Pengaruh Organisasi Terhadap Perilaku So

Pengaruh Organisasi Terhadap Perilaku Sosial Individu

THE POWER OF SOCIETY

Achmad Baharudinsyah

Pengaruh Organisasi Terhadap Perilaku Sosial Individu

THE POWER OF SOCIETY

Psikologi Sosial

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penyusunan buku ini dapat
dirampungkan setelah mengalami beberapa kali revisi
demi memenuhi standar penulisan buku yang baik.
Buku ini berusaha menjawab pertanyaan serta
memiliki

tujuan


untuk

menghadirkan

berbagai

pengorganisasian kerangka kerja dalam memahami
proses psikologis yang bertanggung jawab dalam
berbagai perubahan sikap pada tahap empiris awal studi
perubahan sikap yang dimulai pada tahun 1920, yang
banyak mempelajari tentang faktor-faktor penentu dan
juga konsekuensi yang mendasari dari berbagai proses
perubahan sikap. Berikut ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan sikap pada individu.
Dari sisi selanjutnya yaitu sisi sosial, buku ini
juga mencoba mengungkapkan bagaimana proses sosial
individu untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya
dan juga menilik beberapa pembahasan mengenai
kepemimpinan dalam proses sosial organisasi sosial.


Selain itu, dalam buku ini diharapkan dapat
membantu menjawab berbagai penempatan berbagai
teori mini atau minitheories dalam perubahan sikap di
wilayah yang tepat pada pelaksanaannya. Misalnya,
tingginya upaya proses seperti tanggapan kognitif harus
memperhitungkan sikap perubahan yang konteksnya di
mana pemikiran diharapkan akan tinggi, sedangkan
proses upaya yang lebih rendah seperti keseimbangan
yang meneliti sendiri atau heuristic sederhana harus
lebih memperhitungkan efek empiris yang didapatkan.
Semoga

dengan

adanya

buku

ini


akan

memberikan manfaat dalam hal memperkaya literatur
keilmuan bidang ilmu psikologi sosial. Atas berbagai
kekurangan

yang

terdapat

didalamnya,

penulis

memohon maaf dan juga mengharap masukan dari
pembaca. Terima kasih.

Surabaya,
Penulis,

Achmad Baharudinsyah

Daftar Isi
Kata Pengantar .......................................................... v
Bab 1 Pendahuluan ................................................... 1
1. Status Dasar Manusia .......................................... 2
2. Psikologi Sosial Dalam Arti Sempit
Dihubungkan Dengan Manusia Dan Perubahan
Sikapnya ............................................................... 3
3. Memahami Perubahan Sikap Pada Manusia .... 3
4. Konsep Dan Teori Dasar Pada Sikap Manusia
Sebagai Individu .................................................. 5
Bab 2 Faktor-Faktor Proses Penentu Yang
Berpengaruh Pada Perubahan Sikap
Individu ........................................................... 9
1. Keyakinan Akan Pemikiran Pribadi .................. 9
2. Persuasi Pribadi Tanpa Adanya Masukan Dari
Luar ..................................................................... 11
3. Peranan Dipengaruhi Lingkungan ................... 12
4. Persuasi Diri Sendiri Sebagai Hasil Dari Proses

Disonansi ............................................................. 14
5. Efek Teori Disonansi .......................................... 16
6. Pembatasan Kondisi Disonansi ......................... 17
7. Pendekatan Alternatif Yang Tidak Menimbulkan
Perselisihan ............................... 19

8. Pendekatan Kombinatif .................................... 20
9. Pendekatan Disertai Harapan Beserta Nilai ... 21
Bab 3 Proses Variabel Yang Berdampak Pada Sikap
............................................................. 23
1. Proses Upaya Perubahan Sikap ....................... 24
2. Hasil Kongkrit Dari Adanya Perubahan Sikap
Pada Individu ..................................................... 25
Bab 4 Individu Dan Perannya Dalam Organisasi
Serta Kondisi Lingkungan Yang
Mengubahnya .............................................. 26
1. Terbentuknya Kelompok Organisasi .............. 27
2. Interaksi Sosial Terhadap Lingkungan
Sekitar ......................................................................
....... 28

3. Adaptasi Norma Kelompok Dalam
Organisasi ................................................................
............. 29
4. Motif Sosial Terhadap Perilaku Sosial Serta
Efeknya Pada Individu .................................... 29
Bab 5 Proses Terbentuknya Seorang Pemimpin Dan
Pentingnya Kerja Team Yang Baik Dalam
Organisasi ............................................................. 33

1. Kerja Team Yang Optimal Dan Solid .......... 34
2. Cara Individu Dalam Memimpin Kelompok
Organisasi ....................................................... 34
3. Perubahan Sikap Individu Sebagai Pemimpin
Yang Dipengaruhi Stimulus Lingkungan .... 36
Rekomendasi Bagi Peneliti Selanjutnya ............ 38
Kesimpulan Dan Saran ....................................... 40
Riwayat Pengarang ............................................. 44
Daftar Pustaka ..................................................... 45

 BAB 1

PENDAHULUAN

Pertama tama saya akan jelaskan pengertian dari
psikologi itu sendiri, berasal dari bahasa yunani yaitu
“psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya
ilmu pengetahuan. Jadi secara epistemologi psikologi
artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan seluk
beluknya.
Sedangkan sosial disini mengaitkan urgensi
hubungan manusia dan masalah yang dihadapinya bisa
berupa permasalahan disekitaran anggota kelompok
organisasi, kepemimpinan, moral, serta komunikasi
antar individu sebagai mahluk sosial.
Jadi dapat ditarik kesimpulan, psikologi sosial
merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan
seluk beluk antar manusia sebagai subjek utama yang
diteliti didalamnya. Masalah mengenai kelompok sosial
banyak dibahas didalamnya yang makin menarit minat
penulis untuk menulis buku ini.
1. STATUS DASAR MANUSIA


Manusia yang berdiri sendiri sebagai individu
pada

dasarnya

merupakan

mahluk

sosial

yang

membutuhkan peranan dari individu berupa manusia
lain yang berperan sebagai mahluk sosial pula, salah
satu hal yang menarik disini adalah pengaruh perilaku
organisasi terhadap individu yang saya rasa dapat
menjadi salah satu bahasan yang bisa memberikan
sedikit pencerahan apabila kita menilik masalah terkait

manusia dan lingkungannya.
Organisasi disini memiliki pengaruh besar pada
individu baik disadari ataupun tidak oleh individu itu
sendiri. Disini akan saya ungkapkan dengan tulisan
saya yang berjudul “Pengaruh Organisasi Terhadap
Perilaku Sosial Individu” yang erat kaitannya dengan
hubungan manusia pada kelompok tertentu, yang
membutuhkannya, yang dibutuhkannya, atau juga
dikarenakan alasan-alasan lain yang mungkin terjadi
dalam hubungan bersosialisasi atau berorganisasi antar
sesama manusia.

2. PSIKOLOGI SOSIAL DALAM ARTI SEMPIT
DIHUBUNGKAN DENGAN MANUSIA DAN
PERUBAHAN SIKAPNYA
Psikologi sosial diartikan sebagai bagian dari
ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman dan
tingkah laku individu manusia dalam hubungannya
dengan situasi-situasi perangsang sosial.
Hubungan antara tingkah laku dengan situasi

perangsang sosial, sudah barang tentu erat sekali
hubungannya diantara manusia dan masyarakat.
Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi
sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan
pengamatan tingkah laku individu dalam hubungannya
dengan situasi sosial terkait.
3. MEMAHAMI PERUBAHAN SIKAP PADA
MANUSIA
Pertama

tama

buku

ini

berupaya

untuk


menjelaskan bagaimana sikap yang mengacu pada
evaluasi umum serta relatif abadi seseorang yang
memiliki orang lain, benda, ataupun ide.

Evaluasi ini secara menyeluruh dapat menjadi
positif, negatif, ataupun netral, dan mereka dapat
bervariasi dalam tingkat ekstremitas mereka. Misalnya,
satu orang mungkin melihat musik jazz dengan cara
yang relatif positif, sedangkan yang lain mungkin lebih
liar namun tetap positif dan yang lain lagi mungkin
agak negatif.
Dalam hal ini negatif diartikan, individu dapat
memegang sikap tentang perihal konstruksi luas
ataupun hipotetis yang contohnya disini diibaratkan
sebagai perilaku anarkis.
Fokus utama pada artikel ini terdapat pada
proses-proses yang terlibat dalam hal utama yaitu
mengubah sikap individu.
Beberapa masalah latar belakang dianggap
penting pada sifat dan pada struktur sikap, di latar
belakang ini, isi dari artikel berusaha menjelaskan cara
untuk mengubah sikap yang melibatkan berbagai
kondisi individu relatif tinggi dibandingkan jumlah
yang lebih rendah dari upaya kognitif atau rasional dan

juga konsekuensi yang berbeda dari tiap strategi yang
diterapkan dalam organisasi.
4. KONSEP DAN TEORI DASAR PADA SIKAP
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU
Basis dari sikap sendiri dapat didasarkan pada
berbagai jenis informasi. Salah satu konsep populer dari
sikap membangun, yang terdapat dalam Teori Tripartit,
yang menyatakan bahwa ada tiga jenis utama informasi
yang dapat didasarkan dengan sikap (Breckler, 1984;
Rosenberg & Hovland, 1960; Zanna & Rempel, 1988)
yang pertama adalah kognisi atau berkaitan dengan
keyakinan (misalnya, mobil ini dapat dikendarai 10 mil
per galon bahan bakarnya), yang kedua mempengaruhi
atau berpengaruh pada perasaan (misalnya, Memiliki
mobil ini membuat hati saya merasa bahagia), dan yang
terakhir berupa tindakan atau perilaku (misalnya, saya
selalu didorong merek mobil ini untuk bekerja).
Dasar dari objek sikap dapat memiliki implikasi
penting pada perubahan sikap. Sebagai contoh,
mungkin secara umum lebih efektif untuk mengubah
sikap yang didasarkan pada emosi dengan strategi

emosional daripada dengan strategi yang lebih kognitif
atau yang rasional (Edwards, 1990; Fabrigar &
Petty,1999).
Teori terkait dengan masalah tersebut adalah
pembatasan kondisi dari penelitian yang awalnya
mendukung hipotesis bahwa disonansi dialami ketika
seseorang telah memiliki justifikasi cukup untuk
melenyapkan keyakinan atau sikap (Festinger, 1957;
Festinger & Carlsmith, 1959).
Disonansi sendiri adalah perasaan tidak suka
yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan
dengan dampak-dampak yang tidak dapat diukur. Teori
ini menekankan seseorang yang berada dalam disonansi
memberikan keadaan yang tidak nyaman sehingga ia
akan

melakukan

tindakan

untuk

keluar

dari

ketidaknyamanan tersebut.
Ketidaknyamanan yang dimaksutkan disini
terkait dengan ketakutan dan juga kecemasan akan
kegagalan dalam berbagai kegiatan terkait dengan
tujuan bersama organisasi.

Sejak perumusan asli dari disonansi mulai
digunakan untuk membangun, banyak peneliti telah
memberlakukan pembatasan pada kondisi prediksi
disonansi dasar. Sebagai contoh, beberapa peneliti
menegaskan bahwa komitmen terhadap perilaku yang
diperlukan untuk memperoleh disonansi (misalnya,
Brehm & Cohen, 1962).
Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan
kognitif yang tidak konsisteni, tidak perlu, dan tidak
cukup untuk menghasilkan disonansi. Dalam sebuah
tampilan baru yang berpengaruh di penelitian mengenai
desonansi, Cooper dan Fazio (1984) menyimpulkan
bahwa disonansi akan memiliki rangsangan apabila
seorang individu secara bertanggung jawab terlibat
dalam suatu tindakan yang memiliki konsekuensi
negatif atau tidak diinginkan oleh individu tersebut.
Tetapi jika seorang individu terlibat dalam aksi
counterattitudinal yang tidak memiliki efek yang jelas
(misalnya, Collins & Hoyt, 1972; Cooper & Worchel,
1970) atau efek positif (Scher & Cooper, 1989), efek
disonansi tidak terjadi.

Demikian pula, bahkan perilaku proattitudinal
yang dapat membangkitkan disonansi jika memiliki
sesuatu yang tidak diinginkan, contohnya konsekuensi
permusuhan (Scher & Cooper, 1989).
Selain itu, jika individu tidak memiliki rasa
bertanggung jawab untuk suatu tindakan karena
konsekuensi yang tidak terduga (Mis, Cooper, 1971;
Hoyt, Henley, & Collins, 1972), disonansi juga gagal
untuk didapatkan.

 BAB 2

FAKTOR-FAKTOR PROSES PENENTU
YANG BERPENGARUH PADA
PERUBAHAN SIKAP INDIVIDU

1. KEYAKINAN AKAN PEMIKIRAN PRIBADI
Selain luas dan memiliki banyak pemikiran,
penelitian terbaru telah menemukan aspek ketiga dari
pemikiran bahwa pengaruh kepercayaan persuasi pada
orang berasal dari kognitif mereka sendiri.
Menurut hipotesis diri validasi (Petty, Briñol,
Tormala, di tekan), orang berbeda dalam sejauh mana
mereka memiliki keyakinan dalam atau meragukan
keabsahan pikiran bahwa mereka menghasilkan pesan
persuasif.
Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan
bahwa pikiran menguntungkan dalam hal meningkatkan
persuasi terutama ketika orang memiliki keyakinan
dalam diri mereka.

Demikian pula pada pemikiran yang tidak
menguntungkan serta menurunkan persuasi sebagian
besar ketika orang memiliki keyakinan di dalam
dirinya, ketika kepercayaan dalam pikiran rendah,
pengalaman tidak memprediksi sikap sangat baik
bahkan di bawah kondisi pengembangan diri yang
tinggi.
Beberapa variabel telah terbukti mempengaruhi
kepercayaan orang memiliki dalam pikiran mereka dan
dengan demikian pengaruh tingkat perubahan sikap.
Misalnya, dalam satu studi (Briñol & Petty, 2001),
orang-orang yang menganggukkan kepala mereka
(vertikal) sambil mendengarkan pesan yang dilaporkan
lebih percaya diri dalam pikiran mereka daripada
orang-orang yang yang menggelengkan kepala mereka
(horizontal).
Hasil utama dari proses pesan yang menarik
menimbulkan sebagian besar pikiran menguntungkan,
orang mengangguk lebih membujuk diri mereka sendiri
untuk paham daripada orang-orang menggelengkan
kepalanya (lihat juga Wells & Petty, 1980).

2. PERSUASI PRIBADI TANPA ADANYA
MASUKAN DARI LUAR
Pentingnya

pikiran

sendiri

dalam

hal

memproduksi persuasi yang dihasilkan disorot dalam
penelitian menunjukkan selfpersuasion yang dapat
terjadi bahkan tanpa adanya masukan dari luar. Sebagai
contohnya, penelitian telah menunjukkan dalam hal
persuasi yang dengan tidak adanya masukan dari luar
dapat terjadi ketika individu diminta untuk aktif hadir
atau menghasilkan sesuatu.
Kekuatan dalam pemikiran itu sendiri yang
terkadang jauh lebih kuat apabila dipaksa untuk
dikeluarkan, terlebih lagi apabila dalam keadaan yang
memaksa individu itu sendiri untuk bertindak.
3. PERANAN DIPENGARUHI LINGKUNGAN
Penelitian

awal

peranan

dalam

persuasi

ditemukan untuk menjadi alat yang efektif dalam hal
meningkatkan persuasi serta ketahanan dan juga
ketekunan dari sikap yang dihasilkan.

Dalam salah satu awal demonstrasi peranan,
Janis dan Raja (1954) meneliti efek diferensial antara
orang aktif hadir persuasif dan berargumen vs pasif
mendengar dalil oleh orang lain. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peserta yang aktif dan berargumen
yang dihasilkan dan disajikan lebih baik apabila
dibandingkan mereka yang hanya pasif mendengarka.
Efek ini telah direplikasi berkali-kali (misalnya,
Elms, 1966; Greenwald & Albert, 1968; Janis & Mann,
1965). Sejumlah mekanisme telah diusulkan ke akun
untuk

efek

mengusulkan
individu,

bermain
bias

dalam

peran

scanning
proses

ini.

Janis

(1968)

penjelasan

dimana

mendukung,

merekrut

keyakinan konsisten dan menghambat keyakinan tidak
konsisten (lihat juga, Kunda, 1990).
Interpretasi diatas sebagian didasarkan pada
temuan bahwa improvisation atau kreatifitas individu
dalam mengolah sesuatu merupakan elemen penting
dalam memunculkan efek bermain peran. Raja dan
Janis (1956) menunjukkan bahwa proses argumen aktif

diperlukan untuk memperoleh permainan peran yang
maksimal.
Tetapi, argumen mungkin tampak lebih menarik
hanya karena mereka berhubungan dengan diri (yaitu,
bias ownness; Perloff & Brock, 1980). Orang mungkin
juga akan lebih percaya pikiran bahwa mereka
menghasilkan, dan memimpin mereka secara pribadi
untuk menjadi lebih berpengaruh daripada argumen
yang disampaikan oleh orang lain (Petty, et al., 2002).
Konsekuensi sikap pemikiran semata bergantung pada
bagian penting dari informasi yang fokus pikiran
(Tesser, 1978).
Perubahan sikap kadang-kadang bisa terjadi
setelah

pemikiran

karena

individu

fokus

pada

selektifitas kelompok sebagai bagian dari informasi
(misalnya, Levine, Halberstadt, & Goldstone, 1996;
Wilson, Dunn, Kraft, & Lisle, 1989).
Sebagai contoh, ketika peserta diperintahkan
untuk menganalisis alasan untuk sikap mereka, mereka
sering fokus pada orang-orang yang paling mudah
untuk diverbalisasi (Wilson et al., 1989).

Akibatnya, mereka mungkin sering terlalu
menekankan komponen kognitif mereka terhadap sikap
mereka untuk mengabaikan komponen afektif, untuk
pergeseran sikap sesaat.
4. PERSUASI DIRI SENDIRI SEBAGAI HASIL
DARI PROSES DISONANSI
Kita telah melihat bahwa persuasi secara
individu dapat terjadi ketika orang-orang yang diminta
untuk berpikir dengan menerima pesan eksternal
persuasif, dengan melakukan latihan berperan, atau
hanya diminta untuk sekedar berpikir.
Perubahan sikap juga dapat terjadi ketika
seseorang sendiri memotivasi dirinya untuk berpikir.
Sebuah asumsi umum dari banyak teori persuasi adalah
bahwa individu memiliki motivasi standart yaitu, orang
ingin memegang sikap yang benar.
Namun, model kemungkinan elaborasi dan
teori-teori persuasi lainnya mengakui bahwa berbagai
motivasi yang bias kadang-kadang dapat mendistorsi
informasi

yang

obyektif

dari

pengolahan

awal.

Meskipun sejumlah motivasi ini ada, motif untuk
konsisten adalah yang paling banyak dipelajari, dan
teori disonansi kognitif adalah yang paling berpengaruh
dari teori konsistensi itu sendiri.
Dalam rumusan aslinya (Festinger, 1957),
disonansi digambarkan sebagai perasaan permusuhan
gairah yang mirip dengan Statedrive yang dialami oleh
seorang individu ketika ia secara bersamaan dan terjadi
adalah dua kognisi yang saling bertentangan. Yang
menghasilkan gairah permusuhan itu diduga menghasut
untuk mengembalikan harmoni dalam diri antara dua
kognisi yang relevan. Dan upaya untuk mengembalikan
konsistensi biasanya melibatkan pemikiran yang sangat
aktif tentang objektifitas sikap, dan hasil akhir dari
pemikiran ini sering merubah sikap seseorang.
5. EFEK TEORI DISONANSI
Sebuah badan besar penelitian menggunakan
paradigma berbasis eksperimental yang berbeda telah
mendukung esensi dari teori disonansi (lihat Brehm &
Cohen, 1962; Cooper & Fazio, 1984; Harmon-Jones &
Mills, 1999; diulas).

Beberapa prosedur eksperimental digunakan
untuk menginduksi disonansi termasuk membujuk
orang untuk menulis esai counterattitudinal bawah ilusi
pilihan bebas (Mis, Losch & Cacioppo, 1990),
menjalani inisiasi keras untuk bergabung dengan
kelompok menarik (misalnya, Aronson & Mills, 1959),
memilih antara dua produk yang berbeda tetapi samasama diinginkan (Mis, Brehm, 1956), dan makan
belalang setelah permintaan dari orang yang tidak
disukai (Zimbardo, Weisenberg, Firestone, & Levy,
1965).
Namun, beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa disonansi dapat dikurangi (setidaknya untuk
sementara) dengan terlibatnya dalam hampir setiap
kegiatan yang mengalihkan perhatian salah satu dari
masalah disonansi. Sebagai contoh, individu tampaknya
berhasil

mengurangi

disonansi

mereka

dengan

menegaskan aspek yang bahkan tidak terkait dengan
konsep diri mereka (Steele, 1988; Tesser & Cornell,
1991),

dengan

mengkonsumsi

alkohol

(Steele,

Southwick, & Critchlow, 1981), atau dengan menonton
film komedi (Cooper, Fazio, & Rhodewalt, 1978).

Sebaliknya, individu menghindari menerima
informasi bahkan positif tentang diri mereka sendiri
jika sangat berkaitan dengan dissonancearousing yang
sedang terjadi, dan ketika paparan tersebut dipaksa,
jumlah disonan meningkat pesat dialami oleh individu
tersebut (Blanton, Cooper, Skurnik, & Aronson, 1997).
6. PEMBATASAN KONDISI DISONANSI
Pembatasan kondisi disebut salah satu alternatif
yang memodifikasi teori desonansi dengan sedemikian
rupa. Penelitian awal yang mendukung hipotesis bahwa
disonansi sering dialami ketika seseorang memiliki
pertimbangan yang cukup untuk melanggar keyakinan
atau sikap (Festinger, 1957; Festinger & Carlsmith,
1959).
Sejak perumusan asli dari disonansi dibangun,
banyak peneliti yang telah memberlakukan pembatasan
kondisi di prediksi disonansi dasar. Sebagai contoh,
beberapa

peneliti

menegaskan

bahwa

komitmen

terhadap perilaku diperlukan untuk dapat memperoleh
disonansi (misalnya, Brehm & Cohen, 1962).

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan
kognitif yang tidak konsisten yang dirasa tidak perlu
dan tidak cukup untuk menghasilkan disonansi. Dalam
sebuah tampilan baru yang berpengaruh di disonansi
penelitian, Cooper dan Fazio (1984) menyimpulkan
bahwa untuk merangsang disonansi, seorang individu
harus bertanggung jawab untuk terlibat dalam suatu
tindakan yang memiliki konsekuensi negatif atau tidak
diinginkan.
Jika seorang individu terlibat dalam aksi
counterattitudinal yang tidak memiliki efek yang jelas
(misalnya, Collins & Hoyt, 1972; Cooper & Worchel,
1970) atau efek positif (Scher & Cooper, 1989), efek
disonansi tidak dapat terjadi. Demikian pula, bahkan
perilaku proattitudinal dapat membangkitkan disonansi
jika ada sesuatu yang tidak diinginkan, berupa
konsekuensi permusuhan (Scher & Cooper, 1989).
Selain

itu,

jika

individu

tidak

merasa

bertanggung jawab untuk tindakan yang tidak sesuai
karena konsekuensi yang tak terduga (Mis, Cooper,

1971; Hoyt, Henley, & Collins, 1972), disonansi juga
gagal untuk didapatkan.
7. PENDEKATAN ALTERNATIF YANG TIDAK
MENIMBULKAN PERSELISIHAN
Selain
sebelumnya,

modifikasi
dua

alternatif

disonansi

dijelaskan

nondissonance

telah

diusulkan untuk menjelaskan temuan peneliti disonansi.
salah satunya adalah seperti alternatif yang merupakan
teori persepsi diri. Seperti dijelaskan sebelumnya,
persepsi diri teori (Bem, 1965) menyatakan bahwa
individu sering menyimpulkan sikap mereka dari
perilaku mereka sendiri.
Teori Persepsi pribadi adalah lawan yang
tangguh untuk disonansi dikarenakan kemampuannya
dalam hal menjelaskan banyak dikaitkan dengan
mekanisme disonansi (Greenwald, 1975). Ini kemudian
menjadi jelas bahwa persepsi diri merupakan fenomena
berbeda yang berfungsi dalam pengaturan yang berbeda
pula dan bukan hanya penjelasan alternatif untuk
disonansi kognitif saja (Mis, Beauvois, Bungert, &
Mariette, 1995).

Contohnya, berbeda dengan proses disonansi,
persepsi diri proses muncul untuk beroperasi ketika
perilaku seseorang jatuh, dan dengan demikian
memunculkan sedikit permusuhan gairah (Fazio et al.,
1977).
Sedangkan disonansi penurunan telah diusulkan
untuk meminta kognitif yang memiliki cukup upaya
(Festinger, 1957), proses persepsi diri muncul dan
melibatkan

keputusan

atribusi

sederhana

yang

beroperasi di bawah keadaan upaya yang relatif rendah.
8. PENDEKATAN KOMBINATIF
Pendekatan kombinatif menekankan pada cara
yang berbeda oleh individu yang memberikan nilai
potongan informasi dan kemudian mengintegrasikannya
ke dalam sebuah struktur keyakinan dan sikap.
Model ini berbeda dalam penekanan mereka
terhadap berbagai jenis informasi individu dalam hal
mempertimbangkan keyakinan dan sikap, dan ditandai
dengan sarana informasi yang terintegrasi dengan baik.

9. PENDEKATAN DISERTAI HARAPAN
BESERTA NILAI
Teori harapan-nilai mengusulkan bahwa sikap
mencerminkan

penilaian

subjektif

individu

dari

kemungkinan bahwa obyek sikap akan dikaitkan
dengan positif ataupun negatif merupakan sebuah
konsekuensi atau yang kaitannya dengan nilai-nilai
penting

dalam

pelaksanannya

(Puncak,

1955;

Rosenberg, 1956; lihat Bagozzi, 1985, untuk review).
Namun, ada kemungkinan bahwa pengambilan
dan integrasi dari kemungkinan dan keinginan penilaian
dari beberapa hal yang menonjol pada keyakinannya
akan membutuhkan usaha dan hanya akan terjadi ketika
individu memiliki kemampuan dan motivasi untuk
melakukannya.
Meskipun banyak sekali proses yang terlibat
dalam hal mengubah sikap, tetapi dalam buku ini telah
cukup memiliki inti pegangan yang baik tentang apa
yang terkandung dalam tiap prosesnya dan bagaimana
mereka beroperasi dalam merubah sikap.

Dengan adanya berbagai faktor berupa proses
diatas, buku ini dapat digunakan sebagai pedoman
untuk membagi secara teoritis proses yang bertanggung
jawab untuk memodifikasi sikap individu kepada
mereka yang menekankan pemikiran penuh usaha
tentang manfaat pusat dari objektifitas sikap dan orangorang yang mengandalkan kognitif proses yang
dianggap kurang.
Hal ini memungkinkan pemahaman dan prediksi
apakah variabel yang dapat mempengaruhi sikap dan
dalam situasi seperti apa umumnya mereka melakukan
perubahan sikap.

 BAB 3
PROSES VARIABEL YANG
BERDAMPAK PADA SIKAP

Proses variabel yang memiliki dampak pada
sikap. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan,

tetapi pada beberapa cara yang mana variabel dapat
mempengaruhi sikap pada situasi yang berbeda. Kedua,
salah satu pembahasan yang paling menarik pada
domain baru penyelidikan adalah interaksi antara
eksplisit dan sikap implisit.
Dimisalkan disini, apakah cara yang terbaik
untuk konsep dan menilai sikap implisit? Dalam
kondisi apa adalah sikap implisit dan eksplisit
kemungkinan untuk membimbing tindakan? Beberapa
proses perubahan sikap yang lebih cenderung pengaruh
sikap implisit, sedangkan yang lain lebih mungkin
untuk mengubah sikap eksplisit? Bekerja pada topik
sikap implisit dalam masa pertumbuhan.
1. PROSES UPAYA PERUBAHAN SIKAP
Selain upaya yang rendah dari mekanisme
perubahan sikap, sikap juga dapat dibentuk dan diubah
melalui proses upaya yang tinggi. Menurut Teori Dual
Process Formulation, proses serta upaya yang tinggi ini
cenderung dapat mempengaruhi hasil persuasif ketika
motivasi dan kemampuan untuk berpikir relatif tinggi,
seperti halnya yang terkait pada masalah ini adalah

tingginya relevansi pribadi, ketika orang-orang yang
bertanggung jawab karena penilaian mereka, ketika
mereka memiliki pengetahuan yang tinggi pada topik,
ketika beberapa gangguan yang hadir, dan sebagainya.
Tetapi pada akhirnya, pengakuan serta ijin
pengembangan berkelanjutan tentang berbagai proses
perubahan sikap yang memiliki berbagai pemahaman
dan prediksi kekuatan diubah menjadi berbagai sikap
yang berbeda.
2. HASIL KONGKRIT DARI ADANYA
PERUBAHAN SIKAP PADA INDIVIDU
Adanya perubahan sikap merupakan hasil
kongkrit dari usaha mental yang cenderung lebih gigih,
serta tahan terhadap persuasi lawan, dan prediksi
perilaku daripada sikap yang diubah oleh suatu proses
usaha mental yang sangat sedikit menilai manfaat
utama yang didapat dari obyek.
Sikap mental yang kuat dan juga tahan akan
adanya godaan yang berasal dari luar atau godaan

eksternal akan dapat dengan mudah mendapat manfaat
utama yang didapat dari objek itu sendiri.

 BAB 4
INDIVIDU DAN PERANNYA
DALAM ORGANISASI SERTA
KONDISI LINGKUNGAN YANG
MENGUBAHNYA

Disini saya rasa contoh masalah serupa sudah
dapat ditemukan. Berbagai hal-hal yang saya alami
selama berkecimpung dalam dunia organisasi, definisi
interaksi sosial disini kita sebagai individu yang
diletakkan dalam suatu organisasi harus dapat terus
beradaptasi dengan lingkungan organisasi kita, tetapi
disisi lain kita juga harus menonjol dan berkembang
untuk menunjukkan jati diri kita di organisasi, bukan
untuk niatan sombong atau niatan negatif lainnya tetapi
demi niatan positif yaitu organisasi yang lebih baik
dengan adanya berbagai masukan dari anggotanya yang
memiliki berbagai macam pendapat menarik apabila
semua individu benar–benar mau untuk menunjukkan
dirinya secara gamblang.
1. TERBENTUKNYA KELOMPOK
ORGANISASI
Kelompok sendiri terbentuk karena adanya
komunikasi, sama sama memiliki tujuan dan juga motif
yang hampir sama, dua orang atau lebih yang bekerja
sama dalam suatu hubungan fungsional satu sama lain
ini yang akan membentuk satu kelompok, keinginan

orang untuk bergabung atau berkelompok diterangkan
dengan teori nilai tukar sosial atau social exchange
theory, yang dikemukakan oleh Thilbaut & Kelly
(1959).
Orang cenderung untuk senang berkelompok
selalu berkaitan dengan kesenangan yang diperoleh dan
kerugian atau biaya yang harus dikeluarkan, mahasiswa
yang berpartisipasi dalam suatu kelompok akan
memperoleh

kesenangan

berupa

canda

gurau,

menghadapi masalah bersama, saling tolong menolong
tetapi di sisi lain juga harus mengeluarkan materi,
meluangkan waktu, tenaga yang terkuras, serta jasa jasa
lain yang dianggap sebagai kerugian.
2. INTERAKSI SOSIAL TERHADAP
LINGKUNGAN SEKITAR
Menurut Woodworth sendiri interaksi sosial
adalah kegiatan menghubungkan manusia dengan
lingkungan, meliputi individu dapat bertentangan
dengan lingkungan, individu dapat menggunakan
lingkungan, individu dapat berpartisipasi dengan
lingkungan, individu dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan, serta alam sekitar yang juga berpengaruh
terhadap individu.
Salah satu adalah usaha penyesuaian dirinya
disebut dengan autoplastis yaitu usaha manusia untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dan
juga sebaliknya ada juga alloplastis yang artinya
kemampuan seseorang untuk mengubah lingkungan
agar sesuai keinginannya, dengan kata lain manusia
dalam masyarakat bisa berfungsi sebagai objek juga
sebagai subjek.
3. ADAPTASI NORMA KELOMPOK DALAM
ORGANISASI
Norma kelompok adalah salah satu hal yang
penting dalam organisasi, yang menurut Sherif ialah
pengertian – pengertian yang seragam mengenai cara
dan tingkah laku yang patut dilakukan oleh anggota
kelompok apabila terjadi sesuatu yang bersangkut paut
dengan kehidupan kelompok tersebut.
Jadi dalam organisasi norma kelompok sudah
diselaraskan agar dapat menghadapi berbagai masalah

yang ada pada kehidupan kelompok organisasi dengan
saran terkait penyelesaian yang hampir sama bagaimana
cara penanggulangannya.
4. MOTIF SOSIAL TERHADAP PERILAKU
SOSIAL SERTA EFEKNYA PADA INDIVIDU
Sedangkan motif menurut Lindzey, Hall, &
Thompson adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah
laku, sedangkan motif sosial menurut Heckhausen
(1980)

bahwa

menunjukkan

motif
bahwa

sosial
tujuan

adalah
yang

motif
ingin

yang
dicapai

mempunyai interaksi dengan orang lain.
Motif sosial ini berkaitan dengan perubahan
tingkah laku individu apabila dimasukkan kedalam
suatu organisasi atau dia yang merubah organisasi
tersebut

melalui

interaksi

yang

baik

dengan

lingkungannya untuk mencapai tujuan organisasi yang
diidamkan atau berupa motif sosial kelompok.
Social Learning And Exchange tell that
Utilizing data from a study by Israel (1956), Homans
carries this idea a step further by showing how persons

will choose to work with other who benefit them
personally in a situation, and that as the situation is
altered persons will alter their choices in such a way
that the overchosen manifest characteristics which
provide the choosers maximum reward in the situation.
This latter finding is quite important for its
support of the fact that person who are found attractive
or are liked in one situation may not be preferred under
other circumstances. With this thought in mind, we may
return to the need-state notions of social attraction, and
ask whether a single set of needs is likely to influence
choices of companions across all situation, as such
notion suggest.
The intuitive answer is that it would not. As
situations change, a person’s need and the goals are
modified. While a person may generally have a strong
desire to nurture others, he might feel quite differently
under circumstances in which he was experiencing
great personal failure. Mann’s (1959) and sensitivity.
The
variations

lesson
may

seems

play

an

clear

that

all-important

situational
role

in

determining attraction, and that in the future our
attention may fruitfully be directed to the interaction of
personality and the situation.
Penjelasan paragraf di atas cukup jelas dan
hubungannya dengan motif yaitu studi yang dilakukan
oleh Israel terhadap perilaku sosial dan efeknya bahwa
manusia sebagai mahluk individu selalu menginginkan
keuntungan dalam setiap tindakan yang diambilnya,
jadi apabila suatu orang disukai di kondisi tertentu
belum tentu juga akan disukai pula di kondisi yang lain
lagi, jadi individu yang memiliki keunggulanlah yang
akan lebih dicari dan disukai.
Disini dianggap perlu untuk memahami situasi
dan juga memahami personal secara gamblang, oleh
karena itu diperlukan pimpinan dan juga cara
kepemimpinannya yang harus dapat menyatukan
berbagai keunggulan individu untuk diaplikasikan
dalam perjalanan organisasi yang situasinya beragam
dan sangat kompleks.

BAB 5
PROSES TERBENTUKNYA
SEORANG PEMIMPIN DAN
PENTINGNYA KERJA TEAM YANG
BAIK DALAM ORGANISASI

Teamwork yang baik dan juga kapabilitas
pemimpin untuk mengayomi dan juga di sisi lain

mengoptimalkan peran dari masing-masing bagian
dalam organisasinya merupakan suatu seni yang tidak
dapat dengan mudah diraih dikarenakan rumit dan
kompleksnya masalah dalam organisasi, disini penulis
coba menjabarkan bagaimana hal-hal yang tidak diduga
dapat menjadi nyata.
1. KERJA TEAM YANG OPTIMAL DAN SOLID
Keberhasilan Organisasi dalam mengadakan
seminar nasional itu saya anggap keberhasilan semua
anggota organisasi karena peranan saya sebagai ketua
hanyalah sebagai jabatan teknis semata, tetapi pada
pelaksanannya semua anggota organisasi dipandang
sama dan sederajat. Hal hal itulah yang dialami sebagai
hal yang menyenangkan dan tidak bagi seorang
pemimpin organisasi.
Menurut saya, seorang pemimpin dibentuk oleh
lingkungan sekitar karena menjadi pemimpin harus
banyak belajar dari berbagai segi kehidupan dan tidak
sekonyong-konyong menjadikan seseorang menjadi
seorang pemimpin, banyak fase yang harus dilewati dan
juga dialami oleh seorang pemimpin, hanya yang ulet

dan mau menerima kritik serta saran masukan maupun
celaan dari lingkungan sekitar yang dapat bertahan
menjadi seorang pemimpin.
2. CARA INDIVIDU DALAM MEMIMPIN
KELOMPOK ORGANISASI
Kepemimpinan dalam organisasi saya rasa
adalah

bahasan

yang

cukup

menarik

karena

menyangkut banyak perubahan dalam diri saya pribadi
dan juga anggota saya secara kelompok, banyaknya
individu-individu yang hendak menggabungkan pola
pikir serta tujuannya dalam satu arah yang telah
disetujui bersama, pada kenyataannya banyaknya
masalah yang dialami dan harus dicari solusinya.
Anggota saya memilih saya sebagai seorang
ketua, dengan jalur diplomasi kesepakatan bersama,
dalam organisasi itu saya diberikan tanggung jawab
untuk menjalankan acara seminar nasional himpunan
mahasiswa, yang mendatangkan pembicara ahli dari
beberapa bidang, Ketua UMKM Karang Pilang, Kepala
Dinas Koperasi Jawa Timur, Serta pakar pendidikan
yaitu Direktur Kemahasiswaan Universitas Airlangga.

Tentunya dalam proses saya menjadi ketua atau
dalam hal ini pemimpin dari 40 mahasiswa dari
berbagai tahun angkatan memiliki kesulitan untuk
menyatukan anggota yang saya usahakan untuk menjadi
satu kesatuan dalam menjadikan acara seminar nasional
ini berhasil untuk dilaksanakan, keinginan dan tekat
saya untuk membuktikan pilihan yang dijatuhkan
kepada saya tepat dan tidak keliru menjadikan saya
pribadi yang ulet dan berbeda dari sebelum saya
mengikuti organisasi, sifat apatis, sifat individualis
yang tinggi saya buang jauh jauh demi memenuhi
tujuan organisasi kelompok saya.
Kemampuan saya untuk dapat berbicara di
muka umum terasah dengan terpilihnya saya sebagai
ketua, saya rasa itu merupakan hal positif yang saya
dapati, tetapi ada juga kritik tajam, celaan di belakang
saya yang memojokkan dari anggota organisasi yang
tidak sepaham, kalimat-kalimat yang meremehkan saya
semuanya saya lahap habis dan tidak saya ambil hati
demi tujuan organisasi yang dapat terpenuhi.

3. PERUBAHAN SIKAP INDIVIDU SEBAGAI
PEMIMPIN YANG DIPENGARUHI
STIMULUS LINGKUNGAN
Perubahan sikap dari apatis menjadi mau
bersosialisasi

yang

saya

alami

di

penjelasan

sebelumnya merupakan salah satu perubahan terkait
stimulus lingkungan yang terkait seperti norma,
golongan, keluarga, sahabat, dan sebagainya.
Dari sini banyak didapati pengaruh positif
maupun negatif sesuai dengan keadaan lingkungannya,
faktor-faktornya bisa berupa intern atau dalam pribadi
manusia itu sendiri dalam mengolah dan menerima
pengaruh yang diberikan dari lingkungan sesuai motif
manusia sebagai individu, dan juga faktor ekstern yang
terdapat diluar pribadi manusia seperti pengaruh
interaksi manusia dengan televisi, radio, gadget, dan
sebagainya.

REKOMENDASI BAGI PENELITI
SELANJUTNYA

Menilik adanya keterbatasan teori dari Festinger
& Carlsmith (1957 & 1959) apabila digunakan untuk
menyoroti berbagai masalah beserta dengan dampakdampaknya yang ditimbulkannya tidak terukur, rasa
nyaman dan tidaknya setiap individu yang diukur
dengan ketakutan dan juga kecemasan berbeda-beda
tergantung dari usia, mentalitas, pengaruh lingkungan
individu, dan sebagainya.
Jadi tidak dapat dipastikan pula tindakantindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan itu akan
muncul. Maka hal ini akan menghambat keberhasilan
organisasi itu sendiri, pemberian rangsangan untuk
bertanggungjawab untuk menghindari konsekuensi

negati dianggap solusi paling mutakhir tetapi tidak
semua individu memiliki rasa tanggung jawab yang
dapat dibentuk oleh lingkungan, terkadang rasa
tanggung jawab baru bisa timbul apabila mengalami
sesuatu

momentum

khusus

atau

timbul

karena

kesadaran karena telah memasuki usia dewasa dan
harus melakukan perubahan dalam dirinya untuk dapat
terus menjalani kehidupan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Tujuan ditulisnya buku ini adalah menghadirkan
pengorganisasian faktor-faktor yang berpengaruh untuk
memahami adanya berbagai proses psikologis yang
bertanggung jawab dalam adanya proses perubahan
sikap pada individu.
Dikarenakan penelitian empiris awal studi
perubahan sikap telah dimulai pada tahun 1920, banyak
yang telah belajar tentang faktor-faktor penentu dan
konsekuensi yang mendasari dari berbagai proses
perubahan sikap itu sendiri.
Faktor-faktor dari proses tersebut dianggap
bertanggung jawab untuk merubah sikap individu.
Selain ditilik dengan seksama dengan berbagai mini
teori yang ada.

Artikel ini memungkinkan pemahaman serta
prediksi variabel apakah yang mempengaruhi adanya
perubahan sikap dan dalam situasi umum seperti apa
mereka mempengaruhinya.
Kemudian dari sisi organisasi, disini yang
sangat menarik serta kompleks dengan segala seluk
beluknya dapat dengan signifikan merubah perilaku
sosial individu, baik secara positif ataupun negatif
tergantung cara pandang dan juga penerimaan masingmasing individu terhadap lingkungan organisasinya.
Selain itu juga organisasi dapat menyatukan
berbagai macam perilaku dan sikap individu dalam
organisasi yang memiliki kepentingan berbeda-beda
serta sikap yang berbeda-beda pula tetapi masih
memiliki satu titik temu pada pemikiran dan juga
kepentingan kedalam satu wadah kelompok organisasi
yang memiliki tujuan yang satu serta disetujui secara
bersama oleh masing-masing individu dalam organisasi.
Dengan adanya berbagai macam norma dan
aturan yang harus dipenuhi dan juga di adaptasi dengan
baik oleh seluruh anggota kelompok, dan juga berbagai

macam tanggapan individu dalam menghadapi berbagai
tantangan yang kompleks secara bersama sama oleh
semua anggota kelompok organisasi demi mencapai
tujuan organisasi yang diidamkan.
Kemudian, Artikel ini membantu kelompok
organisasi untuk dapat lebih memahami individu
sebagai bagian dari organisasi dengan berbagai
perubahannya baik secara langsung ataupun tidak
langsung pada proses berjalannya organisasi.
Serta dari sisi individu disini dapat lebih
memahami bagaimana cara ataupun melalui faktorfaktor dan proses sepert apakah yang dapat merubah
sikapnya dalam menjalani proses berjalannya organisasi
itu sendiri.
Faktor kepemimpinan individu yang baik dan
mengayomi seluruh anggota organisasi juga diharapkan
dapat diwujudkan dengan mempelajari berbagai faktorfaktor yang mengubah proses perubahan sikap agar
dapat memahami berbagai macam individu sebagai
anggota organisasi.

Meskipun terdapat cukup banyak faktor-faktor
yang terlibat dalam proses pengubahan sikap, kita
memiliki pegangan yang cukup baik tentang bagaimana
proses-proses ini berjalan dan bagaimana ketika mereka
beroperasi.
Tetapi sangat disayangkan meskipun telah
banyak kemajuan yang dibuat dalam memahami
perubahan sikap, namun masih banyak pekerjaan yang
harus dilakukan oleh peneliti-peneliti selanjutnya yang
kemungkinan akan membawa kemajuan dan juga
perubahan faktor-faktor beserta mini teori lagi yang
dapat lebih baik dan lebih efektif dalam hal merubah
sikap individu untuk dapat berkembang dan bermanfaat
bagi organisasi yang diikutinya.

RIWAYAT PENGARANG

Achmad

Baharudinsyah

dilahirkan

pada

tanggal 30 September 1994 di Sidoarjo. Penulis masih
berstatus mahasiswa di Universitas Airlangga Surabaya
dengan jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan
2012 yang sedang melakukan penelitian tugas akhir
untuk menyelesaikan studinya.
Pada jenjang pendidikan yang telah ditempuh
sebelumnya, penulis telah menyelesaikan pendidikan
Sekolah Dasar di SDN Babatan 2 Surabaya, Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 28 Surabaya, dan
juga Sekolah Menengah Akhir di SMA Negeri 13
Surabaya.
Penulis baru pertama kali menulis buku, dengan
pengalaman yang minim pasti saja banyak kesalahan
dan juga kekurangan dalam standard penulisan buku

yang baik dan benar. Dengan itu, penulis memohon
maaf akan kesalahan dan kekurangan yang ada di buku
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Richard E. Petty, S., Christian Wheeler., and Zakary L.
Tormala. (2003). Handbook of Psychology Volume 5
about Personality and Social Psychology. Hoboken,
New Jersey. Copyright by John Wiley & Sons.
(Part Three about Social Psychology No.15 Page 353,
PERSUASION AND ATTITUDE CHANGE)
And this Handbook edited by: Theodore Millon, PhD,
Institute for Advanced Studies in Personology and
Psychopathology, Coral Gables, Florida, Melvin J.
Lerner, PhD, Florida Atlantic University, Boca Raton,
Florida.