Ekologi Nyamuk Anopheles spp. Di Kecamatan Lengkiti, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan Tahun 2004-2015

SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 27-36
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6167.27-36

Ekologi Nyamuk Anopheles … (Vivin dan Ni’mah)

EKOLOGI NYAMUK Anopheles spp. DI KECAMATAN LENGKITI,
OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN TAHUN 2004-2015
Vivin Mahdalena1*, Tanwirotun Ni’mah1
1

Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Baturaja
Jl. Ahmad Yani Km 7 Kemelak Baturaja, Sumatera Selatan 32111

Abstract
Malaria still remains a public health problem in Indonesia. Lengkiti Subdistrict in Ogan Komering
Ulu (OKU) is a malaria endemic area, has the highest malaria cases among other subdistricts in
OKU Regency in 2010. The optimal malaria control requires local entomological data
especially the species of Anopheles spp. and their behavior or vector bionomics. The method
used in this article is to use the literature study through books, articles, and scientific journals
from 2004 to 2015. The species of Anopheles spp. that found in Lengkiti subdistrict were
Anopheles aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An. schueffneri,

An. vagus, An. umbrosus, An. philippinensis, An. maculatus, An. minimus, An. flavirostris, An.
leucosphyrus group, An. sinensis and An. barbumbrosus. The breeding habitats of Anopheles
spp. were swamps, ponds, puddles, streams, and ditches or gutters. The puddles that found
including household waste puddle, puddle on the road, puddle of abandoned soil excavation,
and also puddle of tire ruts. The breeding habitats were found in 13 villages of Pajar Bulan,
Bandar Jaya, Segara Kembang, Simpang Empat, Sundan, Umpam, Lubuk Dalam, Sukaraja,
Way Heling, Tihang, Tanjung Lengkayap, Tanjung Agung, and Pagar Dewa.
Keywords: Anopheles, bionomic, malaria, OKU

ECOLOGY OF Anopheles spp. IN LENGKITI SUBDISTRICT,
OGAN KOMERING ULU, SOUTH SUMATERA, 2004-2015
Abstrak
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Kecamatan Lengkiti di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)
merupakan daerah endemis malaria yang memiliki kasus malaria tertinggi dibandingkan dengan
kecamatan lainnya di Kabupaten OKU pada tahun 2010. Pengendalian malaria yang optimal
memerlukan data entomologi setempat terutama yang berkaitan dengan spesies nyamuk
Anopheles spp. dan perilaku atau bionomik vektor. Metode yang digunakan dalam penulisan
adalah dengan menggunakan penelusuran literatur melalui telaah buku, artikel, dan jurnal
ilmiah dari tahun 2004 sampai dengan 2015. Spesies Anopheles spp. yang ditemukan di

Kecamatan Lengkiti yaitu Anopheles aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. kochi, An.
nigerrimus, An. schueffneri, An. vagus, An. umbrosus, An. philippinensis, An. maculatus, An.
minimus, An. flavirostris, An. leucosphyrus group, An. sinensis, dan An. barbumbrosus. Habitat
perkembangbiakan Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti yaitu rawa, kolam,
genangan air, sungai, dan parit atau selokan. Genangan air yang ditemukan berupa genangan
limbah rumah tangga, genangan air di jalan, bekas galian, dan juga genangan bekas roda ban.
Habitat perkembangbiakan ini ditemukan di 13 desa yaitu Pajar Bulan, Bandar Jaya, Segara
Kembang, Simpang Empat, Sundan, Umpam, Lubuk Dalam, Sukaraja, Way Heling, Tihang,
Tanjung Lengkayap, Tanjung Agung, dan Pagar Dewa.
Kata Kunci : Anopheles, bionomik, malaria, OKU
Naskah masuk: tanggal 15 April 2016; Review I: tanggal 16 April 2016 ; Review II: tanggal 17 November 2016; Layak
Terbit: tanggal 21 Desember 2016

27

SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 27-36
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6167.27-36

Ekologi Nyamuk Anopheles … (Vivin dan Ni’mah)


*Alamat korespondensi: v_mna@yahoo.com

PENDAHULUAN
Malaria merupakan salah satu
penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di dunia
terutama di negara-negara berkembang
yang beriklim tropis termasuk Indonesia.
Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka
kematian bayi, balita dan ibu hamil. Setiap
tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia
terinfeksi malaria dan lebih dari satu juta
orang meninggal dunia.1
Malaria
terjadi
karena
adanya
interaksi antara penderita (host) sebagai
sumber infeksi, Plasmodium spp. (agent)
sebagai patogen penyakit, Anopheles spp.

sebagai perantara (vektor) dan faktor
lingkungan yang mendukung terjadinya
penularan. Malaria merupakan penyakit
yang bersifat local specific area karena
kejadian penyakit dan penyebarannya
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, musim,
perilaku masyarakat setempat, serta
perilaku vektor penularnya.2
Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)
termasuk
daerah
endemis
malaria.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten OKU, di Kecamatan Lengkiti
terjadi peningkatan kasus malaria pada
tahun 1997-2002.3 Kecamatan ini memiliki
kasus malaria yang tertinggi dibandingkan
dengan kecamatan lainnya di Kabupaten
OKU pada tahun 2010, yaitu sebesar 1.969

kasus klinis dan 253 kasus positif parasit
malaria
yang
dikonfirmasi
dengan
pemeriksaan mikroskopis dan Rapid
Diagnostic Test (RDT).4 Tahun 2012
terdapat 384 kasus klinis dan 40 kasus
positif malaria dengan angka Annual
Parasite Insidence (API) sebesar 13,02‰.5
Vektor
malaria
yang
sudah
terkonfirmasi di Indonesia meliputi 24
spesies nyamuk yaitu Anopheles aconitus,
An. flavirostris, An. ludlowi, An. sinensis,
An. balabacensis, An. koliensis, An.
maculatus, An. subpictus, An. bancrofti, An.
letifer, An. minimus, An. sundaicus, An.

barbirostris,
An.
leucosphyrus,
An.
nigerrimus, An. vagus, An. farauti, An.
karwari, An. punctulatus, An. umbrosus, An.
tesellatus, An. parangensis, An. kochi, An.
annularis.6 Vektor malaria yang sudah

dikonfirmasi di wilayah Sumatera Selatan
yaitu
An.maculatus,
An.
letifer,
An.sundaicus, dan An. nigerrimus.4,7
Anopheles spp. tersebar dari wilayah
geografi
yang
tidak
sama

yang
menunjukkan perbedaan lokal spesifik. Hal
ini dapat terjadi karena kondisi geografis
yang khas dapat menimbulkan perubahan
sifat hidup dan adaptasi Anopheles spp. di
daerah tersebut. Karena itu, upaya
pengendalian
vektor
malaria
harus
dilakukan sesuai dengan sifat-sifat biologik
dan bionomik Anopheles spp. yang terdapat
di daerah tersebut.8 Pengendalian vektor
dapat optimal bila dilakukan berdasarkan
data entomologi setempat terutama yang
berkaitan
dengan
spesies
nyamuk
Anopheles spp. dan perilaku atau bionomik

vektor.9 Data ini penting sebagai sumber
informasi dalam pengendalian malaria.
Tujuan
penulisan
artikel
ini
menjabarkan
mengenai
keragaman
Anopheles
spp.
dan
habitat
perkembangbiakannya
di
Kecamatan
Lengkiti, Kabupaten OKU, Sumatera
Selatan dari beberapa penelitian yang
pernah dilakukan, sebagai sumber informasi
yang dapat dijadikan dasar dalam

pengendalian Anopheles spp.

METODE
Metode yang digunakan dalam
penulisan adalah dengan menggunakan
penelusuran literatur melalui telaah buku,
artikel, dan jurnal ilmiah dari tahun 2004
sampai dengan 2015.

HASIL
Gambaran Wilayah Kecamatan Lengkiti
Secara
administratif,
Kecamatan
Lengkiti terdiri dari 22 buah desa dengan
luas wilayah sekitar 70000 Ha. Secara
umum, keadaan topografi Kecamatan
Lengkiti meliputi 20 persen tanah datar dan
80 persen tanah berbukit-bukit. Jarak
Kecamatan Lengkiti ke ibukota kabupaten

yaitu Baturaja sekitar 28 Km. Batas-batas
Kecamatan
Lengkiti
adalah
sebagai
berikut10:

28

SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 27-36
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6167.27-36

Ekologi Nyamuk Anopheles … (Vivin dan Ni’mah)

Sebelah Utara:
Kecamatan Sosoh Buay
Rayap; Sebelah Selatan:
Kecamatan
Simpang, Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan; Sebelah Timur: Kawasan Hutan

Omiba; Sebelah Barat: Kecamatan Buay
Runjung, Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan

spesies yaitu An. aconitus, An. annularis,
An. barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus,
An. schueffneri, An. vagus, An. umbrosus,
An. philippinensis, An. maculatus, An.
minimus, An. flavirostris, An. leucosphyrus
group,
An.
sinensis,
dan
An.
barbumbrosus.3,4,11,12

Spesies Anopheles spp. Berdasarkan
Beberapa Metode Penangkapan

Tabel 1 menggambarkan spesies
Anopheles spp. yang ditemukan di
Kecamatan Lengkiti dengan berbagai
metode penangkapan nyamuk dan juga
saat survei larva.

Jenis nyamuk Anopheles spp. yang
ditemukan tersebar di 13 desa dari 22 desa
yang terdapat di Kecamatan Lengkiti ada 15

Tabel 1. Spesies Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti, OKU, Sumatera
Selatan melalui penangkapan nyamuk dan survei larva
No

Metode penangkapan

1.

Penangkapan nyamuk
- Umpan badan orang

2.

Spesies Anopheles yang ditemukan

Desa

An. aconitus, An. annularis, An.
barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus,
An. schueffneri, An. vagus, An.
philippinensis, An. maculatus, An.
leucosphyrus group

Segara Kembang, Simpang
Empat

- Magoon trap

An. aconitus, An. annularis, An.
barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus,
An. schueffneri, An. vagus, An. umbrosus

Segara Kembang

- Light trap

An. aconitus, An. barbirostris, An. kochi,
An. schueffneri, An. vagus

Segara Kembang

- Window trap

An. aconitus, An. vagus

Segara Kembang

- Net trap

An. minimus, An. sinensis, An. kochi, An.
nigerrimus, An. flavirostris, An. vagus,
An. philippinensis, An. maculatus

Simpang Empat

- Resting

An. philippinensis, An. vagus, An. kochi,
An. leucosphyrus group

Simpang Empat

Survei larva

An. aconitus, An. barbirostris, An. kochi,
An. nigerrimus, An. schueffneri, An.
vagus, An. umbrosus, An. philippinensis,
An. barbumbrosus

Simpang Empat, Tanjung
Lengkayap, Tanjung Agung,
Pagar Dewa, Pajar Bulan,
Umpam, Bandar jaya, Lubuk
Dalam, Sundan, Segara
Kembang, Sukaraja, Way
Heling, Tihang

Perilaku Anopheles spp. dan Habitat
Perkembangbiakannya
Tabel 2 menggambarkan perilaku
Anopheles spp. yang ditemukan di

Kecamatan Lengkiti dalam mencari darah,
kesukaan mengisap darah pada berbagai
hospes
dan
tempat
mengisap
darahnya.3,11,12

29

SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 27-36
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6167.27-36

Ekologi Nyamuk Anopheles … (Vivin dan Ni’mah)

Tabel 2. Perilaku Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti, OKU,
Sumatera Selatan
No

Spesies Anopheles

Perilaku

1.

An. aconitus

Puncak mengisap darah pada orang pukul 18.00-20.00, puncak
mengisap darah pada sapi pukul 20.00-22.00, zoofilik, eksofagik

2.

An. nigerrimus

Puncak mengisap darah pada orang pukul 18.00-20.00, puncak
mengisap darah pada sapi pukul 22.00-24.00, antropozoofilik,
eksofagik

3.

An. annularis

Puncak mengisap darah pada orang dan sapi pukul 18.0020.00, antropozoofilik, eksofagik

4.

An. barbirostris

Puncak mengisap darah pada orang pukul 21.00-22.00 dan
pukul 24.00-02.00, puncak mengisap darah pada sapi pukul
18.00-20.00 dan pukul 22.00-24.00, antropozoofilik, eksofagik

5.

An. kochi

Aktivitas mengisap darah pada orang pukul 18.00-19.00, pukul
20.00-22.00, dan pukul 22.00-23.00, aktivitas mengisap darah
pada sapi pukul 18.00-20.00, antropozoofilik, eksofagik,
eksofilik

6.

An. schueffneri

Puncak mengisap darah pada orang pukul 24.00-02.00, puncak
mengisap darah pada sapi pukul 22.00-24.00 dan pukul 02.0004.00, antropozoofilik, eksofagik

7.

An. vagus

Puncak mengisap darah pada orang pukul 18.00-19.00, 20.0022.00, dan pukul 02.00-04.00, puncak mengisap darah pada
sapi pukul 20.00-22.00, antropozoofilik, eksofagik, endofagik,
eksofilik

8.

An. umbrosus

Puncak mengisap darah pada sapi pukul 18.00-20.00, zoofilik

9.

An. maculatus

Aktivitas mengisap darah pada orang pukul 19.00-20.00,
antropozoofilik, eksofagik, endofagik

10.

An. leucosphyrus group

Aktivitas mengisap darah pada orang pukul 05.00-06.00,
antropofilik, endofagik, endofilik

11.

An. philippinensis

Puncak mengisap darah pada orang pukul 19.00-21.00 dan
pukul 23.00-01.00, antropozoofilik, eksofagik, endofagik,
eksofilik, endofilik

12.

An. minimus

Zoofilik

13.

An. sinensis

Zoofilik

14.

An. flavirostris

Zoofilik

Tabel 3 menunjukkan jenis habitat
perkembangbiakan yang ditemukan di
Kecamatan Lengkiti berupa rawa, kolam,
genangan air, sungai, dan parit atau
selokan. Genangan air yang ditemukan
berupa genangan limbah rumah tangga,
genangan air di jalan, bekas galian, dan
juga genangan bekas roda ban.3,4,12
Penelitian yang dilakukan di Desa
Simpang Empat menemukan habitat

perkembangbiakan berupa kolam yang
tidak terawat, kolam pemandian, dan kolam
perendaman
karet.12
Habitat
perkembangbiakan Anopheles spp. ini
ditemukan di 13 desa yaitu Pajar Bulan,
Bandar Jaya, Segara Kembang, Simpang
Empat, Sundan, Umpam, Lubuk Dalam,
Sukaraja, Way Heling, Tihang, Tanjung
Lengkayap,
Tanjung
Agung,
Pagar
Dewa.3,4,12

30

SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 27-36
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6167.27-36

Ekologi Nyamuk Anopheles … (Vivin dan Ni’mah)

Tabel 3. Jenis habitat perkembangbiakan Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan
Lengkiti, OKU, Sumatera Selatan
No

Jenis Habitat
Perkembangbiakan

Desa

1

Rawa

Pajar Bulan, Bandar Jaya, Segara Kembang,
Simpang Empat, Sundan

2

Kolam, Genangan air

Pajar Bulan, Umpam, Lubuk Dalam, Segara
Kembang, Simpang Empat, Sukaraja, Way Heling,
Tihang

3

Sungai, Parit/Selokan

Tanjung Lengkayap, Tanjung Agung, Pagar Dewa,
Lubuk Dalam, Segara Kembang, Simpang Empat,
Sukaraja, Way Heling, Tihang

BAHASAN
Spesies
Anopheles
spp.
yang
ditemukan
di
Kecamatan
Lengkiti
merupakan spesies Anopheles spp. yang
penyebarannya banyak ditemukan di
daerah Sumatera seperti An. aconitus, An.
barbirostris, An. maculatus, An. sinensis,
An. nigerrimus, An. annularis, An. vagus,
dan An. umbrosus.2 Penelitian di Desa
Pondok Mega Jambi Luar, Kota Muaro
Jambi, Jambi, juga menemukan
An.
barbirostris, An. vagus, An. nigerrimus, An.
aconitus, An. kochi, An. umbrosus dan An.
schueffneri.9
Perilaku Anopheles spp. mencari
darah berbeda-beda untuk setiap spesies.
Anopheles spp. mempunyai perilaku
berbeda-beda yang dipengaruhi oleh
lingkungan hidupnya, ada nyamuk yang
lebih menyukai darah manusia daripada
hewan, ada yang lebih suka istirahat atau
mengisap darah di dalam rumah dan ada
pula yang lebih suka di luar rumah, ada
yang aktif mencari darah mulai senja
sampai tengah malam, dan ada pula yang
aktif mulai tengah malam sampai pagi.11
Sebagian
besar
Anopheles
bersifat
krepuskular atau aktif pada waktu senja
atau fajar, atau bersifat nokturnal yang aktif
pada malam hari sehingga aktivitas
mengisap darah nyamuk selalu ada
sepanjang malam.13
Anopheles aconitus yang ditemukan
di Kecamatan Lengkiti bersifat zoofilik
(mengisap darah hewan) dan eksofagik
(mengisap darah di luar rumah). Pada

umumnya An. aconitus betina lebih tertarik
mengisap darah hewan, terutama kerbau
atau sapi daripada manusia. Populasi
nyamuk An. aconitus di daerah yang
kandang ternaknya satu atap dengan orang
atau jumlah ternak relatif sedikit, indeks
darah orang hasil uji presipitin cukup tinggi.
Pada malam hari, hanya sedikit yang
hinggap di dinding rumah, oleh karena
spesies ini hanya masuk untuk mencari
darah dan kemudian langsung keluar.
Habitat perkembangbiakan utama An.
aconitus yaitu di sawah dan saluran irigasi.
Persawahan yang berteras adalah tempat
yang baik untuk perkembangan nyamuk ini.
Larva nyamuk ini juga bisa ditemukan di
tepi sungai yang airnya mengalir perlahan
serta kolam air tawar yang agak alkalis.14
Anopheles
nigerrimus
telah
dikonfirmasi sebagai vektor malaria dan
filariasis. Nyamuk ini banyak ditemukan di
Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
Pertama kali dikonfirmasi sebagai vektor
malaria di Palembang, Sumatera Selatan
pada tahun 1940. Penelitian Saleh (2002)
menjelaskan
bahwa
An.
nigerrimus
ditemukan sepanjang malam disekitar
kandang ternak.15 Hal ini memiliki
kesamaan dengan penelitian di Desa
Segara Kembang pada tahun 2004, An.
nigerrimus tertangkap pada penangkapan
dengan metode umpan hewan ternak
(magoon trap).3
Anopheles
annularis
ditemukan
mengisap darah diluar rumah.3,11 Penelitian
di Desa Karya Makmur, Kabupaten OKU
Timur, Sumatera Selatan juga menemukan
31

SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 27-36
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6167.27-36

An. annularis mengisap darah orang di luar
rumah dengan nilai MHD sebesar 0,01.16
Nyamuk betina An. barbirostris
mengisap darah manusia dan hewan
ternak. Di hutan yang teduh, aktivitas
nyamuk betina mengisap darah sepanjang
hari. Populasi tertinggi pada akhir musim
hujan dan banyak dijumpai di dataran
rendah. Jarak terbang nyamuk ini kurang
dari 0,8 km.17 Aktivitas mengisap darah An.
barbirostris di Kabupaten Sumba Tengah
cenderung eksofagik karena hanya aktif di
luar rumah.8 Perilaku An. barbirostris ini
sama
dengan
yang
ditemukan
di
11,12
Kecamatan Lengkiti.
Anopheles
kochi
menunjukkan
kecenderungan eksofagik. Nyamuk betina
biasanya dijumpai beristirahat di kandang
ternak daripada tempat tinggal manusia.
Kebiasaan mereka beristirahat tergantung
pada lokasi, misalnya nyamuk ini lebih
bersifat eksofilik (beristirahat di luar rumah)
di Jawa Tengah dan endofilik (beristirahat di
dalam rumah) di bagian Selatan Jawa. An.
kochi lebih menyukai habitat yang disinari
matahari langsung, biasanya pada air yang
keruh atau berlumpur, rawa-rawa, mata air,
sawah, kolam, kubangan kerbau, sumur
dan parit.18
Anopheles schueffneri tertangkap
mengisap darah di dalam dan luar rumah.
Spesies
ini
memiliki
kecenderungan
eksofagik. Pola spesies ini mengisap darah
hewan berfluktuasi sampai akhir waktu
penangkapan, sedangkan waktu puncak
mengisap darah pukul 22.00-24.00 dan
pukul 02.00-04.00.11 Larva An. schueffneri
ditemukan di Desa Segara Kembang dan
Simpang Empat.4
Anopheles vagus kebanyakan bersifat
zoofilik, eksofagik dan eksofilik. Spesies ini
sering ditemukan dalam kepadatan yang
tinggi dibandingkan spesies Anopheles lain.
Di daerah yang terdapat ternak, An. vagus
biasanya ditemukan dalam jumlah yang
lebih banyak beristirahat di kandang ternak,
misalnya di Jawa tengah.18
Anopheles
maculatus
dewasa
umumnya berada di luar rumah dan
kandang ternak, kadang-kadang masuk ke
dalam rumah dan segera keluar sesudah
mengisap darah.17 Perilaku ini sama dengan

Ekologi Nyamuk Anopheles … (Vivin dan Ni’mah)

yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti.12
Aktivitas mengisap darah An. maculatus di
dalam dan luar rumah juga terjadi di Desa
Sukaraja dan Desa Simpang Tiga
Kabupaten
OKU
Selatan,
Sumatera
Selatan. An. maculatus sudah dikonfirmasi
sebagai vektor malaria di Jawa dan
Sumatera.19
Anopheles
minimus
ditemukan
mengisap darah di luar rumah di Desa
Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi
Aceh,
dengan
nilai
MHD
0,02
nyamuk/orang/jam dan MBR 0,01 per orang
per malam. Aktivitas mengisap darah
nyamuk ini dari pukul 01.00-03.00.20
Perilaku ini berbeda dengan yang
ditemukan di Kecamatan Lengkiti, An.
minimus ditemukan mengisap darah
hewan.12 An. minimus betina di Indonesia
lebih tertarik mengisap darah manusia
dibandingkan darah hewan. Jenis nyamuk
ini ditemukan di daerah kaki perbukitan.14
Anopheles
sinensis
merupakan
nyamuk yang beristirahat dan mengisap
darah di luar rumah, yang berkembang biak
di berbagai macam jenis air dan mempunyai
sejumlah tempat peristirahatan seperti
sawah, tumpukan jerami, dan vegetasi
dataran rendah.21 An. sinensis yang
dikonfirmasi menjadi vektor di Aceh tidak
ditemukan mengisap darah manusia dan
ditemukan hanya 2 individu dari seluruh
populasi nyamuk yang ditangkap di Desa
Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi
Aceh. Nyamuk ini tertangkap di dalam dan
luar rumah, sedangkan di Kecamatan
Lengkiti nyamuk ini hanya ditemukan
mengisap darah hewan.12,20
Anopheles
flavirostris
menyukai
daerah lereng atau lembah, perairan sungai
yang sedikit air dan tidak dalam, dan
kadang-kadang kondisi habitat ternaung
sebagai habitat perkembangbiakannya.
Nyamuk dewasanya menyukai darah
manusia maupun hewan ternak.17 An.
flavirostris adalah nyamuk yang biasanya
berada di kaki gunung. Di Jawa, nyamuk ini
bisa ditemukan di daerah hutan atau juga di
kolam.22
Anopheles philippinensis lebih suka
mengisap darah hewan ternak, tetapi juga
suka mengisap darah manusia.23 Perilaku
nyamuk ini sama dengan yang ditemukan di
32

SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 27-36
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6167.27-36

Kecamatan
zoofilik.12

Lengkiti,

lebih

cenderung

Anopheles umbrosus merupakan
nyamuk yang lebih senang mengisap darah
manusia daripada hewan. Nyamuk ini
banyak ditemukan aktif mengisap waktu
siang daripada malam di dalam hutan.
Habitat
perkembangbiakannya
di
genangan-genangan air di dalam hutan
yang terlindung dari sinar matahari
langsung dan rawa-rawa. Di Indonesia,
dijumpai pula di sungai yang mengalir
perlahan di dalam hutan.14
Anopheles
leucosphyrus
group
merupakan vektor alami malaria pada kera
di Malaya, yang juga merupakan vektor
malaria manusia. Kelompok nyamuk ini
yang kemungkinan terbesar penghubung
antara malaria manusia dan kera di Asia
Tenggara.24 Di Sumatera dan Kalimantan,
An. leucosphyrus group terdiri dari An.
balabacensis, An. leucosphyrus, dan An.
puyutensis.25
Anopheles barbumbrosus ditemukan
di
Desa
Simpang
Empat
melalui
penangkapan
larva.
Larva
An.
barbumbrosus ini ditemukan di rawa dan
kolam pemandian.12 An. barbumbrosus
termasuk salah satu nyamuk hutan.
Nyamuk ini menyerang manusia pada
tempat dengan ketinggian 760-1.370 m dari
permukaan laut.26 An. barbumbrosus
menunjukkan
kecenderungan
zoofilik.
Nyamuk betinanya lebih senang beristirahat
di kandang ternak daripada permukiman
manusia. Aktivitas mengisap darahnya lebih
banyak di luar ruangan daripada di dalam
ruangan. Larva An. barbumbrosus lebih
menyukai habitat yang mendapat sinar
matahari langsung maupun tidak langsung,
kolam air tergenang, genangan-genangan
di sepanjang tepi sungai dan sawah.18
Hasil penangkapan nyamuk di
Kecamatan Lengkiti menemukan Anopheles
spp. lebih banyak tertangkap di luar rumah
dan cenderung zoofilik.3,11,12 Nyamuk
Anopheles spp. lebih menyukai mengisap
darah di luar bangunan (eksofagik) dan
istirahat di dalam bangunan (endofilik).9
Menurut Zainul Syachrial, et al., (2005),
kondisi
lingkungan
berperan
dalam
banyaknya jumlah nyamuk yang tertangkap
di luar rumah dibandingkan di dalam rumah,

Ekologi Nyamuk Anopheles … (Vivin dan Ni’mah)

yaitu kondisi lingkungan fisik, kondisi
lingkungan biologik, dan kondisi lingkungan
sosial, ekonomi dan budaya.16 Umumnya
vektor malaria di Indonesia mempunyai sifat
perilaku zoofilik dan sedikit antropofilik yang
berbeda untuk setiap daerah endemis.27
Nyamuk Anopheles dalam mencari mangsa
bersifat heterogen, artinya tidak ada
Selektivitas hospes untuk mendapatkan
mangsa sebagai sumber darah. Nyamuk
sangat adaptif dan cepat mencari mangsa
pengganti, apabila hospes pilihan tidak
dijumpai di lingkungannya. Kesukaan
nyamuk terhadap hospes salah satu
diantaranya dikarenakan adanya perbedaan
genetik,
tetapi
tersedianya
inang
memegang peranan penting bahkan turut
menentukan sifat antropofilik dan zoofilik di
suatu daerah.28
Anopheles spp. yang ditemukan di
Kecamatan Lengkiti cukup banyak jenisnya.
Dari beberapa jenis tersebut ada yang
sudah menjadi tersangka vektor malaria di
beberapa tempat. An. balabacensis sudah
terbukti sebagai vektor di Banjarnegara.29
An. maculatus sudah dikonfirmasi sebagai
vektor malaria di Jawa dan Sumatera. An.
nigerrimus merupakan spesies vektor
malaria di Sumatera Selatan.19 An.
barbirostris telah dikonfirmasi sebagai
vektor di Nusa Tenggara Timur. An.
aconitus terbukti sebagai vektor di daerah
Pulau Jawa, Bali dan Sulawesi Tengah.8,17
Banyaknya penemuan Anopheles
dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik,
kimia dan biologi. Nyamuk akan bertahan
jika
lingkungannya
optimal,
maka
perkembangbiakannya akan cepat dan
memperbesar kontak dengan manusia
sehingga berdampak pada resiko penularan
semakin besar.30

KESIMPULAN
Berdasarkan literatur yang ditelaah,
dapat diambil kesimpulan Anopheles spp.
yang ditemukan di Kecamatan Lengkiti,
Kabupaten OKU, Sumatera Selatan yaitu
Anopheles aconitus, An. annularis, An.
barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An.
schueffneri, An. vagus, An. umbrosus, An.
philippinensis, An. maculatus, An. minimus,

33

Ekologi Nyamuk Anopheles … (Vivin dan Ni’mah)

SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 27-36
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6167.27-36

An. flavirostris, An. leucosphyrus group, An.
sinensis, dan An. barbumbrosus.

Habitat perkembangbiakan Anopheles
spp. yang ditemukan di Kecamatan
Lengkiti, Kabupaten OKU, Sumatera
Selatan yaitu rawa, kolam, genangan air,
sungai, dan parit atau selokan. Genangan
air yang ditemukan berupa genangan
limbah rumah tangga, genangan air di jalan,
bekas galian, dan juga genangan bekas
roda ban. Habitat perkembangbiakan ini
ditemukan di 13 desa yaitu Pajar Bulan,
Bandar Jaya, Segara Kembang, Simpang
Empat, Sundan, Umpam, Lubuk Dalam,
Sukaraja, Way Heling, Tihang, Tanjung
Lengkayap, Tanjung Agung, Pagar Dewa.

DAFTAR PUSTAKA
1

2

3

4

5

Ariati J, Ibrahim I.N., Perwitasari, D.
Sebaran habitat perkembangbiakan
larva Anopheles spp. di Kecamatan
Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur,
Provinsi
Maluku.
Jurnal
Ekologi
Kesehatan. 2014. 13(1): 10-22.
Ipa M. dan Astuti E. P. Anopheles spp.,
vektor malaria yang bersifat lokal
spesifik area. Dalam: Heni P. dan
Lukman H. (editor). Fauna Anopheles.
Surabaya: Health Advocacy. 2013:115129.
Taviv Y. Fauna nyamuk di Desa Segara
Kembang Kecamatan Lengkiti, Ogan
Komering Ulu, Sumatera Selatan.
Buletin Loka Litbang P2B2 Baturaja.
2004;1(1):15-23.
Ritawati dan Yahya. Distribusi spasial
malaria
di
Kecamatan
Lengkiti
Kabupaten
Ogan
Komering
Ulu
Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2011. Jurnal Pembangunan Manusia.
2012. 6(1): 33-43.
Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu.
Laporan
Period
Tahunan
Hasil
Kegiatan IIMCR6-GF Malaria Project.
Baturaja. 2012.

6

Direktorat
Pengendalian
Penyakit
Bersumber Binatang. Epidemiologi
Malaria di Indonesia. Buletin Jendela
Data dan Informasi Kesehatan. 2011.
Triwulan I.

7

Santoso dan Taviv Y. Keragaman
Anopheles di Desa Sungai Tuhu dan
Desa Purwodadi Oku Timur Tahun
2012. Jurnal Pembangunan Manusia.
2013. 7(2): 65-78.

8

Adnyana NW.D. Beberapa aspek
bionomik Anopheles spp. di Kabupaten
Sumba
Tengah,
Provinsi
Nusa
Tenggara
Timur.
Media
Litbang
Kesehatan. 2011. 21(2): 62-70.

9

Prasetyowati H. dan Yuliasih Y.
Anopheles dan peranannya sebagai
vektor penyakit malaria di beberapa
daerah di Indonesia. Dalam: Heni P.
dan Lukman H. (editor). Fauna
Anopheles.
Surabaya:
Health
Advocacy. 2013:1-21.

10 Badan Pusat Statistik. Lengkiti dalam
Angka
2014.
Kabupaten
Ogan
Komering Ulu. 2014.
11 U’din. Studi perilaku mengisap darah
Anopheles spp. di Desa Segara
Kembang
Kecamatan
Lengkiti
Kabupaten
Ogan
Komering
Ulu
Sumatera Selatan [Tesis] Bogor: Institut
Pertanian Bogor. 2005.
12 Mahdalena V, Hapsari N, Ni’mah T,
Emawati. Studi keragaman nyamuk
Anopheles spp. di Desa Simpang
Empat, Kecamatan Lengkiti, Kabupaten
Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera
Selatan. [Laporan Akhir Penelitian
Risbinkes 2014] Baturaja: Loka Litbang
P2B2 Baturaja. 2014.
13 Hasyim H, Camelia A, Fajar NA.
Determinan kejadian malaria di wilayah
endemis. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. 2014. 8(7): 291-294.
14 Kementerian Kesehatan RI. Pedoman
Survei
Entomologi
Malaria
dan
34

SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 27-36
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6167.27-36

Pedoman Vektor Malaria di Indonesia.
Direktorat Jenderal PP dan PL
Direktorat
Pengendalian
Penyakit
Bersumber Binatang Sub Direktorat
Pengendalian Vektor. Jakarta. 2013.
15 Fuadzy H. dan Marina R. Karakteristik
Anopheles nigerrimus Giles sebagai
vektor malaria. Dalam: Heni P. dan
Lukman H. (editor). Fauna Anopheles.
Surabaya: Health Advocacy. 2013:5161.
16 Supranelfy Y, Sitorus H, Pahlepi RI.
Bionomik nyamuk Mansonia dan
Anopheles di Desa Karya Makmur,
Kabupaten OKU Timur. Jurnal Ekologi
Kesehatan. 2012. 11(2): 158-166.
17 Kementerian Kesehatan RI. Atlas
Vektor Penyakit di Indonesia. Seri 1.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit. Salatiga. 2011.
18 Elyazar IRF, Sinka ME, Gething PW,
Tarmidzi SN, Surya A, Kusriastuti R. et
al. The distribution and bionomics of
Anopheles malaria vector mosquitoes
in Indonesia. In: Advances in
parasitology.
Vol. 83 (ed. Daviv
Rollinson). London: Academic Press.
2013. pp. 173-266.
19 Ambarita LP, Taviv Y, Purnama D,
Betriyon, Pahlepi RI, Saikhu A.
Beberapa Aspek bionomik Anopheles
maculatus dan An. leucosphyrus di
perkebunan kopi daerah endemis
malaria Kabupaten Oku Selatan. Jurnal
Ekologi Kesehatan. 2011. 10(4): 229238.
20 Muhammad R, Soviana S., Hadi UK.
Keanekaragaman
Jenis
dan
Karakteristik
Habitat
Nyamuk
Anopheles spp. di Desa Datar Luas,
Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh.
Jurnal Entomologi Indonesia. 2015.
12(3): 139-148.
21 Ren Z, Wang D, Hwang J, Bennett A,
Sturrock HJW, Ma A, et al. Spatial-

Ekologi Nyamuk Anopheles … (Vivin dan Ni’mah)

temporal
variation
and
primary
ecological
drivers
of
Anopheles
sinensis human biting rates in malaria
Epidemic-Prone Regions of China.
2015. PLoS ONE 10(1):e0116932.
doi:10.1371/journal.pone.0116932
22 Mandagi C, Masalamate RP, Rompis
HA.
Analisis
bionomik
nyamuk
Anopheles di Desa Ranoketang Tua
Kecamatan
Amurang
Kabupaten
Minahasa
Selatan
Tahun
2011.
[internet]. 2015. [Diakses 10 Februari
2016].
Tersedia
di
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/
article/download/7233/6741.
23 Klein TA, Harrison BA, Malikul S.
Entomological evaluations of human
malaria transmission in a Village Rice
Field Scenario on the Korat Plateau of
Thailand [internet]. [Diakses 31 Oktober
2014]. Tersedia di: www. afrims. org/
weblib/ eapr/ 1980/ APR8OP243245.pdf.
24 Wijayanti T. Malaria Sebagai Penyakit
Zoonosis. Balaba. 2012. 8(2): 46-50.
25 Departemen Kesehatan RI. Kunci
Bergambar
Nyamuk
Anopheles
Dewasa
di
Sumatera-Kalimantan.
Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta. 2000.
26 Suwito A. Nyamuk (Diptera:Culicidae)
Taman
Nasional
Boganinani
Wartabone,
Sulawesi
Utara:
Keragaman, Status dan Habitatnya.
Zoo Indonesia. 2008. 17(1): 27-34.
27 Nizar M, Suwandono A, Taviv Y.
Epidemiologi Malaria. Public Health
Press. 2013.
28 Munif A. Nyamuk Vektor Malaria dan
Hubungannya
dengan
Aktivitas
Kehidupan Manusia di Indonesia.
Aspirator. 2009. 1(2): 94-102
29 Widyastuti U. Inkriminasi Vektor Malaria
dan Identifikasi Pakan Darah pada
Nyamuk Anopheles spp. di Kecamatan
35

SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 27-36
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6167.27-36

Borobudur,
Kabupaten
Vektora. 2013. 5(1): 18-27.

Ekologi Nyamuk Anopheles … (Vivin dan Ni’mah)

Magelang.

30 Pratama GY. Nyamuk Anopheles sp.
dan Faktor yang Mempengaruhi di
Kecamatan
Rajabasa,
Lampung
Selatan. Jurnal Majority. 2015. 4(1): 2027.

36

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5