Langkah Jitu Untuk Hidup Yang Lebih Baik

2 Langkah Jitu Untuk Hidup Yang Lebih Baik

image : theurbandater.com
Sebenarnya kenapa Tuhan ingin kita hidup kudus ? Tentu saja untuk kepentingan
kita sendiri, Tuhan sering mengingatkan kita untuk hidup kudus karena memang itu
adalah satu-satunya jalan menuju kehidupan yang lebih baik.
Bayangkan seorang Bapak yang sudah beristri, pintar cari duid, pintar bangun relasi,
pintar mendidik anak-anaknya, tetapi suka berselingkuh.... Tentu saja suatu saat
akan hal ini akan menjadi bom waktu bagi orang tersebut, rumah tangganya sedang
menuju kekacauan bukan menuju kedamaian. Setuju ?
Nah, pertanyaannya, bentuk kekudusan itu seperti apa sih ?
Apakah dengan kita tidak merokok, tidak minum, tidak party, tidak nge-drugs, tidak
ciuman sebelum menikah dsb itu disebut kekudusan ?
Yah itu disebut kekudusan, tetapi sebenarnya suka nyadar gak, bahwa setiap orang
mempunyai standar kekudusan yang berbeda-beda. Ada yang merasa it’s oke untuk
nge-beer, ada yang bilang enggak, ada juga yang bilang ga apa-apa untuk ciuman
or ngerokok, itu wajar koq, ada juga yang bilang enggak.
Opps… hati-hati lho, kita harus kembali lagi ke standar kekudusan yang Tuhan
katakan, bukan standar yang mayoritas orang katakan.
Karena terlalu luas bila dibahas satu persatu bentuk kekudusan tersebut, mari kita
pelajari akarnya,

dari dalam diri sendiri yaitu pikiran dan dari luar yaitu pergaulan. Agar kita bisa bertumbuh
dalam kekudusan dan bisa membedakan mana buah-buah kekudusan dan mana yang bukan.
1. Pikiran

Pikiran manusia diciptakan Tuhan begitu hebatnya, cara berpikir salah = respon kita
salah.
Bila hidup sebesar 80% ditentukan oleh respon, maka betapa pentingnya cara
berpikir kita!
Mat26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam
pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.
Kenapa sih kita tuh harus aktif banget , “gereja banget”. “saya kan bukan pendeta,
ngapain jaga kekudusan sampai berlebihan? kan ga perlu segitunya juga kali ?”
Alasannya sederhana, dosa itu nikmat! Iya dong kalau ga nikmat, didunia ini tidak
akan ada orang yang jatuh dalam dosa. Kita harus menguduskan diri bukan karena
kita mau menjadi pendeta, namun karena itulah satu-satunya cara agar kita bisa
melawan kedagingan atau dengan kata lain, dengan kekudusan, kita sedang
membangun rumah diatas batu yang kokoh, yang tidak mudah goyah!
Arti Alkitabiah dari kata menguduskan (menyucikan) adalah “untuk memisahkan,
untuk mengkhususkan.” Hal ini bisa berbagai bentuk : orang, tempat, situasi, atau
benda tertentu. Ketika suatu hal dikuduskan, hal itu akan dipisahkan dari pemakaian

pada umumnya dan didedikasikan untuk kepentingan khusus. Dalam hal ini tentu
saja Tuhan adalah Allah yang kudus, karena itu kita harus belajar menguduskan diri
seperti Kristus yang kudus, memisahkan kedagingan kita dan mengkhususkan
diri kita sepenuhnya pada Tuhan.
Prosesnya dimulai saat kita lahir baru, dan terus berlangsung sepanjang kita hidup.
Tentu juga dalam mengejar kekudusan kita akan mengalami konflik keseharian
seiring dengan usaha kita untuk mengalahkan kedagingan.
2 Kor10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang
dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami
menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.
Dalam ayat diatas dikatakan “kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia.” Vs
“Pengenalan akan Allah” Jadi kuncinya dalam pikiran kita adalah, semakin kita
mengenal Allah, semakin tidak ada ruang keangkuhan dalam hidup kita.

Kenapa keangkuhan kita harus dikalahkan ? karena kalau kita tidak bisa mengontrol
atau mengendalikan keangkuhan kita, kita akan hidup oleh kedagingan. Ujungujungnya kita akan merendahkan standar kekudusan kita. Akan meng-iya-kan halhal yang sebenarnya tidak baik.
Pengenalan akan Allah bentuknya seperti apa ? Bangunlah manusia roh! Jangan
pernah merasa cukup dengan beribadah saja. Baca Firman sehingga kamu
mengenal Allah, mana yang Allah suka mana yang Allah tidak suka, ikuti komsel,
banyak-banyak penyembahan, berdoa dan saat teduh setiap hari.

Tidak peduli apapun profesi kamu, membangun manusia roh itu suatu keharusan,
bukan hanya untuk orang-orang yang “gereja banget” saja. Ingat 80% cara berpikir
kamu menentukan masa depan kamu, jadi kalo kamu punya cara berpikir benar =
80% masa depan cerah sudah ada ditangan !
2. Pergaulan
Walaupun seringkali kita dengar Firman, baca Firman, baca renungan, tetapi tetap
saja koq sangat sulit menjaga kekudusan .
Mzm 1:1-3 : Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan
pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan
Taurat itu siang dan malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada
musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Ayat diatas mungkin sudah kita sering dengar, dan mungkin kita merasa “saya
sudah merenungkan Taurat siang dan malam koq.” Tapi kenapa yah hidup saya ga
pernah berubah atau mungkin kamu pernah lihat orang digereja yang kelihatannya
rajin, tapi koq masih cepat emosi, mudah kecewa, selingkuh, party, sex bebas dsb.
Karena terkadang kita belum melakukan yang di ayat 1 : “berjalan – berdiri – duduk
dengan orang yang salah”, intinya dengan siapa kita akrab bergaul ?
Berteman dan carilah relasi sebanyak mungkin, namun kita harus hati-hati memilih

dengan siapa kita akrab bergaul.

Semakin dekat seseorang dengan hati kita, maka semakin besar pengaruhnya
dalam kehidupan kita. Kemampuan kita untuk bisa mengatur jarak dalam sebuah
hubungan menentukan masa depan kita. Semakin dekat = semakin mudah kita
terpengaruh. Termasuk standar kekudusan kita juga akan ikut terpengaruh.
Bayangkan kalau kamu datang ke sebuah pesta ajeb-ajeb, kalau yang nawarin
minum itu orang baru, tentu saja kamu akan mudah menolak dan orang tersebut
juga tidak akan memaksa. Tetapi kalau orang dekat “Ayolah sekali ini saja, temenin
saya, setia kawan dong.”
Nah lohhhh… akan lebih sulit kamu menolaknya. Belum lagi kalau ada 4 sampai 5
orang yang meng-iya-kan!
“Saya tahu itu tidak boleh, tapi tidak apa-apa deh sekali ini saja.” Mungkin itu pikiran
kita saat diperhadapkan pilihan sulit antara melakukan yang Tuhan katakan or yang
mayoritas orang katakan. Dengan konsekuensi, ketika kita memilih kebenaran pasti
ada orang-orang yang tidak suka dengan tindakan kita.
Makanya biar hubungan tetap enak, dari awal kita sudah menentukan jarak, siapa
yang dekat, siapa yang bisa diajak curcol, siapa yang teman main saja, tidak lebih.
Bila kita sudah menanamkan mindset yang bagus dan sesuai Firman sekalipun,
tetapi bila disiram oleh hal yang tidak baik tetap saja kita tidak akan pernah

bertumbuh. Bahkan bisa jadi mati rohani.
Penyiram adalah yang meng-”iya”kan pemikiran kita, yang membakar semangat kita.
Problemnya kita sering disiram oleh orang yang memotivasi kita menjaga kekudusan
atau orang yang menurunkan standar kekudusan kita ?
Diskusi :
1. Apakah kamu sering teduh & membaca Firman setiap hari ?
2. Adakah orang yang menyiram dan membakar semangat kamu? Atau selama ini
kamu disiram dengan orang yang menurunkan standar kekudusan kamu ?