BAB 14 RANCANGAN PENELITIAN TEORI GROUNDED - BAB TEORI GROUNDED. OK BANGET

  

tentang fenomena sentral yang grounded (bertumpu) pada data. Sebagai

prosedur yang sistematis, ia menarik minat bermacam ragam peneliti

dalam bidang pendidikan. Bab ini mendefenisikan penelitian teori

grounded, mengidentifkasinya kalau ia digunakan, menilai karakteristik

kuncinya, dan mengusulkan langkah-langkah dalam melakukan dan

mengevaluasi rancangannya.

  Pada akhir bab ini, anda diharapkan akan mampu: 

  Mendefenisikan teori grounded dan mengidentifkasinya kalau ia digunakan dalam sebuah penelitian, 

  Membedakan di antara tiga jenis rancangan teori gounded,  Mengidentifkasi proses yang diteliti dalam penelitian teori

  grounded,

   Mengilustrasikan bagaimana pengambilan sampel teoritis dilakukan dalam penelitian teori grounded,

   Mendeskripsikan proses melakukan analisis data melalui perbandingan berketerusan,

   Mengidentifkasi kategori inti dalam model teori grounded,

   Menyimpulkan teori yang dihasilkan oleh analisis data,

   Menjelaskan pentingnya memoing (pembuatan memo) dalam penelitian teori grounded,

   Mendeskripsikan bagaimana melakukan penelitian teori

  grounded,

   Mengevaluasi kualitas dari penelitian teori grounded,

  Maria merancang penelitian teori grounded untuk proyek penelitiannya pada program pasca sarjana. Pertanyaan penelitiannya adalah “Apa proses yang harus dilalui untuk bisa memahami kepemilikan senjata oleh para siswa di sekolah menengah atas?”. Untuk mengkaji pertanyaan ini, ia berencana menelusuri sebuah proses, yakni proses pemahaman terhadap para siswa yang membawa senjata. Penelitian tentang proses ini akan membantunya memahami salah satu aspek dari membawa senjata ke sekolah. Ia mengidentifkasi 10 orang yang akan diwawancarai: 5 orang siswa yang tertangkap membawa senjata dan 5 orang guru atau administrator sekolah yang ikut merasa prihatin. Setelah mewawancarai individu-individu ini, Maria menganalisis data-data guna menemukan tema-tema (atau kategori-kategori). Ia menyusun kategori- kategori ini menjadi model dari proses tersebut secara visual. Ia kembangkan sebuah teori tentang proses “pemahaman” terhadap kepemilikan senjata dengan harapan bahwa teori ini akan memberikan sebuah penjelasan yang dapat digunakan oleh para pejabat sekolah untuk bisa mengidenfkasi tanda-tanda sebagai “peringatan awal” dari para siswa yang cenderung memilki senjata di sekolah. Maria membangun teori gounded melalui penelitian kualitatif.

  Apa yang dimaksud dengan Penelitian Teori Grounded? Rancangan penelitian grounded adalah prosedur kualitatif

  yang sistematik yang digunakan untuk menghasilkan sebuah teori yang menjelaskan, pada tataran konsep, sebuah proses, kegiatan, atau interaksi tentang sesuatu topik substantif. Dalam penelitian teori

  

grounded, yang dimaksud dengan teori adalah suatu penjelasan tentang

  “proses”—ia menjelaskan proses dari suatu peristiwa, kegiatan, perbuatan, dan interaksi yang terjadi pada suatu waktu tertentu. Penelitian teori grounded ini dilaksanakan melalui prosedur pengumpulan data yang sistematis, pengidentifkasian kategori-kategori (sama maknanya dengan tema-tema), mengaitkan kategori-kategori ini, dan membangun teori yang menjelaskan suatu proses.

  Kapan Teori Grounded Digunakan?

  Anda menggunakan teori grounded ini apabila anda memerlukan suatu teori umum atau suatu penjelasan tentang sebuah proses. Teori

  

grounded melahirkan sebuah teori apabila teori yang ada tidak mengena

  dengan masalah atau partisipan yang rencananya akan anda teliti. Karena teori itu berakar dari data, maka ia bisa memberikan penjelasan yang lebih baik dari teori yang diperoleh dari literatur, karena teori tersebut cocok dengan situasi, wujud dalam praktek, sensitif terhadap individu- individu pada sebuah seting, dan boleh jadi merepresentasikan semua kompleksitas yang sebenarnya ditemukan di dalam proses. Contoh, dalam meneliti populasi pendidikan tertentu (anak-anak dengan gangguan konsentrasi), teori yang ada boleh jadi sedikit sekali yang bisa diterapkan terhadap populasi khusus seperti ini.

  Anda juga bisa menggunakan penelitian teori grounded apabila anda ingin meneliti sesuatu proses, seperti bagaimana anak-anak bisa mengembangkan kemampuannya sebagai penulis (Nef, 1998) atau bagaimana anak-anak Afrika-Amerika yang berprestasi tinggi atau wanita karir berketurunan Kaukasia bertumbuh dan berkembang (Richie, Fassingers, Linn, & Johnson, 1997). Ia juga digunakan untuk menjelaskan perbuatan orang, seperti proses partisipasi di dalam pendidikan orang dewasa (Courtney, Jha, & Babchuck, 1994), atau interaksi antara orang- orang, seperti dukungan yang diberikan oleh pembantu dekan bidang ademik atau ketua jurusan di sebuah perguruan tinggi kepada para dosen-peneliti (Creswll & Brown, 1992).

  Untuk para peniliti kualitatif pemula, teori grounded menawarkan prosedur yang sistematis, langkah demi langkah, dalam melakukan analisis data. Tersedianya prosedur seperti ini akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa ketika mereka mempertahankan penelitian kualitatif di hadapan panitia penguji. Sebagai proses yang sistematis, teori grounded mempertontonkan keampuhan yang ingin dilihat oleh para peneliti kuantitatif dalam penelitian pendidikan. Sebagai bahagian dari proses ini, teori grounded memiliki karakteristik yang bisa melakukan self-correction. Berdasarkan pada analisis satu set data, si peneliti mendapatkan arah dari hasil analisis tersebut untuk dapat dilanjutkan dengan set data selanjutnya (Charmaz, 2000). Disamping itu, dalam analisis data, si peneliti membangun kategori-kategori secara sistematis dari satu insiden ke insiden lainnya dan dari insiden ke kategori. Dengan cara begini, si peneliti akan selalu “dekat” dengan data pada setiap saat dalam analisis yang dilakukannya.

  Bagaimana teori grounded berkembang? Dua orang sosiolog, Barney G. Glaser dan almarhum Anselm L.

  Strauss, mengembangkan teori grounded pada penghujung tahun 1962. Teori ini muncul dari karya mereka di University of California di San

  

Francisco, Medical Center dengan para pasien yang yang sedang

  menderita sakit. Dalam meneliti pasien-pasien ini, Glaser dan Strauss merekam dan mempublikasikan metoda penelitian mereka. Ini menyebabkan banyak individu yang menghubungi mereka untuk mengetahui lebih banyak tentang metoda penelitian mereka ini. Glaser dan Strauss menyusun buku perintis yang menguraikan secara rinci prosedur-prosedur teori grounded, The Discovery of Grounded Theory (1967). Buku ini meletakkan dasar-dasar dari gagasan utama tentang teori grounded (alas) yang digunakan saat ini, dan menjadi petunjuk prosedural bagi bermacam ragam disertasi dan laporan-laporan penelitian. Dalam buku tersebut, Glaser dan Strauss menyatakan bahwa teori yang ada saat ini dalam sosiologi terlampau menekankan pada memverifkasi dan mengetes teori ketimbang menemukan konsep-konsep (variabel-variabel) dan hipotesis berdasarkan data aktual di lapangan dari para partisipan. Sebuah teori yang ditemukan selama pengumpulan data akan “cocok dengan situasi yang sedang diteliti dan akan berfungsi apabila dipraktekkan” (Glaser & Strauss, 1967, halaman 3) dan akan lebih baik dari teori yang sudah diidentifkasi terlebih dahulu sebelum penelitian dimulai.

  Ide-ide dalam buku tersebut mencerminkan latar belakang kedua pengarang. Glaser memberikan pelatihan tentang penelitian kuantitatif di Columbia University, kepada para peneliti kenamaan yang tertarik pada pengembangan teori secara induktif menggunakan data-data kuantitatif dan kualitatif. Perspektif induktif inilah yang menyebabkan beliau melihat pentingnya menghasilkan teori dari perspektif partisipan dalam sebuah penelitian. Walaupun demikian, Strauss “memasuki” teori grounded ini dari University of Chicago, dengan sejarah dan tradisi yang kuat dalam penelitian lapangan kualitatif. Latar belakang ini menyebabkan Strauss memberi penekanan pada pentingnya penelitian lapangan, yakni pergi menemui individu-individu dan mendengarkan secara cermat gagasan- gagasan para partisipan.

  Pada tahun-tahun setelah terbitnya buku Discovery itu, Glaser dan Strauss, secara terpisah, mengarang beberapa buku yang menjernihkan dan menjelaskan metoda-metoda awal mereka tersebut (Glaser, 1978, 1992; Strauss, 19987). Pada tahun 1990 dan kemudian pada tahun 1998, Strauss bekerja dalam satu tim dengan peneliti perawatan kesehatan masyarakat, Juliet Corbin, membawa teknik dan prosedur teori grounded ke tingkat-tingkat yang lebih baru. Mereka memperkenalkan bentuk teori

  

grounded yang lebih berperspektif lagi, dengan kategori-kategori yang

  terlebih dahulu ditetapkan dan dengan memberi perhatian terhadap masalah-masalah validitas dan reliabilitas.

  Pendekatan mereka yang sistematis, walau dirangkul oleh para peneliti kualitatif baru (Charmaz, 2000), memancing tanggapan kritis dari Glaser (1992), yang beliau rinci dalam sebuah buku guna “mendorong para peneliti memakai teori grounded pada jalur yang benar” (halaman 3). Glaser terutama sekali memberi perhatian pada bagaimana Strauss menggunakan kategori-kateori dan kerangka-kerangka yang sudah ditentukan terlebih dahulu yang tidak akan memungkinkan teori muncul selama penelitian berlangsung. Beliau juga mengetengahkan isu berkaitan dengan apa yang beliau lihat sebagai penekanan semata-mata pada pendeskripsian perbuatan-perbuatan ketimbang secara aktif mengkonseptualisasikan pola-pola atau hubungan-hubungan yang terdapat di dalam data yang mengarah pada sebuah teori.

  “Dengan demikian, siapa yang memiliki teori grounded (alas) yang ril?” tanya Charmaz (2000, halaman 513). Pertanyaannya lebih dari sekedar retorika; ia menjawabnya dengan mengajukan pendekatannya sendiri terkait dengan teori grounded, metoda “constructivist” (Charmaz, 2006). Charmaz merasa bahwa Glaser dan Strauss (dan Strauss dan Corbin) terlampau sistematis dalam prosedur mereka. Para teoritisi teori

  

grounded perlu memberi penekanan pada strategi-strategi yang feksibel,

  memberi penekanan pada makna yang diberikan oleh para partisipan terhadap situasi, mengakui peranan peneliti dan individu-individu yang diteliti, dan memperluas cakrawala flosofsnya melebihi orientasi kuantitatif terhadap penelitian.

  Kita bisa lihat bahwa perspektif dalam pelaksanaan penelitian teori

grounded berbeda tergantung pada pengikut dari pendekatan tertentu.

Walaupun demikian, tiga jenis rancangan yang dominan dapat dibedakan: prosedur yang sistematis berada dibawah panji-panji Strauss dan Corbin (1998); rancangan yang emerging (muncul secara alamiah) di bawah panji-panji Glaser (1992); dan pendekatan constructivists dIdukung oleh Charmaz (1990, 2000, 2006).

  Rancangan Sistematis

  Rancangan sistematis dari teori grounded digunakan secara meluas dalam penelitian penddikan, dan ia terkait dengan prosedur yang rinci dan ketat sebagaimana diidentifkasi oleh Strauss dan Corbin pada tahun 1990 dan dielaborasi lagi pada edisi kedua tentang tekhnik dan prosedur mengembangkan teori grounded (1998). Prosedur tersebut jauh lebih terbimbing dibandingkan dengan konseptualisasi awal tentang teori

  

grounded yang dikembangkan pada tahun 1967 (Glaser& Strauss, 1967).

  

Rancangan yang sistematis dari teori grounded memberi

  penekanan pada penggunaan langkah-langkah analisis data, pengkodean terbuka, axial, dan selektif, serta pengembangan paradigma logis atau gambaran visual dari teori yang dilahirkan. Dalam defenisi ini, tiga tahapan pengkodean terjadi.

  Pada tahap pertama, pengkodean terbuka, seorang pakar

  

grounded membentuk kategori-kategori awal dari informasi tentang

  fenomena yang diteliti melalui pemilahan informasi. Si peneliti mendasari kategori-kategori itu pada semua data yang dikumpulkan, seperti wawancara, observasi, dan memo serta catatan-catatan si peneliti. Biasanya, para peneliti mengidentifkasi kategori-kategori dan sub-sub kategori, seperti terlihat dalam penelitian teori grounded yang dilakukan oleh Knapp (1995). Ia meneliti pengembangan karir dari 27 orang pelatih kependidikan. Dalam wawancara dengan tiga orang pelatih tersebut, ia pelajari adaptabilitas dan feksibilitas mereka. Satu halaman dari penelitiannya itu, seperti terlihat pada Diagram 14.1, menggambarkan beberapa kategori yang diidentifkasi oleh Knapp dari data-datanya, seperti spesialisasi, ketrampilan mengajar, menemukan fokus, dan pembelajaran dalam jabatan. Dalam menyajikan pengkodean ini, kita melihat bahwa Knapp juga mengidentifkasi sumber-sumber informasi yang mendukung kategori-kategori tersebut, seperti wawancara, wawancara kelompok terfokus, jurnal, memo, dan observasi.

  Untuk melihat contoh lain dari pengkodean terbuka ini, perhatikan Diagram 14.2, yang memperlihatkan pengkodean penelitian tentang 33 orang pembantu dekan bidang akademik di akademi dan universitas serta peranan mereka dalam meningkatkan kemampuan para dosen meneliti (Creswell & Brown, 1992). Pengarang menyusun penyajian mereka tentang pengkodean terbuka berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Knapp; mereka memasukkan kategori-kategori umum, properties, dan contoh-contoh yang dimensional, dan mengikuti prosedur sistematis dari Strauss dan Corbin (1998). Tajuk utama dari tabel ini adalah tujuh kategori: provider, enabler, advocate, mentor, encourager, collaborator, dan challenger. Walaupun demikian, pengarang memperkenalkan lagi dua gagasan baru dalam pemahaman kita tentang pengkodean terbuka.

  

Properties adalah sub-sub kategori yang terdapat di dalam pengkodean

  terbuka yang fungsinya adalah memberi keterangan yang lebih rinci tentang masing-masing kategori. Masing-masing sub-kategori, sebaliknya, dalam teori grounded (alas), memiliki dimensi. Sub-kategori yang

  

dimesional bermakna bahwa si peneliti melihat sesuatu sub-kategori

  berada dalam sebuah kontinum dan di dalam data berisikan contoh- contoh yang mewakili dua ujung ekstrim pada kontinum ini. Contoh, dekan, sebagai seorang penyedia (sebuah kategori), terlibat dalam pemberian dana kepada para dosen (sub-kategori), yang memiliki dua ujung kontinum yang ekstrim, pemberian dana mulai dari yang berjangka panjang sampai pada uang jalan berjangka pendek (sub-kategori yang dimensional).

  Pada tahap kedua, pengkodean aksial (bersumbu), seorang pakar teori grounded memilih satu buah kategori dalam pengkodean terbuka, meletakkannya pada posisi sentral dari proses yang sedang dikaji (sebagai inti dari fenomena), dan kemudian mengaitkan kategori-kategori yang lain dengan kategori tersebut. Kategori-kategori yang lain ini merupakan kondisi penyebab (faktor-faktor yang mempengaruhi kategori inti), strategi (aksi yang dilakukan dalam rangka memberikan respon terhadap kategori inti), kondisi-kondisi kontekstual dan pengganggu (faktor-faktor spesifk dan umum yang berpengaruh terhadap strategi), dan konsekuensi (hasil/akibat dari penggunaan strategi). Tahap ini mencakup pembuatan diagram, yang disebut coding paradigm (paradigma pengkodean), yang memggambarkan hubungan timbal balik antara kondisi-kondisi penyebab, strategi, kondisi-kondisi kontekstual dan pengganggu, dan konseuensi-konsekuensi.

  Untuk mengilustrasikan proses ini, mula-mula lihat Diagram 14.3. Dalam diagram ini, kita dapati kategori-kategori pengkodean terbuka pada sisi sebelah kiri dan paradigma pengkoden aksial pada sisi sebelah kanan. Peneliti teori grounded mengidentifkasi satu kategori pengkodean terbuka sebagai kategori inti yang merupakan sentral dari teori yang akan dikembangkan (nanti akan kita bicara kriteria yang digunakan untuk memilih kategori inti). Kemudian, kategori inti ini menjadi titik pusat dari paradigma pengkodean aksial. Perhatikan paradigma ini! Akan anda lihat ada enam kotak (kategori) informasi:

  1. Kondisi penyebab – kategori-kategori kondisi yang berpengaruh

  terhadap kategori inti

  2. Konteks __ kondisi-kondisi spesifk yang berpengaruh terhadap

  strategi

  3. Kategori inti __ fenomena sentral dari proses

  4. Kondisi-kondisi yang mengganggu __ kondisi-kondisi kontekstual

  umum yang berpengaruh terhadap strategi

  5. Strategi __ Kegiatan khusus atau interaksi yang merupakan hasil dari fenomena inti

  6. Konsekuensi __ hasil dari penggunaan strategi Disamping itu, meninjau paradigma pengkodean dari kiri ke kanan, terlihat bahwa kondisi-kondisi penyebab berpengaruh terhadap fenomena inti, fenomena inti dan konteks serta kondisi-kondisi pengganggu berpengaruh terhadap strategi, dan strategi berpengaruh terhadap konsekuensi.

  Tahap ketiga, adalah pengkodean selektif. Di dalam selective

  

coding (pengkodean selektif), pakar grounded menyusun teori dari

  kesalinghubungan antara kategori-kategori di dalam model pengkodean aksial. Pada tataran dasar, kategori ini memberikan penjelasan abstak tentang proses yang sedang dikaji dalam sesuatu penelitian. Proses itu adalah proses memadukan dan memperhalus teori (Strauss 7 Corbin, 1998) melalui teknik-teknik seperti menuliskan alur cerita yang mengaikan kategori-kategori satu sama lainnya dan menyortir memo- memo pribadi berkenaan dengan gagasan-gagasan teoritis (lihat pembicaraan tentang memo pada bahagian lain dalam bab ini). Di dalam alur cerita, seorang peneliti boleh jadi mengkaji bagaimana faktor-faktor tertentu berpengaruh terhadap fenomena yang menyebabkan digunakannya strategi-strategi tertentu yang pada akhirnya membawa suatu hasil atau konsekuenasi tertentu pula.

  Penggunaan ketiga jenis prosedur pengkodean ini bermakna bahwa para pakar teori grounded menggunakan satu set prosedur untuk mengembangkan teori mereka. Mereka mengandalkan penganalisisan data untuk menemukan tipe-tipe kategori yang spesifk pada pengkodean aksial dan penggunaan diagram-diagram untuk menyajikan teori mereka. Teori grounded yang menggunakan pendekatan ini boleh jadi berakhir dengan hipotesis (yang disebut proposisi oleh Strauss dan Corbin, 1998 ) yang membuat hubungan diantara kategori-kategorri dalam paradigma pengkodean aksial itu menjadi eksplisit.

  Penelitian tentang proses penanggulangan akibat-akibat kekerasan seksual yang dialami oleh 11 orang wanita pada masa kanak-kanak mereka mengilustfasikan prosedur sitematis ini (Morrow & Smith, 1995). Dalam penelitian ini kita mengetahui bahwa para wanita tersebut merasa ketakutan, putus asa, dan tak berdaya, akan tetapi mereka selamat dan mampu mengatasi semuanya itu dengan jalan “mengelola” perasaan mereka (menjauhkan atau menghindari perasaan-perasaan, tidak mau mengingat-ngingat apa-apa yang sudah dialami). Mereka juga mengatasi perasaan-perasaan keputusasaan dan ketidakberdayaan dengan menggunakan strategi-strategi seperti mencari imbangannya dalam bidang-bidang kehidupan lainnya, membingkai kembali kekerasan seksual yang mereka alami ke dalam suatu ilusi kendali, atau semata-mata menolak isu-isu berkaitan dengan kekuasaan. Sebagai sebuah contoh dari prosedur sistematis yang dikembangkan oleh Strauss dan Corbin (1990, 1998), peneliti mencantumkan proses pengkodean terbuka, pengkodean aksial, dan pengembangan sebuah model teoritis. Mereka secara jelas mengidentifkasi bahagian-bahagian di dalam penelitian mereka yang berbicara tentang masing-masing komponen dari pengkodean aksial (seperti penyebab timbulnya perasaan-perasaan dan ketidakberdayaan, strategi-strategi yang digunakan, dan konsekuensi-konsekuensinya. Sebuah diagram yang mengilustrasikan “model teoritis” untuk bisa selamat dan bertahan, dan mereka menjelaskan bahwa diagram ini adalah sebuah urutan dari langkah-langkah di dalam proses pembentukan kemampuan untuk bisa selamat dan bertahan tersebut.

  Rancangan yang mencuat (secara alamiah)

  Walaupun Glaser berpartisipasi dengan Strauss dalam buku tentang teori grounded (Glaser & Strauss, 1967), Glaser semenjak itu telah menulis banyak sekali kritikan terhadap pendekatan Strauss. Dalam kritikannya, Glaser (1992) merasa bahwa Strauss dan Corbin (1990) terlampau banyak memberi penekanan pada aturan dan prosedur, kerangka yang sudah ditetapkan sebelumnya untuk kategori-kategori, dan memverifkasi teori ketimbang melahirkan teori. Babchuck (1996 dan 1997) melakukan tinjauan ulang terhadap sejarah penggunaan teori

  

grounded. Walaupun demikian, Glaser (1992) memberikan penekanan

  pada pentingnya pemunculan teori dari data ketimbang menggunakan kategori-kategori spesifk dan yang ditentukan sebelumnya seperti yang kita lihat dalam paradigma pengkodean aksial (kondisi penyebab, konteks, kondisi pengganggu, strategi dan konsekuensiI). Selanjutnya, bagi Glaser, tujuan dari penelitian teori grounded adalah agar peneliti menjelaskan sebuah “proses sosial mendasar”. Penjelasan tersebut mencakup prosedur pengkodean komparatif yang berketerusan dalam rangka membandingkan insiden yang satu dengan insiden yang lain, insiden dengan kategori, dan kategori yang satu dengan kategori yang lain. Fokusnya adalah pada pengaitan kategori-kategori dan pemunculan teori, bukan semata-mata pendeskripsian kategori-kategori. Pada akhirnya, si peneliti membangun sebuah teori dan memperlihatkan hubungan antara kategori-kategori tanpa mengacu pada diagram atau gambar.

  Penelitian teori grounded yang lebih feksibel dan lebih longgar sebagaimana diajukan oleh Glaser (1992) terdiri dari beberapa gagasan utama:

  1. Teori grounded wujud pada tataran konseptual yang paling abstrak bukan pada tataran yang kongkrit seperti paradigma pengkodean.

  2. Sebuah teori berakar pada data dan tidak dipaksa-paksakan menjadi kategori-kategori.

  3. Sebuah teori gounded yang baik harus memenuhi empat kriteria pokok: ft (tepat), workable (bisa dilaksanakan), relevan, dan bisa dimodifkasi. Mendapatkan teori melalui proses induksi yang cermat dari bidang kajian substantif tertentu, teori tersebut akan cocok dengan realitas menurut pandangan para partisipan, praktisi, dan peneliti. Apabila teori grounded jalan, tentulah ia akan relevan. Teori itu seharusnya “tidaklah ditulis di batu” (Glaser, 1992, halaman 15) dan seharusnya dimodifkasi ketika masuk data-data baru. Penelitian Larson (1997) menggambarkan penelitian teori

  

grounded yang sejalan dengan pendekatan Glaser. Tujuan penelitian

  Larson adalah menuliskan sebuah “theory in process” (halaman 118) berkenaan dengan konsepsi para guru IPS di sekolah menengah tentang diskusi di dalam kelas mereka. Contoh dari emerging design (rancangan yang mencuat) ini membawa para pembacanya melalui enam konsepsi yang muncul dari data: diskusi sebagai bentuk hafalan, sebagai percakapan yang dibimbing guru, sebagai percakapan yang terbuka, sebagai penyajian pertanyaan-pertanyaan yang menantang, sebagai pemindahan pengetahuan yang terpimpin terhadap dunia di luar ruang kelas, dan sebagai latihan interaksi verbal. Larson juga mengidentifkasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsepsi-konsepsi ini, seperi keberagaman siswa dan tujuan pelajaran.

  Di dalam pendekatan teori grounded dengan emerging design ini, perhatian Larson difokuskan pada pengembangan penjelasan tentang diskusi di dalam kelas-kelas IPS di sekolah menengah. Prosedurnya adalah untuk menghasilkan kategori-kategori melalui pengkajian data-data, penyaringan kategori-kategori tersebut menjadi makin lama makin sedikit jumlahnya, membandingkan data-data dengan kategori-kategori yang muncul, dan merumuskan teori tentang proses-proses yang terjadi dalam diskusi-diskusi di dalam kelas. Larson mengembangkan kategori-kategori, akan tetapi tidak menyajikan diagram untuk teorinya tersebut.

  Rancangan Constructivist

  Rancangan constructivist didengungkan oleh Kathy Charmaz (1990, 2000, 2006) sebagai suatu pandangan flosofs yang berada antara dua posisi, yakni pandangan yang lebih positivist (lebih kuantitatif) dari Glaser dan Staruss & Corbin dengan para peneliti postmodern (yakni mereka-mereka yang menantang pentingnya metoda). Secara keseluruhan, fokusnya adalah pada makna yang diberikan oleh para partisipan penelitian. Ia lebih tertarik pada pandangan, nilai, keyakinan, perasaan, asumsi, dan ideologi dari individu-individu ketimbang mengumpulkan fakta-fakta dan mendeskripsikan perbuatan. Charmaz (2000, 2006) menyatakan bahwa setiap aspek yang mengaburkan pengalaman, seperti istilah-istilah yang rumit atau jargon-jargon, diagram- diagram, peta-peta konsep, menyimpang dari teori grounded dan merupakan upaya untuk membuat penggunaan istilah-istiah dan sebagainya itu menjadi lebih dominan. Menggunakan kode-kode yang aktif, seperti “recasting life” (melakoni kembali kehidupan) menangkap lebih baik pengalaman-pengalaman individu. Walupun demikian, prosedur teori grounded tidak mengecilkan peranan si peneliti dalam proses tersebut. Si penelitilah yang membuat keputusan berkenaan dengan kategori-kategori itu dalam keseluruhan proses dimaksud (Charmas, 1990). Si peneliti membawa pertanyaan-pertanyaan tertentu pada data, bersama-sama dengan “ sejumlah konsep-sosiologis” (halaman 1165). Si peneliti juga membawa nilai-niai, pengalaman- pengalaman, dan prioritas-prioritas. Setiap konklusi yang dikembangkan semuanya bersifat sugesti, belum lengkap, dan belum konklusif.

  Dalam menerapkan pendekatan ini, seorang pakar grounded menjelaskan perasaan-perasaan individu ketika ia mengalami sebuah fenomena atau proses. Penelitian dengan rancangan konstruktivist ini mengungkapkan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dipegang oleh si peneliti dan menghindarkan diri dari penggunaan predetermined

  

categories (kategori-kategori yag sudah ditentukan sebelumnya), seperti

  yang ditemui dalam pengkodean aksial. Narasinya dituliskan lebih

  

eksplanatori, lebih discursive (berkesinambungan), dan lebih memancing

  banyak asumsi dan makna dari sisi pandang individu-individu dalam penelitian.

  Charmaz mengilustrasikan unsur-unsur pokok dari pendekatan kontruktivist terhadap teori grounded (teori alas) ini. Dalam sebuah penelitian tentang proses-proses yang dialami oleh 20 orang pria dengan penyakit kronis (selerosis, gagal ginjal, diabetes) mengkaji bagaimana dan dengan cara apa penyakit mereka tersebut mempercepat timbulnya dilema terkait dengan identitas pribadi. Ia berpendapat bahwa penyakit kronis mengancam identitas kejantanan seorang pria. Temuan- temuannya menelusuri beberapa dilema, seperti kegiatan-kegiatan yang beresiko versus bersifat pasif tanpa daya, tetap mandiri versus menjadi tergantung, menjaga dominasi versus menjadi subordinat, dan memelihara pandangan publik terhadap diri versus memendam perasaan sendiri. Dilema-dilema ini mengelompok dalam beberapa proses yang dialami oleh pria-pria itu – kesadaran akan mati, menyesuaikan diri dengan ketidakpastian, pasrah dengan penyakit dan ketidakmampuan, melindungi diri sendiri.

  Untuk menggunakan pendekatan konstruktivist terhadap teori

  

grounded, Charmaz menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk

  memahami “apa maknanya menjadi sakit” (1994, halaman 284). Ia melaporkan perasaan orang-orang tersebut, dengan menggunakan label kode aktif, seperti “awakening” (kesadaran), “accomodating” (penyesuaian), “defning” (kepasrahan), dan “preservng” (perlindungan). Kode-kode ini melambangkan proses-proses yang dialami oleh pria-pria tersebut. Charmaz mengait-ngaitkan pengalaman-pengalaman mereka, kondisi-kondisi mereka, konsekuensi-konsekunsi yang mereka alami dalam suatu narasi pembicaraan tanpa penggunaan diagram atau gambar untuk menyarikan proses-proses dimaksud. Ia mengakhirinya dengan pemikiran seperti “Apa-apa saja kondisi yang berpengaruh terhadap sikap apakah seorang pria akan membentuk identitas positif dalam dirinya atau akan tenggelam ke dalam depresi?” (halaman 283 – 284), lebih bersifat sugesti dan mempertanyaan data ketimbang konklusif.

  Memilih rancangan teori grounded

  Memilih satu diantara tiga pendekatan ini memerlukan beberapa pertimbangan. Ketika anda berencana akan menggunakan penelitian teori

  

grounded, anda perlu menimbang-nimbang sejauh mana anda akan

  memberikan penekanan pada prosedur, menggunakan kategori-kategori yang pre-determined dalam analisis data, memposisikan diri anda sebagai peneliti, dan menetapkan bagaimana penelitian akan diakhiri, apakah dengan pertanyaan-pertanyaan tentatif atau hipotesis yang spesifk.

  Seandainya anda Maria, yang berupaya melahirkan sebuah teori berkenaan dengan proses pemahaman tentang kepemilikan senjata oleh para siswa, rancangan apa yang akan anda gunakan? Karena Maria adalah seorang peneliti muda, pendekatan yang lebih terstruktur (rancangan sistematis) merupakan pilihan yang ideal. Dengan prosedur yang teridentifkasi dengan jelas dan model pengkodean aksial dengan tipe-tipe kategorinya yang sudah ditentukan dan yang masing-masingnya harus dikait-kaitkan, maka prosedur yang sistematis lagi-lagi merupakan prosedur yang ideal.

  Dalam memiilih satu dari ketiga pendekatan ini, pertimbangkan pula bahwa prosedur yang diajukan oleh Strauss dan Corbin (1998) boleh jadi menjurus pada komitmen yang gegabah guna melahirkan kategori- kategori analitis (Robrecht, 1995) dan kurangnya kedalaman konseptual (Becker, 1993). Disamping itu, dalam setiap tipenya, teori grounded memiliki bahasa yang berbeda yang beberapa pendidik bisa jadi menganggapnya sebagai jargon dan karenanya memerlukan defenisi yang cermat (seperti perbandingan berkelanjutan, pengkodean terbuka, pengkodean aksial). Satu kritikan yang diajukan adalah bahwa istilah- istilah ini tidak selalu didefenisikan secara jelas (Charmaz, 2000), walaupun Strauss dan Corbin (1998) telah memberikan berbagai defenisi pada awal masing-masing bab dalam buku mereka. Akhirnya, dengan beragam pendekatan dan terus bermunculannya perspektif-perspektif baru, para pembaca menjadi bingung dan tidak tahu prosedur mana yang paling mangkus melahirkan teori yang baik.

  Apa-apa saja karakteristik dari Penelitian Teori Grounded?

  Teori grounded bisa memadukan pendekatan yang sistematis,

  

emerging design yang feksibel, dan penggunaan kode-kode aktif untuk

  memotret pengalaman-pengalaman para partisipan. Dalam keenam karakteristik berikut, anda bisa menemukan unsur-unsur dari pendekatan- pendekatan sistematis, emerging, dan konstruktivist. Karakteristik yang digunakan oleh para peneliti teori grounded dalam rancangan penelitian mereka adalah:

   Pendekatan proses

   Sampel teoritis

   Analisis data melalui perbandingan berkelanjutan

   Kategori inti

   Melahirkan teori

   Memo

  Pendekatan proses

  Walaupun para pakar teori grounded mengkaji gagasan tunggal (seperti ketrampilan-ketrampilan kepemimpinan), mereka seringkali mengkaji sebuah proses karena dunia sosial di mana kita hidup melibatkan interaksi antara orang dengan orang. Para pakar grounded menghasilkan pemahaman tentang sebuah proses terkait dengan suatu substansi dalam lingkup suatu topik. Proses dalam penelitian teori

  

grounded adalah sebuah urutan aksi dan interaksi diantara orang-orang

  dan peristiwa terkait dengan suatu topik (Strauss & Corbin, 1998). Topik pendidikan bisa jadi pencegahan AIDS, penilaian prestasi, atau konseling antara seorang konselor dan seorang siswa. Dalam kesemua topik ini, para peneliti bisa mengisolasi dan mengidentifkasi aksi dan interaksi diantara orang-orang. Para pakar grounded menyebut aspek-aspek yang diisolasi ini kategori. Kategori-kategri dalam rancangan teori

  

grounded adalah tema-tema dari informasi dasar yang diidenfkasi di

dalam data oleh si peneliti digunakan untuk memahami sebuah proses.

  Sebuah kategori dari proses konseling antara konselor sekolah dengan seorang siswa, umpamanya, adalah pemahaman siswa tentang apa maknanya “sukses” dalam sesi itu.

  Seperti dibicarakan dalam Bab 9, beberapa jenis label atau judul digunakan untuk tema-tema atau kategori-kategori. Di dalam penelitian teori grounded, bentuk yang sering digunakan adalah kode in vivo. Kode-

  

kode in vivo adalah label-label untuk kategori-kategori (atau tema-

  tema) yang dinyatakan berupa kata-kata langsung dari partisipan, dan bukan kata-kata si peneliti atau istilah-istilah dalam ilmu sosial atau ilmu pendidikan. Para peneliti mengidentifkasi kata-kata ini dengan jalan membaca tulisan-tulisan yang terdapat pada manuskrip-manuskrip atau catatan-catatan lapangan untuk menemukan ungkapan-ungkapan yang secara langsung diutarakan oleh para partisipan. Dari situ akan tergambarlah isi dari suatu kategori. Contoh, dari pada menggunakan konsep ilmu sosial “upward mobility” (mobilitas ke atas), seorang partisipan boleh jadi menyebutnya “menaiki anak tangga”. Dengan menggunakan pengkodean in vivo, si peneliti akan menggunakan ungkapan “menaiki anak tangga” untuk mendeskripsikan kategori tersebut. Karena kategori merupakan judul-judul utama dalam laporan penelitian, ungkapan ini akan menjadi judul untuk pembicaraan tentang kategori kode terbuka “menaiki anak tangga”.

  Kiranya akan bermanfaat apabila kita melihat bagaimana kedua konsep “proses” dan “kategori” terkait dengan aktivitas-aktivitas yang secara khusus diterapkan oleh para pakar teori grounded. Perhatikan aliran aktivitas sebagaimana diungkapkan oleh Diagram 14.4. Seorang peneliti mulai dengan sebuah masalah penelitian, seperti perlunya mengkaji bagaimana para pembantu dekan bidang akaemik “menyeimbankan antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi”. Untuk meneliti fenomena sentral ini, peneliti teori grounded mengerangkakannya sebagai sebuah proses, yakni “proses di mana para pembantu dekan bidang akademiki menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi” (alternatifnya, proses ketidakseimbangan boleh jadi akan ditelusuri). Apapun prosesnya, sebuah proses tetap adalah sebuah urutan aktivitas , kegiatan yang dilakukan orang, dan interaksi- interaksi antara orang-orang. Kegiatan dari para pembantu bidang akdemik bisa saja mencakup latihan-latihan fsik (olah rga) pada pagi hari dan mengunjungi para dosen pada pagi hari itu terkait dengan situasi di fakultas yang tegang. Di sini kita melihat ada beberapa kegiatan, yang tersusun menjadi sebuah urutan, yang menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh orang. Ketika seorang peneliti grounded meneliti para pembantu dekan bidang akademik ini (misalnya melalui wawancara dan observasi), dan sebuah pemahaman tentang proses menyeimbangkan pekerjaan dan khidupan pribadi ini akan secara berangsur-angsur muncul. Si peneliti mengkategorikan informasi, mencari bukti-bukti guna mendukung masing-masing kategori. Tahap ini disebut tahap pengkodean terbuka. Kemuian si penelii mulai menyusun kategori-kategori menjadi sebuah model (pengkodean aksial), dan mengait-ngaitkan kategori- kategori itu dalam rangka membangun sebuah teori yang mampu menjelaskan proses menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Dalam contoh ini, proses tersebut muncul dari masalah dan kebutuhan untuk mengkali fenomena sentral, dan kategori-kategoripun dikembangkan dari data.

  Ketika para peneliti teori grounded melakukan sebuah penelitian, mereka sering menggunakan ungkapan untuk menyatakan proses ini dengan kata kerja (dalam B. Inggeris kata kerja berakhiran _ING) (disarankan oleh Charmaz, 200). Sebagai sebuah ungkapan yang terdapat di dalam judul dan rumusan tujuan, ia menandakan bahwa itu adalah aktivitas dari sebuah penelitian. Di bawah ini adalah judul-judul dari penelitian teori grounded yang di dalamnya bisa kita lihat penggunaan kata kerja dimaksud, sebuah kategori kunci yang menjadi minat, dan topik yang lebih luas lingkupya yang akan diteliti.

   “Mendidik Setiap Guru, Setiap Tahun: Sekolah-sekolah Negeri dan Orang Tua Murid bekerja sama dengan ADHD” (Reid dkk., 1996) – proses mendidik para guru, kategori-kategori yang tersirat antara para orang tua dan sekolah, topik tentang anak- anak dengan ADHD

   “Menemukan Penyakit Kronis: Penggunaan Teori Grounded” (Charmaz, 1990) – proses yang dilalui oleh para pasien menemukan penyakit mereka, kategori penyakit kronis, dan topik penyakit yang tersirat

  Penyampelan Teoritis

  Data-data yang dikumpulkan oleh peneliti teori grounded untuk mengembangkan proses mencakup banyak sekali bentuk informasi kualitatif (lihat Bab 8). Para peneliti bisa mengumpulkan data-data melalui observasi, percakapan, wawancara, rekaman-rekaman publik, catatan- catatan harian dan jurnal para responden, dan refeksi pribadi si peneliti sendiri (Charmaz, 2000). Walaupun demikian, banyak pakar teori

  

grounded sangat mengandalkan wawancara, barangkali sebagai cara

  yang paling mampu menangkap pengalaman-pengalaman para partisipan dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri, merupakan suatu pendekatan yang sejalan dengan posisi yang dianut oleh para pengikut konstruktivist (Charmaz, 2000; Creswell, 2007).

  Dalam memilih individu-individu untuk wawancara atau observasi dengan menggunakan pemilihan sampel bertujuan, para peneliti teori

  

grounded menerapkan perspektif yang unik yang membedakannya

  dengan pendekatan-pendekatan kualitatif yang lain dalam hal pengmpulan data. Para peneliti teori grounded melakukan pemilihan sampel secara teoritis dengan menggunakan proses pengumpulan dan analisis data secara berurutan dan simultan. Penyampelan teoritis dalam teori grounded bermakna bahwa si peneliti memilih bentuk-bentuk pengumpulan data yang akan menghasilkan teks dan gambar yang berguna untuk menelurkan sebuah teori. Ini bermakna bahwa pemilihan sampel memiliki tujuan dan terfokus pada melahirkan teori. Contoh, ketika si peneliti teori grounded berkeinginan meneliti pilihan sekolah, para siswa dan orang tua mereka merupakan calon-calon yang paling baik untuk diwawancarai karena mereka yang secara aktif terlibat dalam proses pemilihan sekolah dan bisa berbicara dari pengalaman pertama. Walaupun demikian, staf sekolah (misalnya kepala sekolah) boleh jadi memiliki informasi yang berguna bagi proses ini, akan tetapi mereka kurang penting dibandingkan dengan para siswa dan orang tua mereka, yang justru mereka itulah yang membuat pilihan-pilihan tersebut. Dalam proyek ini, para peneliti teori grounded, akan mulai dengan para siswa dan orang tua mereka, yang sebenarnya membuat plihan-pilihan itu.

  Disebalik penyampelan data demi nilai teoritisnya, para peneliti teori grounded juga menggunakan emerging design. Emerging design dalam penelitian teori grounded adalah proses di mana si peneliti mengumpulkan data, kemudian langsung menganalisisnya ketimbang menunggu semua data terkumpul, dan selanjutnya mendasarkan keputusan tentang data apa yang harus dikumpulkan selanjutnya dalam analisis ini. Gambaran tentang sebuah “liku-lekok” akan membantu kita memahami prosedur ini, seperti tergambar dalam Diagram 14.5. Sebagaimana diliustrasikan dalam diagram tersebut, para pakar teori

  

grounded, terlibat dalam pengumpulan data awal (misalnya pengumpulan data wawancara awal), menganalisisnya untuk mendapatkan kategori- kategori awal, dan kemudian mencari rambu-rambu tentang data-data tambahan yang harus dikumpulkan. Rambu-rambu ini boleh jadi berupa kategori-kategori yang masih mentah yang perlu dikembangkan lagi, informasi-informasi yang terputus dalam urutan proses, atau individu- individu baru yang bisa memberikan pemahaman tentang beberapa aspek dari proses dimaksud. Para peneliti teori grounded kemudian kembali ke lapangan mengumpulkan informasi tambahan. Di dalam prosedur ini, si peneliti menyempurnakan, mengembangkan, dan mengklarifkasi makna- makna dari kategori-kategori tersebut dalam rangka melahirkan teori. Proses ini berupaya merangkai secara ulang alik antara pengumpulan data dan analisis data, dan terus berlanjut sampai si peneliti akhirnya mencapai titik jenuh (saturation) untuk kategori tertentu. Saturation (penjenuhan) dalam penelitian teori grounded adalah suatu kondisi di mana si peneliti membuat sebuah penentuan subjektif bahwa data-data baru tidak lagi memberikan informasi atau pemahaman baru dalam rangka mengembangkan kategori-kategori.

  Mengidentifkasi proses ini dalam penelitian teori grounded yang sudah dipublikasikan memerlukan pengujian yang cermat dalam hal proses pengumpulan dan anlisis data untuk melihat apakah si peneliti sudah melakukan proses ulang-alik (recycling) antara pengumpulan data dan analisis data tersebut. Contoh, dalam sebuah penelitian tentang proses yang dialami oleh pria-pria yang menderita penyakit kronis, Charmaz (1990) secara cermat mendokumentasikan bagaimana ia mewawancarai 7 dari 20 orang pria dalam penelitiannya lebih dari satu kali guna memperbaiki kategori-kategori yang mencuat (muncul(.

  Analisis Data Melalui Perbandingan Berkelanjutan

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

15 165 84

SOAL ULANGAN HARIAN IPS KELAS 2 BAB KEHIDUPAN BERTETANGGA SEMESTER 2

12 263 2

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan model Problem Based Instruction (PBI) terhadap pemahaman konsep dan hasil belajar siswa pokok bahasan tekanan Kelas VIII Semester II di SMPN Palangka Raya Tahun Ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Pala

0 3 80