PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION SISWA KELAS VI SD NEGERI 3 GEDONG TATAAN KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
(2)
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION SISWA KELAS VI SD NEGERI 3
GEDONG TATAAN KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
Oleh Asmaini
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) peningkatan aktivitas belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui keterampilan berbicara. (2) peningkatan prestasi belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui keterampilan berbicaara.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas, dengan dua siklus. Data penelitian diperoleh melalui observasi, dan tes tertulis pada setiap akhir siklus. Data dianalisis secara kualitatif
Kesimpulan penelitian adalah 1) aktivitas belajar keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mencapai KKM mengalami peningkatan,
dengan rata-rata 66,92 pada siklus pertama menjadi 77,92 pada siklus kedua. 2) prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 63,96% pada siklus pertama
menjadi 74,79% pada siklus kedua. Sehingga mengalami peningkatan sebesar 10,83%.
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Rumusan Masalah ... 5
1.4 Ruang Lingkup Penelitian... ... 5
1.5 Tujuan Penelitian ... 6
1.6 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar ... 7
2.1.1 Pengertian Belajar ... 7
2.1.2 Pengertian Pembelajaran ... 8
2.1.3 Pengertian Prestasi Belajar... . 9
2.2 Hakikat Berbicara ... 9
2.2.1 Pengertian Berbicara ... 9
2.2.2 Jenis-Jenis Berbicara ... 10
2.2.3 Fungsi berbicara ... 11
2.2.4 Pengajaran Berbicara di Sekolah Dasar ... 11
2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 15
2.4 Pembelajaran Ketrampilan Berbicara Berdasarkan Kooperatif Tipe STAD di SD ... 19
2.5 Hipotesis Tindakan ... 20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 22
3.2 Setting Penelitian ... 22
3.2.1 Subyek Penelitian ... 22
3.2.2 Tempat Penelitian ... 22
3.2.3 Waktu Penelitian ... 23
(7)
ii
3.4 Alat Pengumpul Data ... 23
3.5 Tehnik Analisis Data ... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 28
1. Sikus I ... 28
2. . Siklus II ... 41
4.2. Pembahasan ... 50
1. . Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 50
2. . Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 51
3. . Hasil Belajar Ket. Berbicara Dalam STAD ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 53
5.2 Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA
(8)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk membentuk peserta didik yang berkompeten di berbagai bidang, peran bahasa memiliki andil besar di dalamnya, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hal yang menunjukkan pentingnya bahasa adalah fungsinya sebagai pemersatu bahasa di nusantara.
Pendidikan dasar memegang peranan penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang, karena pendidikan dasar merupakan pondasi awal bagi siswa untuk membuka wawasannya. Berdasarkan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
(9)
2 keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Di dalam pendidikan dasar terdapat beberapa komponen pengajaran yang harus dikuasai siswa diantaranya adalah bahasa Indonesia.
Berbicara sebagai salah satu proses penyampaian maksud kepada orang lain secara lisan, keberhasilannya ditentukan oleh seorang pembicara yang memiliki kemampuan menyampaikan pesan berupa ide, pikiran, isi hati orang lain secara baik maka pesan akan mudah dipahami oleh orang yang menerima pesan. Oleh karena itu, untuk mencapai kemampuan tersebut, keterampilan berbicara perlu dilatihkan dan dipelajari baik melalui lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Jika ditelaah mengenai pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah dasar, khususnya pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih sangat terbatas oleh metode yang diterapkan. Metode ceramah yang digunakan oleh guru belum mampu mengatasi permasalahan belajar bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara. Siswa hanya cenderung menghafal materi pelajaran Bahasa Indonesia saja yang disajikan guru dan tidak termotivasi untuk menghubungkan materi pelajaran keterampilan berbicara yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan proses belajar mengajar belum dapat mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan.
(10)
Dampaknya terlihat dari hasil ulangan harian siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran diketahui sebagai berikut :
Tabel 1.1 Nilai Tes Sumatif Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Klas VI Semester I Tahun Pelajaran 2011-2012
Rentang nilai Frekuensi Persentase (%)
Kriteria Ketuntasan Minimal (60)
0 – 30 8 26,67 Belum Tuntas
31 – 60 15 50,00 Belum Tuntas
61 – 90 7 23,33 Tuntas
91 – 100 - - -
Jumlah 30 100 -
Sumber : Arsip SDN Negeri 3 Gedong Tataan.
Dari jumlah 30 siswa dikelas VI, sebanyak 7 siswa telah tuntas dengan presentase 23,33%, sedangkan 23 siswa belum tuntas dengan presentase 76,67%. Hal ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia di siswa kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran siswa kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran belum berhasil, karena jika dilihat dalam standar ketuntasan yang ditetapkan oleh pemerintah bahwa pembelajaran dikatakan berhasil jika nilai tes siswa pada kelas tersebut secara keseluruhan mencapai minimal 65.
Belum tercapainya ketuntasan pembelajaran tersebut disebabkan guru masih dalam penyampaian metode belajar kurang bervariasi. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran cenderung terabaikan, sehingga hasil belajar keterampilan berbicara siswa masih rendah. Dari keadaan tersebut dapat
(11)
4 digambarkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan cenderung bersifat
teacher centre atau berpusat pada guru.
Untuk mengatasi masalah di atas, sangat perlu dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran, dengan menerapkan variasi berbagai model pembelajaran yang mampu membuat atau melibatkan siswa aktif, tertantang, menarik, inovasi dan menyenangkan dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara.
Jika dikaitkan dengan model pembelajaran yang ada, pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Berdasarkan latar belakang masalah pembelajaran bahasa di atas maka dilakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul ”Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Keterampilan Berbicara Melalui Percakapan Pada Pembelajaran Tipe STAD Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten. Diharapkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, siswa lebih mudah memahami dan dapat mempresentasikan hasil kegiatan dengan tepat dan benar sehingga hasil belajar keterampilan berbicara dapat meningkat.
1.2 Identifikasi Masalah
(12)
sebagai berikut :
1. Guru masih mendominasi pada setiap proses pembelajaran
2. Rendahnya Prestasi belajar siswa karena belum dilibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.
3. Siswa masih kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan, dan mengeluarkan pendapatnya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah peningkatan Prestasi Belajar Keterampilan Berbicara
Melalui Percakapan Pada Pembelajaran Tipe STAD Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran?.
2) Bagaimanakah peningkatan aktivitas Belajar Keterampilan Berbicara Melalui Percakapan Pada Pembelajaran Tipe STAD Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran?.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti membatasi penelitian ini pada Peningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Keterampilan Berbicara melalui Percakapan Tentang Memuji Suatu Dengan Alasan Pada Pembelajaran Tipe STAD Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
(13)
6
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan :
1. Peningkatan Prestasi Belajar Keterampilan Berbicara Melalui Percakapan Pada Pembelajaran Tipe STAD Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
2. Peningkatan Aktivitas Belajar Keterampilan Berbicara Melalui Percakapan Pada Pembelajaran Tipe STAD Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa, yaitu dapat meningkatkan keterampilan berbicara melalui percakapan pada Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
2. Guru, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan bagi guru bahasa Indonesia terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Sekolah, yaitu dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
4. Peneliti, yaitu dapat memberikan wawasan serta pengalaman tentang penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
(14)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan telah di lakukan. Kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mengembangkan kemampuan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal dan secara sadar atau tidak telah dilakukan oleh manusia.
Segala kemampuan atau potensi yang ada pada diri manusia tidak akan berfungsi dengan baik apabila tidak di kembangkan secara optimal. Untuk mengembangkan potensi pada manusia di mulai dari hal-hal yang sifatnya kecil atau kurang berarti, kemudian sedikit demi sedikit di latih atau di biasakan yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan. Untuk mencapai hal tersebut diatas tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Menurut Dalyono (2005: 49) belajar merupakan satu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Sedangkan menurut Hamalik (2001: 27) belajar adalah modifikasi atau
(15)
8 memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan peningkatan keterampilan-keterampilan tertentu yang menekankan pengalaman sebagai hasil belajarnya, sehingga seseorang yang belajar mampu untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
2.1.2 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat diidentikkan dengan kata “ mengajar “ berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (http://Krisna1.blog.uns.ac.id.Pengerian-dan-ciri-ciri-pembelajaran. Html 2009/19/9(16.25)).
Kualitas hubungan antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran sebagian besar ditentukan oleh pendidik dalam mengajar dan peserta didik dalam belajar. Dari pengertian di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.
(16)
2.1.3 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar. Dan belajar itu sendiri adalah suatu proses dalam diri seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Perilaku dalam belajar sudah ditentukan terlebih dahulu, sedangkan hasil belajar ditentukan berdasarkan kemampuan siswa. (Nashar, 2004 77).
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi dan hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Sedangkan menurut Hamalik ( 2001 : 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara aktif dan sadar, yang tampak dari perubahan individu setelah melakukan kegiatan belajar pada tiga ranah, yaitu: (!) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor.
2.2 Hakikat Berbicara
2.2.1 Pengertian Berbicara
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain Depdikbud dalam Haryadi (1997: 54). Sedangkan Tarigan dalam Resmini (2007: 51) mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
(17)
10 artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain.
2.2.2 Jenis-jenis Berbicara
Logan dalam Tarigan (1991: 155 ) mengemukakan bahwa berbicara dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, berbicara informal dan berbicara formal. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan berbicara formal adalah berbicara dalam situasi dan lingkungan yang bersifat formal atau resmi. Jenis-jenis kegiatan berbicara informal meliputi :
1. tukar pengalaman
2. percakapan dalam sehari-hari 3. menyampaikan berita
4. menyampaikan pengumuman 5. bertelepon
6. memberi petunjuk
Dalam penelitian ini yang diambil adalah jenis berbicara yang ke-2 yaitu percakapan.
Disamping kegiatan berbicara informal, terdapat pula kegiatan berbicara yang bersifat formal. Jenis-jenis kegiatan formal tersebut mencakup
1. ceramah
2. perencanaan dan penilaian 3. interview
4. prosedur parlementer
5. bercerita (Logan, dkk dalam Tarigan, 1991: 155)
Menurut Tompkins dan Hoskisson (dalam Resmini dan Juanda 2007: 58 ) membagi kegiatan berbahasa lisan sebagai berikut : (a) kegiatan berbicara informal, meliputi percakapan, menunjuk dan menceritakan, serta diskusi, (b) kegiatan berbicara interpretative meliputi, pengisahan cerita dan pembacaan berbicara, (c) kegiatan yang lebih formal meliputi laporan lisan, wawancara, dan debat, (d) kegiatan berbicara dramatik, meliputi berbicara, bermain peran, bermain boneka tangan, penulisan naskah dan produksi teater.
(18)
2.2.3 Fungsi Berbicara
Fungsi umum berbicara ialah sebagai alat komunikasi sosial. Berbicara sangatlah menyatu dengan kehidupan manusia, dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat. Aktivitas sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada penggunaan tutur kata masyarakat setempat. Gagasan, ide, pemikiran, harapan dan keinginan disampaikan dengan berbicara. Aksi dan reaktif manusia dalam kelompok masyarakat tergantung pada tutur kata yang digunakan karena keselamatan seseorang itu ada pada pembicaraannya. Adapun fungsi berbicara ( Http:// blogspot. com. berbicara html 31-04-2010) (10 : 33 ) adalah:
1. Berbicara berfungsi untuk mengungkapkan perasaan seseorang
2. Berbicara berfungsi untuk memotivasi orang lain agar bersikap dan berbuat sesuatu
3. Berbicara berfungsi untuk membicarakan sesuatu permasalahan dengan topik tertentu
4. Berbicara berfungsi untuk menyampaikan pendapat, amanat, atau pesan 5. Berbicara berfungsi untuk saling menyapa atau sekedar untuk
mengadakan kontak
6. Berbicara berfungsi untuk membicarakan masalah dengan bahasa tertentu
7. Berbicara berfungsi sebagai alat penghubung antardaerah dan budaya 2.2.4 Pembelajaran Berbicara Di Sekolah Dasar
2.2.4.1 Bahan Pengajaran Berbicara
Pemilihan bahan pembelajaran berbicara bergantung pada jenis keterampilan berbicara yang akan dikembangkan dalam diri siswa. Kegiatan pembelajaran berbicara meliputi : menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, menjawab pertanyaan, bercerita, berpendapat dalam diskusi kelompok, memberi petunjuk, bermain peran, mewawancarai. Pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru–
(19)
12 siswa, siswa–siswa, dan siswa–guru (Suwarjo, 2008: 37). Dari pengertian tersebut telah dijelaskan bahwa dalam proses pembelajaran terdapat hubungan timbal balik yang saling berkaitan satu sama lainnya antara guru–siswa, siswa–siswa, dan siswa–guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
Dalam pemilihan bahan pengajaran berbicara di SD ada kriteria pemilihan bahan atau materi yang sesuai sebagai berikut:
a. Sesuai dengan jenis keterampilan berbicara yang akan dilatihkan. b. Bervariasi sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang
beragam.
c. Dapat mengembangkan kosakata sehingga keterampilan berbicara tidak menjemukan.
d. Memberikan contoh ketepatan ucapan, intonasi sehingga siswa mampu berbicara dengan jelas.
e. Dapat mengembangkan wawasan yang lebih luas. f. Topik kegiatan berbicara harus aktual.
g. Bahan diorganisasi secara sistematis dengan mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran.
h. Bahan pembelajaran dikemas yang menarik, kadang ilakukan di luar kelas.
i. Menggunakan metode dan teknik yang dapat menumbuhkan minat siswa belajar dan tertarik dengan pembelajaran bahasa. j. Memilih sumber dan media pembelajaran yang dapat
(20)
Pemilihan materi pembelajaran berbicara seharusnya sesuai dengan butir-butir materi yang telah digariskan di dalam standar isi. Selain itu, pemilihan materi juga disesuaikan dengan tingkat kelas, keadaan siswa, situasi dan kondisi yang melingkupinya serta kompetensi dasar yang harus dicapai pada setiap tingkat. Di samping itu, pemilihan materi harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa dan kecakapan hidup. 2.2.4.2 Metode Pengajaran Berbicara
Metode pembelajaran adalah cara menyampaikan pembelajaran atau pengalaman belajar kepada siswa. Pembelajaran berbicara harus berorientasi pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan pemakaiannya. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran berbicara di kelas semestinya diarahkan untuk membuat dan mendorong siswa mampu mengemukakan pendapat, bercerita, bermain drama, berdiskusi, berpidato dan sebagainya.
Untuk menentukan metode mana yang cocok dalam mengembangkan kemampuan berbicara, guru harus mengacu pada kurikulum (Standar Isi). Semua kompetensi dasar berbicara pada kurikulum harus dilihat, dicocokkan dengan metode dan model pembelajarannya. Jika metode yang dipilih sesuai dan benar-benar dapat mengembangkan keterampilan berbicara setiap siswa, maka pembelajaran berbicara akan disukai siswa. Apalagi jika guru dapat memvariasikan kegiatan (tidak monoton) dan pengelolaan kelas, diharapkan siswa lebih termotivasi untuk terus berlatih berbicara.
(21)
14
2.2.4.3 Kriteria Penilaian Pembelajaran Berbicara
Ada dua jenis penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbicara, yaitu penilaian proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil dilakukan berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan siswa ketika menyajikan kompetensi berbicara yang dituntut kurikulum atau mempresentasikan secara individual.
2.2.4.4 Rancangan Pembelajaran Berbicara
Salah satu strategi yang dapat dilakukan sebelum menjabarkan KD Percakapan menjadi indikator adalah dengan memetakan indikator. Untuk memudahkan menemukan KD pembelajaran ”Berbicara”, berikut dipaparkan KD kelas VI sebagai berikut.
a. Kelas VI, Semester I
1) Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
2) Menceritakan hasil pengamatan atau kunjungan dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar.
3) Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dan lain-lain.) dengan memperhatikan kata dan santun berbahasa.
(22)
b. Kelas VI, Semester II
1) Menyampaikan pesan dan informasi yang diperoleh dari berbagai media dengan bahasa yang runtun, baik, dan benar.
2) Menanggapi (memuji, mengkritik) suatu hal disertai alasan yang jelas dengan menggunakan bahasa yang santun.
2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins, dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif paling sederhana. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku atau merupakan kelompok heterogen (Suyanto 2009: 27). Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran tersebut. Pada akhirnya siswa diberikan tes pada saat tes ini mereka tidak dapat saling membantu. Poin setiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan sertifikat atau penghargaan.
Konsep utama pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru. Apabila siswa
(23)
16 menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Mereka harus memberi semangat teman satu timnya yang melakukan yang terbaik, menyatakan norma bahwa belajar itu penting, bermanfaat, dan menyenangkan. Siswa bekerja sama setelah guru mempresentasikan pelajaran. Kemudian Eggen (dalam Agus Suyatna 2009:100) mengemukakan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu:
2.3.1.Pembelajaran (Instruction)
Materi yang disampaikan pada saat pembelajaraan biasa menggunakan pembelajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Pembelajaran ini dipakai untuk menetapkan tujuan, penjelasan, dan pemodelan kemampuan atau penerapan konsep, prinsip, penyamarataan, peraturan-peraturan dan penyediaan buku praktik. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang akan dipelajari siswa dalam tugas kelompok. Siswa harus memperhatikan dengan baik selama pembelajaran karena akan membantu siswa dalam tes.
2.3.2 Membentuk Kelompok (transition to team)
Guru umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan karakteristik yang heterogen. Menempatkan siswa dalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat sampai lima orang dengan cara mengurutkan siswa dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya dan daftar siswa yang telah diurutkan tersebut dibagi menjadi empat bagian. Kemudian diambil satu siswa dari tiap kelompok sebagai anggota kelompok. Kelompok yang sudah terbentuk diusahakan berimbang
(24)
selain menurut kemampuan akademik juga diusahakan menurut jenis kelamin dan etnis.
2.3.3 Membentuk Kelompok dan Pengawasan (Team study and monitoring) Selama murid bekerja dalam kelompok, guru harus mengawasi murid untuk memastikan bahwa mereka bekerja dengan baik. Salah satu tujuan pembelajaran kooperatif adalah mengajar murid untuk bekerja bersama. Model kooperatif tipe STAD satu kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas keberhasilan anggota kelompoknya. Setiap anggota kelompok harus membantu satu sama lain dan bertanggung jawab agar setiap anggota kelompoknya benar-benar memahami materi yang dipelajari karena keberhasilan individu mempengaruhi keberhasilan kelompoknya.
2.3.4 Kuis atau tes
Kuis/tes diberikan setelah melaksanakan 1 atau 2 kali pertemuan. Saat kuis/tes siswa tidak boleh saling membantu satu sama lain dan harus mengerjakan soal secara individu. Kuis/ tes dikerjakan setiap individu. Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menunjukkan keterampilan berbicara sesuai lafal, intonasi, keeruntutan kalimat dan ketepatan penggunaan bahasa.
2.3.5 Poin Peningkatan Individu
Poin peningkatan adalah memberikan kepada siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja lebih giat dan memperhatikan prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang dicapai sebelumnya. Setiap siswa diberi
(25)
18 skor awal yang diperoleh dari tes sebelumnya. Hasil tes setiap siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor tes terdahulu (tes skor awal dan tes skor tes akhir), selisih skor siswa tersebut kemudian diberi poin berdasarkan tabel skor perkembangan sehingga diperoleh skor individu. Skor individu setiap anggota kelompok memberi sumbangan kepada skor kelompok.
2.3.6 Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan individual berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu (skor dasar) dengan skor kuis terakhir. Berdasarkan skor peningkatan individual dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun oleh Slavin dalam Asma, (2006: 53) sebagai berikut:
Tabel 2.2 Poin Perkembangan dengan Pedoman Slavin
Skor penilaian Skor perkembangan
Individual Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar
10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar Skor kuis sampai 10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin dari skor dasar
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar)
5 10 20 30 30
Pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus sebagai berikut: N1 = Jumlah total perkembangan anggota
Jumlah anggota kelompok yang ada Keterangan N1 = Nilai kelompok
(26)
Berdasarkan poin perkembangan yang diperoleh terdapat tiga tingkatan penghargaan yang diberikan yaitu:
a. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15, sebagai kelompok baik. b. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20, sebagai kelompok hebat. c. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata lebih dari 25, sebagai
kelompok super team.
2.4 Pembelajaran Ketrampilan Berbicara Berdasarkan Kooperatif Tipe STAD di SD
Pembelajaran ketrampilan berbicara di SD dilakukan sesuai materi pokok yang akan diajarkan, berdasarkan SK dan KD aspek ketrampilan berbicara. Dalam melaksanakan pembelajaran ketrampilan berbicara melalui pembelajaran STAD tahapan-tahapan yang harus dilakukan guru sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, serta memotivasi siswa untuk belajar, kemudian guru menyajikan materi yang akan diajarkan. Pada pembelajaran ketrampilan berbicara berdasarkan kooperatif tipe STAD ditekankan pada apa yang akan dipelajari siswa dalam tugas kelompok.
2. Guru melakukan pre tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan untuk menentukan skor dasar. Dari hasil pre tes guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 5 siswa dengan karakteristik heterogen berdasarkan ( jenis kelamin, suku, tingkat kinerja ) dan guru membantu siswa melakukan transisi dalam kelompok belajar. Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada siswa untuk dipelajari
(27)
20 pada saat kegiatan belajar kelompok, guru berkeliling memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa yang mengalami kesulitan.
3. Pemberian tes keterampilan berbicara pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan masing-masing kelompok secara bergiliran maju sesuai dengan lembar kerja yang sudah dipelajari bersama kelompoknya.
4. Pada saat siswa maju di depan kelas, guru melakukan penilaian hasil belajar setiap siswa sesuai dengan aspek penilaian ketrampilan berbicara yaitu, lafal, intonasi, keruntutan kalimat dan ketepatan penggunaan bahasa. 5. Penilaian hasil belajar dilakukan guru dengan membuat daftar skor
peningkatan setiap individu ( selisih pre tes dan pos tes ) yang kemudian dimasukkan menjadi skor kelompok.
6. Peningkatan rata-rata skor setiap individu merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok. Bagi kelompok yang memiliki skor tertinggi mendapatkan penghargaan.
2.5 Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian ini dirumuskan sebuah hipotesis tindakan, yaitu:
1. Jika guru kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran menerapkan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD maka aktivitas belajar keterampilan berbicara akan meningkat.
2. Jika guru kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran menerapkan pembelajaran melalui pembelajaran
(28)
kooperatif tipe STAD maka prestasi belajar keterampilan berbicara akan meningkat.
(29)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran keterampilan membaca bahasa Indonesia yang ada di Kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action
research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil evaluasi belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani, 2007 : 1.4).
3.2. Setting Penelitian 3.2.1 Subjek Penelitian
Dalam Penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Siswa dan guru Kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang terdiri dari 12 siswa dengan komposisi perempuan 6 dan laki-laki 6 siswa, dibantu oleh teman sejawat sebagai pengamat.
3.2.2 Tempat Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas kali ini, peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 3 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran,
(30)
mengingat peneliti sebagai guru pengajar Bahasa Indonesia pada sekolah tersebut.
3.2.3 Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap mulai tahap persiapan (penyusunan RPP, LKS) sampai tahap pelaksanaan (pembelajaran di kelas) dan tahap pelaporan tahun pelajaran 2012/2013
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar keterampilan berbicara. Sedangkan teknik nontes berupa aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat pengumpul data, antara lain lembar pengamatan aktivitas siswa (observasi), dan data hasil belajar keterampilan berbicara siswa dan guru.
3.4 Alat Pengumpulan Data 1. Tes
Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai hasil belajar keterampilan berbicara siswa khususnya mengenai lafal, intonasi, keruntutan kalimat dan ketepatan penggunaan bahasa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
(31)
24
2. Observasi
Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VI. Kegiatan observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan proses belajar siswa dalam keterampilan berbicara.
Tabel 3.1 Observasi aktivitas Siswa Nama
Kelompok
Nama Siswa
Pertemuan ke- Jumlah Persentase Indikator
Aktivitas ke- 1 2 3 4 I
II III
Jumlah skor Aktivitas Siswa Presentase siswa aktif Peningkatan
Rata-Rata Aktivitas Siswa Keterangan :
1. Perhatian siswa pada proses pembelajaran 2. Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok 3. Kreativitas siswa
4. Keterampilan siswa Z = Jumlah indikator aktivitas % = Jumlah indikator x 100 20
Skor : 4 untuk aktivitas sangat baik 3 untuk aktivitas baik 2 untuk aktivitas cukup 1 untuk aktivitas kurang
(32)
Untuk mengetahuai kategori tingkat keaktifan siswa, maka digunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 3.2. Kategori aktivitas siswa
Rentang Persentase Kategori
85% - 100% 70 % - 84% 55% - 69% 40% - 54% 0% - 35%
Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif Sumber: Arikunto, (2006:210)
Keterangan
a. Siswa dikatakan sangat kurang aktif jika rentang persentasenya 0%-40%
b. Siswa dikatakan kurang aktif jika rentang persentasenya 40%- 54% c. Siswa dikatakan cukup aktif jika rentang persentasenya 55%- 69% d. Siswa dikatakan aktif jika rentang persentasenya 70%- 84%
e. Siswa dikatakan sangat aktif jika rentang persentasenya 85%- 100%
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu data tentang kinerja atau aktivitas guru, aktivitas siswa, dan interaksi pembelajaran, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika hasil tes keterampilan berbicara mengenai lafal, intonasi, keruntutan kalimat dan ketepatan
(33)
26 penggunaan bahasa setelah mengikuti proses pembelajaran.
1. Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data dari hasil tes keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I, dan siklus II. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes dikerjakan siswa pada siklus I, dan siklus II. Data kuantitatif pada penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil yang tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:
n
N
X
=
∑
keterangan: X = nilai rata-rata kelas
ΣN = total nilai yang diperoleh siswa. n = banyak siswa
Adaptasi dari Kasbolah (1998: 174) 2. Kualitatif
Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data mengenai kinerja guru dan proses belajar peserta didik dalam keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD
Rumus penilaian dengan persen dari kinerja siswa di atas adalah sebagai berikut :
100 X SM
R
NP=
Keterangan :
(34)
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap
Dengan kategori :
81%- 100% = Baik sekali 61%- 80% = Baik 41%- 60% = Cukup 21%- 40% = Kurang 0 – 20% = Kurang sekali Adaptasi dari Kasbolah (1998: 175)
(35)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 1.Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I, melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 3 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, peneliti melakukan persiapan sebagai berikut:
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar naskah dan format penilaiannya, sumber belajar (buku paket), yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.
2. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.
3. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan a. Pertemuan 1
Pelaksanaan tindakan pertama (siklus I pertemuan 1) dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Januari 2013 pada pukul 08.40 - 09.50 WIB . Guru memasuki kelas dan mengisyaratkan kepada ketua kelas untuk
(36)
memimpin teman-teman mempersiapkan diri untuk menerima materi pembelajaran. Guru memberi salam dan dilanjutkan mengabsen siswa. Selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran dengan 6 tahapan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
1. Pada tahap ini dilakukan kegiatan identifikasi masalah dan analisis penyebab timbulnya masalah yang terdapat pada proses pembelajaran sebelum tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan identifikasi penyebab timbulnya masalah tersebut maka diambil tindakan pemecahan masalah yang dipandang tepat, yaitu dengan menerapkan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Langkah yang dilakukan adalah menyusun alat-alat penelitian yang mengacu pada pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Tahap selanjutnya adalah menyusun RPP Siklus I secara kolaborasi antara guru dan peneliti, dan lembar pengamatan aktivitas siswa yang menunjang pelaksanaan pembelajaran. Lembar pengamatan aktivitas siswa disusun untuk mengetahui sejauh mana interaksi siswa pada saat proses pembelajaran. Selain itu disusun juga lembar pengamatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kemudian menentukan kelompok yang heterogen serta menentukan skor dasar.
2. Guru menyampaikan informasi tentang bagaimana membentuk kelompok belajar. Berdasarkan skor dasar yang sudah dibuat, guru
(37)
30 membagi siswa menjadi 3 kelompok yang beranggotakan 4 siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang terdiri dari 12 siswa dengan komposisi perempuan 6 dan laki-laki 6 siswa.
3. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD selanjutnya membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru memberikan lembar kerja siswa kepada siswa untuk dipelajari pada saat kerja kelompok. Guru menjelaskan penilaian keterampilan berbicara yang akan dinilai meliputi lafal, intonasi, keruntutan kalimat dan ketepatan penggunaan bahasa. Kemudian guru berkeliling memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Beberapa siswa diminta guru untuk menjelaskan ulang secara garis besar materi yang diberikan guru, dan diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah diberikan. Sebelum mengakhiri pelajaran, siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan dan guru memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa-siswa.
b. Pertemuan 2
Pelaksanaan tindakan kedua (siklus I pertemuan 2) dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Januari 2013 pada pukul 07.30-08.40 WIB. Guru memasuki kelas dan mengisyaratkan kepada ketua kelas untuk memimpin teman-teman mempersiapkan diri untukk menerima materi pembelajaran. Guru memberi salam dan dilanjutkan mengabsen siswa.
(38)
Melanjutkan materi ”percakapan” pada pertemuan sebelumnya (siklus 1 pertemuan 1), siswa diberikan pertanyaan oleh guru yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan pada pertemuan pertama. Tahapan selanjutnya pada pembelajaran kooperatif tipe STAD materi
”percakapan”sebagai berikut:
1. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru melaksanakan skenario pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah disusun. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah guru mengisi daftar hadir siswa, menyiapkan buku pelajaran dan menyampaikan apersepsi. Guru membagi kelas menjadi 3 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dan setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan heterogen. Guru juga menyampaikan pembelajaran secara deklaratif dengan materi percakapan.
Siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru secara berkelompok. Setelah dikerjakan kemudian hasil diskusi kelompok dibacakan di depan kelas, kemudian hasil diskusi kelompok tersebut di bahas bersama dengan bimbingan dari guru. Langkah terakhir guru memberikan soal evaluasi individu sebagai tes akhir siklus I pertemuan 2.
Sebelum pelajaran selesai guru menutup pelajaran dengan memberikan motivasi dan menginformasikan pada siswa untuk belajar di rumah menyiapkan materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya.
(39)
32 2. Penilaian prestasi belajar (post test) diambil ketika siswa maju memerankan drama bersama kelompoknya. Guru membuat daftar skor peningkatan prestasi belajar.
3. Prestasi belajar setiap siswa diperoleh dari selisih skor dasar dengan skor kuis terakhir, yang selanjutnya dimasukkan menjadi skor kelompok.
4. Berdasarkan skor peningkatan individual dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun Slavin. Pemberian penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang memperoleh poin nilai rata-rata lebih dari 25 yang disebut sebagai kelompok super team.
Sebelum mengakhiri pelajaran, siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan dan guru memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa-siswa..
1. Prestasi Belajar Keterampilan Berbicara Siklus I
Dalam pelaksanaan tindakan siklus I masih banyak kendala yang ditemukan dan harus diperbaiki guru. Dari hasil tes awal (pre test) dan tes akhir (postest) pelajaran keterampilan berbicara diperoleh hasil sebagaimana tabel 4.1 berikut ini.
(40)
Tabel 4.1 Lembar Nilai Prestasi Belajar Keterampilan Berbicara Siklus I Nama
Kelompok
Nama Siswa Siklus I
Pre Test
Ket Post
Test
Ket
Bunga I 1.Indah 65 Tuntas 70 Tuntas
2. Nofa 60 Tidak Tuntas 65 Tuntas
3. Arif 70 Tuntas T 70 Tuntas
4. Budi 50 Tidak Tuntas 75 Tuntas
Bunga II 1. Salmah 50 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas
2. Agus 70 Tuntas 75 Tuntas
3. Rara P 40 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas
4. Lukman 50 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas
Bunga III 1. Selvi 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas
2. Yenni R 70 Tuntas 80 Tuntas
3. Kalius 50 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas
4. Norman 65 Tuntas 75 Tuntas
Jumlah 700 810
Rata-rata 58,33 67,50
Siswa Yang Tuntas >65 5 8
Siswa Yang Tidak Tuntas <65
7 4
Berdarkan tabel 4.1. di atas siklus I pertemuan 1 diadakan pre test dan prestasi belajar keterampilan berbicara siswa menunjukkan 7 siswa memperoleh nilai di bawah 6,5 dan 5 siswa dari 12 siswa memperoleh nilai di atas 6,5 dengan nilai rata-rata sebesar 58,33.
Pada siklus I pertemuan 2, post test diakhir siklus, terjadi peningkatan nilai siswa jika dibandingkan dengan nilai pre test . Hasil tes akhir menunjukkan sebanyak 4 siswa memperoleh nilai di bawah 6,5 dan sebanyak 8 siswa dari 12 siswa memperoleh nilai di atas 6,5 dengan nilai rata-rata 67,50. Dari keterangan di atas, diperoleh data persentase ketuntasan prestasi belajar keterampilan berbicara siswa sebagai berikut.
(41)
34 Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Prestasi Belajar Keterampilan
Berbicara Siklus I
Nilai
SiklusI
Pre Test Post Test
Jumlah Siswa
% Kriteria Jumlah Siswa
% Kriteria
< 65 7 58,33 Tidak
Tuntas
4
33,33 Tidak Tuntas
65 5 41,67 Tutas 8
66,67 Tuntas
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat prestasi belajar keterampilan berbicara siklus 1 hasil tes awal (pre test) menunjukkan 5 siswa (41,67%) memperoleh nilai di atas 6,5 dengan kateria tuntas, dan sebanyak 7 siswa (58,33%) dari 12 siswa yang ada memperoleh nilai di bawah 65 dengan kriteria tidak tuntas. Hasil (post test) menunjukkan sebanyak 8 siswa (66,67%) dari memperoleh nilai di atas 6,5 dengan kreteria tuntas dan sebanyak 4 siswa (33,33%) memperoleh nilai di bawah 6,5 dengan kreteria tidak tuntas dari jumlah 12 siswa yang ada.
2. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa pada siklus I masih banyak kendala yang ditemukan dan harus diperbaiki guru, Siswa belum mampu memberikan perhatian penuh pada saat guru menjelaskan materi, kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran belum mampu berpartisipasi pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga pada saat tes keterampilan berbicara siswa kreativitas dan keterampilan siswa belum memenuhi skor ideal yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari tabel observasi siswa dalam pembelajaran berikut ini.
(42)
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran keterampilan berbicara (Siklus I Pertemuan 1 dan 2)
Nama
Kelompok Nama Siswa
Pertemuan I Z %A Pertemuan II Z %A Indikator Aktivitas ke Indikator Aktivitas ke
1 2 3 4 1 2 3 4
Bunga I 1.Idh 3 3 3 4 13 65% 4 3 4 4 15 75%
2. Nfa 3 3 3 3 12 60% 3 3 4 3 13 65%
3. Ar 3 4 4 3 14 70% 3 4 4 4 15 75%
4. Bdi 2 3 3 3 11 55% 3 3 3 3 12 60%
Bunga II 1. Slh 3 3 3 4 13 65% 3 3 4 3 13 65%
2. As 4 3 3 4 14 70% 4 3 4 4 15 75%
3. R P 3 3 3 3 12 60% 3 3 3 3 12 60%
4. Lkm 3 3 2 3 11 55% 3 3 3 3 12 60%
Bunga III 1. Sli 3 3 3 4 13 65% 3 3 3 3 12 60%
2. Yn R 3 3 2 3 11 55% 3 3 3 2 11 55%
3. Kl 3 3 3 3 12 60% 3 3 4 3 13 65%
4. Nrm 3 3 3 4 13 65% 4 3 4 4 15 75%
Jumlah skor aktivitas siswa 149 158
Persentase siswa aktif (%) 745 790
Rata-rata aktivitas siswa 62,08 65,83
Peningkatan 3,75
Rata-rata siklus I 63,96%
Keterangan:
Indikator aktivitas:
1. Perhatian siswapada proses pembelajaran 2. Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok 3. Kreativitas Siswa
4. Keterampilan Siswa
Pada siklus I pertemuan 1 ini, terlihat bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara menunjukkan nilai persentase sebesar 62,08 % dan jika dilihat dari kriteria keberhasilan observasi siswa menunjukkan kriteria ”cukup”. Pada siklus I pertemuan 2, beberapa siswa sudah mulai berpatisipasi seperti aktif bertanya tentang materi percakapan yang diberikan, walaupun tidak semua siswa berperan aktif dalam pembelajaran ini. Beberapa siswa juga mulai aktif dalam menjawab
(43)
36 pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai materi yang diajarkan. Pada siklus I pertemuan 2, aktivitas siswa dalam proses keterampilan berbicara menunjukkan nilai persentase sebesar 65,83%. Pada siklus I pertemuan 2 ini terjadi peningkatan sebesar 3,5%, dan jika dilihat dari kriteria keberhasilan observasi aktivitas siswa dengan nilai rata-rata aktivitas siswa siklus I sebesar 63,96% menunjukkan kriteria
”cukup”.
3. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I
Setelah dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.4 Presentase Aktivitas Siswa Siklus I
No Siklus 1
Pert. 1(%) Pert.2(%) Peningkatan(%)
1. 62,08 65,83 3,5
Rata-rata 63,96%
Berdasarkan tabel 4.4 Presentase Aktivitas Siswa Siklus I diperoleh nilai persentase sebesar 62,08% dan pada siklus I pertemuan 2 diperoleh nilai persentase sebesar 65,83% dan terjadi peningkatan sebesar 3,5%.
Dari kedua hasil tersebut dapat diambil rata-rata sebesar 63,96 % dan pada kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat aktivitas siswa “cukup” dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
(44)
4. Aktivitas Kinerja Guru
Hasil perhitungan aktivitas guru pada siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.5 Aktivitas Kinerja Guru Siklus I
No Aspek yang diamati
Pertemuan
ke I ke II
Skor skor
1 Pendahuluan 3 3
2 Kegiatan inti 3 4
3 Penutup 3 4
Jumlah skor 9 11
Peresentase kinerja guru (%)
60,00 73,33
Rata-rata 66,67%
Target ≥85%
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa kinerja guru belum menunjukkan keterampilan mengajar yang optimal dengan menggunakan model permainan bahasa (katarsis). Siklus I pertemuan 1, pada kegiatan awal pembelajaran, guru belum memberikan apersepsi, kurang mengaitkan materi dengan kehidupan nyata, dan tidak menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. Pada kegiatan inti, guru telah mengusai materi, melakukan pendekatan pembelajaran dan penilaian, hanya saja masih kurang dalam pemanfaatan sumber/ media pembelajaran, sedangkan pada kegiatan penutup guru kurang maksimal dalam pelaksanaan tindak lanjut dan penguatan. Persentase kinerja guru pada siklus I pertemuan 1 sebesar 60,00%. Pada Siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 73,33%, hal tersebut dapat dilihat pada perbaikan kinerja guru pada kegiatan awal pembelajaran, guru telah menyampaikan apersepsi dan motivasi. Persentase rata-rata kinerja guru pada siklus I yaitu 66,67%, belum
(45)
38 mencapai indikator keberhasilan yang ditargetkan yaitu persentase kinerja guru ≥ 85%.% dan pada kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat aktivitas guru masih “Cukup” dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5. Hasil Pelaksanaan Keterampilan Berbicara Siklus I
Berdasarkan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan mulai dari siklus I pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 2 diperoleh data sebagai berikut:
1. Ketuntasan prestasi belajar siswa pada tes awal (pre test) menunjukkan sebanyak 7 siswa (58,33%) memperoleh nilai di bawah 6,5. Dan 5 siswa (41,07%) dari 12 siswa memperoleh nilai di atas 6,5 dengan nilai rata-rata sebesar 52,08. Sedangkan pada saat pemberian tes akhir (post test) diakhir siklus, menunjukkan sebanyak 8 siswa (66,67%) memperoleh nilai di bawah 6,5 dan sebanyak 4 siswa (33,33%) dari 12 siswa memperoleh nilai di atas 6,5 dengan nilai rata-rata 62,92.
2. Observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 diperoleh nilai persentase sebesar 62,08% dan pada siklus I pertemuan 2 diperoleh nilai persentase sebesar 65,83% dan terjadi peningkatan sebesar 3,5%. Rata-rata dari kedua persentase tersebut sebesar 63,96% dan pada kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat aktivitas siswa masih
“cukup” dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 diperoleh nilai persentase sebesar 60,00% dan pada siklus I pertemuan 2 diperoleh
(46)
nilai persentase sebesar 73,33% dan terjadi peningkatan sebesar 13,33. Rata-rata dari kedua persentase tersebut sebesar 66,67% dan pada kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat aktivitas siswa masih
“cukup” dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD. 6. Temuan Siklus I
Berdasarkan observasi/pengamatan yang dilakukan observer terhadap proses pembelajaran pada siklus 1, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan diperbaiki yaitu:
1. Siswa belum mampu berperan aktif untuk bertanya.
2. Perhatian siswa pada proses pembelajaran belum terpusat pada guru, masih banyak siswa yang bermain-main.
3. Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok belum ada.
4. Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok.
5. Siswa belum termotivasi dalam pembelajaran.
Selain aktivitas siswa yang kurang baik, dalam pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru dirasa masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari: 1. Guru dalam pengelolaan kelas kurang baik, terlihat pada saat
pembagian kelompok.
2. Guru kurang membimbing pada saat diskusi kelompok.
Berdasarkan temuan di atas, peneliti dan guru bersama-sama mendiskusikan direfleksikannya agar mencari solusi sebagai langkah perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun hasil refleksi aktivitas siswa
(47)
selama proses pembelajaran adalah :
1. Siswa belum berperan aktif untuk bertanya dan cenderung pasif disebabkan siswa masih malu untuk bertanya.
2. Siswa belum memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD secara utuh dan menyeluruh.
3. Siswa belum termotivasi terhadap pembelajaran yang diberikan guru, sehingga siswa tidak memperhatikan penjelasan materi yang telah diberikan, sebaiknya guru memberikan motivasi kepada siswa dan memberi pengakuan atau penghargaan(reward)
Selain refleksi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran peneliti atau observer bersama guru mendiskusikan dan merefleksi kinerjanya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
1. Suasana kelas menjadi tidak kondusif pada saat siswa membentuk kelompok belajar, hal ini disebabkan guru kurang menyampaikan informasi tentang bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu siswa agar melakukan transisi dalam kelompok belajar secara efisien.
2. Guru kurang membimbing pada saat diskusi kelompok, karena guru hanya mengawasi siswa dari meja guru, tidak berkeliling untuk memberikan bimbingan kepada setiap kelompok
7. Perbaikan pembelajaran.
Berdasarkan hasil temuan dan refleksi dalam proses pembelajaran baik dalam segi aktivitas siswa dan kinerja guru perlu dilakukan
(48)
perbaikan-perbaikan yang dapat meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun perbaikan yang harus dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Guru hendaknya memiliki banyak pertanyaan yang menggugah siswa untuk aktif bertanya dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.
2. Sebelum dimulai pembelajaran hendaknya kelas diusahakan tenang dahulu, agar pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien.
3. Guru hendaknya memberikan informasi tentang bagaimana membentuk kelompok belajar dan membimbing siswa untuk melakukan transisi dalam kelompok, agar pada saat pembagian kelompok tidak ribut.
4. Pada saat kegiatan presentasi hasil kerja kelompok, guru hendaknya berperan serta dalam mengawasi dan membimbing siswa, agar siswa saling membantu dalam peningkatan nilai individu yang akan disumbangkan kepada skor kelompok.
5. Memberikan motivasi kepada siswa intuk lebih aktif dalam menerima materi yang diberikan guru sehingga siswa dapat mempresentasikan hasil kegiatannya dengan baik.
II. Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus II, melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 3 Gedong Tataan peneliti melakukan persiapan sebagai berikut:
(49)
42 1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar
naskah dan format penilaiannya, sumber belajar (buku paket), yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.
2. Menyiapkan RPP yang mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.
3. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.
1. Pelaksanaan Tindakan a. Pertemuan I
Pelaksanaan tindakan ketiga (siklus II pertemuan 1) dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Januari 2013 pada pukul 08.40-09.50 WIB. Guru memasuki kelas dan mengisyaratkan kepada ketua kelas untuk memimpin teman-teman mempersiapkan diri untuk menerima materi pembelajaran. Guru memberi salam dan dilanjutkan mengabsen siswa. Adapun tahapan keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
1. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru melaksanakan skenario pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah dibuat bersama. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah guru mengisi daftar hadir siswa, menyiapkan buku pelajaran, dan melakukan apersepsi. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan meminta siswa untuk berbaur sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta
(50)
memotivasi siswa untuk belajar, pada materi yang akan diajarkan yaitu
“persoalan faktual”.
2. Siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru secara berkelompok. Setelah dikerjakan kemudian hasil diskusi kelompok dibacakan di depan kelas, kemudian hasil diskusi kelompok tersebut dibahas bersama dengan bimbingan dari guru. Setelah itu guru menyajikan informasi dan siswa diberikan pertanyaan oleh guru yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan “Persoalan faktual” atau masalah yang terjadi disekitar kita yang benar adanya/ kenyataan. Lalu siswa diberikan pre-test untuk menentukan skor dasar.
3. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok yang beranggotakan 4 siswa seperti pada siklus sebelumnya (Siklus I) dengan karakteristik heterogen dan guru menyampaikan bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu siswa melakukan transisi dalam kelompok belajar. Guru memberikan lembar kerja kepada siswa untuk mempelajari gambar persoalan faktual. Dalam satu kelompok terdapat gambar yang berbeda, jadi setiap siswa tidak mempunyai gambar persoalan yang serupa.
4. Kemudian guru berkeliling memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Beberapa siswa diminta guru untuk menjelaskan ulang secara garis besar materi yang diberikan guru melalui pembelajaran dan diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah diberikan. Sebelum mengakhiri pelajaran, siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah
(51)
44 diajarkan dan guru memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa-siswa.
b. Pertemuan 2
Pelaksanaan tindakan keempat (siklus II pertemuan 2) dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Januari 2013 pada pukul 07.30-08.40 WIB. Guru memasuki kelas dan mengisyaratkan kepada ketua kelas untuk memimpin teman-teman mempersiapkan diri untuk menerima materi pembelajaran. Guru memberi salam dan dilanjutkan mengabsen siswa, siswa diberikan pertanyaan oleh guru yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan pada pertemuan pertama. Berikut tahapan selanjutnya pada pembelajaran kooperatif tipe STAD materi”Persoalan Faktual”.
2. Masing-masing kelompok secara bergiliran maju untuk menanggapi persoalan faktual berdasarkan gambar yang mereka punya disertai alasan yang mendukung yang sudah didiskusikan dengan kelompoknya, penilaian prestasi belajar (post test) diambil ketika siswa maju menanggapi persoalan faktual bersama kelompoknya.
3. Setiap anggota kelompok harus memberikan skor terbaik kepada kelompoknya dengan menunjukkan peningkatan penampilan dibanding dengan sebelumnya atau dengan mencapai nilai sempurna. Penilaian prestasi belajar dilakukan oleh guru, dengan membuat daftar skor peningkatan setiap individu (selisih antar pre test dengan post test) yang kemudian dimasukkan menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individu merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok. 4. Selanjutnya guru memberikan penghargaan kepada kelompok super team
(52)
yang memperoleh poin perkembangan kelompok tertinggi dengan nilai rata-rata lebih dari 25.
1. Prestasi Belajar Keterampilan Berbicara Siklus II
Dalam pelaksanaan tindakan siklus II proses pembelajaran keterampilan berbicara sudah berjalan cukup baik, kendala-kendala yang terjadi disiklus I sudah mulai dapat diperbaiki pada pelaksanaan siklus II ini.
Tabel 4.6 Lembar Nilai Prestasi Belajar Keterampilan BerbicaraSiklus II Nama
Kelompok Nama Siswa
Siklus I
Pre Test Ket Post
Test Ket
Bunga I 1.Idh 70 Tuntas 90 Tuntas
2. Nfa 70 Tuntas 85 Tuntas
3. Ar 80 Tuntas 80 Tuntas
4. Bdi 75 Tuntas 85 Tuntas
Bunga II 1. Slh 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas
2. As 75 Tuntas 90 Tuntas
3. R P 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas
4. Lkm 65 Tuntas 80 Tuntas
Bunga III 1. Sli 80 Tuntas 90 Tuntas
2. Yn R 80 Tuntas 90 Tuntas
3. Kl 60 Tidak Tuntas 90 Tuntas
4. Nrm 75 Tuntas 80 Tuntas
Jumlah 850 850 1020
Rata-rata 70,83 85,00
Siswa Yang Tuntas >65 9 12
Siswa Yang Tidak Tuntas
<65 3 0
Dari data tabel 4.6 di atas diketahui bahwa pada siklus II pertemuan 1 diadakan tes awal (pre test) dan hasil belajar siswa menunjukkan 3 siswa memperoleh nilai di bawah 6,5 dan sebanyak 9 siswa dari 12 siswa memperoleh nilai di atas 6,5 dengan nilai rata-rata 66,67.
(53)
46
test) diakhir siklus, terjadi peningkatan nilai siswa jika dibandingkan dengan nilai pada tes awal (pre test). Hasil tes akhir (pos test) menunjukkan tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah 6,5 dan sebanyak 12 siswa memperoleh nilai di atas 6,5 dengan nilai rata-rata 85,00. Dari keterangan di atas, diperoleh data persentase ketuntasan hasil belajar keterampilan berbicara siklus II sebagai berikut.
Tabel 4.7 Persentase Ketuntasan Prestasi Belajar Keterampilan Berbicara Siklus II
Nilai
SIKLUS II
Pre Test Post Test
Jumlah Siswa % Jumlah Siswa %
< 6.5 3 25 0 0
> 6.5 9 75 12 100
Berdasarkan tabel 4.7 Persentase Ketuntasan Prestasi Belajar Keterampilan Berbicara Siklus II, pada awal Pre Test siswa yang mendapat nilai < 65 sebanyak 3 siswa atau 25% dan siswa mendapat nilai > 65 sebanyak 9 siswa atau 75%. Sedangkan pada tes akhir atau Post Test tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai <65, sedangkan siswa yang mendapat nilai >65 sebanyak 12 siswa atau 100%.
2. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan kendala-kendala yang terjadi disiklus I sudah mulai dapat diperbaiki pada pelaksanaan siklus II ini.Siswa mulai antusias dan termotivasi, walaupun beberapa siswa masih terlihat pasif. Hal ini dapat dilihat dari tabel observasi siswa dalam pembelajaran berikut ini.
(54)
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara (Siklus 2 Pertemuan 1 dan 2).
Nama
Kelompok Nama Siswa
Pertemuan I Z %A Pertemuan II Z %A Indikator Aktivitas ke Indikator Aktivitas ke
1 2 3 4 1 2 3 4
Bunga I
1.Idh 4 4 4 4 16 80% 4 4 4 4 16 80%
2. Nfa 3 3 4 3 13 65% 4 4 4 4 16 80%
3. Ar 3 4 4 4 15 75% 3 4 4 4 15 75%
4. Bdi 3 3 4 4 14 70% 4 4 4 4 16 80%
Bunga II
1. Slh 3 3 4 4 14 70% 4 4 4 4 16 80%
2. As 4 3 4 4 15 75% 4 4 4 4 16 80%
3. R P 4 4 4 3 15 75% 4 4 4 4 16 80%
4. Lkm 3 3 3 3 12 60% 4 4 4 4 16 80%
Bunga III
1. Sli 3 3 3 3 12 60% 4 4 4 4 16 80%
2. Yn R 4 3 4 2 12 60% 4 4 4 4 16 80%
3. Kl 4 4 4 3 15 75% 4 4 4 4 16 80%
4. Nrm 4 3 4 4 15 75% 4 4 4 4 16 80%
Jumlah skor aktivitas siswa 168 187
Persentase siswa aktif (%) 840 77,92
Rata-rata aktivitas siswa 70,00 77,92%
Peningkatan 9,58
Rata-rata siklus II 74,79% Keterangan:
Indikator aktivitas:
1. Perhatian siswapada proses pembelajaran 2. Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok 3. Kreativitas Siswa
4. Keterampilan Siswa
Pada siklus II pertemuan 1, terlihat bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara menunjukkan nilai persentase sebesar 70,00% dan jika dilihat dari kriteria keberhasilan observasi siswa menunjukkan kriteria ”Baik”. Pada siklus II pertemuan 2, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara menunjukkan nilai persentase sebesar 77.92 %, dan jika dilihat dari kriteria keberhasilan observasi siswa nilai menunjukkan kriteria”Baik”
(55)
3. Persentase Aktivitas Siswa Siklus II
Setelah dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.9 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II
No Siklus 1I
Pert. 1(%) Pert.2(%) Peningkatan(%)
1. 70,00 77,92 9,58
Rata-rata 74,79%
Berdasarkan tabel 4.9 di atas pada siklus II pertemuan 1 diperoleh nilai persentase sebesar 70,00% dan pada siklus II pertemuan 2 diperoleh nilai persentase sebesar 77,92% dan terjadi peningkatan sebesar 9,58% .
Dari kedua hasil tersebut dapat diambil rata-rata sebesar 74,79 % dan pada kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat aktivitas siswa “Baik” dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4. Aktivitas Hasil Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Kinerja guru dalam kegiatan siklus II ini dituangkan dalam tabel data hasil observasi kinerja guru, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
(56)
Tabel 4.10. Hasil kinerja guru dalam pembelajaran siklus II.
No Aspek yang di amati
Pertemuan
ke I ke II
Skor Skor
1 Pendahuluan 5 5
2 Kegiatan inti 4 5
3 Penutup 4 4
Jumlah skor 13 14
Peresentase kinerja guru (%) 86,67 93,33
Rata-rata 90%
Target ≥ 85%
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa kinerja guru menunjukkan peningkatan dibandingkan pada siklus I, keterampilan mengajar telah diperbaiki pada siklus ini sehingga lebih optimal. Siklus II pertemuan 1, pada kegiatan awal pembelajaran, guru sudah melaksanakan indikator kinerja secara baik, sama halnya pada kegiatan inti guru terampil dalam pemanfaatan media dan sumber belajar, menguasai materi, pendekatan strategi pembelajaran, dan melaksanakan penilaian proses serta hasil belajar, sedangkan pada kegiatan penutup kinerja guru stabil, dalam implementasinya sudah baik walaupun belum mencapai nilai maksimal. Persentase kinerja guru pada siklus II pertemuan 1 sebesar 86,67%. Pada siklus II pertemuan 2 persentasenya meningkat menjadi 93,33%, hal tersebut dapat dilihat pada kinerja guru pada kegiatan awal pembelajaran mencapai nilai maksimal, pada kegiatan inti pembelajaran indikator yang diukur juga mencapai nilai optimal, dan kegiatan penutup telah terlaksana dengan baik. Persentase rata-rata kinerja guru pada siklus II yaitu 90%, angka tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditargetkan yaitu persentase kinerja guru≥85%.
(57)
5. Temuan Siklus II
Berdasarkan observasi/pengamatan yang dilakukan observer terhadap proses pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II, bahwa proses pembelajaran keterampilan berbicara sudah memenuhi harapan yaitu:
1. Siswa mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru.
2. Siswa mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya.
3. Siswa mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik.
4. Guru intensif membimbing siswa saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM.
5. Siswa antusias dan termotivasi dalam belajar.
4.2 Pembahasan
Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku atau merupakan kelompok heterogen (Suyanto 2009: 27).
Berdasarkan dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa pada pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat menunjukan peningkatan yang cukup signifikan dalam pembelajaran. Secara keseluruhan aktivitas siswa pada saat pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran STAD menunjukan peningkatan aktivitas yang sangat baik karena model pembelajaran STAD merupakan suatu model yang mampu
(58)
menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, kreatif sehingga dapat mendorong pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki, dan salah satu model yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (Asma. 2006:12).
Hasil belajar siswa secara keseluruhan menggunakan model pembelajaran keterampilan berbicara melalui pembelajaran STAD menunjukkan peningkatan yang baik . Adapun hasil belajar siswa pada Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 63,96 % dan pada kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat aktivitas siswa masih “Cukup” dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 74,79 % dan pada kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat aktivitas siswa“Baik”.
Selanjutnya aktivitas guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan dengan baik walaupun masih perlu adanya perbaikan dalam kinerja guru dalam mengajar agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara dan hasil belajar keterampilan berbicara dapat ditingkatkan.
Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 66,67% dan pada kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat aktivitas guru “cukup”. Pada siklus II nilai rata-rata sebesar 90,00 %. Pada kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat aktivitas guru“Sangat baik”.
Kemudian Prestasi belajar keterampilan berbicara siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan adanya peningkatan di setiap siklusnya,
(59)
52 hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di atas, bahwa dari siklus I, dan II prestasi belajar siswa meningkat dan ketuntasan belajar mencapai 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Penerapan model kooperatif tipe STAD Menurut Listiarini (2007: 50), dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
(60)
(61)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas VI mata pelajaran bahasa Indonesia Sekolah Dasar Negeri 3 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Peningkatan aktivitas siswa yang pada siklus I rata-rata 63,96 % menjadi 74,79% pada siklus II.
2. Peningkatan prestasi belajar siswa yang pada siklus I (66,92) menjadi (77,92) pada siklus II.
5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian tindakan kelas pada kelas VI SD Negeri 3 Gedong Tataan, peneliti menyarankan sebagai berikut :
1. Pembelajaran keterampilan berbicara melalui pembelajaran STAD ini perlu untuk dilaksanakan oleh guru, karena dengan dengan menggunakan model pembelajaran keterampilan berbicara melalui pembelajaran STAD siswa merasa senang dan terlatih untuk bekerja sama dengan orang lain. Selain itu, model pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
(62)
2. Bagi pihak sekolah, pihak lembaga terkait lainnya dan peneliti berikutnya diharapkan dapat mengadakan penelitian lanjutan sehingga diperoleh simpulan yang lebih luas untuk semakin mengembangkan metode pembelajaran STAD di Indonesia.
(63)
DAFTAR PUSTAKA
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta. Dirjen Dikti Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Haryadi, dkk. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Yogyakarta. Depdiknas.
Http://Www.Docstoc.Com/Docs/25352604/Pembelajaran berbicara html 08-02-2011) (10 : 33 ).
Makalah S1 PGMI, Datarental,http:// blogspot.com.berbicara.html 31-04-2010) ( 10.33).
Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press: Jakarta Resmini , Novi, dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI Press
Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif Dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Malang: Surya Pena Gemilang.
Suyanto. 2009. Laporan Hasil Penelitian Peningkatan Hasil Belajar Apresiasi Seni Musik Menggunakan Strategi Kooperatif (Student Team Achievement
Division). Thesis. Lampung : UNILA.
Suyatna, Agus. 2009. Modul 2 Model Pembelajaran Paikem. Lampung : Unila. Tarigan, Djago. 1991. Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta : Depdiknas. Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Depdikub. Jakarta.
Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
(64)
(65)
(66)
(67)
Lampiran : 4
Nilai Hasil Belajar Keterampilan Berbicara
Nama Sekolah : SD Negeri 3 Gedong Tataan Kelas/Semester : VI/II
Materi Pokok : Percakapan
Siklus : I
Nama Kelompok
Nama Siswa Siklus I
Pre Test Ket Post Test Ket
Bunga I 1.Indah 65 Tuntas 70 Tuntas
2. Nofa 60 Tidak Tuntas 65 Tuntas
3. Arif 70 Tuntas T 70 Tuntas
4. Budi 50 Tidak Tuntas 75 Tuntas
Bunga II 1. Salmah 50 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas
2. Agus 70 Tuntas 75 Tuntas
3. Rara P 40 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas 4. Lukman 50 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas
Bunga III 1. Selvi 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas
2. Yenni R 70 Tuntas 80 Tuntas
3. Kalius 50 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas
4. Norman 65 Tuntas 75 Tuntas
Jumlah 700 810
Rata-rata 58,33 67,50
Siswa Yang Tuntas >65 5 8
Siswa Yang Tidak Tuntas <65 7 4
Guru Bidang Studi,
(68)
Nilai Hasil Belajar Keterampilan Berbicara
Nama Sekolah : SD Negeri 3 Gedong Tataan Kelas/Semester : VI/II
Materi Pokok : Percakapan
Siklus : II
Nama Kelompok
Nama Siswa Siklus I
Pre Test Ket Post Test Ket
Bunga I 1.Indah 70 Tuntas 90 Tuntas
2. Nofa 70 Tuntas 85 Tuntas
3. Arif 80 Tuntas 80 Tuntas
4. Budi 75 Tuntas 85 Tuntas
Bunga II 1. Salmah 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas
2. Agus 75 Tuntas 90 Tuntas
3. Rara P 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas
4. Lukman 65 Tuntas 80 Tuntas
Bunga III 1. Selvi 80 Tuntas 90 Tuntas
2. Yenni R 80 Tuntas 90 Tuntas
3. Kalius 60 Tidak Tuntas 90 Tuntas
4. Norman 75 Tuntas 80 Tuntas
Jumlah 850 1020
Rata-rata 70,83 85,00
Siswa Yang Tuntas >65 9 12
Siswa Yang Tidak Tuntas <65 3 0
Guru Bidang Studi,
(69)
Lampiran : 6
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA Nama Sekolah : SD Negeri 3 Gedong Tataan Kelas/Semester : VI/II
Materi Pokok : Percakapan Siklus/Pertemuan : I/ 1 dan 2 Nama
Kelompok Nama Siswa
Pertemuan I
Z %A
Pertemuan II
Z %A
Indikator Aktivitas ke
Indikator Aktivitas ke
1 2 3 4 1 2 3 4
Bunga I 1.Indah 3 3 3 4 13 65% 4 3 4 4 15 75% 2. Nofa 3 3 3 3 12 60% 3 3 4 3 13 65% 3. Arif 3 4 4 3 14 70% 3 4 4 4 15 75% 4. Budi 2 3 3 3 11 55% 3 3 3 3 12 60% Bunga II 1. Salmah 3 3 3 4 13 65% 3 3 4 3 13 65% 2. Agus 4 3 3 4 14 70% 4 3 4 4 15 75% 3. Rara P 3 3 3 3 12 60% 3 3 3 3 12 60% 4. Lukman 3 3 2 3 11 55% 3 3 3 3 12 60% Bunga III 1. Selvi 3 3 3 4 13 65% 3 3 3 3 12 60% 2. Yenni R 3 3 2 3 11 55% 3 3 3 2 11 55% 3. Kalius 3 3 3 3 12 60% 3 3 4 3 13 65% 4. Norman 3 3 3 4 13 65% 4 3 4 4 15 75%
Jumlah skor aktivitas siswa 149 158
Persentase siswa aktif (%A) 745 790
Rata-rata aktivitas siswa 62,08 65,83
Peningkatan 3,75
Rata-rata aktivitas siswa siklus I
63,96% Keterangan:
Indikator aktivitas:
1. Perhatian siswapada proses pembelajaran Gd. Tataan, Februari 2013
2. Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok Observer,
3. Kreativitas Siswa 4. Keterampilan Siswa
Z : jumlah indikator aktivitas Reni Anggreini, S.Pd.
% : jumlah indikator x 100 20
Skor : 5 untuk aktivitas Sangat Baik 4 untuk aktivitas Baik
(70)
(71)
Lampiran : 7
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA Nama Sekolah : SD Negeri 3 Gedong Tataan Kelas/Semester : VI/II
Materi Pokok : Percakapan Siklus/Pertemuan : II/ 1 dan 2 Nama
Kelompok Nama Siswa
Pertemuan I
Z %A
Pertemuan II
Z %A
Indikator Aktivitas ke
Indikator Aktivitas ke
1 2 3 4 1 2 3 4
Bunga I 1.Indah 4 4 4 4 16 80% 4 4 4 4 16 80% 2. Nofa 3 3 4 3 13 65% 4 4 4 4 16 80% 3. Arif 3 4 4 4 15 75% 3 4 4 4 15 75% 4. Budi 3 3 4 4 14 70% 4 4 4 4 16 80% Bunga II 1. Salmah 3 3 4 4 14 70% 4 4 4 4 16 80% 2. Agus 4 3 4 4 15 75% 4 4 4 4 16 80% 3. Rara P 4 4 4 3 15 75% 4 4 4 4 16 80% 4. Lukman 3 3 3 3 12 60% 4 4 4 4 16 80% Bunga III 1. Selvi 3 3 3 3 12 60% 4 4 4 4 16 80% 2. Yenni R 4 3 4 2 12 60% 4 4 4 4 16 80% 3. Kalius 4 4 4 3 15 75% 4 4 4 4 16 80% 4. Norman 4 3 4 4 15 75% 4 4 4 4 16 80%
Jumlah skor aktivitas siswa 168 191
Persentase siswa aktif (%A) 840 955
Rata-rata aktivitas siswa 70,00 79,58
Peningkatan 9,58
Rata-rata aktivitas siswa siklus I
74,79% Keterangan:
Indikator aktivitas:
5. Perhatian siswapada proses pembelajaran Gd. Tataan, Februari 2013
6. Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok Observer, 7. Kreativitas Siswa
8. Keterampilan Siswa
Z : jumlah indikator aktivitas Reni Anggreini, S.Pd.
% : jumlah indikator x 100 20
Skor : 5 untuk aktivitas Sangat Baik 4 untuk aktivitas Baik
3 untuk aktivitas Cukup 2 untuk aktivitas Kurang
(72)
(73)
Lampiran : 8
Data Observasi Kinerja Guru Sikus I Pertemuan 1.
Nama Sekolah : SD Negeri 3 Gedung Tataan
Nama Guru : Asmaini
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari/Tanggal : Kamis, 10 Januari 2013
No Aspek yang Diamati Skor Keterangan
1 Pendahuluan 5 4 3 2 1
* Garis bawahi yang Sesuai
Deskriptor:
a). Bila semua indikator
dilaksanakan maka diberi skor 5. b).Bila 1 indikator tidak dilaksanakan
maka diberi skor 4. c). Bila 2 indikator tidak
dilaksanakan maka diberi skor 3. d). Bila 3 indikator tidak
dilaksanakan maka diberi skor 2. e). Bila 4 indikator tidak
dilaksanakan maka diberi skor 1. 2 Kegiatan Inti 5 4 3 2 1
3 Penutup
5 4 3 2 1
Jumlah skor 9
Peresentase (%) 66,67
Kategori Kurang
KETERANGAN A. Pendahuluan Indikator:
1. Guru menyiapkan bahan ajar.
2. Guru memberi apersepsi dan motivasi.
3. Guru mengaitkan materi dengan kehidupan nyata.
4. Guru mengaitkan pengetahuan siswa dengan pembelajaran.
5. Guru memberitahu kompetensi yang akan dicapai (tujuan pembelajaran). B. Kegiatan inti
Indikator:
1. Penguasaan materi pelajaran. 2. Pendekatan/ strategi pembelajaran.
(74)
4. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa. 5. Penilaian proses dan hasil belajar.
C. PENUTUP Indikator:
1. Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman hasil pembelajaran. 2. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan,
atau tugas sebagai bagian remidi/ pengayaan. 3. Pemberian tugas untuk pertemuan berikutnya. 4. Guru memberi penguatan.
5. Guru memberikan pesan moral dan informasi.
Untuk mencari persentase kinerja guru menggunakan rumus penilaian persentase kinerja guru berikut.
Nilai persen = skor mentah yang diperoleh Jumlah skor yang maksimal Nilai persen = 9
15
Gedung Tataan, Februari 2013
Observer
Anggreini, S.Pd. NIP. -
X 100 %
(75)
Lampiran : 9
Data Observasi Kinerja Guru Sikus I Pertemuan 2. Nama Sekolah : SD Negeri 3 Gedung Tataan
Nama Guru : Asmaini
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Januari 2013
No Aspek yang Diamati Skor Keterangan
1 Pendahuluan 5 4 3 2 1
* Garis bawahi yang Sesuai
Deskriptor:
a). Bila semua indikator dilaksanakan maka diberi skor 5.
b). Bila 1 indikator tidak dilaksanakan maka diberi skor 4.
c). Bila 2 indikator tidak dilaksanakan maka diberi skor 3.
d). Bila 3 indikator tidak dilaksanakan maka diberi skor 2.
e). Bila 4 indikator tidak dilaksanakan maka diberi skor 1.
2 Kegiatan Inti 5 4 3 2 1
3 Penutup
5 4 3 2 1
Jumlah skor 11
Peresentase (%) 73,33
Kategori Cukup
KETERANGAN A. Pendahuluan Indikator:
1. Guru menyiapkan bahan ajar.
2. Guru memberi apersepsi dan motivasi.
3. Guru mengaitkan materi dengan kehidupan nyata.
4. Guru mengaitkan pengetahuan siswa dengan pembelajaran.
5. Guru memberitahu kompetensi yang akan dicapai (tujuan pembelajaran). B. Kegiatan inti
Indikator:
(76)
3. Pemanfaatan sumber belajar/ media pembelajaran.
4. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa. 5. Penilaian proses dan hasil belajar.
C. PENUTUP Indikator:
1. Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman hasil pembelajaran. 2. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan,
atau tugas sebagai bagian remidi/ pengayaan. 3. Pemberian tugas untuk pertemuan berikutnya. 4. Guru memberi penguatan.
5. Guru memberikan pesan moral dan informasi.
Untuk mencari persentase kinerja guru menggunakan rumus penilaian persentase kinerja guru berikut.
Nilai persen = skor mentah yang diperoleh Jumlah skor yang maksimal Nilai persen = 11
15
Gedung Tataan, Februari 2013 Observer
Anggreini, S.Pd. NIP.
Lampiran 10.
X 100 %
(1)
KUNCI JAWABAN SIKLUS II
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi : 2. Memberikan informasi dan tanggapan secara lisan
Kompetensi Dasar : 2.2 Menanggapi (memuji, mengkritik) sesuatu hal yang disertai alasan-alasan yang jelas dengan
menggunakan bahasa yang santun
Kelas/Semester : VI/2
Jawablah pertanyaan dibawah ini ! 1. Terdiri dari 2 orang
2. Percakapan berisi pujian dan kritikan 3. Tentang kritikan
4. Dikumpulkan pada guru 5. Dikumpulkan pada guru
(2)
LEMBAR JAWABAN
Nama Kelompok : ... Anggota : 1. ... 2. ...
5. ... 6. ...
NO JAWABAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
(3)
(4)
(5)
(6)