PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI CACING SUTERA (Tubifex sp) DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias Sp) Yurnaningsih Adam

  

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI CACING SUTERA (Tubifex

sp) DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN

BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias Sp)

  1) 2) 3) Yurnaningsih Adam , Yuniarti Koniyo , Hasim

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dengan dosis pakan alami cacing sutera (Tubifex Sp). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan masing – masing dengan 3 ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah Benih Lele Sangkuriang (Clarias Sp), sebanyak 900 ekor dengan rata

  • – rata panjang cangkang awal 0,8 cm, dan berat awal tubuh 0,001 gram. Sebagai perlakuan digunakan pakan uji yaitu (A) Dosis 3%, (B) Dosis 5%, dan (C) Dosis7%. Pemberian pakan dilakukan pada pukul 08.00 WITA, 12.00 WITA, 16.00 WITA dan 20.00 WITA. Wadah penelitian yang digunakan berupa 9 buah wadah plastik dengan padat tebar 100 ekor/wadah dan ditempatkan dalam sebuah gedung hatcheri yang dilengkapi dengan aerasi. Pengukuran panjang berat tubuh dilakukan setiap 2 hari sekali. Pemeliharaan benih berlangsung selama 10 hari.

  Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (p < 0,05) terhadap pertumbuhan panjang dan berat bennih lele sangkuriang (Clarias Sp). Rata-rata pertumbuhan panjang berat tertinggi ditunjukkan pada perlakuan C berturut-turut sebesar 0,951 cm, dan 0,01 g, disusul perlakuan B berturut-turut sebesar 0,859 cm, dan 0,007 g, dan terendah pada perlakuan A berturut-turut sebesar 0,827 mm, dan 0,006 g. Hasil ini menunjukkan bahwa ternyata dosis pakan alami 7% memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan benih lele sangkuriang (Clarias Sp).

  Kata kunci : Clarias Sp, pakan, dosis, pertumbuhan

LATAR BELAKANG Ikan lele merupakan jenis ikan yang

  mudah dibudidayakan. Kemampuan Ikan lele merupakan salah satu jenis adaptasinya pun cukup tinggi, ikan air tawar yang mempunyai nilai sehingga dalam proses ekonomi tinggi. Ikan jenis ini sudah penyebarannya tidak mengalami dibudidayakan secara komersial oleh kesulitan, terutama dalam masyarakat Indonesia, dan perkembangbiakannya. Pada merupakan salah satu sumber awalnya lele belum memiliki varietas penghasilan yang potensial di yang dapat di unggulkan sehingga kalangan pembudidaya ikan. usaha budidaya ini belum dilirik oleh

  Perkembangan pesat kegiatan masyarakat. Saat itu lele yang budidaya lele di tanah air tidak dibudidayakan hanya sebatas lele terlepas dari penerimaan masyarakat local dan lele dumbo yang kurang secara luas terhadap jenis ikan ini. menghasilkan. (Fauzi, 2013 : hal 6)

  (khairuman & Amri, 2008 : hal 3)

  Muktiani (2011 : hal 4-5) menyatakan, seiring perkembangan dunia perikanan serta aplikasi teknologi kini muncul varietas baru yang diberi nama lele sangkuriang. Lele sangkuriang memang belum setenar lele dumbo. Padahal lele sangkuriang ini adalah jenis lele yang dikembangkan dari varietas lele dumbo. Kehadiran lele sangkuriang ini difungsikan untuk memperbaiki kualitas lele dumbo yang mulai menurun akibat penanganan induk yang kurang baik. Masa pertumbuhan lele sangkuriang di tangarai lebih pesat dari lele dumbo, bahkan bisa mencapai dua kali lebih cepat dari pada lele dumbo. Teknik pembenihan lele mengalami perkembangan dari pembenihan secara alami, pembenihan dengan perangsangan pemijahan, hingga pembenihan buatan yang sepenuhnya melibatkan campur tangan manusia dan aplikasi teknologi. Media pembenihan pun beragam, dari kolam tanah sederhana di lahan terbuka, penggunaan bak pemijahan khusus, hingga pemijahan terkontrol dalam ruangan tertutup. Walaupun perkembangan teknik pemijahan semakin maju dan aplikasi teknologinya pun semakin mudah dan praktis, tetap saja ada kendala yang ditemui. Para pembenih pemula umumnya butuh waktu yang lama untuk dapat menjalankan usahanya dengan mulus. Persoalan utamanya adalah resiko pada stadium benih yang masih cukup tinggi. (Khairuman dan Amri, 2012 : hal iii) Resiko pada stadium benih ini yang mengakibatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan benih lele sangkuriang ini sudah mulai menurun, salah satunya di Balai

  Pengembangan Benih Ikan Air Tawar (BPBIAT), Provinsi Gorontalo. Di Balai ini pembenihan pada proses pendederan

  1 mortalitasnya dapat mencapai 70%. Kegiatan pembenihan merupakan kegiatan tahap awal dalam suatu rangkaian usaha budidaya perikanan. Kegiatan pembenihan diawali dengan penyiapan media unit pembenihan, manajemen, atau pengelolaan induk yang baik, pemijahan, sampai dengan penetasan telur menjadi benih atau larva yang kemudian dilanjutkan dengan usaha pemeliharaan larva sampai ukuran tertentu untuk tahapan pendederan. Pendederan merupakan kegiatan usaha pemeliharaan lanjutan dari kegiatan pembenihan. Pada intinya kegiatan ini mempersiapkan benih lele sangkuriang (Clarias sp), untuk mencapai ukuran pembesaran. Untuk mencapai ukuran pembesaran, benih dberikan pakan untuk pertumbuhan. Pakan yang diberikan dapat berupa pakan alami dan pakan pelet yang dihaluskan. Pakan ikan yang diberikan harus berkualitas. Sesuai dengan Dharmawan (2013: hal iii), pakan ikan yang berkualitas tidak hanya bisa dilihat dari nilai gizinya tetapi juga dari jumlahnya (dosis). Dosis pakan untuk benih lebih sering dibandingkan dengan ikan besar, karena benih lebih banyak mengkonsumsi pakan alami. Dosis pakan untuk ikan yang masih kecil biasanya 3-7% dalam sehari dan waktu pemberian pakan ditetapkan dengan memperhatikan nafsu makan ikan. Sebagaimana umumnya ikan lele, lele sangkuriang (Clarias Sp), memiliki sifat biologi yang sama. Termasuk dalam golongan omnivora, tetapi memiliki kecenderungan lebih menyukai hewan (Carnivora). Sebagian ahli menyatakan bahwa lele bersifat carnivora. Jenis makanan yang umum disantap ikan lele adalah cacing sutera (tubifex sp). Cacing sutera (Tubifex sp), merupakan salah satu jenis pakan alami yang berprotein yang cukup tinggi. Di Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT), benih lele diberikan pakan alami arthemia secara adlibitum. Namun, tetap saja mengalami masalah yaitu nilai mortalitas benih cukup tinggi. Wibowo 2012 menyatakan bahwa pakan yang tidak sesuai dengan jenis dan ukuran standar justru memiliki efek samping yang berbahaya. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang Pengaruh Pemberian Cacing Sutera (Tubifex sp), dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp), Pada Proses Pendederan I di Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT) Provinsi Gorontalo.

  • – masing benih 0,001 gr/ekor. Penelitian diawali dengan tahapan persiapan, yaitu dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Sebelum alat dan bahan digunakan, disucihamakan dan dilengkapi aerasi. Kemudian menentukan rancangan penelitian yakni pada penelitian ini digunakan rancangan Acak Lengkap (RAL).dengan tiga perlakuan dan tiga kali ulangan.adapun perlakuan dalam penelitan ini adalah: A = Perlakuan dengan dosis 3 % B = Perlakuan dengan dosis 5 % C = Perlakuan dengan dosis 7 %

  Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Bulan Juli 2013 bertempat di Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT) Provinsi Gorontalo. Wadah yang digunakan dalam penelitian adalah wadah plastik atau toples plastik bervolume 15 liter ini dilengkapi dengan aerasi untuk mensuplai oksigen kedalam wadah penelitian dan wadah ini disediakan sebanyak 9 buah. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih lele sangkuriang (Clarias sp) sebanyak 900 ekor. Dalam setiap wadah diisi sebanyak 100 ekor dengan panjang

  0,8 cm dan berat masing

  Biota yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih lele sangkuriang (clarias sp) yang berasal dari pembenihan sejumlah 900 ekor biota dengan berat 0,001 gr/ekor. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing sutera (Tubifex sp), dengan dosis pakan 3%, 5%, dan 7%. Frekwensi pemberian pakan yang digunakan yaitu 4x dalam shari.

METODOLOGI PENELITIAN

  Hewan uji di tempatkan kedalam setiap wadah, masing- masing sebanyak 100 ekor benih lele sangkuriang. Jumlah wadah yang digunakan sebanyak 9 buah sesuai perlakuan, yang telah di isi air dengan volume air masing-masing 15 liter. Kemudian di letakkan pada tempat yang telah di tentukan berdasarkan tata letak satuan percobaan.

  Pemberian pakan dilakukan setiap hari, dengan frekwensi pemberian pakan 4x sehari. Pakan alami yang akan diberikan pada benih lele sangkuriang (Clarias sp), Hasil pengukuran rata-rata panjang benih lele samgkuriang (Clarias sp), mutlak selama 10 hari sesuai perlakuan dapat di lihat pada Gambar 1.

  Pertumbuhan Mutlak Panjang

  µ : Nilai tengah dari pengamatan ti : Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i eij : Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

  5% 0,133 0,006 7% 0,533 0,009

  Rata-Rata Panjang Berat 3 % 0,050 0,005

  Tabel 1. Hasil Pengukuran Mutlak Perlakuan

  Laju pertumbuhan rata

  HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Pertumbuhan Mutlak

  Mengetahui pengaruh perlakuan yang diuji cobakan maka dilakukan analisis ragam (ANAVA). Apabila hasil uji analisis ragam memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata antar tiap perlakuan, maka dilakukan uji lanjut yaitu Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

  Keterangan : Yij : Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

  dibersihkan terlebih dahulu kemudian ditimbang sesuai dosis pemberian pakan yang telah ditentukan. Pemberian Pakan disesuaikan dengan perlakuan meliputi : Perlakuan A, Perlakuan B dan Perlakuan C selain pemberian pakan dilakukan juga pengukuran beberapa parameter kualitas air meliputi : suhu, oksigen terlarut dan pH dilakukan sekali dalam seminggu. Begitu juga dengan penggantian airnya.

  Y = µ + ti + eij

  Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan masing- masing tiga kali ulangan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

  (Clarias sp), dan pengukuran kualitas air.

  Beberapa variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan berat dan panjang serta sintasan benih ikan lele sangkuriang

  Metode yang digunakan adalah metode eksperimetal. Metode eksperimental yaitu melakukan percobaan dan pengamatan pada suatu objek penelitian. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yang dimasukan dalam pengolahan data.

  Pemeliharaan biota uji dilakukan selama 10 hri, kemudian dilakukan pengukuran panjang dan berat tubuh ikan lele sangkuriang. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan penggaris dan penimbangan berat tubuh dengan menggunakan timbangan. Selain itu juga dilakukan pengukuran kualitas air untuk parameter suhu, kandungan oksigen terlarut dan pH yang dilakukan dua kali dalam seminggu.

  • – rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang (Clarias sp), selama 10 hari dengan menggunakan tiga perlakuan yakni perlakuan A (3%), perlakuan B (5%) dan perlakuan C (7%) dapat ditampilkan pada Tabel 1.
Gambar 1. Pertumbuhan Mutlak Panjang Benih Lele Sangkuriang (Clarias sp), selama 10 Hari Pemeliharaan Perlakuan pemberian dosis pakan yang berbeda pada benih lele sangkuriang (Clarias sp), menunjukkan pertumbuhan rata-rata panjang mutlak yang berbeda pula (Gambar 6). Pertumbuhan rata-rata panjang mutlak perlakuan A (3%) sebesar 0,05 cm, perlakuan B (5%) sebesar 0,133 cm dan perlakuan C (7%) sebesar 0,533 cm. Dengan demikian perlakuan pemberian pakan dengan dosis 7% memiliki pertumbuhan rata-rata panjang tertinggi kemudian disusul dengan dosis pakan 5% sedangkan pemberian pakan dengan dosis 3 %, menunjukkan nilai yang terendah. Hal ini sesuai dengan Khairuman dan Amri (2011 : hal 93), menyatakan bahwa pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan. Artinya, pakan yang diberikan jangan sampai tersisa banyak. Jika hal ini terjadi, pakan sisa tersebut akan membusuk dan dapat menurunkan kualitas air. Namun, disarankan pemberian pakan diberikan secara adlibitum atau tidak terbatas selama benih lele masih mau makan. Selanjutnya Khairuman dan

  Amri (2008 : hal 40), juga menyatakan bahwa pakan alami diberikan secara adlibitum (sampai kenyang). Selanjutnya Fauzi (2013 : hal 70), menyatakan bahwa cacing sutera (Tubifex Sp), ini mengandung protein yang cukup tinggi yaitu diatas 50% dan merupakan kandungan gizi yang baik terutama bagi ikan lele pada masa pertumbuhan. Oleh sebab itu dosis pada perlakuan C, sangat memenuhi kebutuhan ikan lele sangkuriang. Sehingga pada perlakuan

  C, memiliki pertambahan panjang yang lebih baik dari perlakuan A dan perlakuan B.

  Hasil analisis sidik ragam panjang menunjukan bahwa pemberian pakan dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) terhadap pertumbuhan panjang. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing

  0,2 0,4 0,6 A B C

  0,05 0,133 0,533

  Ukuran (cm) Perlakuan

Panjang Mutlak

  • – masing perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (Lampiran 5). Hasil Uji BNT diperoleh bahwa pertumbuhan
panjang pada perlakuan C, berbeda sangat nyata pada taraf 5%.

  Pertumbuhan Berat

  Hasil penelitian rata- rata berat mutlak selama 10 hari dapat di lihat pada Gambar 2.

  

Gambar 2. Pertumbuhan Berat Mutlak Selama 10 Hari Pemeliharaan

  Perlakuan pemberian pakan alami cacing sutera (Tubifex sp), dengan dosis yang berbeda pada benih ikan lele sangkuriang (Clarias sp), menunjukkan pertumbuhan rata- rata berat mutlak yang berbeda pula (Gambar 7). Pertumbuhan rata-rata berat mutlak perlakuan A (3%) sebesar 0,005gr, perlakuan B (5%) sebesar 0,006gr dan perlakuan C (7%) sebesar 0,009gr, dengan demikian perlakuan pemberian pakan alami cacing sutera (Tubifex sp), dengan dosis 7% memiliki pertumbuhan rata-rata berat mutlak tertinggi kemudian disusul dengan pemberian pakan alami cacing sutera (Tubifex sp), sedangkan pemberian pakan alami cacing sutera (Tubifex sp), dengan dosis 3% menunjukkan nilai yang terendah.

  Hal ini sesuai dengan Khairuman dan Amri (2011 : hal 93), menyatakan bahwa pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan. Artinya, pakan yang diberikan jangan sampai tersisa banyak. Jika hal ini terjadi, pakan sisa tersebut akan membusuk dan dapat menurunkan kualitas air. Namun, disarankan pemberian pakan diberikan secara adlibitum atau tidak terbatas selama benih lele masih mau makan. Selanjutnya Khairuman dan Amri (2008 : hal 40), juga menyatakan bahwa pakan alami diberikan secara adlibitum (sampai kenyang). Selanjutnya Fauzi (2013 : hal 70), menyatakan bahwa cacing sutera (Tubifex Sp), ini mengandung protein yang cukup tinggi yaitu diatas 50% dan merupakan kandungan gizi yang baik terutama bagi ikan lele pada masa pertumbuhan. Oleh sebab itu dosis pada perlakuan C, sangat memenuhi kebutuhan ikan lele sangkuriang. Sehingga pada perlakuan

  C,

  0,002 0,004 0,006 0,008

  0,01 A B C 0,005

  0,006 0,009 Berat (gr) Perlakuan

  

Berat Mutlak memiliki pertambahan berat yang Laju pertumbuhan harian lebih baik dari perlakuan A dan panjang dan berat selama 10 hari perlakuan B. dengan menggunakan tiga perlakuan

  Hasil analisis sidik ragam berat yakni perlakuan A (3%), perlakuan B (Lampiran 7) menunjukan bahwa (5%) dan perlakuan C (7%) dapat di pemberian pakan dengan dosis yang lihat pada Tabel 5. berbeda memberikan pengaruh yang Tabel 5. Hasil Laju Pertumbuhan berbeda nyata (p < 0,05) terhadap Harian pertumbuhan berat. Selanjutnya

  Rata-Rata Perlakuan

  • – untuk mengetahui pengaruh masing

  Panjang Berat masing perlakuan, dilanjutkan 3 % 0,770 0,006 dengan Uji Lanjut Beda Nyata

  5% 0,853 0,007 Terkecil (Lampiran 8). Hasil Uji

  7% 1,253 0,010 BNT diperoleh bahwa pertumbuhan berat pada perlakuan C, berbeda

  Laju pertumbuhan harian selama 10 sangat nyata pada taraf 5%. hari sesuai perlakuan dapat disajikan pada Gambar

  3. Laju Pertumbuhan Harian

LAJU PERTUMBUHAN BERAT LAJU PERTUMBUHAN PANJANG HARIAN HARIAN

  1,5 0,012 1,253 0,01 0,01 0,007

  0,853 1 0,008 0,77 0,006

  (cm) 0,006

  (gr) 0,5 0,004 0,002

  A B C A B C Perlakuan Perlakuan

  Gambar 3. Laju Pertumbuhan Harian Perlakuan pemberian pakan alami cm/hari, 0,853 cm/hari dan paling cacing sutera (Tubifex sp), dengan rendah pada dosis 3%yaitu 0,77 dosis yang berbeda pada benih ikan cm/hari. Selanjutnya laju lele sangkuriang (Clarias sp), pertumbuhan berat tubuh harian

  • – menunjukkan pertumbuhan rata tertinggi ditunjukkan pada pemberian rata berat mutlak yang berbeda pula pakan dengan dosis 7%. dilanjutkan (Gambar 8). Laju pertumbuhan dengan pemberian pakan dengan harian panjang tertinggi ditunjukkan dosis 5% dan yang terendah yakni pada pemberian pakan dengan dosis pada pemberian pakan dengan dosis 7% dilanjutkan dengan pemberian 3 % masing-masing berturut
  • – turut pakan dengan dosis 5% masing- 0, gr/hari; 0,01 gr/hari 0,007 gr/hari masing berturut - turut 1,253 dan 0,006 gr/hari.
Lele sangkuriang umumnya merupakan jenis karnivora yang lebih memilih makanan yang bergerak, dan berasal dari hewan karena lele sangkuriang lebih ke sifat karnivora. Pemberian pakan alami pada umur pendederan, karena bukaan mulut benih lele sangkuriang belum sesuai dengan besarnya pakan pellet selain itu juga Khairuman dan A. Khairul (2008: hal 40) menyatakan selama masa pemeliharaan larva diberi makanan tambahan yang jenis dan ukurannya disesuaikan dengan umur dan ukuran ikan yang di pelihara. Pada minggu pertama diberikan pakan alami berupa cacing sutera (Tubifex sp).

  Pemberian pakan alami 3%, 5% dan 7 % ini, lele sangkuriang lebih cepat tumbuh pada pemberian pakan dengan dosis 7%. Hal ini sesuai dengan Khairuman dan Amri (2011 : hal 93), menyatakan bahwa pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan. Artinya, pakan yang diberikan jangan sampai tersisa banyak. Jika hal ini terjadi, pakan sisa tersebut akan membusuk dan dapat menurunkan kualitas air. Namun, disarankan pemberian pakan diberikan secara adlibitum atau tidak terbatas selama benih lele masih mau makan. Selanjutnya Khairuman dan Amri (2008 : hal 40), juga menyatakan bahwa pakan alami diberikan secara adlibitum (sampai kenyang). Selanjutnya Fauzi (2013 : hal 70), menyatakan bahwa cacing sutera (Tubifex Sp), ini mengandung protein yang cukup tinggi yaitu diatas 50% dan merupakan kandungan gizi yang baik terutama bagi ikan lele pada masa pertumbuhan.

  Selain itu Fauzi (2013: hal 25 ), menyatakan bahwa lele mempunyai sifat yang sangat rakus terhadap makanannya. Tak jarang pada pembudidayaannya muncul sifat kanibalisme. Jika pada pembudidayaannya pemberian pakan tersebut kurang dari takarannya, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kanibalisme. Pemberian pakan alami 5% lebih baik dari pemberian pakan alami dengan dosis 3% karena 3% lebih sedikit dari pada yang 5% dan 7%. Selain itu juga ikan lele sangkuriang (Clarias sp) memiliki sifat nocturnal dimana ikan ini aktif pada malam hari. Sehingganya pada dosis 3% dapat dikatakan kekurangan artinya tidak dapat memenuhi kebutuhan ikan untuk aktivitas malamnya oleh karena itu akan terjadi persaingan makan sehingga membuat pertambahan panjang dan berat tidak seragam. Perbedaan ukuran pada suatu wadah sangat di pengaruhi oleh perberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan selanjutnya di nyatakan oleh Khairuman dan A. Khairul (2008 ), bahwa ikan lele sangkuriang memiliki sifat kanibalisme. Oleh sebab itu harus di lakukan penyortiran ukuran pada setiap minggunya. Ini disebabkan oleh kurangnya pakan yang diberikan sehingga mereka harus bersaing bahkan saling melukai untuk mendapatkan makanan. Berdasarkan pernyataan tersebut di anjurkan untuk pemberian pakan alami itu harus diberikan secara ad libitum (Sampai Kenyang). Sehingga tidak akan tidak terjadi persaingan makanan yang akan menyebabkan kanibalisme yang mengakibatkan mortalitas sangat tinggi. selain itu jika di bandingkan dengan pakan buatan pakan alami memiliki nutrisi yang cukup baik untuk pertumbuhan. karena pemberian jenis pakan yang tepat dan mengandung nutrisi merupakan pendukung dalam pertumbuhan. Sesuai dengan Dharmawan (2013 : hal iii), menyatakan bahwa pakan yang diberikan harus berkualitas.

  Sintasan

  Sintasan benih ikan lele sangkuriang (Clarias sp), pada akhir pengamatan dapat di lihat pada Gambar 4 berikut.

  Gambar 4. Sintasan Gambar di atas menunjukkan bahwa sintasan selama pengamatan dengan menggunakan pakan alami cacing sutera (Clarias sp), dengan dosis yang berbeda diperoleh sebesar masing-masing perlakuan A (25%), B (42,67%), dan perlakuan C (70%). Dilihat dari perolehan sintasan di atas maka, permasalahan yang dihadapi di Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT), adalah manajemen pemberian pakan yang kurang baik. Oleh sebab itu sintasan hanya mencapai 25% hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian pakan alami pada pendederan satu sebaiknya diberikan semaximal mungkin sehingga tidak terjadinya persaingan makanan, dan perbedaan ukuran benih ikan. Karena kedua masalah ini akan mengakibatkan mortalitas dalam jumlah yang cukup besar bahakan dapat mencapai 75%. Hal ini sesuai dengan Dharmawan (2013 : hal 93), menyatakan bahwa pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan. Artinya, pakan yang diberikan jangan sampai tersisa banyak. Jika hal ini terjadi, pakan sisa tersebut akan membusuk dan dapat menurunkan kualitas air. Namun, disarankan pemberian pakan diberikan secara adlibitum atau tidak terbatas selama benih lele masih mau makan. Selain itu Fauzi (2013: hal 25), menyatakan bahwa lele mempunyai sifat yang sangat rakus terhadap makanannya. Tak jarang pada pembudidayaannya muncul sifat kanibalisme. Jika pada pembudidayaannya pemberian pakan tersebut kurang dari takarannya, maka tidak menutup kemungkinan

  50 100 A B C

  25 42,67

  70 (%) Perlakuan

  

SINTASAN

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

  Pemberian pakan alami cacing sutera (Tubifex Sp), dengan dosis yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan lele sangkuriang, namun dari ketiga perlakuan yang dilakukan selama penelitian, perlakuan c yang merupakan perlakukan tebaik.

  Kualitas air selama pemeliharaan masih dalam taraf yang cukup

  e.

  Hasil Uji F untuk panjang sebesar 33,27. Nilai F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf 5% dan taraf 1% sehingga perlakuan berpengaruh sangat nyata. Begitu pula pada Hasil Uji F untuk berat sebesar 26,47. Nilai F hitung lebih besar pada taraf 5% dan 1 % sehingga perlakuan berpengaruh sangat nyata.

  d.

  Tingkat kelangsungan hidup tertinggi mencapai 70% untuk perlakuan C dan 42,67% untuk perlakuan B dan dan 25% untuk perlakun A.

  c.

  Berat akhir rata-rata untuk masing-masing perlakuan yaitu perlakuan A sebesar 0,006 gr , perlakuan B sebesar 0,007 gr dan perlakuan C mencapai 0,01 gram dari berat awal tebar sebesar 0,001 gram.

  b.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a.

  akan terjadi kanibalisme. Pemberian pakan alami 5% lebih baik dari pemberian pakan alami dengan dosis 3% karena 3% lebih sedikit dari pada yang 5% dan 7%. Selanjutnya Khairuman dan Amri (2008 : hal 41), menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman pembudidaya di beberapa daerah, tingkat kelangsungan hidup (SR) benih pada kegiatan pendederan dalam bak bisa mencapai 80% dari larva yang ditebar. Itu artinya jumlah benih yang mengalami kematian selama pemeliharaan sekitar 20%. Oleh sebab itu dosis pada perlakuan C, memiliki kelangsungan hidup lebih baik dari Perlakuan A dan Perlakuan B.

  C, pH 6,6-7,8, dan DO 4,4-5,6 ppm. Khairuman dan Amri (2011 : hal 10) menyatakan bahwa ikan lele memiliki sifat yang tahan terhadap kekurangan air dan kekurangan oksigen karena memiliki alat pernapasan tambahan (labyrinth). Sehingga ikan lele dapat dibudidayakan diperairan yang kualitas airnya buruk. Walaupun ikan lele tergolong ikan yang toleran terhadap kondisi lingkungan air yang buruk tapi untuk memperoleh pertumbuhan yang baik maka kualitas airnya juga harus tetap diperhatikan.

  o

  o

  Adapun nilai kualitas air yang masih pada taraf yang cukup baik yaitu suhu berkisar 28

  50% dari jumlah air yang ada dalam masing-masing wadah dibuang dan ditambahkan dengan air bersih yang baru sehingga sisa-sisa pakan dan kotoran yang masih tertinggal didasar wadah dibuang ataupun dikeluarkan.

  2 ) yang dilakukan setelah

  Pada penelitian ini juga diukur kualitas air, hanya saja pengukuran kualitas air dilakukan 3 kali selama pemeliharaan 10 hari. Pengukuran kualitas air meliputi pengukuran suhu, pH dan kandungan oksigen terlarut (O

  Kualitas Air

  • – 31,6
  • – 31,6

  baik yaitu suhu berkisar 2,8

  Jakarta. Lingga, P dan H. Susanto. 1989.

  Pembenihan Lele di Kolam Terpal . Agromedia Pustaka.

  Jakarta. . 2012b.

  Pembenihan Lele 21 Hari Balik Modal . Agromedia

  Pustaka. Jakarta. Khairuman., Amri, K., dan

  Shihombing, T. 2008. Peluang

  Usaha Budidaya Cacing Sutra. Agromedia Pustaka.

  Budidaya Ikan Air Tawar.

  Usaha dan Teknik Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias sp).

  Penebar Swadaya. Jakarta. Mujiman, A., 2008. Makanan Ikan.

  Penebar Swadaya. Jakarta Muktiani. 2011. Budidaya Lele Sangkuriang di Kolam Terpal .

  Pustaka Paru Press. Yogyakarta

  Naue, Trisnadyah H. 2011. Pengaruh

  Frekuensi Pemberian Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Snagkuriang (Clarias

  Sp). Skripsi. Prodi Budidaya Perairan Jurusan Teknologi Perikanan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo Wibowo, Kesit Tisna. 2012.

  Mendongkrak Produksi Lele dengan Sistem Padat Tebar Tinggi . Agromedia. 2012

  Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. . 2012a.

  Tanggerang. . 2008b Peluang

  o

  Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pemberian pakan dengan jenis pakan yang berbeda dengan menggunakan dosis dan frekwensi yang seragam untuk mengetahui pengaruh pada laju pertumbuhannya pada jenis ikan yang sama.

  o

  C, pH 6,6-7,8, dan DO 4,4- 5,6 ppm.

  SARAN

  Adapun yang menjadi saran yaitu sebagai berikut : a.

  Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan metode yang berbeda.

  b.

DAFTAR PUSTAKA

  Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi . Agromedia Pustaka.

  Dharmawan, Bagas.2013. Usaha Pembutn Pakan Ikan konsumsi .

  Purnomo dan Ahmad, Z. 2005.

  Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan . Masyarakat

  Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar. Darseno, SP. 2013. Budidaya Lele.

  Agromedia. Jakarta Djarijah, A.S. 1995. Pakan Alami Ikan . Penerbit Kanisius.

  Yogyakarta. Fauzi, Faisal Nur. 2013. Pasti Panen

  Lele . Sahabat. Klaten Ghufran, M. dan H. Kordi K., 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal . Lily Publisher.

  Yogyakarta Khairuman dan Amri, K. 2008a.

  Puataka Baru Press. Yogyakarta. Cholik, F., Ateng, G.J., R.P.

  

LEMBAR PENGESAHAN

ARTIKEL JURNAL

PENGARUH PEMBERIAN CACING SUTERA (Tubifex sp) DENGAN

DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN

  

LELE SANGKURIANG (Clarias sp), di BALAI PENGEMBANGAN

BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR (BPBIAT) PROVINSI GORONTALO

OLEH :

YURNANINGSIH ADAM

  

NIM. 631 409 022

MENGETAHUI