PERCOBAAN VIII (Kristalisasi dan Rekristalisasi)

  ABSTRAK

  Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Pemurnian Bahan Melalui Kristalisasi” yang berujuan untuk mempelajari metode pemurnian yaitu rekristalisasi dan penerapannya pada pemurnian garam dapur kasar menggunakan metode penguapan dan pengendapan. Prinsip yang digunakan untuk metode penguapan yaitu perbedaan titik didih pelarut yang lebih kecil dibanding titik leleh padatan yang bertujuan supaya zat yang dilarutkan tidak terurai. Sedangkan pada metode pengendapan menggunakan prinsip penambahan ion sejenis yang mengakibatkan kelaritan semakin kecil sehingga membentuk endapan. Hasil yang didapat yaitu massa kristal dari pemurnian metode penguapan sebesar 4,1 gram dan rendemen prosentase sebesar 20,5% dan hasil dari metode rekristalisasi pengendapan adalah 0,1 gram dan rendemen prosentase sebesar 0,5%

  

PERCOBAAN 8

PEMURNIAN BAHAN MELALUI KRISTALISASI

  I. TUJUAN PERCOBAAN Mempelajari salah satu metode pemurnian yaitu rekristalisasi dan penerapannya pada garam dapur.

  II. DASAR TEORI

  2.1 Kristalisasi Merupakan suatu metode untuk pemurnian zat dengan pelarut dan dilanjutkan dengan pengendapan. Dalam kristalisasi senyawa organik dipengaruhi oleh pelarut. Pelarut kristalisasi merupakan pelarut dibawa oleh zat terlarut yang membentuk padatan dan tergantung dalam struktur kristal – kristal zat terlarut tersebut.

  (Oxtoby, 2001)

  2.2 Rekristalisasi Merupakan suatu pembentukan kristal kembali dari larutan atau leburan dari material yang ada.

  Sebenarnya rekristalisasi hanyalah sebuah proses lanjut dari kristalisasi. Apabila kristalisasi (dalam hal ini hasil kristalisasi) memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada suhu kamar, namun dapat lebih larut pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni dapat menerobos kertas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal murni.

  5. Mengeringkan kristal (Fessenden, 1983)

  2.4. Cara Memilih Pelarut yang Cocok untuk Proses Rekristalisasi adalah :

  a. Pelarut yang dipilih sebaiknya hanya melarutkan zat – zat yang akan dimurnikan dalam keadaan panas, sedangkan pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut.

  b. Pelarut yang digunakan sebaiknya memiliki titik didih rendah agar dapat mempermudah pengeringan kristal.

  c. Pelarut yang digunakan harus inert, tidak bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan.

  (Cahyono, 1998)

  2.5. Proses Kristalisasi

  a. Pendinginan Larutan yang akan dikristalkan didinginkan sampai terbentuk kristal pada larutan tersebut. Metode ini digunakan untuk zat yang kelarutan mengecil bila suhu diturunkan. Pendinginan dilakukan 2x yaitu pendinginan larutan panas sebelum penyaringan dan pendinginan sesudah penguapan.

  b. Penguapan Solvent Larutan yang dikristalkan merupakan senyawa campuran antara solven dan solut. Setelah dipanaskan maka solven menguap dan yang tertinggal hanya kristal. Metode ini digunakan bila penurunan suhu tidak begitu mempengaruhi kelarutan zat pada pelarutnya. Penguapan bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalizir solvent atau zat pelarut sisa yang terdapat pada filtrat. d. Salting Out Prinsipnya adalah menambah suatu zat untuk mengurangi zat yang akan dikristalkan. Pengeluaran garam dari larutan dengan zat baru ke dalam larutan bertujuan menurunkan daya larut solven terhadap suhu pada pengatur tersebut. Peningkatan harga k, jika kedalam suatu larutan ditambah dengan zat elektrolit.

  (Cahyono, 1998)

  2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kristal

  a. Laju pembentukan inti (nukleous) Laju pembentukan inti dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalamsatuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, maka banyak sekali kristal yang terbentuk, tetapi tak satupun akan tumbuh menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikel-partikel koloid.

  b. Laju pertumbuhan kristal Merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju tinggi kristal yang besar akan terbentuk, laju pertumbuhan kristal juga dipengaruhi derajat lewat jenuh.

  (Donald, 1980)

  2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembentukan Kristal Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal adalah :  Derajat lewat jenuh.

  • Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada.
  • Pergerakan antara larutan dan kristal.
endapan dengan hanya satu atau beerapa ion yang ada dalam larutan, kemudian endapan dapat disaring dan dicuci, tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan yaitu bentuk dan ukuran kristal. Bentuk kristal struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum. Sangat menguntungkan karena mudah dicuci setelah disaring.

  (Vogel, 1985)

  2.9 Kelarutan Endapan Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan endapan berupa kristal atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaring atau sentrifug. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan komposisi pelarutnya.

  (Vogel, 1985)

  2.10 Larutan Jenuh Spesifikasi larutan jenuh adalah larutan yang titik bekunya tidak mengganggu. Kejenuhan membuat kristalisasi sangat efektif dengan penyaringan dan pemisahan.

  (Fischer, 1957) Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang sudah ditentukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut dan zat-zat yang tidak terlarut.

  (Keenan, 1990) bergeser, bergerak dari keadaan tarik-menarik menjadi tolak-menolak.

  (Brady, 1994)

  2.12 Pengaruh Penurunan Suhu pada Proses Terjadinya Kristal

  a. Bila penurunan suhu berjalan dengan cepat maka kecepatan tumbuh inti kristal lebih cepat daripada kecepatan pertumbuhan kristal sehingga kristal yang diperoleh kecil, rapuh, dan banyak.

  b. Bila penurunan suhu dilakukan secara perlahan, maka kecepatan pertumbuhan kristal lebih cepat daripada kecepatan pertumbuhan inti kristal sehingga kristal yang dibebaskan besar-besar, liat, dan elastis

  (Austin,1986)

  2.13 Ko Presipitasi Bila suatu endapan memisah dari lariutan, keadaanya tidak selalu sempurna murni, dapat mengandung bermacam-macam zat pencemar, tergantung dari sifat-sifat endapan dan kondisi pengendapan. Pencemaran endapan oleh zat-zat yang secara normal larut dalam larutan induk,dinamakan pengendapan ikut (Ko-Presipitasi). Ada dua yang penting yang menyebabkan terjadinya ko-presipitasi yaitu adsorbsi partikel-partikel asing pada permukaan kristal yang sedang tumbuh dan okulasi partikel- partikel asing sewaktu proses pertumbuhan kristal.

  (Vogel,1990)

  2.14 Post –Presipitasi Beberapa endapan diendapkan dengan perlahan-lahan dan larutan berada dalam keadaaan lewat jenuh untuk waktu yang sangat lama. Ketika kalsium oksalat diendapkan ditengah-tengah ion magnesium dalam jumlah

  2.15 Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Larutan jenuh suatu garam yang juga memgandung garam tersebut yang tak larut dengan berlebihan merupakan suatu sistem kesetimbangan terhadap hukum kegiatan massa dapat diberlakukan. Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuh, maka:

  AgCl Ag + Cl Ini merupakan kesetimbangan heterogen karena AgCl ada dalam fase

  • padat, sedangkan ion Ag

  dan Cl ada dalam fase terlarut. Tetapan

  • kesetimbangannya,

  Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tak berubah dan dimasukkan dalam tetapan baru, Ks yang dinamakan hasil kali kelarutan:

  Ks = [Ag ][Cl ] Jadi, hasil kali kelarutan ion perak dan klorida adalah konstan.

  (Vogel,1990)

  2.16 Pemurnian dengan Rekristalisasi Rekristalisasi merupakan metode pemurnian suatu kristal dari pengotor-pengotornya. Campuran senyawa yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut tang bersesuaian dalam temperatur yang dekat dengan titik didihnya. Selanjutnya untuk memishkan pengotor atau zat lain dari zat yang diinginkan dilakukan penyaringan sampai terbentuk kristal.

  (Cahyono,1991) An approach to prevent aggregation during the puriWcation and

  2.17 enzim ini selama satu dekade. Dalam studi ini, kami menampilkan suatu pendekatan untuk menyelesaikan masalah agregasi ini dengan menggunakan hamburan cahaya dinamis (DLS) analisis untuk menyelidiki keadaan agregasi protein dalam kehadiran berbagai aditif. Setelah tahap pertama kation rekombinan wild type AT dengan C-terminal-tag-Nya menggunakan Ni

  2+

  o Larut dalam air, kristal putih, berbentuk kubus.

  2 O, dapat bereaksi

  2 dan H

  o Titik leleh : 2572

  3

  C o Densitas : 3,37 g/cm

  b. CaO o Berat molekul : 56,08 g/mol o Titik didih : 2850

  (Basri, 2003)

  Titik lebur : 804 C

  chelate kromatografi, penambahan kombinasi dari 5mm DTT, 250mm NaCl, dan 5mm agregasi EDTA yang menuju ke AT dicegah secara efektif. Di hadapan aditif ini, yang mendukung AT DLS menunjukkan distribusi ukuran yang sempit menunjukkan solusi homogen dan protein adanya agregasi. Kemurnian dan mono-jenis liar dispersity AT adalah suycient untuk pertumbuhan kristal kualitas tinggi

  3 o

  Densitas : 2,17 g/cm

  o

  Berat Molekul : 518,45 g/mol

  o

  a. NaCl

  2.18 Analisa bahan

  (Yoshida, 2005)

C o Bentuk kristal putih, dapat menyerap CO

  o

  Titik leleh : -119,29 C

  o

  Titik didih : 114,61 C

  o Berbau khas, tidak berwarna, korosif, asam kuat.

  (Basri, 2003)

  d. H SO

  2

  4

  o Berat molekul : 98,08 g/mol C o Titik didih : 190 o Tidak berbau, higroskopis, korosif, asam kuat, tidak berwarna.

  (Daintith, 1990)

  e. H O

  2 o

  Berat molekul : 18 g/mol

  3 o

  Densitas : 1,08 g/cm

  o

  Titik beku : 0 C

  o

  Titik didih : 100 C

  o Polar, sebagai pelarut universal.

  (Basri, 2003)

  f. Ba(OH)

  2 encer o

  Berat molekul : 171,28 g/mol

  3 o

  Densitas : 3,743 g/cm

  o

  Titik leleh : 78 0C

  o

  Korosif, basa kuat, dalam padatan berupa kristal putih dan transparan.

  (Basri, 2003)

  g. (NH ) CO

  4

  2

  3 III. METODE PERCOBAAN

  III.1 Alat dan bahan

  III.1.1 Alat

  a. Timbangan

  b. Gelas beker

  c. Pemanas listrik

  d. Pengaduk

  e. Corong

  f. Kertas saring

  g. Kertas pH

  III.1.2 Bahan

  a. Kristal garam dapur pasaran

  b. CaO

  c. Ba(OH) encer

  2

  d. (NH

  4 )

  3

  e. HCl

  f. H SO

  2

  4

  g. H O

  2 III.2 Gambar alat

  Timbangan Kompor Listrik Pengaduk III.3 Skema kerja

  3.3.1 Perlakuan Awal 62,5 mL H O

  2 Gelas Beker

  Pemanasan sampai mendidih Penambahan 20 g NaCl pasaran Pengadukan Pemanasan sampai mendidih Penyaringan

  Endapan Larutan

  Gelas Beker Pembagian menjadi 2 bagian

  Larutan 1 Larutan 2

  3.3.2 Kristalisasi melalui Penguapan Larutan 1

  Gelas Beker Penambahan 0,5 g CaO

  Penambahan Ba(OH)

  2 Penambahan 30g/L

  (NH ) CO

  4

  2

  3 Pengadukan

  Filtrat Penyaringan

  Gelas Beker Residu

  Kertas Saring Penetralan dengan HCl Pengukuran dengan pH meter Penguapan sampai kering

  Kristal NaCl Pengamatan Pembandingan dengan pengendapan Larutan 2 Tabung Reaksi

  NaCl + H

  2 SO 4 pekat

  Tabung Reaksi Penjenuhan dengan gas HCl

  Kristal Penimbangan Perhitungan

  Hasil IV DATA PENGAMATAN NO Perlakuan Hasil

  1 Perlakuan awal

  • 20 g NaCl + 62,5 mL aquades panas Garam melarut diaduk dan dipanaskan sampai mendidih
  • Larutan NaCl di saring Filtrat berwarna bening

  Residu berwarna coklat

  • Filtrat dibagi menjadi 2 bagian Dibagi 2 dalam gelas beker

  2 Kristalisasi melalui penguapan Larutan 1 + 0,5 g CaO Larutan berwarna putih

  • keruh
    • Ba(OH) encer Endapan agak larut 

  2

  • 30 g/ L (NH
    • 4 )

  2 CO

  3 Warna larutan putih

  Penyaringan dan filtratnya Filtrat berwarna putih

  • dinetralkan dengan HCl Residu berwarna coklat Penguapan sampai kering Solven mulai menguap 

  Kristal berwarna putih

  3 keruh penimbangan Berat kristal 10,6 gram

  • Rekristalisasi melalui Pengendapan  Larutan 2 + H

  2 SO 4 + NaCl Larutan berwarna kuning V Hipotesis Percobaan yang berjudul Pemurnian Bahan melalui Kristalisasi ini bertujuan untuk mempelajari salah satu metode pemurnian yaitu rekristalisasi dan penerapannya pada pemurnian garam dapur kasar. Prinsip dari kristalisasi melalui penguapan adalah perbedaan kelarutan antara zat yang dimurnikan dengan zat-zat pengotornya dalam suatu pelarut tertentu. Metode pengendapan ini menggunakan prinsip kerja yang digunakan adalah

  • penambahan ion-ion sejenis yaitu ion Cl yang akan memperkecil kelarutan suatu larutan hingga jenuh dan samapai Ksp terlampaui agar terjadi endapan NaCl. Hasil dari percobaan ini adalah akan didapatnya gatam NaCl yang lebih putih dan bersih dari pada garam dapur pasaran.
VI PEMBAHASAN Percobaan pemurnian bahan melalui kristalisasi bertujuan untuk mempelajari salah satu metode pemurnian yaitu rekristalisasi dan penerapannya pada pemurnian garam dapur kasar. Pada garam dapur kasar masih terdapat pengotor – pengotor, sehingga perlu dilakukan suatu pemurnian dengan cara memisahkan garam murni dari pengotor – pengotornya dengan cara rekristalasisasi, pada umumnya pengotor yang

  2+, 2+, 3+ 2- terkandung dalam garam NaCl adalah Ca Mg Al , SO , I , dan Br .

  4

  2

  2 Metode pada percobaan ini adalah pengendapan dan penguapan. Prinsip

  dari percobaan ini adalah perbedaan daya larut antara zat yang akan dimurnikan (NaCl kasar) dengan zat-zat pengotor yang terkandung dalam garam NaCl kasar agar didapatkan NaCl murni.

  6.1 Perlakuan Awal Tujuan dari perlakuan awal adalah untuk melarutkan Kristal garam

  NaCl kasar yang ada. Langkah pertama adalah memanaskan aquades hingga mendidih untuk mempermudah melarutkan NaCl kasar. NaCl dapat larut dalam air karena NaCl bersifat polar dan merupakan senyawa ionik, dimana senyawa ionik akan berbentuk ion – ionnya di dalam larutanya, dan harga Ksp dari senyawa NaCl lebih besar dibandingkan dengan hasil kali ion – ionnya. Kemudian pada aquades ditambahkan gram garam dapur kasar dan diaduk agar garam dapur bisa larut sempurna dalam air. Larutan ini kemudian dipanaskan lagi sampai mendidih untuk mempercepat proses pelarutan, karena pada pemanasan dapat meningkatkan gerakan partikel – partikel didalam larutan sehingga tumbukan antar partikel semakin cepat dan kelarutan semakin cepat. Setelah mendidih, larutan garam dapur disaring dan diambil filtratnya. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan dilakukan adalah penambahan CaO ke dalam larutan 1 yang berisi filtrat hasil perlakuan awal. Penambahan CaO berfungsi untuk memperbesar perbedaan daya larut antara NaCl dan pengotornya, dimana CaO akan menarik ion Cl, sehingga timbul endapan CaCl

  2 berwarna putih. Reaksinya:

  • (aq) (s)

  2 NaCl + CaO + H + 2 OH

  2

   + 2 Na (Vogel,1990)

  2+ 2+

  Ion Ca bereaksi dengan zat-zat pengotornya karena ion Ca mampu mengikat karbonat atau sulfat. Kalsium Karbonat dapat mengendap karena

  2+ 2-

  Kspnya lebih kecil daripada hasil kali konsentrasi [Ca ][SO ]. CaSO juga

  4

  4

  dapat mengendap karena Kspnya lebih kecil daripada hasil kali konsentrasi

  2+ 2- -9

  [Ca ][SO

  4 ]. Ksp dari CaCO 3 adalah 4,8 x 10 dan Ksp dari CaSO 4 adalah

  • 4

  2,3 x 10 . Reaksinya:

  2+ 2-

  • O CaO  Ca

  2+ 2-

  Ca + CO

  3

   CaCO 3

  2+ 2-

  Ca + SO

  4

   CaSO 4 (Vogel,1990)

  Setelah penambahan CaO, selanjutnya ditambahkan Ba(OH) sampai

  2

  tak terbentuk endapan lagi. Penambahan ini bertujuan untuk memisahkan

  • 2+ - -

  ion Cl dari CaCl

  2 . Ba(OH) 2 juga akan terurai menjadi Ba dan OH , OH 2+ 2+

  ini berfungsi mengikat pengotor Fe dan Mg yang masih tersisa. Penambahan Ba(OH)

  2 tetes per tetes hingga tak ada endapan lagi bertujuan

  untuk membuktikan bahwa ion Cl yang terdapat dalam larutan telah

  • -

    2+ berikatan semua dengan Ba sehingga menghasilkan endapan BaCl .

  2 Reaksinya:

  • 2+

  Ba(OH) + 2 OH

  2  Ba

  (Vogel,1990) Reaksi keseluruhannya :

  2+

  2NaCl (aq) + CaO (s) + Ba(OH) 2 (aq) + H

  2 O + Na

  • 4OH + Ca  BaCl 2

  (Vogel,1990) Setelah penambahan Ba(OH)

  2 dilanjutkan dengan penambahan 2+ 2+

  (NH

  4 )

  Reaksinya:

  2+ 2- -9

  Ba + CO Ksp = 8,1 x 10

  3  BaCO 3 2+ 2- -9

  Ca + CO Ksp = 4,8 x 10

  3  CaCO 3

  Reaksi secara keseluruhannya :

  2+

  BaCl + Na + 4OH + Ca + (NH ) CO + NH CO +

  4

  2 3  BaCO 3  + Na

  2

  3 2 3

  CaCl

  2

  (Vogel,1990) Laruatan ini kemudian disaring dan diambil filtratnya. Penyaringan berfungsi untuk memisahkan filtrat dengan residunya. Pada percobaan ini filtrat yang dihasilkan berwarna putih keruh dan residunya berwarna coklat. Filtrat ini dinetralkan dengan HCl karena pada penambahan reagen-reagen sebelumnya, filtrat menjadi bersifat basa sehingga perlu dinetralkan dengan HCl agar pH larutan garam kembali netral (pH = 7). Sifat basa pada filtrat karena adanya ion NH

  • 4 yang berasal dari (NH

  4 )

  2 CO 3 , penetralan berfungsi agar garam dapat terbentuk, karena pada dasarnya garam bersifat netral.

  Setelah netral, filtrat diuapkan sampai kering untuk menghilangkan ionNH

  4

  • 2

  dan H O, sehingga terbentuk kristal NaCl yang berwarna putih dengan

  berat 10,6 gram dan rendemen produknya 53%. Fungsi penguapan adalah untuk menghilangkan zat pelarut dan ion – ion lain yang mudah menguap.

  6.3 Rekristalisasi melalui Pengendapan

  Pertama-tama filtrat garam dari perlakuan awal dijenuhkan dengan gas HCl sampai sebagian terbentuk endapan. Gas HCl dibuat dengan mereaksikan NaCl dengan asam sulfat pekat.

  Reaksi yang terjadi :

  2 NaCl + H SO

  2 HCl + Na SO

  (s) 2 4(aq) (g) 2 4(aq)

  (Vogel,1985) Reaksi ini merupakan reaksi eksoterm yang ditandai dengan timbulnya panas pada tabung reaksi. Gas HCl disalurkan ke dalam larutan II dengan pipa bengkok sehingga gas HCl masuk ke dalam larutan untuk mengkondisikan larutan garam NaCl menjadi lewat jenuh sehingga terbentuk endapan NaCl yang lebih murni.

  Reaksinya : NaCl

  • -

    + (s) Na
    • Cl (Vogel,1985)

  • Penambahan ion Cl akan mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kiri atau kearah NaCl hingga terbentuk endapan. Gas HCl dapat
  • mengendapkan kristal NaCl karena pengaruh ion sejenis Cl . Adanya ion sejenis yaitu Cl

  akan menambah konsentrasi ion Cl dalam larutan NaCl

  hingga Ksp terlampaui dan NaCl akan mengendap, akan tetapi pengotor – pengotor lain tidak terendapkan karena nilai Ksp dari pengotor – pengotor

  Kristal yang terbentuk lebih cepat dan lebih murni dari pada menggunakan metode penguapan karena pada metode pengendapan dihasilkan kristal NaCl tanpa zat pengotor.

  6.3.2 Kelemahan dari metode Pengendapan Rendemen yang dihasilkan lebih kecil daripada rendemen metode penguapan, karena pada metode pengendapan NaCl yang terbentuk tidak mengandung pengotor - pengotornya, sedangkan pada metode penguapan NaCl yang terbentuk masih terdapat pengotor - pengotornya

  Sedangkan faktor yang mempengaruhi pembentukan kristal yaitu :

  1. Laju Pembentukan Inti Dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi ,maka kristal yang terbentuk dalam jumlah yang besar tetapi tidak satupun dari ini akan tumbuh menjadi kristal yang bentuknya besar. Jadi, endapan yang terbentuk terdiri dari partikel- partikel yang lebih kecil.

  2. Laju pertumbuhan Kristal Jika laju pertumbuhan kristal tinggi, maka akan terbentuk kristal yang lebih tinggi.

  (Vogel,1985) Dari kedu faktor tersebut, dapat diketahui bahwa kristal yang terbentuk hasil dari percobaan berukuran kecil, dan hasil yang didapatkan pengotor – pengotor tersebut tidak terendapkan atau masih dalam bentuk ion ionnya. Sehingga kristal yang dihasilkan berwarna lebih putih dan kristalnya mengkilap.

  (Khopkar,1990) Kecepatan terbentuknya kristal melalui pengendapan lebih cepat dibandingkan melalui penguapan. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kristal, antara lain:

  a. Derajat Lewat Jenuh Makin tinggi derajat lewat jenuh, maka makin besar kemungkinan untuk membentuk inti baru. Sehingga makin cepat untuk membentuk kristal.

  b. Jumlah Inti yang Ada atau Luas Permukaan Total Jika kecepatan pembentukan kristal tinggi, maka jumlah inti yang dihasilkan ke dalam bentuk kristal akan semakin banyak. Semakin luas permukaan total kristal, maka semakin banyak larutan yang ditempatkan pada kisi kristal.

  c. Pergerakan antara Larutan dan Kristal Transportasi molekul atau ion dalam larutan (bahan yang akan dikristalisasi) dalam larutan ke permukaan kristal dengan cara difusi dapat berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan akan semakin besar.

  d. Banyaknya Pengotor Adanya pengotor akan memperlambat kecepatan untuk membentuk kristal. Pada metode penguapan, pembentukan kristal lebih lama dibanding VII KESIMPULAN

  7.1 Pemurnian garam dapur dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu kristalisasi penguapan dan rekristalisasi pengendapa.

  7.2 Metode paling efektif yang dapat digunakan dalam percobaan ini adalah rekristalisasi mealui pengendapan karena lebih efisien waktu dan kristal yang didapat lebih murni serta kekuatan garamnya lebih kuat

  7.3 Kristalisasi melalui penguapan rendemennya adalah 53 %

  7.4 Rekristalisasi pengendapan rendemen prosentasenya adalah 0,5 %

  LEMBAR PENGESAHAN Semarang, 21 Desember 2009

  Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3 Prihastuti S L Dewi Rachmatika Abdi Rani Anggraeni J2C 008 051 J2C 008 053 J2C 008 054 Praktikan 4 Praktikan 5 Praktikan 6 Rani Trisnawati Ricky Mara Sandi Rismita Wulansari J2C 008 055 J2C 008 056 J2C 008 057 Praktikan 7 Praktikan 8 Praktikan 9

  Etik Murdiati J2C 005 114

  Perhitungan Kristalisasi melalui penguapan Diketahui: mo = 20 g mt = 10,6 g Ditanya: rendemen prosentase? Jawab: Rendemen prosentase = %

  = 53% Rekristalisasi melalui Pengendapan Diketahui : mo = 20 gram mt = 0,1 gram Rendemen prosentase = %