Dampak Dialog antar Umat Beragama yang r
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
DAMPAK DIALOG ANTARA UMAT BERAGAMA YANG RELEVAN
TERHADAP HUBUNGAN KRISTEN-ISLAM DALAM KOMUNITAS
YOUNG INTERFAITH PEACEMAKER COMMUNITY
REGIONAL JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan
Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Kristen Pada
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar
Oleh
FENI FARIDA ATONIS
NPM 09021896
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY
MAKASSAR
2016
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Abstrak
Feni Farida Atonis. “Dampak Dialog antar Umat Beragama yang relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young
Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” (dibimbing oleh Pdt. Andrew Brake. Ph.)
Tujuan penulisan skripsi ini adalah Untuk generasi muda menyadari pentingnya
membangun perdamaian melalui dialog antara umat beragama.
Adapun hasil penelitan dapat disimpulakan: Pertama, bangsa Indonesia terdiri atas
beranekaragam budaya, suku,adat, agama dan kepercayaan. Perbedaan ini
merupakan suatu kekayaan dan kebanggan bangsa Indonesia yang mana berbedabeda tetapi tetap satu yaitu bangsa Indonesia. Perbedaan ini disisi lain dipandang
sebagai kekayaan dan kebanggaan tapi disisi lain menjadi suatu masalah bangsa
Indonesia. Adanya perbedaan ini, menimbulkan suatu konflik social dalam
kehidupan bermasyarakat. Konflik yang tidak bias dihindari adalah adanya
perbedaan pemahaman dalam memahami ajaran agama masing-masing pemeluk
agama karena masing-masing pemeluk agama mengklaim agamanya yang paling
benar dan dapat menyelamatkan. Maka dari hal inilah munculnya sika pfanatis
medan prasangka terhadap pemeluk agama lain. Kedua, prasangka terhadap agama
lain dapat dijumpai melalui media sosial, lingkungan, bahkan teman sekolah dan di
manapun, maraknya konflik yang terjadi selalu mengatasnamakan agama maka
mulai muncul pertikaian, permusuhan bahkan bias menelan korban. Oleh sebab itu
salah satu cara untuk menyelesaikan konflik agama adalah dengan mengklarifikasi
kepercayaannya melalui dialog terhadap penganut agama lain. Ketiga,untuk
memperoleh suasana yang damai dan tidak ada konflik adalah setiap orang harus
memandang dan memahami perbedaan itu sebagai sesuatu yang indah karena
perbedaan tidak harus menjadi penghalang untuk menjalin hubungan dengan
kelompok masyarakat yang beragama lain. Karena sebagai makluk ciptaan Tuhan,
manusia adalah makluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain untuk
berinteraksi dan menjalani kehidupannya. Penyelasaian prasangka dan konflik adalah
melalui dialog. Dialog adalah berbicara, bercakap-cakap, bertukar pikiran dan
gagasan mengenai sebuah masalah yang dibahasa dengan maksud untuk saling
mengerti, memahami, menerima, hidup damai, dan bekerjasama untu mencapai
kesejahteraan bersama. Dialog bukan debat, melainkan saling member informasi
tentang agama masing-masing, baik tentang persamaan maupun perbedaannya.
Keempat, komunitas YIPCI regional Jawa Barat adalah sebuah organisasi yang
berbentuk komunitas lintas agama. Fokus YIPCI regional Jawa Barat adalah generasi
muda (dari mahasiswa sampai usia 30 tahun), komunitas ini menjunjung nilai
perdamaian, mewujudkan perdamaian dalam semua gerak generasi muda serta
menyebarkan perdamaian kepada masyarakat luas tanpa membeda-bedakan. Oleh
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
sebab itu, himbauan untuk para mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia Jaffray
Makassar untuk mengikuti kegiatan ini, agar ada kerjasama untuk mewujudkan
perdamaian bersama. Kegiatan Student Interfaith Peace Camp dalam komunitas
YIPCI regional Jawa Barat merupakan sarana terbaik untuk saling mengenal temanteman Muslim secara lebih mendalam. Sebagai pengikut Kristus, salah satu cara
untuk mengekspresikan mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan adalah dengan
mengasihi sesame kita yang kelihatan. Dan hal ini hanya bias ditemukan di dalam
kegiatan YIPCI regional Jawa Barat. Kelima,dalam komunitas YIPCI regional Jawa
Barat, peserta bersama-sama belajar 12 nilai perdamaian.Tentu hal ini ada sangkut
pautnya dengan belajar dari ayat-ayat dalam Al-Quran, Taurat dan Injil.Hal ini secara
tidak sengaja kita memperkenalkan Juruselamat kepada teman-teman dari agama
lain.
Kata Kunci: Dampak, Dialog, Hubungan, Kristen, Islam.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural dari berbagai aspek, seperti:
suku, agama, budaya, ekonomi, sosial, maupun politik.Dan dalam bidang keagamaan
di Indonesia berkembang semua agama-agama besar duniadan agama- agama suku
yang beraneka ragam kecuali Yudaisme.1Jadi, kekayaan dan keindahan bangsa
Indonesia terletak pada keanekaragaman dari berbagai aspek social yang tersusun
menjadi satu kesatuan bangsa yaitu dari segi suku, budaya, ekonomi, geografis, dan
dalam bidang keagamaan.
Olaf Herbert Schuman dalam bukunya Agama dan Dialogia menanggapi
pernyataan mengenai kemajemukan agama diatas, beliau mengatakan bahwa
“Menghadapi
realitas
kemajemukan
agama-agama
yang
hidup
dan
berkembangmasyarakat dihadapkan pada dua kemungkinan sikap yang bertentangan
satu sama lain, menerima atau menolak kemajemukan itu.Bagi masyarakat yang
menolak maka anutan mereka adalah sikap anti pluralisme sedangkan yang
menerima menganut sikap pluralisme.”2Bagi sebagian masyarakat Indonesiayang
menolak kemajemukan yang ada, secara nyata menunjukan sikap anti-pluralisme dan
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
sikap fanatik terhadap umat agamalain.Sebenarnya keanekaragaman agama-agama di
Indonesia seharusnya berlangsung dalam konteks kerukunan beragama.
Kata rukun dalam bahasa Indonesia menunjuk pada adanya hubungan baik,
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara pribadi dan golongan yang ada
dalam masyarakat.3 Namun pada kenyataannya setiap peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat, kemajemukan agama dapat menimbulkan konflik yang berpotensi pada
perpecahan hubungan baik bahkan menghancurkan kehidupan manusia.
Kerukunan dari sudut pandang Negara Pancasila, menurut Weinata Sairin
mengatakan bahwa: “Wujud nyata dari pernyataan bahwa negara kita bukan negara
agama adalah bahwa negara melindungi, mengayomi, memberi dukungan dan
kesempatan, serta bertindak adil terhadap semua agama sehingga semua agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mampu secara terus-menerus dan
bersama-sama memberikan landasan spiritual, moral dan etik yang kukuh bagi
pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila.”4 Jadi, pancasila sebagai
falsafah bangsa Indonesia, dalam sila ke-5 menyatakan bahwa keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat, negara memberikan kebebasan untuk melakukan hak dan kewajiban
1
U.T. Saputra, Iman Di Tengah Masyarakat: Penuntun Kuliah Pendidikan Agama Kristen
(Bandung: Bina Media Informasi, 2004), 89-90.
2
Olaf Herbert Schumann, Agama Dalam Dialog (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1999), 459.
3
Weinata Sairin, Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir Butir Pemikiran (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2004), 15.
4
Weinata Sairin,10-11.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
masyarakat. Demikian pula, kebebasan beragama menurut keyakinan masingmasing, negara harus berperan sebagai pelindung, dan bertindak secara adil, memberi
kesempatan
dan
dukungan
kepada
tiap-tiap
agama
untuk
menyatakan
kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mewujudkan persatuan bangsa
Indonesia sebagai tujuan dari bangsa Indonesia itu sendiri. Persatuan Indonesia harus
terwujud melalui kerukunan hidup umat beragama.
Kerukunan merupakansuatu keharmonisan hubungan dalam bagianpergaulan
dan kehidupan bermasyarakat dalam sebuah lingkungan.Wujud saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing adalah bekerja
sama antarapemeluk agama dari berbagai golongan agama dan antara umat beragama
dengan pemerintah, yang sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan
negara untuk saling bertenggang rasa dengan tidak memaksakan agama kepada orang
lain.
Berdasarkan pada sikap saling menghormati kebebasan, maka masyarakat
secara langsung membangun hubungan yang harmonis, saling melindungi dan
bertindak sesuai dengan pancasila. H. Burhanuddin Lopa yang menyatakan bahwa:
“Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan berkewajiban mengabdi kepada-Nya untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”. Ia menambahkan pula bahwa
“agar kehidupanberagama di dunia berjalan aman dan tertib, maka Perserikatan
Bangsa-Bangsa sebagai badan dunia mengatur hak dan kebebasan manusia untuk
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
memilih agama dan keyakinan yang dikehendakinya sesuai dengan UDHR pasal 18
yang berbunyi:
Setiap orang berhak untuk bebas berpikir, bertobat dan beragama; hak ini meliputi
kebebasan berganti agama atau kepercayaan dan kebebasan untuk menyatakan
agama atau kepercayaannya dalam bentuk beribadat dan menepatinya, baik
sendiri maupun dilaksanakan bersama-sama dengan orang lain, baik ditempat
umum maupun tersendiri.5
Jadi, Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan satu hal yang sangat penting,
karenahak ini diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta.Menyadari akan
pentingnya hak asasi manusia, manusia wajib memberi ruang untuk sesamanya
menyatakan hak dan kewajibannya.Hak setiap manusia untuk beragama, menyatakan
kepercayaan, baik dalam kehidupan beragama dan kehidupan sosialnya.
Demikian pulajika hak ini dikaitkan dengan kebebasan beragama, maka akan
ada kerukunan/hubungan yang baik/harmonis antara umat beragama.Karena
perbedaan ajaran agama yang ada jika dianggap sebagai penghalang maka persoalan
konflik yang terjadi tidak akan terselesaikan apalagi ditambah dengan ajaran agama
yang mendukung dengan pemahaman yang salah.
Agama adalah ajaran,sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
keibadatan kepada Tuhan yang Mahakuasaserta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan.6Agama sebenarnya dapat
digunakan sebagai alat yang menciptakan hubungan baik dengan Tuhan, diri sendiri,
5
H. Baharuddin Lopa, Alquran & Hak-Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa), 84.
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia , s.v. “Agama.”
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
sesama
dan
lingkungan
masyarakat,
sehingga
manusia
dapat
memenuhi
kebutuhannya, baik secara jasmani maupun rohani.Berdasarkan penjelasan tersebut
penulis ingin menguraikan secara singkat pemahaman para pemeluk agama dari segi
ajaran Islam dan Kekristenan.Dilihat dari segi ajaran Islam, H. Tarmi mengatakan
bahwa: “hukum dan akhlak atau kesusilaan merupakan satu rangkaian kesatuan yang
membentuk agama Islam itu sendiri.
Akhlak berasal dari kata khuluq yang berarti perangai, sikap, perilaku, watak
dan budi pekerti. Perkataan itu mempunyai hubungan dengan sikap, perilaku atau
budi pekerti manusia terhadap Khalik (Pencipta alam semesta) dan makhluk.7Agama
Islam bukan hanya sebuah agama tetapi agama yang ajaran mutlaknya berfokus pada
hukum, kesusilaan dan akhlak atau perbuatan manusia itu sendiri.Panggilan Islam
untuk menghadirkan perdamaian merupakan bukti hakikat dari agama Islam itu
sendiri yangsumber adalah perdamaian, sehingga harus menghadirkan perdamaian
dalam segala aspek kehidupan.
Sedangkan yang dimaksud dengan Kristen, dilihat dari arti sesungguhnya
Kekristenan itu, seorang teolog, Erastus Sabdono mengatakan bahwa: untuk
menjawab pertanyaan apakah kekristenan itu harus merunut kata “Kristen”. Kata ini
merupakan sebutan bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus pada awal
berdirinya gereja. Sebutan ini pertama kali muncul di Antiokhia, ditujukan kepada
7
H. Tarmi, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum (Jakarta: Departemen Agama RI, 2000),8.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
murid-murid yang belajar Injil yang diajarkan oleh Barnabas dan Paulus.Hal ini
tercatat dalam Kisah Para Rasul sebagai berikut: Mereka tinggal bersama-sama
dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di
Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kaliya disebut Kristen (Kisah Para
Rasul 11:26).
Kata “Kristen” yang digunakan untuk pengikut Kristus disini merupakan
terjemahan dari kata Yunani (Khristianos), artinya “orang yang dihubungkan dengan
Kristus” atau dengan kata lain seperti Kristus”. Menjadi Kristen berarti akan
mengarungi kehidupan yang sulit, sebab ia harus masuk proses penyempurnaan
karakter sampai sempurna seperti Kristus. Perjalanan hidup inilah yang disebut
kekristenan. Kekristenan bukan agama, melainkan jalan hidup. Jika mempelajari Injil
dengan benar, maka ditemui bahwa kekristenan memiliki sifat-sifat yang tidak sama
dengan agama pada umumnya. Secara ritual dalam kekristenan,
liturgi gereja
hanyalah merupakan ekspresi miniatur dari kehidupan setiap hari yang dijalani.
Secara hukum, kekristenan menekankan sikap batiniah, tindakan kasih. Kasih dalam
kekristenan pada dasarnya adalah segala tindakan yang sesuai dengan pikiran dan
perasaan Tuhan, bukan sekedar sesuai dengan hukum.8 Seperti yang dikatakan
Paulus dalam surat (I Korintus 13:3) “Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala
8
Erastus Sabdono, Menemukan KekristenanYang Hilang (Jakarta: Rehobot Literatur,2014),15.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika
aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.”
Jadi, dalam kekristenan, jika kehidupan seseorang menekankan seremoni,
hukum, atau syariah, maka berarti mereka tidak memiliki kekristenan yang diajarkan
oleh Tuhan Yesus dan para rasul-Nya. Kekristenan adalah jalan hidup yang
menekankan pembentukan manusia batiniah yang lurus seperti karakter Tuhan Yesus
sendiri.
Parlemen pertama agama-agama dunia yang diselenggarakan di Chicago pada
tahun 1893 sebagai bagian dari Columbian Exposition, secara simbolis merupakan
tumbuhnya kesadaran terhadap agama-agama lain. Parlemen tersebut menandai
adanya kesadaran dari banyak pemimpin agama. Keterbukaan yang makin
berkembang terhadap kebaikan dan kebenaran yang terdapat dalam tradisi agamaagama lain memberi harapan bagi terbentuknya era baru sejarah pemikiran religius. 9
Konferensi tersebut mendeklarasikan bahwa seluruh tembok pemisah antara berbagai
agama di dunia sudah runtuh. Konferensi itu,lebih jauh menyerukan persatuan dan
kesatuan antara agama. Namun jika diperkembangan yang ada sampai kini,
perjumpaan ini tidak menghasilkan keharmonisan dan sikap saling hormat antara
agama tapi dipenuhi dengan kecurigaan dan kebencian, kekerasan serta dendam.
Banyak ditemui dalam catatan sejarah, konflik yang terjadi akibat keangkuhan
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
manusia
yang
membawa
agama
sebagai
kepentingan nafsunya
dan
mengkambinghitamkan, menggunakan agama sebagai jalan melakukan kekerasan
salah satunya adalah perang salib.
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat
Muslim di Yerusalem dan sekitarnya secara berulang-ulang mulai dari abad ke-11
sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum
Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang
Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai
tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka. Perang Salib pada hakikatnya
bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini
dibuktikan bahwa tentara salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan
sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini.10 Perang
Salib mungkin adalah konflik terbesar antara umat Islam dan Kristen yang tertoreh
dalam sejarah dan takkan pernah terlupakan. Kebencian antara kedua pemeluk agama
ini, belakangan sering berakar pada peristiwa sejarah tersebut. Meskipun potensi
perbedaan dari sisi keagamaan sudah ada sebelumnya, namun pengaruh perang salib
memberikan kontribusi yang besar terhadap ketegangan umat Islam dan Kristen dan
9
Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama dan Kekerasan
Mulia,2003),15-16.
10
“Perang Salib ” Diakses tanggal 23 Oktober 2015; tersedia
dihttps://id.wikipedia.org/wiki/PerangSalib.
(Jakarta: Gunung
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
menjadi salah satu peristiwa yang menyebabkan dendam yang cukup parah mengenai
hubungan Kristen dan Islam. Pemberontakan, kekerasan mulai menyebar dan rasa
kebencian terhadap pemeluk agama lain menjadi wabah permusuhan hingga saat ini.
Sedangkan di Indonesia hubungan ini juga dipengaruhi oleh kolonialisme Barat yang
membawa agama Kristen.
Kata koloni berasal dari kata colonia (bahasa Latin) yang artinya tanah
pemukiman (jajahan). Jadi koloni berarti pemukiman suatu negara di luar wilayah
negaranya yang kemudian dinyatakan sebagai bagian wilayahnya. 11Sedangkan
kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan dari penguasa yang lebih kuat
terhadap yang lebih lemah di bidang ekonomi, politik, perdagangan, agama dan
kebudayaan.
Sejarah mencatat bahwa kedatangan orang-orang Eropa di Indonesia berkaitan
dengan penyebaran agama Kristen. Panjajahan politik, ekonomi yang dilakukan
Portugis dan Belanda di Indonesia menyertakan sistem kristenisasi. Latar belakang
penyebaran agama Kristen tersebut menjadi salah satu fakta penyebab konflik,
prasangka antara umat beragama secara khusus umat Muslim membenci umat
Kristen apalagi ditambah pergelokan kolonialisme dengan semangat perang salib
yang juga memaksa orang Muslim untuk masuk Kristen.
“Kolonialisme” diakses 6 April 2016; tersedia di
http://atariqb.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-kolonialisme-dan.html.
11
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Jihad mempunyai keutamaan yang besar dalam Islam dan mencakup semua lini
kehidupan.Kata “Jihad,” berasal dari bahasa Arab (jahada), yang berarti
“mencurahkan segala upaya guna mencapai tujuan kesempurnaan agama”, Q.S.
25:52 ; 22:78).12 Jadi, jihad secara bahasa berarti mengerahkan segala upaya dan
kemampuan, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Definisi jihad secara syariah
yang paling komperehensif diutarakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Jihad
adalah mengerahkan segala upaya demi mencapai kebenaran yang diinginkan.” Di
tempat lain, beliau mengatakan, “Hakikat jihad adalah upaya yang sungguh-sungguh
untuk mencapai hal-hal yang diridhai oleh Allah seperti iman dan amal saleh,
sekaligus untuk menolak hal-hal yang dibenci-Nya seperti kekufuran, kefasikan, dan
kemaksiatan.”13 Definisi tersebut mencakup semua jenis jihad yang dapat dilakukan
oleh seorang Muslim. Mencakup usaha kerasnya dalam menaati Allah, dengan
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Termasuk juga usahanya
dalam mengajak orang lain – Muslim atau kafir – untuk menaati Allah, usahanya
dalam memerangi orang kafir untuk meninggikankalimat Allah, dan sebagainya.
Sebuah upaya dikatakan sebagai jihad jika memenuhi syarat, yaitu dilakukan di jalan
Allah. Oleh karena itu, segala upaya yang dilakukan tidak di jalan Allah Ta’ala,
maka tidak bisa dikatakan sebagai jihad. Seperti ungkapan George Brasswell
12
Nur Kholis Setiawan & Djaka Soetapa,Meniti Kalam Kerukunan: Beberapa Istilah Kunci
Dalam Islam dan Kristen (Jakarta: Gunung Mulia,2010),176.
13
Ahmad Tayyeb, Grand Shaikh Al-Azhar, “Pengertian Jihad dalam Islam 1 ”Diakses 10
Februari 2016; tersedia di http://www.waag-azhar.org/id/Makalat1.aspx?id=312.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
mengatakan bahwa: “Jihad dikenal sebagai “perang suci” Jihad adalah perang yang
dilakukan oleh hati, lidah, lengan dan pedang.
Perang hati adalah pegumulan rohani dan moral untuk menyenangkan Allah.
Perang lidah adalah berbicara mengenai kebenaran Islam, lengan menyatakan
ungkapan untuk menjadi teladan moral yang baik bagi komunitas, sedangkan perang
pedang adalah konflik bersenjata dengan musuh-musuh komunitas Islam.14Jihad
secara tepat berarti ‘perjuangan’, ‘usaha atau usaha keras’ dan perjuangan utama
adalah di dalam diri sendiri untuk melakukan kehendak Allah dan memperluas
komunitas Muslim dengan cara-cara damai jadi bukan perang yang dilakukan untuk
meraih kemenangan dalam sebuah pertempuran atau perang, tetapi jihad merupakan
salah satu syarat yang harus dilakukan oleh seorang Muslim yang taat kepada Allah
atau berserah diri kepada Allah, seperti akar kata Islam itu sendiri.
Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sebagai sebuah ancaman baru
keamanan dunia global tidak lebih sebagai efek dominan dari krisis politik Timur
Tengah atau dikenal dengan istilah Arab Spring. Kondisi sosial dan politik di Timur
Tengah memberi kontribusi tidak langsung bagi muncul dan berkembangnya ISIS.
Negara pun menjadi gagal memberikan keamanan, dan menjaga kedaulatan seluruh
wilayah. Selain itu, agama sebagai perekat sosial telah mulai pudar, munculnya
14
George W. Brasswell JR. Apa Yang Anda Perlu Tahu Mengenai Islam & Orang-orang
Muslim (Nashville, Tennessee: Broadman & Holman), 110-111.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
sektarianisme yang lebih kuat daripada semangat persatuan dalam beragama.15 Dari
muncul dan berkembangnya ISIS ini, terjadinya penganiayaan dan pembunuhan yang
sangat kejam menjadi salah satu faktor yang mengancam seluruh masyarakat.
Membunuh dengan sengaja dan tidak memandang siapa orang itu dari status sosial,
usia, agama, dan pendidikan. Islamic State Iraq and Syria (ISIS) bukan hanya
membantai manusia dengan berondongan senapan mesin, roket, dan bom, tapi ISIS
juga sampai hati menyembelih manusia dan memisahkan kepala dari tubuhnya hanya
dengan menggunakan pisau tumpul. ISIS juga akan tetap membunuh para korbannya
meski mereka dalam kondisi lemah dan telah meratap minta ampun. Peristiwa
tersebut memunculkan klaim dari umat Kristen bahwa kekerasan ini dilakukan oleh
umat Muslim. Oleh sebab itu, klaim ini mengakibatkan kesalapahaman, perselisihan
dan pertentangan serta dendam.
George W. Braswell JR mengatakan bahwa, “lebih dari 1400 tahun, Islam
telah memandang kekristenan sebagai agama yang salah dan cemar. Sebaliknya
kekristenan telah memandang Islam sebagai agama sesat, satu sama lain saling
memisahkan diri untuk sebagian besar waktu, sehingga timbul kecurigaan,
ketidakpercayaan, dan permusuhan telah menjadi ciri dari sejarah hubungan KristenIslam.”16 Salah satu cikal bakal konflik yang tidak bisa dihindari adalah adanya
“Sejarah Isis”Diakses tanggal 21 Oktober 2015; tersedia di
http://damailahindonesiaku.com/isis/sejarah-isis/.
16
George W. Braswell JR,ApaYang Anda Perlu Tahu MengenaiIslam & Orang-orang
Muslim (Nashville, Tennessee: Broadman & Holman Publisher, 2000),8.
15
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
perbedaan
pemahaman
dalam
memahami
ajaran
agama
masing-masing
pemeluk.Kebencian yang terjadi adalah bahwa kedua belah pihak tidak mampu
menerima perbedaan yang ada, dan masing-masing pemeluk kedua agama tersebut
mengklaim bahwa agamanyalah yang paling benar dan dapat menyelamatkan.
Suatu konflik yang dimotivasi agama akan berakibat sangat luas, baik fisik
maupun mental. Dan akan sangat sulit disembuhkan. Dendam tidak akan pernah
selesai dalam satu atau dua generasi. Oleh sebab itu, penyelesaian konflik adalah
melalui dialog sebagai salah satu alternatif pemecahan dan pencegahan konflik
antara kelompok umat beragama.
Nur Kholis Setiawan & Djaka Soetapa dalam bukunya Meniti Kalam
Kerukunanmengutip perkataan Mahmud Ayoub tentang sejarah dialog bahwa:
Dialog antara umat Islam dan Kristiani sudah berusia setua Islam itu sendiri.
Menurutnya, ini tampak dalam relasi antara Nabi Muhammad dengan
sepupuKhadijah yang beragama Kristen, Waraqah b. Nawfal, dan juga dalam
perjumpaan dengan rahib dari Bahira yang bernubuat akan kenabian
Muhammad. Tidak berhenti disitu, Gaudeul dalam bukunya, Encounters and
Clashes, menunjukan bahwa dialog dengan umat Islam berlanjut pada abad-abad
berikutnya. Pada abad ke-8 sampai ke-10, di saat Islam sedang mencapai
kejayaan, terjalinlah dialog teologis yang melibatkan beberapa beberapa tokoh.17
Jadi, berdasarkan sejarah dialog antara umat beragama khususnya KristenIslam, dialog sudah setua agama Islam itu sendiri dan sudah berabad-abad dilakukan
oleh masing-masing tokoh yang mewakili agamanya. Setiap tokoh agama memegang
peranan penting dalam memberi pemahaman mengenai ajaran agama dan tidak
17
Phil. H. M. Nur Kholis Setiawan & Djaka Soetapa, 601.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
menonjolkan perbedaan. Di dalam Surah al- Hujurat ayat 10 mengatakan bahwa:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat"18
Jadi, tabiat iman adalah selalu bersatu dan tidak berpecah belah, satu sama lain
saling menguatkan. Orang-orang Muslim percaya bahwa Islam adalah perdamaian
yang berasal dari penyerahan diri kepada Allah. Sedangkandalam kekristenan, umat
Kristen diharuskan melakukan hukum kasih dan damai. Malcoln Brownlee mengutip
ungkapan Nicholas Wolstertorff dalam bukunya, Until Justice And Peace Embrace,
ia mengatakan bahwa:
Shalom berarti menikmati kehidupan di depan Tuhan, menikmati kehidupan
dalam lingkungan alam, menikmati kehidupan beserta sesama, dan menikmati
kehidupan beserta diri sendiri, dan dalam masyarakat yang bersifat shalom
kalangan-kalangan yang terpisah dipersatukan seperti yang dikatakan Paulus
kepada jemaat di Galatia. Dalam suratGalatia 3:28 Paulus mengatakan bahwa:
“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau
orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan karena kamu semua adalah
satu di dalam Kristus Yesus.19
Jadi, jelas bahwa setiap agama mengajarkan perdamaian, cinta kasih dan
persaudaraan agar dalam kehidupan ada keharmonisan, kesatuan dan tidak
memandang perbedaan sebagai salah satu penghalang untuk mencapai kesejahteraan
bersama.
18
Al-Quran,Surah al-Hujurah, ayat 10.
Malcoln Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan: Dasar Teologis Bagi
Pekerjaan Orang Kristen Dalam Masyarakat (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011), 73.
19
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Walter Wink mengatakan bahwa “…gerakan untuk mewujudkan perdamaian
dan keadilan sosial, serta gerakan pelestarian lingkungan, berakar dari sikap
menghormati.”20 Jadi fakta terjadinya konflik adalah minimnya sikap saling
menghargai perbedaan. Oleh karena itu, masyarakat perlu memaksimalkan sikap
saling menghormati perbedaan agar terjalin perwujudan damai bersama.
Komunitas Young Interfaith Peacemaker Community menghimpun pemudapemudi yang memiliki visi dan misi bagi perdamaian Indonesia.Mereka adalah
orang-orang yang berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda antara lain dari
Sabang sampai Merauke dengan kebiasaan dan suku, budaya, bahasa, maupun agama
yang berbeda. Mereka pun adalah orang-orang yang pernah trauma dengan konflik
pembakaran gedung-gedung Gereja dan Mesjid. Berdasarkan konflik-konflik
tersebut, masyarakat pada umumnya akan mengalami bahaya ancaman dan
ketakutan. Oleh sebab itu, kerukunan adalah sesuatu yang didambakan, tetapi
sekaligus juga membutuhkan perjuangan berat untuk mewujudkannya.21 Seperti yang
dikatakan N. K. Atmadja Hadinoto mengatakan bahwa “menyadari akan bahaya dan
prasangka-prasangka yang ada, tentu tidak cukup. Yang diperlukan sekarang adalah
mencari tahu hal-hal apa yang dapat menolong orang memahami lebih baik pihak
20
Walter Wink, Damai Adalah Satu-Satunya Jalan: Kumpulan Tulisan Tentang NirKekerasan Dari Fellowship Of Reconciliation (Jakarta: Gunung Mulia,2009),209.
21
A.A. Yewangoe, Iman, Agama Dan Masyarakat Dalam Negara P ancasila (Jakarta:
Gunung Mulia, 2011), 3.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
lain di dalam dialog antara agama.22 Mutu dialog di antara umat beragama sudah
sangat maju dan terus meningkat. Hal ini dapat pula dilihat dalam cara bagaimana
perbedaan pendapat ditanggulangi. Jika dulu perbedaan pendapat sering dihadapi
dengan emosi, sekarang masing-masing pihak sudah mendasarkan pendapatnya pada
argumentasi yang dapat ditanggapi.23 Oleh karena itu, penulis melihat bahwa dialog
antara umat beragama menjadi sangat penting dan dapat memberi dampak terhadap
hubungan antara Kristen-Islam dalam komunitas Young Interfaith Peace Maker
Community (YIPCI) regional Jawa Barat. Karena itu, penulis bermaksud
menuangkan masalah ini dalam suatu karya tulis yang berjudul: “DAMPAK
DIALOG ANTARA UMAT BERAGAMA YANG RELEVAN TERHADAP
HUBUNGAN
KRISTEN-ISLAM
DALAM
KOMUNITAS
YOUNG
INTERFAITH PEACEMAKER COMMUNITY REGIONAL JAWA BARAT”
Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan skripsi ini yang
menjadi pokok masalah adalah:
Sejauh
mana dialog antara umat beragama dapat memberi dampak yang
relevan terhadap hubungan Kristen-Islam dalam komunitas Young Interfaith
Peacemaker Community Regional Jawa Barat?
22
N. K. Atmadja Hadinoto, Dialog Dan Edukasi: Keluarga Kristen Dalam Masyarakat
Indonesia (Jakarta: Gunung Mulia, 1993), 106.
23
Olaf H. Schumann, Menghadapi Tantangan, Memperjuangkan Kerukunan (Jakarta:
Gunung Mulia,2004), 39.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan skripsi ini adalah:
Untuk menjelaskan dampak dialog yang relevan terhadap hubungan KristenIslam dalam komunitas Young Interfaith Peace Maker Community Regional Jawa
Barat.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penulisan skripsi ini adalah:
Untuk generasi muda menyadari pentingnya membangun perdamaian melalui
dialog antara umat beragama.
Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian yang digunakan penulis adalah
metode kuantitatif:
Pertama, menggunakan metode library Research yaitu bedah buku-buku
sebagai bahan atau referensi untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Kedua, dengan pembagian angket kepada anggota Young Interfaith Peace
Maker Community (Kristen-Islam) dan melakukan wawancara langsung sebagai
penguat data.
Batasan Penulisan
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Dalam ruang lingkup pembahasan dalam karya tulis ini, penulis lebih
mengarah kepada penjelasan mengenai dampakdialog antara umat beragama
terhadap hubungan antara Kristen-Islam, khusus di kalangan komunitas Young
Interfaith PeaceMaker Community Regional Jawa Barat.
Sistematika Uraian
Sebagai gambaran untuk mengenal skripsi ini, penulis menguraikan
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama , merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar
belakang masalah, pokok masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, manfaat
penulisan, batasan penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab kedua , penjelasan tentangpengertian Dialog, pengetian dialog secara
umum dan khusus, kepentingan dialog antara umat beragama, syarat-syarat dialog,
bentuk-bentuk dialog antara umat beragama, tujuan dialog, apa itu Young Interfaith
Peacemaker Community, profil, sejarah, visi, misi, nilai dasar, tujuan YIPCI serta
kegiatan-kegiatan dalam komunitas YIPCI regional Jawa Barat.
Bab ketiga, merupakan metodologi penelitian yang berisi gambaran umum
lokasi penelitian yaitu tentang sejarah berdirinya Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat, prosedur penelitian, jenis penelitian dan teknik
pengumpulan data.
Bab keempat, berisi analisis dan hasil penelitian dan kesimpulan analisis data.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Bab kelima , penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
DAMPAK DIALOG ANTARA UMAT BERAGAMA YANG RELEVAN
TERHADAP HUBUNGAN KRISTEN-ISLAM DALAM KOMUNITAS
YOUNG INTERFAITH PEACEMAKER COMMUNITY
REGIONAL JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan
Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Kristen Pada
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar
Oleh
FENI FARIDA ATONIS
NPM 09021896
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY
MAKASSAR
2016
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Abstrak
Feni Farida Atonis. “Dampak Dialog antar Umat Beragama yang relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young
Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” (dibimbing oleh Pdt. Andrew Brake. Ph.)
Tujuan penulisan skripsi ini adalah Untuk generasi muda menyadari pentingnya
membangun perdamaian melalui dialog antara umat beragama.
Adapun hasil penelitan dapat disimpulakan: Pertama, bangsa Indonesia terdiri atas
beranekaragam budaya, suku,adat, agama dan kepercayaan. Perbedaan ini
merupakan suatu kekayaan dan kebanggan bangsa Indonesia yang mana berbedabeda tetapi tetap satu yaitu bangsa Indonesia. Perbedaan ini disisi lain dipandang
sebagai kekayaan dan kebanggaan tapi disisi lain menjadi suatu masalah bangsa
Indonesia. Adanya perbedaan ini, menimbulkan suatu konflik social dalam
kehidupan bermasyarakat. Konflik yang tidak bias dihindari adalah adanya
perbedaan pemahaman dalam memahami ajaran agama masing-masing pemeluk
agama karena masing-masing pemeluk agama mengklaim agamanya yang paling
benar dan dapat menyelamatkan. Maka dari hal inilah munculnya sika pfanatis
medan prasangka terhadap pemeluk agama lain. Kedua, prasangka terhadap agama
lain dapat dijumpai melalui media sosial, lingkungan, bahkan teman sekolah dan di
manapun, maraknya konflik yang terjadi selalu mengatasnamakan agama maka
mulai muncul pertikaian, permusuhan bahkan bias menelan korban. Oleh sebab itu
salah satu cara untuk menyelesaikan konflik agama adalah dengan mengklarifikasi
kepercayaannya melalui dialog terhadap penganut agama lain. Ketiga,untuk
memperoleh suasana yang damai dan tidak ada konflik adalah setiap orang harus
memandang dan memahami perbedaan itu sebagai sesuatu yang indah karena
perbedaan tidak harus menjadi penghalang untuk menjalin hubungan dengan
kelompok masyarakat yang beragama lain. Karena sebagai makluk ciptaan Tuhan,
manusia adalah makluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain untuk
berinteraksi dan menjalani kehidupannya. Penyelasaian prasangka dan konflik adalah
melalui dialog. Dialog adalah berbicara, bercakap-cakap, bertukar pikiran dan
gagasan mengenai sebuah masalah yang dibahasa dengan maksud untuk saling
mengerti, memahami, menerima, hidup damai, dan bekerjasama untu mencapai
kesejahteraan bersama. Dialog bukan debat, melainkan saling member informasi
tentang agama masing-masing, baik tentang persamaan maupun perbedaannya.
Keempat, komunitas YIPCI regional Jawa Barat adalah sebuah organisasi yang
berbentuk komunitas lintas agama. Fokus YIPCI regional Jawa Barat adalah generasi
muda (dari mahasiswa sampai usia 30 tahun), komunitas ini menjunjung nilai
perdamaian, mewujudkan perdamaian dalam semua gerak generasi muda serta
menyebarkan perdamaian kepada masyarakat luas tanpa membeda-bedakan. Oleh
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
sebab itu, himbauan untuk para mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia Jaffray
Makassar untuk mengikuti kegiatan ini, agar ada kerjasama untuk mewujudkan
perdamaian bersama. Kegiatan Student Interfaith Peace Camp dalam komunitas
YIPCI regional Jawa Barat merupakan sarana terbaik untuk saling mengenal temanteman Muslim secara lebih mendalam. Sebagai pengikut Kristus, salah satu cara
untuk mengekspresikan mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan adalah dengan
mengasihi sesame kita yang kelihatan. Dan hal ini hanya bias ditemukan di dalam
kegiatan YIPCI regional Jawa Barat. Kelima,dalam komunitas YIPCI regional Jawa
Barat, peserta bersama-sama belajar 12 nilai perdamaian.Tentu hal ini ada sangkut
pautnya dengan belajar dari ayat-ayat dalam Al-Quran, Taurat dan Injil.Hal ini secara
tidak sengaja kita memperkenalkan Juruselamat kepada teman-teman dari agama
lain.
Kata Kunci: Dampak, Dialog, Hubungan, Kristen, Islam.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural dari berbagai aspek, seperti:
suku, agama, budaya, ekonomi, sosial, maupun politik.Dan dalam bidang keagamaan
di Indonesia berkembang semua agama-agama besar duniadan agama- agama suku
yang beraneka ragam kecuali Yudaisme.1Jadi, kekayaan dan keindahan bangsa
Indonesia terletak pada keanekaragaman dari berbagai aspek social yang tersusun
menjadi satu kesatuan bangsa yaitu dari segi suku, budaya, ekonomi, geografis, dan
dalam bidang keagamaan.
Olaf Herbert Schuman dalam bukunya Agama dan Dialogia menanggapi
pernyataan mengenai kemajemukan agama diatas, beliau mengatakan bahwa
“Menghadapi
realitas
kemajemukan
agama-agama
yang
hidup
dan
berkembangmasyarakat dihadapkan pada dua kemungkinan sikap yang bertentangan
satu sama lain, menerima atau menolak kemajemukan itu.Bagi masyarakat yang
menolak maka anutan mereka adalah sikap anti pluralisme sedangkan yang
menerima menganut sikap pluralisme.”2Bagi sebagian masyarakat Indonesiayang
menolak kemajemukan yang ada, secara nyata menunjukan sikap anti-pluralisme dan
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
sikap fanatik terhadap umat agamalain.Sebenarnya keanekaragaman agama-agama di
Indonesia seharusnya berlangsung dalam konteks kerukunan beragama.
Kata rukun dalam bahasa Indonesia menunjuk pada adanya hubungan baik,
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara pribadi dan golongan yang ada
dalam masyarakat.3 Namun pada kenyataannya setiap peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat, kemajemukan agama dapat menimbulkan konflik yang berpotensi pada
perpecahan hubungan baik bahkan menghancurkan kehidupan manusia.
Kerukunan dari sudut pandang Negara Pancasila, menurut Weinata Sairin
mengatakan bahwa: “Wujud nyata dari pernyataan bahwa negara kita bukan negara
agama adalah bahwa negara melindungi, mengayomi, memberi dukungan dan
kesempatan, serta bertindak adil terhadap semua agama sehingga semua agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mampu secara terus-menerus dan
bersama-sama memberikan landasan spiritual, moral dan etik yang kukuh bagi
pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila.”4 Jadi, pancasila sebagai
falsafah bangsa Indonesia, dalam sila ke-5 menyatakan bahwa keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat, negara memberikan kebebasan untuk melakukan hak dan kewajiban
1
U.T. Saputra, Iman Di Tengah Masyarakat: Penuntun Kuliah Pendidikan Agama Kristen
(Bandung: Bina Media Informasi, 2004), 89-90.
2
Olaf Herbert Schumann, Agama Dalam Dialog (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1999), 459.
3
Weinata Sairin, Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir Butir Pemikiran (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2004), 15.
4
Weinata Sairin,10-11.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
masyarakat. Demikian pula, kebebasan beragama menurut keyakinan masingmasing, negara harus berperan sebagai pelindung, dan bertindak secara adil, memberi
kesempatan
dan
dukungan
kepada
tiap-tiap
agama
untuk
menyatakan
kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mewujudkan persatuan bangsa
Indonesia sebagai tujuan dari bangsa Indonesia itu sendiri. Persatuan Indonesia harus
terwujud melalui kerukunan hidup umat beragama.
Kerukunan merupakansuatu keharmonisan hubungan dalam bagianpergaulan
dan kehidupan bermasyarakat dalam sebuah lingkungan.Wujud saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing adalah bekerja
sama antarapemeluk agama dari berbagai golongan agama dan antara umat beragama
dengan pemerintah, yang sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan
negara untuk saling bertenggang rasa dengan tidak memaksakan agama kepada orang
lain.
Berdasarkan pada sikap saling menghormati kebebasan, maka masyarakat
secara langsung membangun hubungan yang harmonis, saling melindungi dan
bertindak sesuai dengan pancasila. H. Burhanuddin Lopa yang menyatakan bahwa:
“Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan berkewajiban mengabdi kepada-Nya untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”. Ia menambahkan pula bahwa
“agar kehidupanberagama di dunia berjalan aman dan tertib, maka Perserikatan
Bangsa-Bangsa sebagai badan dunia mengatur hak dan kebebasan manusia untuk
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
memilih agama dan keyakinan yang dikehendakinya sesuai dengan UDHR pasal 18
yang berbunyi:
Setiap orang berhak untuk bebas berpikir, bertobat dan beragama; hak ini meliputi
kebebasan berganti agama atau kepercayaan dan kebebasan untuk menyatakan
agama atau kepercayaannya dalam bentuk beribadat dan menepatinya, baik
sendiri maupun dilaksanakan bersama-sama dengan orang lain, baik ditempat
umum maupun tersendiri.5
Jadi, Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan satu hal yang sangat penting,
karenahak ini diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta.Menyadari akan
pentingnya hak asasi manusia, manusia wajib memberi ruang untuk sesamanya
menyatakan hak dan kewajibannya.Hak setiap manusia untuk beragama, menyatakan
kepercayaan, baik dalam kehidupan beragama dan kehidupan sosialnya.
Demikian pulajika hak ini dikaitkan dengan kebebasan beragama, maka akan
ada kerukunan/hubungan yang baik/harmonis antara umat beragama.Karena
perbedaan ajaran agama yang ada jika dianggap sebagai penghalang maka persoalan
konflik yang terjadi tidak akan terselesaikan apalagi ditambah dengan ajaran agama
yang mendukung dengan pemahaman yang salah.
Agama adalah ajaran,sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
keibadatan kepada Tuhan yang Mahakuasaserta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan.6Agama sebenarnya dapat
digunakan sebagai alat yang menciptakan hubungan baik dengan Tuhan, diri sendiri,
5
H. Baharuddin Lopa, Alquran & Hak-Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa), 84.
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia , s.v. “Agama.”
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
sesama
dan
lingkungan
masyarakat,
sehingga
manusia
dapat
memenuhi
kebutuhannya, baik secara jasmani maupun rohani.Berdasarkan penjelasan tersebut
penulis ingin menguraikan secara singkat pemahaman para pemeluk agama dari segi
ajaran Islam dan Kekristenan.Dilihat dari segi ajaran Islam, H. Tarmi mengatakan
bahwa: “hukum dan akhlak atau kesusilaan merupakan satu rangkaian kesatuan yang
membentuk agama Islam itu sendiri.
Akhlak berasal dari kata khuluq yang berarti perangai, sikap, perilaku, watak
dan budi pekerti. Perkataan itu mempunyai hubungan dengan sikap, perilaku atau
budi pekerti manusia terhadap Khalik (Pencipta alam semesta) dan makhluk.7Agama
Islam bukan hanya sebuah agama tetapi agama yang ajaran mutlaknya berfokus pada
hukum, kesusilaan dan akhlak atau perbuatan manusia itu sendiri.Panggilan Islam
untuk menghadirkan perdamaian merupakan bukti hakikat dari agama Islam itu
sendiri yangsumber adalah perdamaian, sehingga harus menghadirkan perdamaian
dalam segala aspek kehidupan.
Sedangkan yang dimaksud dengan Kristen, dilihat dari arti sesungguhnya
Kekristenan itu, seorang teolog, Erastus Sabdono mengatakan bahwa: untuk
menjawab pertanyaan apakah kekristenan itu harus merunut kata “Kristen”. Kata ini
merupakan sebutan bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus pada awal
berdirinya gereja. Sebutan ini pertama kali muncul di Antiokhia, ditujukan kepada
7
H. Tarmi, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum (Jakarta: Departemen Agama RI, 2000),8.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
murid-murid yang belajar Injil yang diajarkan oleh Barnabas dan Paulus.Hal ini
tercatat dalam Kisah Para Rasul sebagai berikut: Mereka tinggal bersama-sama
dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di
Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kaliya disebut Kristen (Kisah Para
Rasul 11:26).
Kata “Kristen” yang digunakan untuk pengikut Kristus disini merupakan
terjemahan dari kata Yunani (Khristianos), artinya “orang yang dihubungkan dengan
Kristus” atau dengan kata lain seperti Kristus”. Menjadi Kristen berarti akan
mengarungi kehidupan yang sulit, sebab ia harus masuk proses penyempurnaan
karakter sampai sempurna seperti Kristus. Perjalanan hidup inilah yang disebut
kekristenan. Kekristenan bukan agama, melainkan jalan hidup. Jika mempelajari Injil
dengan benar, maka ditemui bahwa kekristenan memiliki sifat-sifat yang tidak sama
dengan agama pada umumnya. Secara ritual dalam kekristenan,
liturgi gereja
hanyalah merupakan ekspresi miniatur dari kehidupan setiap hari yang dijalani.
Secara hukum, kekristenan menekankan sikap batiniah, tindakan kasih. Kasih dalam
kekristenan pada dasarnya adalah segala tindakan yang sesuai dengan pikiran dan
perasaan Tuhan, bukan sekedar sesuai dengan hukum.8 Seperti yang dikatakan
Paulus dalam surat (I Korintus 13:3) “Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala
8
Erastus Sabdono, Menemukan KekristenanYang Hilang (Jakarta: Rehobot Literatur,2014),15.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika
aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.”
Jadi, dalam kekristenan, jika kehidupan seseorang menekankan seremoni,
hukum, atau syariah, maka berarti mereka tidak memiliki kekristenan yang diajarkan
oleh Tuhan Yesus dan para rasul-Nya. Kekristenan adalah jalan hidup yang
menekankan pembentukan manusia batiniah yang lurus seperti karakter Tuhan Yesus
sendiri.
Parlemen pertama agama-agama dunia yang diselenggarakan di Chicago pada
tahun 1893 sebagai bagian dari Columbian Exposition, secara simbolis merupakan
tumbuhnya kesadaran terhadap agama-agama lain. Parlemen tersebut menandai
adanya kesadaran dari banyak pemimpin agama. Keterbukaan yang makin
berkembang terhadap kebaikan dan kebenaran yang terdapat dalam tradisi agamaagama lain memberi harapan bagi terbentuknya era baru sejarah pemikiran religius. 9
Konferensi tersebut mendeklarasikan bahwa seluruh tembok pemisah antara berbagai
agama di dunia sudah runtuh. Konferensi itu,lebih jauh menyerukan persatuan dan
kesatuan antara agama. Namun jika diperkembangan yang ada sampai kini,
perjumpaan ini tidak menghasilkan keharmonisan dan sikap saling hormat antara
agama tapi dipenuhi dengan kecurigaan dan kebencian, kekerasan serta dendam.
Banyak ditemui dalam catatan sejarah, konflik yang terjadi akibat keangkuhan
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
manusia
yang
membawa
agama
sebagai
kepentingan nafsunya
dan
mengkambinghitamkan, menggunakan agama sebagai jalan melakukan kekerasan
salah satunya adalah perang salib.
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat
Muslim di Yerusalem dan sekitarnya secara berulang-ulang mulai dari abad ke-11
sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum
Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang
Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai
tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka. Perang Salib pada hakikatnya
bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini
dibuktikan bahwa tentara salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan
sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini.10 Perang
Salib mungkin adalah konflik terbesar antara umat Islam dan Kristen yang tertoreh
dalam sejarah dan takkan pernah terlupakan. Kebencian antara kedua pemeluk agama
ini, belakangan sering berakar pada peristiwa sejarah tersebut. Meskipun potensi
perbedaan dari sisi keagamaan sudah ada sebelumnya, namun pengaruh perang salib
memberikan kontribusi yang besar terhadap ketegangan umat Islam dan Kristen dan
9
Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama dan Kekerasan
Mulia,2003),15-16.
10
“Perang Salib ” Diakses tanggal 23 Oktober 2015; tersedia
dihttps://id.wikipedia.org/wiki/PerangSalib.
(Jakarta: Gunung
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
menjadi salah satu peristiwa yang menyebabkan dendam yang cukup parah mengenai
hubungan Kristen dan Islam. Pemberontakan, kekerasan mulai menyebar dan rasa
kebencian terhadap pemeluk agama lain menjadi wabah permusuhan hingga saat ini.
Sedangkan di Indonesia hubungan ini juga dipengaruhi oleh kolonialisme Barat yang
membawa agama Kristen.
Kata koloni berasal dari kata colonia (bahasa Latin) yang artinya tanah
pemukiman (jajahan). Jadi koloni berarti pemukiman suatu negara di luar wilayah
negaranya yang kemudian dinyatakan sebagai bagian wilayahnya. 11Sedangkan
kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan dari penguasa yang lebih kuat
terhadap yang lebih lemah di bidang ekonomi, politik, perdagangan, agama dan
kebudayaan.
Sejarah mencatat bahwa kedatangan orang-orang Eropa di Indonesia berkaitan
dengan penyebaran agama Kristen. Panjajahan politik, ekonomi yang dilakukan
Portugis dan Belanda di Indonesia menyertakan sistem kristenisasi. Latar belakang
penyebaran agama Kristen tersebut menjadi salah satu fakta penyebab konflik,
prasangka antara umat beragama secara khusus umat Muslim membenci umat
Kristen apalagi ditambah pergelokan kolonialisme dengan semangat perang salib
yang juga memaksa orang Muslim untuk masuk Kristen.
“Kolonialisme” diakses 6 April 2016; tersedia di
http://atariqb.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-kolonialisme-dan.html.
11
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Jihad mempunyai keutamaan yang besar dalam Islam dan mencakup semua lini
kehidupan.Kata “Jihad,” berasal dari bahasa Arab (jahada), yang berarti
“mencurahkan segala upaya guna mencapai tujuan kesempurnaan agama”, Q.S.
25:52 ; 22:78).12 Jadi, jihad secara bahasa berarti mengerahkan segala upaya dan
kemampuan, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Definisi jihad secara syariah
yang paling komperehensif diutarakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Jihad
adalah mengerahkan segala upaya demi mencapai kebenaran yang diinginkan.” Di
tempat lain, beliau mengatakan, “Hakikat jihad adalah upaya yang sungguh-sungguh
untuk mencapai hal-hal yang diridhai oleh Allah seperti iman dan amal saleh,
sekaligus untuk menolak hal-hal yang dibenci-Nya seperti kekufuran, kefasikan, dan
kemaksiatan.”13 Definisi tersebut mencakup semua jenis jihad yang dapat dilakukan
oleh seorang Muslim. Mencakup usaha kerasnya dalam menaati Allah, dengan
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Termasuk juga usahanya
dalam mengajak orang lain – Muslim atau kafir – untuk menaati Allah, usahanya
dalam memerangi orang kafir untuk meninggikankalimat Allah, dan sebagainya.
Sebuah upaya dikatakan sebagai jihad jika memenuhi syarat, yaitu dilakukan di jalan
Allah. Oleh karena itu, segala upaya yang dilakukan tidak di jalan Allah Ta’ala,
maka tidak bisa dikatakan sebagai jihad. Seperti ungkapan George Brasswell
12
Nur Kholis Setiawan & Djaka Soetapa,Meniti Kalam Kerukunan: Beberapa Istilah Kunci
Dalam Islam dan Kristen (Jakarta: Gunung Mulia,2010),176.
13
Ahmad Tayyeb, Grand Shaikh Al-Azhar, “Pengertian Jihad dalam Islam 1 ”Diakses 10
Februari 2016; tersedia di http://www.waag-azhar.org/id/Makalat1.aspx?id=312.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
mengatakan bahwa: “Jihad dikenal sebagai “perang suci” Jihad adalah perang yang
dilakukan oleh hati, lidah, lengan dan pedang.
Perang hati adalah pegumulan rohani dan moral untuk menyenangkan Allah.
Perang lidah adalah berbicara mengenai kebenaran Islam, lengan menyatakan
ungkapan untuk menjadi teladan moral yang baik bagi komunitas, sedangkan perang
pedang adalah konflik bersenjata dengan musuh-musuh komunitas Islam.14Jihad
secara tepat berarti ‘perjuangan’, ‘usaha atau usaha keras’ dan perjuangan utama
adalah di dalam diri sendiri untuk melakukan kehendak Allah dan memperluas
komunitas Muslim dengan cara-cara damai jadi bukan perang yang dilakukan untuk
meraih kemenangan dalam sebuah pertempuran atau perang, tetapi jihad merupakan
salah satu syarat yang harus dilakukan oleh seorang Muslim yang taat kepada Allah
atau berserah diri kepada Allah, seperti akar kata Islam itu sendiri.
Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sebagai sebuah ancaman baru
keamanan dunia global tidak lebih sebagai efek dominan dari krisis politik Timur
Tengah atau dikenal dengan istilah Arab Spring. Kondisi sosial dan politik di Timur
Tengah memberi kontribusi tidak langsung bagi muncul dan berkembangnya ISIS.
Negara pun menjadi gagal memberikan keamanan, dan menjaga kedaulatan seluruh
wilayah. Selain itu, agama sebagai perekat sosial telah mulai pudar, munculnya
14
George W. Brasswell JR. Apa Yang Anda Perlu Tahu Mengenai Islam & Orang-orang
Muslim (Nashville, Tennessee: Broadman & Holman), 110-111.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
sektarianisme yang lebih kuat daripada semangat persatuan dalam beragama.15 Dari
muncul dan berkembangnya ISIS ini, terjadinya penganiayaan dan pembunuhan yang
sangat kejam menjadi salah satu faktor yang mengancam seluruh masyarakat.
Membunuh dengan sengaja dan tidak memandang siapa orang itu dari status sosial,
usia, agama, dan pendidikan. Islamic State Iraq and Syria (ISIS) bukan hanya
membantai manusia dengan berondongan senapan mesin, roket, dan bom, tapi ISIS
juga sampai hati menyembelih manusia dan memisahkan kepala dari tubuhnya hanya
dengan menggunakan pisau tumpul. ISIS juga akan tetap membunuh para korbannya
meski mereka dalam kondisi lemah dan telah meratap minta ampun. Peristiwa
tersebut memunculkan klaim dari umat Kristen bahwa kekerasan ini dilakukan oleh
umat Muslim. Oleh sebab itu, klaim ini mengakibatkan kesalapahaman, perselisihan
dan pertentangan serta dendam.
George W. Braswell JR mengatakan bahwa, “lebih dari 1400 tahun, Islam
telah memandang kekristenan sebagai agama yang salah dan cemar. Sebaliknya
kekristenan telah memandang Islam sebagai agama sesat, satu sama lain saling
memisahkan diri untuk sebagian besar waktu, sehingga timbul kecurigaan,
ketidakpercayaan, dan permusuhan telah menjadi ciri dari sejarah hubungan KristenIslam.”16 Salah satu cikal bakal konflik yang tidak bisa dihindari adalah adanya
“Sejarah Isis”Diakses tanggal 21 Oktober 2015; tersedia di
http://damailahindonesiaku.com/isis/sejarah-isis/.
16
George W. Braswell JR,ApaYang Anda Perlu Tahu MengenaiIslam & Orang-orang
Muslim (Nashville, Tennessee: Broadman & Holman Publisher, 2000),8.
15
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
perbedaan
pemahaman
dalam
memahami
ajaran
agama
masing-masing
pemeluk.Kebencian yang terjadi adalah bahwa kedua belah pihak tidak mampu
menerima perbedaan yang ada, dan masing-masing pemeluk kedua agama tersebut
mengklaim bahwa agamanyalah yang paling benar dan dapat menyelamatkan.
Suatu konflik yang dimotivasi agama akan berakibat sangat luas, baik fisik
maupun mental. Dan akan sangat sulit disembuhkan. Dendam tidak akan pernah
selesai dalam satu atau dua generasi. Oleh sebab itu, penyelesaian konflik adalah
melalui dialog sebagai salah satu alternatif pemecahan dan pencegahan konflik
antara kelompok umat beragama.
Nur Kholis Setiawan & Djaka Soetapa dalam bukunya Meniti Kalam
Kerukunanmengutip perkataan Mahmud Ayoub tentang sejarah dialog bahwa:
Dialog antara umat Islam dan Kristiani sudah berusia setua Islam itu sendiri.
Menurutnya, ini tampak dalam relasi antara Nabi Muhammad dengan
sepupuKhadijah yang beragama Kristen, Waraqah b. Nawfal, dan juga dalam
perjumpaan dengan rahib dari Bahira yang bernubuat akan kenabian
Muhammad. Tidak berhenti disitu, Gaudeul dalam bukunya, Encounters and
Clashes, menunjukan bahwa dialog dengan umat Islam berlanjut pada abad-abad
berikutnya. Pada abad ke-8 sampai ke-10, di saat Islam sedang mencapai
kejayaan, terjalinlah dialog teologis yang melibatkan beberapa beberapa tokoh.17
Jadi, berdasarkan sejarah dialog antara umat beragama khususnya KristenIslam, dialog sudah setua agama Islam itu sendiri dan sudah berabad-abad dilakukan
oleh masing-masing tokoh yang mewakili agamanya. Setiap tokoh agama memegang
peranan penting dalam memberi pemahaman mengenai ajaran agama dan tidak
17
Phil. H. M. Nur Kholis Setiawan & Djaka Soetapa, 601.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
menonjolkan perbedaan. Di dalam Surah al- Hujurat ayat 10 mengatakan bahwa:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat"18
Jadi, tabiat iman adalah selalu bersatu dan tidak berpecah belah, satu sama lain
saling menguatkan. Orang-orang Muslim percaya bahwa Islam adalah perdamaian
yang berasal dari penyerahan diri kepada Allah. Sedangkandalam kekristenan, umat
Kristen diharuskan melakukan hukum kasih dan damai. Malcoln Brownlee mengutip
ungkapan Nicholas Wolstertorff dalam bukunya, Until Justice And Peace Embrace,
ia mengatakan bahwa:
Shalom berarti menikmati kehidupan di depan Tuhan, menikmati kehidupan
dalam lingkungan alam, menikmati kehidupan beserta sesama, dan menikmati
kehidupan beserta diri sendiri, dan dalam masyarakat yang bersifat shalom
kalangan-kalangan yang terpisah dipersatukan seperti yang dikatakan Paulus
kepada jemaat di Galatia. Dalam suratGalatia 3:28 Paulus mengatakan bahwa:
“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau
orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan karena kamu semua adalah
satu di dalam Kristus Yesus.19
Jadi, jelas bahwa setiap agama mengajarkan perdamaian, cinta kasih dan
persaudaraan agar dalam kehidupan ada keharmonisan, kesatuan dan tidak
memandang perbedaan sebagai salah satu penghalang untuk mencapai kesejahteraan
bersama.
18
Al-Quran,Surah al-Hujurah, ayat 10.
Malcoln Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan: Dasar Teologis Bagi
Pekerjaan Orang Kristen Dalam Masyarakat (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011), 73.
19
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Walter Wink mengatakan bahwa “…gerakan untuk mewujudkan perdamaian
dan keadilan sosial, serta gerakan pelestarian lingkungan, berakar dari sikap
menghormati.”20 Jadi fakta terjadinya konflik adalah minimnya sikap saling
menghargai perbedaan. Oleh karena itu, masyarakat perlu memaksimalkan sikap
saling menghormati perbedaan agar terjalin perwujudan damai bersama.
Komunitas Young Interfaith Peacemaker Community menghimpun pemudapemudi yang memiliki visi dan misi bagi perdamaian Indonesia.Mereka adalah
orang-orang yang berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda antara lain dari
Sabang sampai Merauke dengan kebiasaan dan suku, budaya, bahasa, maupun agama
yang berbeda. Mereka pun adalah orang-orang yang pernah trauma dengan konflik
pembakaran gedung-gedung Gereja dan Mesjid. Berdasarkan konflik-konflik
tersebut, masyarakat pada umumnya akan mengalami bahaya ancaman dan
ketakutan. Oleh sebab itu, kerukunan adalah sesuatu yang didambakan, tetapi
sekaligus juga membutuhkan perjuangan berat untuk mewujudkannya.21 Seperti yang
dikatakan N. K. Atmadja Hadinoto mengatakan bahwa “menyadari akan bahaya dan
prasangka-prasangka yang ada, tentu tidak cukup. Yang diperlukan sekarang adalah
mencari tahu hal-hal apa yang dapat menolong orang memahami lebih baik pihak
20
Walter Wink, Damai Adalah Satu-Satunya Jalan: Kumpulan Tulisan Tentang NirKekerasan Dari Fellowship Of Reconciliation (Jakarta: Gunung Mulia,2009),209.
21
A.A. Yewangoe, Iman, Agama Dan Masyarakat Dalam Negara P ancasila (Jakarta:
Gunung Mulia, 2011), 3.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
lain di dalam dialog antara agama.22 Mutu dialog di antara umat beragama sudah
sangat maju dan terus meningkat. Hal ini dapat pula dilihat dalam cara bagaimana
perbedaan pendapat ditanggulangi. Jika dulu perbedaan pendapat sering dihadapi
dengan emosi, sekarang masing-masing pihak sudah mendasarkan pendapatnya pada
argumentasi yang dapat ditanggapi.23 Oleh karena itu, penulis melihat bahwa dialog
antara umat beragama menjadi sangat penting dan dapat memberi dampak terhadap
hubungan antara Kristen-Islam dalam komunitas Young Interfaith Peace Maker
Community (YIPCI) regional Jawa Barat. Karena itu, penulis bermaksud
menuangkan masalah ini dalam suatu karya tulis yang berjudul: “DAMPAK
DIALOG ANTARA UMAT BERAGAMA YANG RELEVAN TERHADAP
HUBUNGAN
KRISTEN-ISLAM
DALAM
KOMUNITAS
YOUNG
INTERFAITH PEACEMAKER COMMUNITY REGIONAL JAWA BARAT”
Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan skripsi ini yang
menjadi pokok masalah adalah:
Sejauh
mana dialog antara umat beragama dapat memberi dampak yang
relevan terhadap hubungan Kristen-Islam dalam komunitas Young Interfaith
Peacemaker Community Regional Jawa Barat?
22
N. K. Atmadja Hadinoto, Dialog Dan Edukasi: Keluarga Kristen Dalam Masyarakat
Indonesia (Jakarta: Gunung Mulia, 1993), 106.
23
Olaf H. Schumann, Menghadapi Tantangan, Memperjuangkan Kerukunan (Jakarta:
Gunung Mulia,2004), 39.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan skripsi ini adalah:
Untuk menjelaskan dampak dialog yang relevan terhadap hubungan KristenIslam dalam komunitas Young Interfaith Peace Maker Community Regional Jawa
Barat.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penulisan skripsi ini adalah:
Untuk generasi muda menyadari pentingnya membangun perdamaian melalui
dialog antara umat beragama.
Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian yang digunakan penulis adalah
metode kuantitatif:
Pertama, menggunakan metode library Research yaitu bedah buku-buku
sebagai bahan atau referensi untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Kedua, dengan pembagian angket kepada anggota Young Interfaith Peace
Maker Community (Kristen-Islam) dan melakukan wawancara langsung sebagai
penguat data.
Batasan Penulisan
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Dalam ruang lingkup pembahasan dalam karya tulis ini, penulis lebih
mengarah kepada penjelasan mengenai dampakdialog antara umat beragama
terhadap hubungan antara Kristen-Islam, khusus di kalangan komunitas Young
Interfaith PeaceMaker Community Regional Jawa Barat.
Sistematika Uraian
Sebagai gambaran untuk mengenal skripsi ini, penulis menguraikan
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama , merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar
belakang masalah, pokok masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, manfaat
penulisan, batasan penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab kedua , penjelasan tentangpengertian Dialog, pengetian dialog secara
umum dan khusus, kepentingan dialog antara umat beragama, syarat-syarat dialog,
bentuk-bentuk dialog antara umat beragama, tujuan dialog, apa itu Young Interfaith
Peacemaker Community, profil, sejarah, visi, misi, nilai dasar, tujuan YIPCI serta
kegiatan-kegiatan dalam komunitas YIPCI regional Jawa Barat.
Bab ketiga, merupakan metodologi penelitian yang berisi gambaran umum
lokasi penelitian yaitu tentang sejarah berdirinya Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat, prosedur penelitian, jenis penelitian dan teknik
pengumpulan data.
Bab keempat, berisi analisis dan hasil penelitian dan kesimpulan analisis data.
Atonis, Feni Farida, “Dampak Dialog antara Umat Beragama yang Relevan terhadap
Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker
Community Regional Jawa Barat.” Skripsi, Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Makassar, 2016.
Bab kelima , penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.