ANALISIS INTERTEKSTUAL PUISI “DONGENG SEBELUM TIDUR” KARYA GOENAWAN MOHAMAD

  

A NALISIS INTERTEKSTUA L PUISI “DONGENG SEBELUM

TIDUR” KARYA GOENA W AN M OHA M A D

The Analysis of Intertextuality in the Poetry of “ Dongeng Sebelum Tidur” Written by Goenawan

Muhamad

  

Susri Inarti

  Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, Jalan Dr. Setiabudi Nomor 229 Bandung, Telp: 085222979955, Pos-el: susriinarti@yahoo.co.id

  Naskah masuk: 26 September 2012—Revisi akhir: 31 Mei 2013

  

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah membandingkan puisi “Dongeng Sebelum Tidur” karya Goenawan

Mohamad dengan prosa yang memiliki kesamaan tema, yaitu mitos “Prabu Anglingdarma”. Dalam penelitian

ini, penulis berupaya menemukan hubungan antara karya satu dan yang lainnya serta menemukan pengaruh

antarkeduanya. Atas dasar itulah penelitian sastra bandingan ini berpindah dari karya satu ke karya lainnya

dengan tujuan menemukan benang merah isi karya. Untuk mendekati objek kajian, penulis menggunakan

pendekatan objektif. Adapun teori yang digunakan adalah teori strukturalisme dan poststrukturalisme.

Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat benang merah pemehaman antara puisi “Dongeng Sebelum

Tidur” karya Goenawan Mohamada dan mitos “Prabu Anglingdarma”.

  Kata kunci: sastra bandingan, puisi

Abstract: The research is aimed at comparing the poetry of entitled “ Dongen Sebelum Tidur”

written by Goenawan Mohamad to the prose having similar theme entited “Prabu Angling Darma”.

  

In the research, the writer tries to find correlation between one work with another. It also tries to

find the influence in both. Based on that purpose, the comparative literary research is changed

from one work to another intending to obtain the correlation in their content. To gain the object of

the study, the writer applies objective approach. The theory in this research is structuralism and

poststructuralism theory. From the research, it can be concluded that there is correlation in under-

standing both Dongeng Sebelum Tidur Poetry and Prabu Anglingdarma myth.

  Key words: Comparative literature, poetry

1. Pendahuluan

  D alam kehid up an, d eng an tujuan antara baju yang satu dan yang lain untuk m end ap atkan kebaikan, o rang akan mendapatkan baju yang paling cocok untuk d ihad ap kan p ad a keg iatan anaknya. Demikian p ula halnya d alam membandingkan. Kata “ membandingkan” bid ang sastra, seo rang p enikmat karya berasal d ari kata banding y ang berarti sastra sering kali merasa “ tergelitik” untuk ‘ p ersam aan’ , ‘ tara’ , atau ‘ im bang an’ . m em band ingkan sebuah karya d engan

  Sebagai contoh, seorang ibu yang hendak karya yang lain. Pada tulisan ini, penulis m em belikan sebuah baju baru untuk akan memband ingkan antara pro sa dan anaknya, ketika dihadapkan pada beberapa puisi yang memiliki kesamaan tema, yaitu pilihan, ia akan membanding-bandingkan mitos “ Anglingdarma” .

  METASASTRA , Vol. 6 No.

  1

  , Juni 2013: 81—89 Sebagai sebuah bentuk penelitian, sastra bandingan merupakan bagian dari sastra. Peneliti m eng up ay akan bag aim ana menghubungkan antara karya satu d an y ang lain, bag aim ana p eng aruh antarkeduanya, serta apa yang diambil dan apa yang diberikan sebuah karya sastra pada karya sastra yang lainnya. Atas dasar inilah p enelitian d alam sastra band ing an berpindah dari karya satu ke karya yang lain d eng an tujuan m enem ukan benang merahnya. Nyoman Kutha Ratna seorang ahli sastra menyatakan bahwa pendekatan o bjektif m erup akan p end ekatan y ang terpenting sebab sedekat apa pun penelitian yang dilakukan pada dasarnya bertumpu p ad a kary a itu send iri. Berd asarkan penyataan itulah peneliti dalam penelitian ini menggunakan pendekatan objektif.

  Adapun teori-teori keilmuan yang lahir setelah teo ri terd ahulu d apat dikatakan sebagai teori yang lebih baik, sebab teori yang baru “ telah mendapatkan pelajaran” d ari teo ri terd ahulu atau m ung kin merupakan bentuk p enyempurnaan dari teori-teori sebelumnya. Pada penelitian ini, teo ri y ang d ig unakan ad alah teo ri Strukturalisme dan Postrukturalisme. Teori– teori ini digunakan dengan harapan hasil p enelitian lebih baik o leh karena kelengkapan teo ri yang digunakan pada penelitian.

  A p a y ang d im aksud kan d eng an pengkajian sastra ialah penyelidikan atau penelitian d engan menelaah suatu karya sastra. Dalam hal ini harus d ibed akan antara p enerimaan d an penafsiran yang didahului oleh telaah. Penafsiran, penilaian, dan penghakiman terhadap karya sastra disebut juga sebagai kritik sastra. Lebih lanjut, Prad o to kusum o (2008:57) menjelaskan bahwa dalam kritik sastra yang penting adalah analisis. Dengan demikian, kritik sastra merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan terhadap karya sastra atau teks. Sejalan d eng an hal itu, Harto ko (1986:126) m em berikan p eng ertian mengenai kritik sastra, yaitu suatu cabang ilm u sastra yang meng ad akan analisis, penafsiran, serta penilaian terhadap sebuah teks (w acana) sastra atau d isebut jug a pengkajian teks.

  Karya sastra atau teks yang dikaji pada tulisan ini adalah teks p uisi. Prado p o (2009:6) menjelaskan bahwa puisi sebagai salah satu ragam sastra dapat dikaji dari berbagai asp eknya. Pertama, puisi d apat dikaji struktur dan unsur-unsurnya karena puisi adalah struktur yang tersusun atas berag am unsur d an sarana-sarana kep uitisan. Ked ua, p uisi d ap at d ikaji berdasarkan jenis-jenisnya mengingat ada banyak jenis puisi. Ketiga, puisi dapat dikaji d ari unsur kesejarahanny a m eng ing at bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan dibaca oleh manusia. Sepanjang zaman itu pula puisi selalu m eng alam i p erubahan d an perkembangan.

  Lebih lanjut, A minud d in (2000:110) m eng uraikan bahw a d alam up ay a memahami teks sastra, terutama p uisi, kesulitan utama yang biasa muncul adalah d alam up ay a m em aham i m akna. O leh karena itu, sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain, puisi perlu dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis. Pada tulisan ini penulis akan menguraikan kajian p uisi “ D o ngeng Sebelum Tid ur” kary a Go enaw an M o ham ad d eng an paparan bagan 1.

2. Kajian Teori

  2.1 Pendekatan Objektif

  Ratna (2011:72) memap arkan bahw a pendekatan objektif merupakan pendekatan yang terpenting sebab pendekatan apa pun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu pada karya sastra itu sendiri. Secara historis pendekatan ini dapat ditelusuri pada zaman A ristoteles dengan p ertimbangan bahw a sebuah “ tragedi” terdiri atas unsur-unsur kesatuan, keseluruhan, kebulatan, d an keterjalinan. Organisasi atas keempat unsur itulah yang kemudian membangun struktur cerita yang disebut plot.

  Pend ekatan o bjektif yang d emikian memusatkan perhatian semata-mata pada

   S U SRI

  Perkem bang an ilm u p eng etahuan setelah mencapai klimaks akan mengalami stagnasi karena akan timbul konsep dan p arad ig m a baru sesuai d eng an p erkem bang an m asy arakat y ang mendukungnya. Stukturalisme dianggap terlalu “ m end ew akan’ o bjek d eng an konsekuensi “ mematikan” subjek pencipta. Oleh karena itulah strukturalisme dianggap sebagai antihumanis, dianggap pula telah

  Masuknya pendekatan objektif ke Indonesia sekitar tahun 1960-an, y aitu d eng an d ip erkenalkannya teo ri strukturalism e,

  Berkaitan d eng an hal itu, Yud io no (2009:43) menjelaskan bahwa pendekatan objektif memandang karya sastra sebagai dunia otonom yang dapat dilepaskan dari dunia pengarang dan latar belakang sosial bud aya p ad a zamannya sehingga karya sastra d ap at d ianalisis berd asarkan strukturnya sendiri. Dengan kata lain, karya sastra d ip aham i berd asarkan seg i intrinsiknya.

  Hubungan Antarunsur unsur-unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik. Ko nsekuensi lo g is y ang ditimbulkan adalah mengabaikan, bahkan menolak segala unsur ekstrinsik, seperti aspek historis, sosiologis, politis, dan unsur- unsur so sio kultural lainnya, term asuk bio g rafi. O leh karena itu, p end ekatan objektif juga disebut analisis otonomi, analisis ergocentric , atau pembacaan mikrosko pi. Pem aham an d ip usatkan p ad a analisis terhad ap unsur-unsur d alam d eng an mempertimbangkan keterjalinan antarunsur d i satu p ihak d an unsur-unsur d engan totalitas di pihak yang lain (Ratna, 2009:73).

  Karya Goenawan Mohamad Teori Strukturalisme

  Hubungan Antarteks Nilai Setia pada Puisi “Dongeng Sebelum Tidur”

  Pendekatan Objektif Teori Postrukturalisme; Intertekstual

  2.3 Teori Poststrukturalisme Intertekstual

   I N ART I : A NALI SI S

  Ratna (2009:91) m enjelaskan bahw a secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu send iri d eng an m ekanism e antarhubungannya: d i satu pihak antara hubung an unsur y ang satu d an unsur lainnya, di pihak yang lain hubungan antara unsur dan totalitasnya. Hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman, tetap i juga neg atif, sep erti ko nflik d an pertentangan.

  (2007:194) ialah m eto d e y ang menganggap objek studinya bukan hanya sekump ulan unsur yang terp isah-pisah, melainkan sebagai suatu gabungan unsur yang berhubungan satu sama lain sehingga yang satu tergantung pada yang lain. Dalam penelitian yang menggunakan metode ini, ada tiga hal yang harus diutamakan, yakni unsur, hubung an antarunsur, d an totalitasnya.

  Sastra

  Strukturalisme menurut Kamus Istilah

  2.2 Teori Strukturalisme

  memberikan hasil-hasil yang baru sekaligus maksimal dalam rangka memahami karya sastra. Pendekatan objektif mengindikasikan p erkembangan pikiran manusia sebagai evolusi teori selama kurang lebih 2500 tahun. Ev o lusi ini berkem bang sejak m asa A ristoteles hingga aw al abad ke-20, yang kemudian menjadi revolusi teori selama satu abad, yaitu aw al abad ke-20 hingga aw al abad ke-21, dari strukturalisme menjad i strukturalisme dinamik, resepsi, interteks, dekonstruksi, dan poststrukturalisme pada umumnya.

  I NTERTEKSTUAL P UI SI “ D ONGENG S EBELUM T I DUR ” K ARYA G OENAWAN M OHAMAD

  Bagan 1. Pengkajian Puisi “Dongeng Sebelum Tidur” karya Goenawan M ohamad METASASTRA , Vol. 6 No.

  1

  , Juni 2013: 81—89 melepaskan karya dari sejarah dan sosial bud ay any a. D eng an d em ikian, sastra terlepas dari asal-usulnya.

  Ratna (2009:143) m em ap arkan kelemahan-kelemahan teori strukturalisme sebag ai berikut. a) M o d el analisis strukturalism e, terutam a p ad a aw al perkembangannya dianggap terlalu kaku sebab semata-mata didasarkan atas struktur dan sistem tertentu; b) Strukturalisme terlalu banyak memberikan perhatian terhadap karya sastra sebagai kualitas otonom dengan struktur dan sistemnya sehingga melupakan subjek manusianya, yaitu pengarang dan pembaca; c) Hasil analisis seolah-olah hanya berpihak pada karya itu sendiri, bukan untuk kepentingan masyarakat secara luas.

  Paradigma poststrukturalisme adalah cara-cara mutakhir yang digunakan dalam mengkaji objek, baik dalam bentuk teori, metode, maupun teknik. Tentu saja cara- cara analisis p o ststrukturalism e tid ak melupakan kekuatan, sekaligus hasil-hasil m aksim al y ang telah d icap ai teo ri strukturalisme. Pembahasan lebih lanjut akan mengemukakan ihw al intertekstual sebagai salah satu bagian dari teori-teori poststrukturalisme.

  Teeuw (2003:120) menguraikan bahwa prinsip intertekstual berarti bahw a setiap teks sastra harus d ibaca d eng an latar belakang teks-teks lainnya. Tidak ada sebuah teks pun yang sungguh-sungguh mandiri, d alam arti bahw a p encip taan d an pembacaannya tidak dapat dilakukan tanpa adanya teks-teks lain. A kan tetapi, hal ini tid ak berarti bahw a teks baru hany a m enelad ani teks lain atau m em atuhi kerangka yang telah diberikan sebelumnya. Hal ini lebih berarti pada penyimpangan dan transformasi model teks yang sudah ada m em ainkan p eranan y ang p enting : p em bero ntakan atau p eny im p ang an mengandalkan adanya sesuatu yang dapat d ibero ntaki ataup un d isim p ang i. Pemahaman teks baru memerlukan latar belakang p engetahuan tentang teks-teks yang mendahuluinya.

  Sebuah karya sastra, baik puisi maupun p ro sa, m em p uny ai hubung an sejarah: antara kary a sez am an, kary a y ang mendahuluinya, dan karya yang kemudian.

  Hubungan sejarah dapat berupa persamaan ataup un p ertentang an. D alam hal hubungan sejarah antarteks itu, p erlu diperhatikan prinsip intertekstualitas. Hal ini d itunjukkan o leh Riffaterre d alam bukunya Semiotics of Poetry (1978 dalam Pradopo, 2010:167), sajak baru bermakna penuh dalam hubungannya dengan sajak lain. Hubungan ini dapat berupa persamaan atau pertentangan.

  Ratna (2011:172) menjelaskan bahw a secara luas interteks d iartikan sebagai jaringan hubungan antara satu teks dan teks yang lain. Teks itu sendiri secara etimologis berasal dari bahasa latin textus yang berarti tenunan, any am an, p eng g abung an, susunan, d an jalinan. Pro d uksi makna terjadi dalam interteks, yaitu melalui proses o p o sisi, p erm utasi, d an transfo rm asi. Penelitian d ilakukan d eng an cara menemukan hubungan-hubungan makna di antara dua teks atau lebih. Teks-teks yang d ikerangkakan sebag ai interteks tid ak terbatas pada teks yang memiliki persamaan genre. Interteks memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya bagi peneliti untuk menemukan hipogram. Pengkajian interteks dapat dilakukan terhad ap novel dengan no vel, no v el d eng an p uisi, atau no v el d eng an m ito s. Hubung an y ang dimaksud kan tid ak semata-mata berupa persamaan, tetapi juga sebaliknya dap at berupa pertentangan, baik sebagai parodi maupun negasi.

  Pem aham an secara intertekstual bertujuan untuk menggali secara maksimal makna-makna yang terkand ung d alam sebuah teks. Konsep penting dalam teori interteks ad alah

  hipogram

  y ang dikemukakan oleh Michael Riffaterre (1978 dalam Ratna, 2011:173). Menurut Riffaterre,

  hipogram

  ad alah struktur p rateks y ang d iang g ap sebag ai energ i p uitika teks. D eng an d em ikian, hipogram berfung si sebagai petunjuk hubungan antarteks yang dimanfaatkan oleh pembaca, bukan penulis, sehing g a m em ung kinkan terjad iny a p erkem bang an m akna. M enurut teo ri

   S U SRI

   I N ART I : A NALI SI S

  I NTERTEKSTUAL P UI SI “ D ONGENG S EBELUM T I DUR ” K ARYA G OENAWAN M OHAMAD

  interteks, pembacaan yang berhasil justru ap abila d id asarkan p ad a p em aham an terhadap karya-karya terdahulu. A dapun pengembangan hipogram dapat berupa (1) eksp ansi, y akni p erluasan atau pengembangan hipogram; (2) konversi, yakni berup a p em utarbalikan hipogram; (3) mo d ifikasi, y akni manip ulasi kata d an kalimat atau manip ulasi toko h dan p lo t cerita; (4) ekserp, y akni intisari d ari

  hipogram .

  Anglingdarma menutupkan kembali kain ke dadanya dengan nafas yang dingin, meskipun ia mengecup rambutnya. Esok harinya permaisuri membunuh diri dalam api. Dan baginda pun mendapatkan akal bagaimana ia harus melarikan diri– dengan pertolongan dewa-dewa entah dari mana–untuk tidak setia. “Batik Madrim, Batik Madrim, mengapa harus, patihku? Mengapa harus seseorang mencintai kesetiaan lebih dari kehidupan dan sebagainya dan sebagainya?” Goenawan Mohamad

3. Hasil dan Pembahasan

  hipogram d an d iang g ap m em p uny ai hubungan dengan puisi ini.

  Dongeng Sebelum Tidur “Cicak itu, cintaku, berbicara tentang kita. Yaitu nonsens.” Itulah yang dikatakan baginda kepada permaisurinya, pada malam itu.

  A nalisis p uisi merup akan rangkaian p ro ses kegiatan p eny elid ikan terhad ap sebuah puisi untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Pad a kesemp atan ini, penulis memilih puisi “ Dongeng Sebelum Tidur” karya Goenawan Mohamad. Sesuai dengan pendekatan dan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, analisis p uisi ini akan d iaw ali d eng an p em aknaan teks secara strukturalism e d eng an m encari hubung an antarunsurny a. Setelah itu, penulis mencari totalitas pemaknaan secara intertekstual lewat teks lain yang menjadi

  Kehadiran sejumlah teori dalam upaya memahami teks sastra serta p uisi p ad a khususnya, p ad a d asarnya akan saling m eleng kap i. D alam up ay a m em aham i makna, pemaduan sejumlah teori yang ada justru akan memp erluas perolehan serta cakrawala pemahaman.

  3.1 A nalisis O bjektif (H ubungan A ntarunsur)

  Setelah membaca puisi secara berulang- ulang , d ari p ro y eksi berbag ai m acam kemung kinan, m akna D ongeng Sebelum

  Tidur adalah sebagai berikut. Kata dongeng

  berarti cerita yang tidak benar-benar terjadi; dapat pula berarti sebuah perkataan yang bukan-bukan, cerita bohong, atau omong kosong yang disampaikan ketika hendak tid ur. Dari p ro yeksi makna tersebut, sekarang d ap at d itentukan bahw a judul p uisi “ D o ng eng Sebelum Tid ur” mengandung makna omong kosong yang terjadi ketika menjelang tidur.

  Secara struktural, d eng an m elihat hubungan antarunsur dan keseluruhannya, d ap at d itafsirkan bahw a p uisi ini mengisahkan sebuah fragmen kehidupan rum ah tang g a A ng ling d arma bersam a istrinya. Paparannya adalah sebagai berikut.

  Bagian aw al p uisi menggambarkan pada suatu malam ketika A nglingdarma sedang berdua dengan istrinya di dalam kamar, ia tertawa ketika melihat dua ekor cecak. Mendapati sikap seperti itu, istrinya merasa tidak dihargai dan direndahkan oleh suam iny a. Kem ud ian A ng ling d arm a mengatakan bahw a ap a yang dikatakan cecak-cecak itu hanyalah omo ng kosong.

  Nafsu di ranjang telah jadi teduh dan senyap merayap antara sendi dan sprei. “Mengapakah tak percaya? Mimpi akan meyakinkan seperti matahari pagi.” Perempuan itu terisak, ketika METASASTRA , Vol. 6 No.

  1

  , Juni 2013: 81—89 Gambaran itu terlihat pada larik berikut.

  “Cicak itu, cintaku, berbicara tentang kita. Yaitu nonsens.”

  Sang permaisuri tetap tidak percaya dan merasa tersinggung karena suaminya seo lah-o lah m enertaw akan d iriny a w alaup un A ng ling d arm a telah menghiburnya. Gambarannya terlihat pada larik berikut.

  Nafsu di ranjang telah jadi teduh dan senyap merayap antara sendi dan sprei.

  Anglingdarma meyakinkan istrinya, ia berharap akan selalu setia kepada istrinya. Kesetiaan adalah sebuah kepastian. Hal itu diibaratkan dengan matahari yang selalu terbit di pagi hari, seperti tergambar pada larik puisi berikut.

  “Mengapakah tak percaya? Mimpi akan meyakinkan seperti matahari pagi.”

  Selanjutny a d ig am barkan sang permaisuri tak mampu membendung air m atany a. Ia m enang is m eskip un Anglingdarma telah menghiburnya. Malam itu sang permaisuri merasa telah dikhianati oleh suaminya karena Anglingdarma tidak berkata jujur.

  A lih-alih m elup akan kejad ian itu, terny ata sam p ai keeso kan hariny a permaisuri masih menyimpan rasa kecewa. Ia merasa suaminya tidak setia lagi kepada d irinya. Permaisuri ingin membuktikan kesetiaan suaminya. Kemudian permaisuri berniat bunuh diri dengan cara masuk ke dalam api. Untuk membuktikan bahwa ia setia, m ulany a A ng ling d arm a akan mengikuti istrinya untuk bunuh diri dan masuk ke dalam api. Namun, hal itu tidak jadi dilakukannya.

  Pada bagian akhir puisi, dilukiskan bahw a A ng ling d arm a m encurahkan keresahanny a kep ad a p atihny a y ang bernam a Batik M ad rim . Ia mempertanyakan mengapa manusia harus lebih setia p ada kesetiaan daripada setia pada kehidupan ini dan segala yang ada di dalamnya. Hal itu tergambar dalam larik puisi berikut.

  “Mengapa harus seseorang mencintai kesetiaan lebih dari kehidupan dan sebagainya dan sebagainya?”

  Secara struktural, d eng an m elihat hubungan antarunsur dan keseluruhannya, d ap at d itafsirkan bahw a p uisi ini mengisahkan sebuah fragmen kehidupan rum ah tang g a A ng ling d arma bersam a istrinya. Permaisuri berniat bunuh d iri karena merasa cinta suaminya telah pudar. A ng ling d arm a ing in m em buktikan kesetiaannya, ia bersedia untuk ikut bunuh d iri bersam a istriny a. N am un, entah mengapa Anglingdarma yang telah berjanji setia kep ad a istriny a m eng urung kan niatnya untuk mengikuti permaisuri masuk ke dalam api. Kemudian, A nglingdarma bertanya kepada patihnya, apakah nilai setia terhadap kesetiaan lebih tinggi darip ada setia terhadap kehidupan yang dimilikinya sehingga ia harus ikut bunuh diri untuk membuktikan kesetiaannya? Perjalanan kisah rumah tangga Anglingdarma dengan istrinya berakhir dengan janji setia yang tak dipenuhi Anglingdarma.

  3.2 A nalisis Intertekstual (H ubungan A ntarteks)

  Kreativitas seorang pengarang dalam m encip takan teks y ang baru d eng an m eng acu p ad a teks y ang sud ah ad a sebelumnya sangat mungkin terjadi. Hal ini dapat terjadi karena khazanah kebudayaan daerah Indonesia merupakan hipogram yang sangat kaya yang memungkinkan hubungan interteks. Atas dasar gagasan-gagasan yang berkaitan dengan hipogram, Bakhtin (Ratna, 2011:177) m enjelaskan bahw a subjek kreator mencipta bukan semata-mata atas dasar kesadaran psikologis, melainkan juga didorong oleh kemauan untuk tampil di luar diri sebagai gagasan exotopy.

  Untuk m end ap atkan m akna p uisi secara sepenuhnya, analisis puisi tidak dapat d ilep askan d ari hubungan intertekstual antara teks yang ada sekarang dan teks yang sebelumnya sudah ada. Misalnya, untuk memahami puisi “ Dongeng Sebelum Tidur”

   S U SRI

  bernama Hanoman yang sudah berusia

  kemudian mew ariskan takhta Yaw astina kep ad a Gend ray ana. Pad a suatu h ari Gendrayana menghukum adiknya yang bernam a Sud arsana karena

  kesalahpahaman. Batara Narada turun dari

  kahyangan sebagai utusan dew ata untuk mengadili Gendrayana. Sebagai hukuman, Gendrayana dibuang ke hutan, sedangkan Sudarsana dijadikan raja baru oleh Narada.

  Gendrayana membangun kerajaan baru bernam a M am enang . Ia kem ud ian d ig antikan o leh p utrany a y ang

  bernama Jayabaya. Sementara itu,

  Sudarsana digantikan oleh putranya yang bernam a Sariw ahana. Sariw ahana kemudian mew ariskan takhta Yaw astina kep ad a p utrany a y ang bernam a A strad arm a. A ntara Yaw astina d an Mamenang terlibat perang saudara berlarut- larut. A tas usaha p ertap a kera p utih

  ratusan tahun, ked ua neg eri ini p un berd am ai, y aitu m elalui p erkaw inan A strad arm a d eng an Pram esti, p utri Jayabaya.

  takhta, nam a kerajaan d ig anti

  Pad a suatu hari Pramesti bermimp i

  bertemu dengan Batara Wisnu yang berkata

  bahw a ia akan lahir ke d unia m elalui rahimnya. Ketika bangun, tiba-tiba perutnya telah mengand ung . A strad arma m arah menuduh Pramesti telah berselingkuh. Ia p un m eng usir istriny a itu p ulang ke Mamenang.

  Jay abay a m arah m elihat kead aan Pram esti y ang terlunta-lunta. Ia p un mengutuk negeri Yawastina tenggelam oleh banjir lumpur. Kutukan tersebut menjadi kenyataan. Astradarma pun tewas bersama lenyapnya istana Yaw astina.

  Setelah kematian suaminya, Pramesti melahirkan seorang putra yang diberi nama Anglingdarma. Kelahiran bayi titisan Wisnu tersebut bersam aan d eng an w afatny a Jayabaya yang mencapai moksa (tingkatan hid up lep as d ari ikatan ked uniaw ian). Kemudian, Jaya Amijaya (saudara Pramesti) mew arisi takhta Kerajaan Mamenang.

  3.2.3 Perkawinan Pertama

  dari Hastina menjadi Yawastina. Yudayana

   Parikesit naik

   I N ART I : A NALI SI S

  A nglingdarma merupakan keturunan

  I NTERTEKSTUAL P UI SI “ D ONGENG S EBELUM T I DUR ” K ARYA G OENAWAN M OHAMAD

  karya Goenaw an Mohamad yang berlatar sebuah mitos dalam tradisi Jawa, pembaca harus mempunyai p engetahuan tentang mitos Prabu A nglingdarma yang menjadi

  hipogram

  puisi “ Dongeng Sebelum Tidur” karya Goenaw an Mohamad. Adapun ihwal mitos dijelaskan oleh Levi

  Strauss (Ratna, 2001:82-83), segala sesuatu mem ang mungkin terjad i d alam mito s. Mulai d ari yang m asuk akal, seteng ah masuk akal, samp ai hal-hal yang tid ak masuk akal sama sekali, semuanya bisa kita dapati dalam mitos. Oleh karena itu, sering kali kita merasa bahw a tampaknya tidak ada logika sama sekali dalam mitos tersebut. Ciri apa pun dapat muncul pada diri tokoh- tokoh mitos (mythical figures). Relasi apa pun bisa terjadi di antara mereka. Dalam mitos tidak ada yang tidak mungkin. Oleh karena itu, p ad a tulisan ini p enulis akan m em ap arkan teks m ito s Prabu Anglingdarma tersebut. Uraiannya adalah sebagai berikut.

  3.2.1 Garis Silsilah Prabu A nglingdarma

  ketujuh dari Arjuna, seorang tokoh utama dalam kisah Mahabarata. Hal ini dapat

  Semenjak Yudayana putra

  dimaklumi karena menurut tradisi Jaw a,

  kisah Mahabarata dianggap benar-benar terjadi di  Pulau Jawa. Di situ dikisahkan bahwa Arjuna berputra Abimanyu.

  A bim anyu berp utra Parikesit. Parikesit berp utra Yud ayana. Yud ayana berp utra Gend ray ana. Gend ray ana

  berputra Jayabaya. Jayabaya memiliki putri

  bernama Pramesti dan dari rahim Pramesti inilah lahir seorang putra bernama Prabu Anglingdarma.

  3.2.2 Kelahiran Prabu A nglingdarma

  Setelah d ew asa, A ng ling d arm a membawa ibunya pindah ke sebuah negeri y ang d ibang unny a y ang bernam a METASASTRA , Vol. 6 No.

  1

  , Juni 2013: 81—89 Malawapati. Di sana ia memerintah dengan bergelar Prabu A nglingdarma atau Prabu A jid arma. A nglingd arma sangat gemar berburu. Pad a suatu hari ia m eno lo ng seo rang gad is bernama Setyaw ati yang d ikejar harim au. Sety aw ati lalu diantarkannya pulang ke rumah ayahnya, seorang pertapa bernama Resi Maniksutra. Tid ak hany a itu, A ng ling d arm a jug a melamar Setyawati sebagai istrinya.

  Kakak Setyaw ati yang bernama Batik Mad rim telah bersumpah, barang siap a ingin menikahi ad iknya, ia harus d apat mengalahkannya. Terjadilah pertandingan yang dimenangi oleh Anglingdarma. Sejak saat itu, Sety aw ati m enjad i p ermaisuri A nglingd arma sedangkan Batik Madrim d iang kat m enjad i p atih d i Kerajaan Malaw apati.

  Pada suatu hari ketika sedang berburu, A nglingdarma memergo ki istri gurunya y ang bernam a N ag ag ini sed ang berselingkuh dengan seekor ular tampar. A nglingdarma p un membunuh ular itu, sedangkan Nagagini pulang dalam keadaan terluka. Nagagini kemud ian menyusun lap o ran p alsu kep ad a suam iny a, Nagap ertala, sup aya membalas d endam kep ad a A ng ling d arm a. N ag ap ertala kem ud ian m enyusup ke d alam istana Malawapati dan menyaksikan Anglingdarma sed ang m embicarakan p erseling kuhan Nagagini kep ada Setyaw ati. Nagapertala pun sadar bahwa istrinya yang salah. Lalu ia m uncul d an m em inta m aaf kep ad a A nglingd arma. Oleh karena p erbuatan A nglingdarma dianggap menyelamatkan N ag ap ertala d ari m alu, A ngling d arm a d ihad iahi ilm u A ji Gineng . D eng an menguasai ajian ini, Anglingdarma mampu memahami bahasa semua binatang seperti mukjizat Nabi Sulaiman, dengan syarat tidak bo leh diajarkan kep ad a siapa p un. Ilmu tersebut harus dijaga dengan baik dan penuh rahasia. Setelah mewariskan ilmu tersebut kepad a A nglingd arma, Nagapertala p un

  moksa .

  Pad a suatu m alam ketika raja d an p ermaisuri sed ang berhubungan bad an, terd eng arlah o leh A ng ling d arm a percakapan dua ekor cecak yang mengajak pasangannya berbuat seperti Anglingdarma d an istriny a. M end eng ar hal tersebut, A ng ling d arm a tertaw a. Sety aw ati tersinggung hatinya, d ianggap nya sang suami mentertaw akan dirinya yang tidak m am p u m elay ani suam i sesuai keinginannya. Untuk mencairkan suasana, terpaksalah A nglingd arma menceritakan ilmu dari gurunya, Nagapertala.

  A kan tetap i, d i sinilah aw al terjad i bencana itu. D ew i Sety aw ati m em inta diajari ilmu memahami bahasa binatang itu, jika tidak ia akan bunuh diri dengan cara terjun ke dalam api. Untuk membuktikan kesetiaan kep ad a istriny a d an untuk m enjag a janji bahw a ia tid ak akan mengajarkan ilmu Aji Gineng kepada siapa p un, termasuk kep ad a istriny a send iri, A nglingd arma setuju untuk bunuh d iri bersam a. A tas kesep akatan ked uany a, dibuatlah acara bunuh diri bersama.

3.2.4 Ilmu A ji Gineng

  Ketika Anglingdarma dan istrinya telah siap d i anjungan, ap i mulai membesar. A ng ling d arm a m elihat ad a d ua eko r kambing bertengkar di bawah panggung. Si kambing jantan dipaksa oleh si betina untuk m eng am bilkan d aun kelap a sebag ai p eng o bat ngidam ham ilny a. N am un, kambing jantan menolak karena keinginan kambing betina hanyalah keinginan secara em o sio nal y ang justru akan sang at m em bahay akan. Kam bing betina mengancam hendak bunuh diri. Si jantan m alah m eny uruh si betina untuk melakukannya. Setelah kambing betina mati d alam ap i, kambing jantan p un lenyap karena ked uany a ad alah d ew a y ang menyamar. Mengetahui kambing jantan tid ak m au ikut m usnah d alam ap i, berubahlah p ikiran A ng ling d arm a. Ia membiarkan isterinya melompat sendiri ke d alam ap i. A ng ling d arm a p un sang at berduka dan berjanji tidak akan kawin lagi jika tidak ada wanita yang menyamai Dewi Setyawati. Perjalanan kisah rumah tangga A nglingd arma dengan istrinya berakhir

   S U SRI

  Berd asarkan uraian y ang telah dijelaskan, hasil analisis puisi “ Dongeng Sebelum Tidur” karya Goenawan Mohamad dengan pendekatan objektif adalah sebagai berikut. Pertam a, d eng an p end ekatan objektif secara struktural, dapat ditafsirkan bahw a p uisi ini berisi tentang kisah perjalanan rumah tangga A nglingd arma dengan istrinya, Dewi Setyaw ati, berakhir dengan janji setia yang tak dipenuhinya. Ked ua, dengan pend ekatan objektif dan penggunaan teori intertekstual bisa ditarik benang m erah bahw a m ito s “ Prabu A ng ling d arm a” m erup akan sebuah

  

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya Girimukti

Pusaka.

  Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2008. Pengkajian Sastra. Jakarta: Gramedia.

Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2001. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta:

Galang Printika.

  Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa. Esten, Mursal. 1995. Memahami Puisi. Bandung: Angkasa. Luxemburg, Jan Van dkk. 1991. Tentang Sastra. Jakarta: Intermasa. Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media. Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

  Daftar Pustaka Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

  bagi Goenawan Mohamad untuk meng hasilkan teks p uisi yang berjud ul “ Dongeng Sebelum Tidur.”

  hipogram

  4. Simpulan

   I N ART I : A NALI SI S

  d ari p uisi y ang berjud ul “ Dongeng Sebelum Tidur” karya Goenawan Mohamad.

  hipogram

  Kalau d ip erhatikan d engan cermat, antara p uisi “ Do ngeng Sebelum Tid ur” kary a Go enaw an M o ham ad d an m ito s “ Prabu A nglingd arma” jelas sekali ad a kaitannya. Anglingdarma dan Batik Madrim d alam p uisi Go enaw an M o hamad jelas merujuk pada tokoh yang sama pada mitos “ Prabu A ng ling d arm a” . N am a istri A nglingdarma dalam puisi pun merujuk p ada Setyaw ati, sang p ermaisuri d alam mitologi “ Prabu Anglingdarma” . Selain itu, d alam p uisi Go enaw an M o ham ad digambarkan pula bahw a A nglingdarma bisa mengerti bahasa hewan, yaitu bahasa cecak d an kambing. Deng an d em ikian, secara tidak langsung bisa dikatakan bahwa m ito s “ Prabu A ng ling d arm a” ad alah

  Puisi itu merupakan sebuah transformasi modifikasi dari mitos tradisional Jawa yang berjudul “ Prabu Anglingdarma” .

  Goenawan Mohamad lahir di Batang, Jawa Tengah. Oleh karena itu, kebudayaan Jaw a sed ikit banyak telah memengaruhi karya-kary a yang d ihasilkannya. Puisi “ Dongeng Sebelum Tidur” adalah buktinya. Sebagai sebuah puisi, “ Dongeng Sebelum Tidur” pun tidak terlahir dengan sendirinya.

  I NTERTEKSTUAL P UI SI “ D ONGENG S EBELUM T I DUR ” K ARYA G OENAWAN M OHAMAD dengan janji setia yang tak dipenuhinya.

  Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. http://sejarah.kompasiana.com/2011/02/02/prabu-angling-dharma-ada-di-pati/