuturan orang Indonesia


(46)

dikenal ungkapan sabuk keselamatan untuk menggambarkan sesuatu yang berbentuk tali, jalur, atau benteng, yang berfungsi menjaga keamanan. Dengan demikian, ahzamah amniyyah diterjemahkan denagn sabuk keselamatan

Menurut Collins English dictionary, a technique is a practical method, skill, or art applied to a particular task (teknik adalah suatu metode, keahlian atau seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas.

Dalam definisi ini terdapat dua hal penting: (1) teknik adalah hal yang bersifat prakts; (2) teknik diberlakukan tergadap tugas tertentu (dalam hal ini tugas penerjemahan). Dari dua butir penting ini dapat dipahami bahwa teknik berbeda dengan metode dan prosedur yang sifatnya kurang lebih normative . sesuai dengan sifatnya ynag praktis, “teknik” secara langsung berkaitan dengan permasalahan praktis penerjemahan dan pemecahannya dari pada dengan norma pedoman penerjemahan.

H. PENILAIAN PENERJEMAHAN

Kajian teoritis tentang penerjemahan dimaksudkan agar terjemahan yang dihasilkan oleh seseorang berkualitas, yaitu tepat dan mudah dipahami. Kualitas terjemahan berkaitan dengan keterpahaman terjemahan, kualitas ini dapat bersifat intrinsik, yaitu bertalian dengan ketepatan, kejelasan dan kewajaran nas. Namun dapat pula bersifat ekstrinsik, yaitu berkenaan dengan tanggapan pembaca dan pemahamannya terhadap terjemahan. 31

31


(47)

Dalam telaah tentang nas, kualitas intinsik diistilahkan dengan keterbacaan, keterpahaman dan ketegasan. Sakri (1995: 165-166) menggunakan istilah tersebut secara bergantian dan mendefinisikannya sebagai derajat kemudahan sebuah nas untuk dipahami maksudnya.

Adapun kualitas ekstrinsik berkaitan dengan berbagai pandangan pembaca terhadap nas terjemahan. Yang dimaksud pembaca di sini adalah lapisan masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan, usia dan pengalamannya. Pandangan yang dijadikan perhatian dalam telaah kualitas ekstrinsik ialah hal-hal yang bertalian dengan kualitas intrinsik sebagaimana yang telah disebutkan.

Menurut Savory , prinsip-prinsip penerjemahan yang baik antara lain:32 1. penerjemahan harus mengekspresikan kata-kata dari teks aslinya 2. penerjemahan harus mengungkapkan gagasan dari teks aslinya 3. terjemahan hendaknya terbaca seperti karya aslinya

4. terjemahan hendaknya terbaca sebagai terjemahan

5. penerjemahan hendaknya mencerminkan gaya dari teks aslinya

6. penerjemahan hendaknya memiliki gaya penulisan yang dipakai oleh penerjemah.

2. KALIMAT EFEKTIF A. Definisi Kalimat

Kalimat ialah suatu bagian rentetan kata yang selesai dan menunjukkan pikiran yang lengkap. Yang dimaksud pikiran lengkap adalah informasi yang

32


(48)

didukung oleh pikiran yang utuh. Dalam ragam bahasa resmi unsur minimal kalimat, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek atau pokok kalimat dan predikat atau sebutan. Kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukan kalimat. Deretan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frase.33

Menurut Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul Lingistik Umum, kalimat merupakan susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap.34 Dalam konteks Bahasa Arab kalimat adalah lafal yang tersusun dari dua buah kata atau lebih yang mengandung arti, dan disengaja serta berbahasa Arab”. Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukanlah banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 1996). Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras, lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda Tanya, atau tanda seru.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh dan merupakan satuan dasar wacana. Artinya, wacana akan terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih, yang letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Dengan demikian setiap tuturan

33

Arifin,E Zaenal, Cermat Berbahasa Indonesa untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa, 1998), h. 80

34


(49)

berupa kata atau untaian kata, yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan diatas pada suatu wacana atau teks, berstatus kalimat.35

Dalam kamus besar bahasa Indonesia. kalimat merupakan kesatuan ujar yang mengungkapkan konsep pikiran dan perasaan, perkataan, satuan bahasa yang secara efektif berdiri sendiri maupun pola intonasi final dan secara aktul yang terdiri atas klausa.36

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan, bahasa kalimat merupakan bagian dari bahasa secara keseluruhan yang terdiri atas susunan kata-kata yang minimal mengandung subjek dan predikat sehingga memiliki maksud dan tujuan dalam kelengkapan kata-katanya.

B. Jenis-jenis Kalimat

Berdasarkan fungsinya kalimat terdiri atas:37 1. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)

Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya.

Misalnya:

Presiden Suharto mengadakan kunjungan keluar negri Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang

35

Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 311 36

Depdikbud, op .cit h. 702 37

Arifin,E Zaenal dan S. Amran Tasai,Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2006), h. 97-107


(50)

2. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)

Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda Tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata Tanya seperti

bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan. Misalnya:

Kapan Saudara berangkat ke Singapura? Mengapa dia gagal dalam ujian?

3. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)

Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).

Misalnya:

Antarkan buku ini ke pak Ridwan! 4. Kalimat Seruan

Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin “mengungkapkan” perasaan yang kuat atau yang mendadak. (Biasanya, intonasi meningkat; tanda titik atau tanda seru)

Misalnya:

Bukan main, cantiknya. Nah, ini dia yang kita tunggu.

Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dapat pula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat


(51)

setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif).38 Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk

1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen SP. Jadi, unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat. Pola-pola kalimat tunggal sebagai berikut:

a. Mahasiswa berdiskusi S:KB + P:KK

b. Dosen itu ramah S:KB + P:KS

c. Harga buku itu sepuluh ribu rupiah S:KB + KbiI

d. Mereka menonton film S:KB + P:KK + O:KB

e. Paman mencarikan saya pekerjaan S:KB + P:KK + O:KB PeI XB f. Rustam peneliti

S:KB + P:KB 2. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang tediri atas dua klausa atau lebih Contoh:

38

Ida Bagus, Analisi Kalimat (fungsi, kategori dan pendekatan), (Singaraja: Rafika Aditama, 2007), h. 55 - 59


(52)

Tabrakan itu terjadi di jalan Tamrin dan dua orang meninggal

Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi kalimat majemuk setara (KMS), kalimat majemuk rapatan (KMR), dan kalimat majemuk bertingkat (KMB).

1. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya tidak ada yang dihilangkan. Dapat juga dikatakan, bahwa antara unsur-unsur kaliamt tunggal yang digabungkan kedudukannya setara. KMS diberi nama sesuai dengan jenis hubungannya yang ada diantara kalimat-kalimat yang digabungkan. Secara garis besar, KMS bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (a) KMS Sejalan, (b) KMS Berlawanan, dan (c) KMS Penunjukan. KMS Sejalan adalah kalimat-kalimat yang digabungkan itu tidak berlawanan atau pengertiannya sejalan. KMS Berlawanan adalah kalimat-kaliamt yang digabungkan itu mengandung makna pertetangan, dan KMS Penunjukan adalah bagian kalimat satu menunjuk kembali pada bagian kalimat lain

Contoh KMS: Sejalan

-K1: Matahari terbit di ufuk timur.

-K2: Margasatwa mulai mencari mangsanya. -K3: Petani-petani bernagkat ke ladang

KMS: Matahari terbit di ufuk timur, margasatwa mulai mencari mangsanya, dan petani-petani berangkat ke lading


(53)

1. Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang terjadi dari pengabungan beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya sama dirapatkan atau dituliskan sekali saja

Kaliamat majemuk rapatan terdiri atas empat macam, yaitu (i) KMR sama Subjek, (ii) KMR sama P, (iii) KMR sama O, dan (iv) KMR sama K. Pemberian nama ini sesuai dengan unsur kalimat yang dirapatkan.

Contoh:

KMR sama S, artinya subjek-subjek dirapatkan

Benteng itu ditembaki, dibom bertubi-tubi, dan diratakan dengan tanah

S P1 P2 P3

2. Kalimat Majemuk Bertingkat

Jika sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk menjadi sebuah kalimat, dan kalau kalimat bentukan ini digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan terbentuklah kalimat majemuk bertingkat. Dengan ketentuan:

(a) sisa kalimat sumber disebut induk kalimat (b) kalimat bentukan disebut anak kalimat

(c) anak kalimat diberi nama sesuai dengan nama unsur kalimat sumber yang digantinya.

Contoh:

Kedatangannya disambut oleh rakyatkemarin


(54)

- kedatangannya = subjek - disambut = predikat - oleh rakyat = objek kemarin = keterangan waktu

C. Definisi Kalimat Efektif

Menurut Mahmudah Fitriah dalam bukunya yang berjudul Pembinaan Bahasa Indonesia, kalimat efektif merupakan kalimat yang secara tepat dapat mewakili ide pembicara/penulis dan sanggup menimbulkan ide yang sama tepatnya dengan pikiran pendengar/pembaca. Sebuah kalimat efektif, akan mampu mewakili ide yang ada dalam benak pembicara/penulis dan pendengar/pembaca, tanpa menimbulkan salah paham.39

Berdasarkan pengertian di atas, menurut penulis kalimat efektif merupakan kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis, klimat efektif juga lebih mengutamakan keefektifan kalimat sehingga kejelasan kalimat dapat terjamin dan pembaca atau pendengan dapat memahami apa yang didengar atau dibacanya.

39


(55)

D. Ciri-ciri Kalimat Efektif

Sebuah kalimat yang efektif memiliki ciri-ciri yang khas meliputi kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan dan kelogisan.40

1. Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai, kesepadanan kalimat inj diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, antara lain: a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.

Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat, tentu sajaembuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek

Contoh:

Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini hanya membayar uang kuliah. (salah)

Semua mahasaiswa perguruan tinggi in harus membayar unag kuliah. (benar)

40


(56)

b. Tidak terdapat subjek yang ganda. Contoh:

Penyususnan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. Soal itu saya kurang jelas

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara:

Dalam menyusun laporan itu, sya dibantu oleh para dosen Soal itu bagi saya kurang jelas

c. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal. Contoh:

Kami datang agak terlambat, Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki

Perbaikan kalimt-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan menjadikan kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua mengganti ungkapan penghubung intra kalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.

Kami datang agak terlmbat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama

Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki


(57)

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang Contoh:

Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting Perbaikannya adalah sebagai berikut.

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting 2. Keparalelan

Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan unsur-unsur yang digunakan secara konsisten dalam satu kalimat. Jika verba yang digunakan, unsur yang lain juga harus verba. Demikian pula, jika nomina yng digunakan, unsur yang lain juga harus nomina. Jika aktif yang digunakan, yang lain juga harus aktif. Demikian pula sebaliknya.

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh:

a) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pegecetan

tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan


(58)

Kalimat a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan

3. Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pad aide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ad aide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu member penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk dalam kalimat.

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu didepan kalimat (di awal kalimat) Contoh:

Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah presiden mengharapkan.

b. Membuat urutan kata yang bertahap Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar

Seharusnya:

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar

c. Melakukan penggulangan kata Contoh:

Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.


(59)

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh:

Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur. e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

Contoh:

Saudaralah yang bertanggung jawab. 4. Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. 5. Kecermatan

Yang dimaksud cermat adalah kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut:

a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan

Kalimat a memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi. Pada kalimat b memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

6. Kepaduan

Kepaduan adalah kesatuan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah, kalimat yang padu tidak


(60)

bertele-tele dan tidak menceriminkan cara berpikir yang tidak sistematis, selain itu kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat kata kerja dan objek penderita. Contoh:

Mereka membicarakan dari pada kehendak rakyat

Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat Kalimat yang efektif pada contoh di atas adalah:

Mereka membicarakan kehendak rakyat

Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat 7. Kelogisan

Sebuah kalimat dikatakan logis jika ide kalimat dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimat berikut ini:

Waktu dan tempat kami persilakan

Kalimat di atas tidak logis karena waktu dan tempat merupakan kata yang tidak dapat bergerak sehingga kalimat tersebut tidak masuk akal. kalimat yang logis seperti:

Bapak Menteri kami persilakan

E. Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

Agar kalimat yang disusun dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara, secara garis besar, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, penggunaan bahasa Indonesia baku dan penggunaan ejaan yang disempurnakan


(61)

F. Faktor Ketidakefektifan Kalimat

Ketidakefektifan kalimat dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya meliputi kontaminasi atau kerancuan, ambiguitas, ketidakjelasan subjek, kemubaziran preposisi, kesalahan logika, ketidaktepatan bentuk kata dan ketidaktepatan makna kata


(62)

A. Biografi Singkat Imam syekh Zainuddin bin Abdul Aziz

Syekh Zainuddin Al-Malibari, tak banyak riwayat yang menjelaskan ketokohan dari Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz bin Zainuddin Al-Malibari, ulama asal Malabar, India selatan ini. Kalau ada, itu hanya sebatas mengungkapkan keterangannya dalam berbagai karya yang ditulisnya. Tak banyak diketahui secara percis, kapan Syekh Zainuddin Al-Malibari lahir. Bahkan, wafatnya pun muncul berbagai pendapat. Ia diperkirakan meninggal dunia sekitar tahun 970-990 H dan di makamkan di pinggiran Koro Ponani, India. Beliau adalah cucu dari Syeh Zeinuddin bin Ali pengarang kitab Irsyadul Qoshidin ringkasan kitab munhajul Abidin, sejak kecil, Syeh Zaenuddin al malibari telah terdidik oleh keluarga agamis, selain sekolah di al Madrasy yang didirikan oleh kakek beliau, beluau juga berguru kepada beberapa Ulama' Arab, termasuknya adalah Ibnu Hajar al Haitami dan Ibnu Ziad. Syekh Zainuddin Al-Malibari.

Syekh Zainuddin Al-Malibari merupakan keturunan bangsa Arab. Ia dikenal pula dengan nama Makhdum Thangal. Julukan ini dikaitkan dengan daerah tempat dirinya tinggal. Ada yang menyebutnya dengan nama Zainuddin Makhdum, atau Zainuddin Thangal atau Makhdum Thangal. Julukan ini


(63)

mencerminkan keutamaan dan penghormatan masyarakat setempat kepada dirinya.

Masjid Agung Ponani atau Funani, adalah masjid Agung yang pertama kali dibangun oleh Makhdum Thangal. Ia termasuk seorang ulama yang mengikuti madzhab Syaf’i. tidak seperti masjid masa kini, masjid agung Ponani ini menggabungkan arsitektur lokal dengan arsitektur Hindu. Hal ini dikarenakan, Islam masuk ke India yang dibawa oleh pedagang Arab yang datang melalui laut dan diterima oleh raja-raja Hindu setempat. Makam Syekh Zainuddin Al-Malibari terletak di samping masjid. Tak hanya arsitektur masjid, masyarakat Muslim di India ini juga mengadopsi gaya bangunan, pakaian dan makanan dengan menyesuaikan pada kondisi yang ada. Seperti kebanyakan ulama lainnya, Syekh Zainuddin Al-Malibari juga dikenal sebagai ulama yang sangat tegas, kritis, konsisten, dan memiliki pendirian yang teguh. Ia pernah menjadi seorang hakim dan penasehat kerajaan, dan diplomat.

B. Karya-Karya Imam Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz

Syekh Zainuddin Al-Malibari, selain dikenal sebagai ulama fiqih, ia juga dikenal ahli tasawuf, sejarah dan sastra. Karya-karyanya:

a. Fath al-Mu’in (pintu pertolongan), adalah syarah (komentar) atas kitab Qurrat al-Ayan Hidayat al-Azkiyat ila Thariq

b. Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad c. Tuhfat al-Mujahidin


(64)

C. Gambaran Umum Kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad

Kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad (penuntun manusia kejalan baik), adalah sebuah kutipan dari kitab Azzawajir dan Mursyiduththullab karangan guru besar, pelita agama Ahmad bin Hajar Alhaitami dan nenek kami Zainuddin bin Ali Alma’bari, kemudian kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad ditambahkan didalamnya hadist-hadist dan soal-soal dalam ilmu fiqih serta hikayat dan nasehat-nasehat.

Kitab Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad terdiri dari 2 jilid, jilid pertama mencakup bab Iman, Murtad, Ilmu, Wudhu, Mandi, Fadhilah sembayang fardhu, Sembahyang Sunnat, Sembahyang Jama’ah, Sembahyang Jum’at, Niyanah (merintih-rintih karena kematian), Zakat, Puasa, Haji, Fadhilah Al-Qur’an, Dzikir untuk pagi dan sore, Bacaan ketika akan tidur dan bangun tidur. Sedangkan jilid kedua mencakup bab Fadhilah membaca selawat Nabi s.a.w, Syirik yang kecil (samar) yaitu Riyaa’, Ujub dan sombong, Marah, Fadhilah mema’afkan dan menahan marah, Ghibah (menyebut kejelekan orang), Naminah (memfitnah/mengadu domba), Dusta, Amar ma’ruf dan nahi mungkar, Kasab, Mencela pegawai bea cukai, Dzalim (aniaya), Wasiat, Nikah, Boikot-memboikot, Durhaka terhadap bapa dan ibu, Pembunuhan, Jihad, Perdukunan, tebak-tebakan, sihir (tenun) ilmu nujum dan mencari nasib dengan burung, Zina, Liwath (pelacur laki dengan laki) Minum khamar (minum yang memabukan, Sumpah palsu, Saksi palsu, Tobat. kemudian aku (H Salim Bahreisy) kitab tersebut dengan nama Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad (penuntun manusia kejalan baik). Sambil mengharap ridho dari Allah SWT yang maha perkasa semoga memimpin kami dan semua


(65)

manusia kejalan yang diridhoinya dengan bahagia dan kekal, sungguh Ia maha pemurah lagi maha pengasih.


(66)

Pada bab II penulis telah memaparkan segala hal yang berkaitan dengan kalimat efektif. Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian tentang analisa kalimat efektif dalam terjemahan Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad dalam bab iman dan ilmu yang dijadikan sampel dalam penelitian. Berikut hasil penelitian tersebut:

1.

ردا

ﺪ ﻣ

ﺎ ﻣ

ﺎﻣا

ا

لﺎ

ﷲا

ﻰ ر

ﻌ ﺎ ﻟ

:

ﺔﻜ

ار

اﺮ

ﺔ ﻌﻜﻟﺎ

فﻮ

ﻮهو

ﻘﺳ ﺎ

ﻰ ﺪ

ﺎً

,

41

Artinya: Imam syafi’I (Muhammad bin Idris) berkata : saya telah melihat seorang uskup keristen thawaf di Ka’bah, maka saya tanya padanya.

Analisa:

Pada terjemahan di atas banyak terdapat struktur kalimat yang tidak efektif, serta tidak menggunakan kaidah penulisan tanda baca yang sesuai dengan EYD antara lain, pada kata Keristen merupakan kata yang tidak baku, agar efektif kata tersebut diperbaiki menjadi Kristen, pada kata tanya kata yang tepat untuk menjadikan kalimat menjadi efektif adalah dengan membubuhkan awalan ber

sehingga kata tersebut diperbaiki menjadi bertanya, imbuhan ber pada kata

41


(67)

tersebut mengandung makna melakukan atau memberikan (dalam hal ini memberikan pertanyaan).

Agar menjadi kalimat efektif sebaiknya kalimat tersebut di perbaiki menjadi: Imam Syafi’I (muhammad bin Idris) berkata: Saya telah melihat seorang uskup Kristen thawaf di ka’bah, maka saya bertanya padanya.

2.

ﻟا

آر

ا

ﻰﻟ

ﻰﻜ

,

آﺮ ﻟا

تﺮ ﻜ ا

ﺎ ﺳﻮ

لﺎ

ﺮ ﻟا

ةﺮ ﺰ

ﻰ ﻣر

ﻰ ﺣ

ﻰ ﻌ

اﺪ

جاﻮﻣ ا

ﻟاز

حﻮﻟ

,

ﺎﻬ

ةﺮ آ

رﺎ ا

42

Artinya: Ketika saya dikapal ditengah laut, tiba-tiba kapal itu pecah, dan saya dapat selamat diatas papan, yang dibawa arus gelombang kesana kemari hingga terdampar disuatu pulau, yang banyak pohon.

Analisa:

Pengunaan kata depan pada paragraf di atas tidak efektif karena tidak sesuai dengan EYD, yaitu pada kata dikapal, ditengah, diatas, disitu, kedarat, kesana, ditanya, didaerah, disini, kelaut. Penggunaan kata depan tersebut tidak efektif karena penulisan kata depan tersebut disambung sehingga terkesan sebagai kata sambung, penulisan kata depan yang efektif adalah dipisah dengan kata yang mengikutinya, sehingga penulisan kata-kata tersebut diperbaiki menjadi di kapal, di tengah, di atas, di situ, di sini, ke darat, di tanya, di daerah dan ke sana. Selain

42


(68)

itu, pemilihan kata dibawa yang diikuti oleh kata arus gelombang menunjukan makna disengaja, kata yang tepat adalah terbawa dan menghilangkan partikel

yang. Imbuhan ter dalam hal ini mengandung makna ketidaksengajaan. Adapun pada kata pulau sebaiknya tidak diikuti oleh tanda koma karena masih merupakan satu kesatuan kalimat, bukan kalimat majemuk yang terdiri dari anak kalimat dan induk kalimat.

Agar menjadi kalimat efektif sebaiknya diperbaiki menjadi: Ketika saya di kapal, di tengah laut, tiba-tiba kapal itu pecah tetapi saya dapat selamat di atas papan, terbawa arus gelombang hingga terdampar di suatu pulau yang banyak pohon.

3.

ﺪﻬ ﻟا

ﻰ ﺣا

رﺎ ا

ﺎﻬﻟو

,

ﺪ ﺰﻟا

ﻟاو

,

بﺬ رﺎ

ﺮﻬ

ﺎﻬ و

43

Artinya: Dan buah yang lunak lezat lebih manis dari madu dan lebih lunak dari mentega, dan disitu ada sungai dengan air yang segar

Analisa:

Pada kalimat dan buah yang lunak lezat lebih manis dari madu

sebaiknya diberi tanda koma karena menunjukan rincian dari suatu hal yakni dalam hal ini sifat dari buah tersebut,

Sehingga kalimat tersebut diperbaiki menjadi dan buah yang lunak, lezat danlebih manis dari madu.

43


(1)

Guru kami, Abubakar (Muhammad) bin Abdul Hasan Albakri Assiddiqi r.a. dalam wasiatnya padaku berkata.

27.

صﻼ

ا

ﻌ ا

67

Artinya: Jadikanlah tulus ikhlas simbulmu Analisa:

Kata simbulmu tidak baku, kata yang baku adalah simbolmu. Agar efektif kalimat tesebut diperbaiki menjadi: Jadikanlah tulus ikhlas sebagai simbolmu

28.

ﻟﺎﻃ

كﺎ ا

ﷲا

ﺎﻣ

68

Artinya: Jangan bakhil untuk mengajar orang yang akan belajar dari apa yang diajarkan Allah padamu

Analisa:

Kalimat di atastidak efektif karena terdapat pemborosan kata, kata mengajar sudah mengandung arti memberi pelajaran pada orang yang akan belajar, sehingga kata orang yang akan belajar tidak perlu disebutkan lagi. Agar efektif kalimat tesebut diperbaiki menjadi: Jangan bakhil untuk mengajarkan apa yang diajarkan Allah padamu

67

Ibid, h. 8

68


(2)

69

29.

تﺎ ﺎ ﻟا

ﻰ و

69

Artinya: Bahkan dalam semua kelakuan ibadat dan ta’at Analisa:

Kata ibadat dan ta’at tidak baku sebaiknya kata-kata tersebut diubah menjadi ibadah dan taat. Agar efektif kalimat tesebut diperbaiki menjadi: Bahkan dalam semua kelakuan ibadah dan taat.

30.

و

ﻟا

يﺬﻟا

70

Artinya: Demi Allah yang tiada Tuhan selainNya Analisa:

Penulisan kata selainNya tidak efektif karena kata Nya pada kalimat di atas ditujukan pada Allah, sehingga penulisan kata yang baku adalah selain-Nya.

Agar menjadi efektif kalimat di atas diperbaiki menjadi: Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya

Demikianlah analisa kalimat efektif bahasa indonesia terhadap terjemahan

Irsyadul Iibad Ila Sabilirrasyad yang dilakukan penulis pada bab iman dan ilmu. Semoga ini menjadikan kesemangatan buat penulis di hari-hari mendatang agar lebih menjadi yang terbaik lagi.

69

Ibid, h. 8

70


(3)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan analisa terhadap kitab Irsyadul Ibad IlaSabili Risyad

pada bab iman dan ilmu, maka penulis menyimpulkan bahwa tidak semua terjemahan dapat diterapkan dalam bentuk kalimat efektif, baik dilihat dari segi bahasa sumber dan bahasa sasaran maupun dari segi kaidah bahasa Indonesia dan bahasa Arab memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam segi gramatikal, dalam hal ini penyempurnaan dalam kalimat efektif sangat berperan penting untuk penulis dalam menganalisa kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad, agar pembaca dapat mudah memahami isi dan keterangan kitab tersebut sehingga dapat dimengerti oleh pembaca. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa dalam terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad terdapat ketidaktepatan dalam penggunaan diksi (lihat bab IV halaman 58), bahasa baku (lihat bab IV halaman 52), kesejajaran (lihat bab IV halaman 56), kelogisan (lihat bab IV halaman 60) dan kalimat yang tidak lengkap (lihat bab IV halaman 62).

B. SARAN

Setelah menganalisa terjemahan kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili Risyad, dalam hal ini penulis memberikan saran sebagai berikut:

¾ Seorang penerjemah ketika menerjemahkan sebuah teks sumber kedalam teks sasaran haruslah sanggup mewakili pikiran dalam teks sumber dan teks sasaran secara tepat


(4)

71

¾ Seorang penerjemah dituntuk untuk selalau jujur dalam menerjemahkan sebuah karya tulis, sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulis tidak hilang oleh perubahan kalimat yang dilakukan oleh penerjemah

¾ Seorang penerjemah juga dituntut untuk tidak terlalu bebas dalam menerjemahkan sebuah karya tulis, sehingga terjemahan yang dihasilkan tidak menyimpang dari karya asilnya

¾ Seorang penerjemah juga harus kreatif dalam mencari padanan kata yang sesuai dengan naskah aslinya

¾ Seorang penerjemah harus selalu meliahat kaidah-kaidah pemakaian bahasa yang baik serta penyusunan kalimat yang efektif, baik menerjemahkan bahasa Indonesia, Arab maupun bahasa Ingris

¾ Seorang penerjemah haruslah yang sudah menjadi penerjemah tersumpah agar penerjemah tesebut dapat diterima oleh pembaca dan menghilangkan sebuah keraguan pembaca.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari kesempurnaan, maka dari itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan oleh penulis agar menjadi kaca perbandingan di hari-hari mendatang maupun sebagai pedoman dalam menganalisa kitab-kitab yang lain.


(5)

Arifin, Zaenal, dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Pressindo, 2006

Arif Rokhman, M, Penerjemahan Teks Inggris,Yogyakarta: Hanggar Kreatif, 2006

Asih, Anggraini, dkk, Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi, Jakarta: Graha Ilmu, 2006

Bagus Putrayasa, Ida, Struktur Kalimat Efektif, Singaraja: Rafika Aditama, 2007 Bagus Putrayasa, Ida, Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori dan Penerapan),

Singaraja: Rafika Aditama, 2007

Bahreisy, Salim. Petunjuk ke Jalan Lurus (Terjemahan Kitab Fiqih Irsyadul Ibad Ila Sabilirrasyad) karangan Imam Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Bin Zainuddin, Surabaya: Darrusaggaf Press, 1977

Bunyamin, Solihin, Panduan Belajar Menerjemahkan Al-Qur’an metode Granada Sistem Delapan Jam, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2003

Catford, J.C, A Linguistic Theory of Translation, London: Oxford University Press, 1965

Chaer, Abdul, Linguistik Umum¸ Bandung: Rineka Cupta, 2008

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia., Jakarta: Balai Pustaka, 1988 Fitriah, Mahmudah dan Ramlan Abdul Gani, Pembinaan Bahasa Indonesia,

Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007

Machali, Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo, 2000 Muliono, Anton, Lembaran Bahasa, Jakarta: Gramedia , 1989

Sayogie, Frans Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia,

Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2008


(6)

5673

Subana, M, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Jakarta: Pustaka Setia, 2002 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia, Bandung: Humaniora, 2005 Widyamartaya, Seni Menggayakan Kalimat, Yogyakarta: Kanisius, 1995 Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 1989

http://suherlicentre.blogspot.com/2009/02/kalimat-efektif-dalam-naskah-pidato.html

http//roziganteng.blogspot.com/2010/07/syekh-zainudin-al-malibari-ulama-besar.html

http://saifanshori.blogspot.com/2010/05/syekh-zeinuddin-bin-abdul-azizi-al.html http//open-university.co.cc/download/bing/bing3115-m3.pdf

http://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/tarjamah http//abdulmunifkhamim. wordpress.com