ANCAMAN KEAMANAN PASCA PERANG DINGIN ISU

ANCAMAN KEAMANAN PASCA PERANG DINGIN;
ISU TRADISIONAL DAN NON-TRADISIONAL
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Politik Internasional

oleh
Haerudin Fauzi (1112113000022)
Luthfi Anugrah (11121130000)
M. Chasif Ascha (1112113000058)
M. Darmawan Ardiansyah (1112113000008)
Redynal Umar (11121130000)
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

1

2014 M/ 1435 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Ancaman
Keamanan Pasca Perang Dingin; Isu Tradisional dan Non-Tradisional.”Terwujudnya
makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan
membimbing penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:

1.

Bapak Andar Nubowo yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa.

2.

Teman-teman

kelas

Politik


Internasional

yang

telah

membagi

pengetahuannya dalam setiap sesi presentasi.
Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat
imbalan di sisi Allah SWT. sebagai amal ibadah, amin. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikanperbaikan ke depan.

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
.................................................................................

DAFTAR ISI
................................................................................................
BAB I

BAB II

BAB III

ii
iii

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................

1

B. Rumusan Masalah .................................................................

2


C. Sistematika Penulisan ............................................................

2

PEMBAHASAN

A. Ancaman Tradisional ............................................................

3

1. Nuklir...............................................................................

3

2. Konflik AntarNegara .......................................................

9

B. Ancaman Non-Tradisional ....................................................


15

1. Human Security ...............................................................

15

2. Transnational Organized Crime ......................................

23

3. Terorisme .........................................................................

31

PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA


..................................................................................

37

..................................................................................

iv

3

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Isu ancaman nontradisional terhadap keamanan nasional sejak sekitar satu

dasawarsa yang lalu bukan lagi menjadi bahan diskusi kalangan sipil (akademisi,
pemikir, pelaku bisnis, dsb.) tetapi juga kalangan militer. Lebih jauh, isu ini kini
juga menjadi bagian penting dari kajian strategis. Hal ini disebabkan bukan hanya

karena pada pembahasan spektrum ancaman, tetapi juga bagaimana mengatasi
ancaman-ancaman tersebut, baik pada skala nasional, regional, maupun
internasional. Berbagai pertemuan telah dilakukan, mulai dari pihak sivitas
akademika, pejabat negara, serta komunitas internasional guna memahami lebih
dalam dimensi ancaman nontradisional dan telah menghasilkan beberapa gagasan
mengenai

bagaimana

menangani

ancaman

nontradisional

secara

lebih

komprehensif.1

Sejalan dengan perkembangan globalisasi yang kian mengaburkan batas
negara, tindak kejahatan atau potensi ancaman terhadap suatu negara menjadi hal
yang wajar. Isu-isu nontradisional seperti lalu lintas obat-obatan, penyelundupan
senjata ilegal, pencurian hak cipta, perdagangan manusia, pencucian uang, serta
terorisme adalah beberapa contoh dampak dari kemajuan globalisasi khususnya di
bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Meskipun dunia pasca Perang Dingin didominasi oleh problematika isu
nontradisional namun isu tradisional kerap kali muncul di tengah masyarakat
dunia. Mulai dari konflik antaragama, etnis, ideologi, teritorial, ekonomi yang
menjadi pemicu kerenggangan hubungan antarnegara. Tidak luput pula diskursus
nuklir yang walaupun telah diatur secara ketat oleh PBB dengan undang-undang
proliferasi namun ancaman terhadap nuklir tidak hilang hingga saat ini. Justru
nuklir dijadikan alat deterrance dan bargaining power negara kuat terhadap
negara lemah.
1 Agung Banyu Perwita, Anak, dkk. 2013. Pengantar Kajian Strategis. Jakarta: Graha Ilmu.

4

B.


Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil beberapa aspek

permasalahan yang dapat dijadikan sebagai rumusan masalah, diantaranya adalah:
1.

Apa saja isu tradisional dan nontradisional pasca Perang Dingin?

2.

Apakah masih relevan isu keamanan militer dalam dunia saat ini?

3.

Seberapa besar ancaman nontradisional terhadap kelangsungan
perdamaian dunia?

C.

Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dalam penelitian ini disesuaikan dengan ketentuan

umum pembuatan suatu makalah sebagai berikut:
Pada Bab I, berisi Pendahuluan, terdiri dari Pernyataan Masalah, Rumusan
Masalah, dan Sistematika Penulisan.
Bab II, adalah Analisa dan Pembahasan. Bab ini merupakan uraian hasil
penelitian. Berisi Definisi, Sejarah, serta Macam-Macam Ancaman Tradisional
dan Non-Tradisional.
Bab III, adalah Penutup, berisi Kesimpulan serta terakhir Daftar Pustaka.

5

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Ancaman Tradisional
1. Nuklir
Strategi Nuklir memiliki tempat tersendiri dalam pembuatan
kebijakan dan menjadi faktor yang signifikan dalam membentuk

kebijakan luar negeri bagi negara-negara yang memilikinya.
Pengembangan teknologi nuklir sendiri dimulai sejak abad ke19 dengan ditemukannya senyawa radioaktif uranium oleh Marrie dan
Pierre Curie yang sebelumnya telah ditemukan oleh Antonie Henri
Becqurele pada tahun 1896.
Pada kenyataannya, pelaksanaan penggunaan nuklir hanya
pernah terjadi satu kali yakni pada tahun 1945 ketika Amerika Serikat
menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki. Dengan melihat
kehancuran Hiroshima dan Nagasaki karena kejatuhan bom nuklir
dapat dilihat sedemikian dahsyatnya efek kerusakan yang ditimbulkan
oleh beberapa kilogram uranium yang direaksikan sebagai bom nuklir
yang membuat kedua kawasan itu menjadi mati dan mengandung
toksin yang berbahaya bagi kesehatan sehingga tidak dijadikan
kawasan pemukiman yang baik bagi rakyat Jepang. Maka sejak
dikembangannya nuklir dan dibuktikan kedahsyatannya dengan bom
atas Hiroshima dan Nagasaki, maka nuklir adalah senjata tertinggi
tanpa tanding hingga saat ini. Nuklir kemudian mengambil posisi
sebagai senjata mematikan yang sulit ditandingi dan menjadi bagian
terbesar dalam bargaining power sebuah negara.
Setelah itu penempatan nuklir disebuah negara bisa dikatakan
hanya dijadikan sebagai sebagai alat detterence yang sering disebut
juga sebagai nuclear detterence dimana kepemilikan sebuah negara
atas teknologi nuklir membuat negara tersebut memiliki nilai
6

bargaining power tinggi dan musuh akan berpikir berkali-kali untuk
melakukan serangan terhadap negara tersebut.
Prestige merupakan salah satu motif yang digunakan oleh
negara-negara yang berusaha memiliki senjata nuklir. Tidak hanya
international prestige tetapi juga terkadang keadaan politik domestik
juga turut mempengaruhi sehingga muncul faktor internal prestige.
Dapat dikatakan dalam keadaan tersebut, negara-negara ingin
mendapatkan suatu tempat di panggung internasional (a place at the
table). Selain itu pertimbangan keamanan juga dapat menjadi motivasi
untuk memiliki senjata nuklir. Kepemilikan senjata nuklir dipandang
akan meningkatkan keamanan nasional (national security) sedangkan
jika tidak memiliki senjata nuklir akan merusak atau bahkan
menghancurkan kemanan nasional.
Pada dasarnya detterrence merupakan sebuah bentuk dari
paksaan. Dimana sebuah negara melakukan deterrence kepada
lawannya dari melakukan sesuatu seperti menyerang dengan sebuah
keyakinan pengorbanan yang dilakukan lebih baik dari pada potensial
serangan yang didapat. Detterrence juga dilakukan untuk menghindari
konflik bersenjata secara langsung.2
Mengenai konsep deterrence, Herman Kahn membagi tiga
kategori deterrence nuklir, di antaranya adalah:3
Tipe I

: Deterrence atas serangan langsung terhadap negara.

Tipe II

: Menggunakan ancaman strategis untuk mengancam

musuh agar tidak melakukan aksi provokatif daripada serangan
langsung. Pada tipe ini terlihat sebuah konsep pada perang dingin
yang dikenal dengan “payung nuklir” (nuclear umbrella). Dalam
2Harold Brown.2007. New Nuclear Realities. The Washingtong Quarterly. Winter 2007-2008.
3Kahn dalam John Baylis, et.al. Strategy in the Contemporary World. An Introduction to Strategic
Studies. hal 166. New York: 2002.

7

konsep ini, suatu negara dapat saja mendapatkan perlindungan nuklir
tanpa harus memilikinya. Hal ini terlihat dari bagaimana Amerika
Serikat melindungi sekutunya dengan kapabilitas nuklir yang dimiliki.
Sekalipun tidak ada kewajiban secara eksplisit untuk menggunakan
senjata nuklir dalam membela sekutu yang diserang, kemungkinan
untuk melakukannya tetap ada sehingga konsep ini dianggap memiliki
nilai deterrence terhadap lawan potensial.
Tipe III

: Deterrence bertahap terhadap aksi yang kurang provokatif.

Hal ini merujuk pada aksi yang diancam karena penyerang potensial
khawatir bahwa pihak yang diserang atau pihak lain akan melakukan
tindakan terbatas baik itu secara militer maupun bukan, yang dapat
membuat serangan menjadi tidak menguntungkan.
Alasan Negara-Negara Mengembangkan Nuklir
Scott D. Sagan memaparkan ada 3 alasan atau pendekatan yang
dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena tersebut.4
Pertama,the security model yang berfokus pada upaya negara
untuk meningkatan keamanan nasionalnya dari ancaman pihak asing
terutama dari ancaman nuklir. Dasar dari pendekatan ini adalah
pemikiran realis yang menyatakan bahwa setiap negara harus mampu
menjaga kedaulatannya serta keamanan nasionalnya sendiri. Hal ini
dikarenakan oleh ancaman terhadap daya rusak masiv yang dapat
ditimbulkan oleh senjata nuklir mendorong setiap negara untuk
meningkatkan kemampuannya untuk mengimbangi negara lain yang
mengembangkan nuklir dengan menimbulkan deterrence. Pendekatan
ini menghasilkan dua kebijakan yaitu, negara kuat dapat memaksakan
kepentingannya untuk memperoleh kepentingan nasionalnya dengan
mengembangkan dan menonjolkan kekuatan nuklirnya sehingga dapat
memperbesar

kemungkinan

tercapainya

kepentingan

4Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a
Bomb:Internasional Security, Vol. 21,No. 3. (Winter, 1996-1997), pp. 54-86.

8

negara

(brinkmanship). Di sisi lain, negara-negara kecil menjadi pihak yang
lemah karena pilihan mereka terbatas pada keikutsertaan dalam bentuk
aliansi negara-negara yang memiliki nuklir. Bagi beberapa negara,
bergabung dengan suatu aliansi akan menjaganya dari kehancuran
(efek nuclear umbrella).
Kedua,the domestic politics model yang menekankan pada
pemanfaatan

nuklir

sebagai

alat

politik

serta

tarik-menarik

kepentingan antar elit politik di dalam negeri. Ketika suatu kelompok
elit mampu mempengruhi arah kebijakan suatu Negara unutk
menggunakan nuiklirnya demi kepentingan kelompok tersebut. Dalam
hal ini setiap aktor selalu aktif dalam memaksakan kepentinganya
sehingga seringkali terjadi benturan antar kepentingan.
Ketiga,the norms model berfokus pada penggunaan nuklir
sebagai sebuah simbol modernitas serta identitas suatu bangsa di
dunia internasional. Pengambilan keputusan mengenai penggunaan
nuklir mencerminkan perilaku negara di dunia internasional karena
melalui proses pengambilan keputusan ini membentuk identitas dan
simbolisasi tertentu bagi negara tersebut. Dalam hal ini arah kebijakan
suatu Negara tidak ditentukan oleh pemimpin bangsa atau elit politik
tapi oleh norma yang berlaku.
Ketiga alasan tersebut mendorong suatu negara mempergunakan
nuklir sebagai sebuah instrumen politik. Kemampuan negara dalam
mengembangkan nuklir tidak bisa lepas pada adanya konflik
kepentingan yang terjadi pada masyarakat domestiknya.
Nuklir Amerika Serikat
Amerika Serikat merupakan negara yang paling menonjolkan
kepentingannya atas isu nuklir ini. Pada era 90-an, terdapat tiga
pemikiran utama dalam penggunaan nuklir Amerika Serikat. 5Pertama,
5Craig A. Snyder (ed). Contemporary Security and Strategy. hal 140-141 New York: 2008
9

adanya kebutuhan untuk berjaga-jaga atas kemungkinan terjadinya
pergeseran ideologi di Rusia maupun munculnya nasionalisme radikal
Rusia yang berpotensi mengancam Amerika Serikat. Kedua,
kebutuhan untuk menjaga superioritas atas Cina, menjaga kondisi
deterrence dengan Cina dan mungkin mengalahkan Cina, sebagai
contoh dalam kasus Taiwan. Ketiga, nuklir dianggap dapat membantu
dalam menangani musuh Amerika Serikat, yang sering dianggap
sebagai rogue states seperti Libya, Irak, Iran, Syria, dan Korea Utara
yang dianggap memiliki ambisi memiliki nuklir.
Dan setidaknya ada enam kegunaan dari senjata nuklir yang
dimiliki oleh Amerika Serikat, yaitu:6
a.

Untuk mencegah, menghukum, dan jika diperlukan, untuk
mengalahkan

musuh

regional

yang

mengancam

atau

menggunakan senjata pemusnah massal untuk menyerang
b.

Amerika Serikat.
memperbesar efek deterrence dan mungkin compellent bagi

c.

sekutu yang terancam dengan senjata pemusnah massal.
untuk
mengimbangi
kemungkinan
gagalnya
pasukan

d.

konvensional Amerika Serikat atau sekutunya.
mencegah munculnya pesaing dalam masa damai, krisis, maupun

e.

perang.
untuk melakukan misi peperangan yang tidak dapat dilakukan

f.

dengan senjata konvensional.
merupakan senjata yang mengukuhkan kedudukan Amerika
Serikat sebagai superpower dan sebagai penjamin terciptanya
general deterrence.

Studi Kasus: Nuklir Korea Utara

6Davis dan Gray dalam John Baylis, et.al. Strategy in the Contemporary World. An Introduction to
Strategic Studies. Hal 263.

10

Korea Utara melakukan uji coba roket Tae-Po Dong beberapa
waktu yang lalu, Pemerintah Korea Utara menyatakan roket tersebut
digunakan untuk kepentingan peluncuran satelit. Namun tindakan
tersebut dipandang oleh negara-negara di kawasan serta negara-negara
barat khususnya Amerika Serikat sebagai sebuah tindakan ancaman,
peluncuran roket tersebut diduga akan digunakan untuk senjata nuklir,
daya jangkau dari roket tersebut yang menjadi salah satu kekhawatiran
negara-negara kawasan dan Amerika Serikat.
Krisis nuklir tersebut muncul kembali setelah Korea Utara pada
akhir tahun 2002 untuk kembali memulai program instalasi nuklir
Yongbyon yang sebelumnya telah di non-aktifkan dibawah perjanjian
antara Amerika Serikat dan Korea Utara pada tahun 1994. Korea
Utara juga menarik diri dari Non Proliferation Nuclear Treaty (NPT)
pada tahun 2004. Berikutnya serangkaian uji coba missile pada tahun
2006, sehingga menimbulakn masalah poltik luar negeri bagi tidak
hanya negara-negara di kawasan tetapi juga hingga negara-negara
barat.
Beberapa ahli mengeluarkan spekulasi pendapat mengenai
pengembangan nuklir kembali oleh Korea Utara, salah satunya adalah
alasan untuk menghentikan embargo ekonomi oleh negara-negara
barat atau hanya untuk memutuskan ketergantungan dari Cina, Cina
saat ini adalah penyedia bantuan luar negeri terbesar bagi Korea utara.
David Shambaugh7 melukiskan hubungan antara Cina dan Korea
Utara sebagai “Mulut dan Gigi” karena Cina memiliki hubungan yang
paling baik dengan Korea Utara dibandingkan dengan negara lain di
dunia ini.

2. Konflik AntarNegara
7Gilber Rozman. 2007. The North Korean Nuclear Crisis and U.S. Strategy in Northeast Asia. Asian
Survey vol.47 issue 4.

11

Konflik

antarnegara

merupakan

persoalan

klasik

dalam

hubungan antarnegara. Tidak dipungkiri, konflik ini akan selalu ada
dalam kaitannya pada sistem internasional. konflik yang terjadi
dikarenakan adanya persaingan antarnegara yang merupakan hal
normal dalam hubungan antarnegara.
Terdapat beberapa bahan referensi yang memuat permasalahan
konflik, dalam cakupannya sebagai konflik internasional. yaitu dalam
bukunya Joseph Nye, K. Holsti, Evan Luard, dan dalam buku
Goldstein.8 Namun dalam makalah ini lebih membahas konflik
antarnegara, yang fokus pada tipe konfliknya. Untuk lebih
memudahkan maka penulis mengambil Goldstein dalam referensinya.
Dalam konflik internasional terdapat pengklasifikasian konflik
antarnegara dirunut dari aktor yang terlibat, yaitu negara. Tak semua
konflik internasional melibatkan konflik antarnegara, namun dengan
banyaknya kasus, konflik antarnegara mendominasi. Goldstein
membedakan tipe konflik dilihat dari sumber konfliknya, tiga tipe
pertama merupakan konflik ide, dan tiga berikutnya merupakan konlik
kepentingan. Berikut pengklasifikasan tipe konflik internasional
menurut Goldstein 9:
Konflik Etnis
Konflik etnis merupakan hal yang sangat memungkinkan
menjadi sumber penting konflik dalam banyak peperangan sekarang di
dunia ini.10 Konflik etnis, sebenarnya banyak terjadi di dalam negeri,
tapi dalam hal tertentu, etnis yang lintas batas dapat menyebabkan
konflik internasional.
8Lihat bacaan lebih lanjut tentang konflik internasional, Joseph Nye, Understandings
International Conflicts Study Guide, Liberty University, 2009; K. Holsti, International Politics: A
Framework for Analysis, New Jersey : Prentice Hall, 1994; dan Evan Luard, Conflict and Peace In
The Modern International System, New York : State University of New York Press, 1988.
9Joshua S. Goldstein, International Relations, New Jersey : Pearson, 2010, hal. 160.
10Joshua S. Goldstein, International Relations, hal. 163.

12

Dalam masalah antarnegara, konflik etnis merupakan konflik
yang didasari adanya benturan antar etnis lintas batas. Seperti dalam
permasalahan Serbia dan Bosnia, atau Serbia dan Kroasia. Contoh lain
adalah permasalah baru-baru ini, antara Rusia dan Ukraina, setelah
Ukraina menetapkan bahasa Ukraina merupakan satu-satunya bahasa
resmi dalam negerinya, dengan meminggirkan etnis berbahasa Rusia,
maka pecahlah konflik yang didasari pada konflik antarnegara.
Konflik Agama
Sebenarnya konflik agama juga lebih banyak dalam persoalan
dalam negeri, namun terdapat pula konflik antarnegara yang
perbedaan agama mempunyai pengaruh didalamnya. Konflik agama
juga banyak kaitannya tumpang tindih dengan konflik etnis, namun
agama adalah inti dari sistem nilai komunitas dalam banyak hal di
dunia. Jika konflik etnis dan teritorial dibubuhi dengan agama, maka
agama segera mengemuka menjadi sentral dan lebih kentara dalam
memisahkan antarnegara.11
Seperti dalam kasus konflik antara Azerbaijan dan Armenia,
Azerbaijan muslim dan Armenia Kristen. Masalah keduanya tumpang
tindih dengan masalah teritorial, yaitu dalam masalah wilayah
Nogorno-Karabakh. Atau dalam contoh klasik, masalah Israel dan
Palestina. Israel dalam perundingannya pasti mendesak Palestina
untuk mengakuinya sebagai negara yahudi. Juga dalam permasalahan
Turki-Siprus tahun 1970an, sehingga menyebabkan adanya dua entitas
dalam satu pulau itu.

Konflik Ideologi
Aktor di pentas politik tidak dapat “memainkan adegan”
denngan

menyembunyikan

hakikat

11Joshua S. Goldstein, International Relations, hal. 169.

13

tindakan

politiknya

yang

sebenarnya di belakang topeng ideologi politik.12 Dalam cakupan yang
luas, Ideologi seperti agama, lebih dapat melambangkan dan
mengintensifkan konflik antarnegara dibandingkan apa yang menjadi
penyebabnya. Seperti dalam permasalahan klasik antara Uni Soviet
dan Amerika Serikat, yang mewakili ideologi masing-masing yaitu
komunisme dan kapitalisme.13 Begitu pula dalam permasalahan Kuba
dan Amerika Serikat.
Tak hanya itu juga, seperti konflik antara Arab Saudi dan Iran,
pun lebih pada masalah ideologi mereka, antara Wahabisme dan
Syiah. Meskipun tak dipungkiri bahwa sesama ideologi pun bisa
terkena konflik, seperti dalam masalah China dan Uni Soviet lepas
tahun 1960-an, ataupun dalam masalah Vietnam dan China mengenai
teritorialnya.
Sengketa Teritorial
Sengketa teritorial merupakan masalah kedaulatan yang sangat
penting bagi suatu negara, yang mana negara akan melakukan segala
daya upayanya untuk merebutkan wilayah yang disengektakan.
Karena hubungannya dengan integritas negara, wilayah menjadi jauh
lebih berharga daripada nilai ekonomi atau strategi yang mereka ambil
secara bersamaan. 14
Dalam bahasa hubungan internasional kita mengenal istilah
frontier dalam perbedaannya dengan border. Adanya perbedaan batas
yang dikehendaki masing-masing negara membuat konflik itu menjadi
ada. Seperti baru-baru ini saja di Tanjung Datu, ujung Kalimantan
Barat yang berbatasan dengan Malaysia. Pembangunan mercusuar
yang dilakukan oleh Malaysia di wilayah yang disengketakan

12Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa (terj.), Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2010, hal
110.
13Joshua S. Goldstein, International Relations, hal. 177.
14Joshua S. Goldstein, International Relations, hal. 179.

14

membuat Indonesia memberrikan teguran berupa pesan yang tegas
dan keras.15
Dari permasalahn teritorial ini melahirkan cabang pembahasan,
yaitu border dispute, seperti yang kita ketahui bahwasanya sengketa
batas wilayah lebih pada perbedaan ketetapan mengenai garis
perbatasan. Seperti dalam contoh diatas, antara Indonesia dan
Malaysia lebih fokus pada border dispute. Sedangkan dalam contoh
Kashmir dalam perebutan wilayah itu antara India dan Pakistan,
merupakan persengketaan teritorial. Namun dalam referensi lain,
seperti dalam buku Josep Nye, dibedakan antara permasalahan
teritorial dan border dispute.16
Kontrol terhadap Pemerintahan
Dalam

teori,

negara

tidak

dapat

mencampuri

setiap

pemerintahan negara lain, yang didasari pada asas kedaulatan. Tetapi
dalam praktiknya, kenyataannya, beberapa negara mempunyai
kepentingan kuat pada pemerintahan negara lain dan menggunakan
pengaruhnya

dan

mengendalikan

negara

tersebut.17

hal

itu

menyebabkan konflik antar dua negara yang bersangkutan.
Contoh dalam hal ini adalah Pengaruh Rusia terhadap Ukraina
dengan

mendukung

dalam

pemilihan

2004

yang

terindikasi

kecurangan. Pihak oposisi pro barat segera melakukan demonstrasi
besar-besaran yang mengakibatkan diadakan pemilihan ulang dan
akhirnya pihak oposisi menang.18

Konflik Ekonomi
15Koran Republika, 25 Mei 2014, hal. 2
16Lihat Joseph Nye, Understandings International Conflicts Study Guide, Liberty University, 2009,
hal. 15.
17Joshua S. Goldstein, International Relations, hal. 185.
18Joshua S. Goldstein, International Relations, hal. 185.

15

Kompetisi ekonomi lebih dapat menyebabkan konflik dalam
hubungan internasional karena transaksi ekonomi yang banyak
dilakukan antarnegara. Namun Jika dalam permasalahan teritorial
dapat menebabkan kemungkinan penggunaan violenceantarnegara,
maka konflik ekonomi kecil kemungkinannya dalam menghasilkan
violence.19 Jarang yang dapat menyebabkan penggunaan kekuatan
militer dan menyebabkan perang.
Seperti dalam kenaikan harga gas yang diberikan kepada
Ukraina oleh Rusia, yang menyebabkan luka dalam konflik antara
kedua negara sebelumnya lebih menganga. Ini merupakan persoalan
yang sebenarnya disebabkan konflik dalam hal kontrol pemerintah
Ukraina yang menumbangkan pemerintahan pro-Rusia. Atau jika
dalam konflik ekonomi murni, seperti dalam kasus kenaikan ekspor
harga kopi yang dilakukan oleh Puerto Rico kepada Kanada.
Sedangkan Kanada meminta menurunkan harga kopi tersebut.
Aksi dalam Menanggapi Konflik
Sementara itu Holsti membeberkan aksi yang dilakukan negara
ketika terjadi konflik antarnegara:20
Nota Protes, penolakan dan dakwaan, memanggil duta negara
lain, memulangkan duta besar, ancaman dengan konsekuensi serius,
ancaman boikot atau embargo, pengaduan dengan propaganda di
dalam dan luar negeri, boikot atau embargo secara total atau terbatas,
pemutusan secara formal pada hubungan diplomatik, mobilisasi aksi
nonviolent militer, gangguan atau penutupan perjalanan dan
komunikasi antara dua warga negara, blokade secara formal, tindakan
pembalasan (reprisal), perang.
Studi Kasus: Kashmir
19Joshua S. Goldstein, International Relations, hal. 186.
20K. Holsti, International Politics, A Framework for Analysis, New Jersey : Prentice Hall, 1994, hal.
382

16

Wilayah Kashmir terletak di sebelah utara India dan Pakistan.
Secara geografis, wilayah ini berbatasan langsung dengan Afghanistan
di sebelah utara dan RRC di Timur. Masalah Kashmir yang
melibatkan India dan Pakistan sudah sejak awal kemerdekaan kedua
negara tersebut. Kemerdekaan Pakistan merupakan hasil desakan Liga
Muslim yang menginginkan wilayah Islam merdeka sendiri terpisah
dari India.21
Wilayah Jammu-Kashmir memiliki penduduk mayoritas Islam
yang pro kepada Pakistan, sedangkan penguasanya beragama Hindu. 22
Pakistan merasa berhak memiliki Jammu-Kashmir karena masyoritas
penduduknya Muslim. Namun India juga menginginkan wilayah
tersebut sebagai simbol sekulerisme yang dianutnya.23
Untuk menyelesaikan masalah Kashmir India dan Pakistan
dimulai dengan perang pada 1947, setelah itu mereka terlibat dalam
jumlah dua perang (tahun 1965 dan 1971), satu perang terbatas (pada
tahun 1999), dan beberapa situasi konflik seperti perang (di
1987,1989,2002 dan lainnya ).24 Setelah perang 1947, PBB, lewat
resolusi nomor 47/April 1948 menyatakan gencatan senjata setelah
Pandit Nehru meluncurkan pengaduan resmi terhadap Pakistan. 25
Sebagai hasil dari perang itu, sepertiga Kashmir dikelola oleh
Pakistan, yang dikenal sebagai "Azad" Jammu dan Kashmir dan
wilayah utara (sekarang Gilgit Baltistan-), sementara dua pertiga, yang
dikenal sebagai negara bagian Jammu dan Kashmir dikelola oleh India
(termasuk daerah Ladakh, Jammu dan lembah Kashmir). Garis

21Majalah Angkasa, edisi koleksi No. 86, 2013, hal. 25.
22Majalah Angkasa, hal. 26
23Amit Ranjan, India-Pakistan: Failed in the Field and Across the Table, Pakistaniaat: A Journal of
Pakistan Studies Vol. 3, No. 3, 2011, hal. 3.
24Amit Ranjan, India-Pakistan: Failed in the Field and Across the Table, hal. 3.
25Majalah Angkasa, hal. 27.

17

gencatan senjata menjadi perbatasan de facto dan berganti nama Garis
Kontrol (LoC) pada tahun 1972.26
Setelah pecah perang pada 1965, PBB turun tangan lagi dengan
mengeluarkan resolusi 211 tanggal 20 September 1965 untuk
melakukan genjatan senjata. Dalam masa genjatan tersebut, menggelar
perundingan damai di Tashkent, pada 10 Januari 1966. Kemudian
dalam Juni 1997, dilakukan pertemuan antar menteri luar negeri untuk
meningkatkan hubungan bilateral.27
Namun pada pertemuan lanjutan pada September 1997, India
mulai berulah dengan menghindari pembahasan tentang dibentuknya
kelompok kerja untuk menangani persengketaan Jammu-Kashmir.
Ulah pihak India ini memunculkan ketegangan dengan Pakistan dan
memuncak sewaktu India melakukan uji coba nuklir pada 11 Mei
1998 yang langsung dibalas aksi serupa oleh pakistan tiga minggu
kemudian.28
Sampai saat ini aksi penembakan terhadap prajurit perbatasan
kerap terjadi. Walaupun perundingan damai berulang kali dilakukan,
sayangnya kedua negara masih merasa menjadi penguasa sah dari
wilayah Jammu-Kashmir.
B.

Ancaman Non-Tradisional
1. Human Security
Pergeseran dari munculnya paradigma yang berkembang sejak
PD I dan II dan khususnya pasca Perang dingin kembali melahirkan
sebuah diskursus baru dalam politik internasional. Dengan beralihnya
isu keamanan global, dimensi keamanan menjadi kembali diangkat.
“Ancaman” (threat) yang menjadi basis dari keamanan kini tidak lagi
berkutat hanya pada persoalan keamanan persenjataan atau militer.
“Ancaman” bisa berarti wabah penyakit, human trafficking, narkotika,

26Amit Ranjan, India-Pakistan: Failed in the Field and Across the Table, hal. 4.
27Majalah Angkasa, hal. 29.
28Majalah Angkasa, hal. 29.

18

perdagangan senjata, kemiskinan, buta huruf, virus menular, atau
sejenisnya yang dirasakan oleh warga-negara, bukan negara itu
sendiri.29
Dalam hal ini, persoalan mengenai isu-isu global kontemporer
digolongkan ke dalam fenomena wilayah abu-abu(“Grey Area
Phenomenome”). Penyebabnya adalah ketidakpastian dari sifat
ancaman tsb terhadap struktur, kesatuan, serta stabilitas negara-negara
yang berdaulat.30Pada dasarnya, isu global kontemporer memang
bukan

merupakan

persoalan

militer/tradisional/konvensional,

melainkan lebih merupakan persoalan yang bersifat multidimensional
dan lintas-batas (transnasional) dalam berbagai aspek kehidupan
manusia, yaitu persoalan-persoalan di bidang ekonomi, lingkungan,
sosial, human security, dsb.
Menurut UNDP, human security adalah “keamanan dari
berbagai ancaman kronis seperti kelaparan, penyakit dan represi.
Selain itu juga merupakan perlindungan dari gangguan atas pola
kehidupan sehari-hari baik di rumah, tempat kerja atau komunitas.
Jadi, secara umum, definisi human security menurut UNDP mencakup
“freedom from fear and freedom from want”. Human security muncul
sebagai

kritik

terhadap

konsep

keamanan

tradisional

yang

mengabaikan jaminan terhadap keamanan individu. Dengan demikian
human security memandang individu sebagai objek utama. UNDP
mengklasifikasikan ancaman terhadap manusia ke dalam tujuh
kategori,31 yaitu:
Economic Security
29Buzan, Barry, Ole Waever, and Jaap de Wilde,”Security: A New Framework for Analysis”, Lynne
Rienner Publisher, Colorado: 1998, hal. 184.
30Peter Chalk,“Gray Area Phenomenome in Southeast Asia: Piracy, Drug Trafficking, and Political
Terrorism”, Strategic and Defense Studies Centre Research School of Pacific and Asian Studies The
Australian National University, Canberra: 1997, hal. 5.
31United
Nations
Development
Program,“Human
Development
Report”,
http://hdr.undp.org/reports/
global/1994/en/, 1994, hal. 24-33.

19

Pasal 22 dan 23 yang ada dalam piagam HAM PBB merupakan
sebuah pondasi dari konsep economic security agar setiap orang
terjamin dalam kegiatan perekonomiannya.32 Kenapa ekonomi
menjadi kajian utama dalam human security? Karena ekonomi
merupakan fondasi utama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan
manusia.
Apabila tidak ada jaminan perlindungan ekonomi bagi setiap
individu, maka yang terjadi adalah berbagai masalah kompleks akan
muncul seperti akses terhadap makanan, kesehatan dan berbagai
penunjang kehidupan akan sulit terpenuhi. Sehingga menimbulkan
krisis bukan hanya bagi seorang individu itu saja, akan tetapi
dampaknya akan dirasakan oleh lingkungan disekitarnya.
Contohnya saja kasus yang ekonomi yang terjadi di Indonesia,
yaitu hampir 40 % penduduk indonesia hidup dalam kondisi
kemiskinan atau hampir miskin.33 Dapat kita simpulkan bahwa
Economic Security di Indonesia belum terjamin sepenuhnya. Padahal
laju pertumbuhan tingkat perekonomian kita sangat pesat sekali. Akan
tetapi, dampaknya hanya terasa bagi kalangan elit pengusaha dan elit
politik saja.
Hal ini menimbulkan kesenjangan ekonomi yang sangat
signifikan sekali antara kalangan atas dan kalangan bawah. Belum
terjaminnya keamanan dalam sektor ekonomi di Indonesia akan
menimbulkan masalah tersendiri bagi proses perkembangan negara
kita yang sedang berkembang.
Food Security

32Adnan Buyung Nasution,”Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia”, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta: 2006, hal. 113-114.
33Sri Wiyanti,”Bank Dunia: 40% Populasi Indonesia hidup dalam kemiskinan”,
http://www.merdeka.com/uang/bank-dunia-40-persen-populasi-indonesia-hidup-dalamkemiskinan.html. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 11:30.

20

Keamanan dalam sektor pangan juga telah diatur dalam piagam
HAM PBB yang tercantum dalam pasal 25, dimana dalam pasal
tersebut salah satu kalimatnya menyebutkan bahwa setiap orang
berhak atas pangan.34 Adanya pasal ini akibat dari fenomena kelaparan
yang banyak terjadi di negara – negara miskin. Tidak terpenuhinya
pasokan makanan, jauhnya standar dan kualitas pangan menjadikan
fenomena ini menjadi isu penting untuk dibahas, karena menyangkut
kehidupan manusia.
Berdasarkan data Organisasi Pangan Sedunia (FAO) tahun 19962002 menyebutkan bahwa kelaparan telah menyebabkan 30 juta
penduduk dunia meninggal setiap tahunnya, dan 800 juta lainnya
menderita kekurangan nutrisi yang kronis.35 Apabila kita lihat dalam
kacamata perspektif human security, maka dapat kita ambil
kesimpulan bahwa kelaparan mempunyai keterkaitan dengan faktor
ekonomi. Apabila perekonomian seorang individu terancam maka
dapat dipastikan akan menjalar pada sektor pangannya yang otomatis
akan berkurang.
Maka dari itu, agar keamanan pangan setiap manusia dapat
terjamin, dibutuhkan usaha ekstra setiap negara untuk memperbaiki
sektor ekonominya. Apabila sektor perekonomian terjamin maka dapat
dipastikan sektor – sektor yang lainnya akan terjamin pula. Persoalan
ini tidak hanya merupakan masalah internal dalam sebuah negara.
Dibutuhkan kerjasama internasional untuk menanggulangi masalah
kelaparan.
Health Security

34Ibid, hal. 116.
35Irhash Ahmady,”Policy Paper: Mendesakan Akses & Kontrol untuk Pangan, Menilik Posisi
Indonesia di G20”, http://issuu.com/walhi/docs/policy_paper_pangan_di_g20-walhi. Diakses
pada 25 Mei 2014 pada pukul 11:40.

21

Pasal 25 piagam HAM PBB juga menyebutkan bahwa setiap
setiap orang berhak atas jaminan kesehatan.36 Kelahiran pasal ini juga
tidak terlepas dari banyaknya penyakit – penyakit menular yang ada di
negara – negara miskin dunia. Akibat kecanggihan transportasi
penyakit menular ini yang semula terisolasi hanya di negara – negara
tertentu menyebar dengan cepat melalui sarana transportasi.
Sehingga menyebabkan penyebaran penyakit menular yang tak
terkendali. Akibat fenomena tersebut dibutuhkan upaya untuk
penanggulannya. Salah satunya dengan dibuatnya pasal ini, sebagai
fondasi utama dalam menanggulangi penyebaran penyakit yang
umumnya mematikan ini, agar penyakit – penyakit ini dapat dikontrol
penyebarannya serta pengobatan segera bagi pengidapnya, sehingga
tidak menular pada individu yang lainnya. Dengan adanya mekanisme
seperti itu mungkin dapat dipastikan bahwa penyebaran penyakit itu
dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.
Health Security tidak hanya mencakup persoalan tentang
penanggulangan penyakit menular, akan tetapi semua hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan. Salah satu contoh kasusnya
adalah tentang permasalahan kesehatan ibu dan anak yag kondisinya
sangat memprihatinkan. Tercatat bahwa tingkat angka kematian ibu
melahirkan di Indonesia sangat tinggi, yaitu 307 kematian dari
100.000 kelahiran. Bandingkan dengan negara Jepang yang sangat
relatif rendah, yaitu 4 kematian dari 100.000 kelahiran.37 Hal ini tidak
lain dipengaruhi juga oleh faktor tingkat perekonomian dalam sebuah
negara. Jepang sebagai negara maju pasti secara ekonomi rata – rata
penduduknya berpenghasilan di atas rata – rata. Hal ini berpengaruh
dalam berbagai sektor, terutama kesehatan. Sehingga rata – rata
36Ibid, hal. 116.
37Yuli Tri Suwarni,”West Java facing shortage of nurses in remote areas”,
http://www.thejakartapost.com/news/2006/11/14/west-java-facing-shortage-nurses-remoteareas.html. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 11:57.

22

apabila kita melihat pada negara – negara maju, permasalahan human
security menjadi fokus utama dari pemerintahan negara tersebut
setelah national security.
Hal ini jauh berbeda dengan apa yang terjadi di negara – negara
berkembang seperti Indonesia. Padahal anggaran yang dikeluarkan
tidaklah sedikit untuk berbagai sektor, khususnya sektor kesehatan.
Akan tetapi, anggaran yang diturunkan tidak semuanya digunakan
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Ada yang digunakan untuk
kebutuhan pribadi, bahkan digunakan bersama – sama untuk
kepentingan kelompok tertentu. Inilah salah satu problem yang
menjadi kendala bagi terwujudnya keamanan kesehatan dalam negara
– negara berkembang.
Environment Security
Lingkungan termasuk hal penting bagi kehidupan manusia
karena interaksi manusia terjadi di dalamnya. Namun, dengan adanya
degradasi lingkungan banyak hal yang mengancam alam dan manusia.
Isu yang terkait salah satunya adalah isu maritim yang termasuk ke
dalam keamanan lingkungan. Keamanan lingkungan bertujuan
melindungi manusia dari dampak buruk kerusakkan dan atau bencana
alam akibat ulah manusia maupun degradasi tersebut. Contoh
ancaman lainnya adalah rendahnya akses air bersih, polusi udara,
global warming dan sebagainya.
Institute for Environmental Security menyebutkan setidaknya
ada empat cakupan kajian dasar yang disoroti ES, yakni sebagai
berikut:38
Pertama, “The environment is the most transnational of
transnational issues, and its security is an important dimension of
38Norman Myers,”What is Environmental Security?”, www.envirosecurity.org. Diakses pada
tanggal 25 Mei 2014 pukul 11:47.

23

peace, national security, and human rights that is just now being
understood”
Kedua, “Over the next 100 years, one third of current global
land cover will be transformed, with the world facing increasingly
hard choices among consumption, ecosystem services, restoration,
and conservation and management”
Ketiga, “Environmental security is central to national security,
comprising the dynamics and interconnections among the natural
resource base, the social fabric of the state, and the economic engine
for local and regional stability”
Keempat, “While the precise roles of the environment in peace,
conflict, destabilization and human insecurity may differ from
situation to situation and as such are still being debated in relation to
other security and conflict variables, there are growing indications
that it is increasingly an underlying cause of instability, conflict and
unrest”.
Keempat poin di atas, menunjukkan sedemikian pentingnya
keberadaan lingkungan dalam kehidupan manusia, isu-isu lingkungan
terus berkembang menjadi kajian yang krusial bagi keberlangsungan
masa depan peradaban di bumi. Oleh karenanya, menjaga aspek
keamanan lingkungan, akan selalu terkorelasi dengan hak dasar
manusia. Isu keamanan lingkungan menjadi sangat sensitif karena
rentan terhadap konflik.
Personal Security
Individu terancam dari berbagai kemungkinan terjadinya
kekerasan baik dari pihak luar maupun pihak dalam. Pihak dalam
yang dimaksud adalah ancaman yang berasal dari sendiri yang
bermaksud untuk bunuh diri (suicide). keamanan personal bertujuan
melindungi orang dari kekerasan fisik, baik dari aparatus negara,
24

negara lain, sesama individu, hingga pelecehan domestik. Bagi banyak
orang, sumber utama keresahan adalah kejahatan, terutama kejahatan
yang disertai kekerasan.
Pada lingkup personal, keamanan tercapai ketika masyarakat
terhindar dari kriminalitas dan kekerasan. Dua tindakan tersebut
mayoritas menjadikan wanita dan anak-anak sebagai korban utama.
Kriminalitas

jelas

mengancam

kehidupan

sosial

masyarakat,

menimbulkan dampak traumatis, atau bahkan menjadi penghambat
kemajuan berpikir masyarakat karena kekhawatiran yang berlebihan.39
Community Security
Keamanan komunitas bertujuan melindungi orang dari lunturnya
hubungan dan nilai tradisional, serta dari kekerasan sektarian, religi
dan etnis. Komunitas tradisional, terutama kelompok etnis dan
kepercayaan minoritas sering kali merasa terancam. Kekerasan pun
dapat mengancam keamanan komunitas, dimana komunitas adalah
tempat bagi mayoritas orang untuk mencari identitas dan nilai-nilai
yang sesuai dengan diri mereka.
Biasanya kekerasan atau tindakan represif terjadi di kalangan
komunitas etnis atau komunitas yang masih menerapkan praktik
kehidupan tradisional. Mereka menjadikan tradisi sebagai pembenaran
untuk aksi kekerasan, seperti perbudakan dan pelecehan seksual
terhadap wanita. Rasa kecintaan terhadap etnis pun dapat memicu
bentrok, biasanya hal ini terjadi dalam kasus diskriminasi ras.40
Political Security

39United

Nations
Deveploment
Program.”Human
Development
Report”,
hal.
233.hdr.undp.org/sites/default/files/.../hdr_1995_en_complete_nostats.pdf. Diakses pada tanggal
25 Mei 2014 pukul 12:01.
40Ibid, hal. 233.

25

Human security memastikan setiap individu hidup di dalam
masyarakat yang mampu menghargai hak asasi manusia. Political
Security mempunyai fokus pada perlindungan terhadap Hak Asasi
Manusia dan kebebasan dari tekanan politik. Dari hal ini dapat
disimpulkan bahwa Political Security mempunyai peran dalam
menyelesaikan segala masalah setiap individu yang mempunyai
sangkut – paut dengan hal perpolitikan, seperti mempunyai hak dipilih
dan memilih serta kebebasan dalam mengutarakan pendapat.
2.

Transnational Organized Crime (TOC)
Secara

konseptual,

transnational

transnasional adalah tindak pidana atau
batas

crime

atau

kejahatan

kejahatan yang melintasi

negara. Konsep ini diperkenalkan pertama kali secara

internasional di tahun 1990-an dalam The Eigth United Nations
Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of
Offenders.41 Sebelumnya istilah yang telah lebih dulu berkembang
adalah organized crime. PBB sendiri menyebut organized crime
sebagai the large-scale and complex criminal activity carried on by
groups of persons, however loosely or tightly organized, for the
enrichment of those participating and at the expense of the community
and its members.42Pada perkembangannya PBB menambahakan
bahwa istilah ini seringkali diartikan sebagai the large-scale and
complex criminal activities carried out by tightly or loosely organized
associations and aimed at the establishment, supply and exploitation
of illegal markets at the expense of society.43

41John R. Wagley, Transnational Organized Crime:Principal Threats and U.S. Responses
42United Nations, Changes in Forms and Dimensions of Criminality - Transnational and National,
Working paper
prepared by the Secretariat for the Fifth United Nations Congress on the Prevention of Crime and
the Treatment of
Offenders (Toronto, Canada, 1-12 September 1975).
43United Nations, Eigth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment
of Offenders,
Havana, Cuba 27 August to 7 September 1990, A/Conf.144/7, 26 July 1990.

26

Menurut Mueller dalam Transnational Crime: Defnitions and
Concepts, pada pertengahan tahun 1990-an, banyak peneliti
mendefinisikan "kejahatan transnasional" untuk menyebut offences
whose inception, prevention, and/or direct or indirect effects
involve more

than

one country.44 Mueller sendiri menggunakan

istilah kejahatan transnasional untuk mengidentifikasi

certain

criminal phenomena transcending international borders, transgressing the laws of several states or having an impact on another
country.45
Menurut

United

Nations

Convention

on

Transnational

Organized Crime tahun 2000, kejahatan dapat dikatakan bersifat
transnasional jika terdiri dari:46
a.

Dilakukan di lebih dari satu negara,

b.

Persiapan, perencanaan, pengarahan dan pengawasan dilakukan
di negara lain,

c.

Melibatkan

organized

criminal

group

dimana

kejahatan

dilakukan di lebih satu negara, dan
d.

Berdampak serius pada negara lain.
Kejahatan transnasional merupakan fenomena sosial yang

melibatkan orang, tempat dan kelompok, yang juga dipengaruhi
oleh berbagai sosial, budaya, faktor ekonomi.47Akibatnya, berbagai
negara cenderung memiliki definisi kejahatan transnasional yang
44Gerhard O. W. Mueller, Transnational Crime: Definitions and Concepts, Transnational Organized
Crime 4, no.
1998 (n.d.).
45Ibid.
46Muladi, Demokratisasi, Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia, 1st ed. (Jakarta:
The Habibie
Center, 2002).
47Mark Findlay, The globalization of Crime: Understanding Transnational Relationship in Context
(Cambridge
University Press, 2003).

27

sangat berbeda tergantung pada filosofi tertentu. Menurut Martin
dan Romano, transnational crime may be defined as the behavior of
ongoing organizations that involves two or more nations, with such
behavior being defined as criminal by at least one of these nations.48
Pada tahun 1995, PBB telah mengidentifikasi 18 jenis kejahatan
transnasional, yaitu pencucian uang, terorisme, pencurian benda seni
dan budaya, pencurian kekayaan intelektual, perdagangan senjata
gelap, pembajakan pesawat, pembajakan laut, penipuan asuransi,
kejahatan komputer,

kejahatan

lingkungan, perdagangan orang,

perdagangan bagian tubuh manusia, perdagangan narkoba, penipuan
kepailitan, infiltrasi bisnis, korupsi, dan penyuapan pejabat publik atau
pihak tertentu.49
PBB mengidentifikasi jenis-jenis kejahatan yang melintasi batas
negara dan pelaku lebih dari satu memiliki efek terhadap aktor di
negara lain melanggar hukum di lebih dari satu negara seperti,
pencucian uang, terorisme, pencurian benda seni dan budaya,
pencurian

kekayaan

intelektual,

perdagangan

senjata

gelap,

pembajakan pesawat, pembajakan tanah, serta pembajakan laut.50
Kejahatan transnasional sering dibedakan menjadi dua, yaitu
jaringan kriminal konvensional dan jaringan kriminal yang lebih
modern. Kelompok tradisional memiliki struktur hirarkis yang
beroperasi terus menerus atau untuk jangka waktu yang panjang.
Sementara jaringan kriminal modern justru sebaliknya, mereka
memiliki struktur yang lebih terdesentralisasi. Beberapa ahli juga
membedakan kelompok-kelompok ini berdasarkan hubungannya
dengan negara. Banyak jaringan kriminal konvensional yang memiliki
48Martin, J. M. and Romano, A. T., Multinational Crime-Terrorism, Espionage, Drug & Arms
Trafficking (SAGE
Publications, 1992
49Garda T. Paripurna, Sekilas Tentang Kejahatan Transnasional, Riset Hukum Kejahatan
Transnasional, 2008
50www.scribd.com/doc/.../Definisi-Transnational-Crime

28

kepentingan yang sejalan dengan negara-negara karena mereka
bergantung pada kebijakan negara.51 Mereka mungkin telah berulang
kali “mencuci” aset-aset mereka sehingga menjadi bisnis yang sah.
Jaringan kriminal modern, sebaliknya, dipandang kurang bisa
mendapatkan keuntungan dari kebijakan-kebijakan negara. Mereka
sering berkembang karena tidak adanya pemerintahan yang stabil.
Kejahatan terorganisir biasanya melibatkan pejabat-pejabat tinggi
negara. Sebagai contoh, Vladimiro Montesinos, kepala intelijen dan
upaya anti-narkotika nasional Peru periode 1990-2000, kini dipenjara
karena dituduh menjalankan perdaganagn narkoba internasional,
senjata, dan pencucian uang.52
Kejahatan transnational ini menjadi fokus utama negara-negara
karena berpotensi memunculkan dampak negatif. Kejahatan ini
muncul karena beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor
eksternal

negara.

James

O.

Finckenauer

menyatakan

bahwa

setidaknya kejahatan transnasional dipengaruhi oleh tiga faktor, yang
menurutnya bukanlah “penyebab” dari kejahatan transnasional,
melainkan memfasilitasi atau dalam beberapa kasus menjadi suatu
kesempatan kejahatan dengan sendirinya.53 Faktor-faktor tersebut
adalah54: (1) Globalisasi Ekonomi; (2) Meningkatnya jumlah dan
heterogenitas dari kaum imigran; dan (3) Berkembangnya teknologi
komunikasi.
Jenis-Jenis TOC
a.

Perdagangan Narkoba
Perdagangan

menguntungkan

narkoba
bagi

para

merupakan
kriminal

bisnis

dengan

yang
omzet

paling
tahunan

51Louise Shelley, “The Unholy Trinity: Transnational Crime, Corruption, and Terrorism,” Brown
Journal of World Affairs, Winter/Spring 2005.
52Dow Jones Newswires, “Peru’s Ex-Spy Chief Convicted of Extortion,” March 2, 2005.
53James O. Finckenauer, “Meeting the Challenge of Transnational Crime”, National Institute of
Justice Journal, July 2000, pp. 3
54 Finckenauer, ibid.

29

diperkirakan sebesar 320 miliar USD. Bahkan pada tahun 2009,
UNODC memperkirakan omzet kokain dan opiat di pasar global
sebesar 85 miliar USD dan 68 miliar USD.55
b.

Perdagangan Manusia
Perdagangan manusia adalah salah satu kejahatan global di

mana laki-laki, perempuan dan anak-anak digunakan sebagai produk
eksploitasi seksual atau berbasis tenaga kerja. Menurut ILO, pada
tahun 2005, jumlah korban trafficking mencapai 2,4 juta orang dengan
keuntungan tahunan sekitar 32 miliar USD.56
c.

Penyelundupan Migran
Penyelundupan migran adalah bisnis menyelundupkan orang ke

seluruh

dunia

melalui

jaringan

kriminal.

Dalam

proses

penyelundupan, hak-hak mereka sering diabaikan dan mereka rawan
menjadi korban perampokan, pemerkosaan, pemukulan, atau bahkan
dibiarkan mati dalam beberapa kasus, ketika risiko bagi agen
penyelundup mereka terlalu tinggi. Banyak agen penyelundup tidak
peduli jika migran tenggelam di laut, mati dehidrasi di gurun atau mati
lemas dalam sebuah kontainer.
d.

Perdagangan Senjata Ilegal
Perdagangan senjata ilegal menghasilkan keuntungan sekitar $

170 juta hingga $ 320 juta per tahun.9 Konsumen utama pistol dan
senjata laras panjang ini adalah teroris dan pemberontak. Negaranegara yang menjadi pasar bagi para penjual sejata illegal ini
contohnya adalah Amerika Serikat, Brazil, Afrika Selatan, dll.
e.

Perdagangan Ilegal Sumber Daya Alam

55Based on 2005 fgures (World Drug Report 2011 (United Nations publication, Sales No.
E.11.XI.10)). Available from www.unodc.org/wdr
56International Labour Offce, A Global Alliance against Forced Labour: Global Report under the
Follow up to the ILO Declaration on Fundamental Principles and Rights at Work (Geneva, ILO,
2005).

30

Perdagangan illegal sumber daya alam adalah penyelundupan
bahan baku seperti berlian dan logam mulia. Perdagangan ilegal kayu
di Asia Tenggara menghasilkan pendapatan tahunan sebesar $ 3,5
miliar.57 Abibat dari perdagangan ini adalah kerusakan hutan,
perubahan iklim dan kemiskinan di pedesaan .
f.

Perdagangan Ilegal Satwa Liar
Perdagangan ilegal satwa liar adalah salah satu bisnis yang

menguntungkan bagi kelompok-kelompok kejahatan terorganisir. Para
pemburu menargetkan kulit dan bagian tubuh untuk diekspor ke pasar
innternasional. Perdagangan ilegal di gading gajah, cula badak dan
bagian tubuh harimau dari Afrika dan Asia Tenggara ke Asia
menghasilkan keuntungan $ 75 juta setiap tahun dan mengancam
keberadaan beberapa species hewan.58
g.

Perdagangan Obat Palsu
Perdagangan obat palsu adalah bisnis yang mengkhawatirkan,

karena

merupakan

perdagangan

berpotensi

mematikan

bagi

kons