PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI FPB DAN KPK MELALUI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DI KELAS VI SD NEGERI 2 SUKORAME KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 20132014
260 Suwito, Melalui Model Group Investigation Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI FPB
DAN KPK MELALUI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
(SFAE) DI KELAS VI SD NEGERI 2 SUKORAME KECAMATAN
GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I
TAHUN 2013/2014
Oleh: Suwito
SDN 2 Sukorame, Gandusari, Trenggalek
Abstrak. Kemampuan kepala sekolah dalam supervisor sekolah dapat dilakukan melalui pembinaan
profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran. Metode
pembelajaran yang modern tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi
tersebut diharapkan mampu mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan dibenak
mereka sendiri. Guru sebagai pelaksana pendidikan terdepan, harus mampu merencanakan suatu
strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik, untuk mengembangkan
potensi yang ada pada diri siswa melalui kegiatan belajar mengajar di kelas. Model
Pembelajaran Student facilitator and explaining (SFAE) merupakan model pembelajaran dimana
siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model
pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau
pendapatnya sendiri. Dari konsep pendekatan student facilitator and explaining tersebut di atas,
peneliti akan mencoba melakukan suatu usaha penelitian tindakan (Action Research) dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SD Negeri 2 Sukorame
Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek melalui pendekatan student facilitator and explaining.
Tujuan penelitian ini diharapkan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Kolaborasi peneliti
selaku kepala sekolah dengan guru kelas VI dalam menerapkan model belajar student facilitator and
explaining sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi FPB dan KPK siswa
Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten
Trenggalek dalam kegiatan belajar mengajar, (2) Pencapaian prestasi belajar siswa Kelas VI dalam
pembelajaran matematika setelah diterapkannya model belajar student facilitator and explaining.
Lokasi penelitian tindakan ini adalah SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten
Trenggalek. Sedangkan Obyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah faktor perbedaan kemampuan belajar antara
siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian. Objek penelitian ini adalah siswa Kelas VI Semester
I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014 yang
berjumlah 17 siswa. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa pada awal siklus
diperoleh rata-rata rata-rata hasil belajar siswa pada sebelum siklus hanya sebesar 62.94, pada siklus
I sebesar 71.76 dan pada siklus II sebesar 87.06. Ketuntasan sebelum siklus 41.18%, siklus I 70.59%
dan ketuntasan pada siklus II sebesar 100%.Kata Kunci: Student facilitator and explaining, Matematika, Kelas VI
Pendidikan merupakan unsur yang sangat dewasa dan berkualitas, bermutu, berilmu penting dalam kehidupan berbangsa dan pengetahuan serta bertakwa, dengan mengu- bernegara. Tanpa pendidikan yang memadai payakan pendidikan dan pengelolaannya de- suatu bangsa akan mengalami ketertinggalan ngan baik, benar, teratur, terarah dan ber- bahkan kemerosotan pada segala bidang. kesinambungan. Oleh sebab itu tujuan pendidikan nasional
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016 261
Dunia pendidikan merupakan satu sis- tem, maka dalam mewujudkan tujuan Pendi- dikan Nasional tersebut tidak terlepas dari keterkaitan dengan sistem-sistem kehidupan lainnya. Kehidupan pemerintah, kehidupan bangsa, dan kehidupan keluarga. Apabila kehidupan-kehidupan ini tidak berjalan seperti mana yang diharapkan maka tujuan Pendidikan Nasional juga akan terimbas pula. Sekolah juga merupakan kehidupan sebuah sistem, yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang saling ketergan- ajar, siswa dan fasilitas, apabila komponen sebuah sistem tersebut terganggu atau tidak berjalan seperti mana yang diharapkan maka dapat dikatakan kehidupan lembaga tersebut akan terganggu pula.
Sebagai pimpinan di sekolah, Kepala Sekolah juga dituntut untuk memiliki mana- gerial skill, kemampuan sebagai supervisor, dan kemampuan dalam pembinaan kuriku- lum sekolah. Dengan banyaknya tugas serta tuntutan kemampuan seorang guru, maka untuk menjadi seorang guru harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang meliputi syarat formal (jenjang pendidikan dan ijazah), pengalaman kerja dan kepribadian.
Berdasarkan Permendiknas No 13 Ta- hun 2007 mengenai standar kompetensi bagi guru, ada lima aspek kompetensi yang harus ada dalam diri seorang guru yakni: kom- petensi kepribadian yang menyangkut inte- gritas dan kejujuran; kompetensi sosial yang mencakup hubungan antar manusia dan hubungan baik dengan sesama, kompetensi manajerial yang terkait kemampuan guru mengelola sekolah dan sumber daya yang ada di sekolah. Pengembangan (development) merupakan proses yang dibuat untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang diperlukan untuk memecahkan ber- bagai macam persoalan dalam pencapaian tu- juan lembaga, yang dititikberatkan pada self
realization atau self development. Menurut
Castetter (1996) strategic planning for
human resources, recruitment, selection, in- duction, development personel, performance, appraisal, employment justice and conti- nuity, information technology, compensati- on, and bargaining .
Oleh karena itu dalam merencanakan pengembangan personil tidaklah mudah, ada harus dipertimbangkan. Begitu eratnya ren- cana strategis dengan pengembangan tenaga kependidikan khususnya pendidikan dan pelatihan guru sehingga Castetter (1996: 232) menyebutkan
“personel development is preminet among those process designed by the system to attract, retain, and improve the quality and quantity of staff member needed to solve its problems to achieve its goal ”.
Kemampuan kepala sekolah dalam supervisor sekolah dapat dilakukan melalui pembinaan profesionalisme guru dalam rang- ka meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran. Metode pembelajaran yang modern tidak mengharuskan siswa meng- hafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi tersebut diharapkan mampu mendorong sis- wa untuk meng-konstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Guru sebagai pelak- sana pendidikan terdepan, harus mampu me- rencanakan suatu strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik, untuk mengembangkan potensi yang ada pa- da diri siswa melalui kegiatan belajar me- ngajar di kelas. Potensi tersebut dapat di- kembangkan oleh siswa apabila di dalam diri siswa terdapat minat untuk mengetahui sesuatu.
262 Suwito, Melalui Model Group Investigation Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
VI SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun 2013/2014 ”.
Pertimbangan tersebut adalah faktor perbe- daan kemampuan belajar antara siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian. Objek
Lokasi penelitian tindakan ini adalah SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandu- sari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan Ob- yek dalam penelitian ini ditentukan berdasar- kan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Lokasi Penelitian
Kehadiran peneliti dalam kegiatan pe- nelitian ini lebih tepat bila dimaksudkan da- lam kegiatan active participation. Sebab pe- neliti dalam penelitian ini tergolong pada pe- nelitian tindakan. Zuriah (2003) mengatakan bahwa orang yang akan melakukan pene- litian tindakan haruslah terlibat dalarn proses penelitian dari awal. Untuk itu peneliti harus melakukan pengamatan berperan serta dalam penelitian ini.
Setting/Subyek dan Kehadiran Peneliti
Penelitian tindakan bertujuan mengem- bangkan ketrampilan-ketrampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia faktual (Zuriah, 2003). bahwa penelitian tindakan adalah suatu ben- tuk penelaahan inquiry melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendi- dikan tertentu dalam situasi sosial, untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan.
Pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan. Menurut Waseso (1994) penelitian tindakan merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang.
facilitator and explaining (SFAE) Di Kelas
Berdasarkan fenomena tersebut, pene- liti akan melakukan suatu kegiatan penelitian tindakan (action research) dalam upaya meningkatkan kinerja guru sebagai upaya meningkatkan minat belajar siswa dalam ke- giatan belajar mengajar di kelas, agar diper- oleh peningkatan prestasi belajar dari ma- sing-masing individu siswa yang belajar. Upaya yang dilakukan adalah dengan im- plementasi pendekatan student facilitator
Materi FPB dan KPK Melalui Student
explaining . Penelitian ini diberi judul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika
Melalui penelitian tindakan tersebut diharapkan Kepala sekolah bersama guru dapat melakukan upaya meningkatkan pres- tasi belajar siswa melalui strategi pembela- jaran yaitu pendekatan student facilitator and
mencoba melakukan suatu usaha penelitian tindakan (Action Research) dalam me- ningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek melalui pendekatan student facilitator and explaining .
plaining tersebut di atas, peneliti akan
peserta didik belajar mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/ gagasan atau pendapatnya sendiri. Dari konsep pendekatan student facilitator and ex-
and explaining . Model Pembelajaran Student facilitator and explaining (SFAE) meru-
METODE PENELITIAN
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016 263
penelitian ini adalah siswa Kelas VI Semes- ter I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gan- dusari Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014 yang berjumlah 17 siswa.
Menurut Arifin (1998) yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu percakapan yang bertujuan memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, ngakuan, kerisauan dan sebagainya.
Guba & Lincoln (1981) mengatakan bahwa dokumen dan record dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena: (1) Me- rupakan sumber yang stabil, kaya dan men-
Menurut Zuriah (2003) teknik ini ada- lah cara mengumpulkan data melalui pening- galan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
3. Dokumentasi
2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014. Wawancara dalam penelitian ini mengguna- kan jenis wawancara mendalam yang tidak terstruktur. Sebab dalam wawacara tidak terstruktur akan diperoleh informasi seba- nyak-banyaknya yang rahasia, dan sensitif sifatnya sekalipun serta memungkinkan se- kali dicatat semua respons afektif informan yang tampak selama wawancara
Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa Kelas VI Semester I SD Negeri
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab ba- nyak informasi yang diperoleh peneliti me- lalui wawancara.
Metode Pengumpulan Data/Sumber Data
2. Wawancara
Ada dua jenis observasi yang dilaku- kan, diantaranya: (a) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana ob- server berada bersama objek yang diselidiki, dan (b) Observasi tidak langsung, yaitu ob- servasi atau pengamatan yang dilakukan ti- dak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti. Dengan menggunakan observasi dengan menggunakan daftar cek (chek list).
Observasi diartikan sebagai pengamat- an dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Penggunaan prosedur pengumpulan data yang tepat dapat diperoleh data yang objektif dalam kegiatan penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini diantaranya: (1) Observasi, (2) wawancara, dan (3) dokumentasi.
Metode/Prosedur Pengumpulan Data
Sumber data yang dimaksudkan adalah manusia dan non manusia. Sumber data manusia dalam penelitian tindakan ini adalah guru Kelas VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan observasi peneliti, hasil evaluasi be- lajar, dan dokumen lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian.
1. Observasi
264 Suwito, Melalui Model Group Investigation Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
Pengecekan Keabsahan Data
explaining yang meliputi: merancang dan
belajar mengajar. (2) Menyusun strategi pe- nyampaian dan pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan student facilitator and
explaining yang digunakan dalam proses
Tindakan penelitian yang diren-cana- kan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: (1) Menetapkan indikator desain pendekatan student facilitator and
Tahap-tahap Penelitian dan Cara Pe- ngambilan kesimpulan
Keabsahan data dapat diungkapkan de- (2) pertanyaan apa yang harus dijawab, (3) metode apa yang harus diadakan untuk mencari informasi baru, dan (4) kesalahan apa yang harus diperbaiki. Keabsahan data merupakan konsep penting dalam membuk- tikan kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) suatu hasil penelitian. Dalam penelitian tindakan ini, untuk mengecek ke- absahan data yang diperoleh maka, ada bebe- rapa langkah yang dilakukan oleh peneliti. Diantaranya: (a) Perpanjang siklus kegiatan penelitian, (b) Ketekunan Pengamatan dan (c) Triangulasi.
Pengecekan keabsahan data dimaksud- kan untuk membuat hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih valid dan reli- abel. Pengecekan keabsahan data ini dilaku- kan peneliti dalam penelitian ini adalah de- ngan cara mencek ulang atau cross cek dari hasil data penelitian yang dihasilkan dengan uji ulang ke lapangan atau lokasi penelitian dengan cara memperpanjang waktu obser- vasi yang mendalam.
Dengan maksud bahwa penelitian des- kriptif dirancang untuk memperoleh infor- masi tentang status gejala pada saat pene- litian dilakukan. Setelah data hasil penelitian terkumpul maka, selanjutnya data tersebut disusun secara sistematis. Dengan cara dior- ganisir, kemudian dikerjakan yang akhirnya data tersebut diungkap permasalahan yang penting sesuai dengan topik yang sesuai dengan permasalahan.
suatu pengujian, (3) Sifatnya alamiah sesuai dengan konteks, (4) Hasil pengkajian akan membuka kesempatan untuk lebih memper- luas pengetahuan yang diselidiki.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.
”. Teknik analisis data
ganisasian dan pengurutan data ke dalam po- la, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema seperti yang disarankan oleh data
“analisis data adalah proses peng-or-
Moleong (1995:103) mengemukakan bahwa
Miles dan Hubermen (1984) mengata- kan analisis data perlu dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Selanjutnya Nasution (1988) mengatakan bahwa analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya.
Analisis data merupakan proses men- cari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan- bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Pekerjaan analisis meliputi kegiatan mengerjakan data, manata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, men- apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan (Bogdan dan Biklen, 1982).
Metode Analisis Data
menyusun bahan ajar, merancang satuan pelajaran yang digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar. (3) Menyusun meto-
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016 265
Tahap 3 Tindakan Observasi. Tahap ini merupakan tahap penjabaran rencana ke dalam tindakan dan mengamati jalannya tindakan. Menurut Nasution (1988) yang di- maksud dengan observasi adalah dasar se- mua ilmu pengetahuan selama di lapangan, peneliti berusaha berinteraksi dengan subjek secara aktif, sebab observasi adalah kegiatan untuk mengetahui keadaan obyek penelitian sebelum peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada.
Setiap siswa memiliki berbagai kebu- tuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorong- an untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Setiap saat kebutuhan
belajar siswa dalam mata Pelajaran Mate- matika dapat mengalami peningkatan yang berarti, sebab dalam proses belajar dengan pendekatan ini siswa lebih aktif dan selalu melakukan kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan siswa selaku pelajar. Melihat hasil siklus I banyak mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pra siklus.
tor and explaining diharapkan motivasi
Dengan pembelajaran student facilita-
HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I
Tahap 4. Refleksi Akhir. Tahap ini ter- diri dari: (a) menganalisis, (b) melakukan sintesis, (c) memberikan makna, (d) eks- planasi, dan (e) membuat simpulan.
catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman analisis, dan catatan harian. (4) Menyusun perencanaan teknik pengolahan data didasarkan pada model analisis data penelitian kualitatif.
Berkaitan dengan tindakan penelitian, maka diperlukan suatu langkah-langkah penelitian, agar dalam pelaksanaan penelitian dapat terprogram dengan baik. Menurut Zuriah (2003) mengatakan bahwa penelitian tindakan direncanakan melalui beberapa ta- hap perencanaan, diantarannya: (1) refleksi secara operasional, (3) peneliti merumuskan hipotesis tindakan, dan (4) menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan.
“Tahap ini memastikan bahwa siswa Kelas
penelitian berlangsung dan (1) gambaran awal tentang efisiensi data yang terkumpul.
schedulle ), (e) memonitor perubahan saat
dan alasan pemilihan tema tersebut, (b) draf kerja tindakan tiap individu dan kelompok, (c) gambaran tentang pihak yang terlibat, (d) garis besar rencana program kerja (time
explaining dalam proses belajar mengajar,
Tahap 2 Perencanaan. Merupakan fase perencanaan yang dilakukan setelah melaku- kan fase pertama, perlu mereview analisis awal yang harus dilakukan, tentang pende- katan student facilitator and explaining da- lam kegiatan belajar mengajar pada siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trengga- lek. Dalam tahap ini diharapkan (a) dapat menterjemahkan gambaran yang jelas ten- tang pendekatan student facilitator and
Tahap 1 Refleksi. Merupakan fase re- fleksi awal yang berarti melakukan refleksi terhadap situasi yang sebenarnya, setelah merumuskan tema penelitian.
VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame Keca- dijadikan sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan karakteristik yang dimiliki kelas ini sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas oleh peneliti.
266 Suwito, Melalui Model Group Investigation Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
Atas dasar pernyataan tersebut diatas, Berdasarkan hasil pada siklus I, renca- maka aktivitas siswa dalam belajar perlu na perbaikan tindakan yang dilakukan pada ditingkatkan dengan suatu strategi/ pende- siklus berikutnya adalah sebagai berikut katan pembelajaran yang dapat mening-
“Guru lebih memotivasi siswa untuk aktif
katkan aktivitas siswa. Pendekatan student dalam kegiatan pembelajaran ”.
facilitator and explaining salah satu pen- Guru memotivasi siswa khususnya sis-
dekatan yang ditawarkan peneliti dalam wa dengan kemampuan sedang dan rendah penelitian tindakan kelas ini. untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi.
Selanjutnya untuk membuktikan keefektifan
Tabel 1 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Siklus I
Pendekatan student facilitator and explain-
Nilai ing dalam kegiatan belajar mengajar dalam
No Aktivitas Belajar Siswa ∑ P1 P2
upaya peningkatan motivasi dan prestasi
1 Sikap siswa saat guru
2
3
5 melakukan apersepsi
2 Kerjasama siswa dalam
1
2
3
2 Sukorame Kecamatan Gandusari
kelompok
Kabupaten Trenggalek, akan dijabarkan
3 Tanggung jawab siswa dalam
1
2
3 kelompok
lebih lanjut pada kegiatan siklus II.
4 Keberanian siswa dalam
1
2
3 mengemukakan pendapat atau Siklus 2 pertanyaan
5 Komunikasi siswa dalam
1
2
3 Hasil siklus 1 belum mampu mencapai kelompok
ketuntasan minimal yaitu 85.00% sehingga
6 Kemampuan siswa
1
2
3
perlu dilakukan siklus II. Peneliti sudah
menghubungkan materi dengan kegiatan sehari-hari
memperbaiki semua aspek yang kurang pada
7 Ketepatan dan kecepatan
2
2
4 siklus I. siswa dalam menjawab persoalan yang diberikan oleh
Hasil nilai siklus II mengalami pening-
guru
katan yang signifikan, ini dibuktikan dengan
8 Komunikasi siswa dengan guru
2
2
4
nilai rata-rata siswa adalah 87.06 dengan
9 Komunikasi siswa dengan
2
2
4 teman sebaya
ketuntasan belajar sebesar 100%. Dengan
10 Kemampuan siswa dalam
1
2
3
hasil ini maka tidak perlu diadakan siklus
menarik kesimpulan
lanjutan, karena sudah berhasil mencapai
Jumlah
35 %Rata-rata
43.75
lebih dari standar. Hal ini tidak terlepas dari upaya peneliti dalam memaksimalkan proses Dari data tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus II. keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar masih terpengaruh oleh Tabel 2 Rekapitulasi observasi aktivitas siswa
siklus II
strategi konvensional dalam artian komuni-
Nilai
kasi satu arah yang disampaikan oleh guru
No Aktivitas Belajar Siswa P P ∑ pada kegiatan belajar mengajar sebelumnya.
1
2
1 Sikap siswa saat guru
Dari 17 responden, diperoleh persentase
3
4
7 melakukan apersepsi
keaktifan 43,75%. Dari hasil persentase ter-
2 Kerjasama siswa dalam
3
4
7
sebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa
kelompok
3 Tanggung jawab siswa dalam
dalam kegiatan belajar mengajar mulai me-
3
3
6 kelompok
nunjukkan aktivitas yang berarti.
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016 267
Nilai
tindakan, khususnya kegiatan belajar meng-
No Aktivitas Belajar Siswa P P ∑
ajar di kelas. Hasil kegiatan yang diperoleh
1
2
meliputi, peningkatan aktivitas, motivasi dan
4 Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat
2
3
5
prestasi belajar. Untuk prestasi belajar di-
atau pertanyaan
tunjukkan pada hasil evaluasi pada siklus II,
5 Komunikasi siswa dalam
2
3
5 kelompok diperoleh sebagai berikut: Dari 17 siswa
6 Kemampuan siswa
Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SD Ne-
menghubungkan materi
3
3
6
geri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Ka-
dengan kegiatan sehari-hari
7 Ketepatan dan kecepatan
bupaten Trenggalek tersebut diketahui, rata-
siswa dalam menjawab
3
3 6 rata hasil belajar siswa pada sebelum siklus persoalan yang diberikan
hanya sebesar 62.94, pada siklus I sebesar
oleh guru
8 Komunikasi siswa dengan
71.76 dan pada siklus II sebesar 87.06. Ke-
3
3
6 guru
9 Komunikasi siswa dengan
2
3
5
70.59% dan ketuntasan pada siklus II sebesar
teman sebaya
10 Kemampuan siswa dalam
100%. Dengan demikian maka hipotesis
2
3
5 menarik kesimpulan
yang diajukan telah terbukti secara
Jumlah
58 meyakinkan. %Rata-rata
72.50 100
Sedangkan keaktifan siswa dalam pem- 100 87.06 belajaran matematika adalah 72,50%. Dari 80 70.59 70.59 hasil persentase tersebut menunjukkan 60 62.94 bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar 41.18 mengajar mulai menunjukkan aktivitas yang KETUNTASAN 40 berarti. 20 RATA-RATA
Interpretasi Siklus I dan Siklus II
Berkaitan dengan usaha meningkatkan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut menge-
Gambar 2 Perkembangan Prestasi belajar Siswa
tahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan yang terjadi pada individu,
PENUTUP
maka perubahan-perubahan itu harus dapat
Kesimpulan
diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan Dalam kolaborasi penelitian ini, pene- dan penilaian inilah umumnya diwujudkan liti secara terbuka melakukan dialog dan dis- dalam bentuk prestasi belajar. kusi dengan guru kelas VI. Rencana pem-
Hasil yang diperoleh oleh siswa Kelas belajaran dan lembar kerja siswa dirancang
VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame secara konstruktif. Dalam pembelajaran stu- Kecamatan Gandusari Kabupaten Trengga-
dent facilitator and explaining , setiap materi
lek menunjukkan peningkatan lebih baik. Hal pelajaran yang baru, harus dikaitkan dengan ini ditujukan dari hasil observasi peneliti berbagai pengalaman dan pengetahuan yang dalam serangkaian kegiatan penelitian ada sebelumnya. Kelas dibagi dalam bebe-
268 Suwito, Melalui Model Group Investigation Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
pemberian reward berupa penambahan poin dan pemberian permen mampu memotivasi aktivitas belajar siswa. Melalui kegiatan diskusi kelompok dan presentasi siswa dilatih untuk mempunyai tanggung jawab kepada kelompok dan dirinya sendiri.
Dengan diterapkannya pendekatan
student facilitator and explaining pada
pembelajaran matematika mampu mening- katkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa pada awal siklus diperoleh rata-rata rata-rata sebesar 62.94, pada siklus I sebesar 71.76 dan pada siklus II sebesar 87.06. Ketuntasan sebelum siklus 41.18%, siklus I 70.59% dan ketuntasan pada siklus II sebesar 100%.
Saran
Guru hendaknya mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan me- ngenalkan kepada siswa dengan mengguna- kan berbagai macam strategi. Salah satu stra- tegi pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan student facilitator and
explaining . Penerapan pendekatan student facilitator and explaining dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas perlu ditingkatkan, dengan harapan siswa dapat terpacu minat dalam belajar. Pendekatan ini perlu diulang- ulang dengan memberikan materi yang sederhana menuju ke materi yang lebih culkan dengan berbagai macam teknik dan metode yang disampaikan oleh guru. Pen- dekatan student facilitator and explaining merupakan salah satu cara yang dapat dita- warkan oleh peneliti. Dengan harapan bila minat belajar siswa meningkat dimung- kinkan prestasi belajar yang diperoleh siswa juga akan meningkat pula.
DAFTAR RUJUKAN
Sebuah Pengantar Ringkas . Jakarta: Raja. Grafindo Persada.
Miles, M.B. & Hubermen, A.M. 1984.
. Edisi Pertama. Malang: Bayu Media Pub- lishing.
Bidang Pendidikan dan Sosial
lokakarya pelatihan tindakan di IKIP Malang. Jakarta: UP3SD Depdikbud. Zuriah, N. 2003. Penelitian Tidakuri dalam
Penelitian Tindakan Pendidikan (Materi II) . Makalah disajikan pada
Waseso, I. 1994. Wawasan dan konsep dasar
turalistik Kualitatif . Bandung: Penerbit Tarsito.
oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Uni- versitas Indonesia, Jakarta. Nasution, S. 1988. Metode Penelilian Na-
Analisis Data Qualitatif . Terjemahan
Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bogdan, R.C. dan Biklen, S. K. 1982.
Moleong, L.J. 1995. Metodologi Penelitian
. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.
Effective Evaluation
mer Press. Guba, Egon G. & Lincoln, Yvonna S. 1981.
Arifin, Anwar. 1998. Ilmu Komunikasi
Hall. Carr, W. & Kemmis, S. 1986. Becoming
Function in Educational Administrati- on . Edisi ke 6. New Jersey: Prentice
Cactetter, W.B. 1996. The Human Resource
Qualitative Research for Education : An Introduction to Theory and Metho- ds . Boston: Allyn and Bacon, Inc.
critical: education, knowledge and ac- tion research. Brighton, Sussex: Fal-
269