KTUN TENTANG SK MENTERI KEUANGAN RI No.

Nama

: Dewi Kunthi Anggraini

NIM

: 1402015032

Prodi/Kelas

: Ilmu Administrasi Negara/A
Keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara

Tentang SK Menteri Keuangan RI No. 496/KMK.01/UP.92/2014
SUBYEK SENGKETA TATA USAHA NEGARA
IDENTITAS
Penggugat

: Bernhard Sibarani

Kewarganegaraan


: Indonesia

Pekerjaan

: Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Bea dan Cukai Tipe Madya
B, Batam

Alamat

: Jalan Kemuning No. 22 RT. 005 Jakarta Selatan

Tergugat

: Menteri Keuangan Republik Indonesia

Alamat

: Jalan Dr. Wahidin Raya Nomor 1, Jakarta Pusat


OBYEK SENGKETA TATA USAHA NEGARA
Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 496/KMK.01/UP.92/2014
Penggugat diatur dalam Pasal 53 Ayat (1) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tergugat diatur berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : SKU-34/MK.01/2015
PROSES BERPERKARA
Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan dengan surat
gugatannya tertanggal 9 Januari 2015 yang telah diterima dan didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 9 Januari 2015,
dengan Register Perkara Nomor : 04/G/2015/PTUN-JKT;

Menimbang, bahwa yang menjadi Objek Sengketa dalam perkara ini adalah
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 496/KMK.01/UP.92/2014,
tanggal 17 Oktober 2014 Tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin Berupa Penurunan
Pangkat Setingkat Lebih Rendah Selama 3 (Tiga) Tahun Kepada Sdr. Bernhard
Sibarani (NIP.19700923 199803 1 001) Pembina (Golongan IV/a) Menjadi Penata
Tingkat I (Golongan III/d);
Alasan Gugatan:
1. Bahwa pada tanggal 17 November 2006, telah dilangsungkan pemberkatan
nikah antara Penggugat dan Eka Meta Mariana (Istri Penggugat) di Gereja
HKBP Ressort Petojo, Jakarta Pusat dan perkawinan tersebut telah dicatatkan

di Kantor Catatan Sipil Kota Madya Jakarta Pusat sesuai dengan Akta Nikah
No.528/JP/2006 tertanggal 17 November 2006;
2. Bahwa selama dalam hubungan perkawinan antara Penggugat dengan Istri
Penggugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang semakin lama
semakin meningkat dan Istri Penggugat telah secara diam-diam mengambil
barang

barang

pribadi

dari

rumah

tempat

tinggal

bersama


tanpa

pemberitahuan kepada Penggugat;
3. Bahwa dalam jangka waktu yang cukup lama, hubungan suami istri antara
Penggugat dan istri Penggugat tidak ada kecocokan lagi disebabkan oleh
karena istri Penggugat sering melecehkan Penggugat dan sekitar bulan Maret
2011 istri Penggugat meninggalkan rumah tempat tinggal bersama sehingga
sudah lebih dari 1 (satu) tahun pisah ranjang, Penggugat telah berusaha untuk
mencari istri Penggugat ke rumah keluarganya di Karang Tengah Perum
Permata I, Tangerang tetapi tidak ada atau tidak ada ditempat;
4. Bahwa antara Penggugat dan Istri Penggugat sejak bulan Maret 2011 sudah
tidak tinggal serumah lagi, kurang lebih 1 (satu) tahun dimana Penggugat
tinggal di Jl. Kemuning No.22, RT.005/001, Kelurahan Jati Pulo, Jakarta

Barat, sedangkan keberadaan istri Penggugat tidak tinggal di Jl. Kemuning
No.22, RT.005/001, Kelurahan Jati Pulo, Jakarta Barat;
5. Bahwa dalam Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
Tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan menyebutkan : "Perceraian dapat terjadi dengan alasan antara

suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada
harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga".
Terhadap Izin Perceraian
1. Bahwa yang menjadi dasar diterbitkannya objek sengketa a quo oleh Tergugat
sebagaimana disebutkan dalam dasar Menimbang adalah :
A. Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan, Sdr. Bernhard Sibarani (NIP
19700923 199803 1001) Pembina (Golongan IV/a) Kepala Bidang
Pelayanan dan Fasilitas Pabean dan Cukai pada Kantor Pelayanan
Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam, terbukti telah melakukan
pelanggaran sebagai berikut :
a) telah melakukan perceraian tanpa memperoleh izin terlebih
dahulu dari Pejabat yang berwenang; dan
b) tidak

melaporkan

perceraiannya

kepada


Pejabat

yang

berwenang daiam jangka waktu selambat-lambatnya 1
(satu)bulan terhitung mulai terjadinya perceraian;
B. Bahwa dengan demikian yang bersangkutan telah melakukan
pelanggaran terhadap Pasal 3 angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil jo. Pasal 3 ayat (1)
dan Pasal 15 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983
Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45
Tahun 1990;

2. Bahwa terbitnya Keputusan Tergugat yang menjadi objek Tata Usaha Negara
a quo tersebut adalah cacat hukum, baik dari segi wewenang, prosedur
maupun substansi; dan
3. Bahwa dasar terbitnya Keputusan Tata Usaha Negara a quo hanya didasarkan
kepada Berita Acara Pemeriksaan Atasan Langsung tanggal 8 Januari 2014
atas nama Penggugat (Bernhard Sibarani)

Terhadap Laporan Perceraian
1. Bahwa disamping telah melakukan pelanggaran terhadap Pasal 3 angka 4
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil jo. Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983,
sebagaimana telah disebutkan diatas, terbitnya keputusan Tata Usaha Negara
a quo juga didasarkan pada pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 15 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990, sebagaimana disebutkan dalam
bagian konsideran menimbang huruf b Keputusan a quo;
2. Bahwa dasar diterbitkannya keputusan Tata Usaha Negara a quo oleh
Tergugat sebagaimana disebutkan pada bagian konsiderans menimbang huruf
b tersebut adalah tidak berdasar dan cacat hukum.
Eksepsi Gugatan Kabur (obscuur libel):
1. Bahwa dalam gugatannya, Penggugat meminta Majelis Hakim untuk
menyatakan batal atau tidak sah serta mencabut keputusan tentang penjatuhan
hukum disiplin (in casu objek gugatan), namun yang disampaikan Penggugat
sebagai dasar gugatannya adalah terkait dengan tidak dikeluarkannya
keputusan tentang ijin perceraian;
2. Bahwa sebagaimana Majelis Hakim maklum, keputusan tentang ijin
perceraian merupakan keputusan tersendiri yang masing-masing memiliki
pertimbangan dan dasar hukum yang berbeda dengan keputusan tentang

penjatuhan hukum disiplin, yang mana keputusan tentang ijin perceraian
dikeluarkan berdasarkan adanya suatu permohonan cerai, sedangkan

keputusan tentang penjatuhan hukum disiplin dikeluarkan berdasarkan adanya
suatu tindakan indisipliner;
3. Bahwa dengan ketidakjelasan gugatan Penggugat antara dasar gugatan dan hal
yang diminta untuk diputuskan oleh pengadilan, maka telah menunjukkan
bahwa gugatan Penggugat tidak jelas atau kabur (obscuur libel);
4. Bahwa kekaburan dasar gugatan Penggugat juga terlihat pada dalil Penggugat
yang

pada

pokoknya

mendalilkan

terkait

dengan


langkah-langkah

Permohonan Ijin Perceraian yang telah diajukan Penggugat yang telah
beberapa kali ditanggapi oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai Sumatera Utara.
5. Bahwa langkah-langkah permohonan ijin perceraian dimaksud tentunya
bukanlah alasan atau dasar yang tepat untuk mempermasalahkan Keputusan
sebagaimana gugatan a quo. Alasan-alasan gugatan dimaksud menurut
Tergugat tentunya lebih tepat diajukan sebagai alasan untuk mengajukan
gugatan terhadap tidak dikeluarkannya izin perceraian dan bukanlah terkait
dengan dikeluarkannya Keputusan Tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin
sebagaimana obyek gugatan a quo. Oleh karenanya dasar/alasan gugatan
Penggugat yang demikian sudah seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima
oleh Yang Mulia Majelis Hakim;
6. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas menurut Tergugat telah jelas
bahwa dasar/alasan gugatan Penggugat yang diajukan terhadap Tergugat
adalah gugatan yang kabur dan tidak jelas, oleh karenanya mohon kepada
Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo agar menyatakan bahwa
gugatan Penggugat tidak dapat diterima

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
Eksepsi Tergugat menyatakan gugatan Penggugat kabur atau obscuur libel sebagai
berikut:

Menimbang, bahwa untuk menyatakan gugatan Penggugat kabur atau tidak,
maka yang menjadi dasar pengujiannya adalah Pasal 56 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1986, yang memuat syarat formal dan materil dari suatu gugatan;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim memperhatikan identitas para
pihak, serta dasar hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan sebagaimana
termuat dalam surat gugatan yang telah diperbaiki dan diterima Majelis Hakim pada
tanggal 27 Januari 2015, gugatan Penggugat telah lengkap dan memenuhi syaratsyarat sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986;
Menimbang, bahwa mengenai Jawaban Tergugat yang menyatakan pada
pokoknya bahwa ijin perceraian merupakan keputusan tersendiri yang masingmasing
memiliki pertimbangan dan dasar hukum yang berbeda dengan keputusan tentang
penjatuhan hukum disiplin, yang mana keputusan tentang ijin perceraian dikeluarkan
berdasarkan adanya suatu permohonan cerai, sedangkan keputusan tentang
penjatuhan hukum disiplin dikeluarkan berdasarkan adanya suatu tindakan
indisipliner, Majelis Hakim berpendapat bahwa bantahan tersebut sudah masuk dalam
bagian dari pokok sengketa dan hal tersebut tidak menjadikan gugatan Penggugat

menjadi kabur atau obscuur libel;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa Eksepsi Tergugat yang menyatakan gugatan Penggugat Obscuur
Libel adalah dalil yang tidak beralasan hukum oleh karena itu eksepsi tersebut harus
dinyatakan ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena Eksepsi Tergugat telah dinyatakan ditolak,
maka Majelis Hakim akan mempertimbangkan mengenai Pokok Sengketanya sebagai
berikut:
Dalam Pokok Sengketa:
1. Bahwa apa yang telah diuraikan dalam eksepsi tersebut di atas, mohon juga
dianggap sebagai satu kesatuan dalam pokok perkara ini, serta Tergugat

dengan tegas menolak dalil-dalil Penggugat, kecuali terhadap apa yang
diakuinya secara tegas kebenarannya
2. Bahwa Tergugat tidak akan menanggapi dalil-dalil Penggugat yang tidak
terkait dengan diterbitkannya obyek gugatan a quo yang menurut Tergugat
tidak relevan untuk menanggapinya;
3. Bahwa meskipun Tergugat mengganggap gugatan Penggugat adalah kabur
dan tidak jelas, untuk mendudukan persoalan yang sebenarnya perlu Tergugat
tanggapi gugatan Penggugat dalam pokok perkara;
4. Bahwa sebagaimana dikemukakan Penggugat pada surat gugatannya
Penggugat mengajukan gugatan a quo karena Penggugat keberatan atas
diterbitkannya Objek Gugatan dikarenakan tidak sesuai dengan wewenang,
prosedur, dan substansi karena tidak mempertimbangkan fakta bahwa
Penggugat telah mengajukan dua kali permohonan ijin perceraian pada
tanggal 19 Juli 2011 dan 1 November 2011 dan sesuai hasil pemeriksaan
Penggugat telah melaporkan Akta Perceraian Penggugat secara lisan pada
tanggal 1 Maret 2013 dan secara tertulis pada tanggal 10 September 2013;
5. Bahwa dapat Tergugat tegaskan penerbitan obyek gugatan dalam perkara a
quo telah sesuai dengan wewenangan, prosedur dan substansi;
6. Bahwa Keputusan dimaksud ditetapkan oleh Menteri Keuangan sesuai
kewenangannya sebagai Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat terhadap
pejabat eselon III ke bawah in casu Penggugat selaku Kepala Bidang
Pelayanan dan Fasilitas Pabean dan Cukai pada kantor Pelayanan Utama Bea
dan Cukai Tipe B Batam sesuai dengan ketentuan Pasal 16 ayat 1 huruf a
angka 7 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (PP 53/2010) bahwa perlu Tergugat tegaskan bahwa
dalam mengeluarkan objek gugatan tersebut telah berdasarkan prosedur
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 23 jo 24 PP 53/2010 yang mana
penetapan hukuman disiplin dimaksud telah melalui prosedur pemeriksaan

oleh Atasan Langsung sebagaimana Berita Acara Pemeriksaan pada tanggal 8
Januari 2014;
7. Bahwa dikarenakan pelanggaran disiplin yang dilakukan Penggugat ancaman
hukumannya merupakan hukuman disiplin berat, oleh karenanya sesuai
dengan ketentuan Pasal 25 PP 53/2010 terhadap pelanggaran a quo telah
dibentuk Tim Pemeriksa oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
8. Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh fakta bahwa Sdr. Bernhard
Sibarani telah bercerai dengan istrinya Sdr. Eka Meta Mariana Gultom pada
tanggal 6 Februari 2013, dan pada saat mengajukan perceraian belum
memperolah keputusan izin perceraian dari Pejabat dan sesuai hasil
pemeriksaan juga diperoleh fakta bahwa karena kesibukan kerja, laporan
secara tertulis atas perceraian tersebut baru disampaikan/dilaporkan pada
tanggal 10 September 2013;
9. Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Tim Pemeriksa diperoleh
kesimpulan dan rekomendasi bahwa terhadap Penggugat telah diperoleh
cukup bukti telah melakukan pelanggaran disiplin:
a) Telah melakukan perceraian tanpa memperoleh izin terlebih dahulu
dari Pejabat yang berwenang; dan
b) Tidak melaporkan perceraiannya kepada Pejabat yang berwenang
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung
mulai terjadinya perceraian;
PERMOHONAN PENUNDAAN
1. Bahwa melalui gugatan a quo, Penggugat mengajukan permohonan
penundaan pelaksanaan objek sengketa. Permohonan Penundaan diajukan
demi melindungi hak-hak Penggugat sebagai Pegawai Negeri Sipil Pada
Direktorat Bea dan Cukai, karena jika tidak ditunda pelaksanaannya, maka
berdampak kepada Penggugat sebagai Pegawai Negeri Sipil menjadi turun
satu tingkat golongan kepangkatannya dari Pembina (Golongan IV/a) menjadi
Penata Tingkat I (Golongan III/d) dan Penurunan Gaji Pokok dari Rp.

3.294.600,- (tiga juta dua ratus sembilan puluh empat ribu enam ratus rupiah)
menjadi Rp. 3.160.900,- (tiga juta seratus enam puluh ribu sembilan ratus
rupiah) serta pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara
(TKPKN) secara proposional sebesar 85% (delapan puluh lima perseratus)
dari tunjangan yang seharusnya diterima selama 12 (dua belas) bulan
terhitung mulai bulan berikutnya sejak Keputusan Tata Usaha Negara a quo
ditetapkan, sehingga dengan demikian mengakibatkan gaji atau penghasilan
Penggugat yang merupakan satu-satunya sumber penghasilan dalam
memenuhi kebutuhan dan keperluan hidup bagi Penggugat dan keluarga
menjadi berkurang;
2. Bahwa selain hal tersebut di atas, terbitnya Keputusan Tata Usaha Negara a
quo juga dapat mengakibatkan kehilangan jabatan strukturalnya pada Kantor
Pelayanan Utama Bea dan Cukai tipe B Batam yang memegang jabatan
terakhir selaku Kepala Bidang Pelayanan dan Fasilitas Pabean dan Cukai Tipe
B Batam dan dapat Halaman 25 dari 62 halaman Putusan Nomor: 04/G/2015/
PTUN-JKT.

mengganggu

tugas

dan

pekerjaan

Penggugat

dalam

melaksanakan pelayanan publik pada kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai
Tipe B Batam;
3. Bahwa karena adanya kepentingan Penggugat yang sangat mendesak sebagai
Pegawai Negeri Sipil pada Direktorat Bea dan Cukai golongan/ruang IV/a
dengan jabatan terakhir Kepala Bidang Pelayanan dan Fasilitas Pabean dan
Cukai pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam, yang
secara hukum harus dlindungi dan untuk menghindari kepentingan Penggugat
yang sangat dirugakan sebagai akibat terbitnya objek sengketa Tata Usaha
Negara dalam perkara a quo dilaksanakan, maka sudah sepatutnya Keputusan
Tata Usaha Negara a quo ditunda (schorsing) pelaksanaanya sampai dengan
adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 67 ayat (2) UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009, yang berbunyi : "Penggugat dapat mengajukan permohonan agar
pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara itu ditunda selama pemeriksaan
sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada putusan Pengadilan
yang memperoleh kekuatan hukum tetap";
4. Bahwa dengan demikian terbitnya objek sengketa Tata Usaha Negara dalam
perkara a quo, maka jelas adanya kepentingan Penggugat yang sangat
mendesak apabila Keputusan Tata Usaha Negara a quo dilaksanakan, maka
unsur keadaan yang sangat mendesak telah dipenuhi oleh Penggugat,
sebagaimana dipersyaratkan untuk dikabulkannya permohonan penundaan
berdasarkan ketentuan Pasal 67 ayat (4) huruf a Undang-Undang Nomor 5
tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009; dan
5. Bahwa selanjutnya, terbitnya Keputusan Tata Usaha Negara yang menjadi
objek sengketa dalam perkara a quo yang telah diterbitkan oleh Tergugat
bukanlah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
pasal 67 ayat (4) huruf b Undang-Undang No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 51 Tahun 2009.
EKSEKUSI
Dalam Penundaan:
Menolak Permohonan Penundaan yang dimohonkan Penggugat;


Dalam Eksepsi:
Menolak Eksepsi Tergugat;


Dalam Pokok Sengketa:
1. Menolak Gugatan Penggugat Untuk Seluruhnya; dan
2. Menghukum Penggugat Untuk Membayar Biaya Perkara Yang Timbul Dalam
Sengketa Ini Sejumlah Rp.146.000,- (Seratus empat puluh enam ribu rupiah).

KESIMPULAN
Berdasarkan perkara yang telah diuraikan di atas, jika ditinjau dari perspektif
Hukum Administrasi Negara maka dapat disimpulkan:
1. Terkait dengan ruang lingkup Hukum Administrasi Khusus mengenai
pengaturan kepegawaian, hal ini sebagaimana yang diuraikan oleh H.D. van
Wijk/Willem Konijnenbelt;
2. Terdapat beberapa bentuk Keputusan Menteri Keuangan RI yang berkenaan
dengan pengaturan kepegawaian sebagai bagian dari ruang lingkup Hukum
Administrasi Negara; dan
3. Keputusan Tata Usaha Negara oleh Peradilan Tata Usaha Negara berkaitan

dengan Sumber Hukum Formal dalam ruang lingkup Hukum Administrasi
Negara.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91