Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan

1

Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan Prasarana Di Madrasah Aliyah Di
Kabupaten Grobogan
Perkembangan suatu bangsa dinilai berdasarkan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) atau disebut dengan Human Development Indeks (HDI).
Berdasarkan data UNDP (United Nation Development Program) tahun 2013, HDI
Indonesia semenjak tahun 1980 sampai dengan tahun 2012 mengalami
peningkatan dari 0,422 menjadi 0,629 meningkat sebesar 49 persen, sehingga
berada pada peringkat ke 121 dari 187 negara. Angka HDI Indonesia meningkat
dari tahun ke tahun, rata-rata meningkat 1,3% setiap tahun, namun angka ini
masih bawah mayoritas negara di Asia Tenggara. Pendidikan menjadi salah satu
unsur dalam menentukan nilai Indeks Pembangunan Manusia (HDI) selain kedua
unsur yang lain yaitu pendapatan dan kesehatan dan Indeks pendidikan
merupakan efek penggali bagi kedua indeks yang lain yaitu, indeks pendapatan
dan kesehatan.
Indeks pembangunan pendidikan di tentukan oleh tingkat rata-rata lama
sekolah (RLS) dan harapan lama sekolah (HLS). Indeks Pembangunan Pendidikan
Negara ASEAN dapat dilihat pada tabel 1. 1

Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan Prasarana Di Madrasah Aliyah Di Kabupaten Grobogan


2

Tabel 1.1. Indeks Pendidikan Negara-negara ASEAN Tahun 2012

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Negara-Negara ASEAN


Indikator Indeks Pendidikan
RLS (Rata-rata HLS (Harapan
Lama Sekolah)
Lama Sekolah)
Indonesia
5,8
12,9
Malaysia
9,5
12,6
Singapora
10,1
14,4
Thailand
6,6
12,3
Brunei Darussalam
8,6
15

Vietnam
5,5
11,9
Laos
4,6
10,1
Myanmar
3,9
9,4
Kamboja
5,8
10,5
Timor Leste
4,4
11,7
Filipina
8,9
11,7
Sumber : United Nations Development Program (UNDP) 2013


Angka rata-rata lama sekolah (RLS) Indonesi tahun 2012 sebesar 5,8 dan
harapan lama sekolah (HLS) 12,9 termasuk rendah diantara negara-negara di
kawasan Asia Tenggara.

Pemerintah berupaya mengejar ketertinggalan ini

dengan negara-negara ASEAN lainya dengan merintis program pendidikan
menengah universal (PMU) atau disebut dengan WAJAR 12 tahun. Menurut
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, tujuan dari PMU ini
adalah untuk mencapai target APK pada jenjang menengah sampai 97% pada
tahun 2020 dan meningkatkan angka RLS dan HLS (Kompas.com.12-8-2012).
Jenjang pendidikan menengah di Indonesia terdiri dari SMA/MA dan
SMK /MAK. Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional serta peraturan pemerintah sebagai pelaksanaanya, dijelaskan

Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan Prasarana Di Madrasah Aliyah Di Kabupaten Grobogan

3

bahwa pendidikan Madrasah Aliyah (MA) merupakan bagian dari subsistem

pendidikan nasional yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama yaitu; dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan tujuan nasional dengan
memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuainnya dengan lingkungan,
kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian. Pendidikan di madrasah aliyah termasuk pendidikan
islam yang menurut Arifin (1991) dalam Sanaky (2008:5), pendidikan islam
berupaya untuk mengembangkan semua sapek kehidupan manusia yang meliputi
spiritual, intelektual, imajinasi, keilmiahan; baik individu maupun kelompok dan
memberikan dorongan bagi dinamika aspek-aspek di atas baik hubunganya
menuju kebaikan dan pencapaian kesempurnaan hidup dengan Al-khalik,
sesamanya maupun dengan alam.

Pendidikan di Madrasah Aliyah memiliki

struktur kurikulum yang terintegrasi antara kurikulum nasional (umum) dan
kurikulum keagamaan. Kurikulum pendidikan madrasah sarat dengan nilai-nilai
dan budaya islam dengan menginternalisasi aqidah, maka pendidikan islam
diharapkan akan mampu membentuk karakter positif siswa sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yang tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003
yaitu:

”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.

Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan Prasarana Di Madrasah Aliyah Di Kabupaten Grobogan

4

Secara umum peyelenggaran pendidikan islam khususnya di Madrasah
aliyah terhambat berbagai kendala terutama kualitas pendidikan. Rata-rata
Madrasah Aliyah belum banyak didukung oleh sumberdaya internal, baik dalam
pengembangan

program

pendidikan


(kurikulum),

sistem

pembelajaran,

sumberdaya manusia, sumber dana maupun prasarana dan sarana yang memadai,
sehingga sebagian besar proses dan hasil pendidikannya masih perlu ditingkatkan
kualitasnya. Menurut Amanah (2010:3), kendala yang dihadapai dalam
pendidikan islam tertutama pada tenaga pendidik dan sarana dan prasarana.
Kualitas pendidikan di sekolah/madrasah dapat diukur melalui akreditasi
sekolah/madrasah melalui Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BANS/M)
Berdasarkan data BAN-S/M (Badan Akreditasi Nasional-Sekolah/Madrasah)
tahun 2013 di Jawa Tengah, untuk jenjang Madrasah Aliyah sebanyak 18,4%
terakreditasi A, 50,52% B, dan 30,72% B dari total 485 Madrasah Aliyah.
Berdasarkan data akreditasi di Jawa Tengah terlihat bahwa presentase peringkat
akreditasi A masih rendah yaitu hanya sebesar 18,4%, sehingga untuk madrasah
dengan peringkat akreditasi B dan C harus ada upaya untuk menaikkan
standarnya. Seperti dijelaskan dalam UU No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP), setiap satuan pendidikan harus memiliki Standar
Pelayanan Minimal (SPM), kemudian secara bertahap harus meningkatkan
kualitasnya agar mencapai SNP. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai
dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan

Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan Prasarana Di Madrasah Aliyah Di Kabupaten Grobogan

5

bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat.
Peringkat akreditasi untuk jenjang Madrasah Aliyah di masing-masing
kabupaten di Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2.

No
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

22
23
24
25

Presentase Peringkat Akreditasi Madrasah Aliyah Negeri
dan Swasta di Jawa Tengah
Presentase Jumlah Madrasah
Terakreditasi (%)
Kabupaten/Kota
A
B
C
TT (tidak
Total
terakreditasi Madrasah
Banjarnegara
12,5
31,25
56,25

25
Banyumas
23,08
30,77
46,15
13
Batang
90,1
9,09
11
Blora
10
30
60
10
Boyolali
33,33
55,56
11,11
9
Brebes
12,5
20,83
66,67
24
Cilacap
17,65
52,94
29,41
17
Demak
14,71
47,06
38,24
34
Grobogan
8
60
32
27
Jepara
17,5
70
12,5
40
Karanganyar
100
3
Kebumen
13,64
36,36
45,45
4,55
22
Kendal
22,22
55,56
22,22
9
Klaten
60
40
5
Kudus
40,63
46,88
12,5
32
Kab.Magelang
11,11
50
38,89
18
Pati
10,71
64,29
23,21
1,29
56
Kab. Pekalongan
25
50
25
8
Pemalang
33,33
66,67
12
Purbalingga
16,67
16,67
66,67
6
Purwprejo
25
75
4
Rembang
11,76
58,82
23,53
5,88
17
Kab. Semarang
8,33
33,33
58,33
12
Sragen
40
60
5
Sukoharjo
60
20
20
5

Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan Prasarana Di Madrasah Aliyah Di Kabupaten Grobogan

6

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Tegal
Temangung
Wonogiri
Wonosobo
Kota Magelang
Kota Pekalongan
Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Surakarta
Kota Tegal

7,14
7,14
20
25
50
20
50
17,65
50
100

71,43
50
40
50
50
80
50
47,06
25
-

21,43
42,86
40
25
35,29
25
-

14
14
5
4
2
5
2
17
8
1

-

Sumber: BAN-S/M 2013

Data BAN-S/M menunjukan kabupaten Grobogan merupakan salah satu dari
ke empat kabupaten yang memiliki presentasi akreditasi A terendah bersama
dengan kabupaten Semarang, Tegal dan Temanggung. Di kabupaten Grobogan,
berdasarkan data BAN-S/M pada tahun 2013 terdapat 8 % Madrasah aliyah yang
terakreditasi A, 60 % terakreditasi B, dan 32% akreditasi C.

Rendahnya

presentase madrasah terakreditasi A dan tingginya presentase madrasah
terkareditasi B dan C menunjukkan bahwa, kualitas pendidikan di madrasah
aliyah masih jauh keinginan pemerintah untuk mencapai sekolah sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Pada ke 25 madrasah aliyah, rata-rata

memiliki standar sarana-prasarana yang paling rendah diantara kedelapan standar.
Peringkat akreditasi pada ke dua puluh lima madrasah aliyah di kabupaten
Grobogan dapat dilihat pada tabel 1.3.
Nilai standar sarana dan prasarana menggambarkan kondisi sarana dan
prasarana pada madrasah aliyah di kabupaten Grobogan, meskipun pemerintah
telah mengatur tentang standarisasi upaya peningkatan layanan pendidikan dalam
hal standar sarana dan prasarana pendidikan melalui Permendiknas Nomor 24

Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan Prasarana Di Madrasah Aliyah Di Kabupaten Grobogan

7

tahun 2007. Nilai standar sarana dan prasarana merupakan hasil penilaian dari
ketiga aspek yaitu: lahan, gedung, dan kelengkapan sarana dan prasarana.

Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan Prasarana Di Madrasah Aliyah Di Kabupaten Grobogan

7

Tabel 1.3. Peringkat dan Hasil Akreditasi Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta di Kabupaten Grobogan

AL-HAM ID

M ANBAUL

YAPIM

M IR’ATUL

M AN PWD

SUNNIYAH

YATPI

AL-M UBAROK

TAJUL ULUM

7
83
83
81

8
83
80
67

9
72
80
67

10
83
80
71

11
83
75
69

12
83
78
80

13
67
60
66

14
73
68
44

15
63
70
51

16
80
75
71

17
73
68
61

18
67
80
60

19
93
88
89

20
78
75
66

21
83
90
77

22
65
65
57

23
85
78
83

24
67
60
66

25
85,83
66,25
70,5

80
68

71
63

60
61

72
57

79
72

65
59

76
71

85
66

68
56

65
65

65
73

65
53

59
43

66
53

76
83

74
53

69
53

64
59

95
92

74
47

84
78

57
42

87
83

59
43

68,75
68,33

79
79
75
75
B

75
72
83
74
B

63
70
74
67
C

81
80
74
74
B

81
73
85
75
B

69
67
79
67
C

88
85
85
81
B

85
85
73
78
B

79
87
64
71
B

80
79
89
86
A

75
53
85
71
B

85
84
86
76
B

56
79
59
61
C

60
72
74
64
C

85
69
74
65
C

86
72
70
72
B

85
81
80
71
B

66
77
74
66
C

94
93
94
92
A

84
76
69
71
B

88
63
85
80
B

65
46
70
57
C

95
88
85
85
B

56
79
59
61
C

88,13
83
85
76,88
B

Sumber: BAN-S/M 2013

Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan Prasarana Di Madrasah Aliyah Di Kabupaten Grobogan

NURUL HUDA

AL-M UAYYAD

6
73
63
63

AL--AZW AR
W IROSARI

AL-AZHAR

5
67
75
71

DARUT
TAQW A

FUTUHIYAH

4
77
73
81

FATHKUL
ULUM

YASPIA

3
77
63
70

NURUL
FIRDAUS

YAFALAH

2
80
83
74

M IFTAHUT THtTTHULLAB

YPI KLAM BU

1
73
78
71

NHADLATUT
THULLAB

YAROBI

St andar Isi
St andar Proses
St andar Kom pet ensi
Lulusan
St andar TPK
St andar Sarana dan
Pr asarana
St andar Pengelolaan
St andar Pembiayaan
St andar Penilaian
NILAI
Peringkat

AL-ISLAH

Komponen Akreditasi
N omor

YASIS

Nama M adrasah

7

Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar
mengajar.

Arikunto (2008:43) dalam rumusan Tim Penyusun Pedoman

Pembukuan Media pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
mendefinisikan pengertian sarana pendidikan sebagai berikut:
“Yang dimaksud dengan “Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang
diperlukan dalam proses belajar-mengajar baik yang bergerak maupun
tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan
lancar, teratur, efektif dan efisien”. Lebih luas fasilitas dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan
pelaksanaan suatu usaha yang dapat memudahkan dan melancarkan usaha
ini dapat berupa uang atau benda. Jadi dalam hal ini fasilitas dapat
dikatakan sama dengan sarana”.
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Sarana dan prasarana pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kegiatan
pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan dalam beberapa hasil penelitian tentang
sarana dan prasarana sekolah antara lain: Branham (2004), Blincoe (2008), DuránNarucki (2008), McGowen (2007). Menurut Branham (2004) dalam “The wise
man builds his house upon a rock: The effects of inadequate school building
infrastructure on student attendance”, mengemukakan bahwa, sekolah dengan
kondisi tidak memenuhi syarat memiliki angka putus sekolah per tahun 1% lebih
tinggi dari pada sekolah yang kondisi gedungnya layak.

Sekolah yang

membutuhkan renovasi memiliki kecendurungan membolos sekolah 4-5 siswa

Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan Prasarana Di Madrasah Aliyah Di Kabupaten Grobogan

8

lebih banyak dari pada sekolah yang gedungnya tidak membutuhkan renovasi.
Kemudian lebih lanjut diungkapakan oleh Blincoe (2008) dalam desertasinya
“The age and condition of Texas high schools as related to student academic
achievement” menyebutkan bahwa, kondisi dan umur bangunan sekolah
berpengaruh terhadap kelulusan nilai pelajaran sains, matematika, seni, dan
bahasa inggris pada sekolah menengah atas serta berpengaruh terhadap tingkat
kelulusan”.

Lebih lanjut lagi menurut Durán-Narucki (2008) pages: 278-286

menyebutkan bahwa, kondisi sekolah berpengaruh terhadap skor tes kemampuan
membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan, tiga kemampuan dasar yang selalu
dipakai untuk membandingkan mutu sekolah antar negara. McGowen (2007) juga
menyebutkan bahwa, kondisi fasilitas sekolah berpengaruh sacara signifikan
terhadap kedisiplinan dan perilaku siswa.

Identifikasi Kualitas Standar Sarana Dan Prasarana Di Madrasah Aliyah Di Kabupaten Grobogan