Tata Laksana Kusta – Sri Linuwih Menaldi
Tata Laksana
Kusta
Sri Linuwih Menaldi
Divisi Infeksi
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FKUI RSCM
Gambar MH PB
Gambar MH MB
Introduksi (1)
• Prinsip tata laksana kusta, terdiri atas:
– Tata laksana medikamentosa
disesuaikan dengan tipe kusta Pausibasiler
(PB) dan Multibasiler (MB)
– Tata laksana non-medikamentosa
Introduksi (2)
• Hal yang perlu diingat:
– Jika apusan kulit positif (BTA +), tata laksana sesuai
dengan MDT (Multidrug Therapy) MB
– Pasien MB tidak boleh mendapatkan regimen MDT
PB
– Jika diagnosis tidak jelas, tata laksana dengan regimen
MDT MB
– Kontrol setiap bulan untuk evaluasi reaksi kusta,
reaksi terhadap obat, dan komplikasi lainnya.
URAIAN
TENTANG OBAT
Rifampisin – DDS – Klofazimin – Minosiklin – Ofloksasin
Rifampisin (1)
• Grup: agen antimikroba
• Informasi umum:
– Larut dalam lemak
– Setelah pemberian per oral, secara cepat
diabsorbsi dan didistribusikan ke jaringan
– Mudah mengalami resistensi sehingga pemberian
harus dikombinasikan dengan antimikroba lain
Rifampisin (2)
• Informasi klinis:
– Kegunaan: terapi kusta MB dan PB
– Kontraindikasi: hipersensitivitas, disfungsi hepar
– Perhatian: diperlukan pengawasan terhadap
fungsi hati pada lansia, penyakit hepar, dan
pasien dengan ketergantungan alkohol. Dapat
menyebabkan urin, air mata, air liur, dan sputum
berwarna merah
Rifampisin (3)
– Efek samping: gejala gastrointestinal, ruam kulit,
demam, trombositopenia, influenza like syndrome,
peningkatan konsentrasi bilirubin dan enzim
transaminase
– Interaksi obat: kortikosteroid, kontrasepsi oral,
agen hipoglikemik oral, fenitoin, simetidin,
siklosporin, kuinidin
– Absorbsi berkurang bila dikonsumsi bersama
antasida
Dapson (1)
• Grup: agen antikusta
• Informasi umum:
–
–
–
–
Disebut juga sebagai DDS
Bersifat bakteriostatik
Mulai ditemukan resistensi terhadap Dapson
Setelah absorbsi, dapson didistribusikan
secara luas ke seluruh tubuh, dan bertahan di
kulit, otot, ginjal, serta hepar.
Dapson (2)
Informasi klinis
Kegunaan: obat kusta MB dan PB
Kontraindikasi: anemia berat, hipersensitivitas
terhadap sulfon
Perhatian: dapson dapat menyebabkan hemolisis
terutama pada pasien defisiensi G6PD
Dapson (3)
Efek samping: gejala gastrointestinal berupa iritasi
lambung
Reaksi lain yang lebih jarang: sakit kepala, cemas,
dan insomnia
Interaksi obat: pemberian klofazimin, dapson, dan
rifampisin secara bersamaan dapat menurunkan
absorbsi rifampisin dan meningkatkan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kadar plasma maksimal
Klofazimin (1)
• Grup: agen antimikroba
• Informasi umum:
– Aktivitas antimikroba dan antiinflamasi
– Bakterisidal lemah terhadap M. leprae
– Aktivitas antimikroba di manusia tampak
setelah pajanan terus menerus selama 50 hari
– Jarang terjadi resistensi
Klofazimin (2)
Informasi klinis:
Kegunaan:
untuk tata laksana MDT MB,
terapi alternatif pada reaksi kusta tipe 2
Perhatian: diperlukan pengawasan terhadap pasien
dengan penyakit gastrointestinal dan hepar
Efek samping:
▪ pewarnaan kulit, rambut, kornea, konjungtiva, keringat, air
mata, sputum, feses, dan urin yang bersifat reversibel
▪ Gejala gastrointestinal: nyeri, mual, muntah, dan diare
Minosiklin (1)
• Grup: agen antimikroba
• Informasi umum:
– Tetrasiklin semisintetik
– Bersifat bakterisidal: menghambat sintesis
protein.
– Absorbsi terutama pada lambung dan usus halus
– Diekskresikan melalui urin dan feses
Minosiklin (2)
Informasi klinis
Kegunaan: kusta PB lesi tunggal, tata laksana pada
pasien kusta MB yang tidak dapat mengonsumsi
rifampisin atau klofazimin
Kontraindikasi: hipersensitivitas, gangguan ginjal
berat, kehamilan, dan anak-anak. Tidak boleh
diberikan bersamaan dengan antasida atau garam besi
Perhatian: evaluasi fungsi hati sebelum pemberian.
Dapat terjadi fotosensitasi
Minosiklin (3)
– Efek samping: gangguan vertibular, gangguan
gastrointestinal, reaksi fototoksik
– Interaksi obat: antasida, garam kalsium, dan obat
untuk tukak lambung dapat menurunkan absorbsi
minosiklin. Obat antiepilepsi dapat meningkatkan
metabolisme minosiklin
Ofloksasin (1)
Grup: agen antimikroba
Informasi umum:
Merupakan fluorokuinolon sintesis yang bekerja sebagai inhibitor
DNA gyrase bakteri
Diabsorbsi secara cepat pada gastrointestinal
Informasi klinis:
Kegunaan: kusta PB dengan lesi tunggal, tata laksana pasien kusta
MB yang tidak dapat mengonsumsi rifampisin atau menolak
mengonsumsi klofazimin
Ofloksasin (2)
– Kontraindikasi: hipersensitivitas
– Perhatian: pasien dengan gangguan hepar atau ginjal
mungkin membutuhkan penyesuaian dosis; hati-hati
pemberian obat pada anak, remaja, ibu hamil, atau
menyusui
– Efek samping: mual, muntah, diare, dispepsia, nyeri
abdomen, sakit kepala, ruam kulit, pruritus, dan pusing
TATA LAKSANA
MEDIKAMENTOSA
Tata Laksana Medikamentosa
• Dalam bentuk kombinasi obat
MDT (Multidrug Therapy):
– Pausibasiler (PB) : Rifampisin, DDS
– Multibasiler (MB) : Rifampisin, DDS, dan
Klofazimin
MDT Pausibasiler (1)
Kombinasi Dapson dan Rifampisin selama 6-9 bulan
Dapson
Rifampisin
Dewasa
(berat badan 50-70
kg)
100 mg per hari
600 mg per bulan
dengan supervisi
Anak
(usia 10-14 tahun)*
50 mg per hari
450 mg per bulan
dengan supervisi
*
Dosis harus disesuaikan kembali pada anak usia di bawah 10 tahun.
MDT Pausibasiler (2)
Pausibasiler lesi tunggal (dosis tunggal)
Rifampisin
Ofloksasin
Minosiklin
600 mg
400 mg
100 mg
Anak*
300 mg
(usia 10-14 tahun)
200 mg
50 mg
Dewasa
(berat badan 5070 kg)
*
*
Tidak direkomendasikan untuk ibu hamil atau anak usia kurang dari 5 tahun
Tidak dianjurkan untuk pengobatan rutin
MDT Multibasiler
Kombinasi Dapson, Rifampisin, dan Klofazimin selama 12-18 bulan
Dapson
Rifampisin
Klofazimin
Dewasa
(berat badan
50-70 kg)
100 mg
per hari
600 mg per
bulan
dengan
supervisi
50 mg
per
hari
DAN
300 mg
per bulan
dengan
supervisi
Anak*
(usia 10-14
tahun)
50 mg
per hari
450 mg per
bulan
dengan
supervisi
50 mg,
dua
hari
sekali
DAN
150 mg
per bulan
dengan
supervisi
*
Dosis harus disesuaikan kembali pada anak usia di bawah 10 tahun.
Tata Laksana Kusta
pada Kondisi Khusus
• Pasien yang tidak bisa mengonsumsi Rifampisin
(alergi, penyakit sistemik lain, resisten)
• Pasien yang menolak untuk mengonsumsi
Klofazimin
• Pasien yang tidak dapat mengonsumsi Dapson
• Keadaan khusus lainnya
Tidak Dapat Mengonsumsi
Rifampisin (1)
WHO Expert Committee on Leprosy (1997): regimen 24 bulan pada
dewasa dengan kusta MB yang tidak dapat mengonsumsi Rifampisin
Lama Terapi
Obat
Dosis
6 bulan
Klofazimin
Ofloksasin
Minosiklin
50 mg per hari
400 mg per hari
100 mg per hari
Klofazimin
dengan:
Ofloksasin
atau
Minosiklin
50 mg per hari
Dilanjutkan dengan
18 bulan
400 mg per hari
100 mg per hari
Tidak Dapat Mengonsumsi
Rifampisin (2)
• WHO Study Group on Chemotherapy of Leprosy
(1994):
– Pemberian 500 mg Klaritromisin per hari dapat
menggantikan penggunaan Ofloksasin atau Minosiklin
pada 6 bulan pertama untuk pasien MB
Menolak Mengonsumsi Klofazimin
(1)
• Pada tata laksana pasien MB, Klofazimin regimen
12 bulan MDT dapat diganti menjadi:
– Ofloksasin, 400 mg per hari selama 12 bulan, ATAU
– Minosiklin, 100 mg per hari selama 12 bulan
Menolak Mengonsumsi Klofazimin
(2)
• WHO Expert Committee on Leprosy (1997)
– Pasien dewasa MB yang menolak konsumsi Klofazimin
dapat menjalani regimen 24 bulan yang mencakup:
• Rifampisin, 600 mg per bulan selama 24 bulan,
• Ofloksasin, 400 mg per bulan selama 24 bulan, DAN
• Minosiklin, 100 mg per bulan selama 24 bulan.
– Hasil kurang memuaskan
Tidak dapat mengonsumsi Dapson
(1)
• Akibat efek toksik yang berat oleh Dapson sehingga
Dapson harus segera dihentikan
• Pada pasien MB, Dapson dihentikan dan tidak ada
modifikasi lebih lanjut
• Pada pasien PB, Dapson diganti Klofazimin sesuai
dosis Klofazimin pada MDT MB
Tidak dapat mengonsumsi Dapson (2)
Regimen PB pada pasien yang tidak dapat
mengonsumsi Dapson
Rifampisin
Klofazimin
Dewasa
(50-70 kg)
600 mg per
50 mg per
bulan dengan hari
supervisi
DAN 300 mg
per bulan
dengan
supervisi
Anak
(10-14 tahun)
450 mg per
50 mg,
bulan dengan dua hari
supervisi
sekali
DAN 150 mg
per bulan
dengan
supervisi
Situasi khusus
• Reaksi kusta:
– Tipe 1: Reaksi Reversal (RR)
– Tipe 2: ENL (Eritema Nodosum Leprosum)
Gambaran Klinis:
Reaksi Reversal
• Kelainan kulit lama bertambah aktif, lebih eritem
dan udem.
• Dapat timbul kelainan kulit baru.
• Dapat disertai neuritis dan nyeri sendi.
Reaksi Reversal (1)
Reaksi Reversal (2)
Gambaran Klinis:
ENL
• Kelainan kulit lama tidak berubah
• Timbul benjolan, eritem, nyeri
• Dapat disertai neuritis, nyeri sendi, mata silau
(fotofobia), udem jari-jari tangan/kaki.
• Gangguan pada organ tubuh lain.
Reaksi ENL
Tata laksana
• Tata laksana dengan prednison atau metilprednisolon oral
bersamaan dengan MDT.
• Jika durasi tata laksana kortikosteroid melebihi 4 bulan,
direkomendasikan untuk pemberian Klofazimin 50 mg per
hari hingga terapi kortikosteroid selesai.
• Pada ketergantungan steroid atau pada kasus fenomena Lucio
dapat diberikan tablet Thalidomide 200-300 mg setiap hari.
Skema pemberian prednison
2 Minggu pertama
40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu kedua
30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu ketiga
20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu keempat
15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu kelima
10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu keenam
5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan
Catatan:
1 tablet prednison (5 mg) setara dengan 1 tablet metilprednisolon (4 mg)
Indikasi merujuk: PPK 2 dan 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
BTA ≥ 3+ saat selesai pengobatan
Indeks morfologi tidak mencapai 0%
Reaksi reversal maupun ENL berat
Relaps, reinfeksi, resisten
Neuritis akut dan berat
Alergi obat
Ulkus plantar yang kronik
Komplikasi dengan penyakit lain
Rencana tindakan operasi
Rehabilitasi medik/fisik khusus
Lain-lain, termasuk masalah sosial dan psikologik
• Bila ada komplikasi pada organ tubuh lain, maka
tata laksana harus diintegrasikan dengan bidang
ilmu terkait, seperti saraf, mata, bedah ortopedi,
bedah vaskular, penyakit dalam, rehabilitasi
medik.
TATA LAKSANA
NON MEDIKAMENTOSA
Tata laksana non medikamentosa
• Edukasi mengenai penyakit, pengobatan, dan efek
samping pengobatan.
• Edukasi perawatan kulit, kaki, dan tangan yang
mati rasa.
• Edukasi perawatan luka.
• Edukasi untuk deteksi gangguan mata.
Kesimpulan
Kusta
Diagnosis dan tata laksana
PPK 1
Penyulit
Rujuk -1
PPK 2
Penyulit
PPK 3
Rujuk -2
• PPK 1 :
– Kusta tipe PB dan MB tanpa komplikasi
– Reaksi tipe 1 dan 2 ringan
• PPK 2:
– Kusta tipe PB dan MB dengan komplikasi
– Reaksi tipe 1 dan 2 sedang – berat
– Melibatkan disiplin ilmu lain terkait (Neurologi, Bedah, Mata,
Rehabilitasi Medik, dan lain-lain)
• PPK 3:
– Bila diperlukan tata laksana khusus dengan sarana lebih lengkap.
Contoh: tindakan bedah vaskular, rekonstruksi, flap, dan lain-lain
Terima kasih
Referensi
•
•
•
•
•
World Health Organization. WHO Model Prescribing Information: Drug
Used in Leprosy. Geneva:WHO. 1998.
Bryceson A dan Pfaltzgraff. Leprosy Third Edition. Singapore: Longman
Singapore Publisher Ltd.1990.
Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan
Penyakit Kusta. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.2014.
World Health Organization [internet]. MDT Regiments; (4 Agustus 2015).
Diunduh dari: http://www.who.int/lep/mdt/MDT_Regimens.pdf.
Indian Association of Leprologist. First Edition. Jaypee Brothers Medical
Publishers. Ltd. 2010.
Kusta
Sri Linuwih Menaldi
Divisi Infeksi
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FKUI RSCM
Gambar MH PB
Gambar MH MB
Introduksi (1)
• Prinsip tata laksana kusta, terdiri atas:
– Tata laksana medikamentosa
disesuaikan dengan tipe kusta Pausibasiler
(PB) dan Multibasiler (MB)
– Tata laksana non-medikamentosa
Introduksi (2)
• Hal yang perlu diingat:
– Jika apusan kulit positif (BTA +), tata laksana sesuai
dengan MDT (Multidrug Therapy) MB
– Pasien MB tidak boleh mendapatkan regimen MDT
PB
– Jika diagnosis tidak jelas, tata laksana dengan regimen
MDT MB
– Kontrol setiap bulan untuk evaluasi reaksi kusta,
reaksi terhadap obat, dan komplikasi lainnya.
URAIAN
TENTANG OBAT
Rifampisin – DDS – Klofazimin – Minosiklin – Ofloksasin
Rifampisin (1)
• Grup: agen antimikroba
• Informasi umum:
– Larut dalam lemak
– Setelah pemberian per oral, secara cepat
diabsorbsi dan didistribusikan ke jaringan
– Mudah mengalami resistensi sehingga pemberian
harus dikombinasikan dengan antimikroba lain
Rifampisin (2)
• Informasi klinis:
– Kegunaan: terapi kusta MB dan PB
– Kontraindikasi: hipersensitivitas, disfungsi hepar
– Perhatian: diperlukan pengawasan terhadap
fungsi hati pada lansia, penyakit hepar, dan
pasien dengan ketergantungan alkohol. Dapat
menyebabkan urin, air mata, air liur, dan sputum
berwarna merah
Rifampisin (3)
– Efek samping: gejala gastrointestinal, ruam kulit,
demam, trombositopenia, influenza like syndrome,
peningkatan konsentrasi bilirubin dan enzim
transaminase
– Interaksi obat: kortikosteroid, kontrasepsi oral,
agen hipoglikemik oral, fenitoin, simetidin,
siklosporin, kuinidin
– Absorbsi berkurang bila dikonsumsi bersama
antasida
Dapson (1)
• Grup: agen antikusta
• Informasi umum:
–
–
–
–
Disebut juga sebagai DDS
Bersifat bakteriostatik
Mulai ditemukan resistensi terhadap Dapson
Setelah absorbsi, dapson didistribusikan
secara luas ke seluruh tubuh, dan bertahan di
kulit, otot, ginjal, serta hepar.
Dapson (2)
Informasi klinis
Kegunaan: obat kusta MB dan PB
Kontraindikasi: anemia berat, hipersensitivitas
terhadap sulfon
Perhatian: dapson dapat menyebabkan hemolisis
terutama pada pasien defisiensi G6PD
Dapson (3)
Efek samping: gejala gastrointestinal berupa iritasi
lambung
Reaksi lain yang lebih jarang: sakit kepala, cemas,
dan insomnia
Interaksi obat: pemberian klofazimin, dapson, dan
rifampisin secara bersamaan dapat menurunkan
absorbsi rifampisin dan meningkatkan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kadar plasma maksimal
Klofazimin (1)
• Grup: agen antimikroba
• Informasi umum:
– Aktivitas antimikroba dan antiinflamasi
– Bakterisidal lemah terhadap M. leprae
– Aktivitas antimikroba di manusia tampak
setelah pajanan terus menerus selama 50 hari
– Jarang terjadi resistensi
Klofazimin (2)
Informasi klinis:
Kegunaan:
untuk tata laksana MDT MB,
terapi alternatif pada reaksi kusta tipe 2
Perhatian: diperlukan pengawasan terhadap pasien
dengan penyakit gastrointestinal dan hepar
Efek samping:
▪ pewarnaan kulit, rambut, kornea, konjungtiva, keringat, air
mata, sputum, feses, dan urin yang bersifat reversibel
▪ Gejala gastrointestinal: nyeri, mual, muntah, dan diare
Minosiklin (1)
• Grup: agen antimikroba
• Informasi umum:
– Tetrasiklin semisintetik
– Bersifat bakterisidal: menghambat sintesis
protein.
– Absorbsi terutama pada lambung dan usus halus
– Diekskresikan melalui urin dan feses
Minosiklin (2)
Informasi klinis
Kegunaan: kusta PB lesi tunggal, tata laksana pada
pasien kusta MB yang tidak dapat mengonsumsi
rifampisin atau klofazimin
Kontraindikasi: hipersensitivitas, gangguan ginjal
berat, kehamilan, dan anak-anak. Tidak boleh
diberikan bersamaan dengan antasida atau garam besi
Perhatian: evaluasi fungsi hati sebelum pemberian.
Dapat terjadi fotosensitasi
Minosiklin (3)
– Efek samping: gangguan vertibular, gangguan
gastrointestinal, reaksi fototoksik
– Interaksi obat: antasida, garam kalsium, dan obat
untuk tukak lambung dapat menurunkan absorbsi
minosiklin. Obat antiepilepsi dapat meningkatkan
metabolisme minosiklin
Ofloksasin (1)
Grup: agen antimikroba
Informasi umum:
Merupakan fluorokuinolon sintesis yang bekerja sebagai inhibitor
DNA gyrase bakteri
Diabsorbsi secara cepat pada gastrointestinal
Informasi klinis:
Kegunaan: kusta PB dengan lesi tunggal, tata laksana pasien kusta
MB yang tidak dapat mengonsumsi rifampisin atau menolak
mengonsumsi klofazimin
Ofloksasin (2)
– Kontraindikasi: hipersensitivitas
– Perhatian: pasien dengan gangguan hepar atau ginjal
mungkin membutuhkan penyesuaian dosis; hati-hati
pemberian obat pada anak, remaja, ibu hamil, atau
menyusui
– Efek samping: mual, muntah, diare, dispepsia, nyeri
abdomen, sakit kepala, ruam kulit, pruritus, dan pusing
TATA LAKSANA
MEDIKAMENTOSA
Tata Laksana Medikamentosa
• Dalam bentuk kombinasi obat
MDT (Multidrug Therapy):
– Pausibasiler (PB) : Rifampisin, DDS
– Multibasiler (MB) : Rifampisin, DDS, dan
Klofazimin
MDT Pausibasiler (1)
Kombinasi Dapson dan Rifampisin selama 6-9 bulan
Dapson
Rifampisin
Dewasa
(berat badan 50-70
kg)
100 mg per hari
600 mg per bulan
dengan supervisi
Anak
(usia 10-14 tahun)*
50 mg per hari
450 mg per bulan
dengan supervisi
*
Dosis harus disesuaikan kembali pada anak usia di bawah 10 tahun.
MDT Pausibasiler (2)
Pausibasiler lesi tunggal (dosis tunggal)
Rifampisin
Ofloksasin
Minosiklin
600 mg
400 mg
100 mg
Anak*
300 mg
(usia 10-14 tahun)
200 mg
50 mg
Dewasa
(berat badan 5070 kg)
*
*
Tidak direkomendasikan untuk ibu hamil atau anak usia kurang dari 5 tahun
Tidak dianjurkan untuk pengobatan rutin
MDT Multibasiler
Kombinasi Dapson, Rifampisin, dan Klofazimin selama 12-18 bulan
Dapson
Rifampisin
Klofazimin
Dewasa
(berat badan
50-70 kg)
100 mg
per hari
600 mg per
bulan
dengan
supervisi
50 mg
per
hari
DAN
300 mg
per bulan
dengan
supervisi
Anak*
(usia 10-14
tahun)
50 mg
per hari
450 mg per
bulan
dengan
supervisi
50 mg,
dua
hari
sekali
DAN
150 mg
per bulan
dengan
supervisi
*
Dosis harus disesuaikan kembali pada anak usia di bawah 10 tahun.
Tata Laksana Kusta
pada Kondisi Khusus
• Pasien yang tidak bisa mengonsumsi Rifampisin
(alergi, penyakit sistemik lain, resisten)
• Pasien yang menolak untuk mengonsumsi
Klofazimin
• Pasien yang tidak dapat mengonsumsi Dapson
• Keadaan khusus lainnya
Tidak Dapat Mengonsumsi
Rifampisin (1)
WHO Expert Committee on Leprosy (1997): regimen 24 bulan pada
dewasa dengan kusta MB yang tidak dapat mengonsumsi Rifampisin
Lama Terapi
Obat
Dosis
6 bulan
Klofazimin
Ofloksasin
Minosiklin
50 mg per hari
400 mg per hari
100 mg per hari
Klofazimin
dengan:
Ofloksasin
atau
Minosiklin
50 mg per hari
Dilanjutkan dengan
18 bulan
400 mg per hari
100 mg per hari
Tidak Dapat Mengonsumsi
Rifampisin (2)
• WHO Study Group on Chemotherapy of Leprosy
(1994):
– Pemberian 500 mg Klaritromisin per hari dapat
menggantikan penggunaan Ofloksasin atau Minosiklin
pada 6 bulan pertama untuk pasien MB
Menolak Mengonsumsi Klofazimin
(1)
• Pada tata laksana pasien MB, Klofazimin regimen
12 bulan MDT dapat diganti menjadi:
– Ofloksasin, 400 mg per hari selama 12 bulan, ATAU
– Minosiklin, 100 mg per hari selama 12 bulan
Menolak Mengonsumsi Klofazimin
(2)
• WHO Expert Committee on Leprosy (1997)
– Pasien dewasa MB yang menolak konsumsi Klofazimin
dapat menjalani regimen 24 bulan yang mencakup:
• Rifampisin, 600 mg per bulan selama 24 bulan,
• Ofloksasin, 400 mg per bulan selama 24 bulan, DAN
• Minosiklin, 100 mg per bulan selama 24 bulan.
– Hasil kurang memuaskan
Tidak dapat mengonsumsi Dapson
(1)
• Akibat efek toksik yang berat oleh Dapson sehingga
Dapson harus segera dihentikan
• Pada pasien MB, Dapson dihentikan dan tidak ada
modifikasi lebih lanjut
• Pada pasien PB, Dapson diganti Klofazimin sesuai
dosis Klofazimin pada MDT MB
Tidak dapat mengonsumsi Dapson (2)
Regimen PB pada pasien yang tidak dapat
mengonsumsi Dapson
Rifampisin
Klofazimin
Dewasa
(50-70 kg)
600 mg per
50 mg per
bulan dengan hari
supervisi
DAN 300 mg
per bulan
dengan
supervisi
Anak
(10-14 tahun)
450 mg per
50 mg,
bulan dengan dua hari
supervisi
sekali
DAN 150 mg
per bulan
dengan
supervisi
Situasi khusus
• Reaksi kusta:
– Tipe 1: Reaksi Reversal (RR)
– Tipe 2: ENL (Eritema Nodosum Leprosum)
Gambaran Klinis:
Reaksi Reversal
• Kelainan kulit lama bertambah aktif, lebih eritem
dan udem.
• Dapat timbul kelainan kulit baru.
• Dapat disertai neuritis dan nyeri sendi.
Reaksi Reversal (1)
Reaksi Reversal (2)
Gambaran Klinis:
ENL
• Kelainan kulit lama tidak berubah
• Timbul benjolan, eritem, nyeri
• Dapat disertai neuritis, nyeri sendi, mata silau
(fotofobia), udem jari-jari tangan/kaki.
• Gangguan pada organ tubuh lain.
Reaksi ENL
Tata laksana
• Tata laksana dengan prednison atau metilprednisolon oral
bersamaan dengan MDT.
• Jika durasi tata laksana kortikosteroid melebihi 4 bulan,
direkomendasikan untuk pemberian Klofazimin 50 mg per
hari hingga terapi kortikosteroid selesai.
• Pada ketergantungan steroid atau pada kasus fenomena Lucio
dapat diberikan tablet Thalidomide 200-300 mg setiap hari.
Skema pemberian prednison
2 Minggu pertama
40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu kedua
30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu ketiga
20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu keempat
15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu kelima
10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
2 Minggu keenam
5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan
Catatan:
1 tablet prednison (5 mg) setara dengan 1 tablet metilprednisolon (4 mg)
Indikasi merujuk: PPK 2 dan 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
BTA ≥ 3+ saat selesai pengobatan
Indeks morfologi tidak mencapai 0%
Reaksi reversal maupun ENL berat
Relaps, reinfeksi, resisten
Neuritis akut dan berat
Alergi obat
Ulkus plantar yang kronik
Komplikasi dengan penyakit lain
Rencana tindakan operasi
Rehabilitasi medik/fisik khusus
Lain-lain, termasuk masalah sosial dan psikologik
• Bila ada komplikasi pada organ tubuh lain, maka
tata laksana harus diintegrasikan dengan bidang
ilmu terkait, seperti saraf, mata, bedah ortopedi,
bedah vaskular, penyakit dalam, rehabilitasi
medik.
TATA LAKSANA
NON MEDIKAMENTOSA
Tata laksana non medikamentosa
• Edukasi mengenai penyakit, pengobatan, dan efek
samping pengobatan.
• Edukasi perawatan kulit, kaki, dan tangan yang
mati rasa.
• Edukasi perawatan luka.
• Edukasi untuk deteksi gangguan mata.
Kesimpulan
Kusta
Diagnosis dan tata laksana
PPK 1
Penyulit
Rujuk -1
PPK 2
Penyulit
PPK 3
Rujuk -2
• PPK 1 :
– Kusta tipe PB dan MB tanpa komplikasi
– Reaksi tipe 1 dan 2 ringan
• PPK 2:
– Kusta tipe PB dan MB dengan komplikasi
– Reaksi tipe 1 dan 2 sedang – berat
– Melibatkan disiplin ilmu lain terkait (Neurologi, Bedah, Mata,
Rehabilitasi Medik, dan lain-lain)
• PPK 3:
– Bila diperlukan tata laksana khusus dengan sarana lebih lengkap.
Contoh: tindakan bedah vaskular, rekonstruksi, flap, dan lain-lain
Terima kasih
Referensi
•
•
•
•
•
World Health Organization. WHO Model Prescribing Information: Drug
Used in Leprosy. Geneva:WHO. 1998.
Bryceson A dan Pfaltzgraff. Leprosy Third Edition. Singapore: Longman
Singapore Publisher Ltd.1990.
Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan
Penyakit Kusta. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.2014.
World Health Organization [internet]. MDT Regiments; (4 Agustus 2015).
Diunduh dari: http://www.who.int/lep/mdt/MDT_Regimens.pdf.
Indian Association of Leprologist. First Edition. Jaypee Brothers Medical
Publishers. Ltd. 2010.